Rabu, 13 November 2024
Hari Biasa Pekan XXXII
“Jangan takut akan kata ‘mati’. Tetapi bergembiralah akan berkat kurnia yang menyusul kematian bahagia” (St. Ambrosius)
Antifon Pembuka (Mzm 23:1-3a)
Hari Biasa Pekan XXXII
“Jangan takut akan kata ‘mati’. Tetapi bergembiralah akan berkat kurnia yang menyusul kematian bahagia” (St. Ambrosius)
Antifon Pembuka (Mzm 23:1-3a)
Tuhanlah gembalaku, aku takkan berkekurangan. Ia membaringkan daku di padang rumput yang hijau. Ia membimbing aku ke air yang tenang dan menyegarkan daku.
Doa Pagi
Allah Bapa kami maha pengasih di surga, berkenanlah menyampaikan Sabda penuh daya penyembuhan dan jadikanlah kiranya kami serupa dengan Hamba-Mu yang agung, ialah Yesus Mesias Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Credit: valokuvaus/istock.com |
"Dahulu kita sesat, tetapi berkat rahmat-Nya kita diselamatkan."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2/4, PS. 849
Ref. Tuhanlah gembalaku, tak'kan kekurangan aku
Ayat. (Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6; R:1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kausiapkan hidangan bagiku di hadapan lawanku. Kauurapi kepalaku dengan minyak dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku selalu sepanjang umur hidupku. Aku akan diam di rumah Tuhan sekarang dan senantiasa.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (1Tes 5:18)
Hendaklah kalian mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah bagi kalian di dalam Kristus Yesus.
Inilah Injil Suci menurut Lukas (17:11-19)
"Tidak adakah yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing itu?"
Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perkotaan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak, "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Yesus lalu memandang mereka dan berkata, "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam." Dan sementara dalam perjalanan mereka menjadi tahir. Seorang di antara mereka, ketika melihat bahwa dirinya telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu seorang Samaria. Lalu Yesus berkata, "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang tadi? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?" Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan dikau."
Verbum Domini
(Demikianlah Sabda Tuhan)
U. Laus tibi Christe (U. Terpujilah Kristus)
Renungan
Ada sebuah kisah yang menceritakan bahwa dua malaikat diutus untuk mengumpulkan doa permohonan umat.
Malaikat yang satu diberi keranjang untuk menampung kebutuhan dan permintaan umat, dan malaikat yang satu lagi diberi keranjang untuk menampung ucapan syukur.
Dalam perjalanan kembali ke surga, malaikat yang membawa keranjang berisi kebutuhan dan permintaan umat itu penuh dan melimpah, sedangkan malaikat yang membawa ucapan syukur umat itu sedikit dan hanya sedikit yang mengucap syukur.
Itu tidak mengherankan, bukan? Pada umumnya, umat lebih mementingkan kebutuhan mereka daripada kebutuhan untuk mengucap syukur.
Dalam Injil, bahkan Yesus menyatakan kekecewaannya karena mereka yang disembuhkan dari penyakit kusta yang menakutkan itu tidak datang untuk mengucap syukur.
Dalam bacaan pertama, Santo Paulus memerintahkan Titus untuk mengingatkan umatnya bahwa adalah kewajiban mereka untuk taat kepada para pejabat dan wakil pemerintah.
Jika itu dianggap sebagai kewajiban Kristiani, maka terlebih lagi merupakan kewajiban dan juga hakikat menjadi orang Kristen untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat dan kasih karunia-Nya.
Apa lagi yang tidak akan Tuhan berikan karena Dia telah memberikan Putra tunggal-Nya?
Kita hanya perlu memberikan sekeranjang penuh rasa syukur dan pujian kepada Tuhan.
Pada gilirannya kita akan menerima berkat demi berkat, kasih karunia demi kasih karunia.
Antifon Komuni (Luk 17:19)
Yesus berkata kepada orang Samaria bekas penderita kusta, "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan dikau."
Rabu Pekan ke-32 Masa Biasa
Komentar hari ini
Paus Benediktus XVI, Angelus, 14 Oktober 2007
Komentar hari ini
Paus Benediktus XVI, Angelus, 14 Oktober 2007
Injil hari ini menceritakan tentang Yesus yang menyembuhkan 10 orang kusta, dan hanya satu orang, seorang Samaria dan karena itu orang asing, yang kembali untuk mengucapkan terima kasih kepada-Nya (bdk. Luk 17:11-19). Tuhan berkata kepadanya: "Bangunlah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau" (Luk 17:19). Bagian Injil ini mengajak kita untuk merenungkan dua hal. Pertama-tama, bagian ini membangkitkan dua tingkat penyembuhan: yang pertama, yang lebih dangkal, menyangkut tubuh. Tingkat yang lebih dalam lainnya menyentuh kedalaman terdalam dari seseorang, yang oleh Alkitab disebut "hati", dan dari sana menyebar ke seluruh kehidupan seseorang. Penyembuhan yang lengkap dan radikal adalah "keselamatan". Dengan membedakan antara "kesehatan" dan "keselamatan", bahkan bahasa sehari-hari membantu kita untuk memahami bahwa keselamatan jauh lebih dari sekadar kesehatan: sesungguhnya, keselamatan adalah kehidupan yang baru, penuh, dan definitif. Lebih jauh, Yesus di sini, seperti dalam situasi lain, mengucapkan kata-kata: "Imanmu telah menyelamatkan dikau". Imanlah yang menyelamatkan manusia, membangun kembali hubungan mereka yang mendalam dengan Tuhan, diri mereka sendiri dan orang lain; dan iman diungkapkan dalam rasa syukur. Mereka yang, seperti orang Samaria yang disembuhkan, tahu bagaimana mengucapkan "terima kasih", menunjukkan bahwa mereka tidak menganggap segala sesuatu sebagai hak mereka tetapi sebagai anugerah yang pada akhirnya datang dari Tuhan, bahkan ketika itu datang melalui manusia atau melalui alam. Dengan demikian, iman memerlukan keterbukaan pribadi terhadap kasih karunia Tuhan; itu berarti mengakui bahwa segala sesuatu adalah anugerah, segala sesuatu adalah kasih karunia. Betapa berharganya yang tersembunyi dalam dua kata kecil: "terima kasih"!
Yesus menyembuhkan 10 orang yang sakit kusta, penyakit yang pada masa itu dianggap sebagai "kenajisan yang menular" yang memerlukan pembersihan ritual (lih. Im 14: 1-37). Sesungguhnya, "kusta" yang benar-benar merusak manusia dan masyarakat adalah dosa; kesombongan dan keegoisanlah yang melahirkan ketidakpedulian, kebencian, dan kekerasan dalam jiwa manusia. Tidak seorang pun, kecuali Allah yang adalah kasih, dapat menyembuhkan kusta jiwa yang menodai wajah manusia. Dengan membuka hatinya kepada Tuhan, orang yang bertobat disembuhkan dari kejahatan di dalam dirinya.
RENUNGAN PAGI