Seri Katekismus
ROH KUDUS DALAM LITURGI
Syalom aleikhem.
Dalam liturgi suci, Roh Kudus membentuk iman umat Allah. Kalau di dalam hati umat tumbuh iman, jawaban atas wahyu ilahi, maka liturgi menjadi karya bersama Roh Kudus dan Gereja. Roh Kudus mengingatkan umat akan Kristus, Tuhan. Sebagai roh pemersatu, Roh Kudus menyatukan Gereja dengan Kristus.
Pralambang
Dalam beberapa hal, liturgi Gereja mempertahankan unsur-unsur ibadat Perjanjian Lama (PL) dan menerimanya sebagai miliknya. Apa sajakah? Pertama-tama, pembacaan kitab-kitab PL; kedua, mazmur; ketiga, kenangan akan berbagai peristiwa dalam PL yang terpenuhi dalam diri Kristus: janji dan perjanjian, exodus dan Paskah, kerajaan dan kanisah, pembuangan dan kedatangan kembali.
Gereja yakin akan adanya keserasian antara PL dan Perjanjian Baru (PB). Dalam liturgi, disingkapkan apa yang selama ini tersembunyi dalam PL, yaitu pralambang-pralambang yang dalam arti tertentu menubuatkan pemenuhannya dalam PB.
Contoh: air bah zaman Nuh mempralambangkan keselamatan oleh pembaptisan, demikian pula awan dan penyeberangan Laut Merah; air dari cadas adalah pralambang anugerah-anugerah rohani Kristus; manna di gurun menunjuk pada Ekaristi, roti sejati dari surga.
Selayaknya, umat mempersiapkan diri untuk bertemu Tuhan dalam liturgi. Persiapan hati adalah karya bersama antara Roh Kudus dan umat Allah. Rahmat Roh Kudus membantu umat agar bangkit imannya, melakukan pertobatan, dan menjalankan kehendak Bapa. Jika diikuti dengan sikap yang tepat, liturgi akan menghasilan buah-buah yang baik untuk kehidupan.
Anamnesis & Epiklesis
Alkitab sangat penting dalam liturgi. Roh Kudus memberikan pengertian rohani mengenai Sabda Allah kepada umat, baik pembaca maupun pendengar.
Anamnesis (kenangan) juga unsur penting dalam liturgi. Roh Kudus mengingatkan umat akan segala sesuatu yang Kristus lakukan untuk kita. Secara umum, liturgi Gereja adalah tindakan mengenangkan karya-karya agung Allah.
Namun, liturgi Gereja tak hanya mengenang, melainkan sekaligus menghadirkan secara nyata apa yang ditandakan. Contohnya, Tubuh Kristus benar-benar hadir nyata dalam kehadiran sejati. Itu terjadi berkat adanya epiklesis, yaitu doa permohonan imam kepada Bapa agar mengutus Roh Kudus sehingga bahan persembahan, roti dan anggur, menjadi Tubuh dan Darah Kristus.
Anamnesis dan epiklesis adalah jantung setiap perayaan sakramental, terutama Sakramen Ekaristi. Sederhananya, dalam liturgi, karya-karya agung Allah dikenangkan sekaligus dihadirkan secara nyata. Itulah anamnesis dan epiklesis.
Kehadiran nyata tak selalu mudah dipercaya lewat indra. Dalam pada ini, pernyataan Santo Yohanes dari Damaskus cocok dikutip untuk meneguhkan iman kita: “Engkau bertanya: Bagaimana roti menjadi Tubuh Kristus dan anggur menjadi Darah Kristus. Maka, Kukatakan kepadamu: Roh Kudus datang melakukan hal yang melampaui setiap kata dan setiap pikiran.”
** Ringkasan atas Katekismus Gereja Katolik No. 1091-1109
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring