| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>
Tampilkan postingan dengan label perayaan Ekaristi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label perayaan Ekaristi. Tampilkan semua postingan

Menghayati Doa Syukur Agung (menyambut Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus)

Menghayati Doa Syukur Agung

oleh: P. Thomas Richstatter, O.F.M., S.T.D. *


Menurut saya, sepakbola jauh lebih menarik daripada cricket - terutama sebab saya tidak pernah dapat memahami permainan cricket! Hal-hal yang kita pahami selalu lebih menarik daripada hal-hal yang membingungkan kita.

Saya yakin bahwa Doa Syukur Agung (doa inti Misa) akan jauh lebih menarik dan membawa kita masuk dalam doa jika kita memahami apa yang terjadi sepanjang doa itu.

Pada dasarnya, Doa Syukur Agung mempunyai bentuk yang terdiri dari tiga bagian: 1). kita menyapa dan memuliakan Tuhan; 2). dengan penuh syukur kita mengenangkan segala yang telah Tuhan lakukan bagi kita; dan 3). kita memanjatkan permohonan.

“Bentuk” atau “susunan” tiga bagian ini ini amat serupa dengan “bentuk doa” yang dipergunakan seorang remaja ketika berbicara kepada ayahnya pada suatu Sabtu sore: “Pap, Papa adalah ayah terbaik yang pernah dapat dimiliki seorang. Papa bekerja keras bagi kami sepanjang pekan agar segala kebutuhan kami tercukupi. Pastilah Papa lelah dan ingin beristirahat di rumah sore ini dan menonton televisi. Bisakah aku pinjam kunci mobilnya, Pap?” Menyapa, mengenangkan, dan memohon.

Doa Syukur Agung diawali dengan dialog, “Tuhan bersamamu…. Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan ….” Kita menyapa dan memuliakan Tuhan, “Sungguh kuduslah Engkau, ya Bapa, sumber segala kekudusan….” Kemudian kita dengan penuh syukur mengenangkan karya keselamatan Allah. Kita mengenangkan Perjamuan Malam Terakhir, bagaimana Yesus mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya. Kita mengenangkan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Lalu, kita memanjatkan permohonan. Kita mohon pada Tuhan untuk mengutus Roh Kudus atas roti dan anggur agar menjadi tubuh dan darah Yesus Kristus dan kita mohon pada Tuhan untuk mengutus Roh Kudus atas kita agar kita menjadi Tubuh Kristus.

Dalam Doa Syukur Agung kita yang sekarang, kedua permohonan ini dipisahkan. Permohonan pertama (memohon Roh Kudus untuk mengubah roti dan anggur) ditempatkan sebelum kita mengenangkan peristiwa-peristiwa Perjamuan Malam Terakhir. Sedangkan permohonan kedua (memohon Roh Kudus untuk mengubah kita) ditempatkan sesudah kenangan.

Selanjutnya, kita mempersatukan permohonan-permohonan kita dengan doa-doa Santa Perawan Maria dan para kudus, memohon bagi yang hidup dan yang mati. Doa Syukur Agung diakhiri dengan imam mengunjukkan Roti dan Anggur dan mempersembahkan sulang kepada Tuhan, “Segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa.” Kata “Amin” yang menutup Doa Syukur Agung menyatakan persetujuan dan partisipasi kita.


LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI


DI RUMAH


Setelah membaca artikel pendek ini, berilah perhatian khusus pada ketiga bagian Doa Syukur Agung pada hari Minggu mendatang ketika kalian pergi ke gereja. Bagaimanakah kita menyapa Tuhan? Peristiwa-peristiwa apakah dari sejarah keselamatan kita yang dikenangkan? Apakah yang kita mohon dalam doa? Kemudian diskusikan dengan anak-anak: Bagaimanakah kalian menyapa Tuhan ketika kalian berbicara kepada-Nya dalam doa? Peristiwa-peristiwa apakah dalam hidup kalian sendiri yang kalian kenangkan dengan syukur dan pujian? Apa sajakah permohonan-permohonan kalian dalam Misa? Bagaimanakah permohonan-permohonan kalian itu berhubungan dengan doa yang dipanjatkan imam atas nama kita?


DI KELAS

Ketika saya menyampaikan materi ini, pertama-tama saya menjelaskan struktur Doa Syukur Agung. Kemudian saya membagikan fotokopi Doa Syukur Agung III kepada para siswa (dapat kita gunakan lembar misalet yang sudah tidak terpakai lagi). Mintalah para siswa mengambil pensil dan menandai fotokopi doa mereka dengan melingkari tempat-tempat di mana kita menyapa Tuhan. Sebutan-sebutan apakah yang kita pergunakan? Di manakah sepanjang doa itu kita “mengenangkan”? Peristiwa-peristiwa apa sajakah yang kita kenangkan? Di manakah kita mendapati kedua permohonan kepada Roh Kudus (permohonan untuk mengubah roti dan anggur, dan permohonan untuk mengubah kita, Gereja)?

Setelah saya membimbing mereka dalam Doa Syukur Agung III, saya membagi mereka dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga siswa dan meminta mereka untuk melakukan yang sama dengan Doa Syukur Agung II. Saya meminta mereka menemukan bagaimana kita menyapa Tuhan, mengenangkan, dan memohon. Dan akhirnya, kami membahas Doa Syukur Agung II bersama-sama dalam kelompok yang lebih besar.

Selama beberapa minggu setelah latihan ini, banyak dari antara para siswa (anak-anak, remaja dan orang dewasa) mengatakan kepada saya, “Misa mempunyai arti yang sama sekali baru bagi saya sekarang! Saya berdoa dengan cara yang sama sekali baru sepanjang Doa Syukur Agung.”


* Fr. Thomas Richstatter, O.F.M., has a doctorate in liturgy and sacramental theology from the Institute Catholique de Paris. A popular writer and lecturer, Father Richstatter teaches courses on the sacraments at St. Meinrad (Indiana) School of Theology.

sumber : “Praying the Eucharistic Prayer by Thomas Richstatter, O.F.M., S.T.D.”; Copyright St. Anthony Messenger Press; www.americancatholic.org

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”


Renungan Pagi

Minggu, 14 Juni 2009, Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus/Th B

Minggu, 14 Juni 2009
HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS/ Tahun B


"Ambillah, inilah tubuh-Ku."

“Yang akan menerima Ekaristi mahakudus, hendaknya berpantang dari segala macam makanan dan minuman selama waktu sekurang-kurangnya satu jam sebelum komuni, terkecuali air semata-mata dan obat-obatan” (KHK kan 919.1).
Maksud dari hukum atau aturan ini kiranya adalah bahwa setiap kali akan berpartisipasi di dalam Perayaan Ekaristi serta menyambut Tubuh Kristus atau menerima komuni kudus hendaknya diadakan persiapan yang memadai. Jika dicermarti kebanyakan umat di kota-kota besar nampak kurang ada persiapan dalam rangka berpartisipasi dalam Perayaaan Ekaristi, bahkan cukup banyak yang datang terlambat; sebaliknya di pedesaan cukup banyak umat datang lebih awal dan kemudian berdoa didalam gereja, antara lain berdosa rosario . Maka dalam rangka merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus hari ini saya mengajak anda sekalian untuk berrefleksi atau mawas diri perihal keterlibatan kita dalam Perayaan Ekaristi serta menyambut komuni kudus.

"Ambillah, inilah tubuh-Ku…Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang.”

“Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri dan Gereja; di dalamnya Kristus Tuhan, melalui pelayanan imam, mempersembahkan diri-Nya kepada Allah Bapa dengan kehadiranNya secara substansial dalam rupa roti dan anggur, serta memberikan diriNya sebagai santapan rohani kepada umat beriman yang menggabungkan diri dalam persembahan-Nya” (KHK kan 899.1).

Tata Perayaan Ekaristi terdiri dari atau meliputi: (1) Ritus Pembuka, (2) Liturgi Sabda, (3) Liturgi Ekaristi dan (4) Ritus Penutup, maka baiklah saya sampaikan secara sederhana arti, makna atau maksud dari setiap bagian tersebut:

(1) Ritus Pembuka. Di dalam pembukaan kita diajak untuk menyadari dan menghayati kelemahan, kerapuhan dan dosa-dosa kita yaitu dengan doa Tobat. Maka baiklah dalam bagian pembukaan ini kita mengenangkan aneka macam janji yang telah kita ikrarkan: sejauh mana kita setia dan taat pada janji-janji tersebut. Sebagai contoh adalah janji baptis, dimana kita pernah berjanji ‘hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja dan menolak semua godaan setan’. Marilah kita memeriksa batin atau hati kita masing-masing: apakah semakin cenderung mengabdi Tuhan Allah atau mengikuti godaan setan. Jika ada kesalahan dan dosa-dosa dalam diri kita marilah bertobat atau memperbaharui diri dengan bantuan kasih pengampunan Tuhan. Salah satu usaha untuk bertobat atau memperbaharui diri antara lain kita dapat mendengarkan dan merenungkan Sabda Tuhan yang akan dibacakan maupun dikotbahkan dalam Liturgi Sabda.

(2) Liturgi Sabda. Dalam bagian ini kepada kita dibacakan sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, yang ditulis dalam dan oleh ilham Roh. “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2Tim 3:16 ). Di dalam bagian ini kiranya apa yang diharapkan dari kita semua adalah ‘mendengarkan’ (bukan mendengar). Agar kita dapat mendengarkan sabda Tuhan dengan baik, hendaknya bersikap rendah hati, membuka hati, jiwa, pikiran dan tubuh terhadap apa yang disabdakan oleh Tuhan. Jika kita sungguh dapat dengan rendah hati mendengarkan sabda Tuhan, maka kita akan tergerak untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, yang dalam Perayaan Ekaristi ini diberi kesempatan untuk mewujudkannya dalam bentuk persembahan harta benda/uang maupun doa-doa; kita siap untuk memasuki Liturgi Ekaristi.

(3) Liturgi Ekaristi. Liturgi Ekaristi terdiri dari tiga bagian: Persiapan Persembahan, Doa Syukur Agung dan Komuni. Di dalam persembahan kita persembahkan bersama uang/kolekte, hasil jerih payah kita atau hasil bumi (bunga atau buah), doa-doa permohonan serta roti dan anggur. Dalam memberi persembahan uang atau kolekte hendaknya kita meneladan janda miskin yang memberi persembahan dari kekurangannya bukan kelebihannya. Di dalam doa permohonan selain yang telah disiapkan oleh Panitia Luturgi sebagaimana tertulis dalam buku Liturgi juga dapat ditambahkan ujud atau intensi umat. Persembahan roti dan anggur akan menjadi bahan untuk mengenangkan perjamuan malam dimana Yesus memberikan diri-Nya/tubuh dan darah-Nya dalam rupa roti dan anggur. Roti dan anggur dikonsekrasikan dalam Doa Syukur Agung oleh imam menjadi tubuh dan darah Kristus. Dalam upacara Komuni “setiap orang yang telah dibaptis dan tidak dilarang oleh hukum, dapat dan harus diizinkan untuk menerima komuni suci” (KHK kan 912). Dengan menerima komuni suci berarti kita disatukan dengan Yesus Kristus, dan dengan demikian kita juga diutus untuk mewartakan Kabar Baik di dalam hidup sehari-hari kita. Tugas pengutusan ini kita ikuti didalam Ritus Penutup. .

(4) Ritus Penutup. Didalam Ritus Penutup ini antara lain kita menerima berkat Tuhan serta tugas pengutusan. “Marilah pergi! Kita diutus”, demikian ajakan imam, pemimpin ibadat dan kita jawab “Amin”, yang berarti kita dengan positif menyutui ajakan tersebut serta akan melaksanakan tugas pengutusan dalam hidup sehari-hari. Tema atau bahan tugas pengutusan kiranya dapat diambil dari bacaan Sabda Tuhan/Kitab Suci atau bahan renungan/kotbah pengkotbah, yang telah disampaikan dalam Perayaan Ekaristi yang kita ikuti.


“Jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup” (Ibr 9:13-14)

Dengan menerima komuni suci kita dipanggil untuk “menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia” dalam dan melalui aneka kesibukan, pelayanan, pekerjaan kita sehari-hari dimanapun dan kapanpun, “beribadah kepada Allah yang hidup”. Mayoritas waktu dan tenaga kita setiap hati untuk mendunia, berpartisipasi dalam aneka macam seluk-beluk duniawi. Hendaknya kita tidak melakukan apa-apa atau segala sesuatu yang sia-sia, yang semakin menjauhkan diri kita dari Tuhan, Marilah kita senantiasa melakukan apa yang baik dalam hidup mendunia, karena dengan dan melalui perbuatan baik hati naruni kita juga semakin disucikan, dijernihkan serta dicerdaskan, sehingga kita semakin cerdas secara spiritual.

“Beribadah kepada Allah yang hidup” dalam hidup sehari-hari itulah panggilan kita, yang berarti entah belajar atau bekerja kita hayati bagaikan beribadah, belajar dan bekerja adalah ibadah kepada Allah. Jika belajar atau bekerja sebagai ibadah kepada Allah berarti rekan kerja atau belajar adalah rekan beribadah, sarana-prasarana belajar atau bekerja adalah sarana-prasarana ibadah, suasana adalah suasana ibadah. Sikap hormat, sopan, hening, serius dan bersama-sama itulah yang terjadi selama beribadah, maka sikap yang sama hendaknya juga terjadi baik dalam belajar maupun bekerja. Karena kita telah makan ‘roti yang satu dan sama’ yaitu tubuh Kristus, maka kita semua disatukan dalam Kristus, sehingga kita hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati, saling menghormati, memuji, memuliakan dan melayani.




Ignatius Sumarya, SJ

Jumat, 01 Mei 2009, Jumat Pertama Dalam Bulan, Hari Biasa Pekan III Paskah

Jumat, 01 Mei 2009
Jumat Pertama Dalam Bulan
Hari Biasa Pekan III Paskah

"Tidak ada yang akan mampu memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." Rm 8:39


Doa Renungan

Allah Bapa, yang mahakudus, berilah kami makan roti yang dibagi-bagi oleh Putra-Mu dan semoga kami menghayati bahwa Dia hidup dan menjadi pengantara kami di hadapan-Mu, sekarang dan sepanjang hidup kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (9:1-20)


"Orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku, untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain."


1 Ketika pecah penganiayaan terhadap jemaat, hati Saulus berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, 2 dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem. 3 Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. 4 Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" 5 Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu. 6 Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat." 7 Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun. 8 Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik. 9 Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum. 10 Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: "Ananias!" Jawabnya: "Ini aku, Tuhan!" 11 Firman Tuhan: "Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, 12 dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi." 13 Jawab Ananias: "Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. 14 Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu." 15 Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. 16 Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku." 17 Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus." 18 Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis. 19 Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik. 20 Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 827
Ref. Pergi ke seluruh dunia, wartakanlah Injil!
Ayat.
(Mzm 117:1bc.2)
1. Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
2. Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil PS 959
Ref. Alleluya
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, sabda Tuhan.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:52-59)


"Daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman."

52 Di rumah ibadat di Kapernaum orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." 53 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. 54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. 55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. 56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. 57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. 58 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." 59 Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan

Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

- Setiap kali kita berpartisipasi dalam Perjamuan/Perayaan Ekaristi diperkenankan ‘menerima dan menyantap komuni/Tubuh Kristus’, sebagai makanan hidup rohani atau iman kita. Apa yang dimakan menentukan kualitas hidup pribadi orang yang bersangkutan, misalnya ada rumor: “Orang Barat makanan utamanya antara lain daging maka mereka cerdik, sementara mayoritas orang Indonesia makanan utamanya adalah sayur atau rumput maka boleh dikatakan bodoh seperti kerbau’. Rumor ini jika dikenakan pada binatang mungkin sama seperti singa atau ular dan kerbau. Setiap kali kita menyambut dan menyantap komuni Kudus atau Tubuh Kristus berarti kita dihidupi oleh-Nya dan dengan demikian kita memiliki cara hidup dan cara bertindak sesuai dengan sabda-sabda-Nya atau meneladan cara hidup dan cara bertindak-Nya, dan dengan demikian kita akan hidup selama-lamanya.
Hidup selama-lamanya ini kiranya sudah mulai kita hayati saat ini, yaitu kita hidup sehat-wal’afiat dan segar bugar baik secara phisik maupun spiritual, jasmani maupun rohani. Kita telah menikmati ‘makanan dari sorga’ dan diharapkan makanan tersebut menjadi bekal perjalanan kita untuk kembali ke sorga setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan. Maka marilah kita berjalan, hidup dan bertindak dalam dan bersama dengan Tuhan, senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur, disukai oleh Tuhan maupun sesama dan saudara-saudari kita.
Dengan menikmati Tubuh Kristus kita juga mewartakan ‘wafat dan kebangkitan Yesus’ dalam cara hidup dan cara bertindak kita: secara konkret senantiasa mengajak dan memotivasi sesama untuk ‘hanya mengabdi Tuhan Allah saja dan menolak aneka godaan setan’.

- “Seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis. Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik. Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah” (Kis 9:18-20) , demikian berita perihal Saulus yang menerima anugerah baptisan dan Roh Kudus.
Peristiwa ini kiranya mengingatkan kita semua perihal rahmat baptisan yang telah kita terima, maka kita juga dipanggil untuk ‘memberitakan Yesus’, mewartakan cara hidup dan cara bertindak Yesus, terutama dan pertama-tama melalui cara hidup dan cara bertindak kita. Salah satu atau mungkin yang utama dari cara bertindak Yesus antara lain adalah memperhatikan dan mengasihi mereka yang miskin, sakit, terlantar, lapar dan haus, dipenjara, anak-anak, dst., apa-apa yang duniawi. Demikian pula ketika mengajar Yesus juga memanfaatkan peristiwa-peristiwa duniawi sebagai wahana menyampaikan ajaran-ajaran-Nya.
Maka marilah kita perhatikan dan kasihi saudara-saudari kita yang miskin, terlantar, sakit, lapar dan haus, terasing, dst.., kita kasihi dan dampingi sebaik mungkin anak-anak yang dianugerahkan kepada kita, dst.. Fungsikan apa-apa yang duniawi, misalnya harta benda/uang, jabatan/kedudukan, kehormatan duniawi, sebagai jalan atau wahana untuk semakin memuji, mengabdi, menghormati dan memuliakan Tuhan di dalam hidup sehari-hari.
Dengan kata lain hayati tugas perutusan, entah belajar atau bekerja, sebagai ibadah kepada Tuhan, sehingga tempat belajar atau bekerja bagaikan tempat ibadah, suasana belajar atau bekerja bagaikan suasana ibadah, sikap dalam bekerja atau belajar bagaikan sikap dalam beribadah, perawatan sarana kerja atau belajar bagaikan perawatan sarana-sarana ibadah, rekan kerja dan belajar adalah rekan beribadah. Catatan: Bulan Mei adalah bulan Maria. Dianjurkan agar devosi kepada Maria ditingkatkan. Bunda Maria adalah teladan hidup beriman.
[Ignatius Sumarya, SJ]
Photobucket

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy