| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>
Tampilkan postingan dengan label BKSN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BKSN. Tampilkan semua postingan

Bulan Kitab Suci Nasional 2020


Download Cover Buku Pegangan BKSN 2020
  
Download Buku Pegangan BKSN 2020
  
Download Poster BKSN 2020
    
Download Keterangan Poster BKSN 2020

Pertemuan IV Keluarga yang Beribadah dalam Roh dan Kebenaran


BULAN KITAB SUCI NASIONAL 2014
KELUARGA BERIBADAH DALAM SABDA
oleh Rm. F.X. Didik Bagiyowinadi Pr
LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA 2014


Pertemuan IV: Keluarga yang Beribadah dalam Roh dan Kebenaran
 
TUJUAN:
1. Peserta semakin mengimani Yesus sebagai Mesias yang menuntun kita beribadah secara benar.
2. Peserta memahami arti dan perwujudan menyembah Allah Bapa dalam Roh dan Kebenaran.
 
GAGASAN POKOK:
Kadang kita mempersoalkan di manakah dan dengan cara apa kita mesti beribadah dan menyembah Allah. Perikop yang kita renungkan kali ini meng-angkat pembicaraan Yesus dengan wanita Samaria yang menyinggung perbedaan tempat beribadah di antara orang Yahudi dan orang Samaria. Namun, Yesus menegaskan bahwa kini telah tiba saatnya bahwa orang menyembah Allah tidak lagi terikat pada tempat entah di Yerusalem ataupun di gunung Gerizim, tetapi mereka akan menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran. 
  
Penyataan “menyembah Allah dalam roh dan kebenaran” bukan berarti menyembah Allah di dalam diri kita sendiri dan kemudian mengabaikan ibadah bersama, karena yang dimaksudkan adalah Roh Allah, bukan roh pada manusia (lih. ay. 24). Menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran berarti kita menyembah Allah karena digerakkan oleh Roh yang telah menyatakan kebenaran tentang Allah. Allah hanya bisa disembah sebagai Bapa oleh mereka yang telah memiliki Roh yang menjadikan mereka anak-anak Allah (Rom 8:15-16). Roh Kudus pula yang telah melahirkan mereka “dari atas” (Yoh 3:3, anōthen (Yun), bisa berarti “dari atas” atau “kembali”). Roh Kudus telah mengangkat kita dari level “daging/dari bawah” (Yoh 3:8) sehingga memungkinkan kita menyembah Allah secara layak. Orang yang lahir dari Roh menerima kehidupan dari Roh dan seluruh hidupnya digerakkan oleh Roh itu. Roh kebenaran ini akan memimpin para murid Yesus pada seluruh kebenaran (Yoh 16:13), yakni rahasia Allah sejauh disingkapkan oleh Yesus dan diingatkan oleh Roh Kudus. Dalam pembicaraan dengan wanita Samaria itu Yesus juga menegaskan bahwa dirinya adalah Mesias. Dia membenarkan dugaan wanita Samaria dan sekaligus mewahyukan bahwa dirinya adalah Mesias. Mesias inilah yang akan membimbing kita menyembah Allah dalam Roh Kebenaran dan dengan motivasi yang benar.
 
PENGANTAR
 
Bapak-ibu dan para saudara terkasih, bangsa kita terdiri dari pemeluk beragam agama dan keyakinan. Kadang kita bertanya ibadah manakah yang paling benar, tempat atau kiblat doa manakah yang paling didengarkan Tuhan, dan cara doa seperti apakah yang paling Tuhan kehendaki. Dalam pertemuan terakhir ini kita akan menyimak dialog Yesus dengan wanita Samaria yang menegaskan bahwa saatnya sudah tiba bahwa orang beribadah tidak lagi terpancang pada tempat sebab penyembah yang benar akan menyembah Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran. Apakah maksud pernyataan Tuhan Yesus ini dan bagaimana perwujudannya dalam ibadah keluarga kita, akan kita renungkan bersama-sama. Mari sejenak kita siapkan hati.
 
DOA PEMBUKA
 
Pemandu mengajak umat untuk berdoa memohon agar Roh Kudus membang-kitkan iman seluruh peserta, mengarahkan seluruh diri kepada Sabda Allah, dan membuka hati seluruh peserta agar dapat menerima kehendak Allah. Pemandu dapat menyusun sendiri doa kepada Roh Kudus. Doa itu juga dapat disampaikan dalam nyanyian (MB 448, PS 565-567).
   
Allah Bapa yang maha baik, kami bersyukur telah Kauhimpun kembali untuk bersama-sama merenungkan Firman-Mu. Kami hendak belajar dari Putra-Mu bagaimana kami harus menyembah Engkau dalam Roh dan kebenaran. Maka terangilah kami dengan Roh-Mu sendiri agar kami bisa memahaminya dan semakin menyembah Engkau dengan penuh iman dan kasih. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.
 
LECTIO
 
1. Membaca Teks (Yohanes 4:19-26)
Teks bisa dibacakan dengan pemeranan oleh: narator (pengantar dialog), Yesus (ay. 21-24, 26) dan wanita Samaria (ay.19-20, 25). Selanjutnya peserta kembali menyimak teks dengan membacanya dalam hati.

2. Penjelasan

Para peserta diajak untuk mendalami teks Kitab Suci yang baru saja dibacaka. Dalam pendalaman ini pemandu dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut:
 
1. Peserta diminta menyampaikan pertanyaan informatif seputar teks untuk dibicarakan. Gagasan Pokok dan penjelasan berikut ini dapat membantu pemandu dan peserta agar diskusi informatif dan tematis berjalan lancar. Jadi, dibahas sejauh diperlukan dalam proses pendalaman teks Kitab Suci.
2. Pemandu memberikan penjelasan tentang isi perikop berdasarkan Gagasan Pokok dan Penjelasan Teks.
Yesus sedang berbicara dengan wanita Samaria di pinggir sumur Yakub (Yoh. 4:4-6). Suatu pemandangan yang tidak biasa bahwa seorang Yahudi berbicara dengan wanita Samaria (ay. 7). Semula Yesus meminta air, namun kemudian menawarkan air hidup kepada wanita itu (ay. 10-15). Lalu, Yesus menyinggung kehidupan pribadi wanita itu yang telah lima kali bersuami dan kini hidup bersama dengan lelaki yang bukan suaminya (ay. 16-18). 
    
Pengenalan Yesus akan kehidupan pribadi wanita ini (bdk. juga terhadap Natanael (Yoh 1:48) membuat wanita ini yakin bahwa Yesus adalah seorang nabi. Sebagai seorang Samaria yang hanya mengakui Taurat Musa, gambaran nabi adalah seperti nabi Musa (lih. Ul 18:18). Maka kepada sang nabi ini wanita Samaria itu menanyakan persoalan klasik tentang perbedaan ibadah orang Yahudi dan orang Samaria. Orang Yahudi beribadah di Yerusalem, karena disanalah terdapat Bait Allah yang telah dibangun oleh Salomo (1 Raj 6) dan kemudian dibangun kembali setelah pembuangan Babel (lih. Ezr-Neh). Sementara orang Samaria yang hanya menerima kelima Taurat Musa beribadah di gunung Gerizim karena dalam Ul 11:29; 29:12 di gunung inilah berkat akan diucapkan. Pada abad IV SM dengan seizin Alexander Agung mereka membangun bait suci di gunung ini. Namun kemudian John Hirkanus, penguasa Yahudi dari wangsa Hasmonea, menghancurkannya pada tahun 128 SM. Tetapi orang Samaria tetap beribadah di situs tersebut. 
    
Atas pertanyaan mengenai tempat beribadah yang benar, Yesus meminta wanita yang telah mengakui-Nya sebagai nabi itu untuk percaya kepada-Nya. Sebab akan tiba saatnya, orang beribadah tidak tergantung pada tempatnya: entah di Yerusalem ataupun di Gunung Gerizim (ay. 21). 
    
Pada ay. 22 Yesus berkata, “Kamu (kalian) menyembah apa yang kamu tidak kenal”. Pernyataan ini hanya bisa dimengerti bila kita mengingat latar belakang terjadinya bangsa Samaria. Mereka adalah bangsa-bangsa pendatang yang tiba di Israel setelah penduduk Israel dibuang ke negeri Asyur. Pada saat itu mereka diserang oleh singa-singa dan mengira bahwa Allah negeri yang mereka tinggali murka. Maka mereka mengundang seorang imam yang telah ikut dibuang ke Asyur untuk datang ke Betel. Imam itu mengajarkan Taurat kepada mereka dan bagaimana berbakti kepada Tuhan, penguasa negeri yang mereka tinggal. Mereka beribadah kepada Yahweh dimotivasi oleh perasaan takut. Selain itu, mereka masih tetap beribadah pula kepada ilah-ilah yang mereka bawa dari negeri asalnya (lih. 2 Raj 17:24-41). Mereka mempraktekkan sinkretisme dan beribadah kepada Yahwe karena ingin aman tinggal di negeri Israel. Sementara orang Yahudi beribadah kepada Yahweh karena telah mengalami karya keselamatan Tuhan yang telah membebaskan mereka dari perbudakan Mesir, memberikan Tanah Terjanji, dan memberikan kerajaan kokoh semasa Daud. Pengenalan akan Allah yang mengasihi inilah motivasi beribadah yang benar. 
      
Kendati kemudian kerajaan Israel terpecah bangsa Yahudi tetap mengharapkan kedatangan Mesias, keturunan Daud, yang kerajaannya tidak akan berakhir (2 Sam 7). Tentu bukan Mesias politis yang Yesus maksudkan di sini, melainkan Mesias yang akan membebaskan manusia dari perbudakan dosa. Melalui Mesias yang lahir dari bangsa Yahudi inilah maka bangsa-bangsa akan menerima keselamatan. 
    
Menjawab pertanyaan wanita itu, Yesus menegaskan bahwa para penyembah yang benar akan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Kata “roh dan kebenaran” bisa dimengerti sebagai “Roh Kebenaran”. Roh Kudus juga disebut Roh Kebenaran yang akan membimbing murid-murid Yesus pada seluruh kebenaran (Yoh. 16:13). Kebenaran yang dimaksudkan adalah rahasia Allah sejauh telah diwahyukan oleh Yesus. Dengan dilahirkan dari atas (Yun.: anōthen, bisa berarti “dari atas” atau “kembali”), orang diperkenankan masuk dalam Kerajaan Allah (Yoh 3:3.5). Untuk itu orang harus dilahirkan dalam air dan Roh. Dilahirkan “dari atas” berarti diangkat dari “level bawah/ daging” (3:8). Dilahirkan “kembali” berarti menerima kelahiran dalam air dan roh melalui Sakramen Baptis. Oleh Roh Kudus kita dimampukan menyapa Allah dengan “ya Abba, ya Bapa” (Rm. 8:15). 
    
Menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran tidak boleh dimengerti sebagai menyembah Allah dalam roh manusia karena yang dimaksudkan adalah Roh Kudus sendiri. Roh Kudus ini akan mengingatkan kita akan Allah Bapa yang mengasihi kita. Roh yang sama akan menggerakkan kita untuk menyembah Allah dengan motivasi yang benar, yakni karena mengasihi Dia. 
      
Wanita Samaria itu pun mengakui bahwa Mesias akan datang dan akan memberitakan segala sesuatu kepada bangsa Samaria. Pada akhir perikop ini (ay. 26) Yesus menegaskan “Akulah Dia” (egō eimi) yang mengafirmasi pernyataan wanita itu sekaligus untuk menyatakan keilahian-Nya (bdk. Yoh 6:20, 8:28.58). Melalui Sang Mesias, kita bisa menyembah Allah secara benar, yakni dalam roh dan kebenaran.
 
MEDITATIO
 
Pemandu mengajak para peserta masuk dalam suasana hening dan dalam keheningan kembali mendengarkan pembacaan teks Yohanes 4:19-26. Lalu pemandu mengajak peserta untuk:
• Mengingat kembali apa yang diajarkan oleh Yesus mengenai ibadah: tidak terikat tempat, didasari oleh pengenalan akan Allah yang benar, dan digerakkan oleh motivasi yang benar (berbakti kepada Allah yang mengasihi).
• Merenungkan bagaimana ajaran Yesus itu dapat dilaksanakan dalam ibadah keluarga: apa yang harus dilakukan oleh orangtua agar dapat mendidik anak untuk mengenal Allah yang benar dan untuk beribadah dengan motivasi yang benar? Lalu para peserta diminta untuk membuka mata dan menuliskan secara singkat hasil permenungannya. Lalu beberapa orang dipersilakan membagi-kan dengan membaca apa yang telah dituliskan. Kemudian pemandu mem-berikan beberapa penegasan dengan memperhatikan gagasan pokok di atas.
 
ORATIO
 
Allah telah menyatakan kehendak-Nya dalam Meditatio, sekarang seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Pemandu mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis, tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan; bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami.”
  
DOA PENUTUP
   

Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.
 
Allah Bapa maha baik, terima kasih kami panjatkan bahwa kami boleh bersama-sama merenungkan firman-Mu. Kami bersyukur bahwa Firman-Mu sungguh membimbing dan menuntun keluarga kami, terlebih dalam beribadah kepada-Mu. Dan berkat putra-Mu, sang Mesias, kami boleh mengenal dan mengasihi Engkau yang telah lebih dahulu mengasihi kami. Berkat Roh-Mu pula kami telah dilahirkan kembali sehingga berani menyapa Engkau, ya Abba, ya Bapa. Ajarlah kami senantiasa menyembah Engkau, Tritunggal Mahakudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

Pertemuan III: Ibadah dan Kehidupan


BULAN KITAB SUCI NASIONAL 2014
KELUARGA BERIBADAH DALAM SABDA
oleh Rm. F.X. Didik Bagiyowinadi Pr
LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA 2014

Pertemuan III: Ibadah dan Kehidupan

TUJUAN:
1. Peserta menyadari bahwa ibadah sejati tidak berhenti pada urusan ritual, apalagi untuk “menyuap” Tuhan, tetapi harus berbuah dalam kehidupan sehari-hari yang diwarnai perilaku adil dan benar.
2. Peserta menyadari bahwa yang terutama dikehendaki oleh Tuhan adalah perwujudan semangat keadilan dan kebenaran dalam keluarga dan di masyarakat, dan tidak mudah berpuas diri dengan kesemarakan ritual ibadah dan kelimpahan persembahan.

GAGASAN POKOK:
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Hal ini tampak dari tempat ibadah yang terus dibangun dan selalu dipenuhi jemaat, terlebih saat hari raya. Di tempat-tempat umum pun aneka simbol keagamaan mudah kita jumpai. Namun, penuh sesaknya tempat ibadah dan kesemarakan ritual ibadah apakah sudah berpengaruh pada kehidupan bersama yang diwarnai keadilan dan kebenaran? Atau, jangan-jangan dalam masyarakat kita sebe-narnya terjadi proses sekularisasi, pembedaan antara praktek ritual di tempat ibadah dan pengamalan iman dalam kehidupan? Perayaan ibadah di Indonesia memang berlangsung meriah, namun mungkin belum berbanding lurus dengan perilaku benar, adil, jujur, dan kerelaan berkurban bagi sesama yang menderita. Bahkan korupsi kadang dianggap sebagai “budaya” dan tak jarang merasuk pula dalam lembaga keagamaan. Maka, perlu diwaspadai bila ibadah itu sebatas pemenuhan tindakan ritual sesuai norma yang digariskan, tetapi tidak berbuah dalam ibadah sosial dalam kehidupan sehari-hari. Orang mudah merasa puas diri bila sudah melakukan ritual ibadah secara semarak dan sedetail mungkin seturut rubrik-rubrik upacara yang telah ditentukan, namun hatinya belum juga tergerak untuk lebih memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Padahal Tuhan Yesus menghendaki bahwa melalui kita yang beribadah dan menyambut Ekaristi, berkat-Nya kita teruskan sehingga Sang Roti Hidup itu sungguh memberikan hidup bagi dunia di sekitar kita (lih. Yoh 6:51). Persoalan makin pelik, manakala ibadah justru dimaksudkan untuk menyuap Tuhan agar tidak murka atas perilaku kita yang bertentangan dengan se-mangat keadilan dan kebenaran. Dalam konteks inilah kritik Tuhan melalui nabi Amos perlu kita perhatikan. Amos menyatakan bahwa yang dikehendaki Tuhan bukanlah kelimpahan kurban persembahan ataupun kesemarakan ritual ibadah, melainkan perwujudan keadilan dan kebenaran. Ibadah se-mestinya menggerakkan orang semakin memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Umat Kerajaan Israel yang tidak mau mengindahkan peringatan Tuhan pun diancam akan dibuang ke negeri asing. Melalui nubuat Amos 5:21-27 ini kita diajak mengupayakan agar ibadah keluarga kita pun berbuah dalam perilaku adil dan benar. Kasih kepada Tuhan mesti mengalir pada kasih kepada sesama, dimulai di antara anggota keluarga kita dan selanjutnya meluas di tempat kerja, di gereja, dan di masyarakat.

PENGANTAR
   
Para saudara terkasih, beribadah kepada Tuhan merupakan ungkapan iman kita. Ketika beribadah kepada Tuhan kita membawa aneka persembahan dan menyemarakkan ibadah dengan nyanyi-an dan musik. Kita merasa puas dan senang bila ibadah kita berlangsung dengan khidmat, meriah, dan mengena di hati. Apakah cukup demikian? Dalam pertemuan ketiga ini kita akan merenungkan keterkaitan antara ibadah dan kehidupan. Kita akan merenungkan kritik Tuhan sendiri melalui nabi Amos 5: 20- 27. Ternyata Tuhan bisa menolak kurban persembahan dan ibadah yang meriah. Sebab yang paling dikehendaki Tuhan adalah perwujudan keadilan dan kebenaran. Ibadah Ritual mesti berbuah dalam ibadah sosial yang memperjuangkan keadilan sosial dan kasih kepada sesama yang menderita. Mari sejenak kita siap hati. 
 

DOA PEMBUKA
  
Pemandu mengajak umat untuk berdoa memohon agar Roh Kudus mem-bangkitkan iman seluruh peserta, mengarahkan seluruh diri kepada Sabda Allah, dan membuka hati seluruh peserta agar dapat menerima kehendak Allah. Pemandu dapat menyusun sendiri doa kepada Roh Kudus. Doa itu juga dapat disampaikan dalam nyanyian (MB 448, PS 565-567). 

        
Allah yang maha kuasa dan maha adil, kami bersyukur bahwa kami dapat senantiasa mendengarkan Firman-Mu dan beribadah kepada-Mu. Syukur pula atas Ekaristi Kudus yang senantiasa boleh kami rayakan bersama. Bantulah kami dengan rahmat-Mu agar mampu meneruskan berkat-Mu kepada semua orang yang kami jumpai. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin. 

LECTIO
  
1. Membaca Teks (Amos 5:21-27)

Teks Amos ini dapat dibacakan bergantian per ayat, satu orang satu ayat. Kemudian masingmasing menyimak teks kembali dengan membaca dalam hati.
2. Penjelasan
Para peserta diajak untuk mendalami teks Kitab Suci yang baru saja dibacaka. Dalam pendalaman ini pemandu dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut:



1. Peserta diminta menyampaikan pertanyaan informatif seputar teks untuk dibicarakan. Gagasan Pokok dan penjelasan berikut ini dapat membantu pemandu dan peserta agar diskusi informatif dan tematis berjalan lancar. Jadi, dibahas sejauh diperlukan dalam proses pendalaman teks Kitab Suci.
2. Pemandu memberikan penjelasan tentang isi perikop berdasarkan Gagasan Pokok dan Penjelasan Teks.
  
Nabi Amos semula adalah pemungut buah ara hutan (Am 7:14) dan peternak domba dari Tekoa, wilayah kerajaan Yehuda atau Kerajaan Selatan (Am 1:1). Dia diutus Tuhan untuk bernubuat di Kerajaan Israel atau Kerajaan Utara, semasa raja Yerobeam II (786-746 SM) menjadi raja Israel (bdk. 2 Raj 14:23-29). Pada masa Yerobeam II Kerajaan Israel mengalami kemakmuran. Orang-orang kaya memiliki rumah musim dingin dan musim panas, bahkan rumah-rumah gading (3:15) atau rumah-rumah dari batu pahat (5:11). Ada pula yang tidur di tempat tidur dari gading (6:4). Sementara wanita Samaria digambarkan sebagai lembu Basan yang mabuk kemewahan (4:1). Namun, kemakmuran yang dinikmati
segelintir orang itu tidak berdampak pada keadilan sosial. Demi uang maka orang benar dan orang miskin dijual (2:6). Perempuan-perempuan muda juga dilecehkan (2:7). Orang kaya dan berkuasa suka memeras orang lemah dan menginjak orang miskin (4:1). Keadilan bisa diubah dan kebenaran diabaikan (5:7). Para hakim mau menerima uang suap dalam pengadilan sehingga orang benar dan orang miskin pun terjepit (5:12). Perikop yang kita renungkan berbicara kritik Tuhan melalui Amos atas ibadah Israel yang tidak membawa dampak dalam keadilan sosial. 


Tuhan menolak Kurban Israel (ay. 21-23). Umat Israel suka dengan segala kemeriahan ibadah dan upacara kurban. Mereka beribadah di Betel dan di Gilgal (4:4). Di Betel terletak bait suci kerajaan (7:10), yang asal mulanya dikaitkan dengan mimpi Yakub di Betel (Kej 28:10-22), bahkan Abraham (Kej 12:8). Sementara bait suci di Gilgal menjadi pusat keagamaan di zaman Saul (1 Sam 11:15) dan Daud (2 Sam 19:15), dan masih dipakai pada zaman Amos (4:4, 5:5).
 

Orang Israel memang rajin mengikuti perayaan ibadah. Setidak-nya tiga kali setahun mereka diwajibkan menghadap Tuhan (bdk. Kel 23:14), yakni pada hari raya roti tidak beragi, Hari Raya Tujuh Minggu atau Pentakosta, dan hari raya pondok daun (lih. Im 23:4- 44). Di tempat ibadah itu orang Israel mempersembahkan kurban bakaran, kurban sajian, dan kurban keselamatan (Am 5:22). Kurban bakaran berupa lembu sapi, kambing domba, atau burung tekukur/ merpati disembelih lalu dibakar di mezbah (lih. Im 1). Kurban sajian berupa 12 roti dari gandum terbaik dalam dua susunan yang diganti setiap hari Sabat dan kemudian dimakan oleh para imam (bdk. Im 2). Sementara kurban keselamatan yang dimaksudkan sebagai ucapan syukur atau pembayaran nazar dilakukan dengan mempersembahkan lembu, atau kambing/domba (lih. Im 3). Aneka kurban persembahan yang menjadi kurban api-apian bagi Tuhan ini diyakini baunya akan menyenangkan hati Tuhan (Im 1:9.13.17; 3:5,dst). Mereka juga menyertai ibadah ini dengan kemeriahan nyanyian dan iringan lagu gambus nan merdu (Am 5:23). Mereka mengira bahwa dengan banyaknya kurban persembahan dan meriahnya ritual upacara maka Tuhan akan berkenan dan membuat hubungan mereka dengan Tuhan tetap baik. Namun sayang, ternyata kurban berlimpah dan ibadah meriah itu justru ditolak oleh Tuhan. Mengapa? 

Keadilan dan Kebenaran, Bukan Kurban (ay. 24-25). Sebenarnya bukan kurban persembahanlah yang dikehendaki Tuhan, melainkan ucapan syukur dan pemenuhan nazar (Mzm 50:7-14). Tuhan tidak berkenan bila persembahan itu dimaksudkan untuk menutup mata Tuhan atas perilaku pembawa persembahan yang tidak benar dan tidak adil. Percuma saja mereka beribadah bila mereka tetap melakukan ketidakadilan (lih. 2:6.7; 4:1; 5:7.12), apalagi bila kurban persembahan itu justru hasil pemerasan dan ketidakadilan. Kurban persembahan dan kesemarakan ritual harus berbuah dalam keadilan sosial dan kasih kepada sesama yang menderita. Dalam kitab Amos keadilan (mispat) dikaitkan dengan sikap adil dalam pengadilan di pintu gerbang kota sehingga orang benar dan orang lemah terlindungi. Sementara kebenaran (tsedaqah) adalah milik mereka yang memenuhi tanggung jawab dalam kehidupan bersama. Tuhan mengingatkan bagaimana selama 40 tahun di padang gurun nenek moyang Israel tidak mempersembahkan kurban sembelihan dan kurban sajian, namun tetap berkenan di hati Tuhan (Am. 5:25). Karena bukan kurban persembahan yang Tuhan kehendaki, melainkan pelaksanaan kebenaran dan keadilan.
 

Ancaman Hukuman (ay. 26-27).
Sebagai konsekuensi atas ibadah mereka yang tidak dibarengi dengan keadilan dan kebenaran, Tuhan akan membuang mereka jauh ke seberang Damsyik, yakni di negeri Asyur. Hal ini terjadi pada tahun 722 SM. Pada saat itu mereka juga akan membawa berhala-berhala mereka. Sakut adalah nama dewa bintang dari Mesopotamia yang dikaitkan dengan planet Saturnus. Disebut “rajamu” bisa jadi karena dewa Saturnus dipandang sebagai raja utama bagi bangsa Israel. Demikian pula Kewan, “dewa bintangmu” adalah nama berhala lain yang patungnya juga dibuat oleh orang Israel. Dengan demikian ritual ibadah Israel juga diwarnai dengan praktek sinkretisme, seperti yang telah diwariskan oleh Yerobeam, raja pertama Kerajaan Israel yang membuatkan patung lembu emas di Betel dan di Dan (lih. 1 Raj 12:25-33). Di tanah Israel mereka telah mengimpor dan membuat patung dewa-dewi bintang orang Mesopotamia. Namun ironisnya, mereka justru akan dibuang bersama berhala mereka ke negeri Asyur, tempat dari mana dewa-dewi itu berasal.
 

MEDITATIO
  
Pemandu mengajak para peserta masuk dalam suasana hening dan dalam keheningan kembali mendengarkan pembacaan teks Amos 5:21-27. Lalu pemandu mengajak peserta untuk:

• Mengingat kembali kesalahan yang dibuat oleh umat Israel dan peringatan yang disampaikan oleh Amos kepada mereka.
• Merenungkan bagaimana pesan yang Nabi Amos dapat dilaksanakan di dalam keluarga dan bagaimana ibadah yang dilakukan dalam keluarga membuahkan hasil dalam sikap dan perilaku yang nyata.
Lalu para peserta diminta untuk membuka mata dan menuliskan secara singkat hasil permenungannya. Lalu beberapa orang dipersilakan membagi-kan dengan membaca apa yang telah dituliskan. Kemudian pemandu mem-berikan beberapa penegasan dengan memperhatikan gagasan pokok di atas.

ORATIO
 

Allah telah menyatakan kehendak-Nya dalam Meditatio, sekarang seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Pemandu mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis, tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan; bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami.”
 

DOA PENUTUP 
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan. 

Ya Allah yang Maharahim, ampunilah kami bila selama ini kami kurang bersikap adil dan benar dalam keluarga, di tempat kerja, dan di masyarakat. Dengan bantuan rahmat-Mu, kami ingin mengupayakan kebenaran dan keadilan dimana pun kami berada. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Pertemuan II: Ibadah Keluarga sebagai Sekolah Iman


BULAN KITAB SUCI NASIONAL 2014
KELUARGA BERIBADAH DALAM SABDA
oleh Rm. F.X. Didik Bagiyowinadi Pr
LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA 2014

Pertemuan II: Ibadah Keluarga sebagai Sekolah Iman

TUJUAN:
1. Peserta menyadari tanggung jawab mewujudkan Gereja Rumah Tangga dan mendidik anak-anak dalam iman Katolik.
2. Peserta menyadari bahwa ibadah keluarga merupakan kesempatan untuk bersama-sama mendengarkan Sabda Tuhan dan mewujudkan kehendak-Nya dalam kehidupan seharihari.
3. Peserta memiliki motivasi yang benar dalam beribadah kepada Tuhan.

GAGASAN POKOK:
Pada saat perkawinan suami-istri berjanji akan mendidik anak-anak dalam iman Katolik. Hal ini ditegaskan oleh para Bapa Konsili Vatikan II, “Dalam Gereja-keluarga itu hendaknya orangtua dengan perkataan dan teladan menjadi pewarta iman pertama bagi anak-anak mereka” (LG 11). Menurut Paus Yohanes Paulus II, sejak dini anak-anak perlu diajar untuk mengenal Allah dan kehendak-Nya (Familiaris Consortio 60).
   
Dalam hal ini kita bisa belajar pada tradisi Yahudi, bagaimana orangtua mengajarkan iman kepada anak-anaknya. Dalam perayaan Paskah di keluarga anak-anak diajar untuk mengerti makna perayaan/liturgi Paskah (lih. Kel 12). Mereka juga diajar untuk mengasihi Allah yang esa dengan segenap hati dan kekuatan (lih. Ul 6:4-5). Sementara dalam perikop yang kita renungkan pada pertemuan ini (Ul 6:20-25) anak-anak akan diberi motivasi dan alasan untuk melakukan semua perintah dan ketetapan Tuhan. 
        
Motivasi bangsa Israel melakukan kehendak Tuhan bukanlah karena takut akan hukuman-Nya atau agar Tuhan memenuhi keinginan mereka, melainkan karena mereka menyadari karya keselamatan Tuhan yang telah ditunjukkan dalam pengalaman bangsa Israel. Mereka telah dibebaskan oleh Tuhan dari perbudakan Mesir dan dianugerahi tanah yang telah dijanjikan kepada para bapa bangsa (Kej 15:18-21, Kej 17:8). Konsekuensinya, mereka diminta untuk melakukan segala ketetapan Tuhan dan takut kepada-Nya, sehingga mereka senantiasa dalam keadaan baik. Inilah motivasi yang benar orang melakukan kehendak Tuhan, yang kiranya juga harus menjadi motivasi dan alasan keluarga Kristiani mentaati Firman Tuhan. 

Kesetiaan melakukan kehendak Tuhan diperhitungkan Tuhan sebagai kebe-naran. Apakah hal ini bertentangan dengan Kej 15:6 yang menyatakan bahwa sikap percaya Abraham atas janji Tuhanlah yang diperhitungkan sebagai kebenaran? Keduanya tidak bertentangan. Terhadap janji Tuhan, sikap yang diminta dari kita adalah percaya. Sementara terhadap perintah Tuhan, yang diminta dari kita adalah sikap patuh melakukannya. Bila kita menuruti perintah Allah, berarti kita sungguh mengenal Allah (bdk. 1 Yoh 2:3). Melalui ibadah keluarga semua anggota keluarga belajar mendengarkan perintah Tuhan dan berusaha melakukannya (bdk. Mat 12:50). Dalam hal ini motivasi, penjelasan, dan teladan orangtua sangat menentukan.

PENGANTAR

Ibu-bapak saudara, pada saat merayakan sakramen perkawinan suami-istri berjanji akan mendidik anak-anak secara Katolik. Untuk itu keluarga perlu bersama-sama mendengarkan Sabda Tuhan dalam Kitab Suci yang memuat perintah dan ketetapan Tuhan untuk dilaksanakan. Kadang kita bertanya, kenapa kita mesti melakukan semua perintah itu? Apakah supaya Tuhan tidak murka, supaya Tuhan mengabulkan permohonan kita, atau supaya apa?

Kita akan merenungkan Firman Tuhan dalam Ul. 6:20-26 yang berisi pengajaran Nabi Musa bila anak kita bertanya mengapa harus melakukan kehendak Tuhan. Pertama-tama diingatkan bagaimana Tuhan sudah menunjukkan karya keselamatan-Nya kepada bangsa Israel. Sebagai ungkapan syukur mereka harus mematuhi perintah dan ketetapan Tuhan. Melakukan perintah dan ketetapan Tuhan merupakan tindakan orang benar. Mari sekarang kita menyiapkan hati.

DOA PEMBUKA
 
Pemandu mengajak umat untuk berdoa memohon agar Roh Kudus membang-kitkan iman seluruh peserta, mengarahkan seluruh diri kepada Sabda Allah, dan membuka hati seluruh peserta agar dapat menerima kehendak Allah. Pemandu dapat menyusun sendiri doa kepada Roh Kudus. Doa itu juga dapat disampaikan dalam nyanyian (MB 448, PS 565-567). 

Allah Bapa yang Mahakasih, melalui Kitab Suci Engkau menyatakan kehendak-Mu yang menuntun langkah hidup kami. Dahulu Engkau telah mengasihi dan menyelamatkan bangsa Israel, kiranya kasih-Mu juga Kaunyatakan kepada keluarga kami masing-masing. Kami bersyukur atas segala kasih dan anugerah-Mu untuk keluarga kami masing-masing. Bantulah keluarga kami untuk semakin mengenal dan melakukan kehendak-Mu, demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin. 

LECTIO
  
1. Membaca (Ulangan 6:20-25)
Kutipan khotbah Musa ini bisa dibacakan oleh seseorang dengan lantang. Kemudian masing-masing menyimak teks kembali dengan membaca dalam hati.

2. Mendalami
Para peserta diajak untuk mendalami teks Kitab Suci yang baru saja dibacaka. Dalam pendalaman ini pemandu dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut:

1. Peserta diminta menyampaikan pertanyaan informatif seputar teks untuk dibicarakan. Gagasan Pokok dan penjelasan berikut ini dapat membantu pemandu dan peserta agar diskusi informatif dan tematis berjalan lancar. Jadi, dibahas sejauh diperlukan dalam proses pendalaman teks Kitab Suci.
 2. Pemandu memberikan penjelasan tentang isi perikop berdasarkan Gagasan Pokok dan Penjelasan Teks.

Kitab Ulangan berisi kumpulan khotbah Musa baik di padang Moab (Ul. 1:5) sebelum dia meninggal dunia (Ul. 34). Penyataan “Anakmu bertanya” pada Ul. 6:20 mengingatkan kita akan frasa yang sama dalam ritual Paskah dalam keluarga (Kel. 12:26-27). Bila dalam Kel. 12 yang ditanyakan adalah makna perayaan liturgi Paskah, dalam Ul. 6 yang ditanyakan adalah alasan di balik segala peraturan dan ketetapan Tuhan untuk mencintai-Nya dengan segenap hati dan kekuatan (Ul. 6:4-5). Jawabannya perlu merujuk karya keselamatan Tuhan atas bangsa Israel. Dulu mereka telah diperbudak Firaun di Mesir lalu dibebaskan Tuhan dengan tangan yang kuat (ay. 21).
   
Tuhan sendiri memberikan tanda dan mukjizat untuk menghukum orang Mesir dengan pelbagai tulah (air menjadi darah, katak, nyamuk, lalat pikat, penyakit sampar pada ternak, barah, hujan es, belalang, gelap gulita, anak sulung Mesir mati, lih. Kel. 7:14- 12:30). Bagaimana kemudian Tuhan membimbing mereka menyeberangi Laut Teberau dengan kaki kering (Kel. 14:15-31) dan memberikan makanan (manna, burung puyuh) dan minuman selama dalam perjalanan (di Mara: air pahit dijadikan manis (Kel. 15:22-26), di Rafidim: air memancar dari gunung batu (Kel. 17:1-7). Selanjutnya Tuhan membimbing umat Israel menuju tanah terjanji, sebagaimana telah Dia janjikan kepada Abraham (Kej. 17:8) dan Yakub (Kej. 35:12). Sebagai ucapan syukur atas karya keselamatan Tuhan, umat Israel diminta untuk melakukan segala kehendak-Nya dan takut kepada Tuhan (ay. 24). Kesetiaan dalam mematuhi perintah Tuhan diperhitungkan sebagai kebenaran (ay. 25). Sama seperti Abraham dipandang sebagai orang benar karena percaya pada janji Tuhan (Kej. 12:6). Kedua pernyataan ini tidak saling bertentangan karena isi sabda Tuhan yang berbeda: yang satu perintah, yang lain janji. Janji Tuhan tentang masa depan perlu dipercaya dan diimani, sementara perintah dan ketetapan adalah hal yang mesti ditaati dan dilakukan saat ini. Mengapa mesti melakukannya? Kembali kita perlu mengingat bagaimana Tuhan telah menyatakan karya keselamatannya. Secara konkret perikop ini ditujukan kepada orangtua untuk memotivasi, mengajarkan, dan memberikan teladan kepada anak-anaknya dalam mematuhi perintah Tuhan.

MEDITATIO

Pemandu mengajak para peserta masuk dalam suasana hening dan dalam keheningan kembali mendengarkan pembacaan teks Ul 6:20-25. Lalu pemandu mengajak peserta untuk:
• Mengingat kembali karya Allah bagi Israel, perintah untuk mengasihi Allah, dan tugas orangtua untuk mengajarkan hal itu kepada anak-anak mereka.
• Merenungkan bagaimana hal yang sama dapat dikerjakan oleh keluarga Kristiani: bagaimana mempergunakan ibadah keluarga sebagai kesempatan untuk mengajarkan iman kepada anak-anak (kebenaran iman dan kehidupan sesuai dengan iman). Lalu para peserta diminta untuk membuka mata dan menuliskan secara singkat hasil permenungannya. Lalu beberapa orang dipersilakan membagikan dengan membaca apa yang telah dituliskan. Kemudian pemandu memberikan beberapa penegasan dengan memperhatikan gagasan pokok di atas.

ORATIO

Allah telah menyatakan kehendak-Nya dalam Meditatio, sekarang seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Pemandu mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis, tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan; bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami.”

DOA PENUTUP
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.

Ya Tuhan, kami bersyukur atas kasih-Mu yang Kaunyatakan kepada keluarga kami masing-masing. Kami bersyukur pula atas tugas yang Kaupercayakan untuk mendidik anak-anak kami dalam iman kristiani. Berilah kami rahmat-Mu agar setia mematuhi perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan pengan-tara kami. Amin.

Pengantar Bulan Kitab Suci Nasional 2011: Belajar dari Perumpamaan-perumpamaan Yesus

Bapak, ibu dan saudara-saudari yang terkasih, kita beruntung pada zaman ini, kita tidak ada alasan, untuk mengatakan tidak tahu, bagaimana membaca dan memahami isi Alkitab. Karena kita dapat mengakses dalam internet segala permasalahan dan penafsiran yang ada menyangkut Kitab Suci. Para ahli bermurah hati untuk memfasilitasi kita dengan segala kekayaan yang mereka miliki. Hampir setiap paroki, menuliskan hasil permenungan para gembalanya dan memuatnya di website. Sebenarnya kita dimanjakan dengan segala kemudahan yang ada. Kita bisa membandingkan masing-masing gembala mencoba mengambil makna sabda dari sudut pandang tertentu. Maka akan menjadi lengkap jika kita kreatip untuk mencari dan membacanya. Dengan demikian kita juga tidak akan mudah mengatakan bahwa gembala A lebih pintar atau lebih lucu atau lebih otoriter dalam khotbah, karena masing-masing mencoba untuk menyajikan yang menurut konteksnya dianggap relevan untuk mengambil tema tertentu.

Para Gembala Utama kita mengajak kita, menjadikan Sabda Allah itu sebagai santapan yang harus kita nikmati setiap saat. Oleh karena itu setiap tahun kita diajak dengan cara dan tema tertentu memasuki dan menggali kekayaan firman Tuhan. Yang pasti kita diajak untuk membaca, merenungkan, menghidupi, dan membagi nikmatnya dekat dengan Tuhan, indahnya hidup bersama rahmat Tuhan, damainya hidup dalam persaudaraan sejati, dan kuatnya mengalahkan kejahatan dan kemalasan dengan bersandar pada Sang Sabda kasih ilahi. Firman Allah yang tersurat dalam Alkitab terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Kerajaan Allah ditegakkan di dalam diri Tuhan Yesus, Sabda yang menjelma menjadi manusia itu akan terasa manis di mulut dan di telinga, karena menjanjikan kemenangan kepada gereja yaitu mereka yang bertobat, bahwa mereka akan menikmati perjamuan surgawi dan akan memiliki kehidupan yang kekal. Sementara akan terasa pahit di perut karena menubuatkan hukuman dan dan penderitaan untuk para pendengarnya. Yakni untuk mencapai kemuliaan itu harus melalui sengsara, maut, dikuburkan dan baru mendapatkan kemuliaan kebangkitan. ( bdk. Why. 10:1-11 )

Di sisi lain sabda Tuhan itu juga penuh kuasa, kuasa untuk mengusir setan-setan, kuasa untuk menyembuhkan orang sakit, kuasa untuk mengampuni dosa, bahkan kuasa kunci Kerajaan Surga pun diberikan kepada Petrus, karena Yesus-lah yang diberi kuasa oleh Bapa, yaitu segala kuasa di surga dan di bumi. Siapakah selain Yesus yang mendapatkan kuasa segala surga dan bumi? Siapakah yang memberikan kuasa sedemikian besar kepada kita manusia dengan kuasa Roh Allah yaitu kuasa Roh Kudus? Selain Yesus sendiri.

Semua kuasa itu diberikan kepada kita untuk menyertai kita supaya kita dapat menjadi pewarta kabar gembira (Inji) kepada segala bangsa dan segala makhluk. Demikian kalau kita diajak untuk mencoba mendalami mengapa Yesus mengajar tentang Kerajaan Surga melalui perumpamaan. Yesus sangat memahami kebinekaan pribadi manusia dalam latar belakang budaya, karya dan pengalamaan religius. Dan Yesus menyapa mereka semua dengan sangat personal. Mari kita dalami bersama Sabda Yesus dalam Injil-Nya melalui ceritera tentang perumpamaan Kerajaan Surga. Kepada para imam dan ahli taurat Yesus mengajak melakukan perbuatan kasih kepada sesama, dan Yesus menunjukkan kriteria siapa sesamanya, yaitu mereka yang melakukan kasih kepada siapapun melalui cerita orang Samaria yang baik hati. Tentang pengampunan dosa, Allah mengampuni tanpa batas, maka kita untuk diampuni juga harus mengampuni tanpa batas juga. Perumpamaan tentang anak yang hilang, yang mau menggambarkan kemurahan hati Bapa yang tanpa batas. Dengan cara itu kita diajak untuk mendalami Kitab Suci dan semakin mencintai Tuhan.

Marilah kita belajar mencintai Tuhan dan sesama dengan membaca, merenungkan, menikmati dan menikmati sabda-Nya supaya kita mampu bersatu dalam kasih-Nya dan berbahagia karena kuasa rahmat-Nya.

Salam dan berkat

Pastor Antonius Sumardi, SCJ

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy