Hari Biasa Pekan XXXIII
Sejak Paskah, Roh Kudus "menginsyatkan" dunia akan "dosa" (Yoh 16:8-9), artinya Ia menyingkapkan bahwa dunia tidak percaya kepada Dia, yang diutus Bapa. Roh yang sama, yang membuka kedok dosa, adalah juga Penolong Bdk. Yoh 15:26. yang memberi rahmat penyesalan dan pertobatan kepada hati manusia Bdk. Kis 2:36-38; DeV 27-48. (Katekismus Gereja Katolik, 1433)
Antifon Pembuka (Why 4:11)
Sudah sewajarnya, ya Tuhan dan Allah kami, Engkau menerima puji-pujian, hormat dan kuasa. Sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu dan karena kehendak-Mu semua yang ada dijadikan.
Doa Pagi
Allah Bapa yang kekal dan kuasa, perkenankan kami memelihara dan memperkembangkan segala sesuatu yang diserahkan kepada kami. Semoga kami dapat ikut serta melaraskan ciptaan-Mu menjadi madah pujian bagi nama-Mu yang kudus dan setia. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Karya: thanasus/istock.com |
Aku, Yohanes, melihat: Sungguh, sebuah pintu terbuka di surga dan suara yang dahulu pernah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya, “Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.” Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta berdiri di surga, dan di atas takhta itu duduklah Seseorang. Dan Dia yang duduk di atas takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis. Dan suatu pelangi melingkungi takhta itu, gilang gemilang, bagaikan zamrud rupanya. Di sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di atasnya duduk dua puluh empat tua-tua yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka. Dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu. Itulah ketujuh Roh Allah. Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; Di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata di sebelah muka dan di sebelah belakang. Adapun makhluk yang pertama seperti singa, makhluk yang kedua seperti anak lembu, makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, sedang makhluk yang keempat seperti burung nasar yang sedang terbang. Keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan tanpa henti-hentinya mereka berseru siang dan malam, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah yang mahakuasa, yang selalu ada, dulu, kini dan kelak.” Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan pujian, dan hormat, dan ucapan syukur kepada Dia yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata, “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian, hormat dan kuasa. Sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu. Dan karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah yang Mahakuasa.
Ayat. (Mzm 150:1-2.3-4.5-6)
1. Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat! Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya! Pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat!
2. Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling!
3. Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang! Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (lih. Yoh 15:16)
"Mengapa uangku tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang?"
Pada waktu Yesus sudah dekat Yerusalem, orang menyangka bahwa Kerajaan Allah akan segera nampak. Maka Yesus berkata, “Ada seorang bangsawan berangkat ke negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja. Sesudah itu baru ia akan kembali. Maka ia memanggil sepuluh orang hambanya, dan memberi mereka sepuluh mina, katanya, ‘Pakailah ini untuk berdagang sampai aku kembali’. Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan, ‘Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami’. Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Yang pertama datang dan berkata, ‘Tuan, mina Tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina’. Katanya kepada hamba itu, ‘Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik. Engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.’ Datanglah yang kedua dan berkata, “Tuan, mina Tuan telah menghasilkan lima mina’. Katanya kepada orang kedua itu, ‘Dan engkau, kuasailah lima kota’. Dan hamba yang ketiga datang dan berkata, ‘Tuan, inilah mina Tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut akan Tuan, karena Tuan adalah manusia yang keras. Tuan mengambil apa yang tidak pernah Tuan taruh, dan Tuan menuai apa yang tidak Tuan tabur’. Kata bangsawan itu, ‘Hai hamba yang jahat! Aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tau, aku ini orang yang keras. Aku mengambil apa yang tidak pernah kutaruh dan menuai apa yang tidak kutabur. Jika demikian mengapa uangku tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya’. Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ, ‘Ambillah mina yang satu itu dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu’. Kata mereka kepadanya, ‘Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina’. Ia menjawab, ‘Aku berkata kepadamu, setiap orang yang mempunyai, ia akan diberi; tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya. Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku’.” Setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.
Renungan
Pada saat pembaptisan, kita disebut orang Kristen. Menjadi orang Kristen berarti kita adalah murid Yesus Kristus dan cara hidup kita adalah cara Injil. Namun, apakah cara hidup Kristen itu? Kita dipanggil untuk menjadi apa? Panggilan pembaptisan dan cara hidup Kristen kita adalah panggilan untuk kekudusan dan untuk menjalani hidup dalam jalan kekudusan. Allah yang menciptakan kita adalah Allah yang kudus dan karenanya kita dipanggil untuk menjadi kudus sebagaimana Allah itu kudus.
Dalam bacaan pertama, seluruh alam surga mewartakan kekudusan Allah dan kekudusan itu diungkapkan dalam kemuliaan, kehormatan dan kuasa Allah, dan dalam semua yang telah diciptakan Allah. Jadi, Allah menciptakan kita untuk menjadi kudus, Ia menciptakan dunia untuk menjadi kudus, sehingga semua ciptaan adalah cerminan dari kekudusan Allah.
Dalam cara hidup Kristen kita, ada banyak cara untuk mengungkapkan kekudusan Allah itu, seperti dalam kasih kita kepada Allah dan kepada sesama, dalam karya-karya amal kita, dalam kelembutan dan kebaikan, dalam belas kasih dan pengampunan.
Dalam perumpamaan Injil, kita melihat ungkapan lain tentang kekudusan Allah, yaitu kesetiaan kita kepada Allah dalam tugas dan tanggung jawab kita. Ketika kita setia kepada tugas dan tanggung jawab kita, kita juga setia kepada panggilan kita untuk menjadi kudus, dan dengan melakukannya, kita memuliakan Allah yang kudus.
Tuhan, ajarilah aku untuk rela menyumbangkan talentaku untuk kemuliaan nama-Mu dan kebaikan hidup bersama. Amin.
Komentar hari ini
Paus Benediktus XVI, Angelus, 13 November 2011
Saudara-saudari terkasih, marilah kita menerima undangan untuk berjaga-jaga, yang sering kali diingatkan oleh Kitab Suci! Inilah sikap orang-orang yang tahu bahwa Tuhan akan datang kembali dan bahwa Ia ingin melihat buah-buah kasih-Nya di dalam diri kita. Kasih sayang adalah kebaikan mendasar yang tidak dapat gagal diwujudkan oleh siapa pun dan tanpanya semua kebaikan lainnya tidak ada artinya (lih. 1 Kor 13:3). Jika Yesus mengasihi kita sampai menyerahkan nyawa-Nya bagi kita (lih. 1 Yoh 3:16), bagaimana mungkin kita tidak mengasihi Allah dengan segenap diri kita dan mengasihi satu sama lain dengan kehangatan yang sejati? (lih. 1 Yoh 4:11). Hanya dengan mengamalkan kasih sayang, kita juga akan dapat ambil bagian dalam sukacita Tuhan kita. Semoga Perawan Maria mengajarkan kita kewaspadaan yang aktif dan penuh sukacita dalam perjalanan kita menuju perjumpaan dengan Allah.