Tampilkan postingan dengan label Terang Dunia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Terang Dunia. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 Mei 2009, Hari Biasa Pekan IV Paskah

Rabu, 06 Mei 2009
Hari Biasa Pekan IV Paskah

"... di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari" --- 2 Ptr 3:8


Doa Renungan

Tuhan Allah kami, terima kasih atas berkat-Mu sehingga kami dapat bangun dengan segar pagi ini. Tuhan, kami juga mau berterima kasih sebab Engkau telah menunjukkan Bapa kepada kami sehingga kami tidak lagi tinggal dalam kegelapan. Berkatilah hari ini ya Tuhan, supaya kami dapat melakukan tugas-tugas kami dengan baik sesuai dengan kehendak-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (12:24 - 13:5a)


"Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku."

Pada waktu itu firman Tuhan makin tersebar dan makin banyak didengar orang. Setelah menyelesaikan tugas pelayanan mereka, Barnabas dan Saulus kembali dari Yerusalem ke Antiokhia. Mereka membawa Yohanes, yang disebut juga Markus. Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu Barnabas dan Simon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus. Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus, "Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka." Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi. Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus. Setiba di Salamis mereka memberitakan firman Allah di dalam rumah-rumah ibadat orang Yahudi.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu ya Tuhan; kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu.
Ayat.
(Mzm 67:2-3.5.6.8)
1. Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya. Kiranya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa.
2. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi.
3. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu. Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takwa kepada-Nya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Akulah terang dunia, sabda Tuhan, barangsiapa mengikut Aku, ia akan mempunyai terang hidup.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (12:44-50)


"Aku telah datang ke dunia sebagai terang."

Sekali peristiwa, Yesus berseru di hadapan orang-orang Farisi yang percaya kepada-Nya, "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia percaya bukan kepada-Ku, tetapi kepada Dia yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia yang telah mengutus Aku. Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, bukan Aku yang menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan; itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab bukan dari diri-Ku sendiri Aku berkata-kata, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku, untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagimana difirmankan oleh Bapa kepada-Ku."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.


Renungan


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Yesus adalah Penyelamat Dunia, Ia diutus dan datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia. Maka kita yang beriman kepada-Nya juga dipanggil untuk berpartisipasi dalam menyelamatkan dunia di dalam kegiatan mendunia, hidup dan cara bertindak kita di dunia. Mayoritas waktu dan tenaga kita setiap hari kiranya kita curahkan untuk terlibat dalam seluk-beluk duniawi, sejak bangun pagi sampai istirahat malam hari. Maka jika ada bagian dunia yang tidak selamat ke situlah kita dipanggil untuk mendatangi dan menyelamatkannya. Jika ada hal-hal, peraturan atau kebijakan yang merangsang orang untuk berbuat dosa hendaknya diluruskan atau diperbaiki, sehingga merangsang orang untuk berbuat baik.

Partisipasi kita dalam menyelamatkan dunia dapat bersifat preventif atau kuratif. Preventif berarti dalam mengurus atau mengelola hal-hal atau seluk-beluk duniawi diusahakan sebaik mungkin sehingga meranngsang orang untuk berbuat baik dan tidak merangsang orang lain untuk berbuat dosa; sedangkan kuratif berarti jika ada bagian dunia yang tidak baik segera kita perbaiki.

Kehadiran dan kedatangan kita ke manapun dan kapanpun hendaknya merangsang orang lain untuk berbuat baik, karena kita adalah pewarta-pewarta kabar baik atau penyelamat-penyelamat. Dengan kata lain kita sendiri hendaknya senantiasa dalam keadaan baik dan selamat agar dapat memperbaiki dan menyelamatkan yang lain. Kita hayati dan sebarluaskan perintah utama dan pertama dari Tuhan yaitu perintah untuk saling-mengasihi. Hendaknya kita senantiasa hidup saling mengasihi atau menghayati kasih sebagaimana diajarkan oleh Paulus, yaitu “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (1Kor 13:4-7)

· “Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus” (Kis 13:4).

Dengan menerima Sakramen Inisiasi (Baptis, Krisma dan Ekaristi/komuni kudus) kita juga telah menerima Roh Kudus, dan dengan demikian kita juga dipanggil untuk mengikuti dorongan atau kehendak Roh Kudus. Kehendak atau suara Roh Kudus menggejala atau terwujud dalam keutamaan-keutamaan seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23). Keutamaan-keutamaan inilah yang diharapkan menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun, sebagai kesaksian iman bahwa kita beriman kepada Yesus, Penyelamat Dunia.

Hendaknya kita tidak hidup senaknya sendiri, mengikuti selera pribadi atau keinginan pribadi, tetapi mengikuti kehendak Roh Kudus, yang antara lain dengan menghayati keutamaan-keutaman tersebut atau setia pada aneka tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Di dalam hidup bersama senantiasa kita hadapi aturan dan tatanan sebagai terjemahan dari kehendak Tuhan atau perintah Roh Kudus. Ingat dan sadari serta hayati bahwa aneka tatanan dan aturan pada umumnya dibuat dalam ‘terang iman atau Roh Kudus’, maka hanya mungkin dapat dilakukan atau dihayati dalam iman atau terang Roh Kudus. Sikapi dan hadapi aneka tatanan dan aturan pertama-tama dengan iman dan dalam Roh alias pikiran positif.





Ignatius Sumarya, SJ
Photobucket

Malam Paskah, 11 April 2009

Bacaan Kitab Suci Malam Paskah klik disini

Renungan Malam Paskah: Kej 1:1-2:2; Kel 14:15-15:1; Yeh 36:16-17a.18-28; Rm 6:3-11; Mrk 16:1-7


“Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan, Ia telah bangkit”


"Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu."

(Mrk 16:6-7)



“Rahasia Paskah mempunyai dua sisi: Dengan kematianNya Kristus membebaskan kita dari dosa, dengan kebangkitanNya Ia membuka pintu masuk menuju kehidupan baru. Hidup baru ini pada tempat pertama adalah pembenaran, yang menempatkan kita kembali dalam rahmat Allah. ‘supaya seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati…demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:4). Pembenaran terletak dalam kemenangan atas kematian yang disebabkan oleh dosa dan dalam keikutsertaan dalam rahmat. Ia melaksanakan penerimaan menjadi anak Allah, karena orang-orang menjadi saudara-saudara Kristus. Yesus sendiri, sesudah kebangkitanNya, menyapa murid-murid-Nya dengan perkataan saudara: ‘Pergilah dan katakanlah kepada saudara-saudaraKu…’ (Mat 28:10; Yoh 20:17). Kita adalah saudara-saudariNya bukan atas dasar kodrat kita, melainkan oleh anugerah rahmat, karena hidup sebagai anak angkat ini benar-benar menyertakan kita dalam kehidupan PuteraNya yang tunggal, hidup yang nyata sepenuhnya dalam kebangkitanNya” (Katekismus Gereja Katolik 1993, no 654).



Kematian dan kebangkitan bagaikan mata uang bermuka dua



Kematian Yesus di kayu salib dan kebangkitanNya dari mati bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Saat Ia wafat, mempersembahkan Diri seutuhnya kepada Allah Bapa yang mengutus pada saat itu juga Ia masuk ke dalam hidup baru, hidup mulia kembali di sorga, sebagaimana pernah Ia sabdakan kepada salah satu penjahat yang disalibkan bersamaNya dan bertobat: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk 23:43). Penjahat yang bertobat itu pada saat ia meninggal dunia/mati pada saat itu juga memperoleh anugerah Allah, hidup mulia di dalam Firdaus, di dalam sorga.



“Dengan kematian-Nya Kristus membebaskan kita dari dosa, dengan kebangkitanNya Ia membuka pintu masuk menuju kehidupan baru”. Pada malam ini kita mengenangkan kebangkitanNya, yang berarti kita bersama-sama diundang untuk memasuki kehidupan baru, sebagai ‘anak-anak Allah’, meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus. Kita dipanggil untuk memperbarui hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita, yang telah dicemari atau dikotori oleh dosa-dosa kita. “Aku akan menguduskan nama-Ku yang besar yang sudah dinajiskan di tengah bangsa-bangsa, dan yang kamu najiskan di tengah-tengah mereka. Dan bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, demikianlah firman Tuhan ALLAH, manakala Aku menunjukkan kekudusan-Ku kepadamu di hadapan bangsa-bangsa. Aku akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu” (Yeh 36:23-24). Kita dipanggil untuk menanggaapi secara positif ajakanNya untuk berkumpul kembali ke ‘tanah terjanji’, hidup bahagia dan mulia di sorga.



Hidup bahagia dan mulia di sorga yang dijanjikan kepada kita tersebut kiranya telah dapat kita cicipi atau nikmati selama hidup di dunia ini, yaitu dengan membebaskann diri dari dosa dan memeluk kehidupan baru, sesuai dengan kehendak dan panggilan Tuhan. Secara liturgis hal ini di dalam Perayaan Malam Paskah dikenangkan dengan liturgi pembaharuan janji baptis , dimana kita bersama-sama memperbarui janji untuk “hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan”. Mengabdi Tuhan Allah dan menolak semua godaan setan bagaikan mata uang bermuka dua, seperti mengarahkan hati sepenuhnya kepada Tuhan Allah dan menolak untuk berbuat jahat atau berbuat dosa. Jika hati kita sepenuhnya diarahkan kepada Tuhan Allah pasti secara otomatis dikuasai atau dirajai, dan dengan demikian “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.”(Yeh 36:26). Hati kita akan meneladan Hati Yesus yang lemah lembut, rendah hati serta terbuka lebar bagi siapapun yang merindukan atau mendambakan Tuhan. Kita akan menjadi orang yang bermurah hati, memberi perhatian kepada saudara-saudari kita.

“Sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu." (Mrk 16:7)

“Demenyar” adalah singkatan dari ‘demen sing anyar’ = suka apa-apa yang baru. Apa-apa yang baru pada umumnya menarik perhatian dan memikat, demikian juga ketika kita memiliki apa-apa yang baru pada umumnya juga tergerak untuk menceriterakan atau menyebarluaskan kepada saudara-saudari kita. Kita telah dianugerahi hati baru, kehidupan baru dan seperti para wanita yang menjadi saksi kebangkitan Yesus kita juga diundang “Pergilah, katakanlan kepada murid-muridNya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu di Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu”



Galilea adalah tempat tinggal para murid, dimana mereka hidup dan mengerjakan tugas pekerjaan sehari-hari. Galilea kita adalah rumah/keluarga dan tempat kerja/belajar, dimana mayoritas waktu dan tenaga kita boroskan di dalamnya. Ia mendahului kamu masuk ke dalam keluarga atau tempat kerja/ belajar, maka “Jangan takut masuk ke dalam atau pulang kembali ke keluarga dan sebaliknya meninggalkan keluarga menuju ke tempat kerja/belajar”. Marilah kita buka hati kita lebar-lebar dan juga mata kita untuk melihat dan menangkap kehadiran Tuhan yang telah mendahului perjalanan dan keberadaan kita di dalam keluarga maupun tempat kerja/belajar, tanpa takut dan gentar, was-was atau curiga. Dengan kata lain hendaknya dengan gemibra, ceria, dinamis serta penuh harapan memasuki rumah/keluarga, tempat kerja atau belajar. Mulailah, awalilah segala sesuatu dengan gembira, ceria dan penuh harapan.


Dalam dan dengan hati baru, gariah, ceria dan penuh harapan marilah kita “memandang bagaimana Allah tinggal dalam ciptaan-ciptaanNya: dalam unsur-unsur , memberi ‘ada’nya; dalam tumbuh-tumbuhan, memberi daya tumbuh; dalam binatang-binatang, daya rasa; dalam manusia, memberi pikiran; jadi Allah juga tinggal dalam aku, memberi aku ada, hidup, berdaya rasa dan berpikiran. Bahkan dijadikan olehNya aku bait-Nya, karena aku telah diciptakan serupa dan menurut citra yang Mahaagung” (St Ignatius Loyola, LR no 235). Dengan kata lain kita dipanggil untuk menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Tuhan, dan dengan demikian kita akan mampu meneladan Yesus yang menyapa dan memperlakukan para murid sebagai saudara-saudariNya, kita dapat menyikapi dan memperlakukan siapapun dan apapun sebagai saudara dan saudari. Jika kita telah mampu menyikapi dan memperlakukan siapapun dan apapun sebagai saudara atau sahabat, maka tidak ada ketakutan sedikitpun untuk meninggalkan rumah/keluarga pergi ketempat kerja/belajar dan sebaliknya pulan dari kerja/belajar untuk pulang ke rumah/keluarga.


“Allah tinggal dan berkarya dalam seluruh ciptaan-Nya, dan tentu saja terutama dan pertama-tama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan citra atau gambar Allah. Maka marilah kita sikapi dan perlakukan diri kita maupun saudara-saudari kita sebagai citra atau gambar Allah. Sebagai gambar atau citra Allah berarti Roh Allah hidup dan bekerja dalam diri kita yang lemah dan rapuh sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti: “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.”(Gal 5:22-23). Marilah kita hayati keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut dalam diri kita sendiri serta kita cermati dan imani buah-buah Roh tersebut dalam diri saudara-saudari kita.

“Kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (Rm 6:10 -11)

Pembaruan janji baptis yang kita ikrarkan bersama-sama pada Malam Paskah ini merupakan ajakan atau panggilan untuk menghayati peringatan Paulus “bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus”. Ini dari janji baptis adalah “hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan”. Mengabdi Tuhan Allah berarti kita senantiasa hidup dalam dan oleh “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlebutan, penguasaan diri”, sedangkan godaan setan antara lain berupa “percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya” (lihat Gal 5:20-23). Maka baiklah kutipan surat Paulus kepada umat di Roma di atas kita renungkan atau refleksikan dengan bantuan kutipan surat Paulus kepada umat di Galatia di atas ini.


“Kamu telah mati bagi dosa”


Dosa-dosa seperti percabulan dst.. sebagaimana dikatakan Paulus di atas rasanya masih marak dilakukan orang pada masa kini. Sebagai contoh adalah marah, mengingat marah ini rasanya menjadi sumber dari dosa-dosa lainnya. Marah berarti melecehkan atau merendahkan yang lain, bahasa marah yang paling lembut adalah mengeluh/menggerutu, sedangkan paling kasar adalah membunuh. Yang menjadi dorongan atau alasan mengeluh adalah segala sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi, dengan kata lain orang hidup menurut selera pribadi atau berpedoman like and dislike, sehingga segala sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi adalah musuh.


Bukankah ketika orang tidak berani atau tidak mungkin mengungkapkan atau mewujudkan keluhan atau kemarahannya kepada yang menyebabkan ia marah atau mengeluh, kemudian mengarahkan keluhan dan kemarahannya dengan memuaskan diri sendiri, yang nikmat dan enak untuk sesaat, misalnya berbuat cabul atau mabuk-mabukan atau pesta pora? Maka matikanlah, hapuslah aneka macam bentuk keluhan atau kemarahan yang ada dalam diri anda!. Ketrampilan atau kebiasaan untuk tidak mengeluh atau marah ini hemat saya perlu diusahakan dan dihayati dalam kehidupan bersama yang mendasar, yaitu di dalam keluarga atau komunitas, dan kemudian di tempat kerja dengan rekan kerja. Marilah kita hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus, meneladan cara hidup dan cara bertindak atau menghayati sabda-sabda Yesus dalam hidup sehari-hari.



“Kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus”



Sabda Yesus yang terkait dengan marah adalah “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:43 -44). Menghayati sabda Yesus ini hemat saya sama dengan melakukan apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Galatia , yaitu hidup dalam Roh sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti: “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Gal 5:22-23)


Dari buah-buah Roh di atas ini rasanya yang baik kita renungkan atau refleksikan adalah “penguasaan diri”. Diri kita masing-masing adalah ciptaan Allah yang diciptakan sesuai dengan gambar dan citraNya, maka ajakan untuk menguasai diri harus dihayati bersama Allah, sesuai dengan kehendak Allah. Kehendak Allah bagi kita semua adalah agar kita senantiasa hidup suci, baik, berbudi pekerti luhur, sehingga tumbuh berkembang semakin dikasihi oleh Allah maupun sesama manusia. Dengan kata lain orang yang mampu menguasai diri berarti semakin dikasihi oleh banyak orang, semakin memiliki banyak kenalan berarti semakin banyak sahabat.



Untuk membantu keterampilan penguasaan diri antara lain hendaknya senantiasa berpikir positif terhadap diri sendiri maupun orang lain, sebagai tanda bahwa kita hidup dari dan oleh Roh. Maka warta gembira malaikat kepada para perempuan di makam“ Pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu” dapat kita hayati dengan berkata-kata perihal apa yang baik dan benar dan kita senantiasa bersikap dan bertindak untuk melihat dan mengakui apa yang benar dan baik. Bukankah dengan melihat dan mengakui apa yang benar dan baik akan tumbuh berkembang “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlebutan, penguasaan diri” dalam diri kita?



Mengenangkan dan mengimani misteri Paskah, wafat dan kebangkitan Yesus, berarti kita dipanggil untuk bekerjasama atau bergotong royong dalam melakukan apa yang baik dan benar. Memang untuk melakukan apa yang baik dan benar pada masa kini tidak akan terlepas dari aneka macam tantangan dan hambatan Jangan takut dan gentar menghadapi aneka tantangan dan hambatan, dan marilah meneladan para perempuan yang “pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur” tanpa takut dan gentar. Dari peristiwa kebangkitan Yesus dari mati ini kiranya kita dapat mawas diri bahwa kelemahan dapat menjadi kekuatan dan sebaliknya kekuatan dapat menjadi kelemahan. Dalam situasi genting pada umumnya yang berani tampil bebas merdeka adalah mereka yang dipandang atau dinilai lemah dalam situasi normal atau biasa, sedangkan yang dinilai kuat bersembunyi, tidak berani tampil. Bukankah untuk membersihkan apa yang kotor dan amburadul kita sering lebih minta bantuan dari mereka yang dinilai lemah seperti para pembantu atau pekerja kasar? Kuburan atau makam sering menjadi tempat yang menakutkan untuk sementara orang. Dalam arti tertentu juga ada orang yang menakutkan alias disikapi sebagai kuburan atau makam, maka marilah kita dekati dan sikapi orang-orang yang menakutkan dengan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh, yaitu “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlebutan, penguasaan diri”!




“SELAMAT PASKAH,

MARILAH KITA BANGKIT DAN BERGAIRAH DALAM KASIH, SUKACITA, DAMAI SEJAHTERA, KESABARAN, KEMURaHAN, KEBAIKAN, KESETIAAN, KELEMBUTAN DAN PENGUASAAN DIRI”




Jakarta , 11 April 2009
Ignatius Sumarya, SJ


Photobucket

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy