Tampilkan postingan dengan label bisnis valas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bisnis valas. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Maret 2009

Minggu, 15 Maret 2009

Hari Minggu Prapaskah III

Renungan


Kiranya anda ingat atau pernah mendengar perihal ‘Kisah Penampakan Bunda Maria’ yang disponsori oleh Bapak Thomas alm., di wilayah Keuskupan Agung Semarang, di tempat ziarah Bunda Maria Sendangsono dan Sendang Sriningsih. Ribuan umat dari berbagai daerah hadir dalam kesempatan tersebut untuk ‘menyaksikan mujizat Penampakan Bunda Maria’, yang konon menampakkan diri di tengah malam. Kami pada saat itu agak menaruh curiga terhadap peristiwa ini; kecurigaan pertama-tama muncul ketika mencermati masalah keuangan, kolekte yang terkumpul dari peristiwa tersebut. Tidak ada satu rupiahpun dari jumlah kolekte yang cukup besar (jutaan) ditinggalkan atau disisihkan untuk kepentingan pemeliharaan tempat ziarah terkait, semuanya langsung ‘dikantongi’ oleh Bapak Thomas dkk. Dengan kata lain kami menduga adanya gerakan komersialisasi ibadat atau tempat ibadat. Ada dugaan ‘penampakan Bunda Maria’ tersebut merupakan rekayasa para-normal, maka secara diam-diam kami mengusahakan bagaimana ‘mengatasi masalah tersebut’. Singkat cerita akhirnya kami memperoleh bantuan dari para-normal yang baik untuk mengatasi masalah tersebut, dan memang benar ketika ada ‘perlawanan’ dari para-normal yang baik ‘peristiwa penampakan’ yang direncanakan, di Sendangsono, waktu itu gagal total. Ribuan umat yang hadir kecewa dan sejak saat itu tidak ada lagi kegiatan ‘penampakan Bunda Maria'


"Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."(Yoh 2:16)


Tempat ziarah dan tempat ibadat adalah tempat suci. “Dalam tempat suci hanya dapat diizinkan hal-hal yang berguna bagi pelaksanaan atau peningkatan ibadat, kesalehan dan kebaktian, serta dilarang sesuatu yang tidak cocok dengan kesucian tempat itu. Namun Ordinaris dapat sekali-sekali memberi izin untuk penggunaan lain, asal tidak bertentangan dengan kesucian tempat itu” (KHK kan 1210). Kegiatan beribadat memang membutuhkan aneka macam sarana-prasarana serta dana atau uang, yang antara lain diperoleh melalui kolekte atau persembahan yang diadakan selama ibadat tersebut. Umat Allah menyisihkan sebagai harta benda atau uangnya sebagai kolekte atau persembahan sebagai ucapan syukur dan terima kasih atas berbagai karunia yang diterima selama beribadat maupun dalam perjalanan hidup sehari-hari yang dijiwai oleh karunia yang diterima selama beribadat. Di dalam Gereja Katolik beralaku peraturan bahwa harta benda atau uang yang diterima selama beribadat tersebut menjadi harta benda gerejawi yang memiliki “tujuan-tujuan khas terutama ialah: mengatur ibadat ilahi, memberi penghidupan layak kepada klerus serta pelayan-pelayan lainnya, melaksanakan karya-karya kerasulan suci serta karya amal-kasih, terutama terhadap mereka yang berkekurangan” (KHK kan 1254 $ 2).. Sedangkan sebagai umat beriman terkait dengan pemilikan atau penguasaan harta benda kiranya dapat berpedoman pada ajaran ini: ”Allah menghendaki, supaya bumi beserta segala isinya digunakan oleh semua orang dan sekalian bangsa, sehingga harta benda yang tercipta dengan cara yang wajar harus mencapai semua orang, berpedoman pada keadilan, diiringi dengan cintakasih” (Vat II: GS no 69)



Bercermin pada pedoman dan ajaran di atas, sebagaimana saya kutipkan, hendaknya dijauhkan aneka bentuk komersialisasi di dalam kegiatan ibadat maupun tempat ibadat serta memfungsikan harta benda dan uang untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi agar semakin dikasihi oleh Tuhan maupun sesama manusia. “Ciptaan lain di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia, untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan” (St.Ignatius Loyola LR no 23), yaitu keselamatan jiwa manusia. Marilah kita fungsikan berbagai jenis harta benda dan uang demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun mereka yang kena dampak pemfungsian tersebut. Secara khusus kami mengajak dan mengingatkan mereka yang telibat dalam pengelolaan harta benda atau uang Gereja atau lembaga agama: fungsikan harta benda dan uang tersebut untuk membantu atau mendukung umat agar semakin beribadat, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin beriman. Umat semakin beriman akan semakin rela berkorban dengan harta benda atau uangnya demi kepentingan ibadat atau gerakan keagamaan/kerasulan, sosial, amal-kasih dst.. Sebaliknya jika umat semakin sosial, selayaknya mereka yang terlibat dalam pengelolaan atau pengurusan harta benda atau uang keagamaan semakin lebih sosial.



“Apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah” (1Kor 1:27-29)


  
Di dalam dunia rasanya sering berlaku ‘hukum’: “Yang bodoh dapat menjadi pandai/berhikmat karena uang, sedangkan yang pandai/berhikmat dapat menjadi bodoh karena uang”. Itulah yang terjadi dalam diri orang yang tidak atau kurang beriman. Sementara itu apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Korintus, sebagaimana saya kutipkan di atas, rasanya juga berlaku atau menjadi nyata pada masa kini, yang ditandai oleh ‘kemerosotan financial/uang’ yang melanda seluruh dunia. Mereka yang dipandang berhikmat oleh dunia, antara lain para pemilik, penanam atau pengelola saham, harus menatap dan menghadapi ‘kegagalan’, dan kemudian harus bekerja keras mengatasi dampak kemerosotan financial tersebut. Sementara itu mereka yang dipandang hina dan miskin, kurang terpandang di dunia, yang telah terbiasa dalam hal perjuangan dan pengorbanan tidak begitu merasakan dampak kemerosotan financial tersebut.
     
“Jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri (sombong) di hadapan Allah”, demikian nasihat atau pesan Paulus. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk menjadi rendah hati di hadapan Allah, mengakui dan menghayati diri sebagai yang lemah, rapuh dan berdosa. Dan tentu saja hal itu juga harus menjadi nyata atau terwujud dalam kehidupan bersama di dalam keluarga, masyarakat maupun tempat kerja: saling rendah hati satu sama lain, maka baiklah kita hayati perintah ini: “ Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu. Jangan membunuh. Jangan berzinah. Jangan mencuri. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu.” (Kel 20:12-17) Dalam masa Prapaskah ini marilah kita mawas diri apakah perintah di atas ini kita hayati atau langgar/abaikan. Jika kita telah melanggar perintah tersebut, dalam tindakan atau perilaku sekecil dan sesederhana apapun, marilah kita bertobat, memperbaharui diri, mohon kasih pengampunan Tuhan, antara lain dengan pengakuan dosa pribadi di hadapan seorang imam. Pertobatan dan pembaharuan diri kita juga dapat kita wujudkan dengan melakukan kerasulan, amal-kasih terutama terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan.



Photobucket

Hari Minggu Prapaskah III

Minggu, 15 Maret 2009
Hari Minggu Prapaskah III


Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Keluaran (20:1-17)

"Hukum telah diberikan melalui Musa."


1 Di Gunung Sinai Tuhan bersabda demikian:2 "Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. 3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, 6 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.7 Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: 9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.11 Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya. 12 Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu. 13 Jangan membunuh. 14 Jangan berzinah. 15 Jangan mencuri. 16 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.17 Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 852
Ref. Sabda-Mu adalah kebenaran, hukum-Mu kebebasan.
Ayat.
(Mzm 19:8.9.10.11)
1. Sabda Tuhan sempurna, menyegarkan jiwa. Peraturan Tuhan teguh, membuat arif orang bersahaja. Titah Tuhan tepat, menyenangkan hati. Perintah Tuhan jelas, membuat mata berseri.
2. Hikmat Tuhan baik, tetap selamanya. Keputusan Tuhan benar, adil selalu. Lebih indah daripada emas murni. Lebih manis daripada madu lebah.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1:22-25)

"Kami memberitakan Kristus yang tersalib, suatu sandungan bagi kebanyakan orang, tetapi bagi mereka yang terpanggil, merupakan hikmat Allah.

22 Saudara-saudara, orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,23 tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, 24 tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.25 Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat.
Begitu besar kasih Allah akan dunia, sehingga Ia telah menganugerahkan Anak-Nya yang tunggal. Setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (2:13-25)

"Bait Allah yang dimaksudkan Yesus ialah tubuh-Nya sendiri."

13 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. 14 Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. 15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." 17 Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." 18 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" 19 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." 20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" 21 Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.22 Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus. 23 Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. 24 Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, 25 dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


MEMBERSIHKAN TEMPAT KEDIAMANNYA - BAGAIMANA?

Rekan-rekan yang baik!
Kerap tindakan Yesus menjelang hari raya Paskah sebagaimana dikisahkan Yoh 2:13-22 dimengerti sebagai pembersihan Bait Allah dari kegiatan menukar uang dan berdagang. Betulkah demikian? Apa yang sebenarnya dilakukan Yesus bersama murid-muridnya di sana? Kesadaran macam apa yang hendak digugahnya? Marilah kita simak Injil Minggu Prapaskah III tahun B ini.

PASAR HEWAN DAN BISNIS VALAS DI BAIT ALLAH


Seperti diceritakan Yohanes, peristiwa di Bait Allah itu terjadi menjelang hari raya terbesar orang Yahudi, yakni Paskah - bukan Paskah Kristen yang belum ada waktu itu. Menjelang hari raya itu orang-orang berdatangan ke Yerusalem menunaikan kewajiban mempersembahkan kurban di Bait Allah. Karena alasan praktis, tidak banyak yang membawa sendiri hewan persembahan. Maklum syarat-syarat bagi hewan yang pantas dipersembahkan tidak sebarangan. Karena itu, ada layanan penjualan hewan yang memenuhi syarat. Pada zaman itu, dipakai uang Romawi yang memuat gambar Kaisar. Akan tetapi, larangan agama mengenai gambar manusia membuat uang Romawi haram dipakai membeli hewan yang bakal dipersembahkan sebagai kurban. Karena itu, ada jasa penukaran ke mata uang Yahudi yang hanya bisa dipakai di tempat suci. Para pedagang dan penukar uang bertempat di serambi Bait Allah yang juga boleh dimasuki orang bukan Yahudi atau orang yang tidak bermaksud mempersembahkan kurban. Sebelum mendalami lebih jauh, marilah berkonsultasi dengan seorang pakar ilmu tafsir.

YESUS KALAP?

TANYA:
Yesus yang biasanya berpenampilan tenang berwibawa kok sekarang kalap mengobrak-abrik dagangan orang. Bagaimana kelakuan ini bisa dijelaskan?

PAKAR: Anda ini ingin cepat-cepat jadi kayak murid-murid Yesus yang dikatakan dalam ay. 17 ingat akan Mzm 69:9(10). Tapi peristiwa itu perlu kita amati dengan lebih teliti.

TANYA: Apa tak boleh?

PAKAR: Masih ingat beberapa tahun silam orang-orang turun ke jalan mengusung "mayat reformasi"? Bayi reformasi yang dikandung dengan susah payah dan dilahirkan dengan penderitaan itu ternyata mati sebelum sempat dewasa. Yesus sebenarnya sedang menggelar "unjuk rasa" dengan gaya seperti itu.

TANYA: Wah, penjelasan ini belum pernah saya dengar. Orisinil! Bagaimana, bagaimana kelanjutannya?

PAKAR: Ada baiknya eksegese makin peka akan dunia Kitab Suci sendiri. Yesus tampil seperti nabi yang melakukan "tindakan simbolik" untuk membuka mata orang. Anda ingat Yeremia (Yer 13:1-11) yang memperagakan tindakan menyembunyikan ikat pinggang di celah batu di pinggir sungai Efrat. Setelah beberapa waktu diambilnya kembali ikat pinggang itu, tapi sudah lapuk. Lalu ia bernubuat bahwa orang Israel kini lapuk seperti ikat pinggang itu. Tak lagi layak dikenakan. Dalam gaya busana orang sana dulu, ikat pinggang menunjukkan sosok orang yang memakainya. Umat yang tidak pas dengan Tuhan tidak bisa membuatNya dikenal orang lagi.

TANYA: Kembali ke Injil Yohanes. Jadi, Yesus bukan bermaksud menghantam praktek dagang dan tukar uang?


PAKAR: Yesus bukan tokoh agamaist fanatik yang kalap mengobrak-abrik usaha orang lain. Unjuk rasa itu kejadiannya begini. Dengan disaksikan banyak orang, Yesus bersama murid-muridnya sengaja datang ke serambi Bait Allah membawa dagangan dan meja penukar uang. Orang-orang yang melihat itu bertanya-tanya dalam hati apa sang Guru tenar ini mau bersaing dagang sapi, merpati, dan buka bisnis valas. Aneh, ia juga menjalin cemeti. Dan ketika rasa ingin mereka memuncak, Yesus tiba-tiba mulai menjungkirbalikkan meja dagangan, mencambuki hewan yang dibawanya sendiri sambil menghardik murid-murid yang memainkan peran sebagai pedagang dan penukar uang: "Enyahlah, jangan bikin rumah Bapaku ini jadi pasar!" (ay. 16). Dan pada saat itu juga, masih termasuk pementasan ini, murid-murid berkomentar samping - gaya "aside" - dengan mengutip Mzm 69:9(10), "Kalap sungguh aku oleh kobaran cintaku pada Bait-Mu!" Drama yang mementaskan tindakan simbolik selesai di sini. Akan tetapi, serambi yang morat-marit masih terlihat.

TANYA: Wah, penjelasannya ini lebih klop! Tapi apa orang-orang waktu itu paham bahwa Yesus memperagakan tindakan simbolik seperti nabi-nabi dulu?

PAKAR: Mereka mengenal Perjanjian Lama dengan baik. Mereka ingat tindakan simbolik para nabi. Drama ikat pinggang Yeremia itu tak asing; ini bacaan mereka sejak kecil. Akan terbayang pula Yesaya yang menanggalkan alas kaki dan pakaian tanda berkabung (Yes 20:1 dst.), lalu juga Yeremia yang memanggil orang agar menonton bagaimana ia memecahkan buli-buli kurban jahanam (Yer 19:1.13). Juga Yehezkiel menggelar lakon pengepungan Yerusalem seperti dalang wayang klitik (Yeh 4:1-5:17) sambil bernubuat akan adanya kelaparan di kota itu. Bahkan kehidupan pribadi pernah ditayangkan para nabi sebagai tindakan simbolik. Yehezkiel menunggui mayat istri terkasihnya tanpa meneteskan air mata atau berkabung dan bernubuat bahwa kehancuran Yerusalem nanti sedemikian tak dinyana sampai orang tak sempat menangisinya (Yeh 24:15); Hosea mentalak istrinya yang serong dan menerangkannya sebagai pertanda Tuhan menalak Israel yang tak setia kepadaNya (Hos 1-3).

TANYA: Tentunya hanya tokoh publik yang berwibawa bisa melakukan tindakan simbolik seperti itu?

PAKAR: Betul. Karena itu, menurut Yoh 2:18 orang-orang menantang apa Yesus bisa menunjukkan ia mempunyai hak menjalankan tindakan simbolik tadi. Lihat, mereka bukannya bereaksi melawan tindakan Yesus mengobrak-abrik pasar hewan dan bisnis valas karena ia memang tidak mengganggu-gugat perdagangan yang sungguhan di situ.

TANYA: Lalu ringkasnya apa yang hendak disampaikan Yesus?

PAKAR: Orang-orang tercengkam oleh keadaan morat-marit yang dipertontonkan Yesus di serambi Bait Allah (Seperti dalam layat "mayat reformasi" tadi: yang dicerap orang bukan tindakan menggotong mayat, melainkan suasana pedih dan kecewa). Yesus mengajak orang menyadari bahwa mereka menerima begitu saja terjungkirbaliknya kehidupan Bait Allah. Bait Allah kini hanya dapat menjadi ibadat luar belaka dan orang bahkan lebih sibuk dengan mana hewan kurban yang mulus dan mana mata uang yang cocok. Yesus mengajak orang mencari Bait yang membuat batin plong, yang membuat orang menikmati hadirnya Tuhan, Bait yang bisa memberi kehidupan. Dan itu ialah dirinya.


YOHANES DAN INJIL-INJIL LAIN

Peristiwa "pembersihan" Bait Allah diceritakan oleh keempat Injil dengan sudut pandang masing-masing.

- Yohanes menaruh episode itu pada awal karya Yesus untuk menekankan bahwa sejak awal Yesus mau mengajak orang mengarahkan diri ke Bait yang didirikan Yang Maha Kuasa sendiri, yakni dirinya yang dibangkitkanNya.
- Ketiga Injil lain (Mrk 11:15-17; Mat 21:12-13; Luk 19:45-46) menaruhnya pada hari-hari terakhir kehidupan Yesus untuk menekankan kontras antara Bait Allah yang morat-marit itu dengan Bait yang akan dibangunnya kembali dalam tiga hari.
- Berbeda dengan Yohanes, ketiga Injil Sinoptik, yakni Injil Markus, Matius, dan Lukas, tidak menghubungkan pernyataan Yesus akan membangun kembali Bait yang hancur dalam waktu tiga hari dengan tindakannya di Bait Allah.
- Di lain pihak, Markus dan Matius melaporkan bahwa pernyataan itu menjadi salah satu tuduhan terhadap Yesus di Mahkamah Agama (Mrk 14:58; Mat 26:61).

Pernyataan itu juga disitir dengan sinis oleh orang-orang yang lewat di muka salib (Mrk 15:29; Mat 27:40). Yohanes tidak menghubungkan kata-kata itu dengan tuduhan maupun olok-olok itu. Lukas tidak menyebutnya sama sekali, tetapi ia menggarap bahan ini dengan caranya sendiri: seluruh Kisah Para Rasul memuat cerita bagaimana Gereja yang tumbuh pesat itu adalah karya Roh Yesus yang membangun kembali Bait yang baru.


Bagaimanapun juga, kata-kata tentang membangun kembali Bait yang runtuh dalam tiga hari ini memang menjadi hal yang dipersoalkan oleh mereka yang menyaksikan tindakan simbolik pembersihan Bait, oleh mereka yang menuduh Yesus di Mahkamah Agung, dan oleh mereka yang mengolok-oloknya waktu ia disalib. Dalam ketiga hal itu, Yesus menghadapi ketakpercayaan orang. Pembaca Injil dapat memeriksa diri di mana sedang berdiri.


Ada "relung-relung keramat" bagi Tuhan dalam hidup kita. Semua itu dibangun dengan iktikad baik. Tapi tindakan simbolik Yesus tetap menyapa. Bukan hanya dalam arti agar batin makin dibersihkan. Wartanya jauh lebih tajam. Yesus mengajak melepaskan bangunan itu. Mengapa? Bait yang kita akrabi dan pelihara itu sebenarnya tak banyak artinya karena akan runtuh. Yang bakal terus ada ialah Bait yang dibangunnya kembali dengan kebangkitannya. Kita diimbau untuk merelakan relung-relung suci dan bangunan keramat dalam diri kita. Leburkan dalam satu Bait yang hidup, yakni dia yang bangkit itu (Ahli-ahli tenung di Efesus merelakan ilmu hitam mereka, termasuk kitab-kitab wasiat ketika mereka menyatakan diri percaya kepada Yesus, lihat Kis 19:18-19). Ini hidup rohani yang mengarahkan diri ke Sana, ke Dia, ke Bait Allah yang hidup, ke Bait yang sungguh. Simpanan keramat memang tumbuh dari kebutuhan manusia untuk mendekati Yang Ilahi, tapi Yang Ilahi malah bisa dijadikan semacam barang koleksi yang dirumat, diberi sajian kurban khusus yang dibeli dengan uang yang khusus, dan banyak juga yang mengembangkannya menjadi ilmu sakti. Tapi, ya, berhenti di situ. Yesus sang Utusan Allah itu, menunjukkan betapa morat-maritnya dasar keyakinan rohani yang begitu itu.


Romo-romo Yesuit akan teringat Latihan Rohani yang mulai dengan upaya menyadari betapa aktivitas kita-kita ini sebenarnya sering kacau-balau. Melepas bangunan-bangunan keramat itu memang askese yang menggentarkan. Mungkin satu-satunya jalan untuk terus ialah berbagi tanggung jawab dengan sesama orang percaya dalam membangun Bait yang baru. Latihan Rohani juga berakhir dengan beberapa pegangan bagaimana bersepaham dengan Gereja.


DARI BACAAN KEDUA (1Kor 1:22-25)

Bagi orang Yahudi, kehadiran ilahi yang sungguh ada tandanya. Dan orang boleh mengharap mendapatkan tanda yang menyatakan Allah betul hadir. Maka mukjizat, kejayaan atas lawan, bahkan juga pengalaman pahit. Apa saja yang membuat orang ingat bahwa kehadiran ilahi tidak tinggal diam. Alam pikiran Yunani juga mengakui kehadiran ilahi. Namun kebenarannya bukan didasarkan pada tanda-tandanya, melainkan pada kemungkinan mengenali kehadiranNya lewat penalaran. Dan inilah hikmat yang disebut Paulus. Di kalangan orang Korintus waktu itu kedua alam pikiran ini amat hidup. Bagaimana menempatkan kepercayaan akan Kristus di hadapan kedua alam pikiran seperti ini.

Di kalangan orang Yahudi, tokoh Yesus dianggap menghujat Allah oleh para pemimpin Yahudi sendiri dan akhirnya mati disalib. Tapi kematiannya di salib ini justru diwartakan sebagai penyelamatan! Ini sandungan bagi orang Yahudi. Bagi orang Yunani, pewartaan salib dalam konteks penyelamatan semacam ini tak masuk akal. Mana bisa gagasan penyelamatan lewat salib mungkin - menyelamatkan diri sendiri saja tak terjadi! Mempercayainya sama dengan berlaku bodoh, begitulah menurut alam pikiran orang Yunani ketika itu.
Pemikiran Paulus sebetulnya sebuah upaya untuk membuat iman kepercayaan dapat dibicarakan dengan budaya yang berbeda-beda arahnya. Ia mengajak orang yang berpikir seperti orang Yunani untuk bertumpu pada kenyataan bahwa ada orang percaya akan salib sebagai pokok penyelamatan. Mengapa seperti ini? Dan bila yang aneh ini sungguh maka pasti ada hal yang bisa ditarik sebagai kesimpulan, yakni masuk akalnya peristiwa salib itu sendiri. Bagaimana? Tentu karena tak berhenti di situ. Ada kelanjutannya, yakni kebangkitan sendiri! Dan kebangkitan selepas pengalaman salib inilah Hikmat yang sesungguhnya. Penalaran ini dapat dicapai mereka yang mau menalarkan mengapa percaya akan Kristus itu masuk akal. Ini penalaran yang lurus.

Titik tolak yang sama dipakai dalam berbicara dengan orang Yahudi. Bila salib yang kelihatannya seperti bukti Allah meninggalkan Yesus sendirian dalam kelemahannya itu nyata-nyata dipercaya sebagai jalan keselamatan, maka pasti ada yang mengubah kelemahan ini menjadi kekuatan yang amat besar, yang bahkan mengatasi kekuatan maut. Apa itu? Tak lain tak bukan tentunya kebangkitan! Inilah kekuatan ilahi. Kristus yang bangkit ini kekuatan ilahi sendiri. Patut diterima!

Dihubungkan dengan bacaan Injil, tanda mana yang diberikan untuk menunjukkan bahwa Yesus itu berhak bertindak membersihkan rumah Bapanya - mengaku diri Anak Allah sendiri. Tanda yang bakal diberikan ialah terbangunnya kembali bait dalam tiga hari setelah diruntuhkan (Yoh 2:18-19). Maksudnya, seperti dijelaskan dalam Yoh 2: 21-25, yakni diri Yesus yang mengalami salib (runtuhnya bait) dan kebangkitan (terbangun kembali utuh dalam tiga hari).



Salam hangat,
A. Gianto

Photobucket

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy