Tampilkan postingan dengan label masa prapaskah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label masa prapaskah. Tampilkan semua postingan

Prapaskah: Kembali kepada Tuhan

 Gereja Katolik memiliki banyak tanda dan simbol. Kita membuat Tanda Salib setiap kali kita berdoa, beribadah, memasuki gereja, dan sebagainya. Kita memakai simbol iman kita di telinga dan di leher kita; menggantungnya di dinding rumah, tempat kerja kita dan menggantungnya dari kaca spion kita. Kita bangga selama setahun dengan daun palma yang kita bawa pulang dari gereja pada Minggu Palma, dan kita sangat berhati-hati untuk mendapatkan noda abu hitam berbentuk salib di dahi kami pada Misa Rabu Abu.

Abu itu adalah tanda pertobatan kita. Ini adalah tanda bahwa kita berniat sekali lagi, selama 40 hari Masa Prapaskah ini, untuk mengubah hidup kita, meninggalkan jalan dunia, dan kembali ke jalur Kerajaan Allah.

“Sebab dahulu kamu sesat seperti domba”
ratap Santo Petrus dalam 1 Pet. 2:25, “ tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.”

Dosa menarik kita ke berbagai arah, tetapi semuanya membawa maut. Apa pun yang kita peroleh di dunia ini—uang, kekuasaan, kepemilikan, kesenangan, dominasi, pengaruh, kenyamanan, keamanan—semuanya akan berakhir cepat atau lambat. Tidak ada yang bisa kita bawa setelah kematian. Tetapi melalui kematian kita memasuki kehidupan kekal dan Kerajaan Allah! Yesus Kristus menyerahkan segalanya di dunia ini agar Dia dapat memperoleh segalanya di dunia yang akan datang.

“Bertobatlah, karena Kerajaan Surga sudah dekat,” kata Yesus dalam Matius 4:17.
 

Beberapa cara untuk mengalahkan godaan Iblis

 

Kehidupan spiritual adalah pertempuran. Tidak hanya pertempuran melawan keinginan egois kita sendiri, tetapi juga melawan kekuatan spiritual jahat dunia ini. Paus St Yohanes Paulus II mengingatkan dunia tentang kenyataan ini ketika mengunjungi Monte Gargano pada tahun 1987.


     Peperangan melawan iblis ini… masih berlangsung, karena iblis masih hidup dan bekerja di dunia. Nyatanya, kejahatan yang ada di dalamnya, kekacauan yang kita lihat dalam masyarakat, perselingkuhan manusia, fragmentasi batin yang menjadi korbannya, bukan hanya konsekuensi dari dosa asal, tetapi juga efek dari kegelapan dan merajalela aktivitas Iblis, penyabot keseimbangan moral manusia ini.

Salah satu cara utama Iblis mencoba mengacaukan hidup kita adalah melalui pencobaan, memikat kita menjauh dari Allah dan menempuh jalan gelap yang menuju kehancuran.

Kabar baiknya adalah bahwa Tuhan telah memperlengkapi kita dengan senjata dan baju zirah yang mampu melawan anak panah musuh ini. Namun, kita perlu menggunakannya agar kita menang bersama Kristus dalam pertempuran melawan si Jahat.

Berikut adalah empat cara teratas untuk mengalahkan godaan iblis seperti yang dijelaskan oleh Gereja dan berbagai pengusir setan.
    

Kristus di Padang Belantara, Artist: Moretto da Brescia (1498–1554) (CC 1.0)


Katekismus Gereja Katolik menjelaskan, Roh Kudus membuat kita membedakan antara pencobaan, yang diperlukan untuk pertumbuhan manusia batiniah, dan pencobaan, yang mengarah pada dosa dan kematian. Kita juga harus membedakan antara tergoda dan menyetujui godaan. Akhirnya, kearifan membuka kedok kebohongan pencobaan, yang objeknya tampak baik, ‘menyenangkan mata’ dan diinginkan, padahal kenyataannya buahnya adalah kematian. Tuhan tidak ingin memaksakan yang baik, tetapi menginginkan makhluk yang bebas. … Ada kegunaan tertentu dari pencobaan. Tidak seorang pun kecuali Tuhan yang tahu apa yang telah diterima jiwa kita darinya, bahkan kita sendiri pun tidak. Tetapi godaan mengungkapkannya untuk mengajari kita mengenal diri kita sendiri, dan dengan cara ini kita menemukan kecenderungan jahat kita dan wajib bersyukur atas kebaikan yang telah diungkapkan oleh godaan kepada kita.

Dengan kata lain, pertama-tama kita harus mengenali godaan itu dan menggali lebih dalam, menemukan akar dari semua itu. Jika kita tidak menemukan akar yang perlu disembuhkan, kita tidak akan dapat meninggalkan pencobaan sepenuhnya. Dengan cara ini Tuhan mengizinkan pencobaan untuk mengungkapkan kelemahan kita sehingga kita mengerti apa sebenarnya yang perlu kita ubah.  

  
Iblis menyukai kekacauan dan akan melakukan apa saja untuk mengacaukan kehidupan doa kita. Inilah mengapa sangat penting untuk menetapkan rutinitas doa di mana seseorang tidak hanya berdoa ketika mengingatnya, tetapi juga pada waktu dan durasi yang telah ditentukan. Dengan cara ini kita menunjukkan kepada Tuhan prioritas kita dan mengusir setan dari hidup kita. Pengusir setan selalu menyarankan orang yang kerasukan untuk membangun kebiasaan spiritual yang konsisten untuk lebih mencegah godaan Iblis di masa depan.  

 
Dosa melahirkan lebih banyak dosa dan begitu kita mulai menuruni lereng dosa yang licin, sulit untuk dihentikan. Karunia pengakuan dosa yang luar biasa dalam Gereja Katolik memungkinkan kita untuk memulai kembali dan membawa kelemahan dan kegagalan kita ke hadapan Tuhan. Dia adalah Tabib Ilahi dan dapat menyembuhkan kita dengan Balsem Kerahiman-Nya. Setelah mendamaikan diri kita dengan Tuhan dan Gereja, para pengusir setan selanjutnya mendorong jiwa-jiwa untuk menerima Ekaristi sebanyak mungkin.

Kemudian ketika kita merasa kewalahan dengan pencobaan, kita harus berseru kepada Tuhan dengan menyebut nama Yesus. Seperti yang ditulis St Paulus, “dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di bumi dan yang ada di bawah bumi” (Filipi 2:10). Ada banyak sekali cerita tentang orang-orang kudus yang, ketika dicobai oleh Iblis, hanya menyebut nama Yesus berulang kali sampai godaan itu mereda. Ini adalah cara sederhana namun ampuh untuk tetap setia kepada Kristus di tengah dorongan kuat untuk melawan perintah-perintah-Nya.

 

 

Kunci Prapaskah yang berbuah

Masa Prapaskah adalah waktu yang tepat dalam setahun untuk mengevaluasi kehidupan iman kita sendiri dan mempertimbangkan berbagai cara untuk memperbaikinya. Paus Benediktus XVI, dalam pesan terakhirnya untuk Prapaskah tahun 2013 , memberikan pemikirannya tentang apa kunci dari Prapaskah yang berhasil.

Benediktus menulis, “Perayaan Prapaskah… memberi kita kesempatan berharga untuk merenungkan hubungan antara iman dan cinta kasih: antara percaya kepada Allah – Allah Yesus Kristus – dan kasih, yang merupakan buah Roh Kudus dan yang membimbing kita. di jalan pengabdian kepada Tuhan dan sesama.”

Bagaimana puasa bisa membuat kita tidak egois


Puasa adalah disiplin Prapaskah yang sebagian besar dari kita tidak nikmati atau ikuti sepenuhnya. Sering dari kita tidak suka merasakan sakit karena lapar dan lebih suka mengisi kekosongan itu dengan makanan yang enak dan lezat.

Namun, puasa adalah disiplin spiritual penting yang dapat membantu kita untuk tidak egois dan lebih terbuka kepada orang lain.

Paus Benediktus XVI menyoroti aspek puasa ini dalam pesan Prapaskah 2011-nya.

     Puasa, yang dapat memiliki berbagai motivasi, memiliki arti yang sangat religius bagi orang Kristen: dengan membuat meja makan kita lebih miskin, kita belajar mengatasi keegoisan untuk hidup dalam logika pemberian dan cinta; dengan menanggung beberapa bentuk kekurangan – dan bukan hanya apa yang berlebihan – kita belajar untuk berpaling dari “ego” kita, untuk menemukan Seseorang yang dekat dengan kita dan untuk mengenali Tuhan di hadapan begitu banyak saudara dan saudari. Bagi umat Kristiani, puasa, jauh dari kata tertekan, justru semakin membuka diri kita kepada Allah dan kebutuhan sesama, sehingga memungkinkan kasih kepada Allah menjadi juga kasih kepada sesama (bdk. Mrk 12:31).

Sangat menggoda untuk menganggap puasa sebagai sesuatu yang menindas dan sama sekali tidak perlu, tetapi puasa dapat memiliki efek spiritual yang mengejutkan jika kita benar-benar menjalankannya.

Kuncinya adalah membiarkan puasa membuka mata kita terhadap orang miskin di antara kita dan menyadari betapa banyak yang telah Tuhan berikan kepada kita. Kesadaran ini kemudian harus mengilhami kita untuk melayani orang miskin di komunitas lokal kita dan melakukan apa yang kita bisa untuk memberi kembali kepada mereka yang kurang beruntung.

Setiap kali kita berpuasa selama Prapaskah (atau waktu lain dalam setahun), semoga kita membiarkan rahmat Tuhan menembus hati kita.

Credit: JMLPYT/istock.com
 


Ketentuan Puasa dan Pantang 2023 sesuai dengan Kitab Hukum Kanonik

 



KETENTUAN PUASA DAN PANTANG 2023

1. KETENTUAN

Sesuai dengan Kitab Hukum Kanonik kanon 1249 bahwa semua umat beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, di mana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan karya kesalehan dan amal kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang menurut norma kanon-kanon berikut :

Kanon 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.

Kanon 1251 – Pantang makan daging atau makan lain menurut ketentuan Konferensi Para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati sengsara dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus.

Kanon 1252 – Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orang tua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.

2. PETUNJUK

a. Masa Prapaskah tahun 2023 sebagai hari tobat berlangsung mulai hari Rabu Abu, tanggal 22 Februari 2023 sampai dengan Jumat Agung, tanggal 07 April 2023.

b. Pantang berarti tidak makan makanan tertentu yang menjadi kesukaannya dan juga tidak melakukan kebiasaan buruk, misalnya: marah, boros, dsb. Dan lebih mengutamakan dan memperbanyak perbuatan baik bagi sesama.

c. Puasa berarti makan kenyang tidak lebih dari satu kali dalam sehari

3. CARA MEWUJUDKAN PERTOBATAN

a. Doa

Selama masa Prapaskah hendaknya menjadi hari-hari istimewa untuk meningkatkan semangat berdoa, mendekatkan diri kepada Tuhan dengan tekun mendengarkan dan merenungkan sabda Tuhan serta melaksanakannya dengan setia.

b. Karya amal kasih

Pantang dan puasa selayaknya dilanjutkan dengan perbuatan amal kasih yakni membantu sesama yang menderita dan berkekurangan. Kami mengajak Anda sekalian untuk melakukan aksi nyata amal kasih baik pribadi maupun bersama-sama di lingkungan maupun wilayah.

c. Penyangkalan diri

Dengan berpantang dan berpuasa sesungguhnya kita meneladan Kristus yang rela menderita demi keselamatan kita. Kita mengatur kembali pola hidup dan tingkah laku sehari-hari agar semakin menyerupai Kristus.

4. HIMBAUAN

Selama masa Prapaskah, apabila akan melangsungkan perkawinan hendaknya memperhatikan masa tobat. Dalam keadaan terpaksa seyogyanya pesta dan keramaian ditunda.

Ketentuan Puasa dan Pantang



KETENTUAN PUASA DAN PANTANG


1. KETENTUAN

Sesuai dengan Kitab Hukum Kanonik kanon 1249 bahwa semua umat beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, di mana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan karya kesalehan dan amal kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang menurut norma kanon-kanon berikut :

Kanon 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.

Kanon 1251 – Pantang makan daging atau makan lain menurut ketentuan Konferensi Para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati sengsara dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus.

Kanon 1252 – Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orang tua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.


2. PETUNJUK

a. Masa Prapaskah Tahun 2019 sebagai hari tobat berlangsung mulai hari Rabu Abu, tanggal 6 Maret 2019 sampai dengan Jumat Agung, tanggal 19 April 2019.

b. Pantang berarti tidak makan makanan tertentu yang menjadi kesukaannya dan juga tidak melakukan kebiasaan buruk, misalnya: marah, boros, dsb. Dan lebih mengutamakan dan memperbanyak perbuatan baik bagi sesama.

c. Puasa berarti makan kenyang tidak lebih dari satu kali dalam sehari



3. CARA MEWUJUDKAN PERTOBATAN

a. Doa

Selama masa Prapaskah hendaknya menjadi hari-hari istimewa untuk meningkatkan semangat berdoa, mendekatkan diri kepada Tuhan dengan tekun mendengarkan dan merenungkan sabda Tuhan serta melaksanakannya dengan setia.

b. Karya amal kasih

Pantang dan puasa selayaknya dilanjutkan dengan perbuatan amal kasih yakni membantu sesama yang menderita dan berkekurangan. Kami mengajak Anda sekalian untuk melakukan aksi nyata amal kasih baik pribadi maupun bersama-sama di lingkungan maupun wilayah.

c. Penyangkalan diri


Dengan berpantang dan berpuasa sesungguhnya kita meneladan Kristus yang rela menderita demi keselamatan kita. Kita mengatur kembali pola hidup dan tingkah laku sehari-hari agar semakin menyerupai Kristus.


4. HIMBAUAN

Selama masa Prapaskah, apabila akan melangsungkan perkawinan hendaknya memperhatikan masa tobat. Dalam keadaan terpaksa seyogyanya pesta dan keramaian ditunda.

Katekese Liturgi: Masa Prapaskah

Masa Prapaskah telah tiba. Masa ini berlangsung selama 40 hari, dengan dua makna pokok. Pertama, untuk mempersiapkan calon baptis dan bagi yang sudah dibaptis untuk mengenangkan pembaptisan yang telah diterima. Kedua, untuk membina semangat tobat kaum beriman dengan mengajak mereka untuk lebih rajin mendengarkan Sabda Allah dan berdoa sehingga siap merayakan misteri Paskah. 

 Suasana masa Prapaskah yang dimulai kemarin, Rabu Abu, sebaiknya diwarnai oleh semangat doa dan matiraga sebagai bentuk tobat, sebab masa ini dapat juga disebut sebagai "Retret Agung" seluruh umat beriman. Puasa dan pantang serta berbagai nilai pertobatan yang diwujudkan secara konkret baik secara pribadi, keluarga, kelompok kategorial maupun kebersamaan umat di wilayah (teritori) tertentu sangat dianjurkan selama masa Prapaskah ini. Begitu pula berbagai devosi, khususnya Jalan Salib pada hari Jumat, sangat dianjurkan. Bila setelah doa Jalan Salib diadakan Misa Kudus di gereja, Misa Kudus tersebut harus dimulai sejak awal. (Baca PUMR No. 24, 27 dan 28)

Sumber: Misa Minggu dan Hari Raya (Edisi Revisi), 2011. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 172)

APP KAS 2013: Pertemuan V Membangun niat dan pertobatan

Pertemuan V
 
MEMBANGUN NIAT DAN PERTOBATAN
  
Intisari pertemuan
 
Pada pertemuan kelima ini kita diajak untuk membangun niat kita serta membangun sikap tobat secara nyata dalam hidup. Selama empat kali pertemuan kita diajak untuk merenungkan bagaimana kita menjalankan pekerjaan kita selama ini. Niat apa sajakah yang mau kita bangun setelah pertemuan-pertemuan selama masa prapaskah ini?
 
Tujuan
 
  1. Menjadikan salib Tuhan kita Yesus Kristus sebagai dasar pekerjaan kita.
  2. Kita bisa berkarya/bekerja dengan penuh kegembiraan hati, tidak mudah mengeluh dan putus asa.
  3. Kita dapat melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kita, entah besar entah kecil dengan penuh keterlibatan hati.
  4. Semakin teguh dalam iman melalui pekerjaan yang kita lakukan.
 
JALANNYA PERTEMUAN
 
PEMBUKAAN
  
Nyanyian Pembuka
 
Tanda Salib dan Salam
 
P : Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U : Amin
P : Terpujilah nama Tuhan
U : Kini dan selamanya
 
Pengantar-tobat
 
Doa pembuka
 
P : Ya Allah yang maharahim, kami bersyukur kepada-Mu karena kami senantiasa Kauberi kesempatan untuk membangun pertobatan. Berkatilah usaha serta niat kami agar kami mampu bekerja dengan baik. Semoga melalui pekerjaan kami, iman kami semakin mendalam dan tangguh dan dengan demikian setiap pekerjaan kami menjadi perwujudan iman kami dan menjadi berkat bagi sesama kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
 
U : Amin
 
Bahan renungan
 
  1. Apa saja yang menjadi niatku agar aku dapat menyelesaikan pekerjaanku dengan tuntas?
  2. Apa saja yang akan aku upayakan agar niat-niatku itu dapat terwujud? (Misalnya: aku mau mengatur jadual harianku dengan baik, setiap hari akan kucatat apa yang telah kulakukan hari ini, adakah hal-hal baru yang semakin meneguhkan imanku?)
 
Doa spontan
 
Bapa Kami
 
Doa Penutup (Mohon semangat dalam bekerja)
 
Ya Tuhan Allah kami, Kauciptakan dunia beserta isinya, Kauciptakan manusia menurut citraMu, supaya kami mengolah bumi ini, sambil bekerja sama dengan Dikau, Sang Pencipta.
 
Berilah kami senantiasa semangat dan ketulusan hati dalam menerima pekerjaan yang Kauberikan pada kami.
 
Terimalah segala suka-duka dan jerih payah kami dalam kurban Kristus PuteraMu demi pengampunan dosa kami dan demi berkat bagi orang yang kami cintai.
 
Semangatilah kami, berkat ilham Roh Kudus, untuk tetap bekerja sama dengan orang lain dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan keluarga kami dan masyarakat luas.
 
Bantulah juga semua orang yang menganggur, atau orang yang terpaksa bekerja dengan tidak layak, supaya mereka tidak patah semangat melainkan menemukan apa yang mereka harapkan.
 
Inilah permohonan yang kami sampaikan kepadaMu, ya Bapa, dengan perantaraan Putra-Mu, Yesus Kristus, yang tidak segan-segan menanggung pekerjaan di tempat tersembunyi di Naaret dan yang menguduskan pekerjaan kami demi kemuliaan nama-Mu dalam persekutuan dengan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin.
 
PENUTUP
 
Pengumuman
 
Berkat
 
P : Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya
P : Semoga Allah Yang Mahakuasa memberkati kita Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
 

Pertemuan IV APP KAS: Menjadi manusia baru dalam Kristus

Pertemuan IV
MENJADI MANUSIA BARU DALAM KRISTUS

Intisari pertemuan

Ketika kita dibaptis kita disatukan dengan hidup Yesus Kristus. Ini sangat bermakna bagi kita bahwa kita menjadi manusia baru dalam Kristus. Yesus Kristus yang rela sengsara, wafat dan dibangkitkan oleh Allah telah menjadi teladan kita semua. Kesetiaan-Nya pada kehendak Bapa, cinta-Nya kepada umat manusia, terutama yang miskin dan menderita merupakan contoh konkret bagi kehidupan kita. Maka kalau kita memberikan diri dibaptis, kita ingin masuk dalam kehidupan baru, menjadi manusia baru dalam Kristus. Begitu juga dalam pekerjaan kita, kita meneladani Yesus Kristus sendiri, “Bapaku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.”
Tujuan
  1. Umat dapat memetik buah-buah pembaptisan, yaitu menghayati diri sebagai putra-putri Allah dan memasuki hidup baru dalam Kristus.
  2. Semakin menyadari bahwa dengan menerima baptis kita harus berani meninggalkan cara hidup lama dan memasuki cara hidup baru.
  3. Dapat berkarya sebagai murid-murid Yesus Kristus, yaitu berkarya dengan sungguh-sungguh, rajin, tekun dan teliti.
  4. Sebagai manusia baru dalam Kristus, kita dengan gembira dan setia menerima setiap tanggung jawab yang diserahkan kepada kita.
JALANNYA PERTEMUAN
PEMBUKAAN
Nyanyian Pembuka
Tanda Salib dan Salam
P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin
P : Terpujilah nama Tuhan
U : Kini dan selamanya
Pengantar-tobat
Doa Pembuka
P : Ya Allah yang penuh cinta, kami mengucap syukur kepada-Mu karena Engkau berkenan mengangkat kami menjadi putra-putri-Mu. Kami sudah Kausatukan dengan hidup Yesus Kristus Putra-Mu melalui sakramen baptis. Semoga seluruh hidup kami, lebih-lebih dalam setiap pekerjaan kami, kami senantiasa meneladan Yesus Kristus Putra-Mu, yang dengan setia melaksanakan kehendak-Mu. Semoga hidup baru yang kami terima semakin mendorong kami untuk ikut serta menghadirkan Kerajaan-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U : Amin.
Teks (Ef 4:17-32)
Bahan renungan
  1. Apakah kita bangga menjadi pengikut Yesus Kristus? Apa yang membuat kita bangga?
  2. Apakah sebagai pengikut Yesus Kristus kita sudah berkarya dengan baik, jujur, setia dan melaksanakan setiap pekerjaan kita dengan sungguh-sungguh?
  3. Apakah kita mempunyai niat-niat khusus untuk membangun pertobatan kita, lebih-lebih dalam pekerjaan kita, berusaha semakin menyerupai Yesus Kristus dalam karya-karya kita?
Doa spontan
Bapa Kami
Doa penutup
P : Ya Allah yang penuh cinta, puji dan syukur kami haturkan kepadaMu karena kami telah Kauberi kesempatan untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup kami. Semoga hidup Yesus Kristus PuteraMu menjadi penyemangat kami dalam melaksanakan tugas pekerjaan kami sehingga kami senantiasa bekerja dengan jujur, setia, sabar dan teliti. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U : Amin.
PENUTUP
Pengumuman
Berkat
P : Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya
P : Semoga Allah Yang Mahakuasa memberkati kita Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)
Semoga melalui pekerjaan kita, kita smakin beriman mendalam dan tangguh

Pertemuan III APP KAS: Salib Tuhan sumber kekuatan dalam pekerjaan kita

Pertemuan III
 
SALIB TUHAN SUMBER KEKUATAN DALAM PEKERJAAN KITA
 
Intisari pertemuan
 
Ada kalanya kita mengalami kelesuan dalam hidup. Penyebabnya bisa bermacam-macam. Bisa jadi karena banyak pekerjaan yang harus kita selesaikan. Kita sudah bekerja sungguh-sungguh, mati-matian namun hasilnya kadang tidak memuaskan. Atau bahkan kita sudah bekerja dengan sungguh-sungguh, kita masih “dipaido”. Kita menjadi patah semangat, “loyo”. Yesus memberi teladan kepada kita ketika Yesus memanggul salib menuju puncak Golgota. Yesus berani mempertaruhkan nyawa-Nya di salib karena kesetiaan-Nya akan tanggung jawabNya menyelesaikan karya penebusan Allah Bap-aNya di surga. Maka bagi kita umat beriman, salib Tuhan adalah kekuatan kita dalam melaksanakan setiap pekerjaan kita.
 
Tujuan
 
  1. Umat dapat merasakan daya kekuatan salib dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Umat bisa meneladan hidup Yesus Kristus sendiri yang dengan rela memanggul salib menyelesaikan karya Allah.
  3. Dengan kekuatan salib Tuhan Yesus kita melaksanakan karya-karya kita.
 
JALANNYA PERTEMUAN
 
PEMBUKAAN
 
Nyanyian Pembuka
 
Tanda Salib dan Salam
 
P : Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U : Amin
P : Terpujilah nama Tuhan
U : Kini dan selamanya
 
Pengantar-tobat
 
Doa Pembuka
 
P : Allah Bapa yang kekal dan kuasa, Putra-Mu Yesus Kristus berkenan menanggung segala sengsara dan derita di kayu salib demi keselamatan kami. Semoga salib Putra-Mu Yesus Kristus menjadi kekuatan kami dalam melaksanakan tanggung jawab dan pekerjaan kami. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami.
U : Amin
 
Ilustrasi
 
Adalah Sinar seorang anak yang baru berumur 6 tahun. Ia hanya tinggal bersama dengan ibunya yang sudah lumpuh akibat dianiaya oleh suaminya. Sekarang suaminya (ayah Sinar) tidak diketahui lagi dimana berada. Sinar tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana di Mandar Polewali Barat, Sulawesi. Meskipun jauh dari kita namun hidupnya pantas kita beri pujian yang tinggi. Sebagai seorang anak yang seharusnya menikmati masa kanak-kanak, masa sekolah dengan anak-anak seusianya, namun Sinar sudah harus bekerja keras di rumahnya. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah Sinar sudah menyiapkan segala keperluan makan untuk ibu dan dirinya. Ia juga harus mencuci, menyuapi ibunya dsb, melakukan pekerjaan rumah tangga. Memindahkan ibunya yang menderita lumpuh adalah pekerjaan harian Sinar. Hal itu disebabkan karena ibunya sudah tidak bisa berbuat apa-apa selain berbaring di tempat tidur karena lumpuh. Setelah pekerjaan rumah selesai barulah Sinar pergi ke sekolah. Maka setiap hari Sinar selalu terlambat masuk sekolah. Demikian juga pada waktu siang hari. Ia harus pulang lebih awal untuk menyiapkan makan siang untuk ibunya. Begitulah Sinar menjalani hidupnya sehari-hari, melakukan pekerjaan-pekerjaan yang semestinya dilakukan oleh orang dewasa (orang tua).
Barangkali cerita itu membuat hati kita terharu. Sinar menjalani pekerjaan itu karena begitu cintanya kepada ibunya. Perbuatan Sinar dilakukan karena cinta.
 
Bahan Renungan
 
  1. Apa saja yang dapat kita petik dari kisah Sinar tersebut di atas?
  2. Mengapa Sinar mau menjalani pekerjaan itu?
  3. Apakah kita juga sudah sepenuh hati menjalani setiap pekerjaan kita? Sudahkah pekerjaan-pekerjaan kita, kita lakukan berlandaskan kasih dan kita jalani dengan tekun, setia dan sabar?
  4. Sebagai murid-murid Yesus Kristus, apakah salib Tuhan kita Yesus Kristus kita jadikan kekuatan dalam setiap pekerjaan kita?
 
Teks pendukung renungan (Mat 16:24-25)
 
Doa Spontan
 
Bapa Kami
 
Doa penutup
 
P : Allah yang mahasuci, kami mengucap syukur kepada-Mu karena Putra-Mu Yesus Kristus telah menebus kami melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya dari alam maut. Berilah kekuatan kepada kami agar kami selalu setia memanggul salib kami setiap hari dan karena itu kami tetap Kauperkenankan menjadi murid-murid Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat kami.
 
U : Amin
 
PENUTUP
 
Pengumuman (dapat diadakan kolekte dan sesudah dirasa cukup selanjutnya mempersiapkan hati untuk memohon berkat Tuhan)
 
Berkat
 
P : Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya
P : Semoga Allah Yang Mahakuasa memberkati kita Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)
 
Ketekunan, kesetiaan dan kesabaran Sinar, gadis cilik ini mendorong kita untuk belajar memikul salib setiap hari menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kita.
 
 
 
 

Pesan Paus Benediktus XVI untuk Masa Prapaskah 2013


"Percaya dalam amal membangkitkan amal"
“Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita” (1 Yoh 4:16)



Saudara dan saudariku terkasih,
Perayaan Prapaskah, dalam konteks Tahun Iman, menawarkan kita kesempatan berharga untuk merenungkan hubungan antara iman dan amal : antara percaya dalam Allah - Allah dari Yesus Kristus - dan amal, yang merupakan buah dari Roh Kudus dan yang menuntun kita di jalan pengabdian kepada Allah dan sesama.

1. Iman sebagai tanggapan terhadap kasih Allah

Dalam Ensiklik pertama saya, saya menawarkan beberapa pemikiran tentang hubungan erat antara keutamaan iman dan amal kasih secara teologis. Berangkat dari pernyataan tegas yang mendasar dari Santo Yohanes: “Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita” (1 Yoh 4:16), saya mengamati bahwa "menjadi Kristiani bukanlah hasil dari pilihan etis atau gagasan luhur, tetapi perjumpaan dengan suatu peristiwa, seseorang, yang memberi kehidupan suatu cakrawala baru dan suatu arah yang pasti ... Karena Allah telah lebih dulu mengasihi kita (bdk. 1 Yoh 4:10), kasih kini tidak lagi menjadi 'perintah' belaka; kasih adalah tanggapan terhadap karunia kasih yang dengannya Allah mendekat kepada kita" (Deus Caritas Est, 1). Iman ini merupakan ketaatan pribadi - yang melibatkan seluruh pancaindera kita – bagi pernyataan kasih Allah yang tanpa syarat dan "penuh gairah" bagi kita, sepenuhnya terungkap dalam Yesus Kristus. Perjumpaan dengan Allah yang adalah Kasih melibatkan tidak hanya batin tapi juga akal budi: "Pengakuan akan Allah yang hidup adalah salah satu jalan menuju kasih, dan 'ya' dari kehendak kita terhadap kehendak-Nya menyatukan akal budi, kehendak dan perasaan kita dalam seluruh pelukan tindakan kasih. Tetapi proses ini selalu akhir yang terbuka; kasih tidak pernah 'selesai' dan lengkap"( Deus Caritas Est, 17). Oleh karena itu, untuk semua orang Kristiani, dan terutama untuk "pekerja amal", ada kebutuhan untuk iman, untuk "supaya perjumpaan dengan Allah di dalam Kristus yang membangkitkan kasih mereka dan membuka jiwa mereka bagi orang lain. Akibatnya, sehingga boleh dikatakan, kasih kepada sesama tidak akan lagi bagi mereka perintah yang dibebankan dari luar, melainkan suatu konsekuensi yang berasal dari iman mereka, iman yang menjadi aktif melalui kasih "(Deus Caritas Est, 31a). Orang-orang Kristiani adalah orang-orang yang telah ditaklukkan oleh kasih Kristus dan oleh karena itu, di bawah pengaruh kasih itu - "Caritas Christi urget nos" (2 Kor 5:14) - mereka amatlah terbuka untuk mengasihi sesama mereka dengan cara nyata (bdk. Deus Caritas Est, 33). Sikap ini muncul terutama dari kesadaran dikasihi, diampuni, dan bahkan dilayani oleh Tuhan, yang membungkuk untuk mencuci kaki para Rasul dan memberikan diri-Nya di kayu Salib untuk menarik umat manusia ke dalam kasih Allah.

Iman mengatakan kepada kita bahwa Allah telah memberikan Putra-Nya demi kita dan memberi kita kepastian kemenangan sehingga hal itu sungguh benar: Allah adalah kasih! ..... Iman, yang melihat kasih Allah dinyatakan dalam hati Yesus yang tertikam di kayu Salib, menimbulkan kasih. Kasih adalah cahaya -, dan pada akhirnya, satu-satunya cahaya - yang dapat selalu menerangi dunia yang meredup dan memberi kita kegigihan yang diperlukan untuk tetap hidup dan bekerja" (Deus Caritas Est, 39). Semua ini membantu kita untuk memahami bahwa tanda dasariah yang membedakan orang-orang Kristiani adalah justru "kasih yang didasarkan pada dan dibentuk oleh iman" (Deus Caritas Est, 7).

2. Amal sebagai kehidupan dalam iman

Seluruh kehidupan Kristiani adalah tanggapan terhadap kasih Allah. Tanggapan pertama justru adalah iman sebagai penerimaan, yang dipenuhi dengan takjub dan syukur, akan prakarsa ilahi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mendahului kita dan mengetengahkan kita. Dan "ya" dari iman menandai awal dari sebuah kisah persahabatan yang berseri-seri dengan Tuhan, yang memenuhi dan memberi makna penuh bagi seluruh hidup kita. Tapi itu tidak mencukupi bagi Allah karena kita hanya menerima kasih-Nya yang tanpa syarat. Tidak hanya membuat Ia mengasihi kita, tetapi Ia hendak menarik kita kepada diri-Nya sendiri, untuk mengubah kita sedemikian mendalamnya sehingga membawa kita untuk berkata bersama Santo Paulus : “bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (bdk. Gal 2:20).

Ketika kita membuat ruang bagi kasih Allah, maka kita menjadi seperti Dia, berbagi dalam amal milik-Nya. Jika kita membuka diri terhadap kasih-Nya, kita memperbolehkan Dia untuk hidup dalam kita dan membawa kita untuk mengasihi bersama Dia, dalam Dia dan seperti Dia; hanya berlaku demikian iman kita menjadi benar-benar "bekerja oleh kasih" (Gal 5:6), hanya berlaku demudian Dia tinggal di dalam kita (bdk. 1 Yoh 4:12).

Iman adalah memahami kebenaran dan mematuhinya (bdk. 1 Tim 2:4); amal adalah "berjalan" dalam kebenaran (bdk. Ef 4:15). Melalui iman kita masuk ke dalam persahabatan dengan Tuhan, melalui amal persahabatan ini dihidupkan dan ditumbuhkembangkan (bdk. Yoh 15:14dst). Iman menjadikan kita merangkul perintah Tuhan dan Guru kita; amal memberi kita kebahagiaan mempraktekkannya (bdk. Yoh 13:13-17). Dalam iman kita diperanakkan sebagai anak-anak Allah (bdk. Yoh 1:12dst); amal menjadikan kita bertekun secara nyata dalam keputraan ilahi kita, menghasilkan buah Roh Kudus (bdk. Gal 5:22). Iman memampukan kita untuk mengenali karunia yang telah dipercayakan Allah yang baik dan murah hati kepada kita; amal membuat mereka berbuah (bdk. Mat 25:14-30).
 
 3. Keterkaitan yang tak terpisahkan dari iman dan amal
Dalam terang di atas, jelaslah bahwa kita tidak pernah bisa memisahkan, apalagi dengan sendirinya mempertentangkan, iman dan amal. Kedua keutamaan teologis ini terkait erat, dan adalah menyesatkan untuk menempatkan perlawanan atau "dialektika" di antara mereka. Di satu sisi, akan terlalu sepihak untuk menempatkan penekanan kuat pada prioritas dan ketegasan iman serta merendahkan dan hampir-hampir meremehkan karya amal nyata, mengecilkan karya itu ke paham kemanusiaan yang samar-samar. Di sisi lain, meskipun, sama-sama tidak membantu untuk melebih-lebihkan keunggulan amal dan kegiatan yang dihasilkannya, seakan-akan karya bisa mengambil tempat iman. Bagi kehidupan rohani yang sehat, perlu untuk menghindari baik fideisme maupun aktivisme moral.

Kehidupan Kristiani mencakup secara terus-menerus pendakian gunung untuk berjumpa Allah dan kemudian turun kembali, memberikan kasih dan kekuatan yang diambil dari-Nya, agar supaya melayani saudara dan saudari kita dengan kasih Allah sendiri. Dalam Kitab Suci, kita melihat bagaimana semangat para Rasul untuk mewartakan Injil dan membangkitkan iman orang-orang terkait erat dengan kepedulian mereka yang bersifat amal untuk pelayanan kepada kaum miskin (bdk. Kis 6:1-4). Dalam Gereja, kontemplasi dan aksi, yang dilambangkan dalam beberapa cara oleh tokoh Injil, Maria dan Marta, harus saling berdampingan dan saling melengkapi (bdk. Luk 10:38-42). Hubungan dengan Allah harus selalu menjadi prioritas, dan setiap pembagian harta benda, dalam semangat Injil, harus berakar dalam iman (bdk. Audiensi Umum, 25 April 2012). Kadang-kadang kita cenderung, pada kenyataannya, mengecilkan istilah "amal" untuk solidaritas atau bantuan kemanusiaan belaka. Namun, penting diingat bahwa karya terbesar dari amal adalah evangelisasi, yang adalah "pemerintahan sabda". Tidak ada tindakan yang lebih bermanfaat - dan karena itu lebih beramal - terhadap salah seorang dari sesama daripada memecahkan roti sabda Allah, berbagi bersama Dia Kabar Baik akan Injil, memperkenalkan Dia kepada hubungan dengan Allah: evangelisasi adalah yang promosi tertinggi dan paling menyeluruh dari pribadi manusia. Sebagai hamba Allah Paus Paulus VI menulis dalam Ensiklik Populorum Progressio, pernyataan akan Kristus adalah penyumbang pertama dan utama bagi pembangunan (bdk. no. 16). Ini adalah kebenaran primordial kasih Allah bagi kita, yang hidup dan dinyatakan, yang membuka hidup kita untuk menerima kasih ini dan memungkinkan pengembangan menyeluruh dari kemanusiaan dan dari setiap orang (bdk. Caritas in Veritate, 8).

Pada dasarnya, segala sesuatu berasal dari Kasih dan cenderung menuju Kasih. Kasih Allah yang tanpa syarat dibuat kenal kepada kita melalui pewartaan Injil. Jika kita menyambutnya dengan iman, kita menerima kontak pertama dan sangat diperlukan dengan Yang Ilahi, mampu membuat kita "jatuh cinta dengan Kasih", dan kemudian kita tinggal di dalam Kasih ini, kita tumbuh di dalamnya dan kita dengan sukacita mengkomunikasikannya kepada orang lain.

Mengenai hubungan antara iman dan karya amal, ada bagian dalam Surat Efesus yang mungkin menyajikan catatan terbaik keterkaitan antara keduanya : "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya" (2:8-10). Dapat dilihat di sini bahwa prakarsa penebusan seluruhnya berasal dari Allah, dari kasih karunia-Nya, dari pengampunan-Nya yang diterima dalam iman; tetapi prakarsa ini, jauh dari pembatasan kebebasan kita dan tanggung jawab kita, sebenarnya adalah apa yang membuat mereka otentik dan mengarahkan mereka menuju karya amal. Ini terutama bukan hasil dari usaha manusia, yang di dalamnya mengandung kebanggaan, tetapi karya amal tersebut lahir dari iman dan karya amal itu mengalir dari kasih karunia yang diberikan Allah dalam kelimpahan. Iman tanpa perbuatan adalah seperti pohon tanpa buah: dua keutamaan saling memaknai. Masa Prapaskah mengundang kita, melalui praktek-praktek tradisional dari kehidupan Kristiani, memelihara iman kita dengan seksama dan memperbesar pendengaran akan sabda Allah serta dengan penerimaan sakramen-sakramen, dan pada saat yang sama bertumbuh dalam amal dan dalam kasih kepada Allah dan sesama, tidak sekedar melalui praktik puasa, pengampunan dosa dan derma.

4. Pengutamaan iman, keunggulan amal

Seperti setiap karunia Allah, iman dan amal memiliki asal mereka dalam tindakan Roh Kudus yang satu dan sama (bdk. 1 Kor 13), Roh dalam diri kita yang berseru "Abba, Bapa" (Gal 4:6), dan membuat kita berkata: "Yesus adalah Tuhan!" (1 Kor 12:3) dan "Maranatha!" (1 Kor 16:22, Why 22:20). Iman, sebagai karunia dan tanggapan, menjadikan kita mengetahui kebenaran Kristus sebagai Kasih yang menjelma dan disalibkan, sebagai ketaatan penuh dan sempurna pada kehendak dan rahmat ilahi yang tak terbatas terhadap sesama; iman tertanam dalam hati dan memikirkan keyakinan teguh bahwa hanya Kasih ini mampu menaklukkan kejahatan dan kematian. Iman mengajak kita untuk melihat ke masa depan dengan keutamaan harapan, dengan pengharapan yang pasti bahwa kemenangan kasih Kristus akan datang kepada penggenapannya. Untuk bagian ini, amal mengantar kita ke dalam kasih Allah yang terwujud dalam Kristus dan menggabungkan kita dalam cara yang bersifat pribadi dan nyata terhadap pemberian diri Yesus yang menyeluruh dan tanpa syarat kepada Bapa serta saudara dan saudari-Nya. Dengan memenuhi hati kita dengan kasih-Nya, Roh Kudus membuat kita mengambil bagian dalam pengabdian Yesus kepada Allah dan pengabdian persaudaraan bagi setiap orang (bdk. Rm 5:5).

Hubungan antara kedua keutamaan ini menyerupai antara dua sakramen dasariah Gereja: Baptis dan Ekaristi. Baptis (sacramentum fidei) mendahului Ekaristi (sacramentum caritatis), tetapi diarahkan kepadanya, Ekaristi menjadi kepenuhan perjalanan Kristiani. Dalam cara yang sama, iman mendahului amal, tetapi iman adalah sejati hanya jika dimahkotai oleh amal. Segala sesuatu dimulai dari penerimaan iman yang sederhana ("mengetahui bahwa manusia dikasihi oleh Allah"), tetapi harus sampai pada kebenaran amal ("mengetahui bagaimana untuk mengasihi Allah dan sesama"), yang tetap untuk selama-lamanya, sebagai pemenuhan semua keutamaan (bdk. 1 Kor 13:13).

Saudara dan saudari terkasih, dalam Masa Prapaskah ini, ketika kita mempersiapkan diri untuk merayakan peristiwa Salib dan Kebangkitan - di dalamnya kasih Allah menebus dunia dan menyorotkan cahayanya di atas sejarah - Saya mengungkapkan kehendak saya sehingga Anda semua dapat menghabiskan waktu berharga ini menyalakan kembali iman Anda dalam Yesus Kristus, agar supaya masuk bersama Dia ke dalam kasih dinamis bagi Bapa dan bagi setiap saudara dan saudari yang kita jumpai dalam kehidupan kita. Untuk maksud ini, saya memanjatkan doa saya kepada Allah, dan saya memohonkan berkat Tuhan atas setiap orang dan atas setiap komunitas!

Dari Vatikan, 15 Oktober 2012
BENEDIKTUS XVI

(diambil dari HIDUP)

Surat Gembala Prapaskah 2013 Bagi umat Katolik Keuskupan Surabaya

Surat Gembala PRAPASKAH 2013
Bagi umat Katolik Keuskupan Surabaya
(Dibacakan di semua gereja dan kapel di wilayah Keuskupan Surabaya, pada tanggal 9 dan 10 Februari 2013)
No. 30/G.111/II/2013
 
Saudara-saudari terkasih, 
 
Pada hari Rabu Abu, 13 Februari nanti, dahi kita akan ditandai dengan abu sebagai tanda dimulainya masa Prapaskah, masa tobat, masa untuk mempersiapkan diri merayakan Paskah. Kita semua tahu bahwa abu yang ada pada dahi kita mengingatkan betapa rapuh dan lemahnya kita.
 
Masa Prapaskah adalah masa pembaharuan diri karena perjumpaan dengan Tuhan. Pengampunan Tuhan yang kita terima akan menjadi saat kehidupan baru bagi kita. Seperti bacaan pertama yang kita dengar pada hari ini, Nabi Yesaya mendapatkan anugerah kehidupan baru karena kesalahannya dihapus dan dosanya diampuni. Buah dari kehidupan baru itu tidak lain ialah kesiapsediaan untuk diutus. ''Ini aku, utuslah aku!'' (Yes. 6: 7-8).
 
Demikian pula pengalaman perjumpaan dengan Tuhan yang dialami oleh Simon dan teman-temannya di danau Genesaret. Hidup yang tampaknya kosong karena kegagalan sepanjang malam, berubah menjadi hidup yang berkelimpahan. Sabda Yesus menumbuhkan harapan dan kepastian. Pengalaman keberhasilan bersama dengan Yesus membuka peluang bagi Simon untuk memulai suatu kehidupan baru. Hidup baru itu dimulai dengan suatu kesadaran yang sangat berharga, yaitu pengakuan sebagai orang berdosa:“Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini orang berdosa”  (Luk 5:8). Simon menyadari masa lampaunya tanpa Tuhan, suatu  periode hidup yang ditandai dengan pilihan hanya mengandalkan diri sendiri, adalah masa lampau yang dikuasai oleh dosa. Dia hidup jauh dari Tuhan. Kesadaran baru memberi orientasi baru dalam hidup. Perjumpaan dengan Yesus diakhiri dengan panggilan untuk Simon:“Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia”  (Luk 5:10). Iman Simon Petrus bukannya tanpa perjuangan. Dia memilih untuk mengikuti sabda Tuhan, lebih daripada mengikuti kemauan sendiri. Hal ini menuntut keberanian iman.
 
Tema APP untuk Keuskupan Surabaya tahun 2013 ini ialah Bekerja Dengan Iman. Bekerja dengan iman, berarti bekerja dengan mengandalkan Tuhan sendiri, bekerja sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan.
 
Dewasa ini  banyak orang tanpa sadar sering melihat makna bekerja sekedar untuk mencari penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidup. Sementara makna bekerja yang lain, seperti ungkapan aktualisasi diri, pelayanan kepada sesama,serta panggilan untuk ambil bagian dalam karya penciptaan Allah, mulai diabaikan.
 
APP sebagai momen pertobatan eklesial mengajak kita merefleksikan hidup, panggilan dan kerja kita sebagai jawaban terhadap panggilan Tuhan. Sebagai orang beriman kita hendak melihat kembali aktivitas bekerja sebagai perwujudan iman kepada Tuhan. Kerja selalu bermartabat dan bernilai luhur karena yang mampu bekerja hanyalah manusia yang memiliki kesadaran dan kebebasan. Jikalau kita melakukan pekerjaan dengan penuh cinta, ketulusan,  syukur, kejujuran, disiplin, penghargaan yang tinggi akan jenis pekerjaan, dan selalu menyadari penyertaan Tuhan, maka kita akan menemukan kepuasan batin, dan bekerja secara bermartabat.
 
Kerja merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia. Dalam pandangan Gereja Katolik, kerja bukanlah sekedar cara untuk melangsungkan hidup melainkan rahmat dari Allah. Gereja mendasarkan pandangannya pada kisah penciptaan di mana Allah menciptakan manusia seturut gambar-Nya sendiri dan memberi mereka perintah untuk menaklukkan bumi beserta segala isinya. Semuanya itu terwujud dalam dan melalui tindakan kerja. Melalui kerja, manusia mewujudkan dan menyempurnakan martabat dirinya sebagai citra Allah, sebab di sana ia mencerminkan kegiatan Sang Pencipta sendiri dan menjadi partner kerja Allah. Maka, dimensi subjektif kerja (manusia) haruslah lebih diperhatikan dari pada dimensi objektif kerja (teknologi). Kerja adalah pertama-tama demi manusia dan bukan manusia untuk kerja.
 
Selain bersifat pribadi, kerja juga memiliki sifat sosial dan rohani. Setiap orang bekerja tidak pernah sendirian, melainkan -baik langsung maupun tak langsung- bersama dengan sesama dan berdampak bagi sesama. Kerja akan menjadi semakin subur dan produktif ketika manusia semakin menyelami potensi produktif sumber daya ciptaan dengan dijiwai oleh kasih kepada Tuhan, pemahaman akan kebutuhan sesama, keutuhan ciptaan, dan kesejahteraan umum saat ini serta masa depan. Lebih dari itu semua, bagi setiap orang kristiani bekerja adalah ambil bagian pada rencana keselamatan Tuhan.
 
Keyakinan iman itulah yang harus kita wartakan. Perutusan untuk mewartakan iman itulah juga yang menjadi pesan Bapa Paus Benediktus XVI sewaktu beliau mencanangkan Tahun 2012-2013 sebagai Tahun Iman. Selama Tahun Iman ini kita diajak untuk menggali, menghidupi, dan mewartakan iman kepercayaan kita di tengah dunia yang senantiasa berubah, penuh tantangan dan permasalahan. Tahun iman adalah saat dimana kita  memurnikan  kembali semangat  kerja  kita serta membangun integritas iman di tengah maraknya korupsi, politisasi pendidikan, pelecehan martabat, dan perusakan keutuhan ciptaan.
 
Iman  mewujud melalui komitmen untuk tetap bertahan dalam menghadapi aneka godaan khususnya dalam menjalankan  pekerjaan kita sehari-hari. Godaan-godaan itu bisa berupa: kesombongan, keserakahan, ketidakjujuran, serta pamer kekuasaan. Padahal, kekuasaan dan wibawa haruslah berdasarkan kasih. Sebab tindakan kekuasaan Allah adalah tindakan kasih. Mereka yang bekerja bersama kita atau di bawah naungan kita bukan hanya sebagai orang-orang yang sedang terikat kontrak kerja, melainkan juga  adalah sesama saudara. Orang yangmenganggap semua persoalan sudah beres bila mengikuti ritual atau perayaan-perayaan lahiriah adalah orang yang menghayati imannya dengan kurang tepat. Penghayatan seperti ini justru akan memandulkan penghayatan iman itu sendiri serta menodai integritas iman kita.
 
Saudara-saudari terkasih,
 
Sebagai tanda kehadiran Gereja di tengah masyarakat, hendaknya kita dapat melihat permasalahan  yang ada pada dunia kerja kita masing-masing dalam semangat Ajaran Sosial Gereja. Di samping menghayati pekerjaan dalam semangat solidaritas kasih dan subsidiaritas, marilah kita menghadirkan nilai-nilai luhur seperti: keadilan, kebenaran, pengorbanan, kesabaran, kejujuran, hati nurani dan tanggung jawab. Jikalau demikian, maka di tengah pekerjaan sehari-hari, Anda menghadirkan ciri kenabian Gereja dan saksi iman yang hidup.
 
Keluarga, sebagai Gereja kecil tempat penanaman nilai dan makna kerja, dapat menjadi tempat pembinaan awal mempraktekkan kerja dan pelayanan kepada sesama. Hal ini bisa dikembangkan dengan melibatkan anggota keluarga dalam pekerjaan rumah tangga serta membangun sikap selalu bersyukur atas pekerjaan yang kita miliki. Pekerjaan adalah anugerah dan tugas dari Tuhan sendiri.
 
Melalui pertobatan di Masa Prapaskah ini, kita diingatkan kembali akan nasehat St. Yakobus bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati (bdk. Yak. 2:14-18). Iman adalah jawaban kita kepada panggilan Tuhan. Iman itu hendaknya diwujudkan dalam tindakan nyata, termasuk dalam bekerja. Semoga dalam Masa Prapaskah ini, kita semakin terbuka terhadap kehendak Tuhan untuk bekerja dengan semangat iman, demi kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan manusia, menghargai pekerjaan dan pekerja, peduli terhadap fenomena pengangguran serta bersemangat dalam karya pelayanan. Jadikan masa tobat ini sebagai jalan untuk menyucikan dan memulihkan martabat pekerjaan Anda di hadapan Tuhan dan sesama.
 
Surabaya, 7 Pebruari 2013.
Berkat Tuhan,
 
Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono
Uskup Keuskupan Surabaya

Pertemuan II APP Keuskupan Agung Semarang: Tekun dan Setia dalam Pekerjaan

Pertemuan II
 
TEKUN DAN SETIA DALAM PEKERJAAN
 
Intisari Pertemuan
 
Siapa pun dipercaya melakukan setiap pekerjaan. Ada yang bekerja di kantor, ada yang menjadi buruh, pedagang, dsb. Ada juga ibu rumah tangga yang tekun menjalani pekerjaan rutin harian di rumah, menyapu, memasak, bersih-bersih rumah, mencuci. Tidak bisa kita menyebutkan satu per satu karena memang begitu banyak pekerjaan yang dapat dilakukan. Setiap pekerjaan jika kita jalani dan kita laksanakan dengan tekun dan setia pasti akan berbuah banyak. Maka dari itu siapa pun yang dipercaya menyelesaikan setiap pekerjaan sudah sepantasnya menjalaninya dengan tekun dan setia.
 
Tujuan
 
  1. Umat diajak menyadari bahwa kita dipercaya menyelesaikan pekerjaan, entah pekerjaan itu besar entah kecil.
  2. Kita diajak menyelesaikan pekerjaan kita dengan gembira hati, setia, tekun dan teliti serta sabar.
  3. Bisa merasakan setiap pekerjaan merupakan persembahan yang berharga untuk Tuhan.
 
JALANNYA PERTEMUAN
 
PEMBUKAAN
 
Nyanyian Pembuka
 
Tanda Salib dan Salam
 
P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin
P : Terpujilah nama Tuhan
U : Kini dan selamanya.
 
Pengantar-tobat
 
Doa Pembuka
 
P : Ya Allah yang mahamurah, kami bersyukur kepadaMu karena Engkau telah memberi kesempatan kepada kami untuk mempersembahkan kemampuan kami lewat pekerjaan kami. Semoga karena bantuan rahmat-Mu kami sanggup melaksanakan pekerjaan kami dengan sungguh-sungguh, tekun dan setia. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
 
U : Amin
 
Teks: Mat 25:14-30 (salah seorang membacakan)
 
Pokok-pokok permenungan
 
  1. Setiap orang diserahi tanggung jawab
  2. Sikap, semangat dan tanggapan kita atas pekerjaan-pekerjaan beraneka ragam. Ada yang semangat dan rajin, tekun dan teliti. Namun ada juga yang seringkali malas dan ogah-ogahan.
  3. Setiap keputusan yang kita ambil pasti ada risikonya. Yang menerima lima talenta berani berisiko. Meski berisiko tetap bekerja. Yang menerima satu talenta tidak berani berisiko namun justru malah menyalahkan orang lain.
  4. Dalam kehidupan kita, sering kita mudah menyalahkan orang lain namun ketika kita sendiri diserahi tanggung jawab, justru kita menghindar.
 
Bahan renungan
 
  1. Dari kutipan bacaan Injil tadi, bagian (ayat mana) yang menarik perhatian Anda?
  2. Mengapa bagian itu yang menarik bagi Anda?
  3. Jika kita diserahi tanggung jawab apapun, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita mau menerimanya dengan gembira hati dan melaksanakannya dengan gembira pula?
  4. Jika kita sudah bersedia menerima tanggung jawab, bagaimana kita akan menjalani tanggung jawab tersebut?
 
Peneguhan permenungan dengan belajar dari BEATO FRANCISCO GARATE
 
Bruder Francisco Garate sangat terkenal karena pribadinya yang ramah. Siapa saja yang lewat pintu gerbang Universitas Deusto di Bilbao Spanyol, antara tahun 1888-1929, pasti mengenal beliau. Sebagai penjaga pintu, Bruder Francisco Garate selalu siap sedia melaksanakan tugasnya, melayani siapa saja baik yang kaya maupun miskin, baik orang-orang terhormat, berkedudukan maupun rakyat biasa. Bruder Francisco melakukan tugasnya yang sederhana itu dengan tekun, setia dan menyelesaikannya dengan baik. Bruder Francisco dipanggil Tuhan pada usia 72 tahun. Sebagian besar hidupnya, 41 tahun beliau abdikan untuk menjaga pintu gerbang universitas. Sungguh suatu teladan kesetiaan yang patut kita contoh. Pada tahun 1985 Paus Yohanes Paulus II menganugerahkan gelar beato kepada beliau. Dalam diri Bruder Francisco pekerjaan yang kelihatannya remeh bahkan sering dipandang sebelah mata oleh banyak orang, ternyata menjadi suatu pekerjaan yang sangat mulia dan berharga. Bruder Francisco dapat menghayati kesucian hidupnya melalui karya yang sangat sederhana, dalam kehidupan harian yang rutin dan biasa-biasa saja. Yang sangat mengagumkan dari Bruder Francisco adalah keramahan dan kesederhanaan hidupnya. Beliau sangat peduli kepada orang-orang miskin. Setiap hari beliau melayani antara 40-50 orang miskin yang datang dan dengan gembira hati Bruder Francisco melayani mereka.
Bruder Francisco terkenal kaena keramahan dan kesabarannya. Dan suatu ketika, salah seorang tamunya, Pietro Boetto, yang kemudian menjadi Uskup Agung Genoa, bertanya kepadanya, “Bagaimana Bruder berhasil mengurusi begitu banyak hal dan pada saat yang sama tetap tenang tidak kehilangan kesabaran?”
Bruder Francisco menjawab, “Saya melakukan pekerjaan saya yang remeh ini sebaik-baiknya. Sisanya dilakukan oleh Tuhan yang mahakuasa. Segalanya ringan dan mudah berkat bantuanNya, karena kita mengabdi Tuan yang baik.”
 
Doa Umat (spontan)
 
Bapa Kami
 
Doa Penutup
 
P : Ya Allah, Engkau telah memberi kesempatan kepada kami untuk mempersembahkan segala kemampuan kami. Bantulah kami agar senantiasa mampu melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaan kami dengan penuh kegembiraan hati. Semoga kami tetap tekun, sabar dan telaten dalam tugas-tugas kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
 
U : Amin
 
PENUTUP
 
Pengumuman (dapat diadakan kolekte dan sesudah dirasa cukup selanjutnya mempersiapkan hati untuk memohon berkat Tuhan)
 
Berkat
 
P : Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya
P : Semoga Allah Yang Mahakuasa memberkati kita Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)

Pertemuan I APP Keuskupan Agung Semarang: Makna Kerja

Pendalaman APP 2013
SEMAKIN BERIMAN DENGAN BEKERJA KERAS DAN MENGHAYATI MISTERI SALIB TUHAN
Oleh: Panitia Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Agung Semarang
Pertemuan I
MAKNA KERJA
Intisari Pertemuan
Setiap orang mempunyai pekerjaan, entah besar entah kecil. Memang harus disadari bahwa ada beberapa orang yang belum mempunyai pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Kita terus menerus diajak berdoa untuk mereka. Pekerjaan itu banyak ragamnya. Kita dapat menemukan maknanya tersendiri dalam setiap pekerjaan kita. Apa maknanya bagi kita? Pekerjaan yang kita lakukan tidak hanya sekedar untuk mendapatkan upah, namun bisa menjadi sarana bagi kita untuk mengolah kepribadian kita. Dalam pekerjaan itu kita diajak untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan dan sesama. Maka dari itu jangan sampai pekerjaan kita justru semakin menjauhkan diri dari Tuhan. Bekerja adalah menghayati panggilan dan melaksanakan kehendak Tuhan.
Tujuan
  1. Kita  mempunyai rasa bangga dan mempunyai rasa memiliki atas pekerjaan kita meskipun pekerjaan tersebut kecil dan sederhana. Jangan sampai kita meremehkan pekerjaan-pekerjaan kecil dan sederhana.
  2. Kita berharap dapat melaksanakan pekerjaan kita dengan gembira hati tanpa mengeluh dan mengesah.
  3. Dengan pekerjaan kita, kita dapat semakin dewasa, semakin merasa dekat dengan Tuhan dan sesama.
  4. Kita semakin menyadari bahwa bekerja adalah melaksanakan kehendak Allah.
JALANNYA PERTEMUAN
PEMBUKAAN
Nyanyian Pembuka
Tanda Salib dan Salam
P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin
P : Terpujilah nama Tuhan
U : Kini dan selamanya
Pengantar-tobat
Doa Pembuka
P : Ya Allah asal dan tujuan hidup kami, terangilah dan berkatilah kami agar kami dapat merencanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Semoga Engkau juga berkenan mendampingi kami dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan kami. Curahkanlah anugerah-Mu ke dalam hati kami agar kami dapat menyelesaikan pekerjaan kami sampai tuntas. Semoga dengan demikian kami selalu bergembira menjalani tugas dan pekerjaan kami untuk semakin memuliakan dan meluhurkan nama-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U : Amin.
Illustrasi
Ibu Sinem adalah salah seorang warga sebuah paroki. Setiap pukul 07:00 pagi ia sudah berada di kompleks gereja untuk membersihkan halaman gereja dengan sapu miliknya yang amat sederhana. Melihat hal itu, pastor parokinya bertanya, “Ibu, pagi-pagi kok sudah sampai di gereja, apakah pekerjaan di rumah sudah selesai?” Ibu Sinem menjawab, “Romo, pekerjaan di rumah sudah selesai, apalagi saya sendirian di rumah. Jadi kalau pekerjaan di rumah sudah selesai, saya pergi ke gereja, bersih-bersih halaman gereja Romo. Saya tidak mempunyai apa-apa untuk dapat saya persembahkan kepada Tuhan. Saya hanya bisa menyapu. Saya gembira Romo bisa melakukan seperti ini. Saya hanya melaksanakan apa yang dikehendaki Tuhan.”
Permenungan
  1. Apa yang menarik dari cerita singkat tadi bagi Anda?
  2. Pekerjaan apa saja yang kita tekuni setiap hari?
  3. Apakah pekerjaan-pekerjaan harian (rutin) tersebut sudah kita jalani dengan penuh kegembiraan hati? Apakah kita menyadari bahwa pekerjaan-pekerjaan yang kita jalani merupakan panggilan dari Tuhan sendiri?
  4. Buah-buah apa saja yang dapat kita petik dari setiap pekerjaan kita? Apakah pekerjaan-pekerjaan harian kita sudah semakin mendekatkan diri kita dengan Tuhan dan semakin meneguhkan iman kita? Ataukah sebaliknya, kesibukan pekerjaan kita semakin menjauhkan kita dari Tuhan, mengabaikan kegiatan lingkungan dan kegiatan Gereja, atau bahkan Perayaan Ekaristi pun kalah oleh kesibukan kita?
Teks Luk 5:1-11
Doa Spontan
Bapa Kami
Doa Penutup
P : Ya Allah yang mahakuasa dan kekal, Engkau telah mempercayakan bumi dan segala isinya kepada kami untuk kami olah dan kami pelihara. Engkau telah memberi kami tanah yang subur, yang dapat menumbuhkan tanam-tanaman untuk mencukupi kebutuhan hidup kami. Maka kami mohon berkatilah kami agar kami senantiasa giat bekerja untuk semakin memuliakan dan meluhurkan nama-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U : Amin.
PENUTUP
Pengumuman (dapat diadakan kolekte dan sesudah dirasa cukup selanjutnya mempersiapkan hati untuk memohon berkat Tuhan)
Berkat
P : Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya
P : Semoga Allah Yang Mahakuasa memberkati kita Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)
Nyanyian Penutup
“Ya Tuhan aku datang melakukan kehendak-Mu”

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy