Saudara-saudari terkasih, pada hari ini Gereja memperingati St. Lusia, yang juga dikenal sebagai St. Lusia dari Sirakusa, seorang martir pada awal abad keempat. Ia lahir dari keluarga bangsawan Romawi pada akhir abad ketiga, pada masa naiknya kekuasaan Kaisar Diokletianus, Kaisar Romawi yang kemudian menjadi terkenal di kalangan umat Kristen karena penganiayaannya yang sangat keras terhadap mereka dan Gereja. St. Lusia mengabdikan dirinya kepada Tuhan dan sangat saleh dalam hidupnya, dan ia berkomitmen pada sumpah suci keperawanan kepada Tuhan. Namun, masalah muncul ketika ibunya, yang merawat St. Lusia, menjodohkannya dengan seorang bangsawan muda kafir yang kaya, karena khawatir tentang masa depannya setelah ayahnya meninggal saat ia baru berusia lima tahun.
Ibu Santa Lusia, Eutychia, saat itu juga menderita suatu penyakit, dan melalui perantaraan seorang martir lokal terkenal lainnya, Santa Agatha, yang menampakkan diri kepada Santa Lusia dalam sebuah mimpi, ibunya pun sembuh, dan hal ini mendorong Santa Lusia untuk membujuk ibunya agar memberikan sumbangan dari harta dan warisan keluarganya kepada orang miskin dan yang kurang beruntung. Namun tindakan ini tidak disambut baik oleh bangsawan kafir yang menjadi tunangan Santa Lusia, dan ia melaporkan Santa Lusia kepada gubernur Romawi, Paschasius. Paschasius memaksa Santa Lusia untuk membakar persembahan kepada Kaisar Romawi, tetapi ia dengan berani menolak, dan ketika ia dijatuhi hukuman untuk dinodai di rumah bordil, orang-orang yang ditugaskan untuk membawanya ke rumah bordil tidak dapat memindahkannya, karena Tuhan melindunginya dari pencemaran. Akhirnya, ia menjadi martir dengan pedang yang ditusukkan ke tenggorokannya.
Saudara-saudari dalam Kristus, sebagaimana telah kita bahas sebelumnya dari kehidupan dan teladan yang diberikan oleh St. Lusia dari Sirakusa, martir suci Gereja, marilah kita semua mengingat bahwa hidup kita di dunia ini haruslah kudus dan patut diteladani, dan kita harus selalu berfokus kepada Tuhan setiap saat agar kita tidak kehilangan pandangan akan harapan dan keselamatan-Nya, dan tertipu dan disesatkan oleh segala macam godaan dan gangguan duniawi di sekitar kita. Semoga Tuhan, Allah dan Guru kita yang paling pengasih, terus membantu dan membimbing kita semua dalam perjalanan kita sehingga kita dapat datang kepada-Nya dan menemukan kebahagiaan dan penghiburan sejati di dalam-Nya di akhir perjalanan hidup kita. Amin.