| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 27 Maret 2009

Minggu, 27 Maret 2009
Hari Minggu Prapaskah V
Yer 31:31-34; Ibr 5:7-9; Yoh 12:20-33
(Bacaan Selengkapnya lihat di post dibawah ini)

“Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah”


Ketika ada anak/manusia baru dilahirkan pada umumnya hanya orang-orang tertentu yang datang memberi ucapan selamat, sebaliknya ketika ada orang dipanggil Tuhan atau meninggal dunia pada umumnya tanpa diundang mereka yang kenal akan datang berbondong-bondong untuk melayat, apalagi jika yang meninggal dunia adalah tokoh penting dan baik. Ketika sang tokoh dalam keadaan sakit keras, alias hampir dipanggil Tuhan atau menyerahkan diri seutuhnya pada Tuhan juga banyak orang yang berkunjung atau mendoakannya. Sebagai contoh, lepas dari benar atau tidak benar, ketika pimpinan FPI ditangkap oleh yang berwajib dan diancam hukuman, maka ribuan anggota FPI muncul dan demo, demikian juga ketika tiga tertuduh bom Bali I atau provokator kerusuhan Poso akan dieksekusi. Dari antara para pendemo antara lain muncul sesumbar :”Mati satu tumbuh seribu”. Dan memang ketika ada korban kebenaran yang mati sebagai pembawa kebenaran maka muncullah pembawa-pembawa kebenaran baru; ia bagaikan biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati, serta kemudian menghasilkan pohon gandum yang subur serta menghasilkan banyak biji-biji gandum

“Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh 12:24 )

"Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa” (Yoh 12:23 -26), demikian sabda Yesus kepada mereka yang mengikutiNya. Yesus telah menyerahkan ‘nyawaNya’, hidup dan cara bertindakNya bagi kebahagiaan dan keselamatan seluruh umat manusia di dunia, dan Ia akan segera memperembahkan secara konkret dengan menderita dan wafat di kayu salib, serta dibangkitkan dari mati ‘untuk hidup yang kekal’. Maka marilah kita yang beriman kepadaNya meneladan cara hidup dan cara bertindakNya serta melaksanakan sabda-sabdaNya.



“Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal”: sabda inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Nyawa antara lain berarti gairah hidup, semangat, cita-cita, dambaan atau harapan, maka menyerahkan nyawa di dunia.ini berarti mengarahkan dan mempersembahkan gairah hidup, semangat, cita-cita, dambaan atau harapan bagi keselamatan dan kebahagiaan umum atau orang lain, dan dengan demikian kita sendiri akan selamat dan bahagia. Dengan kata lain hendaknya kita hidup dan bertindak sesuai dengan aturan atau tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita, setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan.



Para suami dan isteri yang pernah saling berikrar atau berjanji untuk saling mengasihi baik dalam untung dan malang , sehat maupun sakit sampai mati, hemat saya dapat menjadi teladan bagi anak-anak maupun sesama di lingkungan hidupnya. Pengalaman akan kesetiaan dalam saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga/tubuh yang terjadi di dalam keluarga antar suami-isteri akan menjadi bekal yang mendalam dan membekas dalam diri anak-anak, yang telah lahir melalui kasih suami-isteri. Bukankah ‘saju biji/sel telur satu ditembus satu sel sperma’ dalam tindakan saling menyerahkan diri tumbuhlah buah baru, seorang anak manusia, yang menggembirakan dan membahagiakan? Dengan kata lain para suami-isteri memiliki pengalaman khusus dalam menghayati sabda Yesus untuk tidak mencintai nyawanya di dunia ini, melainkan menyerahkan seutuhnya kepada orang lain. Pengamatan dan pengalaman saya menunjukkan bahwa orang-orang atau pribadi-pribadi yang sungguh mempersembahkan hidupnya dalam tugas, panggilan atau pengutusan, jabatan, kedudukan atau fungsi bagi sesamanya pada umumnya berasal dari keluarga-keluarga yang taat-setia, suami-isteri yang taat-setia pada janji-janjinya.



“Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan “ (Ibr 5:7)


Saleh rasanya dekat dengan kata Jawa “sumeleh”. “’Sumeleh’ bukan berarti berdiam diri atau mengharapkan pemberian saja. Tetapi harus berusaha untuk selalu melakukan yang terbaik, meski apa yang dilakukannya belum tentu dianggap benar menurut orang lain. Yang terpenting adalah komitmen untuk tetap semangat dan melakukan yang terbaik” (http://gemari.or.id) .Kiranya kita semua dipanggil untuk meneladan Dia yang “telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Tuhan” yang dijiwai oleh kesalehan. Dalam masa Prapaskah ini marilah kita tingkatkan dan perdalam hidup doa kita, entah berdoa bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Kita juga dipanggil untuk senantiasa melakukan yang terbaik dalam hidup, tugas pekerjaan dan pengutusan kita.



Yang terbaik hemat saya adalah keselamatan jiwa manusia, entah jiwa kita sendiri maupun orang lain atau sesama kita. Maka dimana ada kemungkinan lebih banyak jiwa diselamatkan, kesitulah kita dipanggil; dengan kata lain marilah kita cari dan datangi tempat-tempat, apa-apa atau siapa-siapa saja yang tidak atau belum selamat serta membutuhkan keselamatan, lebih-lebih keselamatan jiwa. Keselamatan jiwa hendaknya menjadi tolok ukur atau barometer keberhasilan atau kesuksesan cara hidup dan cara bertindak kita. “Ciptaan lain di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia, untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan (yaitu keselamatan jiwa). Karena itu manusia harus mempergunakannya, sejauh itu menolong untuk mencapai tujuan tadi, dan harus melepaskan diri dari barang-barang tersebut sejauh itu merintangi dirinya” (St.Ignatius Loyola, LR no 23).



Marilah dengan teliti, cermat, tekun dan rendah hati kita lihat ‘barang-barang apa saja’ yang menolong atau merintangi kita untuk mengejar dan mengusahakaan keselamatan jiwa. Barang-barang yang menolong kita untuk mengejar keselamatan jiwa hendaknya dengan segala upaya dipergunakan sebaik mungkin, sebaliknya yang merintangi segera kita lepaskan atau singkirkan/buang. Sebagai contoh adalah aneka macam jenis sarana-prasarana modern dan canggih, misalnya HP, internet, kendaraan, dst.. Dalam kenyataan dapat dilihat bahwa cukup banyak orang lebih dikuasai oleh sarana-prasarana tersebut daripada menguasai. Kita dipanggil dalam kesalehan mempergunakan sarana-prasarana tersebut demi keselamatan jiwa kita sendiri dan sesama kita. :”Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.”(Yer 31:33), demikian janji Tuhan kepada bangsa terpilih, kepada kita semua orang beriman. Diharapkan isi batin dan hati kita adalah Taurat Tuhan atau kehendak Tuhan, sehingga kita senantiasa mengusahakan dan melakukan apa yang terbaik demi keselamatan jiwa kita dan sesama kita.



“Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu” (Mzm 51:12-15)


Jakarta , 29 Maret 2009
Ignatius Sumarya, SJ

Minggu, 29 Maret 2009: Hari Minggu Prapaskah V

Minggu, 29 Maret 2009
Hari Minggu Prapaskah V


Doa Renungan
Allah yang setia, Engkau mengajarkan kepada kami bagaimana mencintai dengan hati tulus, tak mengenal putus asa dan selalu sedia mengampuni dengan murah hati. Semoga berkat bantuan dan jalan terang yang Kautunjukkan, pasangan suami isteri yang telah berjanji di depan altar-Mu untuk setia dalam suka dan derita, mampu mewujudkan kesetiaan dan cinta mereka, dan semakin mampu mengampuni. Dengan demikian hidup perkawinan yang Kau berkati, menjadi sakramen cinta bagi masyarakat. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Nabi Yeremia (31:31-34)

"Aku akan mengikat perjanjian baru dan takkan lagi mengingat dosa mereka."


31 Beginilah firman Tuhan, "Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, 32 bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN.33 Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. 34 Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 811
Reff. Karna belas kasih-Mu sayangi hamba-Mu. Semoga Dikau rela bersihkan jiwaku.

1.Aku hamba durhaka dalam kecemasan. Mohon belas kasih-mu, di takhta-Mu Tuhan. Karna kemurahan-Mu, bersihkan jiwaku. Semoga Kau leburkan segala dosaku.
2.Hatiku merasa malu datang kepada-Mu. Karna ingat selalu noda hatiku. Dengan rendah di hati mohon kepada-Mu. Semoga Kau ampuni segala dosaku.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (5:7-9)

"Kristus telah belajar menjadi taat, dan menjadi pokok keselamatan yang abadi."

7 Saudara-saudara, dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. 8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, 9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat.
Barang siapa melayani Aku hendaklah mengikuti Aku, sabda Tuhan. Dimana Aku berada disitupun hamba-Ku hendaknya berada.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (12:20-33)

"Jikalau biji gandum jatuh ke dalam tanah dan mati, ia akan menghasilkan banyak buah."

20 Di antara orang-orang yang datang ke Yerusalem untuk merayakan Paskah terdapat beberapa orang Yunani. 21 Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus." 22 Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus. 23 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. 24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. 25 Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. 26 Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. 27 Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. 28 Bapa, muliakanlah nama-Mu!" Maka terdengarlah suara dari sorga: "Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!"29 Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur. Ada pula yang berkata: "Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia." 30 Jawab Yesus: "Suara itu telah terdengar bukan oleh karena Aku, melainkan oleh karena kamu.31 Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; 32 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." 33 Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan



"PAK, KAMI INGIN MENEMUI YESUS!"

Rekan-rekan yang budiman!

Menjelang hari Paskah waktu itu banyak orang datang ke Yerusalem dengan tujuan mengikuti ibadah di Bait Allah. Juga orang-orang yang bukan Yahudi. Di antara mereka ada orang-orang Yunani yang mengikuti kepercayaan Yahudi. Di Kota Suci ini mereka mendengar berita mengenai Yesus dan pengajarannya. Boleh jadi mereka juga tahu tentang tindakan simbolik Yesus membersihkan tempat ibadat. Karena itulah mereka ingin menemuinya. Dan mereka minta Filipus untuk memperkenalkan mereka kepada Yesus. Filipus memberi tahu Andreas dan kedua-duanya menyampaikannya kepada Yesus. Jawaban Yesus berisi hal-hal yang paling dalam mengenai dirinya. Bagaimana penjelasan peristiwa yang diteruskan kepada kita dalam Yoh 12:20-33 ini?

ORANG YUNANI

Yang dimaksud dengan orang-orang Yunani dalam Injil Yohanes ialah mereka yang secara etnik bukan Yahudi. Mereka dari macam-macam bangsa tapi latar pendidikan mereka itu Yunani, yakni kebudayaan transnasional waktu itu. (Ada pula orang Yahudi yang berbahasa Yunani - misalnya yang disebut dalam Kis 6:1 - tapi bukan merekalah yang dibicarakan di sini.) Dari antara orang-orang Yunani itu ada yang mengikuti ibadat Yahudi. Nanti juga ada yang menjadi pengikut Yesus. Mereka yang tertarik ikut hidup dalam komunitas kristiani awal itu menghadapi persoalan mengenai siapa sebenarnya Yesus, mengapa ia disalib, dan bagaimana peristiwa penyaliban itu menjadi penyelamatan bagi semua orang. Inilah keadaan yang melatari peristiwa yang disampaikan dalam bacaan hari ini.

Penderitaan dan kematian Yesus di salib menjadi tanda tanya besar bagi pengikut-pengikutnya. Paulus merumuskan dalam 1Kor 1:23-24 "....kami memberitakan Kristus yang disalibkan: Untuk orang Yahudi batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi kebodohan, tapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi dan orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah". Dalam Injil Yohanes, persoalan yang dihadapi orang Yahudi tercermin dalam percakapan dengan Nikodemus, sedangkan yang dihadapi orang-orang Yunani muncul dalam bacaan hari ini.

Baik diingat, tindakan simbolik Yesus membersihkan Bait Allah berakhir dengan pernyataan bahwa Bait Allah yang sebenarnya ialah Bait yang akan dibangunnya kembali tiga hari setelah diruntuhkan, yakni dirinya sendiri (Yoh 2:19). Dan Bait yang baru ini tidak lagi terikat pada batasan-batasan ke-Yahudi-an. Tembok pemisah juga akan terbongkar dan Bait yang baru ini Bait yang hidup. Bahkan dalam laporan Injil Markus mengenai peristiwa itu, didapati pernyataan Yesus yang mengutip Yes 56:7 "Bukankah ada tertulis: RumahKu akan disebut rumah doa bagi segala bangsa?..." Termasuk mereka inilah orang-orang Yunani tadi.

Orang-orang Yunani itu menghubungi Filipus yang kemudian menyampaikan keinginan mereka bertemu Yesus kepada Andreas. Kiranya Filipus dan Andreas berperan sebagai humas. Amat boleh jadi mereka juga orang-orang yang berpendidikan modern dan luas kontaknya. Mereka memiliki keterampilan bergaul. Kedua murid ini juga disebut dalam kisah pemberian makan orang banyak dalam Yoh 6:1-15. Di situ mereka diminta oleh Yesus mengurus orang yang mengikutinya. Dalam petikan kali ini mereka melantarkan keinginan orang-orang Yunani tadi kepada Yesus.

INGIN MENEMUI YESUS

Filipus dan Andreas melantarkan keinginan orang-orang Yunani kepada Yesus sendiri. Yohanes tidak menyebutkan alasannya. Langsung disampaikan serangkai penegasan dari Yesus (ay. 23-30). Ini cara Yohanes mengajak pembaca ikut memasuki peristiwa yang ditampilkannya, seperti pernah kita dapati dalam pertemuan antara Yesus dan Nikodemus. Kali ini pembaca juga diajak menjadi orang yang ingin menemui Yesus dengan macam-macam pertanyaan. Tetapi tidak semua rasa ingin tahu yang bermunculan dalam benak kita ada arahnya yang jelas. Hanya ada sebagian yang benar-benar membawa kita maju. Apa kiranya pertanyaan-pertanyaan itu? Dari jawaban Yesus yang panjang itu dapat disimpulkan beberapa pokok berikut ini.

Saatnya sudah tiba, dia yang diikuti orang banyak itu mengalami penderitaan dan mati disalib. Dari penegasan lain diketahui bahwa saat itu ditentukan oleh Bapanya sendiri, bukan pihak lain, bukan pula oleh Yesus sendiri. Orang diajak menyelami ketaatan Yesus serta kepasrahannya kepada Bapanya meskipun jalan yang akan dititi masih gelap. Justru kesediaannya inilah yang membuat Bapanya berkenan memberinya kebesaran. Penyerahan inilah yang memungkinkan kehidupan baru. Dipakai perumpamaan biji yang jatuh ke tanah dan "mati", tapi sebenarnya justru tumbuh menghasilkan buah banyak. Ia menjalaninya sampai memperoleh hidup kekal bagi semua orang.

Tentunya orang akan bertanya-tanya, apa kita mesti seperti dia? Sering orang terlalu antusias ke sana. Sebenarnya tidak diajarkan agar orang meniru Yesus dan tidak seorang pun diminta ke sana. Yang diminta ialah mengikutinya. Maksudnya, ikut mengusahakan agar ia dapat menjalankan perutusannya, mengawaninya, juga dalam saat-saat gelap, tidak membiarkannya sendirian. Tidak perlu ditafsirkan sebagai ikut menjalani penderitaan. Kalau cuma ikut meneguhkan penderitaan belaka kita malah akan memberatkannya. Bersimpati, solider dengan orang yang menderita berarti juga menyertainya dengan wajah segar. Bukan dengan muka muram. Ini cara meringankan bebannya.

KESAKSIANDARI ATAS - GUNTUR - MALAIKAT

Disebutkan ada "suara dari surga", tapi orang-orang mengira "guntur" atau "malaikat" yang berbicara kepada Yesus. Bagaimana penjelasannya? Ketiga hal ini sebenarnya cara orang memahami wahyu ilahi. Yang pertama, "suara dari surga" itu jelas cara sang Penginjil memahami secara batin pernyataan dari atas sana. Pengalaman ini disampaikan kepada pembaca. Kini pembaca tahu apa yang sedang terjadi. Cara ini juga dipakai dalam Injil Sinoptik (Markus, Matius, Lukas) dalam kisah pembaptisan Yesus dan penampakan kemuliaannya di gunung. Yang kedua dan ketiga, "Sebagai guntur" dan "malaikat yang berbicara", adalah cara pemahaman orang banyak. Dirasakan ada sesuatu yang hebat, yang mencekam, yang dari atas sana, tetapi isinya tak segera disadari. Butuh penjelasan dari yang dari atas sana juga, yakni "malaikat". Motif seperti ini kerap muncul dalam tulisan-tulisan apokaliptik. Orang mendapat penglihatan atau pengalaman hebat, tetapi butuh pertolongan dari malaikat untuk memahaminya. Orang banyak mengira Yesus juga mengalami guntur dan memahami artinya dari penjelasan malaikat. Tetapi pembaca tahu bahwa sebenarnya Yesus mengalaminya dengan cara yang berbeda. Yesus langsung menangkap maksud Bapanya dan dapat menjelaskannya kepada siapa saja. Ada kebijaksanaan padanya untuk memahami keilahian. Oleh karenanya, ia dapat membawakannya kepada orang banyak.

Kita juga akan bertanya-tanya apa artinya perkataan dari langit "Aku sudah memuliakan dan akan memuliakannya lagi!" Yesus sendiri menjelaskannya. Dalam ay. 30 dikatakannya bahwa perkataan itu bukan demi dia, melainkan demi orang banyak sehingga mereka mengerti bahwa dunia telah mendapatkan penghakiman. Yang menguasai dunia ini akan dicampakkan keluar ketika Yesus ditinggikan dari bumi, maksudnya, nanti ketika ia disalib, wafat dan dibangkitkan. Tak meleset bila "penguasa dunia" di situ kita mengerti sebagai kuasa kegelapan dan kematian yang menakutkan. Kuasa itu kini sudah dihakimi dan diputuskan tidak lagi mengurung dunia dan akan segera tersingkir oleh terang, yakni sang Sabda yang diperdengarkan kepada orang banyak dalam ujud diri Yesus.

BAGI KITA JUGA?

Orang-orang Yunani mendengar semua itu langsung dari Yesus. Mereka mencari kebijaksanaan, dan sang kebijaksanaan sendiri memperkenalkan diri kepada mereka. Orang-orang Yunani mewakili umat manusia yang bukan Yahudi, yang tidak termasuk mereka yang mendapat wahyu ilahi turun-temurun. Tetapi keinginan tahu mereka membawa mereka mendekat kepada dia. Kepada orang-orang inilah kebijaksanaan datang. Itulah wahyu bagi mereka. Juga bagi orang zaman ini.

Yang mendekat kepada Yesus boleh berharap mendengar lebih tentangnya dari pada yang hingga kini terpikirkan. Perkenalan diri Yesus mencakup hal-hal baru tentang yang perkara-perkara yang sudah mulai dipercaya. Itulah dinamika iman kepercayaan. Sudah beribu kali didengar tentang salib, wafat, dan kebangkitan Yesus - tapi tetap akan didapati yang baru. Syaratnya, orang berani berkata, seperti orang-orang Yunani tadi: Pak,/Mas,/Bang,/Mo, kami ingin menemui Yesus - dia yang sudah Anda kenal dari dekat itu!

Kata-kata tadi diucapkan kepada Filipus dan diteruskan kepada Andreas. Bagaimana bila keinginan seperti itu disampaikan kepada kita, para humas sang Sabda pada zaman ini? Filipus dan Andreas dulu diminta Yesus membagikan makanan bagi orang banyak yang berbondong-bondong mengikutinya (Yoh 6:1-15). Perkenalan diri Yesus juga akan semakin berlimpah buahnya bila semakin dibagikan kepada orang banyak.

DARI BACAAN KEDUA: KE MANA ARAH PENDERITAAAN? (Ibr 5:7-9)

Dalam petikan surat kepada orang Ibrani 5:7-9 Yesus digambarkan sebagai tokoh besar yang dapat merasakan beratnya penderitaan manusia - ia sendiri mengalaminya dan "dengan ratap tangis dan air mata" ia memohon pertolongan dari Yang Maha Kuasa agar diselamatkan olehNya. (Namun pusat perhatian bukan penderitaan sebagai penderitaan melainkan sebagai kenyataan dalam hidup manusiawi. Ada kaitannya dengan yang terungkap dalam Yoh 12:27.) Tokoh seperti inilah yang membuat banyak orang merasa tertarik. Dia yang kini dipercaya sebagai yang paling dekat dengan Allah sendiri - sang Anak - ialah juga dia yang bersedia serta mampu ikut memikul penderitaan manusia. Dia tampil sebagai bagian yang ilahi tapi sekaligus amat manusiawi. Sampai ke sana, itulah kebesarannya. Namun seperti ditegaskan dalam Ibr 5:7-8, ia sampai ke sana dengan "belajar taat". Belajar artinya mengalami setapak demi setapak kenyataan dan mengenalinya. Taat, dalam peristilahan kerohanian Alkitab, ialah mendengarkan gerak gerik Yang Ilahi dan mengikutinya. Inilah jalan yang membawanya sampai ke "kesempurnaan" yang dapat ikut dibagikan kepada umat manusia. Pengertian ini ditegaskan dalam ayat 9.

Apa wartanya bagi orang sekarang? Boleh dikata, mencari jalan keluar dari kesukaran hidup dan penderitaan adalah upaya paling biasa dan paling dasar. Bila kenyataan ini dianggap tak berarti maka kesukaran akan tetap menyakitkan melulu. Tetapi bila dipandang sebagai jalan mendekat ke Yang Maha Kuasa maka lambat laun akan muncul artinya. Sudah ada yang mendapatkan arti bagi penderitaan, yakni Yesus sendiri. Inilah yang ditunjukkan dalam petikan surat kepada orang Ibrani kali ini.

Salam hangat,
Agustinus Gianto,SJ

Sabtu, 28 Maret 2009

Sabtu, 28 Maret 2009
Hari Biasa Pekan IV Prapaskah


Doa Renungan

Allah Bapa yang mahapengasih, penolakan bangsa Israel terhadap Putra-Mu Kaujadikan lambang cinta kasih-Mu kepada kami. Kami mohon semoga hari ini hati kami terbuka dan bersedia menerima dan mendengarkan Kristus yang menjadi utusan-Mu yang sejati, serta berusaha hidup menyerupai dia, sebab Engkaulah Allah yang benar dan berkuasa selama-lamanya. Amin.


Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Nabi Yeremia (11:18-20)

"Aku seperti anak domba jinak yang dibawa untuk disembelih."


18 Nabi berkata: TUHAN memberitahukan hal itu kepadaku, maka aku mengetahuinya; pada waktu itu Engkau, TUHAN, memperlihatkan perbuatan mereka kepadaku. 19 Tetapi aku dulu seperti anak domba jinak yang dibawa untuk disembelih, aku tidak tahu bahwa mereka mengadakan persepakatan jahat terhadap aku: "Marilah kita binasakan pohon ini dengan buah-buahnya! Marilah kita melenyapkannya dari negeri orang-orang yang hidup, sehingga namanya tidak diingat orang lagi!" 20 Tetapi, TUHAN semesta alam, yang menghakimi dengan adil, yang menguji batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.


Mazmur Tanggapan
Ref. Ya Tuhan, Allahku, pada-Mu aku berlindung.

Ayat. (Mzm 7:2-3.9bc-10.11-12)
1. Ya Tuhan, Allahku, pada-Mu aku berlindung; selamatkanlah aku dari semua orang yang mengejar aku, dan lepaskanlah aku, supaya jangan mereka seperti singa menerkam aku dan menyeret aku, dengan tidak ada yang melepaskan.
2. Hakimilah aku, Tuhan, apakah aku benar, dan apakah aku tulus ikhlas. Biarlah berakhir kejahatan orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang benar, Engkau, yang menguji hati dan batin orang, ya Allah yang adil.
3. Perisaiku adalah Allah, yang menyelamatkan orang-orang yang tulus hati; Allah adalah Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat.


Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Orang yang mendengarkan firman Tuhan, dan menyimpannya dalam hati yang baik, akan menghasilkan buah dalam ketekunan.


Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (20:40-53)

"Apakah Engkau juga orang Galilea?"

40 Sekali peristiwa Yesus mengajar di Yerusalem. Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkata itu, berkata: "Dia ini benar-benar nabi yang akan datang." 41 Yang lain berkata: "Ia ini Mesias." Tetapi yang lain lagi berkata: "Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! 42 Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal." 43 Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia. 44 Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang berani menyentuh-Nya.45 Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak membawa-Nya?" 46 Jawab penjaga-penjaga itu: "Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!" 47 Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: "Adakah kamu juga disesatkan? 48 Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? 49 Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!" 50 Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka: 51 "Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?" 52 Jawab mereka: "Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea." 53 Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya,
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan


Pada suatu hari dalam suatu perjalanan ke tanah suci, seorang bernama James Martin membeli satu set patung kisah kelahiran yang lengkap terdiri dari patung kanan-kanak Yesus, Maria, Yosef dan para gembala. Ketika ia tiba di Bandara Tel Aviv dalam perjalanan kembali ke Amerika, keamanan begitu ketat. Petugas bea cukai memakai sensor x-ray memeriksa setiap barang termasuk patung kanak-kanak Yesus tersebut.

"kami tidak boleh mengambil resiko," kata petugas itu kepada James Martin. Kami harus yakin bahwa tidak ada sedikitpun bahan peledak dalam bawaan anda ini!"
Sejenak Martin berpikir dalam hati, "Seandainya saja mereka tahu! Patung ini mengandung bahan peledak yang paling dahsyat di seluruh dunia".

Dalam Injil hari ini diperlihatkan bahwa kehadiran Yesus makin menimbulkan suasana panas. Sebagian orang (mendengar) makin yakin tentang ke-Mesias-an Yesus. Sebagian lainnya (para imam kepala dan orang-orang farisi) justru makin yakin dengan pendapat mereka bahwa Yesus pantas ditangkap dan disingkirkan karena ia berpotensi meresahkan masyarakat.

Pesan yang dapat dipetik dari cerita diatas dan Injil hari ini adalah bahwa mengenai atau percaya kepada Yesus itu memang mengandung resiko.


-- Renungan Harian Mutiara Iman --

Hari Komunikasi Sosial Sedunia XVI: Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan

Photobucket


Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan

(Pesan Bapa Suci Benediktus XVI untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke- 43, 24 Mei 2009)


Saudara dan saudari terkasih,

1. Mendahului Hari Komunikasi Sedunia yang akan datang, Saya ingin menyampaikan kepada anda beberapa permenungan mengenai tema yang dipilih untuk tahun ini yakni – Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan. Sesungguhnya teknologi digital baru sedang membawa pergeseran yang hakiki terhadap perilaku-perilaku komunikasi juga terhadap ragam hubungan manusia, khususnya bagi kaum muda yang bertumbuh bersama teknologi baru dan telah merasakan dunia digital sebagai rumah sendiri. Mereka berusaha memahami dan memanfaatkan peluang yang diberikan olehnya, sesuatu yang bagi kita orang dewasa acapkali dirasakan cukup asing. Dalam pesan tahun ini, Saya menyadari mereka yang dikenal sebagai generasi digital, dan Saya ingin berbagi dengan mereka, khususnya tentang gagasan-gagasan menyangkut potensi ulung teknologi baru apabila dipergunakan untuk mamajukan pemahaman dan rasa kesetiakawanan manusia. Teknologi baru itu sesungguhnya merupakan anugerah bagi umat manusia dan kita mesti sungguh-sungguh memberikan jaminan bahwa manfaat yang dimilikinya dipergunakan untuk melayani semua umat manusia secara pribadi dan komunitas, secara istimewa bagi mereka yang kurang beruntung dan disakiti.

2. Akses yang mudah terhadap telpon seluler dan komputer yang dikombinasikan dengan jangkauan dan penyebaran internet secara meluas telah menciptakan serba ragam sarana melaluinya, kata-kata dan gambar dapat disampaikan secara langsung ke wilayah-wilayah terjauh dan terpencil di dunia, sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh generasi-generasi sebelumnya. Kekuatan besar media baru ini telah digenggam oleh orang-orang muda dalam mengembangkan jalinan, komunikasi dan pengertian di antara individu maupun secara bersama. Mereka telah beralih kepada media baru sebagai sarana berkomunikasi dengan teman-teman, sarana untuk berjumpa dengan teman-teman baru, sararana untuk membangun paguyuban dan jejaringan, mencari informasi dan berita serta sarana berbagi gagasan dan pendapat. Banyak manfaat muncul dari budaya baru komunikasi ini, antara lain keluarga-keluarga masih tetap bisa berkomunikasi walau terpisah oleh jarak yang jauh, para mahasiswa dan peneliti mendapat peluang yang lebih cepat dan mudah kepada dokumen, sumber-sumber rujukan dan penemuan-penemuan ilmiah sehingga mereka bisa bekerja secara bersama meski dari tempat yang berbeda. Lebih dari itu, kodrat interaktif yang dihadirkan oleh bebagai media baru mempermudah pembelajaran dan komunikasi dalam bentuk yang lebih dinamis sehingga memberikan sumbangsih bagi perkembangan sosial.

3. Betapapun kecepatan media baru ini begitu mengagumkan dalam artian daya guna dan rasa aman, namun popularitasnya bagi para pengguna tidak seharusnya membuat kita terheran-heran kalau ia menjawabi kerinduan mendasar umat manusia untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Hasrat akan komunikasi dan persahabatan ini berakar pada kodrat kita yang paling dalam sebagai manusia dan tak boleh dimengerti sebagai jawaban terhadap berbagai inovasi teknis. Dalam terang amanat Kitab Suci, hasrat untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain, pertama-tama harus dimengerti sebagai ungkapan peran-serta kita akan kasih Allah yang komunikatif dan mempersatukan yang ingin menjadikan seluruh umat manusia sebagai suatu keluarga. Tatkala kita ingin mendekati orang lain, tatkala kita ingin mengetahui lebih banyak tentang mereka, dan membuat kita dikenal oleh mereka, kita justru sedang menjawabi panggilan Allah yakni panggilan yang terpatok dalam kodrat kita sebagai mahkluk yang diciptakan seturut gambar dan rupa Allah, Allah komunikasi dan persekutuan.

4. Hasrat saling berhubungan dan naluri komunikasi yang sudah sedemikian melekat dalam kebudayaan masa kini sungguh dipahami sebagai ungkapan kecendrungan mendasar dan berkelanjutan manusia yang mutakhir untuk menjangkau keluar dan mengupayakan persekutuan dengan orang lain. Kenyataanya, tatkala kita membuka diri terhadap orang lain, kita sedang memenuhi hasrat kita yang terdalam dan menjadi lebih sungguh manusia. Pada dasarnya, mencintai adalah hal yang dikehendaki oleh Sang Pencipta. Dalam hal ini, Saya tidak berbicara tentang hubungan sekilas dan dangkal, tetapi tentang kasih yang sesungguhnya, yang menjadi inti ajaran moral Yesus: ”Kasihilah Tuhan Allahmu dengan sepenuh hati, dengan seluruh jiwa raga, dengan seluruh akal budimu dan dengan seluruh kekuatanmu” dan ” kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri” (bdk. Mrk 12:30-31). Dalam terang pemahaman ini, merenungi makna teknologi baru amatlah penting agar kita tidak sekadar menaruh pehatian pada kemampuannya yang tak dapat diragukan untuk mengembangkan kontak dengan orang lain, tetapi tertutama pada kwalitas isi yang disebarkan melaui media dimaksud.

Saya ingin mendorong semua orang yang berkehendak baik yang sedang bergiat di lingkungan komunikasi digital masa kini untuk sungguh membaktikan diri dalam memajukan budaya menghomati, dialog dan persahabatan. Oleh karena itu, mereka yang bergiat dalam pembuatan dan penyebaran isi media baru harus benar-benar menghormati martabat dan nilai pribadi manusia. Apabila teknologi baru dipergunakan untuk melayani kebaikan pribadi dan masyarakat, semua penggunanya akan mengelakkan tukar menukar kata dan gambar yang merendahkan umat manusia dan keintiman hubungan seksual atau yang mengeksploitasi orang lemah dan menderita.

5. Teknologi baru juga membuka jalan untuk dialog di antara orang-orang dari berbagai negara, budaya dan agama. Gelanggang digital baru yang disebut jagat maya, memungkinkan mereka untuk bertemu dan saling mengenal kebiasaan dan nilai-nilai mereka masing-masing. Perjumpaan-perjumpaan yang demikian kalau mau berhasil guna, menuntut bentuk pengungkapan bersama yang jujur dan tepat disertai sikap mendengar dengan penuh perhatian dan penuh penghargaan. Bila dialog bertujuan untuk memajukan pertumbuhan pengertian dan sikap setia kawan, ia harus berakar pada ikhtiar mencari kebenaran sejati dan bersama. Hidup bukanlah sekadar rangkaian peristiwa dan pengalaman: hidup adalah sebuah pencarian kebenaran, kebaikan dan keindahan. Untuk maksud inilah maka kita membuat pilihan; untuk maksud inilah maka kita meragakan kebebasan kita, dengan maksud inilah- yakni dalam kebenaran, dalam kebaikan dan dalam keindahan- kita menemukan kebahagiaan dan sukacita. Kita tidak boleh membiarkan diri kita diperdaya oleh orang-orang yang semata-mata melihat kita sebagai konsumen dalam sebuah pasar yang dijejali dengan aneka ragam kemungkinan dimana pilihan itu sendiri berubah menjadi barang, kebaruan mengganti keindahan dan pengalaman sukyektif menggantikan kebenaran.

6. Gagasan tentang persahabatan telah mendapat pemahaman baru oleh
munculnya kosa kata jaringan sosial digital dalam beberapa tahun belakangan ini. Gagasan ini merupakan suatu pencapaian yang paling luhur dalam budaya manusia. Dalam dan melalui persahabatan, kita bertumbuh dan berkembang sebagai manusia. Karena itu, persahabatan yang benar harus selalu dilihat sebagai kekayaan paling besar yang dapat dialami oleh pribadi manusia. Dengan ini, kita mestinya hati-hati memandang remeh gagasan atau pengalaman persahabatan. Sungguh menyedihkan apabila hasrat untuk mempertahankan dan mengembangkan persahabatan ’on-line’ mengorbankan kesempatan untuk keluarga, tetangga dan mereka yang kita jumpai dalam keseharian di tempat kerja, di tempat pendidikan dan tempat rekreasi. Apabila hasrat akan jalinan maya berubah menjadi obsesi, maka hasrat itu akan memarjinalkan pribadi dari interaksi sosial rial sekaligus menghambat pola istirahat, keheningan dan permenungan yang berguna bagi perkembangan kesehatan manusia.

7. Persahabatan adalah kekayaan terbesar manusia, tetapi nilai ulungnya bisa hilang apabila persahabatan itu dipahami sebagai tujuan itu sendiri. Sahabat harus saling mendukung dan saling memberi dorongan dalam mengembangkan bakat dan pembawaan mereka dan memanfaatkannya demi pelayanan bagi manusia. Dalam konteks ini, sungguh membanggakan bahwa jejaringan digital baru ini berihktiar memajukan kesetiakawanan umat manusia, damai dan keadilan, hak asasi manusia dan penghargaan terhadap hidup manusia serta kebaikan ciptaan. Jejaringan-jejaringan ini dapat mempermudah bentuk-bentuk kerjasama antar orang dari konteks geografis dan budaya yang berbeda dan membuat mereka mampu memperdalam kemanusiaan mereka dan rasa sepenanggungan demi kebaikan untuk semua. Karena itu kita mesti secara tegas menjamin bahwa dunia digital, dimana jejaringan serupa itu dapat dibangun, adalah dunia yang sungguh terbuka untuk semua orang. Sungguh akan menjadi tragedi masa depan bagi umat manusia, apabila sarana baru komunikasi yang memungkinkan orang berbagi pengetahuan dan informasi dengan cara yang lebih cepat dan berdayaguna, tidak terakses oleh mereka yang terpinggirkan secara ekonomi dan sosial, atau apabila ia cuma membantu memperbesar kesenjangan yang memisahkan orang miskin dari jejaringan baru itu yang justru dikembangkan bagi pelayanan sosialisasi manusia dan penyebaran informasi.

8. Saya bermaksud menyimpulkan pesan ini dengan menyampaikan secara istimewa kepada orang muda katolik untuk mendorong mereka memberikan kesaksian iman dalam dunia digital. Saudara dan Saudari terkasih, saya meminta kepada anda sekalian untuk memperkenalkan nilai-nilai yang melandasi hidup anda ke dalam lingkungan budaya baru yakni budaya komunikasi dan informasi teknologi. Pada awal kehidupan gereja, para rasul bersama murid-muridnya mewartakan kabar gembira tentang Yesus kepada dunia orang Yunani dan Romawi. Sudah sejak masa itu, keberhasilan karya evangelisasi menuntut perhatian yang saksama dalam memahami kebudayaan dan kebiasaan bangsa-bangsa kafir sehingga kebenaran Injil dapat menjamah hati dan pikiran mereka. Demikian juga pada masa kini, karya pewartaan Kristus dalam dunia teknologi baru menuntut suatu pengetahuan yang mendalam tentang dunia kalau teknologi itu dipergunakan untuk melayani perutusan kita secara berdayaguna.

Kepada anda kalian, orang-orang muda, yang agaknya memiliki hubungan yang spontan terhadap sarana baru komunikasi, supaya bertanggungjawab terhadap evangelisasi ’benua digital’ ini. Pastikan untuk mewartakan Injil ke dalam dunia jaman sekarang dengan penuh semangat. Kamu mengetahui kecemasan dan harapan mereka, cita-cita dan kekecewaan mereka: hadiah terbesar yang dapat kalian berikan kepada mereka adalah berbagi dengan mereka ”kabar gembira” Allah yang telah menjadi manusia, yang menderita, wafat dan bangkit kembali untuk menyelamatkan semua orang. Hati umat manusia sedang haus akan sebuah dunia dimana kasih meraja, dimana anugerah dibagikan dan dimana jati diri ditemukan dalam bentuk persekutuan yang saling menghargai. Iman kita mampu menjawabi harapan-harapan itu: semoga kamu menjadi bentaranya! Ketahuilah, Bapa Suci memberkati anda dengan doa dan berkatnya.

Vatikan, 24 Januari 2009,
Pesta Santo Fransiskus dari Sales

Jumat, 27 Maret 2009

Jumat, 27 Maret 2009
Hari Biasa Pekan IV Prapaskah, Hari Pantang

Ia tetap memperjuangkan kebenaran tanpa kekerasan, meski orang-orang Yahudi ingin menangkap-Nya.


Doa Renungan
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah tanda dan pribadi yang mengenal Allah secara unggul dan benar. Bantulah kami mengenal kehadiran-Mu dalam diri kami sendiri maupun dalam diri sesama dan lingkungan hidup kami. Semoga hari ini kami juga dapat menjadi tanda kehadiran-Mu yang nyata dalam perjumpaan kami dengan saudara-saudari kami. Sebab Engkaulah Tuhan dan juruselamat kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Kebijaksanaan (2:1a.2-22)

"Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati yang keji terhadapnya."


1a Orang-orang fasik berkata satu sama lain, karena angan-angannya tidak tepat 12 "Marilah kita menghadang orang yang baik, sebab bagi kita ia menjadi gangguan serta menentang pekerjaan kita. Pelanggaran-pelanggaran hukum dituduhkannya kepada kita, dan kepada kita dipersalahkannya dosa-dosa terhadap pendidikan kita. 13 Ia membanggakan mempunyai pengetahuan tentang Allah, dan menyebut dirinya anak Tuhan. 14 Bagi kita ia merupakan celaan atas anggapan kita, hanya melihat dia saja sudah berat rasanya bagi kita. 15 Sebab hidupnya sungguh berlainan dari kehidupan orang lain, dan lain dari lainlah langkah lakunya.16 Kita dianggap olehnya sebagai orang yang tidak sejati, dan langkah laku kita dijauhinya seolah-olah najis adanya. Akhir hidup orang benar dipujinya bahagia, dan ia bermegah-megah bahwa bapanya ialah Allah. 17 Coba kita lihat apakah perkataannya benar dan ujilah apa yang terjadi waktu ia berpulang. 18 Jika orang yang benar itu sungguh anak Allah, niscaya Ia akan menolong dia serta melepaskannya dari tangan para lawannya. 19 Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya serta menguji kesabaran hatinya. 20 Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati keji terhadapnya, sebab menurut katanya ia pasti mendapat pertolongan."21 Demikianlah mereka berangan-angan, tapi mereka sesat, karena telah dibutakan oleh kejahatan mereka. 22 Maka mereka tidak tahu akan rahasia-rahasia Allah, tidak yakin akan ganjaran kesucian, dan tidak menghargakan kemuliaan bagi jiwa yang murni.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati.

Ayat. (Mzm 34:17-18.19-20.21.23)
1. Wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan akan mereka dari muka bumi. Apabila orang benar itu berseru-seru, Tuhan mendengarkan; dari segala kesesakannya mereka Ia lepaskan.
2. Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar memang banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu.
3. Ia melindungi segala tulangnya, tidak satu pun yang patah. Tuhan membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya, dan semua orang yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman.

Bait Pengantar Injil PS 966
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, sang Raja kemuliaan kekal.
Ayat. Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (7:1-2.10.25-30)

"Orang-orang Farisi berusaha menangkap Yesus, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba."


1 Yesus berjalan keliling Galilea, Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. 2 Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.10 Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam. 25 Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? 26 Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? 27 Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya." 28 Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. 29 Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku." 30 Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan


Bagaimanakah hubungan kita dengan orang-orang di sekitar kita?

Apakah kita lebih terbuka terhadap orang yang dekat dengan kita ataukah orang yang sekadar kita kenal saja?

Tentu kita akan lebih terbuka terhadap orang yang dekat dengan kita [atau sahabat kita]. Demikian juga hendaknya hubungan kita dengan Allah. Kita hanya bisa lebih terbuka terhadap Allah dan segala rencana-Nya terhadap kita jika kita mengenal Allah lebih dekat. Dalam Diri Yesus, kita mengenal Allah yang begitu penuh kasih. Sebagai manusia lemah dan tidak berdaya, kita hanya bisa menjadi kuat jika selalu didampingi Allah. Supaya Allah selalu mau mendampingi, menyertai, dan selalu hadir bagi kita, kita harus membersihkan hati kita; karena di hati kitalah Allah akan selalu tinggal.

Alinea pertama Bacaan Injil hari ini mengatakan bahwa kita akan “ditinggalkan” Yesus [atau tidak akan merasakan kehadiran Tuhan] jika kita punya niat untuk “membunuh”-Nya [atau melukai hati-Nya]. Menyakiti Tuhan artinya mengabaikan semua perintah dan larangan-Nya. Melanggar hukum cinta kasih-Nya sama saja dengan “membunuh” Tuhan. Siapkah kita membersihkan hati – dengan tidak mengumbar amarah; menahan hawa nafsu negatif; mau mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita; memperhatikan orang lain yang menderita; hidup jujur; dll – untuk menyambut kehadiran Tuhan?



Ya Tuhan, ampunilah aku yang sering menyakiti hati-Mu dengan perbuatanku yang tidak sesuai kehendak-Mu. Amin

[Ziarah Batin, Renungan dan Catatan Harian]

Photobucket

Kamis, 26 Maret 2009

Kamis, 26 Maret 2009
Hari Biasa Pekan IV Prapaskah



Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Keluaran (32:7-14)

"Allah menyesali malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya."


7 Di Gunung Sinai berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. 8 Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir." 9 Lagi firman TUHAN kepada Musa: "Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk.10 Oleh sebab itu biarkanlah Aku, supaya murka-Ku bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar." 11 Lalu Musa mencoba melunakkan hati TUHAN, Allahnya, dengan berkata: "Mengapakah, TUHAN, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat? 12 Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi? Berbaliklah dari murka-Mu yang bernyala-nyala itu dan menyesallah karena malapetaka yang hendak Kaudatangkan kepada umat-Mu. 13 Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba-Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diri-Mu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya."14 Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Ingatlah akan daku, ya Tuhan, demi kemurahan-Mu terhadap umatku.

Ayat. (Mzm 106:19-20.21-22.23)
1. Mereka membuat anak lembu di Horeb, dan sujud menyembah kepada patung tuangan; mereka menukar Yang Mulia dengan patung sapi jantan yang makan rumput.
2. Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka, yang telah melakukan hal-hal yang besar di tanah Mesir; yang melakukan perbuatan-perbuatan ajaib di tanah Ham, dan perbuatan-perbuatan dahsyat di tepi Laut Teberau.
3. Maka Ia mengatakan hendak memusnahkan mereka kalau Musa, orang pilihan-Nya, tidak mengetengahi di hadapan-Nya, untuk menyurutkan amarah-Nya, sehingga Ia tidak memusnakan mereka.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat.
Begitu besar kasih Allah kepada dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya, beroleh hidup yang kekal.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (5:31-47)

"Yang mendakwa kamu adalah Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapan."

31 Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada orang Yahudi, "Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; 32 ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. 33 Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; 34 tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan.35 Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu.36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. 37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat, 38 dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. 39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, 40 namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. 41 Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. 42 Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. 43 Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. 44 Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?45 Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. 46 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku.47 Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Renungan

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

- Cukup banyak orang di dunia ini hanya memberi hormat kepada para pejabat, petinggi atau atasan dan itupun jika mereka sedang mengenakan pakaian dinas atau resmi sesuai dengan jabatannya. Dengan kata lain cukup banyak orang menghomati ‘kulit atau bungkus’ atau assesori-assesori bukan ‘isi’ atau pribadi manusia. Jika orang tidak mampu atau sampai menghormati pribadi manusia, rasanya mereka juga akan sulit untuk menghotmati Tuhan. Setiap manusia diciptakan oleh Tuhan sesuai dengan gambar dan citraNya, maka manusia adalah ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini. Marilah kita saling menghormati sebagai pribadi manusia, entah apapun jabatan, fungsi atau kedudukannya, tanpa pandang bulu. Jika kita mampu saling menghormati dan mempercayai satu sama lain, maka kiranya dengan mudah kita akan percaya kepada Tuhan dan sabda-sabdaNya, dan sebagai tanda hormat kita kepadaNya kita melakukan apa yang Ia sabdakan atau kehendaki. Melaksanakan sabda-sabdaNya atau kehendakNya berarti kita datang, hidup atau bertindak sesuai dengan kehendakNya atau sabdaNya bukan kehendak atau keinginan diri sendiri. Secara konkret kita hidup dan bertindak sesuai dengan aturan dan tatanan yang berlaku di tempat dimana kita hidup dan bekerja. Kita bekerja keras melaksanakan tugas pekerjaan kita masing-masing. “Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10)


- “Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba-Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diri-Mu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya.”(Kel 32:13), demikian kata Musa kepada Tuhan, yang akan mendatangkan malapetaka bagi bangsanya, untuk melunakkan hati Tuhan. Tuhan pun tidak jadi mendatangkan malapetaka yang direncanakanNya. Kata Musa ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Mungkin di dalam hidup dan kerja kita menghadapi aneka kekacauan dan kesemrawutan yang dapat membuat orang marah atau jengkel. Ada kemungkinan orang-orang lupa akan janji-janji Tuhan, maka baiklah dalam situasi macam itu kita angkat atau ingatkan janji-janji Tuhan, yang menjanjikan kepada kita untuk hidup bahagia, tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman. Kiranya dapat kita angkat peringatan ini :”Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Fil 1:6).. Kita sedang dalam proses menuju ke pemenuhan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita, dan kiranya dalam berproses senantiasa mengalami jatuh-bangun. Jika sedang jatuh marilah kita saling membangunkan, demikian juga mereka yang sedang tertidur kita bangunkan untuk bangkit; yang bermalas-malas kita tuntun untuk bekerja keras, dst...



[Ignatius Sumarya, SJ]


Photobucket

Rabu, 25 Maret 2009

Rabu, 25 Maret 2009
Hari Raya Kabar Sukacita


"Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."



Doa Renungan Pagi

Allah Bapa yang kekal, bukalah hati kami agar mampu menerima duta kedamaian, cahaya dunia, sabda-Mu sendiri. Bebaskanlah kami agar dapat menyambut Putra Sang Perawan, yang merupakan pemenuhan janji-Mu Yesus Al Masih, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yesaya (7:10-14; 8:10)

"Seorang perempuan muda akan mengandung."

Tuhan berfirman kepada Raja Ahas, "Mintalah suatu pertanda dari Tuhan, Allahmu, entah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah, entah sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas." Tetapi Ahas menjawab, "Aku tidak mau minta! Aku tidak mau mencobai Tuhan!" Lalu berkatalah Nabi Yesaya, "Baiklah! Dengarkanlah, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga? Sebab itu, Tuhan sendirilah yang akan memberikan suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamai Dia Imanuel, artinya: Allah menyertai kita."

Mazmur Tanggapan PS 850
Ref. Ya Tuhan, aku datang melakukan kehendak-Mu.

Ayat. (Mzm 40:7-8a.8b-9.10-17)
1. Kurban dan persembahan tidak Kauinginkan, tetapi Engkau telah membuka telingaku; kurban bakar dan kurban silih tidak Engkau tuntut, lalu aku berkata, "Lihatlah, Tuhan, aku datang!"
2. Dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku: "Aku senang melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada di dalam dadaku."
3. Aku mengabarkan keadilan di tengah jemaat yang besar, bibirku tidak kutahan terkatup; Engkau tahu itu, ya Tuhan.
4. Keadilan-Mu tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan dan keselamatan-Mu kubicarakan, kasih dan kebenaran-Mu tidak kudiamkan, tapi kuwartakan kepada jemaat yang besar.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (10:4-10)

"Lihatlah Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu."

Saudara-saudara, tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa. Karena itu ketika Kristus masuk ke dunia, Ia berkata, "Kurban dan persembahan tidak Engkau kehendaki. Sebagai gantinya Engkau telah menyediakan tubuh bagiku. Kepada kurban bakaran dan kurban penghapus dosa Engkau juga tidak berkenan. Maka Aku berkata: Lihatlah, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allahku." Jadi mula-mula Ia berkata, "Engkau tidak menghendaki kurban dan persembahan; Engkau tidak berkenan akan kurban bakaran dan kurban penghapus dosa -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat. -- Dan kemudian Ia berkata, "Lihat, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Jadi yang pertama telah Ia hapuskan untuk menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil PS 955
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat.Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (1:26-38)

"Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki."

Dalam bulan yang keenam Allah mengutus Malaikat Gabriel ke sebuah kota di Galilea, bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika masuk ke rumah Maria, malaikat itu berkata, "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya, "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku tidak bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya, "Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya, dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Maka kata Maria, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

“KehendakKu ialah menaklukkan seluruh dunia serta semua musuh, dan dengan demikian masuk ke dalam kemuliaan BapaKu. Barangsiapa mau ikut Aku dalam usaha ini, harus bersusah-payah bersama Aku, supaya karena ikut Aku dalam penderitaan, kelak dapat ikut pula dalam kemuliaan” (St.Ignatius Loyola, LR no 95). Kutipan ini adalah bagian dari bahan perihal kontemplasi “Panggilan Raja” di dalam Latihan Rohani St.Ignatius Loyola. Bahan ini sebagai renungan bagi retretan yang mulai tergerak hatinya untuk lebih mengenal Penyelamat Dunia, Yesus Kristus, yang dijanjikan oleh Allah, yang juga mendambakan keselamatan. Suasana hati retretan dalam kontemplasi ‘Panggilan Raja’ rasanya mirip dengan suasana hati Maria dan orang sezamannya yang mendambakan pemenuhan janji Allah tentang Penyelamat Dunia. Dalam dambaan suci tiba-tiba memperoleh ‘pencerahan sekaligus tantangan’ itulah yang dialami Maria ketika menerima kedatangan malaikat yang berkata:”Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."…"Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."(Luk 1:29-33). Sebagai seorang gadis mengandung tanpa suami jelas akan menjadi bahan gunjingan yang berat, namun ketika diberitahu bahwa ia mengandung karena Roh Kudus, maka Maria menjawab: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Luk 1:38)


"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Luk 1:38)

Bunda Maria adalah teladan umat beriman, maka sebagai orang beriman kita dipanggil untuk meneladannya, antara lain dengan menyatakan dan menghayati sebagaimana dinyatakan oleh Bunda Maria :”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Seorang hamba atau pelayan memiliki tugas utama ‘melayani’ orang lain. “Melayani” dalam bahasa Latin “servire/servio” antara lain dapat berarti mengabdi, baik untuk/berguna, menolong, menurut kehendak orang, mengusahakan, membaktikan diri kepada, memusatkan pikirannya, mengerahkan kekuatan untuk, mengindahkan, menghiraukan (lih Drs.K.Prent CM, Drs J.Adisubrata, WJS Poerwadarminta: Kamus Latin-Indonesia, Kanisius 1969 , hal 787). Maka menjadi hamba atau pelayan yang memiliki tugas utama melayani berarti cara hidup dan cara bertindaknya seperti arti dari ‘servio’ di atas dimanapun dan kapanpun.

Cara hidup dan cara bertindak seorang hamba atau pelayan senantiasa membahagiakan atau menyelamatkan orang lain dan lingkungan hidupnya, ia setia dan taat pada apa yang dikatakan atau diperintahkan oleh tuan-tuannya. Sebagai hamba Tuhan berarti senantiasa dengan penuh kesetiaan dan ketaatan melaksanakan perintah-perintah atau sabda-sabda Tuhan, yang antara lain tertulis di dalam Kitab Suci serta ‘diterjemahkan’ ke dalam aneka macam bentuk konstitusi, pedoman hidup, anggaran dasar hidup bersama. Jiwa atau semangat melayani ini hemat saya pertama-tama dan terutama harus dihayati oleh mereka yang berpengaruh dalam hidup bersama, para pemimpin atau atasan, sehingga cara hidup dan cara bertindak pemimpin atau atasan dapat menjadi teladan bagi para anggota atau bawahannya. Marilah kita mendukung dan meneladan para gembala Gereja yang senantiasa menyatakan dan mengusahakan diri sebagai ‘hamba yang hina dina’ dalam menggembalakan atau melayani umat.

Hamba atau pelayan yang baik pada umumnya bekerja keras dan tidak pernah menggeluh atau menggerutu, juga ketika harus menerima perlakuan yang tidak enak atau tidak baik dari yang dilayani. Hamba atau pelayan senantiasa bersusah payah membahagiakan mereka yang harus dilayani, tidak pernah bermalas-malas atau bekerja seenaknya, menurut selera pribadi. Hamba atau pelayan yang baik senantiasa juga mengenali dengan baik mereka yang harus dilayani, sehingga pelayanannya diterima dengan senang hati dan gembira. Hamba atau pelayan berusaha menggembirakan mereka yang dilayani, maka panggilan bagi kita untuk melayani yang lain berarti cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun senantiasa menggembirakan yang lain. Kita adalah pewarta-pewarta kabar gembira, apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan.


“Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua” (Ibr 10:8-9).

“Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa” pada umumnya bersifat liturgis atau formal atau bahkan ‘sandiwara’. Yang menjadi korban adalah orang atau yang lain. Hal ini sering terjadi tidak hanya dalam upacara liturgis atau keagamaan saja, tetapi juga terjadi di dalam hidup sehari-hari, dimana orang cenderung menampilkan ‘bungkus’ atau apa yang kelihatan, bukan ‘isi’ atau tindakan konkret sehari-hari. Kita semua sebagai orang beriman dipanggil untuk bersikap : “Sungguh, aku datang untuk melakukan kehendak-Mu/kehendak Tuhan”, dengan kata lain menjadi pelaksana-pelaksana kehendak Tuhan dalam hidup, tugas pengutusan, pekerjaan, jabatan atau fungsi sehari-hari. Kita dipanggil untuk berbudi pekerti luhur, dengan pemahaman “Sesungguhnya, pengertan budi pekerti yang paling hakiki adalah perilaku. Sebagai perilaku, budi pekerti meliputi pula sikap yang dicerminkan oleh perilaku” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 4).

"Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga?Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.” (Yes 7:13-14), demikian kata nabi Yesaya kepada keluarga Daud. Kata nabi Yesaya ini kiranya dapat menjadi permenungan atau refleksi kita: dari cara hidup dan cara bertindak kita diharapkan ‘lahir Imanuel’ , dihasilkan buah-buah yang mendorong dan memotivasi siapapun yang kena dampak hidup dan bertindak kita untuk senantiasa mengimani penyertaan atau pendampingan Tuhan dalam dirinya yang lemah dan rapuh. Tentu saja dari diri kita sendiri senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan, karena kita adalah pelaksana-pelaksana kehendak Tuhan. Marilah meneladan Imanuel “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Fil 2:6-8)





[Ignatius Sumarya, SJ]

Photobucket

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy