| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Surat Gembala Prapaskah 2009

SURAT GEMBALA PRAPASKA
SABTU DAN MINGGU, 21-22 FEBRUARI 2009

Para Ibu/Bapak/Suster/Bruder/
Kaum Muda/Anak-anak dan Remaja yang terkasih,

1. Beberapa hari lagi, kita akan memasuki masa Prapaska. Pada masa ini secara khusus kita diajak untuk menyadari bahwa kita adalah orang-orang berdosa. Keadaan kita sebagai orang berdosa diungkapkan oleh Nabi Yesaya ”…engkau memberati Aku dengan dosamu; engkau menyusahi Aku dengan kesalahanmu” (Yes 43:24). Keadaan yang sama disadari oleh pemazmur yang berseru, “…terhadap Engkau aku berdosa” (Mzm 41:5b). Kesadaran bahwa kita adalah orang berdosa dapat membuat kita kehilangan kepercayaan diri, tidak berdaya, lumpuh. Namun kesadaran yang sama dapat membuat kita menjadi semakin rendah hati: tidak mengandalkan kekuatan sendiri, melainkan menyandarkan diri pada kebaikan dan kerahiman Allah.

2. Selain menyadari diri sebagai orang berdosa, kita juga diajak mengalami masa Prapaska ini sebagai masa yang penuh rahmat dengan semakin menyadari bahwa Allah Mahabaik dan Maharahim terhadap kita. Sabda Tuhan yang diwartakan pada hari ini juga mengajak kita untuk percaya kepada Allah yang Mahabaik dan Maharahim, yang membaharui kehidupan: ”Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya?” (Yes 43:19). Hidup baru itu telah diperoleh bagi kita oleh Yesus, Anak Manusia yang berkuasa mengampuni dosa (Mrk 2:10). Nabi Yesaya menggambarkan hidup baru itu dengan sangat indah: ”Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara” (Yes 43:19). Hidup baru yang sama terwujud dalam diri orang lumpuh yang dibebaskan dari kelumpuhannya (Mrk 2:11-12). Pembaharuan hidup yang dikerjakan oleh Allah ini membuat orang-orang yang melihatnya takjub dan memuliakan Allah (Yes 43:21; Mrk 2:12).


Saudari-saudaraku yang terkasih,


3. Ada banyak beban hidup dan / atau dosa yang membuat seseorang dapat lumpuh dalam berbagai tataran arti: lumpuh semangatnya, lumpuh jiwanya, lumpuh hidup rohaninya. Salah satunya adalah hubungan-hubungan yang tidak baik dengan sesama. Ini dapat terjadi di antara kawan, keluarga, masyarakat dan bangsa. Surat Rasul Paulus yang kedua kepada jemaat di Korintus (Bacaan ke-2) menyadarkan kita akan hal itu. Rasul Paulus berkata, “Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak ‘ya’ dan ‘tidak’ “ (2 Kor 1:18). Rupanya jemaat di Korintus menganggap Rasul Paulus tidak dapat dipercaya karena ia tidak jadi datang ke Korintus. Dengan demikian hubungannya dengan jemaat menjadi tidak serasi lagi. Dalam keadaan seperti ini Rasul Paulus menulis, “Aku tidak (jadi) datang ke Korintus untuk menyayangkan kamu … kami mau turut bekerja untuk sukacitamu” (ay 23-24). Rasul Paulus, khususnya dalam hubungan dengan jemaat di Korintus “dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah … oleh kekuatan kasih karunia Allah” (ay 12). Dengan kata-kata itu, Rasul Paulus ingin membangun kembali hubungan yang tidak serasi atau rusak antara dirinya dengan jemaat di Korintus, karena salah paham dan berbagai macam alasan lain. Rasul Paulus menegaskan, bahwa dirinya tidak mempunyai maksud-maksud tersembunyi apapun. Ia hanya menghendaki yang baik bagi jemaat di Korintus. Dan ternyata berbagai usaha Rasul Paulus untuk memulihkan hubungan yang rusak dengan jemaat di Korintus berhasil. Setelah hubungan baik berhasil dipulihkan, Rasul Paulus dapat menggerakkan jemaat di Korintus untuk ikut terlibat dalam pelayanan kasih (bdk 2 Kor 8-9), mewujudkan semangat setiakawan dengan membantu saudara-saudara yang sedang menderita.


Saudari-saudaraku yang terkasih,


4. Tema Aksi Puasa Pembangunan tahun ini bertema, “Bersama Kaum Muda Memberdayakan Hubungan Antar Umat Beriman”. Jujur harus diakui, bahwa memberdayakan hubungan antara umat berbeda agama bukanlah hal yang mudah. Sejarah hubungan antar umat beragama bukanlah sejarah yang hanya baik dan mulus. Sejarah ini menyimpan berbagai macam konflik yang mengakibatkan luka-luka batin. Sejarah dan akibat-akibatnya ini perlu kita akui dan terima dengan hati yang tulus. Kita perlu menyembuhkan luka-luka sejarah itu. Kalau luka-luka itu dapat disembuhkan, hubungan-hubungan kita pun akan diperbaharui. Dan kalau hubungan-hubungan itu berhasil diperbaharui, bersama-sama dengan umat yang berbeda agama, kita dapat bekerjasama untuk membuat berbagai gerakan atau kegiatan: mengembangkan persahabatan antar umat yang berbeda agama, menolak segala macam bentuk kekerasan, bekerjasama untuk kebaikan bersama dan berbagai pelayanan kasih yang lain. Kegiatan-kegiatan yang lebih nyata tentunya perlu direncanakan bersama dan dengan belajar dari kawan-kawan atau komunitas lain yang sudah mempunyai pengalaman.


5. Akhirnya kepada para Ibu/Bapak/Suster/Bruder/Rama/ Kaum Muda/Anak-Anak dan Remaja, saya ucapkan selamat memasuki masa Prapaska. Semoga pembaharuan hidup yang dijanjikan oleh Allah melalui Nabi Yesaya sungguh-sungguh kita alami dalam hidup pribadi, keluarga dan komunitas kita. Semoga usaha kita untuk memulihkan hubungan-hubungan yang tidak serasi antar kita, dalam keluarga dan komunitas diteguhkan oleh rahmat Allah. Semoga pembaharuan yang dikerjakan oleh rahmat ini membuat kita mampu membangun hubungan yang tulus dengan saudara-saudara kita yang berbeda agama dan bersama-sama saudara-saudara kita itu bekerjasama untuk kebaikan bersama. Salam dan Berkat Tuhan bagi para Ibu / Bapak / Suster / Bruder / Rama / beserta seluruh keluarga dan komunitas. Semoga Tuhan meneguhkan niat-niat baik kita.




Semarang, 21 Februari 2009




† Ignatius Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Semarang
http://kantorsekretariatkas.multiply.com/journal/item/3
www.kasemarang.org,
http://asia.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_KAS/

Photobucket

Jumat, 20 Februari 2009

Jumat, 20 Februari 2009
Hari Biasa Pekan VI

1 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa." (Markus 9:1)


Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, betapa besarnya perhatian-Mu dalam hidupku. Semoga aku mampu menikmati kasih-Mu dan dengan rela memikul salib kami. Kami juga melihat secercah harapan yaitu kehidupan kekal dan kemuliaan yang daripada-Mu. Maka, berilah keteguhan kepada kami pada hari ini agar kami setia memanggul salib kami. Sebab Dialah Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Kejadian (11:1-9)

"Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan bahasa mereka."

1 Pada zaman dahulu di seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya.2 Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana. 3 Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat. 4 Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi." 5 Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu, 6 dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.7 Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."8 Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. 9 Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah bangsa yang dipilih Tuhan menjadi milik pusaka-Nya.
Ayat.
(Mzm 33:10-11.12-13.14-15)
1. Tuhan menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa. Tetapi rencana Tuhan tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun.
2. Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya! Tuhan memandang dari surga, dan melihat semua anak manusia.
3. Dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi. Dialah yang membentuk hati mereka, dan memperhatikan segala pekerjaan mereka.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Kalian Kusebut sahabat-sahabat, sebab kepada kalian Kusampaikan apa saja yang Kudengar dari Bapa.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:34-9:1)

"Barangsiapa kehilangan nyawa demi Aku dan Injil akan menyelamatkan nyawanya."

34 Pada suatu ketika Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 35 Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. 36 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.37 Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?38 Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus." 1 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan

Mengikuti Yesus berarti membiarkan diri kita semakin diubah menyerupai Dia. Memang kita tetap dibiarkan utuh-otentik dengan kepribadian kita-tetapi tawaran mendasar yang Dia berikan ialah menerima Dia seutuhnya sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia agar kita semakin menjadi Ilahi seperti Dia. Iman universal (inus=satu, versus=menuju) membawa kita pada kesatuan dengan Dia, yang adalah Allah. Oleh karena itu, kalau Yesus mengundang kita untuk menjadi sempurna sebagaimana Allah Bapa di surga sempurna adanya (Matius 5:48) tidak lain adalah sungguh-sungguh mau menjadi citraNya dengan Gen dan bahkan DNA Ilahi yang menentukan keberadaan kita. Mengikuti Dia dengan cara meninggalkan diri kita sendiri dan bahkan memikul salib kita, berarti 100% kita mau dikuasai oleh Dia, yaitu suatu penguasaan Ilahi yang membebaskan, karena pada Allah yang ada hanyalah pancaran cinta kasih. Pada Dia hanya ada kata “Aku adalah Aku” (Kejadian 3:14), seperti matahari yang ada bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk memancarkan cahaya yang adalah hakikatnya.

Apakah kita ini dicintai atu dibenci oleh para tetangga? JIka kita tetap di dalam kasih Allah, yakni kasih Tuhan Yesus Kristus, kita tetap tidak akan dikecewakan karena begitulah hakikat Kerajaan Allah: kita didalam Dia dan karena Dia, kitapun turut memancarkan kebaikanNya kepada siapapun, tanpa kecuali.

Oh Yesus, betapa sulit untuk mengikutiMu. Karena itu, hanya satu pintaku kepadaMu: curahkanlah semangatMu kepadaku, dan itu cukup. Amin.

[Ziarah Batin, Renungan dan Catatan Harian]




Photobucket

Kamis, 19 Februari 2009

Kamis, 19 Februari 2009
Hari Biasa Pekan VI

Tuhan Yesus, kasihani aku, orang hina dan berdosa ini,
'Ku percaya, tolonglah diriku yang bebal dan tak percaya ini.

Aku buta, tak melihat Dikau, Anak Daud, kasihani aku,
Syukur Tuhan, Kau pernah berkata" Imanmu telah menyelamatkan dikau" (PS 562)

Doa Renungan
Allah Bapa yang mahabaik, kami bersyukur atas karunia hidup ini. Bersama pagi-Mu sadarkanlah kami akan indahnya kemudaan kami ini. Engkau memberikan karunia tubuh dan pikiran yang segar, harapan yang hidup. Dampingilah kami sehari ini nanti. Kobarkanlah semangat dalam niat kami, tuntunlah ketika kami lemah, arahkan ketika jalan kami salah, dan teguhkan kehendak untuk berbuat kasih kepada sesama, keluarga, dan teman. Kami mohon semua ini dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.


Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Kejadian (9:1-13)


"Pelangi-Ku akan Kutempatkan di awan sebagai tanda perjanjian antara Aku dan bumi."

1 Sesudah air bah, Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi.2 Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan.3 Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau. 4 Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan. 5 Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia.6 Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.7 Dan kamu, beranakcuculah dan bertambah banyak, sehingga tak terbilang jumlahmu di atas bumi, ya, bertambah banyaklah di atasnya." 8 Berfirmanlah Allah kepada Nuh dan kepada anak-anaknya yang bersama-sama dengan dia: 9 "Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu, 10 dan dengan segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan kamu: burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan kamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi. 11 Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi." 12 Dan Allah berfirman: "Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya: 13 Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan memandang dari surga ke bumi
Ayat.
(Mzm 102:16-18.19-21.29)
1. Bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi menyegani kemuliaan-Mu, bila Engkau sudah membangun Sion, dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Mu; bila Engkau mendengarkan doa orang-orang papa, dan tidak memandang hina doa mereka.
2. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab Ia telah memandang dari tempat-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari surga ke bumi, untuk mendengarkan keluhan orang tahanan, dan membebaskan orang-orang yang ditentukan harus mati.
3. Anak hamba-hamba-Mu akan diam dengan tenteram dan anak cucu mereka akan tetap ada di hadapan-Mu, supaya nama Tuhan diceritakan di Sion, dan Dia dipuji-puji di Yerusalem, apabila para bangsa berkumpul bersama-sama dan kerajaan-kerajaan berhimpun untuk beribadah kepada Tuhan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:27-33)


"Engkaulah Kristus.... Anak Manusia harus menderita banyak."

27 Pada suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" 28 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." 29 Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" 30 Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia. 31 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. 32 Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. 33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Renungan

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

- "Jer basuki mowo beyo" = Untuk hidup mulia dan bahagia orang harus berjuang dan berkorban, demikian bunyi sebuah pepatah Jawa. Dalam kebiasaan hidup yang dijiwai oleh budaya instant masa kini kiranya banyak orang ingin hidup enak dan bahagia melalui atau dengan jalan pintas, entah dengan korupsi, judi atau cara-cara lain yang tidak halal. Orang hanya memilikirkan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya, cari enaknya dan tidak mau berjuang dan berkorban bagi sesamanya. Begitulah kiranya yang terjadi ketika Petrus mengakui Yesus sebagai Mesias dan kemudian Yesus menjelaskan bahwa Diri-Nya haru 'menanggung banyak pendertiaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari', Petrus menegor dan mengingatkanNya untuk tidak menjalani hal itu. Menanggapi tegoran Petrus Yesus bersabda "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia!". Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk memikirkan apa yang dipikirkan Allah, dan kiranya hal itu dapat kita usahakan dan laksanakan dengan mentaati ajaran agama sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci atau aneka aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Cara hidup dan cara bertindak kita dipengaruhi oleh apa yang kita pikirkan, maka sebagai orang beriman selayaknya kita senantiasa memikirkan apa yang dipikirkan Allah. Secara umum apa yang dipikirkan Allah kiranya adalah keselamatan jiwa semua orang maupun dunia seisinya. Berpartisipasi dalam karya penyelamatan jiwa pada masa kini rasanya tak terlepas dari aneka macam bentuk pengorbanan dan perjuangan mengingat dan memperhatikan sikap mental materialistis dan egois begitu menjiwai cara hidup dan cara bertindak banyak orang.

- "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi." (Kej 9:1), demikian perintah Allah kepada Nuh dan anak-anaknya setelah mereka menerima berkat dari Allah. Perintah ini secara umum kiranya dapat diartikan sebagai perintah untuk senantiasa berbudaya kehidupan. Berbudaya kehidupan berarti cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun menggairahkan, memberdayakan dan menyelamatkan diri kita sendiri serta orang lain atau siapapun yang kena dampak cara hidup dan cara bertindak kita, dengan kata lain orang senantiasa hidup gembira dan bergairah serta dinamis. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak gembira dan bergairah karena kita telah diselamatkan dan menerima anugerah dan berkat Allah secara melimpah ruah melalui sesama dan saudara-saudari kita yang baik hati. Berbudaya kehidupan berarti juga hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh, sehingga menghasilkan buah-buah Roh, yaitu: " kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23) . Kebalikan dari budaya kehidupan adalah budaya kematian yaitu "percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya" (Gal 5:19-21) .Marilah kita berantas dan tumpas sampai habis, akar-akarnya budaya kematian yang masih marak dalam kehidupan bersama pada saat ini, sebagai perwujudan bahwa kita sungguh memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah. Kami berharap sedini mungkin anak-anak di dalam keluarga dibiasakan dan dididik untuk berbudaya kehidupan.




[Ignatius Sumarya, SJ]

Tuhan Yesus Kristus, penuhilah aku dengan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Amin.


Photobucket

Rabu, 18 Februari 2009

Rabu, 18 Februari 2009
Hari Biasa Pekan VI

Kej 8:6-13.20-22; Mrk 8:22-26

"Sudahkah kaulihat sesuatu?"

"Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia. Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: "Sudahkah kaulihat sesuatu?" Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon." Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: "Jangan masuk ke kampung!" (Mrk 8:22-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

¡P Mata atau indera penglihatan merupakan salah satu indera yang penting dalam kehidupan kita. Orang buta kiranya mengalami keterbatasan untuk bergerak maupun menerima info dengan baik dan benar; memang karena kebutaan matanya pada umumnya telinga atau indera pendengaran akan lebih peka dan tajam. Buta mata phisik atau jasmani kiranya kurang begitu memprihatinkan dibandingkan dengan buta hati, spiritual atau rohani/suara hati. Maka ketika Gus Dur, yang notabene pads saat itu dinilai sebagai 'nabi' bangsa, terpilih menjadi presiden muncul rumor:"It is be better to follow the blind man than to follow the blind heart" (= Lebih baik mengikuti orang yang buta matanya daripada mengikuti orang yang buta hatinya). Orang yang buta hatinya, apalagai, berpengaruh atau berkuasa dalam kehidupan bersama, memang lebih membahayakan hidup bersama daripada orang yang buta matanya. Dalam kisah Warta Gembira hari ini kita baca adanya seorang buta mata yang dengan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan melalui sesamanya dihaturkan kepada Yesus untuk mohon penyembuhan, agar dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Mungkin kita tidak buta mata secara phisik, namun jiwa atau hati atau akal budi kita kabur atau buram sehingga kurang melihat karya atau penyelenggaraan Ilahi dalam hidup sehari-hari karena kita menutup diri atau tertutup. Marilah dengan rendah hati kita buka hati dan jiwa serta akal budi kita terhadap aneka masukan melalui teman-teman/sesama atau aneka peristiwa yang terjadi di lingkungan hidup dan kerja kita. Semoga kita dapat melihat sesama manusia sebagai gambar Allah serta aneka kebaikan yang terjadi di sekitar kita, dan dengan demikian kita juga akan bersembah sujud kepada Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.

¡P "Keluarlah dari bahtera itu, engkau bersama-sama dengan isterimu serta anak-anakmu dan isteri anak-anakmu" (Kej 8:16), demikian perintah Tuhan kepada Nuh. Kutipan ini kiranya dapat kita hayati dalam dan melalui keluarga atau komunitas hidup dan karya kita masing-masing. "Keluarlah dari bangunan rumahmu, dari lingkungan hidup berkeluarga, dari tempat kerja dst..". Hendaknya kita tidak mengurung diri di kamar atau tempat kerja atau di rumah. Pada masa kini ada kecenderungan orang untuk mengurung diri di kamar karena ada atau tersedia aneka macam sarana-prasarana yang dirasa cukup memenuhi kebutuhan hidupnya. Kita semua dipanggil untuk 'keluar', melihat dan memperhatikan lingkungan yang lebih luas; perluaslah pergaulan anda antara lain melalui dialog kehidupan, dialog karya, dialog agama maupun dialog iman. Anak-anak di dalam keluarga hendaknya sedini mungkin dibina dan dibiasakan dalam hal keterbukaan terhadap sesamanya, dan tentu saja lebih-lebih mereka yang berbeda atau yang miskin dan berkekurangan. Pergaulan atau percakapan dengan sesamanya secara lebih luas terus menerus akan memperkaya hidup serta mendewasakan diri pribadi seseorang. Dalam aneka macam bentuk pergaulan dan percakapan kita dapat saling belajar serta membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati. Bebagai pengalaman dan pengamatan menunjukkan bahwa siapapun yang kurang terbuka terhadap sesamanya atau yang lain, entah secara pribadi atau kelompok, maka yang bersangkutan akan ketinggalan zaman dan tidak dapat mengikuti atau berpartisipasi dalam derap langkah kemajuan dan perkembangan yang sedang berlangsung dan akan berlangsung terus-menerus. Semoga kita tidak menjadi 'katak dalam tempurung', merasa diri hebat namun sebenarnya yang terjadi adalah penakut yang senantiasa menutup diri.

"Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya. Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya"(Mzm 116:12-15)



Photobucket

Selasa, 17 Februari 2009

Selasa, 17 Februari 2009
Hari Biasa Pekan VI

Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita --- Rm 8:18

Doa Renungan Pagi

Allah Bapa yang mahakuasa, hari ini Engkau menegur rasul-Mu agar mengerti dan memahami makna sabda-Mu. Semoga kami Kaumampukan untuk mengerti, memahami, dan mengalami dengan berkat-Mu segala peristiwa dimana Engkau berbicara di dalamnya. Engkaulah Tuhan, kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Kejadian (6:5-8; 7:1-5.10)

"Aku akan menghapuskan manusia yang Kuciptakan dari muka bumi."


Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia di bumi semakin besar, dan kecenderungan hati mereka selalu membuahkan kejahatan semata-mata. Maka menyesallah Tuhan, bahwa Ia menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Bersabdalah Tuhan, "Aku akan menghapuskan manusia yang Kuciptakan dari muka bumi, baik manusia maupun hewan, dan binatang-binatang melata maupun burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka". Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di hadapan Tuhan. Maka bersabdalah Tuhan kepada Nuh, "Masuklah ke dalam bahtera, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini. Dari segala binatang yang tidak haram, haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betina. Juga dari burung-burung di udara tujuh pasang, jantan dan betina, supaya terpeliharalah keturunannya di seluruh bumi. Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya. Dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Kujadikan itu". Lalu Nuh melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Setelah tujuh hari datanglah air bah meliputi bumi.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 846
R : Tuhan memberkati umat-Nya dengan damai sejahtera.
Ayat.
(Mzm 29:1a.2.3ac-4.3b.9b-10)
1. Sampaikanlah kepada Tuhan, hai penghuni surga, sampaikanlah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan!
2. Suara Tuhan terdengar di atas air, suara Tuhan mengguruh di atas air yang besar. Suara Tuhan penuh kekuatan, suara Tuhan penuh semarak.
3. Allah yang mulia mengguntur, di dalam bait-Nya setiap orang berseru, "Hormat!" Tuhan bersemayam di atas air bah, Tuhan bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:14-21)


"Awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."

Pada suatu hari murid-murid Yesus lupa membawa roti. Hanya sebuah roti saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya, "Berjaga-jaga dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes". Maka mereka berpikir-pikir, dan seorang berkata kepada yang lain, "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti". Ketika Yesus tahu, apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata, "Mengapa kalian memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kalian memahami dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kalian mempunyai mata, tidakkah kalian melihat? Dan kalian mempunyai telinga, tidakkah kalian mendengar? Sudah lupakah kalian waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti yang kalian kumpulkan?" Jawab mereka, "Tujuh bakul". Lalu kata Yesus kepada mereka, "Masihkah kalian belum mengerti?"
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

"UUD" = Ujung-Ujungnya Duwit, demikiran rumor yang sering muncul mengomentari aneka macam gerakan atau pembicaraan yang menjadi panas karena masalah uang atau harta benda. Memang jika ada pembicaraan yang penting, serius, inti/pokok pada umumnya orang tertidur dan begitu mudah menyetujui aneka saran dan usul, sehingga hasil keputusan percakapan bersama tidak operasional. Sebaliknya ketika ada pembicaraan atau percakapan perihal uang atau harta benda semuanya tergerak untuk berbicara. Rasanya memang telah terjadi pergeseran yang memprihatinkan, yaitu: karya pelayanan pastoral territorial, sektoral seperti sosial, kesehatan dan pendidikan bergeser menjadi karya bisnis, yang diutamakan atau diperhatikan adalah uang atau untung-rugi secara finansial. Memang uang atau harta benda penting dalam pelayanan, panggilan dan tugas pengutusan, namun bukan yang mutlak atau utama, tetapi sebagai sarana. Kedangkalan sikap mental yang menjadi materialistis itu rasanya juga terjadi dalam diri para murid ketika Yesus bersabda: "Berjaga-jagalah dan awalah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes" dan para murid menangkapnya sebagai masalah membawa roti atau tidak. Maka Yesus berkata :"Telah degilkah hatimu?". Hidup beriman dan beragama, pelayanan pastoral atau kerasulan erat kaitannya dengan kecerdasan hati atau kecerdasan spiritual alias unggul dan mahir dalam pembedaan roh. Maka marilah kita renungkan atau refleksikan sabda Yesus :"Telah degilkah hatimu?". Secara khusus saya mengajak dan mengingatkan mereka yang berkecimpung dalam pelayanan pastoral pendidikan entah secara formal maupun informal: hendaknya diutamakan agar anak-anak/peserta didik menjadi baik, bukan pandai, menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur. Memang untuk membantu anak atau peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi baik dan berbudi pekerti luhur lebih berat dan sulit dari pada menjadi pandai atau cerdas intelektual.

Nuh melakukan segala yang diperintahkan TUHAN kepadanya" (Kej 7:5). Orang baik dan berbudi pekerti luhur senantiasa "melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya", maka juga peka terhadap tanda-tanda zaman serta mendengarkan aneka saran atau nasihat agar terbebas dari malapetaka yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Aneka macam musibah atau bencana alam seperti banjir dan tanah longsor merupakan buah dari perilaku manusia berdosa dan serakah, yant tak berbudi pekerti luhur. Perumahan-perumahan yang kena musibah banjir seperti yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya merupakan bukti keserakahan manusia. Tempat-tempat tersebut di masa lalu adalah rawa-rawa tempat penampungan air hujan; bukit-bukit di daerah Puncak dan sekitarnya adalah hutan yang menampung air hujan dan kemudian menjadi sumber air kehidupan. Nah ketika tempat-tempat itu dengan serakah berubah menjadi bangunan beton maka wajarlah banjir bandang terjadi. Sudah berkali-kali diingatkan dan disuarakan pentingnya menjaga keberisihan lingkungan hidup, pelestarian hutan dan situs-situs penampungan air hujan, namun semuanya disikapi bagaikan angin berlalu begitu saja. Maka meneladan Nuh, marilah kita lakukan segala yang diperintahkan Tuhan, antara lain terkait dengan lingkungan hidup dan musibah banjir hendaknya 'Kembalikan situs-situs penampungan air hujan maupun hutan, dan jauhkan aneka bentuk keserakahan untuk merusak alam, bum ciptaan Tuhan'. Semoga aneka macam musibah banjir dan tanah longsor yang terjadi akhir-akhir ini sungguh menjadi pelajaran atau peringatan untuk diindahkan dan dilaksanakan.
[Ignatius Sumarya, SJ]


"Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan! Suara TUHAN di atas air, Allah yang mulia mengguntur, TUHAN di atas air yang besar. Suara TUHAN penuh kekuatan, suara TUHAN penuh semarak." (Mzm 29:1-4)

Senin, 16 Februari 2009

Senin, 16 Februari 2009
Hari Biasa Pekan VI

Jika kita terus mengolah hidup rohani kita supaya kian matang dalam relasi yang erat dengan Tuhan, maka kepribadian kita pun akan semakin bertumbuh kembang sesuai dengan citra dan rencana Allah sendiri --- Steve Givens

Doa Renungan
Ya Bapa yang baik, aku selalu mengalami cinta-Mu setiap merasakan nafas kehidupan baru. Semoga aku juga mampu bersyukur dan melihat tanda-tanda kehadiran-Mu selama satu hari ini, sehingga menambah cintaku kepada-Mu. Dalam Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Kejadian (4:1-15.25)

"Kain memukul Habel, adiknya, lalu membunuh dia."

1 Adam menghampiri Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: "Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN." 2 Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani. 3 Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; 4 Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, 5 tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. 6 Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? 7 Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." 8 Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia. 9 Firman TUHAN kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?" 10 Firman-Nya: "Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah. 11 Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. 12 Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi." 13 Kata Kain kepada TUHAN: "Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung. 14 Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku." 15 Firman TUHAN kepadanya: "Sekali-kali tidak! Barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat." Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh barangsiapapun yang bertemu dengan dia. 25 Adam menghampiri pula istrinya. Lalu wanita itu melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamainya Set, sebab katanya, "Allah telah mengaruniakan kepadaku anak yang lain sebagai ganti Habel, sebab Kain telah membunuhnya."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Persembahkanlah puji syukur kepada Allah sebagai kurban.

(Mzm 50:1.8.16bc-17.20.21)
1. Yang Mahakuasa, Tuhan Allah, berfirman dan memanggil bumi, dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya. Bukan karena kurban sembelihan engkau Kuhukum, sebab kurban bakaranmu senantiasa ada di hadapan-Ku.
2. "Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkau membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku?
3. Engkau duduk, dan menjelek-jelekkan saudaramu, engkau memfitnah saudara kandungmu. Itulah yang engkau lakukan! Apakah Aku akan diam saja? Apakah kaukira Aku ini sederajat dengan kamu? Aku menggugat engkau dan ingin berperkara denganmu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Aku ini jalan, kebenaran dan kehidupan, sabda Tuhan. Tiada orang dapat sampai kepada Bapa tanpa melalui Aku.


Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:11-13)


"Mengapa angkatan ini meminta tanda?"

11 Sekali peristiwa datanglah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari sorga. 12 Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." 13 Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Renungan

Ada dua ungkapan Jawa yang mungkin cocok untuk memaknai kehendak Tuhan Yesus. “Wong iku kudu bisa tanggap ing sasmita” (Orang itu harus bisa menangkap makna tanda-tanda), dan “Sing becik ketitik, sing ala ketara” (Yang baik akan diperhatikan dan yang jelek jelas akan terlihat). Tanpa harus tahu dari mana kedua ungkapan ini pernah dimunculkan, yang penting ialah: marilah kita biasakan untuk mempergunakan kemampuan panca indra kita guna menangkap makna dari kehidupan kita ini, dari sudut-sudut jiwa, hati, pikiran dan kehendak Dia yang misterius tetapi bisa memberikan terang.

Yesus, yang telah diprasangkai, jelas membawa misteri kehidupan, yang berasal dari seluruh kekayaan manusiawi sepanjang sejarah, yaitu dari A s/d Z untuk mengatakan Alpha s/d Omega, dan lebih-lebih yang berasal dari Allah yang maha ajaib. Penyingkapan diri Allah atau “relevation” tidak bisa melulu ditangkap dengan daya kemampuan indra penglihatan atau indra peraba dan pengecap. Melalui meditasi dan kontemplasi, kita diajak untuk memaknai tanda-tanda yang kemudian bisa menyejukkan hati, jiwa serta pikiran kita. Relogiositas demikian inilah yang justru sering bertumbuh dan berkembang, bukan pada diri orang yang kecil-dan pandai atau bijaksana menurut ukuran dunia, tetapi pada orang-orang yang kecil sederhana (Matius 11:25)

Ya Allah Bapa, aku ingin menjadi seperti Putra-Mu, Yesus, yang telah menandakan kehadiranMu ditengah-tengah umat manusia. Oleh sebab itu, bimbinglah aku untuk merenungkan sejuta peristiwa yang kuhadapi hari demi hari sebagai tempat dan ruang di mana Engkau hadir untuk menyelamatkanku. Amin.


Photobucket

Minggu, 15 Februari 2009

Minggu, 15 Februari 2009
Hari Minggu Biasa VI


Doa Renungan

Allah Bapa kami yang mahabaik, kami bersyukur karena Engkau telah menerima kami apa adanya, baik saat kami setia pada-Mu maupun saat kami berdosa. Kasih dan kesetiaan-Mu telah membangkitkan semangat kami untuk menjalankan tugas dan pekerjaan sehari-hari dengan cermat, sehingga orang-orang yang kami layani merasa gembira karena diperlakukan sebagai saudara. Tuhan, berkatilah segala niat dan usaha kami untuk hidup semakin baik dalam perlindungan-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Imamat (13:1-2.45-46)

"Orang yang sakit kusta harus tinggal terasing di luar perkemahan."

1 TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun:2 "Apabila pada kulit badan seseorang ada bengkak atau bintil-bintil atau panau, yang mungkin menjadi penyakit kusta pada kulitnya, ia harus dibawa kepada imam Harun, atau kepada salah seorang dari antara anak-anaknya, imam-imam itu. 45 Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! 46 Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 847
Ref. Tuhan penjaga dan benteng perkasa dalam lindungan-Nya aman sentosa.

(Mzm 32:1-2.5.11)
Ayat.
1. Berbahagialah orang yang pelanggarannya diampuni, dan dosa-dosanya ditutupi. Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan, dan tidak berjiwa penipu!
2. Dosa-dosaku kuungkapkan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata, "Aku akan menghadap Tuhan, dan mengakui segala pelanggaranku." Maka Engkau mengampuni kesalahanku.
3. Bersukacitalah dalam Tuhan! Bersoraksorailah, hai orang-orang benar, bersorak-gembiralah, hai orang-orang jujur.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (10:31-11:1)

"Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus."


31 Saudara-saudara, jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. 32 Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah. 33 Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat. 1 Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 953
Ref. Alleluya, Alleluya
Seorang nabi besar telah muncul di tengah kita, dan Allah telah melawat umat-Nya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (1:40-45)

"Orang kusta lenyap penyakitnya dan menjadi tahir."


40 Sekali peristiwa, seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku."41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. 43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: 44 "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka."45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan


KESEMBUHAN DAN PEWARTAAN

Rekan-rekan yang baik!
Diceritakan dalam Mrk 1:40-45 (Injil Minggu Biasa VI tahun B) bagaimana seorang penderita kusta memohon kepada Yesus dengan mengatakan bila Yesus menghendaki, tentu ia dapat membersihkannya, maksudnya menyembuhkannya. Yesus pun menyentuhnya dan mengatakan ia mau agar ia jadi bersih. Begitu sembuh, orang itu diperingatkan agar tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun. Kemudian disuruhnya pergi menghadap imam, karena menurut perintah Musa (Im 14:2-32), imamlah yang berwenang secara resmi menyatakan orang sudah bersih dari kusta. Apa sebetulnya pokok persoalannya? Penyembuhan atau pernyataan bahwa sudah bersih dari kusta? Kita boleh bertanya-tanya, bagaimana perasaan Yesus ketika melihat orang tadi? Apa pula relevansi kisah ini bagi kita?

PENDERITA KUSTA

Dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama dan Baru, "kusta" sebenarnya bukan penyakit kusta yang dikenal ilmu kedokteran sekarang, yaitu yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium leprae, melainkan. semacam penyakit kulit akibat jamur yang membuat kulit melepuh merah. Penyakit kulit ini menyeramkan dan membuat penderita dijauhi orang. Mereka juga tak diizinkan mengikuti ibadat karena dalam keadaan itu mereka dianggap tidak cukup bersih untuk masuk ke tempat suci.

Menurut hukum adat dan agama Yahudi dulu, meski sudah sembuh, orang kusta baru akan diterima kembali ke dalam masyarakat dan boleh ikut perayaan suci setelah dinyatakan sembuh dalam upacara yang hanya dapat dilakukan para imam. Hanya imamlah yang berhak menyatakan "najis" (kotor karena kusta) atau "tahir" (bersih, sembuh dari kusta). Peraturan ini termaktub dalam bagian Taurat, yakni Im 14:2-32. Tujuannya tentunya menjaga kebersihan kurban. Tetapi pelaksanaan hukum itu kemudian menjadi soal. Menjelang zaman Perjanjian Baru, semua upacara keagamaan yang penting semakin dipusatkan di Bait Allah di Yerusalem. Penegasan sudah tahir atau masih kotor praktis kemudian hanya dilakukan di Bait Allah pada kesempatan terbatas walaupun tidak ada larangan melakukannya di tempat lain. Alhasil orang kusta yang sudah sembuh sekalipun sulit sekali mendapat pernyataan sudah bersih kembali. Orang itu akan benar-benar terkucil dan tidak memiliki tempat mengadu lagi. Dengan latar belakang seperti ini Yesus itu memang menjadi harapan satu-satunya. Tak heran orang tadi datang kepadanya, berlutut, lalu mengatakan kalau engkau mau, engkau dapat mentahirkan diriku.


Orang itu memohon dua hal. Pertama, kesembuhan dari kusta, dan kedua, tidak kalah pentingnya, ia mohon agar Yesus mau menyatakan ia sudah tahir kembali. Baginya, Yesus inilah yang dapat memenuhi peraturan dalam Taurat karena kelembagaan yang didukung imam-imam tidak lagi mendukung. Inilah sudut pandang orang kusta tadi. Bagaimana dengan Yesus?

PERASAAN YESUS?

Dikatakan Yesus "tergerak hatinya" (Mrk 1:41). Kerap disebut Yesus iba hati bila melihat penderitaan atau kebutuhan orang yang tak terpenuhi. Ikut merasakan, itulah yang dimaksudkan Injil, dalam bahasa Yunani, "splagkhnistheis", kata yang dijumpai dalam ay. 41 ini. Tetapi pada ayat itu beberapa naskah tua memakai kata lain, yakni "orgistheis", yang artinya marah, kesal, berang. Mana yang benar? Bukankah iba hati lebih cocok dan lebih biasa? Pemikiran seperti inilah yang mengakibatkan penggantian teks asli "marah" menjadi "iba hati" pada ay. 41 itu. Tidak di setiap tempat ia disebut iba hati sebetulnya ia marah.

Waktu itu di seluruh Galilea ia memberitakan Injil dan mengusir setan (1:39). Tentunya ia berharap kekuasaan setan dan penyakit akan surut. Tapi masih ada saja! Malah sekarang datang orang kusta yang sembari berlutut minta disembuhkan. Apa lagi yang belum kulakukan, kata Yesus dalam hati! Kesal, berang, marah, begitulah perasaan Yesus waktu itu. Dan dengan perasaan inilah ia mengatakan, tentu saja aku mau. Hai, kau, jadilah bersih! Dan seketika itu juga penyakit kusta itu pergi meninggalkan orang tadi, sama seperti demam yang lenyap dari badan ibu mertua Simon. Kekuatan kusta itu jeri padanya, begitu gagasan Markus.

Selanjutnya dalam ay. 43 disebutkan Yesus "menyuruh pergi orang tadi dengan peringatan keras". Dan dalam ayat selanjutnya dikutip kata-kata yang melarang orang itu menceritakan apapun kepada siapa saja dilanjutkan perintah agar menghadap imam agar dinyatakan bersih menurut hukum Musa. Sebenarnya teks aslinya lebih keras, harfiahnya, "Dengan geram Yesus menyuruh orang itu pergi. Katanya, 'Ingat, jangan katakan apapun kepada siapa saja!'" Orang itu disuruhnya menghadap imam supaya dinyatakan bersih menurut aturan Musa. Apa yang membuat Yesus geram?

Sering para imam, yang berwenang menyatakan orang kusta sudah sembuh serta bisa diterima kembali dalam masyarakat, kurang bersedia melakukannya. Jadi sekalipun sudah sembuh, orang yang bersangkutan tetap tersisih. Yesus menyuruh orang itu membawa persembahan yang diwajibkan hukum untuk keperluan seperti itu justru untuk menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan siap dinyatakan bersih. Inilah yang dimaksud dengan "sebagai bukti" dalam ay. 44. Tapi Yesus sendiri tentu juga tahu bahwa tak mudah orang itu menemui imam yang bersedia menolong orang itu. Karena itu ia geram. Lebih parah lagi, yang menghalangi bukan kekuatan jahat yang menyebabkan penyakit - yang sudah tersingkir - melainkan orang-orang yang memiliki wewenang menjalankan hukum Musa, yakni para imam! Ini membuatnya geram dan merasa tak berdaya.

SIAPA MENGABARKANNYA?

Bila dibaca sekilas, bagian pertama ay. 45 memberi kesan bahwa yang pergi memberitakan dan mengabarkan ke mana-mana ialah orang yang baru saja dilarang mengatakan tentang hal itu. Beberapa kali memang Yesus ingin agar kejadian luar biasa yang dilakukannya tidak disiarkan. Tetapi "ia" dalam ay. 45 itu dapat menunjuk pada orang kusta, tapi bisa juga pada Yesus sendiri. Secara harfiah bunyinya begini: "Sambil berjalan pergi ia (=si kusta, tapi bisa juga Yesus) mulai mengabarkan dan menyebarluaskan..." Lebih lanjut, yang disebarluaskan, ialah "ton logon", dari kata "logos", yang bisa berarti "hal itu", maksudnya penyembuhan, bila "ia" dimengerti sebagai orang kusta; tetapi "logos" bisa pula berarti "kata", dan dalam konteks ini khususnya, "Injil". Ini cocok bila yang dimaksud dengan "ia" ialah Yesus sendiri.

Memang akhirnya orang yang barusan disembuhkan itu menyebarluaskan berita tentang hal itu. Ia tidak diam seperti yang diinginkan Yesus. Tetapi juga benar bahwa Yesus mengabarkan dan menyebarluaskan Injil. Dalam kedua makna ini, kejadiannya sama: baik warta Injil maupun berita tentang kesembuhan si kusta itu tersebar luas. Akibatnya juga sama, seperti disebutkan dalam bagian kedua ay. 45, "...ia (=Yesus) tidak dapat memasuki kota dengan terang-terangan. Ia tinggal di luar di tempat-tempat terpencil, namun orang terus juga datang kepadanya dari segala penjuru" Boleh dicatat, dalam teks asli tidak dipakai kata "Yesus" yang ditambahkan dalam terjemahan Indonesia demi kejelasan. Kiranya Markus bermaksud memunculkan dua gambaran tumpang tindih bagi kejadian yang sama. Pembaca diajak melihat kejadian itu baik dari sisi orang kusta maupun dari sisi Yesus. Kisah ini bukan hanya kisah kesembuhan, melainkan juga kisah pewartaan Injil. Kedua-duanya perlu ditampilkan dalam pembicaraan mengenai petikan ini.

MEMETIK HIKMAT KISAH

Dikatakan, Yesus tinggal di "tempat-tempat terpencil", dari kata Yunani "eremos" yang juga sering dialihbahasakan sebagai padang gurun yang memang terpencil. Kita boleh ingat akan peristiwa Yesus menghadapi kekuatan iblis yang menggodainya di padang gurun, di tempat terpencil (Mrk 1:12). Tapi kekuatan ilahi tetap menyertainya. Pada lain kesempatan, dikatakan pagi-pagi benar ia pergi berdoa di tempat terpencil (Mrk 1:35). Dan orang-orang mencari dan mendatanginya, seperti disebutkan dalam petikan kali ini juga. Kisah ringkas ini menjadi ajakan untuk menemukan dia yang mengusahakan diri agar bersama dengan Yang Maha Kuasa. Di situ kekuatannya, di situ terjadi kesembuhan yang utuh.

Markus menggambarkan perasasan Yesus yang kesal, mengalami frustrasi melihat adanya halangan-halangan yang memisahkan manusia dari sumber hidupnya sendiri. Kita diajak penginjil untuk mulai bersimpati pada Yesus, menyelami perasaannya agar makin memahami kesungguhannya. Bukan supaya kita menirunya atau membenarkan diri kita bila kesal dan kecewa, melainkan untuk membantu agar kita dapat mengenal siapa dia itu. Bukan pula untuk mengutuk kaum imam yang kurang bersedia menjalankan yang digariskan hukum Musa. Kita diajak menyadari akan adanya halangan-halangan yang membuat kebaikan terbelenggu. Akan makin besar pula kebutuhan mendengarkan warta yang melegakan.

Tadi disebutkan bahwa sukar bagi orang kusta yang sembuh untuk menghadap imam di Bait Allah agar resmi dinyatakan sembuh dan dapat kembali ke dalam masyarakat. Tempat Yang Ilahi hadir secara nyata sekarang tidak lagi di Bait Allah, tapi di tempat Yesus berada. Dialah Bait yang baru. Dia juga yang menyatakan orang jadi bersih kembali. Ia sendiri jugalah yang menjadi kurban bagi pulihnya orang kusta serta kaum terpinggir lainnya. Ini warta yang melegakan yang disampaikan Injil!

DARI BACAAAN KEDUA 1Kor 10:31-11:1

Latar bacaan 1Kor 10:31-11:1 ialah sebuah persoalan yang dihadapi umat di Korintus dan yang telah ditanggapi Paulus mulai dari 1Kor 8 hingga akhir petikan ini. Ketika itu di kalangan umat ada pertanyaan, patut atau tidakkah orang makan daging yang dipakai dalam ibadat penyembahan dewa-dewi yang ketika itu biasa terjadi? Dalam mendekati persoalan ini Paulus tidak begitu saja mengatakan boleh atau tidak boleh begitu saja.

Bagi Paulus jelas-jelas berhala dan dewa-dewi itu tidak ada. Maka makanan yang dipersembahkan bagi mereka pada dasarnya tidak mengubah makanan maupun orang yang memakannya. Tetapi pandangan orang yang memiliki pengetahuan mengenai keagamaan. Sulitnya tidak semua orang demikian. Orang sederhana yang tadinya penyembah berhala dan kini menjadi pengikut Kristus akan tersandung bila melihat saudara seiman ikut makan makanan persembahan tadi. Begitu pula orang dari kalangan bukan pengikut Kristus akan mudah mendapat kesan keliru mengenai apa itu menjadi pengikut Kristus - sepertinya boleh boleh saja ikut merayakan dewa-dewi.

Dalam mengambil sikap terhadap persoalan di atas dua hal dianggap penting oleh Paulus. Pertama agar warga sekomunitas iman tidak tersinggung, dan kedua agar orang-orang lain (orang Yunani "kafir") tidak menganggap gaya hidup kristiani sama saja dengan pelbagai bentuk penyembahan dewa-dewi. Dua keprihatinan pokok ini bertujuan sama, yakni membuat siapa saja, orang kristen atau bukan, semakin melihat bahwa kelompok pengikut Kristus ini hidup demi kemuliaan ilahi, seperti ditegaskan dalam 1Kor 10:31. Dan siapa saja yang melihat tujuan hidup itu sudah mulai menemukan jalan keselamatan.

Pendekatan pastoral dengan dua arah ini, ke dalam ( komunitas kristiani) dan ke luar (kalangan luar) masih dapat menjadi arahan bagi para pelayan iman zaman kini, juga di bumi Indonesia. Ada pelbagai kesadaran umat mengenai apa itu hidup sebagai orang kristen. Kalangan yang sudah turun temurun beriman kristiani bisa lain daripada mereka yang baru saja memeluk iman ini. Pelayanan yang baik ialah yang disesuaikan dengan kebutuhan. Juga kalangan luar - ada banyak yang kurang tahu apa kekhasan iman kristiani. Sering hanya terbatas pada stereotipi antaragama. Tugas pelayan iman dalam keadaan ini ialah menunjukkan apa dan bagaimana hidup sebagai orang kristiani di masyarakat yang majemuk.


Salam hangat,



A. Gianto


Photobucket

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy