| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Renungan Prapaskah: "Menjadi Serupa Dengan Wajah Kristus"

 

"Menjadi Serupa Dengan Wajah Kristus"


Oleh:Patrisius Pa, SVD


Santo Paulus, Rasul Gereja Perdana menegaskan bahwa dalam kuasa Roh, kita dipanggil untuk menjadi serupa dengan Wajah Kristus ( 2 Kor 3 : 18). Sehubungan dengan ini, mendiang Paus Yohanes Paulus II mensinyalirkan bahwa misi kita adalah memuliakan Wajah Kristus dalam wajah manusia penuh derita (MMB No. dan TMA No. 7).

Puasa adalah jalan, saat penuh rahmat bagi kita untuk menjadi serupa dengan Wajah Kristus . Pada kesempatan ini, saya ingin mengemukakan Sapta Paradigma Prapaskah atau Tujuh Jalan Puasa untuk dapat bertumbuh-kembang menjadi serupa dengan Wajah Kristus.

1. Jalan Mistik - Waktu untuk berdoa

Masa Puasa merupakan waktu untuk bersatu dengan kesengsaraan Kristus dalam doa dan keheningan. Berpuasa berarti berdoa dengan penuh kerendahan hati, merebahkan jiwa dihadapan Allah, menyatakan sikap ketergantungan pada Allah. Dalam doa yang khusuk itu , kita berjumpa dengan Allah. Puasa Yesus di Padang Gurun adalah suatu tindakan penyerahan diri yang penuh pengharapan kepada Allah Bapa, sebelum Ia memulai misi-Nya.

Pada waktu puasa, kita perlu memasuki kesunyian Padang Gurun kehidupan kita sehari-hari untuk bersatu dengan Kristus, Hamba yang menderita. Dalam keheningan doa, kita memusatkan diri dengan lebih sadar pada kehadiran Yesus dalam wajah pria-wanita, kaum pinggiran dan para pendosa yang kita jumpai dalam ziarah hidup kita sehari-hari.

Jalan mistik berarti kita dengan iman yang penuh antusias bersatu hati dengan Kristus yang menderita dan penuh cinta memandang Wajah Kristus dalam wajah sesama yang miskin, tersingkir, tertindas, terabaikan, yang mengalami krisis identitas dan panggilannya.

Puasa kita pada jalan mistik ini mengajak kita untuk lebih tekun dan setia meluangkan waktu untuk berdoa secara pribadi dan bersama-sama. Kita menjiwai umat bahwa Allah tidak memihak pada mereka yang mengabaikan keadilan melainkan memperhatikan mereka yang menderita dan miskin karena ketidakadilan. Kita mengajak mereka untuk berdoa mohon keadilan dan perdamaian di dunia.

Pada saat ini di mana kita merasa seakan-akan Allah bungkam terhadap kesulitan kita, kita memasrahkan diri kepada Allah dan berdoa dengan penuh iman: "Allah-ku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan daku" (Mat 27:46). Dalam kesatuan hati dengan Kristus yang menderita, kita menyerahkan seluruh hidup dan perjuangan kita sepenuhnya kepada Bapa Sorgawi : "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu, kuserahkan nyawa-Ku (Luk 23 : 46). Doa Yesus menjadi doa kita !

2. Jalan Kenosis - waktu untuk mengosongkan diri

Unsur inti dari semangat berdoa adalah hasrat untuk mengosongkan diri supaya kita dapat dipenuhi oleh Roh Allah sebagaimana Yesus berpuasa di Padang Gurun. Semangat kenosis atau pengosongan diri dapat lebih dari pada sekedar mengurangkan makanan dan minuman. Kita perlu menyangkal diri lebih lagi dengan menanggalkan keakuan kita, rencana dan pikiran pribadi, membatasi kesenangan dan agenda kegiatan harian kita untuk memberi kesempatan Allah mengisi jadwal kita.

Kita berpuasa agar kita semakin bersedia meninggalkan segala sesuatu yang melekat pada diri kita dan memberikan hidup kita secara lebih penuh dan bebas demi kebahagiaan sesama kita. Kita ikut menderita bersama Krisus yang telah rela mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang manusia, dan menjadi sama dengan manusia. Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat kepada Bapa hingga mati di kayu salib (Fil. 2 : 7-8).

3. Jalan Metanoia - waktu untuk bertobat !

Dewasa ini kita menghadapi pelbagai masalah yang sungguh menantang iman kita seperti kemiskinan dan ketakberdayaan, perpecahan dan konflik antar suku - ras - agama-budaya, pelecehan nilai-nilai hidup, seksisme, pelbagai bentuk kekerasan dan ketidakadilan. Itu semua merupakan ungkapan terang-terangan keberdosaan manusia. Mungkinkah kita orang-orang kristiani orang-orang kristiani turut menyebabkan dosa-dosa dan masalah-masalah itu? Kita, orang-orang kristiani, para imam, religius dan awam, dipanggil untuk membangun tata dunia baru yang bebas dari dosa, yakni Kerajaan cinta dan damai sejahtera.

Pada masa puasa ini, kita diundang untuk membiarkan diri kita diubah oleh Roh Kudus menjadi manusia baru serupa dengan Wajah Kristus. Kesetiaan kepada bimbingan Roh Kudus berarti pula kita harus membiarkan Roh Kudus mengubah perilaku dan sikap hidup kita sesuai dengan perilaku dan sikap hidup Yesus yang tahu mengampuni dan berbelarasa. Bertobat itu harus mulai dari diri sendiri. Romo Anthony de Mello, SJ menyadarkan iman kita : "Setiap orang berpikir mau mengubah umat manusia. Hampir tidak seorangpun berpikir bagaimana mengubah dirinya sendiri". (Burung Berkicau, hlm. 110).

Pertobatan sejati menuntut perubahan hati. Nabi Yoel berpesan pada awal masa puasa ini : "Koyaklah hatimu, dan janganlah pakaianmu. Berbaliklah kepada Tuhan"(Yoel 2 : 12). Tobat sejati menuntut kita untuk menanggalkan Diri Palsu/Diri Lama kita yang terselimut topeng-topengan dan mengenakan Diri Sejati/Diri Baru yang telah diubah oleh Roh Kudus menjadi serupa dengan Wajah Kristus. Tobat sejati mendesak kita untuk memulihkan Wajah Kristus dalam wajah manusia penuh derita yang kita sentuhi hidupnya baik di dalam komunitas maupun di dalam lingkungan pelayanan misioner kita. Tobat sejati menuntut kita untuk menjadi terang bagi sesama yang masih tinggal dalam kegelapan iman dan memampukan mereka untuk percaya kepada Krisus dan Injil-Nya bahwa Kerajaan Allah sudah ada di tengah-tengah mereka (Mrk 1 : 15).

Bapa Suci Mendiang Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa sukacita pada milenium baru ini adalah sukacita pertobatan - sukacita metanoia, yang merupakan prasyarat untuk berdamai dengan Allah dari pihak individu-individu maupun dari komunitas-komunitas Gerejawi ( TMA No. 32).

4.3. Jalan Rekonsiliasi - waktu untuk berdamai

Pada masa kehidupan Yesus, puasa dihargai sebagai saat untuk rekonsiliasi atau pendamaian (Im 23:26-29; Kis 27 : 9-12). Dalam terang ini, masa puasa, kita hormati sebagai masa rahmat, masa pendamaian, masa rekonsiliasi. Jalan rekonsiliasi itu dihayati sebagai prakarsa Allah melalui Yesus Kristus atas kuasa Roh Kudus sebagai Roh Rekonsliasi. Tetapi sekaligus jalan ini merupakan suatu tugas bagi setiap orang kristiani. Kristus mempercayakan berita pendamaian itu kepada setiap kita (2 Kor 5:19). Kita, orang-orang kristiani dipanggil untuk membawa damai. Dengan demikian Doa Damai warisan rohani St. Fransiskus Asisi harus membumi di tanah air kita yang sementara memperjuangkan kerukunan dan persaudaraan:"Tuhan, Jadikanlah aku Pembawa Damai-Mu".

Upaya perdamaian yang kita cita-citakan itu mendorong orang-orang kristiani, untuk menghayati Kaul Anti kekerasan. Prasetia bersikap tanpa kekerasan itu dikumandangkan oleh Yesus dalam Khotbah di Bukit : "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Mat 5 : 9).

Kamu telah mendengar Firman : Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuh-musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu :"Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikian kamu menjadi anak-anak Bapamu yang ada di Surga". (Mat 5:43-45).

Kaul Anti Kekerasan itu menuntut kita untuk berdamai dulu dengan diri sendiri. Damai harus mulai dari diri sendiri, dari hati yang baru, hati yang berbelarasa dan rela mengampuni. Dalam derita yang mengerikan di kayu salib Yesus masih sempat mendoakan mereka yang memperlakukan diri-Nya secara tidak wajar. Yesus berdamai dengan diri sendiri dan memahami situasi mereka dan bahkan memohon pengampunan atas ketidaktahuan mereka. "Ya Bapa, ampunilah mereka,sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Luk 23:34).

Sikap Yesus yang lembut-mengampuni ini menjadi prasetia Anti Kekerasan kita dalam menghadapi pelbagai kerusuhan di Bumi Ibu Pertiwi ini.

Akhirnya jalan puasa ini mengajak kita untuk berdoa mohon persatuan semua orang Kristiani "communio", Persekutuan Kasih Sejati di dalam komunitas kita masing-masing, di dalam Gereja dan Persekutuan seluruh alam semesta. Demikian Yesus Iman Agung berdoa sebelum sengsara-Nya : "Bapa, semoga mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau ya Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita" (Yoh 17;21). Doa Yesus kepada Bapa-Nya untuk persatuan ini, kiranya menjadi doa kita!.

3.5. Jalan Keadilan - untuk menegakkan keadilan

Masa puasa adalah saat suci untuk menegakkan semangat keadilan. Yesus dalam hidup-Nya berjuang menegakkan keadilan Allah. Tuhan adalah adil dan Ia menegakkan keadilan Allah (Mazmur 11:7). Menegakkan Keadilan Allah berarti berusaha mendahulukan kaum malang, membebaskan dan menghormati hak-hak dan kepentingan-kepentingan mereka yang diperas (Mazmur 146:7) yang tertindas dan lemah ( Luk 1:52-53; 4:18-19).
Yesus setia menapaki jalan salib-Nya sampai mati di Gunung Kalvari. Sepanjang ziarah salib itu, Ia menanggung ketidakadilan yang kejam dan tanpa batas terhadap diri-Nya dan terhadap orang-orang yang tak bersalah. Ia mengubah jalan salib yang memedihkan itu menjadi 'Jalan Keadilan'.

Puasa kita dewasa ini juga merupakan sebuah ziarah salib menuju keadilan, jalan yang coba mempersoalkan ketidakadilan dalam masyarakat kita. Secara khusus puasa kita pada masa sekarang ini, harus mampu menciptakan manusia baru yang bersikap adil dan beradab, manusia baru yang cinta damai dan keadilan. Sebab ketidakadilan itu menyembunyikan Wajah Allah terhadap mereka yang miskin dan tersingkir dari bumi Ibu Pertiwi ini. Ziarah salib sebagai Jalan Keadilan ini memperjuangkan perubahan masyarakat baru dan menghadirkan Wajah Allah yang lembut dan penuh kasih bagi mereka. Masa Milenium baru ini mendesak kita untuk memulihkan Keadilan Sosial (TM No. 13).

Orang-orang kristiani berkewajiban untuk memantulkan keadilan Allah dengan hidup sebagai anak-anak terkasih Allah dan "menghasilkan kebaikan, keadilan dan kebenaran" (Ef 5:9). Jangan sampai kita harus dicela oleh Yesus yang adil (1 Yoh 2:1) sebagaimana halnya para ahli Taurat dan orang Farisi yang "mengabaikan nilai-nilai terpenting dalam hukum Taurat, yaitu keadilan dan belaskasihan serta kesetiaan" (Mat 23:23).

Orang-orang kristiani dipanggil untuk terlibat dalam peran kenabiannya, mewartakan Sabda Allah tanpa kompromi, membela keadilan Allah bagi umat yang tak berdaya. Kita perlu belajar bersikap jujur, berlaku adil dan benar mulai dari komunitas sendiri. Dengan cara begini, kita belajar menjadi serupa dengan Wajah Kristus yang gigih memperjuangkan dan memenangkan keadilan Allah di dunia fana ini.

Baiklah kita belajar dari figur imam yang dekat dan akrab dengan kita, yakni Romo Mangunwijaya. Ia menjadi serupa dengan Wajah Kristus dengan hidup tulus - ikhas, setiakawan, berbuat adil dan mati bagi "Wong Cilik".

3.6. Jalan Solidaritas - waktu untuk beramal

Berpuasa adalah sarana bersolidaritas. Pada masa ini, kita diajak untuk lebih banyak berbuat baik dan melayani sesama yang sangat membutuhkan perhatikan dan cinta kita. Kita dipanggil untuk membiaskan sinar kasih Wajah Allah kepada saudara-saudari kita yang patut mendapat pertolongan secara utuh, yakni saudara-saudari yang miskin secara ekonomis karena tak punya harta-tanah, rumah dan pakaian sewajarnya, makanan secukupnya untuk menyambung hidup; Saudara-saudari yang lemah fisiknya lantaran sakit badan, cacat bawaan, lumpuh-pincang, bisu-tuli dan buta mata serta ufuk- usia; Saudara-saudari yang rapuh psikis-jiwanya lantaran dihina, dianggap rendah, frustasi, stress, putus asa; Saudara-saudari yang mengalami keterasingan lantaran dikucilkan, disingkirkan, dipojokkan dalam pergaulan di tengah masyarakat;

Saudara-saudari yang menderita kegersangan rohani lantaran goncang imannya, ragu-ragu akan panggilannya, bosan berdoa, malas ke Gereja, murtad, cendrung hidup profan dan ketagihan akan kenikmatan hidup duniawi.

Solidaritas Allah yang tak terhingga kepada manusia hendaknya menjadi dasar solidaritas kita semua kepada sesama kita. Solidaritas dan Belarasa Allah dalam kerapuhan manusia mencapai puncaknya dalam diri Yesus yang menghampakan diri-Nya dan mati di kayu salib sebagai model-kesaksian solidaritas kita. Hati Yesus selalu "tergerak oleh belaskasihan" memadang umat-Nya seperti domba-malang yang tidak bergembala.

Puasa pada jalan solidaritas, mengajak kita untuk meneladani Beata Muder Teresa dari Kalkuta. Ia memulihkan wajah Yesus dengan melayani orang-orang sakit dan menderita. Ia berkata "Saya menjumpai Wajah Yesus dalam wajah orang miskin dan menderita".

3.7. Jalan Pembebasan - waktu untuk membebaskan

Berpuasa mesti disertai dengan pelayanan kasih kepada sesama yang malang dan terluka hatinya. Hari-hari puasa adalah kesempatan untuk hadir lebih penuh bagi orang di sekitar kita, menyisihkan waktu bagi sesama kita agar solidaritas puasa menjadi lebih murni. Kita hadir secara pribadi untuk membawa rahmat pembebasan sejati bagi sesama kita yang terbelenggu oleh pelbagai tekanan batin dan beratnya beban salib hidup di dunia ini. Terlebih kita membawa pembebasan batin bagi sesama yang disingkirkan dan dikucilkan dari hidup bersama dalam komunitas dan masyarakat. Kita perlu menerima mereka apa adanya dan menemukan kembali harga diri dan keluhuran panggilannya.

Puasa adalah suatu panggilan untuk memaklumkan rahmat pemerdekaan sejati dan membangun persekutuan kasih dengan semua orang. Yesaya mengingatkan kita (Yes 58:6-10): "Puasa yang kuhendaki ialah:

supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk,
supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,
Supaya engkau memecah-mecahkan rotimu bagi orang yang lapar,
Supaya engkau membawa ke rumah mu orang miskin yang tak punya rumah,
Supaya engkau memberi pakaian terhadap orang yang telanjang,
Supaya engkau tidak membunyikan diri terhadap saudaramu sendiri.
Supaya engkau membawa terang bagi orang yang tinggal dalam kegelapan !

Yesus mengedapankan suatu terobosan baru dalam penghayatan puasa kita :

"Makan bersama orang berdosa, memberikan roti sebagai ungkapan belarasa dan solidaritas kita dengan orang miskin lebih penting dari pada puasa" (Mrk 2:18-22; Mat 11:16-19; Luk 7:31-35). Orang yang berada harus berpuasa dengan memberikan harta miliknya kepada orang yang miskin supaya mereka boleh menikmati lebih.

Yesus tidak membantah aturan puasa, tatapi memurnikan penghayatan puasa. Berpuasa berarti membawa keselamatan bagi yang tersesat, yang lapar dan haus akan kebenaran cinta!. Sabda Yesus mempunyai makna bagi kita bila kita rela mengorban diri kita, menjadikan diri kita sebagai santapan kehidupan bagi sesama kita seperti Yesus menjadikan Tubuh - Darah-Nya sebagai santapan kehidupan kekal bagi kita.

Puasa kita menjadi lebih bermakna bila kita mampu menjalin persatuan dan membawa kegembiraan rohani bersama dalam hidup harian kita. Puasa itu punya nilai lebih personal dan sarana keselamatan, bukan sekedar sebuah aturan matiraga dan askese biasa. Berpuasa berati hadir di antara orang-orang berdosa dan tersingkir, menjadi pengantara rahmat keselamatan bagi mereka !

Sapta Paradigma Prapaskah atau Tujuh Jalan Puasa yang ditawarkan merupakan satu-kesatuan yang utuh untuk membentuk kita menjadi serupa dengan Wajah Kristus dalam kekuatan Roh.

Kita turut mengambil bagian dalam kesengsaraan dan penderitaan-Nya. Kita mau memberi makna baru bagi puasa kita pada zaman globalisasi ini, dengan menghayati secara konsekuen Tujuh Jalan Puasa kita agar kita dapat bertumbuh-kembang menjadi manusia paripurna dalam Kristus dan sempurna seperti Bapa (Mat 5:48). Bersama Rasul St. Paulus, kita menegaskan iman kita:"Aku menjadi serupa dengan Kristus dalam kesengsaraan dan kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati" (Fil 3 : 11).
www.mirifica.net


Photobucket

Rabu, 18 Maret 2009


Rabu, 18 Maret 2009
Hari Biasa Pekan III Prapaskah

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (Matius 5:17)


Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Ulangan (4:1.5-9)

"Lakukanlah ketetapan-ketetapan itu dengan setia."

Di padang gurun seberang Sungai Yordan Musa berkata kepada bangsanya, "Hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya. Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaan dan akal budimu di mata bangsa-bangsa. Begitu mendengar segala ketetapan ini mereka akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi. Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya? Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum, yang kubentangkan padamu pada hari ini? Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidup. Beritahukanlah semuanya itu kepada anak-anakmu dan kepada cucu-cucumu serta cicitmu."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Megahkanlah Tuhan; hai Yerusalem.
Ayat.
(Mzm 147:12-13.15-16.19-20)

1. Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anak yang ada padamu.

2. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari. Ia menurunkan salju seperti bulu domba dan menghamburkan embun beku seperti abu.

3. Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan dan hukum-hukum-Nya kepada Israel. Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.


Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat.Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Engkau mempunyai sabda kehidupan kekal. 


Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:17-19)

"Siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi."

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sungguh, selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Taurat sekali pun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat-tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga. Tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga."
Inilah Injil Tuhan kita!

Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

- Entah sudah ada berapa UU(Undang-Undang), PP(Peraturan Pemerintah), Pedoman dan Petunjuk tertulis dst.. yang telah diundangkan dan diberlakukan di masyarakat dalam hidup berbangsa, bernenegara maupun bermasyarakat. Namun jika diperhatikan atau dicermati rasanya penghayatan atau pelaksanaan berbagai aturan tersebut masih jauh dari harapan atau dambaan, hal itu nampak masih maraknya aneka macam bentuk korupsi dan penyelewengan serta apa yang terjadi di jalanan. Pelanggaran marka-marka atau rambu-rambu lalu lintas di jalanan rasanya merupakan cermin kwalitas hidup bangsa. “Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”, demikian sabda Yesus. Keunggulan hidup beriman atau beragama hemat saya terletak pada penghayatan atau pelaksanaan aneka aturan di dalam hidup bersama sehari-hari dimanapun dan kapanpun. Maka baiklah di masa Prapaskah ini saya mengajak kita semua untuk mawas diri perihal penghayatan hidup beriman atau beragama dengan kata lain sejauh mana kita berbudi pekerti luhur. “Sesungguhnya pengertian budi pekerti yang paling hakiki adalah perilaku. Sebagai perilaku, budi pekerti meliputi pula sikap yang dicerminkan oleh perilaku. Sikap dan perilaku budi pekerti mengandung lima jangkauan sebagai berikut: sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan (1) Tuhan, (2) diri sendiri, (3) keluarga, (4) masyarakat dan bangsa, (5) alam sekitar” (lih : Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur - Balai Pustaka, Jakarta 1997, hal 4-5). Maka baiklah di masa Prapaskah ini kita mawas diri perihal sikap-sikap terhadap serta hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, anggota keluarga, warga masyarakat dan bangsa serta alam sekitar atau lingkungan hidup. Ada aneka aturan atau tatanan yang terkait dengan ‘lima jangkauan’ tersebut, maka sejauh mana kita telah menghayati atau melaksanakan aturan atau tatanan tersebut.

- “Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh TUHAN, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya. Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi” (Ul 4:5-6)., demikian perintah Tuhan kepada bangsa/orang yang terpilih. Kita semua kiranya mendambakan sebagai ‘pribadi yang bijaksana dan berakal budi’, dan untuk mengusahakannya kita diharapkan menghayati aneka ketetapan dan peraturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan, fungsi, jabatan atau kedudukan kita masing-masing. Rasanya dalam hal penghayatan ini perlu teladan dari mereka yang merasa diri berpengaruh dalam kehidupan atau kerja bersama, seperti: orangtua, pemimpin/atasan/kepala/ketua, pejabat, dst.. Sedangkan untuk mengajarkan ketetapan atau peraturan hendaknya berpedoman pada motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro: “ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani” (= keteladanan, pemberdayaan dan motivasi). Orang bijaksana dan berakal budi sangat dibutuhkan dalam kehidupan bersama masa kini. Bijaksana dan berakal budi rasanya mirip dengan bahasa Latin ‘caritas benevolentiae’ yang berarti ‘cinta kasih yang tidak mencari keuntungan sendiri’ . Semoga mereka yang berpengaruh di dalam kehidupan dan kerja bersama tidak berupaya mencari keuntungan sendiri, melainkan mengusahakan kepentingan atau kesejahteraan umum (‘bonum commune’) , secara khusus kami mengajak mereka yang berada di poros ‘badan public/negara’ atau ‘bisnis/masyarakat pasar’ untuk berpihak pada dan bersama ‘poros masyarakat warga’, sebagaimana diserukan dalam Nota Pastoral KWI, November 2004.


Photobucket

Selasa, 17 Maret 2009

Selasa, 17 Maret 2009

Hari Biasa Pekan III Prapaskah



Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan”, demikian pesan perdamaian Paus Yohanes Paulus II memasuki Millenium Ketiga.




Doa Renungan

Allah Bapa yang mahapengasih, Engkaulah yang mengatur seluruh hidup kami hari ini. Engkau mengajar kami agar tak henti-hentinya mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Buatlah hati kami ini lemah lembut dan panjang sabar sehingga kami dapat mengasihi dan mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kami. Semoga di masa prapaskah ini kami selalu mengamalkan karya cinta kasih-Mu. Dalam Kristus, Tuhan kami. Amin.



Bacaan Pertama

Pembacaan dari Kitab Nubuat Daniel (3:25.34-43)



"Semoga kami diterima balik karena jiwa yang remuk redam dan roh yang rendah."




Tatkala dicampakkan ke dalam tanur api, Azarya berdiri dan berdoa; ia membuka mulut di tengah-tengah api itu, katanya, "Demi nama-Mu, ya Tuhan, janganlah kami Kautolak selamanya, dan janganlah Kaubatalkan perjanjian-Mu; janganlah Kautarik kembali daripada kami belas kasihan-Mu, demi Abraham kekasih-Mu, demi Ishak hamba-Mu, dan demi Israel, orang suci-Mu, yang kepadanya Engkau telah berjanji memperbanyak keturunan mereka menjadi laksana bintang-bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut. Ya Tuhan, jumlah kami telah menjadi paling kecil di antara sekalian bangsa, dan sekarang kami pun dianggap rendah di seluruh bumi oleh karena dosa kami. Dewasa ini pun tidak ada pemuka, nabi atau penguasa, tiada kurban bakaran atau kurban sembelihan, kurban sajian atau ukupan; tidak ada pula tempat untuk mempersembahkan buah bungaran kepada-Mu dan mendapat belas kasihan. Tetapi semoga kami diterima baik, karena jiwa yang remuk redam dan roh yang rendah, seolah-olah kami datang membawa kurban domba dan lembu serta ribuan anak domba tambun. Demikian hendaknya kurban kami di hadapan-Mu pada hari ini berkenan seluruhnya kepada-Mu. Sebab tidak dikecewakanlah mereka yang percaya kepada-Mu. Kini kami mengikuti Engkau dengan segenap jiwa dan dengan takwa kepada-Mu, dan wajah-Mu kami cari. Janganlah kami Kaupermalukan, tetapi perlakukanlah kami sesuai dengan kemurahan-Mu dan menurut besarnya belas kasihan-Mu. Lepaskanlah kami sesuai dengan perbuatan-Mu yang ajaib, dan nyatakanlah kemuliaan nama-Mu, ya Tuhan."

Demikianlah sabda Tuhan

Syukur kepada Allah.



Mazmur Tanggapan

Ref. Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan.


Ayat. Mzm 25:4bc-5ab.6-7bc.8-9

1. Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukkanlah lorong-lorong-Mu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan daku.

2. Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya Tuhan.

3. Tuhan itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum dan mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang bersahaja.



Bait Pengantar Injil PS 965

Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.

Solis. Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hati, sabda Tuhan, sebab Aku ini pengasih dan penyayang.



Bacaan Injil

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (18:21-35)



"Jika kamu tidak mau mengampuni saudaramu, Bapa pun tidak akan mengampuni kamu."



Sekali peristiwa Petrus datang kepada Yesus dan berkata, "Tuhan, sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya, "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Ketika ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunasi hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isteri dan segala miliknya untuk membayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah Dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain, yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskan segala hutang itu. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih, lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Maka raja itu menyuruh memanggil hamba pertama tadi dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat! Seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonnya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkan dia kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Demikianlah Bapa-Ku yang di surga akan berbuat terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

Demikianlah Injil Tuhan

Terpujilah Kristus.





Renungan





- “There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness” = “Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan”, demikian pesan perdamaian Paus Yohanes Paulus II memasuki Millenium Ketiga.



Kasih pengampunan itulah yang harus kita hayati dan sebarluaskan jika kita mendambakan perdamaian sejati di bumi ini maupun di akhirat nanti. Mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali kiranya sama dengan harus mengampuni terus menerus, sebagaimana kita senantiasa menerima kasih pengampunan dari Allah melalui sesama dan saudara-saudari kita yang tak terhitung lagi jumlahnya. “Engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau”, demikian nasihat yang harus kita hayati.



Barometer atau pedoman untuk saling mengasihi dan mengampuni adalah kasih pengampunan Allah kepada kita, yang telah kita secara melimpah ruah, tanpa batas. Maka jika ada saudara-saudari kita yang bersalah hendaknya langsung diampuni. Kasih pengampunan yang anda sampaikan akan menjadi kekuatan dan motivasi bagi mereka untuk dengan rendah hati berusaha meneruskan kasih pengampunan tersebut kepada saudara-saudarinya. Sebaliknya jika kita tidak mengampuni mereka yang bersalah kepada kita, maka akan terjadilah balas dendam yang dapat menimbulkan kekacauan hidup bersama.



Kita semua memiliki modal kekuatan untuk mengampuni jika kita berani ini mengakui dan mengimani bahwa kita telah menerima kasih pengampunan yang tak terhitung jumlahnya, yang antara lain telah kita terima melalui orangtua kita masing-masing.



- “Kini kami mengikuti Engkau dengan segenap jiwa dan dengan takut kepada-Mu, dan wajah-Mu kami cari. Janganlah kami Kaupermalukan, melainkan perlakukankanlah kami sesuai dengan kemurahan-Mu dan menurut besarnya belas kasihan-Mu.Lepaskanlah kami sesuai dengan perbuatan-Mu yang ajaib, dan nyatakanlah kemuliaan nama-Mu, ya Tuhan.” (Dan 3:41-43). Kutipan doa ini kiranya layak menjadi doa-doa kita di masa Prapaskah ini. Kita semua mendambakan untuk dipermalukan di hadapan Tuhan maupun sesama atau saudara-saudari kita, maka untuk itu hendaknya kita juga tidak mempermalukan sesama atau saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun, antara lain dengan menceriterakan atau menyebarluaskan kekurangan, kesalahan atau kejahatan mereka.



Kasih itu antara lain berani ‘menutupi segala sesuatu’, lebih-lebih kesalahan, kekurangan dan kejahatan sesama atau saudara-saudari. Marilah kita mengikuti Tuhan dengan segenap jiwa, artinya mengarahkan dan mempersembahkan dambaan, kerinduan, cita-cita kita kepada Tuhan, dan sekiranya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan siap sedia untuk diluruskan atau dibetulkan. Marilah dengan rendah hati kita mohon kemurahan hati atau rahmat Allah agar memiliki hati yang tulus dan suci dan senantiasa siap sedia mengampuni dan tidak mempermalukan sesama dan saudara-saudari kita di hadapan umum.



Marilah kita mohon agar kemuliaan Tuhan dinyatakan pada diri kita yang lemah, rapuh dan berdosa ini, dan biarlah dalam kelemahan dan kerapuhan kita kekuatan Tuhan semakin menjadi nyata.



[Ignatius Sumarya, SJ]


Photobucket

Senin, 16 Maret 2009

Senin, 16 Maret 2009
Hari Biasa Pekan III Prapaskah



Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Kedua Raja-Raja (5:1-15a)

"Banyak orang sakit kusta, dan tak seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain daripada Naaman orang Syria itu."


Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia Tuhan telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi pahlawan tentara itu sakit kusta. Sekali peristiwa orang Aram pernah keluar bergerombol dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Anak itu menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya, "Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya." Lalu pergilah Naaman memberitahukan kepada tuannya, katanya, "Begini-beginilah dikatakan oleh gadis yang dari negeri Israel itu." Maka jawab raja Aram, "Baik, pergilah dan aku akan mengirim surat kepada raja Israel." Lalu berangkatlah Naaman. Sebagai persembahan ia membawa sepuluh talenta perak, enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian. Ia menyampaikan surat raja Aram itu kepada raja Israel, yang berbunyi, "Sesampainya surat ini kepadamu, maklumlah kiranya, bahwa aku menyuruh kepadamu Naaman pegawaiku, supaya engkau menyembuhkan dia dari penyakit kustanya." Segera sesudah raja Israel membaca surat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya serta berkata, "Allahkah aku ini, yang dapat mematikan dan menghidupkan sehingga orang ini mengirim pesan kepadaku, supaya kusembuhkan seorang dari penyakit kustanya? Sesungguhnya, perhatikanlah dan lihatlah, ia mencari gara-gara terhadap aku." Segera sesudah didengar oleh Elisa, abdi Allah itu, bahwa raja Israel mengoyakkan pakaiannya, dikirimnyalah pesan kepada raja, bunyinya, "Mengapa engkau mengoyakkan pakaianmu? Biarlah orang itu datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel." Kemudian datanglah Naaman dengan kuda dan keretanya, lalu berhenti di depan pintu rumah Elisa. Elisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan, "Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir." Tetapi pergilah Naaman dengan gusar sambil berkata, "Aku sangka, setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri memanggil nama Tuhan, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu, dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku! Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?" Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati. Tetapi pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya, "Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah Bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir." Maka turunlah Naaman membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak, dan ia menjadi tahir. Kemudian kembalilah Naaman dengan seluruh pasukannya kepada abdi Allah itu. Sesampai di sana majulah ia ke depan Elisa dan berkata, "Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hamba ini!"
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 843
Ref. Jiwaku haus pada-Mu Tuhan, ingin melihat wajah Allah.
Ayat.
(Mzm 42:2-3; 43:3-4)
1. Seperti rusa yang merindukan sungai berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
2. Jiwaku haus akan Allah, akan Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
3. Suruhlah terang dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu! 4.Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, sukacita dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Aku menanti-nantikan Tuhan, dan mengharapkan firman-Nya, sebab pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (4:24-30)

"Yesus seperti Elia dan Elisa, diutus bukan kepada orang-orang Yahudi."

Ketika Yesus datang ke Nazaret, Ia berkata kepada umat di rumah ibadat, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Tetapi Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak janda di Israel, ketika langit tertutup selama tiga tahun enam bulan, dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang janda di Sarfat di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel, tetapi tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain daripada Naaman, orang Siria itu." Mendengar itu, sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Yesus berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

- kita perhatikan dengan saksama kiranya dapat kita lihat bahwa cukup banyak orang menyeleweng dari tugas atau panggilan utamanya dengan mencari hiburan sampingan yang dirasakan lebih nikmat dan bahagia. Suami atau isteri berselingkuh di tempat kerja atau di luar rumah, para pelajar/mahasiswa jarang atau tidak pernah belajar kecuali menjelang ujian atau ulangan umum, para pekerja bermalas-malasan atau ngobrol melulu di tempat kerja, orang lebih senang mengerjakan tugas tambahan yang bersifat eksidentil daripada yang biasa-biasa setiap hari, dst.. Memang setelah kenal lebih jauh dan mendalam ada kecenderungan untuk lebih memperhatikan kekurangan dan kelemahan yang lain, dan dengan demikian siapa atau apa yang dekat dalam hidup sehari-hari membosankan dan kurang diharrgai, dan kemudian mencari hiburang di tempat lain yang lebih hangat, nikmat dan mesra. Jika kita tidak mampu mengasihi siapa atau apa yang dekat dan hidup bersama setiap hari, maka mengasihi atau memperhatikan siapa atau apa yang jauh berarti melarikan diri dari tanggungjawab. Maka bercermin dari Sabda hari ini pertama-tama dan terutama saya mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita saling menghargai dan mengasihi antar anggota keluarga atau komunitas. Pengalaman relasi antara orangtua-anak, kakak-adik, anggota keluarga-pembantu akan mempengaruhi relasi anda di tempat kerja atau masyarakat antara atasan-bawahan, senior-yunior dan diri kita tehadap mereka yang miskin dan berkekurangan. Hidup keluarga yang damai sejahtera, dimana para anggotanya saling mengasihi dengan sepenuh hati, jiwa, akal budi dan tenaga merupakan modal dan kekuatan untuk hidup bersama di tengah masyarakat dan tempat kerja. Jika kita mampu mengerjakan tugas dan panggilan utama, maka memperhatikan tugas tambahan akan semakin memantapkan hidup dan panggilan kita.

- "Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.” (2Raj 5:3), demikian kata seorang gadis, pelayan dan tawanan, kepada tuannya, Naaman, yang menderita sakit kusta. Dalam iman segala macam penyakit disadari dan dihayati sebagai buah dari perbuatan dosa, entah dosa pribadi yang bersangkutan atau orang lain. Seorang nabi adalah utusan Allah, pewarta dan pembawa kebenaran dari Allah, maka saran mohon penyembuhan kepada seorang nabi berarti suatu ajakan untuk bertobat atau memperbaharui diri. Dengan rendah hati akhirnya Naaman, seorang panglima atau perwira tentara, datang menghadap Elisa, nabi yang ditunjukkan oleh gadis tersebut. Setelah melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Elisa, yaitu “mandi tujuh kali di sungai Yordan”, Naamanpun sembuh dari penyakitnya. Kata ‘tujuh’ ini kiranya bagi kita semua anggota Gereja Katolik diingatkan akan adanya ‘tujuh sakramen’: permandian, ekaristi, krisma, tobat, pengurapan orang sakit, perkawinan dan imamat. Maka baiklah di masa Prapaskah ini kita mengenangkan dan merefleksikan sakramen-sakramen yang telah kita terima dan coba kita geluti dan hayati. Kesetiaan pada penghayatan atas sakramen-sakramen yang telah kita terima merupakan jalan penyembuhan atau kebahagiaan hidup kita, maka marilah kita setia pada janji-janji yang telah kita ikrarkan ketika sedang menerima sakramen terkait. Sekiranya kita telah menyeleweng atau mengingkari janji tersebut, marilah dengan rendah hati kita bertobat: secara pribadi mengaku dosa dihadapan seorang imam dan secara sosial hendaknya.mohon kasih pengampunan pada mereka yang telah kita kecewakan atau lukai dengan dosa-dosa atau kejahatan-kejahatan kita. Yang pertama-tama dan terutama kita kenangkan atau refleksikan kiranya adalah ‘permandian’, dimana kita pernah berjanji ‘hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan’

Photobucket

Minggu, 15 Maret 2009

Minggu, 15 Maret 2009

Hari Minggu Prapaskah III

Renungan


Kiranya anda ingat atau pernah mendengar perihal ‘Kisah Penampakan Bunda Maria’ yang disponsori oleh Bapak Thomas alm., di wilayah Keuskupan Agung Semarang, di tempat ziarah Bunda Maria Sendangsono dan Sendang Sriningsih. Ribuan umat dari berbagai daerah hadir dalam kesempatan tersebut untuk ‘menyaksikan mujizat Penampakan Bunda Maria’, yang konon menampakkan diri di tengah malam. Kami pada saat itu agak menaruh curiga terhadap peristiwa ini; kecurigaan pertama-tama muncul ketika mencermati masalah keuangan, kolekte yang terkumpul dari peristiwa tersebut. Tidak ada satu rupiahpun dari jumlah kolekte yang cukup besar (jutaan) ditinggalkan atau disisihkan untuk kepentingan pemeliharaan tempat ziarah terkait, semuanya langsung ‘dikantongi’ oleh Bapak Thomas dkk. Dengan kata lain kami menduga adanya gerakan komersialisasi ibadat atau tempat ibadat. Ada dugaan ‘penampakan Bunda Maria’ tersebut merupakan rekayasa para-normal, maka secara diam-diam kami mengusahakan bagaimana ‘mengatasi masalah tersebut’. Singkat cerita akhirnya kami memperoleh bantuan dari para-normal yang baik untuk mengatasi masalah tersebut, dan memang benar ketika ada ‘perlawanan’ dari para-normal yang baik ‘peristiwa penampakan’ yang direncanakan, di Sendangsono, waktu itu gagal total. Ribuan umat yang hadir kecewa dan sejak saat itu tidak ada lagi kegiatan ‘penampakan Bunda Maria'


"Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."(Yoh 2:16)


Tempat ziarah dan tempat ibadat adalah tempat suci. “Dalam tempat suci hanya dapat diizinkan hal-hal yang berguna bagi pelaksanaan atau peningkatan ibadat, kesalehan dan kebaktian, serta dilarang sesuatu yang tidak cocok dengan kesucian tempat itu. Namun Ordinaris dapat sekali-sekali memberi izin untuk penggunaan lain, asal tidak bertentangan dengan kesucian tempat itu” (KHK kan 1210). Kegiatan beribadat memang membutuhkan aneka macam sarana-prasarana serta dana atau uang, yang antara lain diperoleh melalui kolekte atau persembahan yang diadakan selama ibadat tersebut. Umat Allah menyisihkan sebagai harta benda atau uangnya sebagai kolekte atau persembahan sebagai ucapan syukur dan terima kasih atas berbagai karunia yang diterima selama beribadat maupun dalam perjalanan hidup sehari-hari yang dijiwai oleh karunia yang diterima selama beribadat. Di dalam Gereja Katolik beralaku peraturan bahwa harta benda atau uang yang diterima selama beribadat tersebut menjadi harta benda gerejawi yang memiliki “tujuan-tujuan khas terutama ialah: mengatur ibadat ilahi, memberi penghidupan layak kepada klerus serta pelayan-pelayan lainnya, melaksanakan karya-karya kerasulan suci serta karya amal-kasih, terutama terhadap mereka yang berkekurangan” (KHK kan 1254 $ 2).. Sedangkan sebagai umat beriman terkait dengan pemilikan atau penguasaan harta benda kiranya dapat berpedoman pada ajaran ini: ”Allah menghendaki, supaya bumi beserta segala isinya digunakan oleh semua orang dan sekalian bangsa, sehingga harta benda yang tercipta dengan cara yang wajar harus mencapai semua orang, berpedoman pada keadilan, diiringi dengan cintakasih” (Vat II: GS no 69)



Bercermin pada pedoman dan ajaran di atas, sebagaimana saya kutipkan, hendaknya dijauhkan aneka bentuk komersialisasi di dalam kegiatan ibadat maupun tempat ibadat serta memfungsikan harta benda dan uang untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi agar semakin dikasihi oleh Tuhan maupun sesama manusia. “Ciptaan lain di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia, untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan” (St.Ignatius Loyola LR no 23), yaitu keselamatan jiwa manusia. Marilah kita fungsikan berbagai jenis harta benda dan uang demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun mereka yang kena dampak pemfungsian tersebut. Secara khusus kami mengajak dan mengingatkan mereka yang telibat dalam pengelolaan harta benda atau uang Gereja atau lembaga agama: fungsikan harta benda dan uang tersebut untuk membantu atau mendukung umat agar semakin beribadat, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin beriman. Umat semakin beriman akan semakin rela berkorban dengan harta benda atau uangnya demi kepentingan ibadat atau gerakan keagamaan/kerasulan, sosial, amal-kasih dst.. Sebaliknya jika umat semakin sosial, selayaknya mereka yang terlibat dalam pengelolaan atau pengurusan harta benda atau uang keagamaan semakin lebih sosial.



“Apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah” (1Kor 1:27-29)


  
Di dalam dunia rasanya sering berlaku ‘hukum’: “Yang bodoh dapat menjadi pandai/berhikmat karena uang, sedangkan yang pandai/berhikmat dapat menjadi bodoh karena uang”. Itulah yang terjadi dalam diri orang yang tidak atau kurang beriman. Sementara itu apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Korintus, sebagaimana saya kutipkan di atas, rasanya juga berlaku atau menjadi nyata pada masa kini, yang ditandai oleh ‘kemerosotan financial/uang’ yang melanda seluruh dunia. Mereka yang dipandang berhikmat oleh dunia, antara lain para pemilik, penanam atau pengelola saham, harus menatap dan menghadapi ‘kegagalan’, dan kemudian harus bekerja keras mengatasi dampak kemerosotan financial tersebut. Sementara itu mereka yang dipandang hina dan miskin, kurang terpandang di dunia, yang telah terbiasa dalam hal perjuangan dan pengorbanan tidak begitu merasakan dampak kemerosotan financial tersebut.
     
“Jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri (sombong) di hadapan Allah”, demikian nasihat atau pesan Paulus. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk menjadi rendah hati di hadapan Allah, mengakui dan menghayati diri sebagai yang lemah, rapuh dan berdosa. Dan tentu saja hal itu juga harus menjadi nyata atau terwujud dalam kehidupan bersama di dalam keluarga, masyarakat maupun tempat kerja: saling rendah hati satu sama lain, maka baiklah kita hayati perintah ini: “ Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu. Jangan membunuh. Jangan berzinah. Jangan mencuri. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu.” (Kel 20:12-17) Dalam masa Prapaskah ini marilah kita mawas diri apakah perintah di atas ini kita hayati atau langgar/abaikan. Jika kita telah melanggar perintah tersebut, dalam tindakan atau perilaku sekecil dan sesederhana apapun, marilah kita bertobat, memperbaharui diri, mohon kasih pengampunan Tuhan, antara lain dengan pengakuan dosa pribadi di hadapan seorang imam. Pertobatan dan pembaharuan diri kita juga dapat kita wujudkan dengan melakukan kerasulan, amal-kasih terutama terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan.



Photobucket

Hari Minggu Prapaskah III

Minggu, 15 Maret 2009
Hari Minggu Prapaskah III


Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Keluaran (20:1-17)

"Hukum telah diberikan melalui Musa."


1 Di Gunung Sinai Tuhan bersabda demikian:2 "Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. 3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, 6 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.7 Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: 9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.11 Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya. 12 Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu. 13 Jangan membunuh. 14 Jangan berzinah. 15 Jangan mencuri. 16 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.17 Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 852
Ref. Sabda-Mu adalah kebenaran, hukum-Mu kebebasan.
Ayat.
(Mzm 19:8.9.10.11)
1. Sabda Tuhan sempurna, menyegarkan jiwa. Peraturan Tuhan teguh, membuat arif orang bersahaja. Titah Tuhan tepat, menyenangkan hati. Perintah Tuhan jelas, membuat mata berseri.
2. Hikmat Tuhan baik, tetap selamanya. Keputusan Tuhan benar, adil selalu. Lebih indah daripada emas murni. Lebih manis daripada madu lebah.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1:22-25)

"Kami memberitakan Kristus yang tersalib, suatu sandungan bagi kebanyakan orang, tetapi bagi mereka yang terpanggil, merupakan hikmat Allah.

22 Saudara-saudara, orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,23 tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, 24 tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.25 Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat.
Begitu besar kasih Allah akan dunia, sehingga Ia telah menganugerahkan Anak-Nya yang tunggal. Setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (2:13-25)

"Bait Allah yang dimaksudkan Yesus ialah tubuh-Nya sendiri."

13 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. 14 Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. 15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." 17 Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." 18 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" 19 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." 20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" 21 Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.22 Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus. 23 Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. 24 Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, 25 dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


MEMBERSIHKAN TEMPAT KEDIAMANNYA - BAGAIMANA?

Rekan-rekan yang baik!
Kerap tindakan Yesus menjelang hari raya Paskah sebagaimana dikisahkan Yoh 2:13-22 dimengerti sebagai pembersihan Bait Allah dari kegiatan menukar uang dan berdagang. Betulkah demikian? Apa yang sebenarnya dilakukan Yesus bersama murid-muridnya di sana? Kesadaran macam apa yang hendak digugahnya? Marilah kita simak Injil Minggu Prapaskah III tahun B ini.

PASAR HEWAN DAN BISNIS VALAS DI BAIT ALLAH


Seperti diceritakan Yohanes, peristiwa di Bait Allah itu terjadi menjelang hari raya terbesar orang Yahudi, yakni Paskah - bukan Paskah Kristen yang belum ada waktu itu. Menjelang hari raya itu orang-orang berdatangan ke Yerusalem menunaikan kewajiban mempersembahkan kurban di Bait Allah. Karena alasan praktis, tidak banyak yang membawa sendiri hewan persembahan. Maklum syarat-syarat bagi hewan yang pantas dipersembahkan tidak sebarangan. Karena itu, ada layanan penjualan hewan yang memenuhi syarat. Pada zaman itu, dipakai uang Romawi yang memuat gambar Kaisar. Akan tetapi, larangan agama mengenai gambar manusia membuat uang Romawi haram dipakai membeli hewan yang bakal dipersembahkan sebagai kurban. Karena itu, ada jasa penukaran ke mata uang Yahudi yang hanya bisa dipakai di tempat suci. Para pedagang dan penukar uang bertempat di serambi Bait Allah yang juga boleh dimasuki orang bukan Yahudi atau orang yang tidak bermaksud mempersembahkan kurban. Sebelum mendalami lebih jauh, marilah berkonsultasi dengan seorang pakar ilmu tafsir.

YESUS KALAP?

TANYA:
Yesus yang biasanya berpenampilan tenang berwibawa kok sekarang kalap mengobrak-abrik dagangan orang. Bagaimana kelakuan ini bisa dijelaskan?

PAKAR: Anda ini ingin cepat-cepat jadi kayak murid-murid Yesus yang dikatakan dalam ay. 17 ingat akan Mzm 69:9(10). Tapi peristiwa itu perlu kita amati dengan lebih teliti.

TANYA: Apa tak boleh?

PAKAR: Masih ingat beberapa tahun silam orang-orang turun ke jalan mengusung "mayat reformasi"? Bayi reformasi yang dikandung dengan susah payah dan dilahirkan dengan penderitaan itu ternyata mati sebelum sempat dewasa. Yesus sebenarnya sedang menggelar "unjuk rasa" dengan gaya seperti itu.

TANYA: Wah, penjelasan ini belum pernah saya dengar. Orisinil! Bagaimana, bagaimana kelanjutannya?

PAKAR: Ada baiknya eksegese makin peka akan dunia Kitab Suci sendiri. Yesus tampil seperti nabi yang melakukan "tindakan simbolik" untuk membuka mata orang. Anda ingat Yeremia (Yer 13:1-11) yang memperagakan tindakan menyembunyikan ikat pinggang di celah batu di pinggir sungai Efrat. Setelah beberapa waktu diambilnya kembali ikat pinggang itu, tapi sudah lapuk. Lalu ia bernubuat bahwa orang Israel kini lapuk seperti ikat pinggang itu. Tak lagi layak dikenakan. Dalam gaya busana orang sana dulu, ikat pinggang menunjukkan sosok orang yang memakainya. Umat yang tidak pas dengan Tuhan tidak bisa membuatNya dikenal orang lagi.

TANYA: Kembali ke Injil Yohanes. Jadi, Yesus bukan bermaksud menghantam praktek dagang dan tukar uang?


PAKAR: Yesus bukan tokoh agamaist fanatik yang kalap mengobrak-abrik usaha orang lain. Unjuk rasa itu kejadiannya begini. Dengan disaksikan banyak orang, Yesus bersama murid-muridnya sengaja datang ke serambi Bait Allah membawa dagangan dan meja penukar uang. Orang-orang yang melihat itu bertanya-tanya dalam hati apa sang Guru tenar ini mau bersaing dagang sapi, merpati, dan buka bisnis valas. Aneh, ia juga menjalin cemeti. Dan ketika rasa ingin mereka memuncak, Yesus tiba-tiba mulai menjungkirbalikkan meja dagangan, mencambuki hewan yang dibawanya sendiri sambil menghardik murid-murid yang memainkan peran sebagai pedagang dan penukar uang: "Enyahlah, jangan bikin rumah Bapaku ini jadi pasar!" (ay. 16). Dan pada saat itu juga, masih termasuk pementasan ini, murid-murid berkomentar samping - gaya "aside" - dengan mengutip Mzm 69:9(10), "Kalap sungguh aku oleh kobaran cintaku pada Bait-Mu!" Drama yang mementaskan tindakan simbolik selesai di sini. Akan tetapi, serambi yang morat-marit masih terlihat.

TANYA: Wah, penjelasannya ini lebih klop! Tapi apa orang-orang waktu itu paham bahwa Yesus memperagakan tindakan simbolik seperti nabi-nabi dulu?

PAKAR: Mereka mengenal Perjanjian Lama dengan baik. Mereka ingat tindakan simbolik para nabi. Drama ikat pinggang Yeremia itu tak asing; ini bacaan mereka sejak kecil. Akan terbayang pula Yesaya yang menanggalkan alas kaki dan pakaian tanda berkabung (Yes 20:1 dst.), lalu juga Yeremia yang memanggil orang agar menonton bagaimana ia memecahkan buli-buli kurban jahanam (Yer 19:1.13). Juga Yehezkiel menggelar lakon pengepungan Yerusalem seperti dalang wayang klitik (Yeh 4:1-5:17) sambil bernubuat akan adanya kelaparan di kota itu. Bahkan kehidupan pribadi pernah ditayangkan para nabi sebagai tindakan simbolik. Yehezkiel menunggui mayat istri terkasihnya tanpa meneteskan air mata atau berkabung dan bernubuat bahwa kehancuran Yerusalem nanti sedemikian tak dinyana sampai orang tak sempat menangisinya (Yeh 24:15); Hosea mentalak istrinya yang serong dan menerangkannya sebagai pertanda Tuhan menalak Israel yang tak setia kepadaNya (Hos 1-3).

TANYA: Tentunya hanya tokoh publik yang berwibawa bisa melakukan tindakan simbolik seperti itu?

PAKAR: Betul. Karena itu, menurut Yoh 2:18 orang-orang menantang apa Yesus bisa menunjukkan ia mempunyai hak menjalankan tindakan simbolik tadi. Lihat, mereka bukannya bereaksi melawan tindakan Yesus mengobrak-abrik pasar hewan dan bisnis valas karena ia memang tidak mengganggu-gugat perdagangan yang sungguhan di situ.

TANYA: Lalu ringkasnya apa yang hendak disampaikan Yesus?

PAKAR: Orang-orang tercengkam oleh keadaan morat-marit yang dipertontonkan Yesus di serambi Bait Allah (Seperti dalam layat "mayat reformasi" tadi: yang dicerap orang bukan tindakan menggotong mayat, melainkan suasana pedih dan kecewa). Yesus mengajak orang menyadari bahwa mereka menerima begitu saja terjungkirbaliknya kehidupan Bait Allah. Bait Allah kini hanya dapat menjadi ibadat luar belaka dan orang bahkan lebih sibuk dengan mana hewan kurban yang mulus dan mana mata uang yang cocok. Yesus mengajak orang mencari Bait yang membuat batin plong, yang membuat orang menikmati hadirnya Tuhan, Bait yang bisa memberi kehidupan. Dan itu ialah dirinya.


YOHANES DAN INJIL-INJIL LAIN

Peristiwa "pembersihan" Bait Allah diceritakan oleh keempat Injil dengan sudut pandang masing-masing.

- Yohanes menaruh episode itu pada awal karya Yesus untuk menekankan bahwa sejak awal Yesus mau mengajak orang mengarahkan diri ke Bait yang didirikan Yang Maha Kuasa sendiri, yakni dirinya yang dibangkitkanNya.
- Ketiga Injil lain (Mrk 11:15-17; Mat 21:12-13; Luk 19:45-46) menaruhnya pada hari-hari terakhir kehidupan Yesus untuk menekankan kontras antara Bait Allah yang morat-marit itu dengan Bait yang akan dibangunnya kembali dalam tiga hari.
- Berbeda dengan Yohanes, ketiga Injil Sinoptik, yakni Injil Markus, Matius, dan Lukas, tidak menghubungkan pernyataan Yesus akan membangun kembali Bait yang hancur dalam waktu tiga hari dengan tindakannya di Bait Allah.
- Di lain pihak, Markus dan Matius melaporkan bahwa pernyataan itu menjadi salah satu tuduhan terhadap Yesus di Mahkamah Agama (Mrk 14:58; Mat 26:61).

Pernyataan itu juga disitir dengan sinis oleh orang-orang yang lewat di muka salib (Mrk 15:29; Mat 27:40). Yohanes tidak menghubungkan kata-kata itu dengan tuduhan maupun olok-olok itu. Lukas tidak menyebutnya sama sekali, tetapi ia menggarap bahan ini dengan caranya sendiri: seluruh Kisah Para Rasul memuat cerita bagaimana Gereja yang tumbuh pesat itu adalah karya Roh Yesus yang membangun kembali Bait yang baru.


Bagaimanapun juga, kata-kata tentang membangun kembali Bait yang runtuh dalam tiga hari ini memang menjadi hal yang dipersoalkan oleh mereka yang menyaksikan tindakan simbolik pembersihan Bait, oleh mereka yang menuduh Yesus di Mahkamah Agung, dan oleh mereka yang mengolok-oloknya waktu ia disalib. Dalam ketiga hal itu, Yesus menghadapi ketakpercayaan orang. Pembaca Injil dapat memeriksa diri di mana sedang berdiri.


Ada "relung-relung keramat" bagi Tuhan dalam hidup kita. Semua itu dibangun dengan iktikad baik. Tapi tindakan simbolik Yesus tetap menyapa. Bukan hanya dalam arti agar batin makin dibersihkan. Wartanya jauh lebih tajam. Yesus mengajak melepaskan bangunan itu. Mengapa? Bait yang kita akrabi dan pelihara itu sebenarnya tak banyak artinya karena akan runtuh. Yang bakal terus ada ialah Bait yang dibangunnya kembali dengan kebangkitannya. Kita diimbau untuk merelakan relung-relung suci dan bangunan keramat dalam diri kita. Leburkan dalam satu Bait yang hidup, yakni dia yang bangkit itu (Ahli-ahli tenung di Efesus merelakan ilmu hitam mereka, termasuk kitab-kitab wasiat ketika mereka menyatakan diri percaya kepada Yesus, lihat Kis 19:18-19). Ini hidup rohani yang mengarahkan diri ke Sana, ke Dia, ke Bait Allah yang hidup, ke Bait yang sungguh. Simpanan keramat memang tumbuh dari kebutuhan manusia untuk mendekati Yang Ilahi, tapi Yang Ilahi malah bisa dijadikan semacam barang koleksi yang dirumat, diberi sajian kurban khusus yang dibeli dengan uang yang khusus, dan banyak juga yang mengembangkannya menjadi ilmu sakti. Tapi, ya, berhenti di situ. Yesus sang Utusan Allah itu, menunjukkan betapa morat-maritnya dasar keyakinan rohani yang begitu itu.


Romo-romo Yesuit akan teringat Latihan Rohani yang mulai dengan upaya menyadari betapa aktivitas kita-kita ini sebenarnya sering kacau-balau. Melepas bangunan-bangunan keramat itu memang askese yang menggentarkan. Mungkin satu-satunya jalan untuk terus ialah berbagi tanggung jawab dengan sesama orang percaya dalam membangun Bait yang baru. Latihan Rohani juga berakhir dengan beberapa pegangan bagaimana bersepaham dengan Gereja.


DARI BACAAN KEDUA (1Kor 1:22-25)

Bagi orang Yahudi, kehadiran ilahi yang sungguh ada tandanya. Dan orang boleh mengharap mendapatkan tanda yang menyatakan Allah betul hadir. Maka mukjizat, kejayaan atas lawan, bahkan juga pengalaman pahit. Apa saja yang membuat orang ingat bahwa kehadiran ilahi tidak tinggal diam. Alam pikiran Yunani juga mengakui kehadiran ilahi. Namun kebenarannya bukan didasarkan pada tanda-tandanya, melainkan pada kemungkinan mengenali kehadiranNya lewat penalaran. Dan inilah hikmat yang disebut Paulus. Di kalangan orang Korintus waktu itu kedua alam pikiran ini amat hidup. Bagaimana menempatkan kepercayaan akan Kristus di hadapan kedua alam pikiran seperti ini.

Di kalangan orang Yahudi, tokoh Yesus dianggap menghujat Allah oleh para pemimpin Yahudi sendiri dan akhirnya mati disalib. Tapi kematiannya di salib ini justru diwartakan sebagai penyelamatan! Ini sandungan bagi orang Yahudi. Bagi orang Yunani, pewartaan salib dalam konteks penyelamatan semacam ini tak masuk akal. Mana bisa gagasan penyelamatan lewat salib mungkin - menyelamatkan diri sendiri saja tak terjadi! Mempercayainya sama dengan berlaku bodoh, begitulah menurut alam pikiran orang Yunani ketika itu.
Pemikiran Paulus sebetulnya sebuah upaya untuk membuat iman kepercayaan dapat dibicarakan dengan budaya yang berbeda-beda arahnya. Ia mengajak orang yang berpikir seperti orang Yunani untuk bertumpu pada kenyataan bahwa ada orang percaya akan salib sebagai pokok penyelamatan. Mengapa seperti ini? Dan bila yang aneh ini sungguh maka pasti ada hal yang bisa ditarik sebagai kesimpulan, yakni masuk akalnya peristiwa salib itu sendiri. Bagaimana? Tentu karena tak berhenti di situ. Ada kelanjutannya, yakni kebangkitan sendiri! Dan kebangkitan selepas pengalaman salib inilah Hikmat yang sesungguhnya. Penalaran ini dapat dicapai mereka yang mau menalarkan mengapa percaya akan Kristus itu masuk akal. Ini penalaran yang lurus.

Titik tolak yang sama dipakai dalam berbicara dengan orang Yahudi. Bila salib yang kelihatannya seperti bukti Allah meninggalkan Yesus sendirian dalam kelemahannya itu nyata-nyata dipercaya sebagai jalan keselamatan, maka pasti ada yang mengubah kelemahan ini menjadi kekuatan yang amat besar, yang bahkan mengatasi kekuatan maut. Apa itu? Tak lain tak bukan tentunya kebangkitan! Inilah kekuatan ilahi. Kristus yang bangkit ini kekuatan ilahi sendiri. Patut diterima!

Dihubungkan dengan bacaan Injil, tanda mana yang diberikan untuk menunjukkan bahwa Yesus itu berhak bertindak membersihkan rumah Bapanya - mengaku diri Anak Allah sendiri. Tanda yang bakal diberikan ialah terbangunnya kembali bait dalam tiga hari setelah diruntuhkan (Yoh 2:18-19). Maksudnya, seperti dijelaskan dalam Yoh 2: 21-25, yakni diri Yesus yang mengalami salib (runtuhnya bait) dan kebangkitan (terbangun kembali utuh dalam tiga hari).



Salam hangat,
A. Gianto

Photobucket

Sabtu, 14 Maret 2009

Sabtu, 14 Maret 2009
Hari Biasa Pekan II Prapaskah

Janganlah kamu serupa dengan dunia ini ... Rm 12:2

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Mikha (7:14-15.18-20)

"Semoga Tuhan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut."


14 Nabi berkata, gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu, kambing domba milik-Mu sendiri, yang terpencil mendiami rimba di tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka makan rumput di Basan dan di Gilead seperti pada zaman dahulu kala. 15 Seperti pada waktu Engkau keluar dari Mesir, perlihatkanlah kepada kami keajaiban-keajaiban! 18 Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia?19 Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.20 Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham seperti yang telah Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala!
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan adalah penyayang dan pengasih.

(Mzm 103:1-2.3-4.9-10.11-12)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!
2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!
3. Tidak terus-menerus Ia murka, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita, atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.
4. Setinggi langit dari bumi, demikianlah besarnya kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takwa kepada-Nya! Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.

Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya, "Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa".

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (15:1-3.11-32)


"Saudaramu telah mati dan kini hidup kembali."

1 Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. 2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." 3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 11 Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. 12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. 13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. 14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. 15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. 16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. 17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, 19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. 20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. 25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. 26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. 27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. 28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. 29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. 31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. 32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Renungan


- Dalam perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus dalam Warta Gembira hari ini ada tiga tokoh, yaitu bapa yang baik, anak sulung(yang mengakui diri baik) dan anak bungsu (yang berdosa), yang tidak lain menggambarkan Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang sombong dan manusia pendosa yang bertobat. Maka kiranya kita dapat menempatkan diri sebagai orang Farisi atau ahli Taurat yang bersungut-sungut dan sombong atau pendosa yang bertobat. Rasanya cukup banyak di antara kita, seperti orang Farisi atau ahli Taurat , yang bersungut-sungut atau menggerutu ketika ada orang yang berbuat baik kepada sesamanya, yang memang sungguh membutuhkan bantuan atau belas kasih. Kita sering cenderung memandang diri kita sebagai yang terbaik serta dengan mudah melecehkan orang lain. Atau mungkinkah kita seperti ‘anak bungsu’, pendosa yang telah berfoya-foya antara lain berjudi dan pergi ke tempat pelacuran, sehingga kita tidak memiliki apa-apa lagi, menderita dalam berbagai hal. Jika kita memang sungguh berdosa marilah dengan rendah hati mohon kasih pengampunan sebagaimana telah dilakukan oleh ‘si bungsu’ : “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa” . Tuhan Allah adalah Bapa yang Maha Pengasih dan Pengampun, maka hendaknya jangan takut untuk mohon kasih pengampunan sekiranya kita berdosa. Tentu saja selain mohon pengampunan Tuhan kita juga harus mohon pengampunan kepada mereka yang telah kita kecewakan dan sakiti karena dosa-dosa kita. Dengan kata lain jika kita semua berdosa, marilah kita saling mengampuni, sebagaimana sering kita doakan ketika mendoakan ‘Bapa Kami” : “Ampunilah kami seperti kamipun mengampuni mereka yang bersalah kepada kami”


- “Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut” (Mi 7:18-19). Kutipan ini kiranya dapat menjadi inspirasi bagi kita dalam mawas diri di masa Prapaskah ini. Tuhan Allah senantiasa akan memaafkan atau mengampuni dosa-dosa kita jika kita dengan rendah hati menghadapNya untuk mengaku dosa, dan dalam tradisi Gereja Katolik hal ini dapat kita lakukan dengan menerima Sakramen Pengampunan di kamar pengakuan dan di hadapan seorang imam. Tentu saja setelah kita diampuni kemudian dipanggil untuk meneruskan kasih pengampunan tersebut kepada sesama dan saudara-saudari kita, tidak mengingat-ingat kesalahan dan dosa-dosa saudara-saudari kita. Orang yang suka mengingat-ingat dosa dan kesalahan saudara-saudarinya berarti isi hati dan isi otaknya adalah dosa dan kesalahan dan dengan demikian rasanya ia juga akan cenderung untuk berbuat dosa atau melakukan kesalahan dimana ada kemungkinan dan kesempatan. Sebaliknya jika kita tidak mengingat-ingat dosa dan kesalahan saudara-saudari kita kiranya isi hati dan isi otak kita adalah apa yang baik dan dengan demikian akan senantiasa cenderung untuk berbuat baik kepada siiapapun dan dimanapun sesuai dengan kemungkinan dan kesempatan yang ada. Kita semua dipanggil untuk meneladan bapa yang baik yang “berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” (Luk 15:22-24)



Photobucket

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy