| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 23 Maret 2009

Senin, 23 Maret 2009
Hari Biasa Pekan VI Prapaskah

Doa Renungan
Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang hidup, perbaharuilah iman kami yang sering hampir mati, agar hari ini kami dapat melihat dengan jelas tanda-tanda keselamatan-Mu yang bekerja secara nyata dalam hidup kami. Dengan demikian kami juga sanggup mewujudkan kasih-Mu secara nyata dalam setiap tindakan dan perkataan kami. Terpujilah Engkau kini dan sepanjang segala abad. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yesaya (65:17-21)

"Tidak ada kedengaran lagi bunyi tangisan dan bunyi erang."


Beginilah firman Allah, "Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru! Hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi di dalam hati. Bergiranglah dan bersorak-sorai untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan. Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorai, dan penduduknya penuh kegirangan. Aku akan bersorak-sorai karena Yerusalem dan bergirang karena umat-Ku; di dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi tangisan, dan bunyi erang pun tidak. Di situ tidak akan ada lagi bayi yang hidup beberapa hari atau orang tua yang tidak mencapai umur suntuk. Sebab siapa yang mati pada umur seratus tahun masih akan dianggap muda, dan siapa yang tidak mencapai umur seratus tahun akan dianggap kena kutuk. Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya juga; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya juga."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Reff Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas.

Ayat. (Mzm 30:2.4.5-6.11-12a.13b)
1. Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak membiarkan musuh-musuhku bersukacita atas diriku. Tuhan, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur.
2. Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihani oleh-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan menjelang pagi ada sorak-sorai.
3. Dengarlah, Tuhan, dan kasihanilah aku! Tuhan, jadilah penolongku! Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari. Tuhan, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian Allah akan menyertai kamu.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Santo Yohanes (4:43-54)

"Lihat anakmu hidup."


Sekali peristiwa, Yesus berangkat dari Samaria dan pergi ke Galilea. Sebab Ia sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Setelah Yesus tiba di Galilea, orang-orang Galilea pun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan Yesus di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiri pun turut ke pesta itu. Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, yang anaknya sedang sakit. Ketika pegawai itu mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya, lalu meminta supaya Yesus datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya, "Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya." Pegawai istana itu berkata kepada-Nya, "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati." Kata Yesus kepadanya, "Pergilah, anakmu hidup!" Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka, "Kemarin siang pukul satu demamnya hilang." Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya, "Anakmu hidup." Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya. Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

- Sabda Yesus memang kuat dan kuasa, maka siapapun yang percaya akan sabda-Nya serta melaksanakan sabda-sabda-Nya akan selamat, damai sejahtera, sebagimana dialami oleh seorang pegawai istana yang mohon penyembuhan kepadaNya bagi anaknya yang sakit keras, hampir mati. “Pergilah, anakmu hidup!”, demikian sabda-Nya kepada sang pegawai istana, dan pada saat itu juga anaknya yang berada di rumah sembuh dari penyakitnya. Sabda Yesus atau Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci antara lain dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita bersama ‘diterjemahkan’ ke dalam aneka tatanan dan aturan. Maka marilah ,jika kita sungguh menghendaki hidup bahagia, damai sejahtera dan selamat, dengan rendah hati kita hayati atau laksanakan aneka aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan, tugas pengutusan, jabatan atau kedudukan serta fungsi kita masing-masing. Maka baiklah jika kita atau saudara kita ‘hampir mati’ alias sedang menderita sakit atau berkurang kesehatan dan kebugarannya atau berdoa, hendaknya mohon penyembuhan antara lain dengan merenungkan sabda Tuhan atau kembali setia pada aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas penguusannya. Segala macam bentuk penyakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi dan sakit tubuh, hemat saya terjadi karena pelanggaran atau ketidak-setiaan pada aturan dan tatanan hidup. “Pergilah’, demikian sabda Yesus, kiranya antara lain berarti berjalanlah di jalan aturan atau tatanan hidup, telusurilah aneka petunjuk dan arahan yang baik dan benar, jangan hanya mengikuti keinginan atau kemauan sendiri alias hidup seenak sendiri, menurut selera pribadi.

- "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati. Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan,” (Yes 65:17-18). Ajakan untuk “bergiranglah dan bersorak-sorailah untuk selamanya atas apa yang Kuciptakan” kiranya baik menjadi permenungan atau refleksikan. Segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan baik adanya, maka jika ada yang tidak baik berarti berasal dari setan yang hidup dan bekerja dalam diri pendosa. Dalam kenyataan hidup kita masa kini memang ada yang tidak baik, tetapi juga ada yang baik, dan kiranya yang baik lebih banyak daripada yang tidak baik. Maka bagi yang baik marilah bergotong-royong atau bekerjasama untuk memperbaiki apa yang tidak baik dalam lingkungan hidup kita. Bergirang dan bersorak-sorai berarti senantiasa bergairah, dinamis dan tak kenal putus asa, dan dengan demikian ada kekuatan luar biasa di dalam diri orang yang bergirang dan bersorak-sorai. Kita dipanggil untuk bergairah, dinamis dan tak kenal putus asa dalam rangka memperbaiki apa yang tidak baik atau bertobat atau memperbaharui diri. Dalam semangat yang demikian berarti ‘otak bawah sadar’ kita bekerja seratus persen (100%), dan apa yang kita dambakan atau impikan akan terwujud, tentu saja harus disertai dengan penyerahan diri yang ditandai oleh pengorbanan dan perjuangan. Dalam rangka bertobat atau memperbaharui diri hendaknya juga tidak mengingat-ingat dalam hati kegagalan atau keterbatasan atau kekurangan yang ada; dan dengan bergairah, dinamis dan tak kenal putus asa dalam bertobat atau memperbaharui diri kiranya segala kelemahan dan kekurangan kita akan sembuh dengan sendirinya.

[Ignatius Sumarya, SJ]


Photobucket

Minggu, 22 Maret 2009

Minggu, 22 Maret 2009
Hari Minggu Prapaskah IV

"Begitu besar kasih Allah"



Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Kedua Tawarikh (36:14-16.19-23)


"Aku tidak mengingat-ingat dosamu."


14 Ketika Israel diperintah oleh Raja Zedekia, semua pemimpin di antara para imam dan rakyat berkali-kali berubah setia dengan mengikuti segala kekejian bangsa-bangsa lain. Rumah yang dikuduskan TUHAN di Yerusalem itu dinajiskan mereka.15 Namun TUHAN, Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya, karena Ia sayang kepada umat-Nya dan tempat kediaman-Nya. 16 Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina segala firman-Nya, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka TUHAN bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan. 19 Mereka membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan membakar segala puri dalam kota itu dengan api, sehingga musnahlah segala perabotannya yang indah-indah. 20 Mereka yang masih tinggal dan yang luput dari pedang diangkutnya ke Babel dan mereka menjadi budaknya dan budak anak-anaknya sampai kerajaan Persia berkuasa. 21 Dengan demikian genaplah firman TUHAN yang diucapkan Yeremia, sampai tanah itu pulih dari akibat dilalaikannya tahun-tahun sabatnya, karena tanah itu tandus selama menjalani sabat, hingga genaplah tujuh puluh tahun. 22 Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini: 23 "Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, TUHAN, Allahnya, menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang!"
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN PS. 842
Reff. Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang

1.Ditepi sungai Babel, disanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa ditempat itu kita gantungkan kecapi kita.
2.Sebab disanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian dan orang-orang yang menyiksa kita meminta kita nyanyian sukacita :"Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!"

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (2:4-10)


"Kamu mati karena kesalahan, tetapi diselamatkan berkat kasih karunia"

4 Saudara-saudara, terdorong oleh kasih karunia-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, 5 telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita--oleh kasih karunia kamu diselamatkan-- 6 dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, 7 supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. 8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. 10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Begitu besar kasih Allah akan dunia, sehingga Ia telah menganugerahkan Anak-Nya yang tunggal, setiap orang yang percaya kepada-Nya, beroleh hidup yang kekal.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:14-21)


"Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia untuk menyelamatkannya."

14 Sekali peristiwa Yesus berkata kepada Nikodemus yang datang kepada-Nya pada waktu malam, "Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, 15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. 18 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. 19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.20 Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; 21 tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan


"ALLAH SEBEGITU MENGASIHI DUNIA ..."

Rekan-rekan yang baik!

Dalam Yoh 3:14-21 dibicarakan pertanyaan bagaimana orang dapat sampai ke hidup kekal. Di situ didalami lebih lanjut pokok pembicaraan Nikodemus dan Yesus dalam ayat-ayat sebelumnya. Nikodemus ingin mendapat pencerahan mengenai makna kejadian-kejadian luar biasa yang dilakukan Yesus. Ia mau mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Sebagai orang yang berpengalaman dan bijaksana, ia sudah dapat menyimpulkan bahwa Yang Maha Kuasa kini sedang mendatangi umatNya. Dan mukjizat yang dilihat orang adalah tanda-tanda kedatanganNya. Nikodemus mulai menyadari bahwa Yesus datang dari Dia. Semua ini dutarakannnya kepada Yesus sambil mengharapkan pencerahan lebih jauh (Yoh 3:2). Dikatakan oleh penginjil, ia menemui Yesus malam hari. Malam adalah saat kegelapan dan kuasanya terasa mencengkam. Pembaca diajak Yohanes mengingat bahwa yang kini ditemui Nikodemus ialah Terang yang diwartakannya pada awal Injilnya. Bagaimana kelanjutannya? Marilah kita catat beberapa pokok dalam pembicaraan itu terlebih dahulu.

PERCAKAPAN DENGAN NIKODEMUS

Injil Yohanes mengajak pembaca ikut mengalami yang dirasakan Nikodemus dan dengan demikian dapat ikut masuk ke dalam pembicaraannya dengan Yesus sendiri. Dalam ay. 3 Yesus menegaskan bahwa hanya orang yang dilahirkan kembali - dan dilahirkan dari atas sana - akan melihat Kerajaan Allah. Semakin disimak, jawaban Yesus ini semakin membawa kita kepada pertanyaan yang sebenarnya ada dalam hati Nikodemus dan boleh jadi juga dalam diri kita: "Apa maksud macam-macam mukjizat yang dilakukan Yesus, yang tentunya disertai Allah itu?" Tentunya tak lain tak bukan ialah...kenyataan apa itu Kerajaan Allah! Itulah yang dibawakan Yesus kepada orang banyak. Dan inilah yang semestinya dicari orang. Nikodemus tentu akan bertanya lebih lanjut: kalau begitu bagaimana caranya bisa ikut masuk ke dalam Kerajaan ini. Ay. 3 tadi ialah jawabannya.

Jawaban tadi semakin membuat Nikodemus bertanya-tanya. Boleh jadi juga kita demikian. Bagaimana bisa orang setua dia, setua kita, dapat lahir kembali. Tentu Nikodemus tidak berpikir secara harfiah belaka. Ia tahu yang dimaksud ialah lahir kembali secara rohani. Tapi justru itulah soalnya, bisakah orang yang sudah jauh melangkah di jalan lain mendapatkan hidup baru. Berangkat dari nol lagi? Apakah hidup dalam roh sepadan dengan pengorbanan yang perlu dijalani? Menanggalkan hidup badaniah, menisbikannya demi hidup dalam roh? Inilah maksud pertanyaan dalam ay. 9, "Bagaimana itu bisa terjadi?"

Penjelasan Yesus tidak diberikan dalam ujud serangkai pernyataan teologi, melainkan dalam ujud kesaksian mengenai dirinya: ia datang dari atas sana. Karena itulah ia dapat membawakan Kerajaan Allah kepada orang banyak. Dalam hubungan dengan yang diperkatakan sebelumnya, Yesus ialah orang yang sudah mengalami apa itu lahir kembali dari atas sana, dan yang kini hidup dalam roh. Untuk mengalami bagaimana lahir dalam roh, jalannya ialah berbagi hidup dengan dia yang sungguh sudah ada dalam keadaan itu. Ini jawaban bagi Nikodemus, juga jawaban bagi kita.

ULAR TEMBAGA?

Ay. 14 merujuk kepada sebuah pengalaman umat Perjanjian Lama di padang gurun. Dalam berjalan mendekat ke Tanah Terjanji dulu, mereka mengalami macam-macam bahaya. Salah satu yang paling mengerikan ialah "ular-ular tedung" yang mematikan itu (Bil 21:4-9). Ular-ular itu dapat memagut secepat kilat dan bisanya membakar. Tak ada kemungkinan selamat. Di situ malapetaka tadi digambarkan sebagai akibat kekurangpercayaan mereka sendiri. Mereka memang akhirnya meminta agar Musa memohonkan belas kasihan Yang Maha Kuasa. Begitulah, Musa diperintahkan Allah membuat ular dari tembaga dan memancangnya pada sebuah tiang. Yang dipagut ular akan tetap hidup bila memandangi ular tembaga tadi. Memandangi ular tembaga itu menjadi ungkapan kepercayaan pada Sabda Allah yang menjadi harapan satu-satunya untuk dapat terus hidup menempuh perjalanan di padang gurun sampai ke Tanah Terjanji.

Bagi pembaca Injil Yohanes, Tanah Terjanji kini ialah Kerajaan Allah yang dibawakan Yesus ke dunia kepada semua orang, bukan hanya kepada umat Perjanjian Lama. Untuk mencapainya, jalan satu-satunya ialah tetap mengarahkan pandangan kepada salib, menaruh kepercayaan dan harapan kepada dia yang disalib - diangkat seperti ular tembaga tadi. Mengapa? Jawaban dari Injil Yohanes didapati dalam ay. 16

INTI INJIL

"Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadanya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Tidak meleset bila dikatakan bahwa ay. 16 ini berisi ringkasan seluruh Kabar Gembira.

Kalimat ini menegaskan bahwa Allah bukan hanya hasil kesimpulan akal budi, yakni bahwa segala sesuatu yang ada ini mestinya ada yang mengadakan, yakni Allah. Bukan ke sana arah ayat ini. Justru kebalikannya. Tidak lagi dirasakan kebutuhan menunjukkan bahwa Ia ada. Yang diwartakan justru perhatianNya yang membuat jagat ini terus berlangsung. Dia itu Allah yang dihadirkan oleh orang-orang yang dekat denganNya. Dan kali ini bahkan Dia diperkenalkan oleh orang yang paling dekat denganNya, yang menyelami dan hidup dari Dia. Inilah arti kata "anak" yang diterapkan kepada Yesus oleh Injil Yohanes. Pemakaian kata "tunggal" di situ dimaksud untuk memperjelas bahwa tiada yang lebih dekat denganNya daripada Yesus sendiri. Karena itulah ia dapat membawa kemanusiaan berbagi kehidupan kekal dengan Yang Ilahi sendiri tadi.

Ay. 16-21 berisi kesaksian Yohanes Penginjil akan siapa Allah dan siapa Yesus itu. Allah sedemikian mengasihi dunia ini sehingga ia memberikan AnakNya yang tunggal. Dalam teks Yunani Injil Yohanes, kata "mengasihi" dan "memberikan" itu diungkapkan dalam bentuk yang jelas-jelas mengungkapkan tindakan yang dibicarakan betul-betul sudah terjadi. Sudah jadi kenyataan, bukan hanya sedang atau bakal dikerjakan. Tentunya pengarang Injil berpikir akan peristiwa penyaliban Yesus di Golgota. Injil memang ditulis sebagai kesaksian peristiwa yang sudah dialami dan kini dibagikan kepada orang banyak. Penyaliban Yesus yang dari luar tampak sebagai hukuman, kegagalan, dan kematian itu kini mendapat arti baru. Yang Maha Kuasa mau menerima penderitaan manusia Yesus itu sebagai ungkapan kepercayaan utuh kepadaNya. Dan karena itulah Yesus menjadi AnakNya, menjadi orang yang paling dekat dengan Allah sendiri dan bahkan dengan demikian membawakan Dia ke dunia ini. Penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah itu membuka jalan kehidupan kekal. Itulah ungkapan lain dari peristiwa kebangkitan. Inilah yang dibagikan Yesus kepada orang-orang yang mau mempercayai arti penyerahan dirinya kepada Allah tadi. Dan baru dengan demikian orang dapat ikut mengalami apa itu dikasihi Allah.

IMPIAN ATAU KENYATAAN?

Yang diutarakan di atas ialah pengalaman iman dari para pengikut Yesus yang pertama yang kemudian dituliskan dalam bentuk Injil. Tidak segera dapat dicerna orang pada zaman kemudian di tempat lain. Kita boleh bertanya, bila benar Allah sungguh telah memberi perhatian khusus kepada dunia, bagaimana bisa dijelaskan kok masih ada saja yang tak beres, dan rasanya malah kekacauan semakin menjadi-jadi. Sekarang kekerasan, ketidakadilan, kematian terasa semakin mewarnai pengalaman sehari-hari. Retorika sajakah yang diutarakan Injil hari ini? Kerajaan Allah yang sudah datang itu impian atau kenyataan?

Injil Yohanes memecahkannya bukan dengan uraian moralistis atau pengajaran. Yang ditampilkan ialah sebuah kesaksian, yakni bahwa Allah tidak menghendaki kebinasaan. Yang dimauiNya ialah kehidupan kekal bagi semua orang. Bagi dunia. Yang perlu dilakukan manusia ialah berani menerima kebaikanNya. MempercayaiNya. Yang meragukan atau bahkan menolak akan tetap berada di dalam kegelapan, dalam ancaman kebinasaan, dan jauh dari kehidupan yang berkelanjutan. Tentu saja Yohanes memaksudkan kehidupan setelah kehidupan badani ini. Bagi Yohanes, yang kekal itu ialah kehidupan yang berbagi kedekatan dengan Yang Ilahi sendiri nanti. Inilah yang ditawarkan kepada Nikodemus. Dari pembicaraan dalam ay. 1-13 juga terasa betapa beratnya penyerahan seperti ini bagi Nikodemus. Ia masih bergulat agar membiarkan diri dan ikhlas dirasuki terang yang sudah ditemukan dan dilihatnya sendiri itu. Kisahnya bisa juga menjadi riwayat kita masing-masing.

Injil memberi penjelasan labih jauh. Yang menolak arah itu sudah menghakimi diri. Inilah yang dikatakan dalam ay. 19. Di sana malah dipakai lagi gambaran terang lawan gelap. Yang menyukai kegelapan dan menolak terang sudah melepaskan diri dari anugerah ilahi tadi dan terhukum untuk hidup dalam kegelapan. Terang datang ke dunia untuk menyingkirkan kegelapan. Tak usah orang berbuat banyak. Tinggal ikhlas membiarkan diri diterangi, maka kehidupan akan berubah dengan sendirinya. Tak usah lari berusaha ke sana. Nanti malah hangus. Bila menunggu, maka akan mendapat terang sesuai dengan yang dapat diterima. Tapi ada yang lari menyingkir mengikuti kegelapan, menjauh dari terang itu. Mereka itu menghakimi diri. Inilah pesan Yohanes hari ini.


DARI BACAAN KEDUA: IMBAUAN KE ARAH KEROHANIAN SEJATI (Ef 2:4-10)

Dalam petikan ini pembaca diajak mendalami betapa besar kemurahan Tuhan yang telah menyelamatkan kemanusiaan dari kedosaan. Ia membawa kembali yang telah mati ke kehidupan seperti yang telah terjadi pada Yesus dengan kebangkitannya. Bagaimana mengartikan petikan ini? Bukankah gagasan-gagasan seperti ini sudah kerap dikotbahkan dan latah diperdengarkan?

Sekedar latar belakang mengenai dunia alam pikiran yang ada pada waktu itu boleh jadi membantu. Dulu di kalangan umat perdana ada pelbagai pendapat mengenai bagaimana keselamatan bisa diperoleh. Ada yang sungguh yakin bahwa keselamatan hanya terjadi lewat iman, bukan berkat perbuatan amal yang meskipun baik tidak dapat menjamin ke sana. Kalangan lain berpendapat, memang iman amat besar peranannya, tetapi perbuatan baik yang nyata tak bisa diremehkan. Bahkan melulu beriman tanpa mengungkapkannya dalam tindakan baik bukan sikap yang patut diambil. Bagaimana dengan pertentangan alam pikiran dan pendapat seperti ini? Andaikata orang tidak bersikap kaku ("iman, hanya iman") dan menerima peran perbuatan baik, adakah batas-batas antara keduanya? Manakah pegangannya? Apa itu beriman dengan sungguh? Lalu apa itu berbuat baik sebagai ungkapan beriman? Dalam kenyataan hidup sehari-hari banyak kekaburan. Kerap kali hidup beriman menjurus ke sikap intoleran. Fanatisme, integralisme...!. Sebaliknya juga, sikap terbuka bisa berangsur-angsur membuat orang tak peduli dengan prinsip-prinsip kepercayaan. Pluralisme, relativisme....!

Nah, penulis surat kepada orang di Efesus kali ini hendak memecahkan pertikaian pendapat dan sikap-sikap seperti tadi dengan mengajak orang melihat ke arah lain, yakni kenyataan bahwa keselamatan itu "anugerah" atau pemberian besar dari Yang Mahakuasa. Pemberian inilah yang sesungguhnyalah memungkinkan orang maju terus menuju ke hidup yang bahagia nanti. Dan orang diajak untuk menekuni, menemukan, serta memahami anugerah ini. Bahkan orang didorong agar bisa mengerti lebih dalam siapa Dia yang telah memberi kita jalan ke kehidupan yang sejati itu

Jelas-jelas pembaca didorong agar berpindah pusat perhatian. Bukan lagi meributkan diri sendiri ("aku beriman" atau "aku berbuat baik") melainkan beperhatian pada Dia yang memberi anugerah hidup ini. Inilah spiritualitas surat Efesus yang dapat membantu orang zaman ini juga. Orang beragama yang suka bicara dalam bentuk "aku beriman", "aku berbuat baik" diimbau agar kini mulai memasuki inti keagamaan sendiri, yakni memusatkan perhatian pada Yang Ilahi yang mengasihi kemanusiaan. Inilah "lahir dari atas sana" yang diungkapkan Yesus kepada Nikodemus. Inilah hidup sejati yang menantikan kemanusiaan.




Salam hangat,
A. Gianto




Photobucket

Sabtu, 21 Maret 2009

Sabtu, 21 Maret 2009
Hari Biasa Pekan III Prapaskah

"Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Lukas 18:14)



Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Hosea (6:1-6)


"Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan."


1 Umat Allah berkata, "Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. 2 Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya. 3 Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." 4 Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar. 5 Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi, Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku keluar seperti terang.6 Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan.

Ayat. (Mzm 51:3-4.18-19.20-21ab)
1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
2. Sebab Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; dan kalau pun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahan kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
3. Lakukanlah kerelaan hati-Mu kepada Sion, bangunlah kembali tembok-tembok Yerusalem! Maka akan dipersembahkan kurban sejati yang berkenan kepada-Mu kurban bakar dan kurban-kurban yang utuh.

Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (18:9-14)


"Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya, sebagai orang yang dibenarkan Allah."

9 Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain: 10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. 11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. 14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.



Renungan

- “Tong kosong berbunyi nyaring, orang sombong kiranya sinthing”. Kata-kata ini kiranya baik dikenakan kepada mereka yang sombong seperti orang Farisi yang berdoa: “ Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku”. Mereka nampak begitu bagus, menawan, memikat dan mempesona penampilannya, padahal apa yang ada di dalam hatinya adalah apa yang busuk dan jahat. Jika kita jujur mawas diri bukankah masing-masing dari kita bertambah usia berarti juga bertambah dosa-dosanya, maka marilah kita senantiasa berdoa dan menghayati diri: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”. Kesadaran dan penghayatan diri sebagai yang berdosa identik sebagai yang beriman, sebagaimana dinyatakan oleh para gembala kita, sebagai yang terpilih, senantiasa menyatakan diri sebagai ‘yang hina dina’. “Yesuit adalah orang yang mengakui dirinya pendosa, tetapi tahu bahwa dipanggil menjadi sahabat Yesus”, demikian penyataan Konggeregasi Jendral SJ ke 32. Kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus dipanggil untuk menjadi sahabat Yesus, yang senantiasa rendah hati. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Fil 2:5-8)

- “Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran” (Hos 6:6). Kasih setia dan pengenalan akan Allah itulah yang harus kita usahakan bersama-sama di masa Prapaskah ini. “Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya” (St. Ignatius Loyola, LR no 23). Allah hadir dan berkarya dalam semua ciptaanNya di dunia/bumi ini, dan tentu saja pertama-tama dan terutama hadir dan berkarya di dalam setiap manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Maka usaha untuk mengenal Allah kiranya antara lain dapat kita wujudkan dengan melihat dan mengimani kehadiran dan karya Allah di dalam setiap manusia, dalam diri kita sendiri maupun sesama dan saudara-saudari kita. Marilah kita lihat dan kenali apa yang baik, luhur dan mulia di dalam diri kita dan saudara-saudari kita, dan saya percaya bahwa di dalam diri kita masing-masing ada lebih banyak apa yang baik, luhur dan mulia daripada yang tidak baik, remeh dan jorok. Jika kita dapat melihat dan mengenalinya secara memadai maka akan terjadi kehidupan bersama yang ditandai oleh saling mengasihi dan setia satu sama lain sebagai wujud kehadiran dan karya Allah dalam kebersamaan hidup kita. Kesetiaan antar suami-isteri yang saling mengasihi baik dalam untung dan malang, sehat maupun sakit merupakan bentuk keteladanan hidup beriman yang utama dan tak tergantikan. Kami percaya bahwa dari suami dan isteri yang saling mengasihi dan setia akan lahir dan tumbuh berkembang manusia-manusia yang menyukai kasih setia dan pengenalan akan Allah. Maka dengan rendah hati kami mengharapkan para suam-isteri atau bapak-ibu untuk sungguh menjadi saksi atau teladan dalam kash setia dan pengenalan akan Allah, di zaman yang memang ditandai oleh aneka macam bentuk penyembahan berhala maupun kesombongan.



[Ignatius Sumarya, SJ]

Photobucket

Tinjauan Kritis atas Pelbagai Selebaran "Berkat-Kutuk"

Tinjauan Kritis atas Pelbagai Selebaran ”Berkat-Kutuk”
F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr


Foto ini saya pernah lihat. Saya nggak ngerti soal rekayasa foto atau yang lain. Tapi saya cuman mau mengkritisi point motivasi penyebaran foto ini, yang sangat klasik dan "bodoh" yakni soal berkat dan kutuk. Intinya:


The President of Argentina received this picture n called it "junk mail", 8 days later his son died. A man received this picture and immediately sent out copies. His surprise was winning the lottery. Alberto Martinez received this picture, gave it to his secretary to make copies but, they forgot to distribute it. She lost her job and he lost his family. This picture is miraculous and sacred.
Forward to 10 people.



1. Kalau kamu menyebarkan foto ini, entah kamu sendiri percaya atau tidak, kamu akan dapat berkat (dapat lotery, rejeki, karier naik, dlll...)
2. Kalau kamu abaikan/buang, kamu akan celaka!
Model berkat-kutuk ini juga sudah lama muncul dalam surat berantai. Tujuannya apa? Ya, sekedar untuk membingungkan umat dan me- ngacaukan iman umat, bahwa ber- kat dan rejeki yang dianugerahkan Tuhan terletak pada soal menuruti selebaran itu (fotokopi, sebarkan di milis, dsb) dan celakanya kemudian ditanamkan gambaran keliru bahwa Tuhan itu tukang mengancam! Penerima pun dibuat ketakutan, terlebih yang lemah imannya. Saat bertugas di Blim- bing, ada anak SMA kasihkan fotokopian selebaran berkat-kutuk demikian ke saya, lalu di hadapan-nya, langsung selebaran itu saya sobek untuk menunjukkan pada dia bahwa isinya tidak benar dan hal itu tidak mempengaruhi hidup kita.


Siapa yang diuntungkan? Pak pos? Provider HP? Entahlah. Yang pasti tujuannya untuk menggoyahkan penghayatan iman orang Katolik, terlebih bila dalam gambar/cerita itu ada kaitannya dengan patung/gambar Yesus dan Maria, atau mimpi paus, penampakan Maria, dsb...dsb...


Model motivasi "berkat-kutuk" ini sudah pasti bertentangan dengan ajaran iman:

1. Allah adalah kasih, Dia lebih dulu mengasihi kita. Kasih dan berkat-Nya tidak tergantung pada "persembahan fotokopian atau forward" selebaran itu.

2. Tuhan menawarkan keselamatan, tapi tidak pernah memaksa kita untuk menerimanya, apalagi sampai mengancam. Paham ancaman demikian memang ada dalam Perjanjian Lama, dengan harapan umat bertobat; namun Perjanjian Baru memperbaharuinya dengan tekanan: Allah adalah kasih.

3. Keselamatan kita tidak terletak pada soal fotokopian-forward tulisan, tapi pada (dalam pemahaman Kristen-Katolik): percaya pada Yesus-Kristus, yang berarti kemudian juga mau melaksanakan ajaran kasih-Nya. Iman akan Kristus tanpa perbuatan kasih adalah iman yang mati (bdk. Yak 2:17).

4. Dalam Injil banyak kali diserukan "Jangan takut!" karena Tuhan senantiasa memberkati dan menyertai kita (Mzm 22; Mat 28:19-20). Siapa lagi yang suka membuat kita merasa takut (termasuk ancaman cis-wak, Bethara kala, hari naas) dll, kalau bukan mereka yang digunakan oleh kuasa kegelapan? Orang beriman sudah tidak percaya lagi dengan soal begituan.

5. Rejeki dan berkat kita peroleh dari kemurahan Tuhan, tapi juga menuntut kerjasama dan usaha dari pihak kita. Kita ingat, dalam mukjizat pergandaan roti (Yoh 6) dan perubahan air menjadi anggur (Yoh 2), Tuhan Yesus meminta kita bekerjasama dengan usaha dari pihak kita ("lima roti - dua ikan" dan "mengisi tempayan penuh dengan air").

6. Maka kesimpulannya, foto dan selebaran beginian tidak perlu diteruskan, karena bisa kali sungguh menggoyahkan iman orang lain (termasuk mengiming-imingi rejeki dengan jalan pintas, kayak pencobaan Setan pada Yesus untuk mengubah batu jadi roti). Mendingan meneruskan sms atau fotokopian ayat-ayat KS yang menguatkan iman (tapi yang beginian mungkin nggak laku ya... soale nggak ada iming-iming menang lotre hehe...)

7. Berikut lampirkan tulisan saya dalam buku "Beriman Katolik dari Altar Sampai Pasar" (Pustaka Nusatama, 2008) hlm. 178-183, yakni tinjauan kritis atas selebaran bekat-kutuk. Semoga membantu.


Bersama Yesus, Siapa Takut?
Tinjauan Kritis atas Pelbagai Selebaran “Berkat-Kutuk”


Sumber: F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr, Beriman Katolik dari Altar Sampai Pasar (Pustaka Nusatama, 2006), hlm. 178-183.

Selebaran Gelap

Sampai hari ini banyak di antara kita yang masih menerima atau menjumpai “selebaran rohani” berisi iming-iming janji berkat bagi yang mengindahkan isinya dan ancaman kutukan bagi yang mengabaikan. Biasanya kita diminta memfotokopi dan menyebarluaskannya. Atau, bila pesan dalam email, kita diminta untuk memforwardnya.


Entah lantaran tergiur iming-iming berkatnya atau takut akan ancaman kutukannya, banyak orang menurutinya. Begitu juga dengan teks novena, misal novena kepada Yudas Tadeus, ditambahkan syarat pengabulannya: “Novena ini didoakan 6 kali sehari selama 9 hari berturut-turut dan tinggalkan 9 lembar salinan doa ini di gereja tiap hari. Buatkan 81 salinan dan tinggalkan 9 lembar salinannya di gereja selama 9 hari berturut-turut, Anda akan menerima intensi doa sebelum hari ke-9 berlalu.” Pernah juga dulu ada selebaran tentang penglihatan Tuhan Yesus kepada paus yang berisi tentang bencana dan hari kiamat. Anehnya, mereka yang mau menyebarluaskan selebaran itu akan selamat dari malapetaka.

Semua “selebaran rohani” itu sebenarnya adalah sebebaran gelap. Sebab pengirimnya tidak jelas, kalaupun nama dan alamat pengirimnya dicantumkan, biasanya fiktif belaka. Berkaitan dengan doa-doa yang akan disebarluaskan dalam Gereja Katolik selalu dibutuhkan imprimatur (izin terbit) dari Uskup/wakilnya dan nihil obstat yang menyatakan bahwa isinya tidak bertentangan dengan susila dan iman Katolik. Jadi, tak perlu kita terkecoh dan terhasut oleh provokasi dari selebaran gelap itu.

Bisa jadi, selebaran gelap tersebut dibuat untuk membingungkan dan menggoyahkan keyakinan iman kita sebagai pengikut Kristus. Mari kita melihat “iming-iming berkat” dan “ancaman kutuk” tersebut dalam perspektif iman Katolik.

Hal Pengabulan Doa
Yang menarik untuk disimak dari selebaran tersebut adalah adanya kesan kuat bahwa penggandaan dan penyebarluasan selebaran dan teks doa itu menjadi syarat terkabulnya doa. Asalkan kugandakan dan kusebarluaskan, niscaya doa permohonanku terkabul. Di sinilah terjadinya bahaya takhayul. Seakan-akan Tuhan wajib mengabulkan doa kita, sebab kita telah “membayar” dengan menggandakan dan menyebarluaskan teks tersebut. Padahal untuk pengabulan doa, Tuhan tidak butuh suapan. Bahkan korban bakaran dan persembahan Israel kerap ditolak Tuhan, sebab Tuhan tidak memerlukan hal itu. “Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya” (Mzm 50:12).

Dalam Injil dinyatakan dengan jelas, pelbagai syarat pengabulan doa:
Pertama,
dipanjatkan dengan penuh iman. Banyak penderita sakit dan kelemahan mengalami kesembuhan berkat imannya akan kuasa dan kasih Yesus Kristus. Kepada ibu yang sudah dua belas tahun sakit pendarahan dan menjamah jumbai jubah-Nya, Yesus berkata, “Imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Mat 9:22). Iman ini juga nampak dalam ketekunan dan kesetiaan kita dalam doa, seperti janda yang tiada bosan mengetuk pintu hakim yang tidak benar (Luk 18:1).

Kedua, sejauh kita mau tinggal dalam dan bersama Kristus, artinya hidup dalam kasih. “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh 15:7). Bila kita kurang berbuat kasih, niscaya sulit juga doa kita dikabulkan. Sebab dosa-dosa kita bisa menghalangi suara kita sampai di tempat yang mahatinggi (lih. Yes 59:2). Maka saat berdoa novena pun, kita dianjurkan juga menerima Sakramen Tobat. Tuhan juga tak akan mengabulkan permohonan manakala hal itu hendak kita habiskan untuk memuaskan hawa nafsu kita (Yak 4:3).

Ketiga, pentingnya dukungan doa dari orang lain. Sebab firman Tuhan, “Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga” (Mat 18:2). Begitu juga melihat iman mereka, iman si lumpuh dan iman keempat teman yang menggotongnya, Yesus tergerak hati untuk menyembuhkan (Mrk 5:2).
Iming-iming janji berkat dengan cara instan “doa + fotokopi” mengingatkan kita akan godaan si Jahat yang menyuruh Yesus secara instan mengubah batu menjadi roti (Luk 4:3). Permohonan yang meminta Tuhan membuat mukjijat selekas mungkin ini, tidak menunjukkan bahwa kita beriman pada Tuhan, sebaliknya justru mencobai Tuhan. Seru penjahat yang disalibkan bersama Yesus, “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami” (Luk 23:29).

Memang Tuhan itu mahakuasa dan sanggup mengerjakan karya ajaib tanpa kita. Kendati demikian, Tuhan senantiasa mengajak kita untuk berusaha dan bekerjasama dengan rahmat-Nya. Kita ingat kisah mukjizat dalam perkawinan di Kana, di sana manusia harus mengisi tempayan dengan air terlebih dahulu (Yoh 2:7). Begitu juga dengan kisah pergandaan roti untuk menyenyangkan lima ribu orang, dibutuhkan lima roti dan dua ikan (Mrk 6:38) sebagai simbol modal dan usaha kita. Modal dan usaha yang kita persembahkan kepada Tuhan, niscaya akan diberkati Tuhan sehingga berlipat ganda.

Jangan Takut!
Yang mengherankan adalah selebaran gelap tersebut, berani mengancam siapa saja yang mengabaikan isinya, apalagi mereka yang sampai berani membuangnya. Tak sedikit pembaca yang kemudian mempercayainya, atau setidak-tidaknya berjaga-jaga jangan sampai celaka menimpa mereka lantaran mengabaikan selebaran itu. Bukankah ancaman demikian, tak jauh beda dengan pelbagai ancaman yang menghantui kita manakala mengabaikan perhitungan hari baik - hari buruk dan ancaman “Bathara Kala” bila kita tidak diruwat.

Jika hal itu yang terjadi, sebenarnya kita masih dibelenggu oleh ketakutan. Kepada kita yang telah dibaptis, St. Paulus mengingatkan, “Kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu Anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, “ya Abba, ya Bapa!” (Rm 8:15). Yesus Kristus adalah Injil, kabar gembira dari Allah. Sewaktu Dia lahir, malaikat berseru kepada Maria (Luk 1:30) dan para gembala (Luk 2:10), “Jangan takut!” Kata yang sama disampaikan Yesus waktu Dia berjalan di atas air (Yoh 6:20) dan setelah kebangkitan (Mat 28:10). Memang kita tak perlu takut, sebab Allah itu kasih (1 Yoh 4:8) , Dia tak akan menghukum dan mencelakai kita. Dialah Immanuel (Mat 1:23), Allah beserta kita, yang senantiasa melindungi kita (Mat 28:20). Bersama Yesus, siapa takut (Rm 8:35)?

Wassalam,
Rm. Didik Bagiyowinadi,Pr



Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/

Mengapa hingga sekarang masih banyak selebaran "Berkat-Kutuk" seperti itu? Diskusikan mengenai selebaran "Berkat-Kutuk" KLIK DISINI

Jumat, 20 Maret 2009


Jumat, 20 Maret 2009
Hari Biasa Pekan III Prapaskah, Hari Pantang

 

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Hosea (14:2-10)


"Kami tidak akan berkata lagi "Ya Allah kami" kepada buatan tangan kami."


2 Beginilah firman Allah, "Bertobatlah, hai Israel, kepada Tuhan, Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu. 3 Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada Tuhan! katakanlah kepada-Nya: "Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.4 Asyur tidak dapat menyelamatkan kami; kami tidak mau mengendarai kuda, dan kami tidak akan berkata lagi: Ya, Allah kami! kepada buatan tangan kami. Karena Engkau menyayangi anak yatim." 5 Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka. 6 Aku akan seperti embun bagi Israel, maka ia akan berbunga seperti bunga bakung dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon hawar. 7 Ranting-rantingnya akan merambak, semaraknya akan seperti pohon zaitun dan berbau harum seperti yang di Libanon. 8 Mereka akan kembali dan diam dalam naungan-Ku dan tumbuh seperti gandum; mereka akan berkembang seperti pohon anggur, yang termasyhur seperti anggur Libanon. 9 Efraim, apakah lagi sangkut paut-Ku dengan berhala-berhala? Akulah yang menjawab dan memperhatikan engkau! Aku ini seperti pohon sanobar yang menghijau, dari pada-Ku engkau mendapat buah. 10 Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan Tuhan adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Akulah Tuhan, Allahmu, dengarkanlah suara-Ku.
Ayat.
(Mzm 81:6c.8a.8bc-9.10-11ab.14.17)
1. Aku mendengar bahasa yang tidak kukenal, "Akulah yang telah mengangkat beban dari bahumu, dan membebaskan tanganmu dari keranjang pikulan; dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau.
2. Aku menjawab engkau dengan bersembunyi di balik badai, Aku telah menguji engkau dekat Meriba. Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, kiranya engkau mau mendengarkan Aku!
3. Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah orang asing. Akulah Tuhan Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.
4. Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik, dan dengan madu dari gunung batu, Aku akan mengenyangkannya.

Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Bertobatlah, sabda Tuhan, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:28b-34)

"Tuhan Allahmu itu Tuhan Yang Esa, kasihilah Dia dengan segenap jiwamu."

28b Sekali peristiwa, datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus dan bertanya kepada-Nya, "Perintah manakah yang paling utama?"29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. 30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. 31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." 32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. 33 Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."34 Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.




Renungan



Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

- Ada begitu banyak aturan dan tatanan hidup atau hukum yang diberlakukan dalam hidup bersama: hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun beragama. Kiranya tidak ada orang yang hafal atas semua tatanan, aturan atau hukum tersebut. Hemat saya semuanya itu dijiwai oleh hukum yang terutama sebagaimana disabdakan oleh Yesus: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, maka marilah kita sikapi dan laksanakan aneka tatanan, aturan dan hukum yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita dengan ‘hukum yang terutama’ tersebut. Mengasihi dengan ‘segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan’ kepada Tuhan dan sesama manusia itulah panggilan dan tugas pengutusan kita. “Dengan segenap” berarti utuh dan tidak kurang sedikitpun; kalau kurang utuh berarti sakit, maka menjadi sakit hati/pembenci/pemarah, sakit jiwa/sinthing/gila, sakit akal budi/bodoh dan sakit tubuh. Orang yang sedang menderita sakit jelas mengalami keterbatasan untuk mengasihi. Semua aturan, tatanan atau hukum jika disikapi dan dihayati dalam dan oleh kasih akan enak dan nikmat adanya. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (1Kor 13:4-7). Jika kita hidup dalam kasih sebagaimana disabdakan oleh Yesus dan diajarkan oleh Paulus kiranya ‘tidak ada seorangpun yang berani menanyakan sesuatu pada kita’, dan mereka akan mengikuti apa yang kita hayati.



- “ Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan TUHAN adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ” (Hos 14:10). Kita semua mendambakan untuk menjadi orang atau pribadi yang bijaksana, maka marilah kita tempuh dan telusuri ‘jalan-jalan Tuhan’. Karena kelemahan dan kerapuhan kita maka ‘jalan-jalan Tuhan’ antara lain ‘diterjemahkan’ ke dalam aneka tatanan, aturan dan hokum, maka marilah kita taati dan laksanakan tatanan, aturan dan hukum yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita, yang memang dibuat dan diundangkan atau.diberlakukan untuk menuntun dan membimbing orang agar semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan atau beriman. Marilah berusaha untuk setia pada aturan, tatanan dan hukum yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. “Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedunia atas perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr Edi Sedyawati /edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Untuk itu kami berharap: (1) para pelajat atau mahasiswa mawas diri perihal janji pelajar atau mahasiswa, (2) para suami-isteri mawas diri perihal janji perkawinan, (3) para biarawan-biarawati mawas diri perihal trikaul, yaitu kaul keperawanan, kemiskinan dan ketaatan, (4) para imam mawas diri perihal ketaatan dan kesetiaan pada Gembala Utama, (5) para pekerja mawas diri perihal janji kerja, dan (6) kita orang Katolik atau Kristen mawas diri perihal janji baptis. Sejauh mana kita telah menghayat janji-janji tersebut dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tubuh?



[Ignatius Sumarya, SJ]



Photobucket

Kamis, 19 Maret 2009

Kamis, 19 Maret 2009
Hari St Yosef, Suami SP. Maria


Yang Kukehendaki ialah belaskasihan dan bukan persembahan ... --- Mat 12:7

Doa Renungan Pagi
Allah yang mahakuasa, Santo Yusuf, abdi-Mu yang setia telah Kauberi tugas mulia untuk menjaga dan melindungi keluarga kudus di Nazaret yang menjadi awal keselamatan kami. Ajarilah kami hari ini, beriman seperti St. Yusuf yang dengan tekun dan takwa berbakti kepada-Mu mengabdikan diri dalam karya penyelamatan umat manusia yang telah Kaumulai dalam diri Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Kedua Samuel (7:4-5a.12-14a.16)

"Tuhan Allah akan memberikan kepada Dia takhta Daud bapa-Nya." 

4 Pada suatu malam datanglah firman TUHAN kepada Natan, demikian: 5a "Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN: 12 Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. 13 Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. 14a Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku.16 Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Anak cucunya akan lestari untuk selama-lamanya.
Ayat.
(Mzm 89:2-3.4-5.27.29)
1. Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya, hendak menuturkan kesetiaan-Mu turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. 
2. Engkau berkata, "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku; Aku hendak menegakkan anak cucumu untuk selama-lamanya, dan membangun takhtamu turun-temurun." 
3. Dia pun akan berseru kepada-Ku, "Bapakulah Engkau, Allahku dan gunung batu keselamatanku". Untuk selama-lamanya Aku akan memelihara kasih setia-Ku bagi dia, dan perjanjian-Ku dengannya akan Kupegang teguh".

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (4:13.16-18.22)

"Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, Abraham toh berharap dan percaya."


13 Saudara-saudara, bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman. 16 Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, --17 seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" --di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada. 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."22 Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat. Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, yang memuji-muji Engkau tanpa henti.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (1:16.18-21.24a)

"Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan."


16 Menurut silsilah Yesus Kristus, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. 18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. 19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. 20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." 24a Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. 
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus. 


Renungan



2Sam 7:4-5a.12-14a.16; Rm 4:13.16-18.22; Mat 1:16.18-21.24a

“Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya”


Para pimpinan pada umumnya memiliki tanggungjawab besar, apalagi ia seorang kepala Negara atau presiden. Memang dalam melaksanakan tugasnya ia tidak sendirian, tetapi senantiasa bekerjasama dengan dan mendengarkan masukan-masukan dari para pembantu-pembantunya. Maka sering diadakan pertemuan rutin untuk dengar pendapat perihal apa yang harus dikerjakan. Ada seorang pemimpin, selain mendengarkan masukan dari para pembantunya juga atau lebih mendengarkan ‘guru spiritual’ nya atau seseorang yang mahir dalam hal kebatinan. ‘Guru spiritual’ sering dinilai dapat melihat apa yang akan terjadi, sehingga nasihat-nasihat atau saran-sarannya lebih diikuti. Ada ‘wangsit’ atau bisikan ilahi yang menggema dalam hati sanubarinya, dan suara atau kehendaknya harus dilaksanakan; orang akan melakukan seperti apa yang diperintahkan oleh ‘wangsit’ atau bisikan ilahi tersebut.
“Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya” (Mat 1:24)

Yusuf adalah “seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam”. Dari kutipan ini kiranya dapat dimengerti bahwa Yusuf mengetahui Maria, tunangannya, telah mengandung seorang anak bukan karena hubungan seksual dengannya, dan kiranya dalam hati ada kecurigaan bahwa Maria telah menyeleweng. Tentu saja sebagai orang yang tulus hati alias suci Yusuf tidak merasa enak memiliki isteri yang telah mengandung bukan karena hubungan seksual dengannya, maka ia berusaha menceraikannya diam-diam. Namun ketika di dalam mimpi ia memperoleh penampakan atau bisikan ilahi: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”(Mat 1:20-21) , maka “Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya”

Kisah ini kiranya baik menjadi bahan mawas diri bagi kita semua, dan mungkin terutama bagi rekan laki-laki atau para bapak: “tidak mencemarkan nama isterinya atau orang lain di muka umum”. Ada kesan umum bahwa kita mudah untuk ngrumpi atau ngrasani pasangan hidupnya jika yang bersangkutan dirasa kurang memberi pelayanan yang membahagiakan. Hal ini kiranya sering terjadi di kalangan para ‘manajer’ laki-laki yang kurang puas atas pelayanan isterinya dan kemudian di kantor atau tempat kerja dengan mudah menceriterakan pada teman-tamannya atau sekretaris pribadinya yang cantik serta penuh pelayanan di kantor. Maka tidak heran mereka ini lalu menyeleweng, berselingkuh atau memiliki ‘WIL’.

“Dengan tulus hati tidak mencemarkan nama isterinya atau orang lain di muka umum” berarti tidak menceriterkan kelemahan, kekurangan dan kerapuhan orang lain kepada siapapun dan dimanapun. Jika memang ada yang kurang pas atau enak pelayanan dari pasangan atau rekan hidup dan kerjanya, hendaknya pertama-tama dibicarakan ‘empat mata’ dengan yang bersangkutan dengan semangat atau motto ini: “Setiap orang kristiani yang baik tentu lebih membenarkan pernyataan sesamanya daripada mempersalahkannya. Jika tak dapat dimengerti, yang menyatakan hendaknya ditanya apakah yang dimaksudkan; dan jika dia salah, hendaklah dibetulkan dengan cintakasih; dan jika itu belum cukup hendaklah digunakan segala upaya yang sesuai, supaya sampai pada pemahaman yang benar, dan dengan demikian dijauhkan dari kesalahan” (St. Ignatius Loyola, LR no 22). Dengan kata lain hendaklah , jika ada sesuatu pelayanan atau sikap dari pasangan atau sesama yang kurang enak, langsung menghadap Tuhan alias berdoa, membuka diri atas bisikan ilahi dan biarkan kemudian kita memperoleh bisikan ilahi seperti Yusuf, meneladan Yusuf yang “berbuat seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya”

“Bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman.” (Rm 4:13)


Anak adalah anugerah Tuhan yang diterima oleh pasangan suami-isteri yang saling mempersembahkan diri seutuhnya alias saling mengimani, bukan semata-mata karena hukum kodrat, kesuburan benih suami maupun isteri. Masing-masing dari kita pernah menjadi anak, maka masing-masing dari kita adalah anugerah Tuhan, yang mau tidak mau, jika mendambakan hidup damai sejahtera, bahagia dan selamat, harus beriman kepadaNya, hidup dan bertindak dijiwai oleh iman, berdasarkan iman. Karena masing-masing dari kita adalah anugerah Tuhan, maka segala sesuatu yang menyertai, kita miliki dan kuasai sampai kini juga anegerah Tuhan, yang harus kita hayati dan fungsikan sesuai dengan kehendakNya, berdasarkan iman kepadaNya.

Di dalam akte pendirian suatu ‘LSM’ (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang berbendera Kristiani, dalam salah satu pasal antara lain dikatakan “Dalam iman Kristiani Lembaga hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Dengan dicantumkannya kata-kata itu diharapkan sepak terjang dan pelayanan mereka yang berpartisipasi dalam gerakan Lembaga terkait dijiwai oleh iman Kristiani alias meneladan cara bertindak Yesus, menjadi sahabat-sahabat Yesus. Cara bertindak Yesus kiranya dapat dilihat dan ditemukan di dalam Kitab Suci.

Yesus bertindak untuk mengasihi dan menyelamatkan antara lain dengan “memberi makan yang kelaparan, memberi minum yang kehausan, memberi pakaian yang telajang, memberi tumpangan orang asing yang kesulitan memperoleh tempat, mengujungi mereka yang berada di penjara, menyembuhkan mereka yang sakit” (lih Mat 25:31-46). Karena semuanya adalah anugerah Allah, harta benda dan uang yang kita miliki dan kuasai, kesehatan dan ketrampilan dst adalah anugerah Allah, maka selayaknya dengan tulus hati kita berusaha untuk tidak membuat malu dan menderita saudara-saudari kita, lebih-lebih dan terutama mereka yang lapar, haus, telanjang, dipenjara, terasing atau sakit. Marilah kita hayati dan fungsikan semua anugerah yang kita miliki dan kuasai untuk membantu mereka ini agar mereka tidak merasa malu dan dicemarkan namanya di muka umum.

Kita semua adalah keturunan Abraham yang hidup dan bertindak berdasarkan iman, bapa Abraham adalah teladan hidup beriman. Selayaknya sebagai keturunan Abraham kita hidup bersaudara dan bersahabat satu sama lain, sehingga terjadilah kehidupan bersama yang membahagiakan dan menyelamatkan, memikat dan mempesonakan. Memang salah satu cara untuk itu antara lain kita dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan senantiasa berusaha untuk hidup tulus hati atau suci serta tidak saling mencemarkan nama saudara-saudarinya. Hendaklah jika ada saudara-saudari kita ada yang tercemar segera diselamatkan atau diperbaiki, jangan dibiarkan semakin tercemar atau rusak.

“Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. Engkau telah berkata: "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku:Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun." (Mzm 89:2-5)



Photobucket

Renungan Prapaskah: "Menjadi Serupa Dengan Wajah Kristus"

 

"Menjadi Serupa Dengan Wajah Kristus"


Oleh:Patrisius Pa, SVD


Santo Paulus, Rasul Gereja Perdana menegaskan bahwa dalam kuasa Roh, kita dipanggil untuk menjadi serupa dengan Wajah Kristus ( 2 Kor 3 : 18). Sehubungan dengan ini, mendiang Paus Yohanes Paulus II mensinyalirkan bahwa misi kita adalah memuliakan Wajah Kristus dalam wajah manusia penuh derita (MMB No. dan TMA No. 7).

Puasa adalah jalan, saat penuh rahmat bagi kita untuk menjadi serupa dengan Wajah Kristus . Pada kesempatan ini, saya ingin mengemukakan Sapta Paradigma Prapaskah atau Tujuh Jalan Puasa untuk dapat bertumbuh-kembang menjadi serupa dengan Wajah Kristus.

1. Jalan Mistik - Waktu untuk berdoa

Masa Puasa merupakan waktu untuk bersatu dengan kesengsaraan Kristus dalam doa dan keheningan. Berpuasa berarti berdoa dengan penuh kerendahan hati, merebahkan jiwa dihadapan Allah, menyatakan sikap ketergantungan pada Allah. Dalam doa yang khusuk itu , kita berjumpa dengan Allah. Puasa Yesus di Padang Gurun adalah suatu tindakan penyerahan diri yang penuh pengharapan kepada Allah Bapa, sebelum Ia memulai misi-Nya.

Pada waktu puasa, kita perlu memasuki kesunyian Padang Gurun kehidupan kita sehari-hari untuk bersatu dengan Kristus, Hamba yang menderita. Dalam keheningan doa, kita memusatkan diri dengan lebih sadar pada kehadiran Yesus dalam wajah pria-wanita, kaum pinggiran dan para pendosa yang kita jumpai dalam ziarah hidup kita sehari-hari.

Jalan mistik berarti kita dengan iman yang penuh antusias bersatu hati dengan Kristus yang menderita dan penuh cinta memandang Wajah Kristus dalam wajah sesama yang miskin, tersingkir, tertindas, terabaikan, yang mengalami krisis identitas dan panggilannya.

Puasa kita pada jalan mistik ini mengajak kita untuk lebih tekun dan setia meluangkan waktu untuk berdoa secara pribadi dan bersama-sama. Kita menjiwai umat bahwa Allah tidak memihak pada mereka yang mengabaikan keadilan melainkan memperhatikan mereka yang menderita dan miskin karena ketidakadilan. Kita mengajak mereka untuk berdoa mohon keadilan dan perdamaian di dunia.

Pada saat ini di mana kita merasa seakan-akan Allah bungkam terhadap kesulitan kita, kita memasrahkan diri kepada Allah dan berdoa dengan penuh iman: "Allah-ku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan daku" (Mat 27:46). Dalam kesatuan hati dengan Kristus yang menderita, kita menyerahkan seluruh hidup dan perjuangan kita sepenuhnya kepada Bapa Sorgawi : "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu, kuserahkan nyawa-Ku (Luk 23 : 46). Doa Yesus menjadi doa kita !

2. Jalan Kenosis - waktu untuk mengosongkan diri

Unsur inti dari semangat berdoa adalah hasrat untuk mengosongkan diri supaya kita dapat dipenuhi oleh Roh Allah sebagaimana Yesus berpuasa di Padang Gurun. Semangat kenosis atau pengosongan diri dapat lebih dari pada sekedar mengurangkan makanan dan minuman. Kita perlu menyangkal diri lebih lagi dengan menanggalkan keakuan kita, rencana dan pikiran pribadi, membatasi kesenangan dan agenda kegiatan harian kita untuk memberi kesempatan Allah mengisi jadwal kita.

Kita berpuasa agar kita semakin bersedia meninggalkan segala sesuatu yang melekat pada diri kita dan memberikan hidup kita secara lebih penuh dan bebas demi kebahagiaan sesama kita. Kita ikut menderita bersama Krisus yang telah rela mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang manusia, dan menjadi sama dengan manusia. Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat kepada Bapa hingga mati di kayu salib (Fil. 2 : 7-8).

3. Jalan Metanoia - waktu untuk bertobat !

Dewasa ini kita menghadapi pelbagai masalah yang sungguh menantang iman kita seperti kemiskinan dan ketakberdayaan, perpecahan dan konflik antar suku - ras - agama-budaya, pelecehan nilai-nilai hidup, seksisme, pelbagai bentuk kekerasan dan ketidakadilan. Itu semua merupakan ungkapan terang-terangan keberdosaan manusia. Mungkinkah kita orang-orang kristiani orang-orang kristiani turut menyebabkan dosa-dosa dan masalah-masalah itu? Kita, orang-orang kristiani, para imam, religius dan awam, dipanggil untuk membangun tata dunia baru yang bebas dari dosa, yakni Kerajaan cinta dan damai sejahtera.

Pada masa puasa ini, kita diundang untuk membiarkan diri kita diubah oleh Roh Kudus menjadi manusia baru serupa dengan Wajah Kristus. Kesetiaan kepada bimbingan Roh Kudus berarti pula kita harus membiarkan Roh Kudus mengubah perilaku dan sikap hidup kita sesuai dengan perilaku dan sikap hidup Yesus yang tahu mengampuni dan berbelarasa. Bertobat itu harus mulai dari diri sendiri. Romo Anthony de Mello, SJ menyadarkan iman kita : "Setiap orang berpikir mau mengubah umat manusia. Hampir tidak seorangpun berpikir bagaimana mengubah dirinya sendiri". (Burung Berkicau, hlm. 110).

Pertobatan sejati menuntut perubahan hati. Nabi Yoel berpesan pada awal masa puasa ini : "Koyaklah hatimu, dan janganlah pakaianmu. Berbaliklah kepada Tuhan"(Yoel 2 : 12). Tobat sejati menuntut kita untuk menanggalkan Diri Palsu/Diri Lama kita yang terselimut topeng-topengan dan mengenakan Diri Sejati/Diri Baru yang telah diubah oleh Roh Kudus menjadi serupa dengan Wajah Kristus. Tobat sejati mendesak kita untuk memulihkan Wajah Kristus dalam wajah manusia penuh derita yang kita sentuhi hidupnya baik di dalam komunitas maupun di dalam lingkungan pelayanan misioner kita. Tobat sejati menuntut kita untuk menjadi terang bagi sesama yang masih tinggal dalam kegelapan iman dan memampukan mereka untuk percaya kepada Krisus dan Injil-Nya bahwa Kerajaan Allah sudah ada di tengah-tengah mereka (Mrk 1 : 15).

Bapa Suci Mendiang Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa sukacita pada milenium baru ini adalah sukacita pertobatan - sukacita metanoia, yang merupakan prasyarat untuk berdamai dengan Allah dari pihak individu-individu maupun dari komunitas-komunitas Gerejawi ( TMA No. 32).

4.3. Jalan Rekonsiliasi - waktu untuk berdamai

Pada masa kehidupan Yesus, puasa dihargai sebagai saat untuk rekonsiliasi atau pendamaian (Im 23:26-29; Kis 27 : 9-12). Dalam terang ini, masa puasa, kita hormati sebagai masa rahmat, masa pendamaian, masa rekonsiliasi. Jalan rekonsiliasi itu dihayati sebagai prakarsa Allah melalui Yesus Kristus atas kuasa Roh Kudus sebagai Roh Rekonsliasi. Tetapi sekaligus jalan ini merupakan suatu tugas bagi setiap orang kristiani. Kristus mempercayakan berita pendamaian itu kepada setiap kita (2 Kor 5:19). Kita, orang-orang kristiani dipanggil untuk membawa damai. Dengan demikian Doa Damai warisan rohani St. Fransiskus Asisi harus membumi di tanah air kita yang sementara memperjuangkan kerukunan dan persaudaraan:"Tuhan, Jadikanlah aku Pembawa Damai-Mu".

Upaya perdamaian yang kita cita-citakan itu mendorong orang-orang kristiani, untuk menghayati Kaul Anti kekerasan. Prasetia bersikap tanpa kekerasan itu dikumandangkan oleh Yesus dalam Khotbah di Bukit : "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Mat 5 : 9).

Kamu telah mendengar Firman : Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuh-musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu :"Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikian kamu menjadi anak-anak Bapamu yang ada di Surga". (Mat 5:43-45).

Kaul Anti Kekerasan itu menuntut kita untuk berdamai dulu dengan diri sendiri. Damai harus mulai dari diri sendiri, dari hati yang baru, hati yang berbelarasa dan rela mengampuni. Dalam derita yang mengerikan di kayu salib Yesus masih sempat mendoakan mereka yang memperlakukan diri-Nya secara tidak wajar. Yesus berdamai dengan diri sendiri dan memahami situasi mereka dan bahkan memohon pengampunan atas ketidaktahuan mereka. "Ya Bapa, ampunilah mereka,sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Luk 23:34).

Sikap Yesus yang lembut-mengampuni ini menjadi prasetia Anti Kekerasan kita dalam menghadapi pelbagai kerusuhan di Bumi Ibu Pertiwi ini.

Akhirnya jalan puasa ini mengajak kita untuk berdoa mohon persatuan semua orang Kristiani "communio", Persekutuan Kasih Sejati di dalam komunitas kita masing-masing, di dalam Gereja dan Persekutuan seluruh alam semesta. Demikian Yesus Iman Agung berdoa sebelum sengsara-Nya : "Bapa, semoga mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau ya Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita" (Yoh 17;21). Doa Yesus kepada Bapa-Nya untuk persatuan ini, kiranya menjadi doa kita!.

3.5. Jalan Keadilan - untuk menegakkan keadilan

Masa puasa adalah saat suci untuk menegakkan semangat keadilan. Yesus dalam hidup-Nya berjuang menegakkan keadilan Allah. Tuhan adalah adil dan Ia menegakkan keadilan Allah (Mazmur 11:7). Menegakkan Keadilan Allah berarti berusaha mendahulukan kaum malang, membebaskan dan menghormati hak-hak dan kepentingan-kepentingan mereka yang diperas (Mazmur 146:7) yang tertindas dan lemah ( Luk 1:52-53; 4:18-19).
Yesus setia menapaki jalan salib-Nya sampai mati di Gunung Kalvari. Sepanjang ziarah salib itu, Ia menanggung ketidakadilan yang kejam dan tanpa batas terhadap diri-Nya dan terhadap orang-orang yang tak bersalah. Ia mengubah jalan salib yang memedihkan itu menjadi 'Jalan Keadilan'.

Puasa kita dewasa ini juga merupakan sebuah ziarah salib menuju keadilan, jalan yang coba mempersoalkan ketidakadilan dalam masyarakat kita. Secara khusus puasa kita pada masa sekarang ini, harus mampu menciptakan manusia baru yang bersikap adil dan beradab, manusia baru yang cinta damai dan keadilan. Sebab ketidakadilan itu menyembunyikan Wajah Allah terhadap mereka yang miskin dan tersingkir dari bumi Ibu Pertiwi ini. Ziarah salib sebagai Jalan Keadilan ini memperjuangkan perubahan masyarakat baru dan menghadirkan Wajah Allah yang lembut dan penuh kasih bagi mereka. Masa Milenium baru ini mendesak kita untuk memulihkan Keadilan Sosial (TM No. 13).

Orang-orang kristiani berkewajiban untuk memantulkan keadilan Allah dengan hidup sebagai anak-anak terkasih Allah dan "menghasilkan kebaikan, keadilan dan kebenaran" (Ef 5:9). Jangan sampai kita harus dicela oleh Yesus yang adil (1 Yoh 2:1) sebagaimana halnya para ahli Taurat dan orang Farisi yang "mengabaikan nilai-nilai terpenting dalam hukum Taurat, yaitu keadilan dan belaskasihan serta kesetiaan" (Mat 23:23).

Orang-orang kristiani dipanggil untuk terlibat dalam peran kenabiannya, mewartakan Sabda Allah tanpa kompromi, membela keadilan Allah bagi umat yang tak berdaya. Kita perlu belajar bersikap jujur, berlaku adil dan benar mulai dari komunitas sendiri. Dengan cara begini, kita belajar menjadi serupa dengan Wajah Kristus yang gigih memperjuangkan dan memenangkan keadilan Allah di dunia fana ini.

Baiklah kita belajar dari figur imam yang dekat dan akrab dengan kita, yakni Romo Mangunwijaya. Ia menjadi serupa dengan Wajah Kristus dengan hidup tulus - ikhas, setiakawan, berbuat adil dan mati bagi "Wong Cilik".

3.6. Jalan Solidaritas - waktu untuk beramal

Berpuasa adalah sarana bersolidaritas. Pada masa ini, kita diajak untuk lebih banyak berbuat baik dan melayani sesama yang sangat membutuhkan perhatikan dan cinta kita. Kita dipanggil untuk membiaskan sinar kasih Wajah Allah kepada saudara-saudari kita yang patut mendapat pertolongan secara utuh, yakni saudara-saudari yang miskin secara ekonomis karena tak punya harta-tanah, rumah dan pakaian sewajarnya, makanan secukupnya untuk menyambung hidup; Saudara-saudari yang lemah fisiknya lantaran sakit badan, cacat bawaan, lumpuh-pincang, bisu-tuli dan buta mata serta ufuk- usia; Saudara-saudari yang rapuh psikis-jiwanya lantaran dihina, dianggap rendah, frustasi, stress, putus asa; Saudara-saudari yang mengalami keterasingan lantaran dikucilkan, disingkirkan, dipojokkan dalam pergaulan di tengah masyarakat;

Saudara-saudari yang menderita kegersangan rohani lantaran goncang imannya, ragu-ragu akan panggilannya, bosan berdoa, malas ke Gereja, murtad, cendrung hidup profan dan ketagihan akan kenikmatan hidup duniawi.

Solidaritas Allah yang tak terhingga kepada manusia hendaknya menjadi dasar solidaritas kita semua kepada sesama kita. Solidaritas dan Belarasa Allah dalam kerapuhan manusia mencapai puncaknya dalam diri Yesus yang menghampakan diri-Nya dan mati di kayu salib sebagai model-kesaksian solidaritas kita. Hati Yesus selalu "tergerak oleh belaskasihan" memadang umat-Nya seperti domba-malang yang tidak bergembala.

Puasa pada jalan solidaritas, mengajak kita untuk meneladani Beata Muder Teresa dari Kalkuta. Ia memulihkan wajah Yesus dengan melayani orang-orang sakit dan menderita. Ia berkata "Saya menjumpai Wajah Yesus dalam wajah orang miskin dan menderita".

3.7. Jalan Pembebasan - waktu untuk membebaskan

Berpuasa mesti disertai dengan pelayanan kasih kepada sesama yang malang dan terluka hatinya. Hari-hari puasa adalah kesempatan untuk hadir lebih penuh bagi orang di sekitar kita, menyisihkan waktu bagi sesama kita agar solidaritas puasa menjadi lebih murni. Kita hadir secara pribadi untuk membawa rahmat pembebasan sejati bagi sesama kita yang terbelenggu oleh pelbagai tekanan batin dan beratnya beban salib hidup di dunia ini. Terlebih kita membawa pembebasan batin bagi sesama yang disingkirkan dan dikucilkan dari hidup bersama dalam komunitas dan masyarakat. Kita perlu menerima mereka apa adanya dan menemukan kembali harga diri dan keluhuran panggilannya.

Puasa adalah suatu panggilan untuk memaklumkan rahmat pemerdekaan sejati dan membangun persekutuan kasih dengan semua orang. Yesaya mengingatkan kita (Yes 58:6-10): "Puasa yang kuhendaki ialah:

supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk,
supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,
Supaya engkau memecah-mecahkan rotimu bagi orang yang lapar,
Supaya engkau membawa ke rumah mu orang miskin yang tak punya rumah,
Supaya engkau memberi pakaian terhadap orang yang telanjang,
Supaya engkau tidak membunyikan diri terhadap saudaramu sendiri.
Supaya engkau membawa terang bagi orang yang tinggal dalam kegelapan !

Yesus mengedapankan suatu terobosan baru dalam penghayatan puasa kita :

"Makan bersama orang berdosa, memberikan roti sebagai ungkapan belarasa dan solidaritas kita dengan orang miskin lebih penting dari pada puasa" (Mrk 2:18-22; Mat 11:16-19; Luk 7:31-35). Orang yang berada harus berpuasa dengan memberikan harta miliknya kepada orang yang miskin supaya mereka boleh menikmati lebih.

Yesus tidak membantah aturan puasa, tatapi memurnikan penghayatan puasa. Berpuasa berarti membawa keselamatan bagi yang tersesat, yang lapar dan haus akan kebenaran cinta!. Sabda Yesus mempunyai makna bagi kita bila kita rela mengorban diri kita, menjadikan diri kita sebagai santapan kehidupan bagi sesama kita seperti Yesus menjadikan Tubuh - Darah-Nya sebagai santapan kehidupan kekal bagi kita.

Puasa kita menjadi lebih bermakna bila kita mampu menjalin persatuan dan membawa kegembiraan rohani bersama dalam hidup harian kita. Puasa itu punya nilai lebih personal dan sarana keselamatan, bukan sekedar sebuah aturan matiraga dan askese biasa. Berpuasa berati hadir di antara orang-orang berdosa dan tersingkir, menjadi pengantara rahmat keselamatan bagi mereka !

Sapta Paradigma Prapaskah atau Tujuh Jalan Puasa yang ditawarkan merupakan satu-kesatuan yang utuh untuk membentuk kita menjadi serupa dengan Wajah Kristus dalam kekuatan Roh.

Kita turut mengambil bagian dalam kesengsaraan dan penderitaan-Nya. Kita mau memberi makna baru bagi puasa kita pada zaman globalisasi ini, dengan menghayati secara konsekuen Tujuh Jalan Puasa kita agar kita dapat bertumbuh-kembang menjadi manusia paripurna dalam Kristus dan sempurna seperti Bapa (Mat 5:48). Bersama Rasul St. Paulus, kita menegaskan iman kita:"Aku menjadi serupa dengan Kristus dalam kesengsaraan dan kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati" (Fil 3 : 11).
www.mirifica.net


Photobucket

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy