Minggu, 30 Maret 2025 Hari Minggu Prapaskah IV

 
Minggu, 30 Maret 2025
Hari Minggu Prapaskah IV
 
Yesus mengundang para pendosa ke meja Kerajaan Allah: "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa" (Mrk 2:17) Bdk. 1 Tim 1:15.. Ia mengajak mereka supaya bertobat, karena tanpa tobat orang tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan. Tetapi Ia menunjukkan kepada mereka perkataan dan perbuatan belas kasihan Bapa yang tidak terbatas Bdk. Luk 15:11- 32. dan "kegembiraan" yang luar biasa, yang "akan ada di surga, karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan" (Luk 15:7). Bukti cinta-Nya yang terbesar ialah penyerahan kehidupan-Nya "untuk pengampunan dosa" (Mat 26:28).     1443, 588, 1846,  (Katekismus Gereja Katolik, 545)
    
Antifon Pembuka (Yes 66:10-11)

Bersukacitalah bersama Yerusalem, dan berhimpunlah, kamu semua yang mencintainya; bergembiralah dengan sukacita, hai kamu yang dulu berdukacita, agar kamu bersorak-sorai dan dipuaskan dengan kelimpahan penghiburanmu.

Lætare Ierusalem: et conventum facite omnes qui diligitis eam: gaudete cum lætitia, qui in tristitia fuistis: ut exsultetis, et satiemini ab uberibus consolationis vestræ.
   
Credit: Tinnakorn Jorruang/istock.com
Pengantar 
 
Hari Minggu Prapaskah IV sering disebut Minggu LAETARE (bdk. Minggu III Adven = Minggu GAUDETE). Itu artinya kita sudah berada pada SEPARUH pertama dari masa Prapaskah. Seruan itu digemakan dalam Antifon Pembuka misa: “Bersukacitalah bersama Yerusalem, dan bersorak sorailah karenanya, hai semua para pencintanya. Bergiranglah riang ria bersama dia, kalian yang dulu berkabung karena-Nya.” Oleh karena itu warna Liturgi sedikit berubah dari ungu menjadi rose / merah muda, yang melambangkan pengharapan dan sukacita antisipasi perayaan Paskah.  
  
Pengalaman sukacita itu pun dapat kita lihat dalam perjumpaan Tuhan Yesus dengan orang yang buta. Dalam Injil tahun A dikisahkan tentang orang yang buta sejak lahir. Dalam tradisi Yahudi, dosa bisa menjadikan seseorang itu mendapatkan kebutuan sejak lahir. Hal ini pula yang membuat para murid Yesus mempertanyakan siapa yang telah berdosa sehingga orang ini dilahirkan demikian. Tuhan Yesus membongkar pemikiran mereka. Keadaan orang itu bukanlah terjadi akibat dosa. Tetapi melalui keadaan orang itu sukacita dari Allah dinyatakan. Ia membawa terang baginya. Bagi orang buta itu, suka cita terbesar yang ia rasakan adalah bahwa ia dapat melihat. Itulah yang Tuhan Yesus berikan kepadanya. Pengalaman demikian pun dirasakan oleh Daud. Bukan karena paras yang indah dan bukan pula karena badan yang kekar yang dipilih Tuhan. Bukan pula karena keundahan yang ditampilkan mata mausia yang dipilih Allah. Tetapi Tuhan Allah memilih Daud karena hatinya. Hati yang selalu rindu akan Tuhan. Hati yang selalu terarah pada cinta kasih Allah. Itulah iman dari Daud. Iman itulah yang membuatnya dipilih oleh Allah menjadi raja. Iman itu pula yang membawa sukacita besar bagi Daud.
      
Doa Pagi

Ya Allah, dengan pengantaraan Sabda-Mu Engkau telah memulihkan hubungan damai dengan umat manusia secara mengagumkan. Kami mohon, berilah agar umat kristiani, dengan cinta bakti yang penuh semangat dan iman yang hidup, bergegas menyongsong hari-hari raya yang akan datang. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.     
    
 
TAHUN C
Bacaan Injil tentang perempuan Samaria, orang yang lahir buta dan pembangkitan Lazarus, yang disediakan untuk Minggu Prapaskah ke-3, ke-4, dan ke-5 , juga dapat dibawakan pada Tahun B dan C, karena amat bermakna bagi inisiasi ke dalam Gereja, terutama di mana ada pelamar baptis. (Surat Edaran Perayaan Paskah dan persiapannya, Kongregasi Ibadat Ilahi, 16 Januari 1988 No. 24).
 Bacaan dari Kitab Yosua (5:9a.10-12) 
 
"Umat Allah memasuki tanah yang dijanjikan, dan merayakan Paskah."
  
Sekali peristiwa, setelah Yosua selesai menyunatkan seluruh bangsa, berfirmanlah Tuhan kepada Yosua, “Hari ini telah Kuhapuskan cela Mesir dari padamu.” Sementara berkemah di Gilgal, orang Israel itu merayakan Paskah pada hari yang keempat belas bulan itu, pada waktu petang, di dataran Yerikho. Lalu pada hari sesudah Paskah mereka makan hasil negeri itu, yakni roti yang tidak beragi dan bertih gandum, pada hari itu juga. Pada keesokan harinya, setelah mereka makan hasil negeri itu, manna tidak turun lagi. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan.
Ayat. (Mzm 89:2-3.4-5.27.29; Ul:9a)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
3. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (5:17-21)
 
"Allah mendamaikan kita dengan diri-Nya lewat Kristus."
 
Saudara-saudara, barangsiapa ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru. Yang lama telah berlalu, dan sungguh, yang baru sudah datang. Semuanya ini datang dari Allah yang telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dengan perantaraan Kristus dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya lewat Kristus tanpa memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami. Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: Berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Kristus yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Luk 15:18)
Baiklah aku kembali kepada bapaku dan berkata, "Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan bapa."

Inilah Injil Suci menurut Lukas (15:1-3.11-32)
 
"Adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali."
  
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasa datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Maka Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka, “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya, ‘Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku’. Lalu ayahnya membagi-bagi harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu, lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya harta miliknya, timbullah bencana kelaparan di negeri itu, dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babi. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya, ‘Betapa banyak orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagi disebut anak Bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan Bapa.’ Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihat dia, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya, ‘Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagi disebut anak Bapa.’ Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya, “Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, kenakanlah kepadanya; pasanglah cincin pada jarinya, dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung sedang berada di ladang. Ketika pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu, ‘Adikmu telah kembali, dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatkan kembali anak itu dengan selamat.’ Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya, “Telah bertahun-tahun aku melayani Bapa, dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa, tetapi kepadaku belum pernah Bapa memberikan seekor anak kambing pun untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak Bapa yang telah memboroskan harta kekayaan Bapa bersama dengan pelacur-pelacur, maka Bapa menyembelih anak lembu tambun untuk dia.’ Kata ayahnya kepadanya, ‘Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali’.”
Verbum Domini 
(Demikianlah Sabda Tuhan)
U. Laus tibi Christe 
(U. Terpujilah Kristus)


Renungan

  

Secara umum, manusia memiliki lima indera - penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan sentuhan. Kelima indera ini menyediakan otak dengan data yang diperlukan untuk persepsi dan interaksi dengan lingkungan.

Lalu ada indra keenam, yang bisa disebut sebagai intuisi, atau bisa juga semacam kesadaran yang tidak bisa dijelaskan dengan persepsi normal.

Tentu saja yang tidak boleh dilupakan adalah “akal sehat” yang seharusnya kita miliki tetapi entah kenapa kita seolah tidak menyadarinya atau sepertinya kita tidak terlalu menggunakannya.

Akal sehat memberi tahu kita apa yang jelas tentang kehidupan tetapi entah bagaimana kita tidak terlalu memperhatikannya.

Misalnya, tidak peduli seberapa tinggi kita, kita tidak akan dapat melihat apa yang akan terjadi besok. Sebesar apapun mobil yang kita kendarai, kita tetap harus berjalan ke tempat tidur.

Ya, begitulah akal sehat tentang realitas kehidupan, namun entah kenapa kesadaran dan persepsi kita tentangnya seolah teredam oleh kesibukan dan kecemasan hidup.

Dan itulah mengapa kita perlu terus-menerus diingatkan tentang realitas umum dasar kehidupan, “akal sehat” kehidupan, untuk berbicara, karena kita lupa dan kemudian kita membiarkan “omong kosong” menjadi arah hidup kita.

Injil dimulai dengan mengatakan bahwa pemungut cukai dan orang berdosa semuanya mencari Yesus untuk mendengar apa yang Dia katakan.

Tetapi mengapa orang-orang berdosa itu ingin mencari Yesus dan mendengar apa yang Dia katakan?

Mungkinkah mereka menyadari bahwa cara hidup mereka tidak masuk akal dan bahwa apa yang Yesus katakan membawa mereka kembali ke akal sehat mereka dan membangkitkan kasih Allah bagi mereka?

Kemudian kita diingatkan lagi tentang belas kasihan Allah yang besar ini dengan perumpamaan yang tentang anak yang hilang, di mana kita mendengar kisah tentang anak   bungsu yang hilang dan pemberontak dari seorang ayah yang kaya, yang memiliki dua anak. 
   
Anak bungsu itu memilih untuk mengambil sebagian dari warisannya dan meninggalkan keluarganya, untuk menikmati gaya hidup hedonistik dan jahat di negeri asing yang jauh, dan akhirnya seperti yang kita semua tahu, anak yang hilang itu kehabisan uang dan harta benda, dan berakhir sebagai orang miskin di negara yang jauh dan asing itu, tanpa ada yang merawatnya, dan dengan semua mantan teman dan rekannya hanya peduli pada kekayaan dan harta benda yang dia miliki, dan tidak benar-benar mencintainya, tidak seperti ayahnya.
     
Apa yang dilakukan putra bungsunya sama sekali tidak rasional dan tidak masuk akal. Dia meminta bagiannya dari properti dan dia mendapatkannya. Dia melakukan hal bodoh meninggalkan ayahnya ke negara yang jauh di mana dia menghambur-hamburkan uangnya untuk kehidupan pesta pora.

Dan ketika dia benar-benar putus asa, dia melakukan hal yang tidak terpikirkan untuk melawan tradisi Yahudinya yang mempekerjakan dirinya sendiri untuk memelihara babi.

Tetapi di kandang babi itulah semua indranya memberontak terhadapnya – penglihatan, bau busuk, suara, kekotoran dan kelaparan – dan kemudian, seperti yang dikatakan perumpamaan itu, ia sadar.

Dan saat indranya terbangun, akal sehat dan segalanya, dia memutuskan untuk meninggalkan tempat itu dan kembali ke ayahnya.
 
Dan tak disangka, sang ayah menyambut kembali anak bungsu yang hilang, pemberontak dan jahat dengan kemegahan besar, karena dia telah menemukannya sekali lagi, dan dia melihat bagaimana anak ini telah bertobat dan menyesali dosa dan kesalahan masa lalunya, dan karenanya, dengan kembali semua jalan kepadanya, alih-alih tinggal di negeri yang jauh itu, anak laki-laki itu sekali lagi mendapatkan bantuan dari ayahnya, dan memang ada kegembiraan yang besar sebagai anak yang hilang yang menjadi bagian dari keluarga sang ayah, dan ini menggambarkan cara yang seharusnya kita semua lakukan untuk datang kepada Allah, Bapa, Pencipta, dan Tuan kita yang maha pengasih.

Kita mungkin telah mendengar perumpamaan ini berkali-kali, tetapi kita harus mengakui bahwa apa yang dilakukan sang ayah sangat mengejutkan dan tidak terduga. Dan ini adalah wahyu ilahi dalam situasi manusia. Tidak peduli seberapa besar dosa kita atau seberapa jauh kita telah berpaling dari Tuhan, Tuhan adalah seperti seorang ayah yang melihat putranya ketika dia masih jauh dan berlari ke arahnya, memeluknya dan menciumnya dengan lembut.

Memang, itu adalah wahyu Tuhan dalam situasi manusia, dan itu mungkin juga membuat kita bertanya-tanya. Mungkinkah Tuhan bisa mengampuni begitu saja? Mungkin bagi Tuhan mungkin tapi tidak bagi kita. Karena memaafkan itu sangat sulit. Dan bahkan jika kita bisa memaafkan, maka kita tetap tidak bisa melupakan.

Itulah yang dikatakan orang-orang Farisi, “Orang ini menyambut orang berdosa dan makan bersama mereka.” Mereka tidak dapat menerima orang berdosa, apalagi mengampuni mereka. Itu juga anak sulung. Anak sulung tidak bisa memaafkan adiknya. Tapi tidak memaafkan sebenarnya tidak rasional dan tidak masuk akal. Karena tidak mau mengampuni adalah penyakit spiritual dan diwujudkan secara fisik dalam masalah kesehatan kita. Tidak mau mengampuni juga dimanifestasikan secara emosional, saat kita menjadi mudah marah dan kita terbakar dengan kebencian dan kepahitan.

Tetapi melalui perumpamaan Injil, wahyu ilahi yang mendalam masuk ke dalam situasi manusiawi yang duniawi. Tuhan mengampuni, Dia pengasih dan penyayang, Dia berlari ke arah kita meskipun kita telah berdosa, Dia menghilangkan rasa malu kita, Dia memeluk kita dalam pelukan-Nya dan Dia ingin menyembuhkan kita dari luka dosa kita.

Jadi marilah kita bergabung dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa itu di dalam Injil dan mendengarkan apa yang Yesus katakan kepada kita. Semoga kita sadar, disembuhkan dan diampuni, dan menjadi duta Yesus untuk membawa rekonsiliasi, pengampunan dan penyembuhan..
     

   
Antifon Komuni (Bdk. Mzm 122:3-4)

Yerusalem dibangun sebagai kota yang rapat tersusun. Ke sana berziarah suku-suku, yakini suku-suku Tuhan, untuk memuji nama-Mu, ya Tuhan.
   
Ierusalem, quæ ædificatur ut civitas, cuius participatio eius in idipsum: illuc enim ascenderunt tribus, tribus Domini, ad confitendum nomini tuo, Domine.
 
Jerusalem is built as a city bonded as one together.It is there that the tribes go up, the tribes of the Lord,to praise the name of the Lord.
 

 
 
  
Minggu Prapaskah Keempat
Komentar hari ini
Paus Benediktus XVI, Angelus, 4 Maret 2010

 
Pada Minggu Prapaskah Keempat ini, Injil tentang Bapa dan kedua putranya yang lebih dikenal sebagai Perumpamaan "Anak yang Hilang" (Luk 15:11-32) diwartakan. Bagian dari Injil Lukas ini merupakan salah satu puncak spiritualitas dan sastra sepanjang masa. Sungguh, apa jadinya budaya, seni, dan peradaban kita secara umum tanpa wahyu tentang Allah Bapa yang begitu penuh belas kasihan ini? Wahyu ini tidak pernah gagal menggerakkan kita dan setiap kali kita mendengar atau membacanya, wahyu ini dapat memberi kita makna yang selalu baru. Di atas segalanya, teks Injil ini memiliki kekuatan untuk berbicara kepada kita tentang Allah, yang memungkinkan kita untuk mengenal Wajah-Nya dan, lebih baik lagi, Hati-Nya. Setelah Yesus memberi tahu kita tentang Bapa yang penuh belas kasihan, segala sesuatu tidak lagi seperti sebelumnya. Sekarang kita mengenal Allah; Dia adalah Bapa kita yang karena kasih menciptakan kita untuk menjadi bebas dan menganugerahi kita dengan hati nurani, yang menderita ketika kita tersesat dan bersukacita ketika kita kembali. Karena alasan ini, hubungan kita dengan-Nya dibangun melalui berbagai peristiwa, sebagaimana yang terjadi pada setiap anak dengan orang tuanya: pada awalnya dia bergantung pada mereka, kemudian dia menegaskan otonominya; dan, pada akhirnya jika dia berkembang dengan baik, dia mencapai hubungan yang matang berdasarkan rasa syukur dan kasih yang sejati.
 
Dalam tahap-tahap ini kita juga dapat mengidentifikasi momen-momen sepanjang perjalanan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan. Mungkin ada fase yang menyerupai masa kanak-kanak: agama yang didorong oleh kebutuhan, oleh ketergantungan. Ketika manusia tumbuh dan menjadi terbebas, dia ingin membebaskan dirinya dari ketundukan ini dan menjadi bebas dan dewasa, mampu mengatur dirinya sendiri dan membuat keputusannya sendiri, bahkan berpikir bahwa dia dapat hidup tanpa Tuhan. Tepatnya tahap ini peka dan dapat mengarah pada ateisme, namun bahkan ini sering kali menyembunyikan kebutuhan untuk menemukan Wajah Tuhan yang sejati. Beruntung bagi kita, Tuhan tidak pernah gagal dalam kesetiaan-Nya dan bahkan jika kita menjauhkan diri dan tersesat, Ia terus mengikuti kita dengan kasih-Nya, mengampuni kesalahan-kesalahan kita dan berbicara kepada hati nurani kita dari dalam untuk memanggil kita kembali kepada-Nya. Dalam perumpamaan ini, kedua anak itu berperilaku dengan cara yang berlawanan: anak yang lebih muda meninggalkan rumah dan semakin terpuruk sedangkan anak yang lebih tua tinggal di rumah, tetapi ia juga memiliki hubungan yang belum dewasa dengan Bapa. Bahkan, ketika saudaranya kembali, sang kakak tidak bersukacita seperti Bapa; sebaliknya ia menjadi marah dan menolak untuk masuk ke dalam rumah. Kedua anak itu melambangkan dua cara yang belum dewasa dalam berhubungan dengan Tuhan: pemberontakan dan kepatuhan seperti anak-anak. Kedua bentuk ini diatasi melalui pengalaman belas kasihan. Hanya dengan mengalami pengampunan, dengan mengakui bahwa seseorang dikasihi dengan kasih yang diberikan dengan cuma-cuma, kasih yang lebih besar daripada kesengsaraan kita tetapi juga daripada jasa kita sendiri, kita akhirnya masuk ke dalam hubungan yang benar-benar berbakti dan bebas dengan Tuhan.

Sahabat terkasih, marilah kita merenungkan perumpamaan ini. Marilah kita membandingkan diri kita dengan kedua anak itu dan, khususnya, merenungkan Hati Bapa. Marilah kita berserah diri kepada-Nya dan dilahirkan kembali melalui kasih-Nya yang penuh belas kasih. Semoga Perawan Maria, Mater Misericordiae, membantu kita untuk melakukan ini.
 
 
TAHUN A
    

 
Bacaan dari Kitab Pertama Samuel (16:1b.6-7.10-13a)
  
"Daud diurapi menjadi raja Israel."
  
Setelah Raja Saul ditolak, berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, “Isilah tabung tandukmu dengan minyak, dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku.” Ketika anak-anak Isai itu masuk, dan ketika melihat Eliab, Samuel berpikir, “Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapi-Nya.” Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, “Janganlah berpancang pada paras atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai, “Semuanya ini tidak dipilih Tuhan.” Lalu Samuel berkata kepada Isai, “Inikah semua anakmu?” Jawab Isai, “Masih tinggal yang bungsu, tetapi ia sedang menggembalakan kambing domba.” Kata Samuel kepada Isai, “Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari.” Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Kulitnya kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu Tuhan berfirman, “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” Samuel mengambil tabung tanduknya yang berisi minyak itu, dan mengurapi Daud di tengah saudara-saudaranya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2/4, PS 849
Ref. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ayat. (Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6, Ul: lih. 1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kau siapkan hidangan bagiku dihadapan lawanku, Kauurapi kepalaku dengan minyak, dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku selalu, sepanjang umur hidupku, aku akan diam di rumah Tuhan, sekarang dan senantiasa.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (5:8-14)
 
"Bangkitlah dari antara orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu."
  
Saudara-saudara, memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang. Karena terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran. Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya, telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebut saja apa yang mereka buat di tempat-tempat yang tersembunyi sudah memalukan. Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. Itulah sebabnya dikatakan, “Bangunlah, hai kamu yang tidur, dan bangkitlah dari antara orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 8:12b)
Akulah cahaya dunia; siapa yang mengikuti Aku akan hidup dalam cahaya abadi.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (9:1-41) (Singkat: Yoh 9:1.6-9.13-17.34-38).
 
"Orang buta itu pergi, membasuh diri, dan dapat melihat."
   
Sekali peristiwa, ketika Yesus sedang berjalan lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahir. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orangtuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus, “Bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang. Akan datang malam, di mana tak seorang pun dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Sesudah mengatakan semua itu, Yesus meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya, “Pergilah, basuhlah dirimu di kolam Siloam.” Siloam artinya “Yang Diutus”. Maka pergilah orang itu. Ia membasuh dirinya, lalu kembali dengan matanya sudah melek. Maka tetangga-tetangganya, dan mereka yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata, “Bukankah dia ini yang selalu mengemis?” Ada yang berkata, “Benar, dialah ini!” Ada pula yang berkata, “Bukan, tetapi ia serupa dengan dia.” Orang itu sendiri berkata, “Benar, akulah dia.” Kata mereka kepadanya, “Bagaimana matamu menjadi melek?” Jawabnya, “Orang yang disebut Kristus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku, dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi, dan setelah membasuh diri, aku dapat melihat.” Lalu mereka berkata kepadanya, “Di manakah Dia?” Jawabnya, “Aku tidak tahu.” Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu adalah hari Sabat. Karena itu orang-orang Farisi pun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya, “Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.” Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu, “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.” Sebagian pula berkata, “Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mukjizat yang demikian?” Maka timbullah pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka pula kepada orang yang tadinya buta itu, “Dan engkau, karena Ia telah memelekkan matamu, apakah katamu tentang Dia?” Jawabnya, “Ia seorang nabi!” Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru sekarang dapat melihat. Maka mereka memanggil orangtuanya dan bertanya kepada mereka, “Inikah anakmu yang kamu katakan lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?” Jawab orang tua itu, “Yang kami tahu, dia ini anak kami, dan ia memang lahir buta. Tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu; dan siapa yang memelekkan matanya, kami juga tidak tahu. Tanyakanlah kepadanya sendiri,sebab ia sudah dewasa; ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.” Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengakui Yesus sebagai Mesias akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tua itu berkata, “Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri.” Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu, dan berkata kepadanya, “Katakanlah kebenaran di hadapan Allah: Kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.” Jawabnya, “Apakah Dia itu orang berdosa, aku tidak tahu! Tetapi satu hal yang aku tahu, yaitu: Aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.” Kata mereka kepadanya, “Apakah yang diperbuat-Nya kepadamu? Bagaimana Ia dapat memelekkan matamu?” Jawabnya, “Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya. Mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?” Sambil mengejek, orang-orang Farisi berkata kepadanya, “Engkau saja murid orang itu, tetapi kami murid-murid Musa. Kami tahu bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu, kami tidak tahu dari mana Ia datang.” Jawab orang itu kepada mereka, “Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, padahal Ia telah memelekkan mataku. Kita tahu bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.” Jawab mereka, “Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa, dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu mereka mengusir dia ke luar. Yesus mendengar bahwa orang itu telah diusir oleh orang-orang Farisi. Maka ketika bertemu dengan dia, Yesus berkata, “Pecayakah engkau kepada Anak Manusia?” Jawabnya, “Siapakah Dia, Tuhan, supaya aku percaya kepada-Nya.” Kata Yesus kepadanya, “Engkau bukan saja melihat Dia! Dia yang sedang berbicara dengan engkau, Dialah itu!” Kata orang itu, “Aku percaya, Tuhan!” lalu ia sujud menyembah Yesus. Kata Yesus, “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa tidak melihat dapat melihat, dan supaya yang dapat melihat menjadi buta.” Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ, dan mereka berkata kepada Yesus, “Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?” jawab Yesus kepada mereka, “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa. Tetapi karena kamu berkata, ‘Kami melihat’, maka tetaplah dosamu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
    
Antifon Komuni (Bdk. Yoh 9:11)

Tuhan mengolesi mataku, lalu aku pergi dan aku membasuh muka, dan aku melihat, dan aku percaya kepada Allah.

The Lord anointed my eyes: I went, I washed, I saw and I believed in God.

Lutum fecit ex sputo Dominus, et linivit oculos meos: et abii, et lavi, et vidi, et credidi Deo. (Yoh 9:6,11,38)
 
 

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy