Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
Tampilkan postingan dengan label Rm Agus Widodo Pr. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rm Agus Widodo Pr. Tampilkan semua postingan
Sabda bahagia dan Sabda celaka
Rabu, 09 September 2015: Hari Biasa Pekan XXIII (H)
Kol. 3:1-11; Mzm. 145:2-3,10-11,12-13ab; Luk. 6:20-26.
"Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah." (Luk 6,20)
Berbeda dengan Matius yang menampilkan Delapan sabda bahagia (Mat 5,1-12), Lukas menampilkan juga Sabda celaka (Luk 6,24-26) di samping Sabda bahagia (Luk 6,20-23). Selain itu, pada Mateus Yesus menyampaikan Sabda bahagia-Nya di atas bukit (Mat 5,1) sementara pada Lukas di tempat yang datar (Luk 6,17). Perbedaan lain: pada Mateus, Sabda bahagia disampaikan khusus kepada para murid yang datang kepada-Nya (Mat 5,1) sedangkan pada Lukas meski secara khusus disampaikan kepada para murid (Luk 6,20) tetapi di situ ada banyak orang lain yang ikut mendengarnya (Luk 6,17). Keduanya tidak berlawanan tetapi memang disampaikan pada waktu dan tempat yang berbeda. Pendengarnya pun berbeda pula. Kali ini, kita merenungkan teks Lukas yang menampilkan Sabda bahagia dan Sabda celaka. Saya memaknai bahwa kedua sabda bahagia dan celaka ini disampaikan oleh Yesus sebagai kemungkinan: harapan dan peringatan. Orang yang miskin, menangis dan dibenci pun tetap bisa bahagia kalau hidup sesuai dengan kehendak Tuhan; sebaliknya, orang yang kaya, kenyang, tertawa dan banyak dipuji pun bisa celaka kalau tidak hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Kebahagiaan tidak tergantung pada kekayaan ataupun kemiskinan, pada gelak tawa ataupun air mata, pada pujian ataupun celaan tetapi pada hati yang selalu terpaut pada Tuhan, yang senantiasa mampu melihat rahmat dan anugerah-Nya sekecil apa pun, yang mampu bersyukur dalam setiap situasi, termasuk dalam duka dan derita. Orang miskin memang biasa menderita, dan karena biasa maka kadang tidak lagi merasa menderita, bahkan menjadi semakin luar biasa karena ia/mereka tetap berpaut dan berserah kepada Tuhan serta hidup seturut kehendak-Nya. Maka, mereka ini, "yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia" (Yak 2,5).
Doa: Tuhan, semoga saudara-saudari kami yang berkekurangan pun mengalami kebahagiaan karena kasih-Mu dan uluran tangan kami. Amin. -agawpr-
Kelahiran Santa Perawan Maria
Selasa, 08 September 2015: Pesta Kelahiran SP Maria (P)
Mi. 5:1-4a atau Rm. 8:28-30; Mzm. 13:6ab,6cd; Mat. 1:1-16,18-23
"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" (Mat 1,23)
Hari ini kita merayakan Pesta Kelahiran St. Perawan Maria, yang dalam Injil Matius tentang kelahiran Yesus disebut "anak dara" (menurut KBBI, "anak dara = gadis/perawan). Perihal "anak dara" ini, Mateus mempunyai referensi yang sangat kuat dari sabda Tuhan sendiri melalui nabi Yesaya: "Sesungguhnya, seorang «perawan» mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel" (Yes 7,14). Perawan yang dimaksud tidak lain adalah Maria, sebagaimana ditegaskan, baik oleh Matius (1,18) maupun oleh Lukas (1,27). Gereja pun kemudian mengajarkan bahwa Maria telah ditentukan oleh Allah sedari semula untuk mengandung dan melahirkan Anak-Nya, sehingga sejak lahirnya ia adalah seorang perawan yang suci dan murni. Nah, kenyataan bahwa Maria adalah tetap perawan baik sebelum (ante partum), pada saat (in partu) maupun sesudah (post partum) mengandung dan melahirkan Yesus, semakin menegaskan kesucian dan kemurnian Maria ini. Kehadiran Yesus sebagai yang terkudus dalam rahim Maria dan kelahiran-Nya dari dalam rahim itu, tidak menjadikan Maria kehilangan keperawanannya. St. Ireneus, Bapa Gereja pada abad II, mengatakan "purus pure puram aperiens vulvam ... ipse puram fecit" (Yang Termurni dari yang murni [yakni Kristus], dengan membuka rahim yang suci [milik Maria] ... Dia sendiri membuat rahim itu sungguh murni). Origenes, Bapa Gereja pada abad berikutnya pun menegaskan bahwa: "Hanya Tuhan yang dapat lahir dari seorang perawan, dan hanya seorang perawan yang dapat dengan layak melahirkan Tuhan ke dunia". Demikianlah Maria: sejak semula dikandung tanpa noda, dilahirkan dalam keadaan suci dan murni, dipilih Allah untuk mengandung dan melahirkan Kristus bagi kita dan setelah melahirkan Tuhan ia tetap menjadi perawan suci.
Doa: Ibu Maria ingkang pinurba mulus tanpa ciri, mugi karsaa adamel murnining badan kawula tuwin sucining sukma kawula (Ibu Maria yang dikandung tanpa noda, sucikanlah badanku dan kuduskanlah jiwaku). Amin. -agawpr-
Hari Minggu Biasa XXIII
Minggu, 6 September 2015
Hari Minggu Biasa XXIII
Hari Minggu Kitab Suci Nasional
Yes. 35:4-7a; Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10; Yak. 2:1-5; Mrk. 7:31-37
"Sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik." (Mrk 7, 34-35)
Pada bagian akhir dari perayaan liturgi penerimaan sakramen baptis bayi dan pada salah satu tahap dari masa katekumenat untuk baptisan dewasa, terdapat ritus "Effata" (di beberapa tempat di Indonesia, ritus ini ditiadakan dan kendati dalam buku yang diterbitkan Nusa Indah dimuat tetapi dalam buku Puji Syukur tidak ada). Pada bagian ini, imam atau diakon yang menjadi pelayan baptis menjamah mulut dan telinga bayi/anak dengan menggunakan ibu jarinya sambil berdoa "Ya Tuhan, berilah agar anak ini bertumbuh dewasa. Dan sebagaimana dengan mengucapkan "Effata", Engkau telah membuka mulut dan telinga orang-orang bisu-tuli, maka sudilah membuka mulut dan telinga anak ini agar ia dapat mendengarkan sabda-Mu dan mengakui imannya demi keselamatan manusia serta kemuliaan-Mu." Jadi, maksud dari ritus ini adalah memohon kepada Tuhan agar anak yang dibaptis itu kelak bertumbuh dewasa, baik secara fisik tidak bisu dan tidak tuli, maupun terutama secara iman mampu mendengarkan sabda Tuhan dan mengakui serta mewartakan imannya demi keselamatannya dan kemuliaan Tuhan. Oleh karena itu, entah dulu pada saat dibaptis, pelayan baptis kita melaksanakan ritus "effata" atau tidak (seandainya tidak, baptis kita tetap sah), marilah kita mohon agar Tuhan sendiri membuka telinga dan mulut kita: supaya dengan telinga kita semakin tertarik dan peka untuk mendengarkan sabda-Nya (mumpung sedang BKS, baca/dengarkan dan renungkan KS !!!) dan dengan mulut kita mengakui serta mewartakan iman kita (ayo sharing dan berbagi pengalaman dalam pertamuan BKS !!!). Namun, sebagaimana ditegaskan St. Yakobus, kita tidak cukup hanya mengakui dan mewartakan iman kita tetapi juga harus mengamalkannya, misalnya dengan mengasihi, menghormati, menolong dan mendengarkan sesama. Bukankah, orang yang mampu mendengarkan sabda Tuhan dengan baik juga mampu mendengarkan sesama dengan baik pula? Begitu juga sebaliknya.
Doa: Ya Tuhan, sebagaimana dengan mengucapkan "Effata", Engkau telah membuka mulut dan telinga orang-orang bisu-tuli, maka sudilah membuka mulut dan telinga kami agar kami dapat mendengarkan sabda-Mu dan mengakui, mewartakan serta memberi kesaksian iman demi kemuliaan-Mu. Amin. -agawpr-
"Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." (Luk 6,5)
Sabtu, 05 September 2015
Hari Biasa Pekan XXII
Berdasarkan
Misynah Syabbat 7:2 (Mishnah adalah kompilasi dari hukum Yahudi yang
telah dibukukan dan merupakan hasil karya ahli-ahli Taurat dari generasi
ke generasi), terdapat 39 hal yang dilarang atau tidak boleh dilakukan
pada hari sabat, yaitu: 1) menabur, 2) membajak, 3) menuai, 4) mengikat
berkas-berkas [gandum, dll], 5) mengirik, 6) menampi, 7) memilih, 8)
menggiling, 9) mengayak, 10) membuat adonan, 11) membakar [roti, dll],
12) menggunting [bulu domba, dll], 13) mencuci pakaian, 14) memukul
[kain dan sejenisnya], 15) mengecat [kain dan sejenisnya], 16) memintal,
17) menenun, 18) membuat sosok kain 2 rangkap, 19) menenun 2 lembar
benang, 20) memisahkan 2 lembar benang, 21) mengikat, 22) melepaskan
ikatan, 23) menjahit 2 potong kain, 24) merobek, 25) memasang perangkap,
26) menyembelih hewan, 27) menguliti hewan, 28) menggarami daging, 29)
membalut kulit, 30) mengikis kulit, 31) menggunting kuku, 32) menulis 2
buah huruf, 33) menghapus 2 buah huruf, 34) membangun [rumah], 35)
merobohkan [rumah], 36) memadamkan api, 37) menyalakan api, 38) memukul
dengan palu, 39) membawa barang dari rumah ke tempat umum. Ada pula
hasil studi lain yang membuat sintesa bahwa bahwa pada hari sabat, orang
dilarang: 1) membawa beban dan menyiapkan makanan, 2)
bepergian/melakukan perjalanan jauh, 3) mengobati/menyembuhkan, 4)
menulis, 5) menyalakan api/lampu, 7) membuat simpul tali, 8)
berperang/membela diri, 9) buang air besar. Tentu, kita bisa
membayangkan betapa repotnya hidup dengan aturan seperti itu. Tidak
hanya repot tetapi juga menjadi tidak manusiawi lagi. Itulah makanya,
Yesus dengan tegas menyatakan diri-Nya sebagai tuan atas hari sabat.
Sebagai tuan, berarti Ia mempunyai wewenang untuk mengubah dan
memperbarui aturan sabat menjadi lebih manusiawi karena didasari cinta
kasih dan diarahkan untuk membantu manusia semakin mencintai Tuhan dan
sesama. Beata Teresa yang kita peringati hari ini, kiranya menjadi
teladan bagi kita bagaimana hidup dalam kasih ini.
Hari Biasa Pekan XXII
Kol. 1:21-23; Mzm. 54:3-4,6,8; Luk. 6:1-5.
"Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." (Luk 6,5)
Doa:
Tuhan, Putera-Mu telah membebaskan kami dari berbagai macam belenggu.
Berilah kami rahmat-Mu untuk menggunakan kebebasan kami atas dasar kasih
dan untuk mewujudkan kasih kepada-Mu dan kepada sesama. Amin. -agawpr-
"Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka?" (Luk 5:34)
Jumat, 04 September 2015
Hari Biasa Pekan XXII
Kol. 1:15-20; Mzm. 100:2,3,4,5; Luk. 5:33-39.
"Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka?" (Luk 5:34)
Antar sabahat yang baik, biasanya ada solidaritas yang tinggi, tidak hanya pada tataran lahir tetapi juga batin: sehati - seperasaan, seia - sekata, senasib - sepenanggungan. Demikian inilah kita hendaknya hidup sebagai sabahat-sabahat Yesus. St. Paulus mengajak kita "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Flp 2:5). St. Yakobus, dalam bacaan II Minggu kemarin, juga menegaskan agar kita seia-sekata dengan Yesus dan menjadikan sabda-Nya sebagai nafas hidup kita, "Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan pendengar saja" (Yak 1:22). Sebagai konsekuensi dan buahnya, kita pun mengalami senasib dan sepanggungan dengan Yesus. Konsekuensi: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku" (Mat 16:24). Buah: "Kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya. Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." (Rm 6:3-4). Marilah, dengan pertolongan rahmat-Nya, kita berusaha untuk menjadi sabahat-sabahat Yesus yang baik.
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu hidup sebagai sahabat-sahabat yang baik bagi Yesus Kristus, Putera-Mu. Amin. -agawpr-
"Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." (Luk 5,8)
Kamis, 3 September 2015
Peringatan Wajib St. Gregorius Agung
Kol. 1:9-14; Mzm. 98:2-3ab,3cd-4,5-6; Luk. 5:1-11.
Peringatan Wajib St. Gregorius Agung
Kol. 1:9-14; Mzm. 98:2-3ab,3cd-4,5-6; Luk. 5:1-11.
"Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." (Luk 5,8)
Kita
membaca Injil yang berkisah tentang perjumpaan perdana antara Petrus
dengan Yesus. Dia adalah seorang nelayan yang mempunyai perahu sendiri.
Sebelumnya, mungkin ia sudah mulai dengar-dengar tetang Yesus sebagai
seorang guru yang dikagumi banyak orang. Rupanya, ia sendiri juga kagum
pada-Nya. Namun, saat itu ia sedang tidak tertarik untuk
mendengarkan-Nya karena fisiknya sedang capek dan hatinya kecewa:
semalam-malaman ia bekerja tetapi tidak menangkap apa-apa. Kita tidak
tahu pasti, bagaimana perasannya ketika Yesus naik ke parahunya dan
mengajar dari atas perahunya itu. Yang jelas, dia menurut saja ketika
disuruh untuk menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Tapi,
mungkin dia sendiri masih ogah-ogahan untuk mendengarkan
pengajaran-Nya. Setelah Yesus selesai mengajar dan menyuruhnya bertolak
ke tempat yang dalam, lagi-lagi ia mengikuti begitu saja. Ternyata ia
dapat menangkap ikan dalam jumlah yang sangat banyak. Dari sinilah
muncul pengakuannya sebagai orang berdosa. Apa dosanya? Kemungkinannya
ya itu tadi: ia kecewa karena sudah bekerja keras tetapi tidak mendapat
apa-apa sehingga tidak tertarik dan ogah-ogahan mendengarkan Yesus,
namun ternyata Yesus justru memberinya hasil yang berlimpah. Dan tepat
pada saat itulah, Yesus meminta agar ia mengikuti-Nya dan menjadi
murid-Nya. Kita semua pun orang yang berdosa, rapuh dan amat tidak
memadai, namun Tuhan berkenan memilih kita untuk menjadi pengikut-Nya
dan menjadi alat-Nya dalam melaksanakan karya-karya-Nya. Marilah,
kepercayaan yang diberikan Tuhan ini, kita syukuri dan kita jalani
dengan semangat kerendahan hati sesuai teladan St. Gregorius Agung,
"hamba dari para hamba Allah" (servus servorum Dei).
Doa:
Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami Kaumampukan menjadi alat-Mu
untuk mewartakan Injil dan mewujudkan cinta kasih-Mu kepada umat
manusia. Amin. -agawpr-
Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi (Luk 4,42)
Rabu, 02 September 2015
Hari Biasa Pekan XXII
Hari Biasa Pekan XXII
Kol. 1:1-8; Mzm. 52:10,11; Luk. 4:38-44.
Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi (Luk 4,42)
Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi (Luk 4,42)
Biasanya, Yesus pergi ke tempat yang sunyi pada malam hari, setelah
pekerjaan-Nya untuk mengajar dan menyembuhkan orang-orang sakit pada
hari itu selesai. Namun, dalam Injil ini, dikisahkan juga bahwa pada
siang hari pun, Ia pergi ke tempat yang sunyi. Tentunya bukan
semata-mata untuk beristirahat, apalagi untuk menghindari orang banyak
yang datang kepada-Nya, tetapi untuk berdoa sebagaimana setiap kali
Yesus pergi ke tempat yang sunyi tidak ada maksud lain kecuali untuk
berdoa. Apa yang dilakukan Yesus ini mengingatkan kita untuk meluangkan
waktu sejenak untuk berdoa pada siang hari. Tentu tidak sulit bagi kita
karena sesibuk apa pun kita, pasti ada istirahat siang, paling tidak
untuk makan siang. Nah, di sela-sela istirahat siang tersebut, baiklah
kita menyempatkan diri untuk berdoa, misalnya doa Angelus (Malaikat
Tuhan) dan tentunya juga doa sebelum dan sesudah makan. Kalau perlu,
kita pasang alarm pada hp kita setiap jam 12.00 atau kita sesuaikan
dengan situasi, sebagai pengingat bagi kita untuk berdoa Angelus. Doa
ini sangat singkat, namun merangkum seluruh misteri inkarnasi dan
penyelamatan kita. Bersama Bunda Maria dan dalam perlindungan serta
doannya (3x Salam Maria), kita belajar dari Maria untuk menjadi hamba
Tuhan yang setia melaksanakan kehendak-Nya (Aku ini hamba Tuhan,
terjadilah padaku menurut perkataanmu itu), kita mengenang misteri
penjelmaan Yesus dan kehadiran-Nya di tengah-tengah kita (Sabda sudah
menjadi manusia dan tinggal di antara kita), kita mohon agar
diperkenankan mengalami janji penyelamatan Kristus (Doakanlah kami, ya
santa Bunda Allah, supaya kami dapat menikmati janji Kristus ... dan
dibawa kepada kebangkitan yang mulia).
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar di tengah kesibukan kami setiap hari, kami selalu meluangkan waktu untuk mengistirahatkan badan dan pikiran kami serta tidak lupa mengisinya dengan bedoa meski hanya sejenak. Amin. -agawpr-
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar di tengah kesibukan kami setiap hari, kami selalu meluangkan waktu untuk mengistirahatkan badan dan pikiran kami serta tidak lupa mengisinya dengan bedoa meski hanya sejenak. Amin. -agawpr-
Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" (Luk 4,35)
Selasa, 01 September 2015
Hari Biasa Pekan XXII
1Tes. 5:1-6,9-11; Mzm. 27:1,4,13-14; Luk. 4:31-37.
Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" (Luk 4,35)
Menurut St. Ignatius dari Loyola, salah satu ciri roh jahat - yang disebutnya sebagai musuh jiwa - adalah "lemah bila dilawan, garang bila dibiarkan" (lih. LR 325-327). Hal ini sesuai dengan apa yang digambarkan dalam Injil hari ini. Ketika melihat Yesus, setan yang merasuki orang di rumah ibadat tersebut berteriak keras. Mungkin maksudnya untuk membuat Yesus takut. Namun, Yesus tahu strategi untuk mengalahkannya, yakni dengan balas menghardiknya. Mungkin hardikan Yesus tidak kalah kerasnya sehingga setan pun keder, dan akhirnya meninggalkan orang yang dirasukinya dengan sama sekali tidak menyakitinya. Kiranya, ini bisa menjadi pedoman bagi kita untuk melawan godaan roh jahat. Kita kurangi kebiasaan kita untuk menghardik orang lain (teman, suami/istri, anak, orangtua, bawahan, dll), dan kita latih keberanian serta ketegasan kita untuk menghardik roh jahat yang setiap saat menggoda kita dan ingin menjerumuskan kita pada dosa.
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mempunyai keberanian dan ketegasan untuk menghardik roh jahat yang setiap saat menggoda dan ingin menjerumuskan kami dalam dosa. Amin. -agawpr-
"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Senin, 31 Agustus 2015
Hari Biasa Pekan XXII
Hari Biasa Pekan XXII
1Tes. 4:13-17a; Mzm. 96:1,3,4-5,11-12,13; Luk. 4:16-30.
"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Kapan
sabda Tuhan mulai tergenapi dalam diri kita? Yakni pada saat kita
mendengarkan sabda Tuhan tersebut. Bukan hanya sekedar mendengar tetapi
mendengarkan. Menurut KBBI mengengarkan adalah: 1) mendengar akan
sesuatu dengan sungguh-sungguh; memasang telinga baik-baik untuk
mendengar, 2) memperhatikan; mengindahkan; menurut (nasihat, bujukan,
dsb). Jadi jelas di sini: sabda Tuhan mulai tergenapi dalam diri kita
mana kala kita mau mendengarnya dengan sungguh-sungguh, mau
memperhatikan dan mau mengindahkan atau menurutinya. Namun, tentunya hal
ini tidak mudah, apalagi kalau sudah sampai pada taraf mengindahkan dan
menurutinya, artinya tidak lain dan tidak bukan adalah melaksanakannya.
Dalam hal ini, kita perlu rendah hati untuk menempatkan diri sebagai
alat yang sungguh tidak memadai tetapi Tuhan berkenan memakai kita untuk
mewujud-nyatakan sabda dan kehendak-Nya, seperti yang dikatakan Paus
emeritus Benediktus XVI pada saat ia terpilih sebagai Paus "Mi consola
il fatto che il Signore sa lavorare ed agire anche con strumenti
insufficienti" (Saya bergembira karena Tuhan dapat bekerja dan berbuat,
meski dengan peralatan yang tidak memadai).
Doa: Tuhan, jadikanlah kami alat-Mu untuk mewujudkan-nyatakan sabda dan kehendak-Mu. Amin. -agawpr-
Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!" (Mrk 6, 18)
Sabtu, 29 Agustus 2015
Peringatan Wajib Wafatnya St. Yohanes Pembaptis, Martir
Peringatan Wajib Wafatnya St. Yohanes Pembaptis, Martir
Yer. 1:17-19; Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15ab,17; Mrk. 6:17-29.
Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!" (Mrk 6, 18)
Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!" (Mrk 6, 18)
Hari
ini kita memperingati wafatnya St. Yohanes Pembaptis sebagai martir.
Kita dapat melihat kemartiran St. Yohanes ini sebagai risiko atas tugas
perutusannya sebagai nabi. Kita mengenal adanya tri tugas nabi:
meneguhkan, menghibur dan mengkritik. Ketika umatnya bertindak sesuai
dengan kehendak Tuhan, ia memberi peneguhan; ketika umatnya mengalami
masalah dan sedang berduka atau menderita, ia memberi penghiburan;
ketika umatnya melakukan yang tidak benar dan tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan, ia menyampaikan kritikan. Nah, tugas untuk menyampaikan
kritikan inilah yang biasanya mendatangkan risiko karena orang biasanya
tidak suka dikritik dan cenderung membenci, memusuhi dan dendam pada
yang mengkritik. Kita pun mungkin pernah mengalami: entah suatu saat
kita tidak disukai atau dimusuhi karena kritikan yang kita sampaikan
atau pada saat yang lain kita marah atau tidak suka bahkan membenci dan
memusuhi orang yang menyampaikan kritik kepada kita. Marilah, peringatan
wafatnya St. Yohanes Pembaptis ini kita jadikan sebagai pelajaran bagi
kita: di satu sisi, kita tidak takut untuk menyampaikan kritik yang
objektif dan dengan cara yang bijaksana, dan di sisi lain kita tidak
anti kritik atau dapat menerima serta menyikapi kritik yang diberikan
kepada kita dengan bijaksana.
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami dapat dengan bijaksana memberikan dan menerima kritikan. Amin. -agawpr-
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami dapat dengan bijaksana memberikan dan menerima kritikan. Amin. -agawpr-
"Gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka" (Mat 25,4)
Jumat, 28 Agustus 2015
Peringatan Wajib St. Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja
1Tes. 4:1-8; Mzm. 97:1-2b,5-6,10,11-12 ; Mat. 25:1-13.
"Gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka" (Mat 25,4)
Hari ini, kita merayakan peringatan St. Agustinus. Bacaan Injil mengisahkan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh. Agustinus bukanlah orang yang bodoh, tetapi justru memiliki kecerdasan yang tinggi. Boleh dikatakan, pelita intelektualnya bernyala amat terang. Namun, sebelum bertobat, ia terlalu mengandalkan pelita intelektualnya itu sehingga pelita imannya redup, bahkan nyaris mati. Syukur masih ada ibu Monika dan Ambrosius yang mampu menyinarinya dan terus-menerus mengisi minyak pada pelita imannya sehingga pelan-pelan kembali bernyala sampai akhirnya ia bertobat dan dibaptis pada usia 33 tahun. Setelah pertobatannya itu, dengan pelita intelektual dan pelita iman yang menyala bersama-sama dalam dirinya, ia tampil sebagai salah satu Bapa Gereja yang luar biasa. Ia memang mempunyai masa lalu yang tidak baik, namun rahmat Tuhan dan kasih dari orang-orang di sekitarnya, khususnya Monika dan Ambrosius, mampu mengubahnya menjadi seorang santo. Dan inilah salah satu kata-kata mutiaranya: "Serahkan masa lalumu pada belas kasih Allah, dan percayakanlah masa depanmu pada penyelenggaraan-Nya. Kemudian isilah saat ini dengan perbuatan kasih yang tulus."
Doa: Tuhan, kuserahkan masa laluku kepada belaskasih-Mu dan kupercayakan masa depanku pada penyelenggaraan-Mu. Bantulah aku dengan rahmat-Mu untuk mengisi saat ini dengan kasih yang tulus. Amin. -agawpr-
"Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya." (Luk 7,16).
Kamis, 27 Agustus 2015
Peringatan Wajib Sta. Monika
1Tes. 3:7-13; Mzm. 90:3-4,12-13,14,17; Luk. 7:11-17
"Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya." (Luk 7,16).
Peringatan Wajib Sta. Monika
1Tes. 3:7-13; Mzm. 90:3-4,12-13,14,17; Luk. 7:11-17
"Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya." (Luk 7,16).
Kita
bisa membayangkan betapa sedihnya seorang ibu yang sudah janda dan
ditinggal mati anak laki-laki semata wayangnya. Kurang lebih sama dengan
kesedihan Monika karena Agustinus, anak lelaki yang begitu
dibangga-banggakan, "telah mati" iman dan moralnya. Kecemerlangan
intelektualnya berbanding terbalik dengan kehidupan iman dan moralnya.
Namun sungguh beruntung, kedua anak muda ini: pemuda Nain dan Agustinus,
masing-masing mempunyai ibu yang sungguh beriman, yang dengan
terus-menerus berdoa sambil mengucurkan air matanya. Bagi Tuhan, itu
sudah cukup. Hati-Nya tergerak oleh belaskasihan, kemudian menghidupkan
kembali anak-anak itu. Yesus menyentuh anak muda dari janda Nain yang
sudah mati sehingga ia hidup kembali. Hal yang sama dibuat-Nya untuk
Agustinus: disentuh-Nya hati dan akal budinya sehingga iman dan moralnya
yang sudah "mati" hidup kembali, bahkan terus bertumbuh dan berkembang
sebagai seorang yang kudus. Tentu, itu semua tidak dapat dilepaskan dari
peran Monika, ibunya, yang terus mendampingi dan mendoakannya sambil
mencucurkan air mata selama sekitar 30an tahun. Benarlah ungkapan
"Dietro ogni grande uomo, c'è sempre una grende mamma" (di belakang
setiap orang besar, selalu ada seorang ibu yang besar).
Doa: Tuhan, berilah secara khusus berkat-Mu untuk para ibu yang telah banyak berkorban dengan meneteskan keringat dan air mata untuk keberhasilan anak-anaknya. Amin. -agawpr-
Doa: Tuhan, berilah secara khusus berkat-Mu untuk para ibu yang telah banyak berkorban dengan meneteskan keringat dan air mata untuk keberhasilan anak-anaknya. Amin. -agawpr-
"Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau." (Mzm 139,8)
Rabu, 26 Agustus 2015
Hari Biasa Pekan XXI
Hari Biasa Pekan XXI
1Tes. 2:9-13; Mzm. 139:7-8,9-10,11-12ab; Mat. 23:27-32.
"Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau." (Mzm 139,8)
"Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau." (Mzm 139,8)
Injil hari
ini kembali menampilkan kritikan atau kecaman pedas dari Yesus terhadai
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang munafik. Boleh dikatakan,
Yesus adalah seorang "kritikus", yang menurut KBBI diartikan "orang yang
ahli dalam memberikan pertimbangan (pembabasan) tentang baik buruknya
sesuatu". Untuk kita, tentu tidak mudah membedakan antara yang tulus dan
munafik, sebab kita tidak tahu secara pasti apa yang ada dalam hati
seseorang. Namun, Yesus adalah Tuhan. Ia tahu semuanya sebagaimana
diungkapkan dalam Mazmur. Di hadapan sesama: suami/istri/anak,
teman/sahabat, rekan kerja, atasan, dll, mungkin kita masih bisa saling
menyembunyikan kejahatan, dosa, kesalahan, kenyataan atau kebenaran.
Namun, di hadapan Tuhan, tidak bisa. Melalui suara hati atau hati
nurani, Tuhan akan selalu mengkritik kita, yakni selalu memberikan
pertimbangan akan baik buruknya yang kita pikirkan, katakan dan lakukan.
Tinggal bagaimana kita menanggapinya. Apakah kita cuek, yang penting
tampak baik sehingga orang lain pun melihat hanya yang baik-baik saja?
Atau apakah kita menerima kritikan dari Tuhan itu, kemudian berani
mengoreksi diri dan tampil apa adanya secara tulus, termasuk ketika
harus mengakui kesalahan dan menanggung risikonya?
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami dapat membebaskan diri dari kemunafikan sehingga tumbuh berkembang sebagai orang yang tulus. Amin. -agawpr-
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami dapat membebaskan diri dari kemunafikan sehingga tumbuh berkembang sebagai orang yang tulus. Amin. -agawpr-
"Bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih!" (Mat 23,26).
Selasa, 25 Agustus 2015
Hari Biasa Pekan XXI
1Tes. 2:1-8; Mzm. 139:1-3,4-6; Mat. 23:23-26.
"Bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih!" (Mat 23,26).
Hari Biasa Pekan XXI
1Tes. 2:1-8; Mzm. 139:1-3,4-6; Mat. 23:23-26.
"Bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih!" (Mat 23,26).
Mungkin,
pernah atau bahkan sering kita menerima kiriman dari teman/saudara yang
berupa kisah atau puisi atau sekedar kata-kata yang inspitarif.
Biasanya bukan buatan sendiri tetapi hasil cari "copas" (copy paste)
tanpa menyebut sumber aslinya (saya tidak tahu apakah ini termasuk
melanggar hak cipta atau tidak). Ada banyak hal yang sangat baik,
positif dan sungguh-sungguh bermanfaat bagi kita. Namun, sebaiknya kita
tetap harus kritis, tidak menerimanya begitu saja. Satu contoh kecil ada
tulisan yang mengatakan bahwa "tidak ada kritik yang membangun, semua
kritik itu merusak dan menghancurkan". Lalu masih ditambah dengan
pertanyaan "masihkah kita percaya ada kritik membangun?" Ketika membaca
hal ini, spontan saya teringat pada Yesus yang dengan keras mengkritik
bahkan mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Lalu teringat
juga akan Rm. Magnis yang sering mengkritik pemerintah dan baru saja
menerima penghargaan dari Presiden Jokowi. Saya sendiri lalu yakin bahwa
kritik itu sesuatu yang baik dan saya sendiri membutuhkan kritik.
Memang, kritik itu seringkali merupakan sesuatu yang tidak mengenakkan,
bukan hanya bagi yang dikritik tetapi juga bagi yang mengkritik. Yang
diperlukan di sini adalah keseimbangan, paling tidak dalam 2 hal.
Pertama, kita harus objektif, kalau sesuatu itu harus dikritik ya kita
kritik, namun layak diapresiasi ya kita beri pujian. Kedua, kritis itu
harus seimbang ke dalam dan keluar, baik dalam arti kalau mau mengkritik
juga harus mau dikritik, maupun juga berarti kita sendiri harus mau
melakukan auto-kritik atau instropeksi diri. Ini yang secara khusus
ditekankan oleh Yesus.
Doa: Tuhan, berilah kami
rahmat-Mu untuk melakukan instropeksi diri dan berilah kami
kebijaksanaan baik dalam memberi maupun menerima kritik. Amin. -agawpr- (Rm. Ag. Agus Widodo, Pr)
"Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" (Yoh 1,49)
Senin, 24 Agustus 2015
Pesta St. Bartolomeus, Rasul
Why. 21:9b-14; Mzm. 145:10-11,12-13ab,17-18; Yoh. 1:45-51
"Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" (Yoh 1,49)
Hari ini kita merayakan pesta rasul Bartolomeus. Kemungkinan, dia adalah orang yang sama dengan Natanael yang dikisahkan dalam Injil ini. Kemungkinan juga, dia berasal dari kalangan petani mengingat Yesus melihatnya berada di bawah pohon ara, entah sedang istirahat (ngèyup) atau memang petani ara. Saya tertarik dengan dinamika iman yang dialaminya. Semula, ia meragukan Yesus. Namun, setelah diajak oleh Filipus untuk datang dan melihat-Nya, kemudian mendengar sendiri apa yang dikatakan-Nya, Ia menjadi percaya. Dan sebagai buah dari imannya itu, Yesus menjanjikan bahwa ia akan melihat hal-hal besar. Dimamika seperti ini, kiranya juga baik untuk kita jadikan sebagai dinamika hidup beriman kita. Mungkin, kita pernah mengalami keraguan. Namun, kemauan untuk tetap datang kepada Tuhan, melihat-Nya dengan mata iman dan mendengarkan sabda-sabda-Nya, akan semakin memupuk iman kita. Dalam Misa, di mana dengan mata iman kita melihat Yesus yang hadir dalam rupa roti ekaristi, apalagi kemudian menyambut-Nya, kita mendapatkan daya hidup ilahi yang meneguhkan iman kita. Dengan mendengarkan atau membaca sabda Tuhan kita juga akan semakin melihat dan mengimani hal-hal besar yang dikerjakan-Nya.
Doa: St. Bartolomeus, doakanlah kami agar kami mampu mengatasi keraguan iman kami dengan datang kepada Tuhan dan mendengarkan-Nya. Amin. -agawpr- (Rm. Ag. Agus Widodo, Pr)
Minggu, 23 Agustus 2015
Hari Minggu Biasa XXI
Yos. 24:1-2a,15-17,18b; Mzm. 34:2-3,16-17,18-19,20-21,22-23; Ef. 5:21-32; Yoh 6:60-69.
"Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal"
Orangtua yang baik, bagitu pula seorang guru yang baik, yang tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik, tentunya tidak hanya menyampaikan hal-hal yang mudah dan menyenangkan bagi anak-anak atau murid-murid-Nya. Ada kalanya, dia harus menyampaikan sesuatu yang sulit. Tidak hanya sulit dimengerti tetapi juga sulit untuk diaplikasikan atau dilaksanakan. Tidak jarang pula, untuk membuat anak atau muridnya sungguh memperhatikan, ia menggunakan metode yang agak keras, termasuk intonasi suaranya. Apalagi kalau hal yang harus disampaikan tersebut merupakan sesuatu yang penting sehingga mau tidak mau, anak atau muridnya harus mengerti dan bisa bisa menerapkan atau melaksanakannya, sering dia harus mengulang sampai beberapa kali. Biasanya, pada pengulangan yang kedua, ketiga, apalagi yang keempat dan seterusnya, nada suara dan gestur tubuh sudah lain. Bagi anak yang ingin maju dan berkualitas, hal ini justru memacu untuk semakin memperhatikan, sementara bagi yang tidak ingin maju tentu saja malah mengabaikan, bahkan meninggakan kelas. Hal yang sama dipakai oleh Yesus dalam mengajar dan mendidik murid-murid-Nya. Ia tidak hanya memberi mereka makan dengan melipat-gandakan roti tetapi juga menuntut mereka untuk mengerti apa makna sesungguhnya dari penggandaan roti yang telah Dia lakukan sampai pada pengertian dan pengakuan (iman) mengenai siapakah Dia. Bagi yang hanya ingin cari enak (dapat roti gratis), tentu tuntutan Yesus itu berat sehingga mereka memilih mundur. Namun, bagi para murid yang yakin bahwa dalam diri Yesus, dalam sabda dan karya-Nya, ada hidup sejati yang dialirkan dan dibagikan, maka sesulit apa pun, mereka tetap mengikuti-Nya. Bahkan, ketika kelak para murid ini harus menyerahkan nyawa mereka demi iman kepada Yesus, mereka pun pantang mundur. Semoga, kita pun menjadi murid-murid Kristus di zaman sekarang yang mempunyai kualitas semacam itu. Dengan mengikuti Yesus, tentu ada banyak rahmat dan kemudahan yang kita terima. Namun, ada kalanya kita mengalami sesuatu yang sulit, pengalaman pahit, ujian hidup, penderitaan, dll. Di saat-saat semacam itu, kualitas iman kita sungguh diuji. Apakah kita tetap setia dan percaya kepada Tuhan? Atau kita meragukan Dia, marah kepada-Nya dan bahkan meninggalkan-Nya?
Doa: Tuhan, berilah kami iman yang mendalam dan tangguh agar kami tidak mudah goyah ketika berhadapan dengan kesulitan dan penderitaan. Amin. -agawpr.net- (Rm. Ag. Agus Widodo, Pr)
Rabu, 19 Agustus 2015 Hari Biasa Pekan XX
Rabu, 19 Agustus 2015
Hari Biasa Pekan XX
Tanggung jawab negara. "Kegiatan ekonomi, terutama yang menyangkut ekonomi pasar, tidak dapat dikembangkan tanpa ketentuan-ketentuan hukum dan norma-norma yuridis maupun politik. Sebaliknya kegiatan itu mengandaikan jaminan yang sungguh andal terhadap kebebasan dan milik perorangan, begitu pula situasi moneter yang stabil dan pelayanan umum yang tepat guna. Maka dari itu, tugas utama negara ialah menjamin keamanan sehingga kaum pekerja maupun para produsen dapat menikmati hasil kerja mereka, dan dengan demikian didorong untuk bekerja secara efektif dan jujur ... Selanjutnya negara wajib juga mengawasi dan mengatur cara-cara merealisasikan hak-hak manusia di bidang perekonomian. Tetapi dalam hal itu tanggung jawab utama tidak ada pada negara, tetapi pada warga perorangan dan pelbagai serikat serta kelompok, yang semuanya membentuk masyarakat" (CA 48).. --- Katekismus Gereja Katolik, 2431
Antifon Pembuka (Sir 45:30)
Engkau membuat dia menjadi berkat untuk seterusnya. Engkau memenuhi dia dengan sukacita di hadapan-Mu.
Doa Pagi
Allah Bapa Maha Pengasih, Engkau selalu baik dan ramah terhadap kami. Cinta kasih-Mu kepada manusia tiada batasnya. Semoga kami selalu penuh rasa syukur atas segalanya itu dan selalu baik serta ramah terhadap sesama. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Hakim-Hakim (9:6-15)
Hari Biasa Pekan XX
Tanggung jawab negara. "Kegiatan ekonomi, terutama yang menyangkut ekonomi pasar, tidak dapat dikembangkan tanpa ketentuan-ketentuan hukum dan norma-norma yuridis maupun politik. Sebaliknya kegiatan itu mengandaikan jaminan yang sungguh andal terhadap kebebasan dan milik perorangan, begitu pula situasi moneter yang stabil dan pelayanan umum yang tepat guna. Maka dari itu, tugas utama negara ialah menjamin keamanan sehingga kaum pekerja maupun para produsen dapat menikmati hasil kerja mereka, dan dengan demikian didorong untuk bekerja secara efektif dan jujur ... Selanjutnya negara wajib juga mengawasi dan mengatur cara-cara merealisasikan hak-hak manusia di bidang perekonomian. Tetapi dalam hal itu tanggung jawab utama tidak ada pada negara, tetapi pada warga perorangan dan pelbagai serikat serta kelompok, yang semuanya membentuk masyarakat" (CA 48).. --- Katekismus Gereja Katolik, 2431
Antifon Pembuka (Sir 45:30)
Engkau membuat dia menjadi berkat untuk seterusnya. Engkau memenuhi dia dengan sukacita di hadapan-Mu.
Doa Pagi
Allah Bapa Maha Pengasih, Engkau selalu baik dan ramah terhadap kami. Cinta kasih-Mu kepada manusia tiada batasnya. Semoga kami selalu penuh rasa syukur atas segalanya itu dan selalu baik serta ramah terhadap sesama. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Hakim-Hakim (9:6-15)
"Kalian berkata, “Seorang raja akan memerintah kami.”, padahal Tuhanlah rajamu."
Sekali peristiwa berkumpullah seluruh warga kota Sikhem dan seluruh Bet-Milo; mereka pergi menobatkan Abimelekh menjadi raja dekat pohon tarbantin di tugu peringatan yang di Sikhem. Setelah hal itu dikabarkan kepada Yotam, pergilah ia ke gunung Gerizim dan berdiri di atasnya, lalu berserulah ia dengan suara nyaring kepada mereka: "Dengarkanlah aku, kamu warga kota Sikhem, maka Allah akan mendengarkan kamu juga. Sekali peristiwa pohon-pohon pergi mengurapi yang akan menjadi raja atas mereka. Kata mereka kepada pohon zaitun: Jadilah raja atas kami! Tetapi jawab pohon zaitun itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan minyakku yang dipakai untuk menghormati Allah dan manusia, dan pergi melayang di atas pohon-pohon? Lalu kata pohon-pohon itu kepada pohon ara: Marilah, jadilah raja atas kami! Tetapi jawab pohon ara itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan manisanku dan buah-buahku yang baik, dan pergi melayang di atas pohon-pohon? Lalu kata pohon-pohon itu kepada pohon anggur: Marilah, jadilah raja atas kami! Tetapi jawab pohon anggur itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan air buah anggurku, yang menyukakan hati Allah dan manusia, dan pergi melayang di atas pohon-pohon? Lalu kata segala pohon itu kepada semak duri: Marilah, jadilah raja atas kami! Jawab semak duri itu kepada pohon-pohon itu: Jika kamu sungguh-sungguh mau mengurapi aku menjadi raja atas kamu, datanglah berlindung di bawah naunganku; tetapi jika tidak, biarlah api keluar dari semak duri dan memakan habis pohon-pohon aras yang di gunung Libanon.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Ya Tuhan, karena kuasa-Mulah raja bersukacita
Ayat. (Mzm 21: 2-3,4-5,6-7, R: 2a)
1. Tuhan, karena kuasa-Mulah raja bersukacita; betapa besar kegirangannya karena kemenangan yang dari pada-Mu! Apa yang menjadi keinginan hatinya telah Kaukaruniakan kepadanya, dan permintaan bibirnya tidak Kautolak
2. Sebab Engkau menyambut dia dengan berkat melimpah; Engkau menaruh mahkota dari emas tua di atas kepalanya. Hidup dimintanya dari pada-Mu; Engkau memberikannya kepadanya, dan umur panjang untuk seterusnya dan selama-lamanya.
3. Besar kemuliaannya karena kemenangan yang dari pada-Mu; keagungan dan semarak telah Kaukaruniakan kepadanya. Ya, Engkau membuat dia menjadi berkat untuk seterusnya; Engkau memenuhi dia dengan sukacita di hadapan-Mu.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Ibr 4:12)
Sabda Allah itu hidup dan penuh daya, menguji pikiran dan segala maksud hati.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (20:1-16a)
"Iri hatikah engkau, karena aku murah hati?"
Sekali peristiwa Yesus mengemukakan perumpamaan berikut kepada murid-murid-Nya, "Hal Kerajaan Surga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan mereka pun pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi mereka pun menerima masing-masing satu dinar juga. Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Tidak ada seorangpun di dunia ini yang sama persis. Setiap orang diciptakan secara unik. Kita pun menyadari bahwa masing-masing dari kita mempunyai banyak sekali perbedaan, mulai dari fisik, ekonomi, sosial, agama, dll. Namun, meskipun kita berbeda dalam banyak hal, di hadapan Tuhan, kita semua sama: tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin, yang rohaniwan, biarawan, biarawati dan awam, antara yang tua dan yang muda. Semua sama. Semua dikasihi oleh-Nya dengan kasih yang tak terbatas. Semua diberi kesempatan dan pertolongan rahmat-Nya untuk hidup baik dan kelak kembali bersatu dengan-Nya dalam kemuliaan surgawi. Semua itu, yakni segala macam bentuk kasih dan apa pun yang Tuhan berikan kepada kita, bukanlah upah atas jasa dan pekerjaan baik kita tetapi melilu anugerah cuma-cuma dari-Nya. Dengan Tuhan, kita tidak pantas bicara mengenai upah sebab yang ada hanyalah rahmat dan anugerah. Banyak hal selalu kita terima dari Tuhan, bukan hanya sebagai anugerah cuma-cuma tetapi juga murah hati sehingga kita berkelimpahan. Mungkin bukan berupa harta benda duniawi, tetapi kesehatan, kebahagiaan, saudara/sahabat, keterampilan, bakat, dll. Kalau kita mampu menangkap, menyadari dan merasakan betapa Tuhan itu murah hati dan mengasihi kita secara tidak terbatas, kita akan lebih mudah untuk bersyukur dan dijauhkan dari rasa iri terhadap orang lain yang secara lahiriah diberi anugerah berbeda dengan kita. Selanjutnya, dengan semakin mampu untuk bersyukur, kita akan lebih bahagia. Sebab, bukan karena kita bahagia maka kita bersyukur, tetapi karena kita bersyukur maka kita bahagia.
Doa: Tuhan, mampukanlah kami untuk selalu mensyukuri kasih dan anugerah-Mu yang tak terbatas. Amin. -agawpr.net- (Rm. Ag. Agus Widodo, Pr)
Antifon Komuni (Mat 20:16a)
Demikianlah, yang terakhir menjadi yang pertama, dan yang pertama menjadi yang terakhir.
Senin, 17 Agustus 2015 Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia
Senin, 17 Agustus 2015
Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia
Mereka yang berada di bawah wewenang harus memandang pimpinannya sebagai pengabdi Allah, yang telah menempatkan mereka untuk mengurus anugerah-Nya Bdk. Rm 13:1-2.: "tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia... hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalah gunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah" (1 Ptr 2:13.16). Keterlibatan yang loyal memberi hak kepada warga negara, dan kadang-kadang malahan kewajiban, untuk memberi kritik atas cara yang cocok, apa yang rasanya merugikan martabat manusia atau kesejahteraan umum. (Katekismus Gereja Katolik, 2238)
Antifon Pembuka (Mzm 28:8-9)
Tuhanlah kekuatan umat-Nya, dan benteng keselamatan bagi raja yang diurapi-Nya. Selamatkanlah umat-Mu, ya Tuhan, berkatilah pusaka-Mu. Gembalakanlah dan dukunglah mereka selamanya.
The Lord is the strength of his people, a saving refuge for the one he has anointed. Save your people, Lord, and bless your heritage, and govern them for ever.
Dominus fortitudo plebis suæ, et protector salutarium Christi sui est: salvum fac populum tuum, Domine, et benedic hereditati tuæ, et rege eos usque in sæculum.
Doa Pagi
Allah Bapa yang mahakuasa, kami bersyukur atas anugerah kemerdekaan bagi bangsa kami. Semoga kami dapat memelihara dan mempergunakan kemerdekaan dengan bijaksana; semoga kami dapat menyalakan tungku kebaikan di atas kepala setiap orang sehingga kemuliaan dan kebaikan-Mu dapat dirasakan oleh setiap orang yang merindukan kemerdekaan sejati. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Putra Sirakh (10:1-8)
Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia
Mereka yang berada di bawah wewenang harus memandang pimpinannya sebagai pengabdi Allah, yang telah menempatkan mereka untuk mengurus anugerah-Nya Bdk. Rm 13:1-2.: "tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia... hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalah gunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah" (1 Ptr 2:13.16). Keterlibatan yang loyal memberi hak kepada warga negara, dan kadang-kadang malahan kewajiban, untuk memberi kritik atas cara yang cocok, apa yang rasanya merugikan martabat manusia atau kesejahteraan umum. (Katekismus Gereja Katolik, 2238)
Antifon Pembuka (Mzm 28:8-9)
Tuhanlah kekuatan umat-Nya, dan benteng keselamatan bagi raja yang diurapi-Nya. Selamatkanlah umat-Mu, ya Tuhan, berkatilah pusaka-Mu. Gembalakanlah dan dukunglah mereka selamanya.
The Lord is the strength of his people, a saving refuge for the one he has anointed. Save your people, Lord, and bless your heritage, and govern them for ever.
Dominus fortitudo plebis suæ, et protector salutarium Christi sui est: salvum fac populum tuum, Domine, et benedic hereditati tuæ, et rege eos usque in sæculum.
Doa Pagi
Allah Bapa yang mahakuasa, kami bersyukur atas anugerah kemerdekaan bagi bangsa kami. Semoga kami dapat memelihara dan mempergunakan kemerdekaan dengan bijaksana; semoga kami dapat menyalakan tungku kebaikan di atas kepala setiap orang sehingga kemuliaan dan kebaikan-Mu dapat dirasakan oleh setiap orang yang merindukan kemerdekaan sejati. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Putra Sirakh (10:1-8)
"Para penguasa bertanggung jawab atas rakyatnya."
Pemerintah yang bijak menjamin ketertiban dalam masyarakat, pemerintah yang arif adalah yang teratur. Seperti para penguasa, demikian pula para pegawainya, seperti pemerintah kota, demikian pula semua penduduknya. Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya. Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya. Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seseorang, dan kepada para pejabat Tuhan mengaruniakan martabat. Janganlah pernah menaruh benci kepada sesamamu, apa pun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah. Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan, dan uang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 862
Ref. Kamu dipanggil untuk kemerdekaan; maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih.
Ayat. (Mzm 101:1ac.2ac.3a.6-7; R: Gal 5:13)
1. Ya, Tuhan, aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum-Mu. Aku hendak hidup tanpa cela. Aku hendak hidup dengan suci dalam rumahku, hal-hal yang jahat takkan kuperhatikan.
2. Mataku tertuju kepada rakyatku yang setia, supaya mereka tinggal bersama aku. Orang yang hidup dengan tidak bercela akan mendukung aku.
3. Orang yang melakukan tipu daya, tidak akan diam dalam rumahku. Orang yang berbicara dusta tidak bertahan di bawah pandanganku.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (2:13-17)
"Berlakulah sebagai orang yang merdeka. "
Saudara-saudaraku yang terkasih, demi Allah, tunduklah kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, maupun kepada wali-wali yang ditetapkannya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan untuk mengganjar orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka, bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetap hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Luk 20:25)
Berikanlah kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:15-21)
"Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Sekali peristiwa orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama orang-orang Herodian bertanya kepada Yesus, "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Bolehkah membayar pajak kepada kaisar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka. Maka Ia lalu berkata, "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu!" Mereka membawa suatu dinar kepada Yesus. Maka Yesus bertanya kepada mereka, "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka, "Gambar dan tulisan kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka, "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Hari ini, kita merayakan dan mesyukuri kemerdekaan bangsa kita dari penjajahan bangsa asing. Kemerdekaan ini kita maknai tidak hanya sebagai buah dari perjuangan namun juga sebagai anugerah dari Tuhan. Dan setiap kali merayakan kemerdekaan, kita selalu diingatkan akan identitas kita sebagai orang katolik sekaligus sebagai warga negara Indonesia. Sebagai orang Katolik, kita mempunyai surat baptis dan sebagai warga negara, kita mempunyai akte kelahiran. Sebagai orang Katolik atau sebagai warga Gereja, kita mempunyai sejumlah hak dan kewajiban. Demikian pula, sebagai warga negara kita juga mempunyai sejumlah hak dan kewajiban. Kita dipanggil untuk menjadi 100% Katolik dan 100% Indonesia, begitulah Mgr. Soegijapranata menegaskan. Dengan mengingat apa yang dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945, itu berarti kita dipanggil - sesuai dengan pekerjaan, tugas dan panggilan masing-masing - untuk ikut serta melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Oleh karena itu, marilah kita temukan dalam diri kita masing-masing: apa yang secara secara konkret dapat kita berikan kepada bangsa dan negara kita demi mewujudkan cita-cita tersebut. Doa sudah pasti, tetapi tentunya juga butuh tindakan konkret.
Doa: Tuhan, kami bersyukur atas anugerah kemerdekaan bagi bangsa kami. Kami juga mohon rahmat-Mu agar kami dapat berperan aktif dan konkret dalam mewujudkan cita-cita untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Amin. (Rm. Agus Widodo, Pr)
Antifon Komuni (Bdk. Mzm 16:5-6)
Tuhan, Engkaulah milik pusaka dan warisanku, dalam tangan-Mulah nasibku. Tanah permai akan menjadi bagianku, milik pusakaku menyenangkan hatiku.
Atau Bdk. Mat 5:5
Berbahagialah orang yang lembut hati, sebab mereka akan mewarisi tanah pusaka Allah.
SP. Maria Diangkat ke Surga
Sabtu/Minggu, 15/16 Agustus 2015
Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga
Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga
Why. 11:19a; 12:1,3-6a,10ab; Mzm. 45:10bc,11,12ab; 1Kor. 15:20-26; Luk. 1:39-56
Hari
ini, Gereja merayakan Bunda Maria diangkat ke surga (di Indonesia,
biasanya dirayakan hari Minggu besuk). Ajaran Gereja tentang Maria yang
diangkat ke surga ini dinyatakan secara resmi oleh Paus Pius XII dalam
Munificentissimus Deus pada tanggal 1 November 1950: "Bunda Tuhan yang
tak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan
perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam
kemuliaan surgawi.” (MD 44). Ini adalah buah dari kesetiaan Maria yang
selalu mengambil bagian dalam seluruh misteri Tuhan kita Yesus Kristus.
Pertama, Maria telah mengandung dan melahirkan Yesus di dunia ini: ia
menghadirkan Yesus kepada Elisabet dan Yohanes Pembaptis (Luk 1, 39-45),
kemudian kepada para gembala di Betlehem (Luk 2, 8-20) dan para majus
dari timur (Mat 2, 1-15), lalu kepada Simeon dan Hana di Bait Allah (Luk
2, 21-40), juga kepada warga di Kana dalam sebuah pesta perkawinan (Yoh
2, 1-11) dan tentu saja kepada kita, semua orang yang percaya
kepada-Nya di sepanjang zaman di seluruh penjuru dunia. Yang kedua,
Maria juga setia mengikuti Yesus, baik dalam karya maupun pengajaran-Nya
(Mrk 3, 31-35; Mat 13, 53-58). Yang ketiga, Maria selalu setia
mengikuti Yesus di jalan salib, tetap berdiri di bawah salib dan
menerima Yesus yang telah wafat di pangkuannya. Sampai pada hari
Pentakosta, ia tetap setia menemani murid-murid Yesus untuk menerima
anugerah Roh Kudus. Singkatnya, Maria menerima anugerah diangkat ke
surga karena kesetiaannya dalam menghadirkan Kristus dan senantiasa
bersama Dia sepanjang hidupnya. Bagi kita, Maria adalah ibu: ibu yang
tidak hanya memberi contoh tetapi juga selalu menolong kita. Oleh karena
itu, marilah kita ikuti teladan Maria yakni dengan setia menghadirkan
Yesus yang penuh kasih bagi sesama dan selalu setia mengikuti-Nya dalam
suka duka peziarahan hidup kita. Bunda Maria senantiasa menolong dan
mendoakan kita.
Doa: Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin. -agawpr.net- (Rm. Agus Widodo, Pr)
Doa: Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin. -agawpr.net- (Rm. Agus Widodo, Pr)
"Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama Ku, ia nenyambut Aku" (Mat 18,5)
Selasa, 11 Agustus 2015
Peringatan Wajib Sta. Klara, Perawan
Peringatan Wajib Sta. Klara, Perawan
Ul 31:1-8; MT Ul 32: 3-4a,7,8,9,12; Mat 18: 1-5,10,12-14
"Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama Ku, ia nenyambut Aku" (Mat 18,5)
"Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama Ku, ia nenyambut Aku" (Mat 18,5)
Kata-kata
Yesus ini cukup singkat tetapi maknanya sangat mendalam. Ia memberi
contoh para murid bagaimana cara yang baik untuk menyambut-Nya. Dan
contoh yang Dia pakai adalah dengan menyambut seorang anak "seperti
ini". Nah, sekarang, "seperti ini" itu seperti apa? Kita temukan
jawabannya pada ayat 2: "Yesus memanggil seorang anak kecil dan
menempatkannya di tengah-tengah mereka". Jadi, Yesus meminta para murid
untuk menyambut-Nya seperti Ia menyambut seorang anak kecil, yakni
dengan menempatkannya di tengah-tengah mereka. Kalau Yesus menempatkan
seorang anak kecil di tengah, itu artinya Ia menjadikan anak itu sebagai
pusat perhatian. Kita bisa mengambil contoh konkret dalam kehidupan
sehari-hari kita. Dalam sebuah keluarga, di mana ada seorang anak kecil,
entah itu anak atau cucu, biasanya ia selalu menjadi pusat perhatian.
Seorang ibu yang sedang mempunyai anak kecil, biasanya mencurahkan
seluruh kasih dan perhatiannya terhadap anaknya itu. Sang bapak pun,
begitu pulang kerja juga langsung mencurahkan kasih sayang padanya.
Bahkan, kakek dan neneknya juga rela menghabiskan waktunya untuk jadi
MC, alias momong cucu yang masih kecil itu. Dengan demikian, menjadi
sangat jelas bagi kita: apa artinya menyambut Yesus seperti menyambut
anak kecil. Yaitu, kita menjadikan Yesus sebagai pusat hidup dan pusat
perHATIan kita. Kita boleh sibuk dengan tugas dan pekerjaan kita
sehari-hari, tidak dilarang pula untuk beristirahat dan berekreasi,
namun kita tetap harus menjadikan Tuhan sebagai pusat dari roda
kehidupan kita.
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami selalu menjadikan Engkau sebagai pusat hidup dan perhatian kami. Amin. -agawpr.net-
Rm. Ag. Agus Widodo, Pr.
Collegio San Paolo Apostolo
Via di Torre Rossa 40 - 00165 Roma
Italia
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami selalu menjadikan Engkau sebagai pusat hidup dan perhatian kami. Amin. -agawpr.net-
Rm. Ag. Agus Widodo, Pr.
Collegio San Paolo Apostolo
Via di Torre Rossa 40 - 00165 Roma
Italia
Langganan:
Postingan (Atom)
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati