| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 13 April 2009


Senin, 13 April 2009
Hari Senin dalam Oktaf Paskah

Berbahagialah yang percaya meski tidak melihat.


Doa Renungan Pagi

Ya Yesus, begitu besar cintamu kepada setiap orang yang mencintai Engkau dengan setia. Pada hari ini Engkau telah menyatakan kekuasaan-Mu kepada para perempuan yang setia. Engkau sendiri telah menyatakan kebangkitan-Mu kepada mereka. Ya Yesus, kadang kami tidak setia kepada-Mu sehingga kami tidak berani menyatakan kebenaran iman. Maka buatlah kami tidak takut lagi untuk mewartakan kebangkitan-Mu pada hari ini, dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (2:14.22-32)

"Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi."


Pada hari Pentakosta, bangkitlah Petrus berdiri bersama kesebelas rasul. Dengan suara nyaring ia berkata kepada orang banyak, "Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan, mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh dengan tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan-Nya dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan. Karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram. Sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu. Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburnya masih ada pada kita sampai hari ini. Tetapi ia adalah seorang nabi, dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu Daud telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung.
Ayat.
(Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10.11)
1. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada Tuhan, "Engkaulah Tuhanku, Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku."
2. Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
3. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorai, dan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
4. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat yang abadi.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya
Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (28:8-15)

"Katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan disanalah mereka akan melihat Aku."


Pada waktu itu, perempuan-perempuan pergi dari kubur, diliputi rasa takut dan sukacita yang besar. Mereka berlari cepat-cepat untuk memberitahukan kepada para murid bahwa Yesus telah bangkit. Tiba-tiba Yesus menjumpai mereka dan berkata, "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya, memeluk kaki-Nya dan menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka, "Jangan takut! Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." Ketika mereka masih di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga makam Yesus ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan kaum tua-tua, mereka mengambil keputusan, lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata, "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid Yesus datang malam-malam dan mencuri jenazah-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan cerita ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Secara psiko-phisik perempuan dan laki-laki berbeda satu sama lain; laki-laki pada umumnya lebih keras dan kasar daripada perempuan, demikian juga laki-laki mudah marah daripada perempuan. Jika ngrasani atau ngrumpi laki-laki lebih vokal dan keras sedangkan perempuan lebih lembut. Dalam kisah yang diwartakan hari ini kita dapat melihat para perempuan memperoleh penampakan dari Tuhan serta tugas untuk mewartakan kebaikan dan kebenaran, sedangkan laki-laki (para penjaga makam) diberi tugas menyebarkan kebohongan. “: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.", demikian perintah Tuhan kepada para perempuan, saksi kebangkitan, sedangkan kepada para lelaki, penjaga makam diberi perintah oleh oreng yang gila harta benda, kuasa/kedudukan dan kehormatan duniawi :”Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." . Peristiwa kebangkitan Yesus dari mati menyingkapkan dan memperjelas isi hati orang, itulah yang terjadi. Maka sebagai orang beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus, kami mengajak untuk mawas diri atas perintah ini: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.", Galilea bagi kita adalah tempat tinggal/keluarga atau tempat kerja/belajar sehari-hari, dimana kita memboroskan waktu dan tenaga kita. Marilah kita sapa, sentuh, perlakukan saudara-saudari atau rekan kerja/ belajar dengan penuh kasih, rendah hati dan hormat, karena Tuhan hadir dan berkarya dalam diri mereka. Hendaknya juga jangan takut menghadapi aneka masalah dan konflik, tetapi dekati dan sikapi aneka masalah dan konflik dengan kasih, rendah hati, lemah lembut dan hormat.

· “Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan” (Kis 2:26-27), demikian kutipan ‘kotbah’ Petrus kepada para pendengarnya. Kita semua dipanggil untuk bersuka-cita dan bersorak-sorai, karena “tubuhku akan diam dengan tenteram”. Suka-cita dan sorak-sorai merupakan perwujudan tubuh yang tenteram dan semakin memperteguh atau memperkuat ketenteraman tubuh. Tidak ada alasan untuk tidak bersuka-cita dan bersorak-sorai, karena kita telah diselamatkan dan diperbaharui iman kepercayaan kita kepada Tuhan (ingat: pembaharuan janji baptis di malam Paskah). Sebagai tanda atau gejala bahwa kita senantiasa tenteram adalah hidup dan bertindak mewartakan kebaikan-kebaikan dan kebenaran-kebenaran serta tanpa takut melawan dan memberantas aneka kebohongan dan manipulasi dalam kehidupan dan kerja bersama. Jangan takut melawan dan memberantas aneka kebohongan dan manipulasi; percayalah jika kita tidak takut, melainkan berani dalam suka-cita dan ceria, seperti orang gila yang telanjang kesana kemari tanpa takut dan senyum terus serta mengundang orang lain untuk tertawa dan gembira, maka dengan suka-cita dan keceriaan kita orang lain juga akan tergerak untuk mendekati kita, terpikat dengan cara hidup dan cara bertindak kita. Dalam kegembiraan dan keceriaan bersama akan terjadi mujizat-mujizat yang luar biasa, sebagaimana dialami oleh Petrus, yang semula takut menjadi berani, dan berkobar-kobar mewartakan kabar gembira, kebaikan dan kebenaran.



“Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan”

(Mzm 16:7-10)




Jakarta, 13 April 2009
Ignatius Sumarya, SJ

Selamat Paskah!

Semoga dengan Wafat Yesus Kristus di salib, dan kebangkitan-Nya, kita pun dikuatkan untuk bangkit dalam iman, bangkit dalam membangun kehidupan yang lebih baik, bangkit dalam semangat melayani, mewartakan kasih-Nya. Kristus Bangkit! Kristus mulia! Mari kita wartakan! Selamat Paskah. Alleluya


______________________
Christianto
Renungan Pagi.blogspot.com

Minggu, 12 April 2009


M i n g g u, 12 April 2009
P A S K A H
Kebangkitan Tuhan


"Berbahagialah kamu, jika demi Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah karena besarlah ganjaranmu di surga" --- Mat 5:11-12

Doa Renungan
Allah Bapa kami, sumber kehidupan sejati, hari ini Putra-Mu bangkit jaya atas maut dan membukakan pintu kehidupan abadi. Kami mohon, perkenankanlah kami merayakan kebangkitan-Nya dengan penuh rasa syukur, dan semoga karenanya kami diperbaharui oleh Roh-Mu serta bangkit dan hidup dalam cahaya sinar-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (10:34a.37-43)

"Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati."

Sekali peristiwa Allah menyuruh Petrus pergi ke rumah perwira Kornelius. Di sana Petrus berkata, "Kamu tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea, mulai dari Galilea, sesudah pembaptisan yang diberitakan oleh Yohanes, yaitu tentang Yesus dari Nazaret: Bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh dan kuat kuasa. Yesus itulah yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia. Kami adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuat Yesus di tanah Yudea maupun di Yerusalem! Dia telah dibunuh dan digantung pada kayu salib. Tetapi Allah telah membangkitkan Dia pada hari yang ketiga. Dan Allah berkenan bahwa Ia menampakkan diri, bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Dan Yesus telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 821
Ref. Pada hari ini Tuhan bertindak! Mari kita rayakan dengan gembira.
Ayat.
(Mzm 118:1-2.16ab-17.22-23)
1. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik, kekal abadi kasih setia-Nya. Biarlah Israel berkata, "Kekal abadi kasih setia-Nya."
2. Tangan kanan Tuhan berkuasa meninggikan, tangan kanan Tuhan melakukan keperkasaan. Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan Tuhan!
3. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose (3:1-4)

"Pikirkanlah perkara yang di atas, dimana Kristus berada."

Saudara-saudara, kamu telah dibangkitkan bersama dengan Kristus. Maka carilah perkara yang di atas, di mana Kristus berada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati, dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus dalam Allah. Kristuslah hidup kita! Apabila Ia menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil PS 959
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat.
Mari kita merayakan perjamuan Paskah, sebab Yesus Kristus sudah dikurbankan.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (20:1-9)

"Yesus harus bangkit dari antara orang mati."

Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur Yesus, dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Maka ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus. Ia berkata kepada mereka, "Tuhan telah diambil orang dari kubur-Nya, dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat daripada Petrus, sehingga ia lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam dan melihat kain kafan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka tibalah juga Simon Petrus menyusul dia, dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kafan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kafan itu, tetapi agak di samping, di tempat yang lain, dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai ke kubur itu; ia melihatnya dan percaya. Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci, yang mengatakan bahwa ia harus bangkit dari antara orang mati.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

MISA SORE

Bait Pengantar Injil PS 959
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Tuhan Yesus, bukalah arti Kitab Suci bagi kami, kobarkanlah hati kami karena ajaran-Mu.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (24:13-35)

"Mereka mengenali Yesus pada waktu Ia memecah-mecahkan roti."

Pada hari Sabat sesudah Yesus dimakamkan, dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenali Dia. Yesus berkata kepada mereka, "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya, "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?" Kata-Nya kepada mereka, "Apakah itu?" Jawab mereka, "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret! Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati, dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Dan beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan bahwa Yesus hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Yesus sendiri tidak mereka lihat." Lalu Ia berkata kepada mereka, "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya akan segala sesuatu yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Sementara itu mereka mendekati kampung yang mereka tuju. Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka mendesak-Nya dengan sangat, "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Waktu duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka, dan mereka pun mengenali Dia. Tetapi Yesus lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain, "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan, dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita? Lalu bangunlah mereka dan langsung kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid. Mereka sedang berkumpul bersama teman-teman mereka. Kata mereka kepada kedua murid itu, "Sungguh, Tuhan telah bangkit, dan telah menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua murid itu pun menceritakan apa yang terjadi di tengah jalan, dan bagaimana mereka mengenali Yesus pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan


“Murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.”

Satu atau dua hari setelah upacara pemakaman salah satu anggota keluarga, pada umumnya pagi-pagi benar masih terasa lesu dan lelah. Suasana murung atau sedih kiranya masih menyelimuti seluruh anggota keluarga atau sanak kerabat dekat dari yang dipanggil Tuhan, meninggal dunia. Suasana macam itulah kiranya yang sedang terjadi dalam atau dialami oleh para rasul/murid Yesus, tetapi “Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur”. (Yoh 20:1). Saksi kebangkitan yang pertama adalah Maria Magdalena, seorang perempuan, yang dalam tata sosial hidup bersama sehari-hari, yang biasa, sering dinilai sebagai yang lemah

“Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” (Yoh 20:2)

Dari pengalaman peristiwa ‘hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap’, kebangkitan Yesus dari mati, kiranya kita dapat mawas diri perihal kebenaran ini: “kelemahan sekaligus dapat menjadi kekuatan dan kekuatan sekaligus dapat menjadi kelemahan’. Di dalam hidup sehari-hari, suasana aman dan damai pada umumnya yang nampak berperan dan berpengaruh adalah mereka yang dinilai kuat dalam kedudukan atau jabatan. Sebagai contoh konkret: ketika ada undangan pesta dengan perwakilan alias tidak semuanya diundang, pada umumnya yang datang ke pesta adalah sang pemimpin atau ketua. Di dalam suasana genting dan mencemaskan atau kurang enak, pada umumnya mereka yang dinilai lemah yang tampil dan berperan, Sebagai contoh konkret: ketika ada undangan untuk kerja bakti kiranya yang datang adalah pekerja kasar atau pembantu rumah tangga, demikian juga ketika ada tempat yang kotor atau amburadul kiranya yang diminta mengerjakan atau membereskan adalah para pembantu atau buruh, dst..



Marilah kita mawas diri perihal kekuatan dan kelemahan kita masing-masing. Mungkin perihal kekuatan dengan mudah orang berani melihat dan mengakuinya, tetapi dalam hal kelemahan sering malu atau tidak berani mengakuinya. “Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku” (1Kor 11:30 ), demikian kesaksian Paulus, yang kiranya dapat menjadi inspirasi kita. Kesaksian ini menunjukkan bahwa yang bekerja dalam diri manusia yang lemah.dan rapuh adalah Tuhan, dimana orang lebih terpesona atau terpengaruhi oleh Tuhan, sebagaimana dialami oleh Maria Magdalena, sehingga ia tak takut dan gentar dalam suasana genting yang mencekam. Dengan gairah ia memberitahu atau mengabarkan kebangkitan Tuhan kepada mereka yang takut, seperti para rasul, dan akhirnya para rasul yang ketakutan pun bangkit juga. Yang dipandang lemah telah membangkitkan dan menggairahkan; kebenaran ini rasanya dapat dialami oleh para orangtua atau bapak-ibu terhadap anak-anak atau bayinya yang lemah, yang mungkin baru saja dilahirkan. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak takut atau cemas melihat dan mengakui kelemahan kita masing-masing. Ingatlah bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang dipanggil Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya, dalam mewartakan kebangkitan, kegairahan dan kegembiraan.



Dalam kisah Warta Gembira hari ini juga diceriterakan bahwa “murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.”, murid yang lain ini adalah Yohanes, murid terkasih Yesus. Selayaknya orang menjadi lebih bergairah ketika yang terkasih menghadapi masalah, itulah yang terjadi, sebagaimana dialami banyak orang ketika sahabat atau kenalannya menderita sakit atau bahkan meninggal dunia. Maka dalam kegembiraan Paskah, kebangkitan Yesus dari mati, hari ini, marilah kita ingat saudara-saudari kita yang mungkin sedang dalam kesulitan; kita bangkit berdiri dan mendatanginya untuk melihat apa yang sedang terjadi. Percaya dan imanilah dengan melihat apa yang terjadi pasti atau terjadi sesuatu yang tak terduga, mujizat atau karya Tuhan.

“Marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran” (1Kor 5:8) .

”Berpesta atau bergembira dalam kemurnian dan kebenaran” itulah panggilan kita semua. “Seseorang yang memilih hidup murni akan menghayati satu sikap hormat yang terarah semata kepada Sang Pencipta, sebagai satu-satunya Pribadi, akan tetapi ia akan tetap menghormati semua ciptaan lain termasuk dirinya sendiri” (Sr.Joyce Ridick SSC, Ph.D: Kaul , harta melimpah dalam bejana tanah, liat, , , Penerbit Kanisius – Yogyakarta 1987, hal 93). Yang disebut sebagai “Pribadi” di sini adalah Tuhan, dan kita beriman bahwa Tuhan senantiasa hidup dan berkarya dalam diri manusia, ciptaan terluhur di dunia ini. Maka sebagai perwujudan hidup dalam kemurnian dan kebenaran kiranya dapat kita wujudkan dengan saling menghormati satu sama lain, dalam keadaan atau kondisi macam apapun.



Kita juga dipanggil untuk menghormati diri sendiri dan ciptaan lain dalam kemurnian dan kebenaran. Menghormati diri sendiri dalam kemurnian dan kebenaran antara lain berusaha seoptimal mungkin agar kita tetap dalam keadaaan sehat wal’afiat, segar bugar baik lahir maupun batin, jasmani maupun rohani. Orang sehat dan segar bugar akan lebih mudah untuk bergembira ria serta mewartakan kegairahan, kegembiraan dan kebangkitan kepada sesamanya. Mengusahakan kesehatan dan kebugaran tubuh atau phisik antara lain dengan ‘makan dan minum sesuai dengan pedoman empat sehat lima sempurna’, olahraga teratur, istirahat dan bekerja teratur, dst.. Sedangkan untuk mengusahakan kesehatan dan kebugaran batin atau rohani antara lain tidak melupakan hidup doa, matiraga maupun tindakan atau perilaku yang baik dalam hidup sehari-hari.



Iman kita kepada kebangkitan juga dapat kita wujudkan dengan saling mengasihi tanpa membeda-bedakan orang sebagaimana dikatakan oleh Petrus: “ Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.”(Kis 10:34-35). Yesus yang telah bangkit dari mati tidak terikat oleh ruang dan waktu dalam berkarya untuk menyelamatkan dunia melalui RohNya., maka kita yang beriman kepadaNya juga dipanggil untuk tidak terikat dalam ruang dan waktu dalam berpartisipasi menyelamatkan dunia. “Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya”, demikian kata Petrus. Kebenaran dianugerahkan kepada semua orang dan dapat dihayati oleh semua orang tanpa pandang bulu, SARA atau usia dan pengalaman. Apa yang benar selalu berlaku secara universal atau umum, bukan milik pribadi atau golongan tertentu.



“Tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!"Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita” (Mzm 118:16-17.22-23)



“SELAMAT PASKAH, ALLELUYA”

Jakarta , 12 April 2009
Ignatius Sumarya, SJ

Photobucket

Paskah, Pengorbanan untuk kesatuan

Renungan Paskah
Paskah, Pengorbanan untuk Kesatuan
Sabtu, 11 April 2009 02:47 WIB

Oleh
Mgr AM Sutrisnaatmaka MSF


Ada sinyalemen, elite politik kita jatuh pada pragmatisme sesaat, yaitu mendapatkan kekuasaan. Mereka tidak menunjukkan kemampuan memimpin dengan menjelaskan visi-misi. Bahkan, muncul kecenderungan adanya keterpecahan antarpartai politik seperti di Aceh: Partai Aceh dan Partai Suara Independen Rakyat Aceh.

Banyak anggota DPR/DPRD lebih mengedepankan kepentingan pribadi dan kelompok daripada kepentingan umum. Bisa muncul konflik yang mengancam kesatuan bangsa. Hal ini merupakan tantangan berat bagi kehidupan berdemokrasi. Bisakah kita menghidupi demokrasi yang dilandasi semangat pengorbanan untuk memupuk keutuhan dan kesatuan bangsa?

Kilas balik Paskah

Paskah adalah perayaan Kebangkitan Kristus, kronologinya didahului Jumat Agung, peringatan wafat-Nya. Kematian mendahului kebangkitan, sekaligus menjadi alasannya. Timbul pertanyaan, apa alasan Yesus dihukum mati disalib? Adakah unsur politik atau hanya alasan keagamaan? Pengorbanan dan kematian Yesus dimaksudkan agar kesatuan dan keutuhan kemanusiaan dipulihkan.

Semula, saat umat Israel berada di Mesir, perayaan Paskah ditandai penyembelihan dan pengorbanan anak domba. Darahnya dioleskan pada jenang pintu setiap rumah agar terbebas dari kematian anak sulung. Pesta Paskah juga menyatukan anggota keluarga dalam menyantap daging anak domba. Sepanjang perjalanan kembali ke Israel, perayaan Paskah berperan membentuk suku-suku menjadi suatu bangsa.

Dalam perkembangannya, Paskah melambangkan Yesus yang mengorbankan Diri sebagai Anak Domba Paskah, guna menebus manusia dari perbudakan dosa dan kematian. Yesus mengorbankan Diri untuk merajut kembali hubungan manusia dengan Allah yang rusak dan menyebabkan kematian. Dosa juga menjadikan komunikasi antarsesama terganggu, terpecah, bahkan tak lagi bisa saling berkomunikasi. Kenyataan itu dilambangkan dengan kisah pembangunan Menara Babel (Kej 11:1-9). Dalam karya penebusan Kristus, hukum dan bahasa kasih menjadi pemersatu manusia seperti dilambangkan peristiwa Pentakosta, hari ke-50 sesudah Paskah (Kis 2:1-13).

Wafat Yesus sebagai pengorbanan Diri memunculkan perdebatan. Tulisan pada salib-Nya, ”Raja orang Yahudi” (Mrk 15:26) jelas bernuansa sosial-politik. Pemerintah Romawi rupanya melihat gerakan Yesus bisa mengarah pada rongrongan kekuasaan. Sebutan ”Mesias” (”Yang Diurapi”, Mat 26:63) bernuansa politik maupun keagamaan. Namun, indikasi paling jelas adalah bahwa Yesus menjadi korban kebencian dan permusuhan para pemimpin agama: kaum farisi, imam-imam kepala, dan ahli Taurat. Kehadiran Yesus dinilai membahayakan kedudukan para penguasa agama. Bahkan Yesus pernah mengampuni pendosa—yang merupakan upaya menyatukan kembali manusia dengan Allah dan sesamanya—dinilai sebagai penghujatan yang tak dapat ditolerir oleh pemimpin agama, karena kuasa mengampuni hanya dimiliki Allah.

Kehidupan bersama

Melalui salib, makna Paskah ditemukan. Paskah merupakan puncak semua pesta iman karena kebangkitan Kristus yang dirayakan pada malam Paskah menjadi dasar iman akan adanya hidup baru sesudah kematian. Telur Paskah melambangkan kehidupan baru itu. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, tujuan akhir hidup manusia diubah dari kematian menjadi hidup baru yang tak terkalahkan.

Situasi sosial politik kita diwarnai sikap kebanyakan elite politik dan tokoh pemerintah yang berfalsafah do ut des, aku memberi, agar Anda memberi (jika mungkin lebih banyak). Maka, dipertanyakan adakah self-giving attitude, sikap pemberian diri, pengorbanan untuk kehidupan bersama, di kalangan elite politik dan tokoh pemerintahan kita? Sikap do ut des bisa mengarah kepada politik dagang sapi, sikap koruptif, dan disintegratif.

Menjelang pemilu legislatif, Presiden mengakui adanya ancaman keamanan (disampaikan seusai rapat kabinet terbatas 7 April 2009). Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menjelaskan, ancaman keamanan itu diperoleh dari berbagai informasi, yang ditindaklanjuti dan diantisipasi. Memang, jika penghayatan sikap mau berkorban bagi kehidupan bersama itu kurang atau tidak ada, perpecahan dan ancaman keamanan akan kian nyata, dan taruhannya adalah kesatuan dan keutuhan bangsa.

Semoga semangat Paskah memberikan dorongan kepada seluruh bangsa untuk mewujudnyatakan sikap pengorbanan demi kesatuan dan keutuhan hidup berbangsa kita.

Mgr AM Sutrisnaatmaka MSFSekjen KWI; Uskup Palangkaraya

Sumber: Kompas



Photobucket

Malam Paskah, 11 April 2009

Bacaan Kitab Suci Malam Paskah klik disini

Renungan Malam Paskah: Kej 1:1-2:2; Kel 14:15-15:1; Yeh 36:16-17a.18-28; Rm 6:3-11; Mrk 16:1-7


“Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan, Ia telah bangkit”


"Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu."

(Mrk 16:6-7)



“Rahasia Paskah mempunyai dua sisi: Dengan kematianNya Kristus membebaskan kita dari dosa, dengan kebangkitanNya Ia membuka pintu masuk menuju kehidupan baru. Hidup baru ini pada tempat pertama adalah pembenaran, yang menempatkan kita kembali dalam rahmat Allah. ‘supaya seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati…demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:4). Pembenaran terletak dalam kemenangan atas kematian yang disebabkan oleh dosa dan dalam keikutsertaan dalam rahmat. Ia melaksanakan penerimaan menjadi anak Allah, karena orang-orang menjadi saudara-saudara Kristus. Yesus sendiri, sesudah kebangkitanNya, menyapa murid-murid-Nya dengan perkataan saudara: ‘Pergilah dan katakanlah kepada saudara-saudaraKu…’ (Mat 28:10; Yoh 20:17). Kita adalah saudara-saudariNya bukan atas dasar kodrat kita, melainkan oleh anugerah rahmat, karena hidup sebagai anak angkat ini benar-benar menyertakan kita dalam kehidupan PuteraNya yang tunggal, hidup yang nyata sepenuhnya dalam kebangkitanNya” (Katekismus Gereja Katolik 1993, no 654).



Kematian dan kebangkitan bagaikan mata uang bermuka dua



Kematian Yesus di kayu salib dan kebangkitanNya dari mati bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Saat Ia wafat, mempersembahkan Diri seutuhnya kepada Allah Bapa yang mengutus pada saat itu juga Ia masuk ke dalam hidup baru, hidup mulia kembali di sorga, sebagaimana pernah Ia sabdakan kepada salah satu penjahat yang disalibkan bersamaNya dan bertobat: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk 23:43). Penjahat yang bertobat itu pada saat ia meninggal dunia/mati pada saat itu juga memperoleh anugerah Allah, hidup mulia di dalam Firdaus, di dalam sorga.



“Dengan kematian-Nya Kristus membebaskan kita dari dosa, dengan kebangkitanNya Ia membuka pintu masuk menuju kehidupan baru”. Pada malam ini kita mengenangkan kebangkitanNya, yang berarti kita bersama-sama diundang untuk memasuki kehidupan baru, sebagai ‘anak-anak Allah’, meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus. Kita dipanggil untuk memperbarui hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita, yang telah dicemari atau dikotori oleh dosa-dosa kita. “Aku akan menguduskan nama-Ku yang besar yang sudah dinajiskan di tengah bangsa-bangsa, dan yang kamu najiskan di tengah-tengah mereka. Dan bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, demikianlah firman Tuhan ALLAH, manakala Aku menunjukkan kekudusan-Ku kepadamu di hadapan bangsa-bangsa. Aku akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu” (Yeh 36:23-24). Kita dipanggil untuk menanggaapi secara positif ajakanNya untuk berkumpul kembali ke ‘tanah terjanji’, hidup bahagia dan mulia di sorga.



Hidup bahagia dan mulia di sorga yang dijanjikan kepada kita tersebut kiranya telah dapat kita cicipi atau nikmati selama hidup di dunia ini, yaitu dengan membebaskann diri dari dosa dan memeluk kehidupan baru, sesuai dengan kehendak dan panggilan Tuhan. Secara liturgis hal ini di dalam Perayaan Malam Paskah dikenangkan dengan liturgi pembaharuan janji baptis , dimana kita bersama-sama memperbarui janji untuk “hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan”. Mengabdi Tuhan Allah dan menolak semua godaan setan bagaikan mata uang bermuka dua, seperti mengarahkan hati sepenuhnya kepada Tuhan Allah dan menolak untuk berbuat jahat atau berbuat dosa. Jika hati kita sepenuhnya diarahkan kepada Tuhan Allah pasti secara otomatis dikuasai atau dirajai, dan dengan demikian “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.”(Yeh 36:26). Hati kita akan meneladan Hati Yesus yang lemah lembut, rendah hati serta terbuka lebar bagi siapapun yang merindukan atau mendambakan Tuhan. Kita akan menjadi orang yang bermurah hati, memberi perhatian kepada saudara-saudari kita.

“Sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu." (Mrk 16:7)

“Demenyar” adalah singkatan dari ‘demen sing anyar’ = suka apa-apa yang baru. Apa-apa yang baru pada umumnya menarik perhatian dan memikat, demikian juga ketika kita memiliki apa-apa yang baru pada umumnya juga tergerak untuk menceriterakan atau menyebarluaskan kepada saudara-saudari kita. Kita telah dianugerahi hati baru, kehidupan baru dan seperti para wanita yang menjadi saksi kebangkitan Yesus kita juga diundang “Pergilah, katakanlan kepada murid-muridNya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu di Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu”



Galilea adalah tempat tinggal para murid, dimana mereka hidup dan mengerjakan tugas pekerjaan sehari-hari. Galilea kita adalah rumah/keluarga dan tempat kerja/belajar, dimana mayoritas waktu dan tenaga kita boroskan di dalamnya. Ia mendahului kamu masuk ke dalam keluarga atau tempat kerja/ belajar, maka “Jangan takut masuk ke dalam atau pulang kembali ke keluarga dan sebaliknya meninggalkan keluarga menuju ke tempat kerja/belajar”. Marilah kita buka hati kita lebar-lebar dan juga mata kita untuk melihat dan menangkap kehadiran Tuhan yang telah mendahului perjalanan dan keberadaan kita di dalam keluarga maupun tempat kerja/belajar, tanpa takut dan gentar, was-was atau curiga. Dengan kata lain hendaknya dengan gemibra, ceria, dinamis serta penuh harapan memasuki rumah/keluarga, tempat kerja atau belajar. Mulailah, awalilah segala sesuatu dengan gembira, ceria dan penuh harapan.


Dalam dan dengan hati baru, gariah, ceria dan penuh harapan marilah kita “memandang bagaimana Allah tinggal dalam ciptaan-ciptaanNya: dalam unsur-unsur , memberi ‘ada’nya; dalam tumbuh-tumbuhan, memberi daya tumbuh; dalam binatang-binatang, daya rasa; dalam manusia, memberi pikiran; jadi Allah juga tinggal dalam aku, memberi aku ada, hidup, berdaya rasa dan berpikiran. Bahkan dijadikan olehNya aku bait-Nya, karena aku telah diciptakan serupa dan menurut citra yang Mahaagung” (St Ignatius Loyola, LR no 235). Dengan kata lain kita dipanggil untuk menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Tuhan, dan dengan demikian kita akan mampu meneladan Yesus yang menyapa dan memperlakukan para murid sebagai saudara-saudariNya, kita dapat menyikapi dan memperlakukan siapapun dan apapun sebagai saudara dan saudari. Jika kita telah mampu menyikapi dan memperlakukan siapapun dan apapun sebagai saudara atau sahabat, maka tidak ada ketakutan sedikitpun untuk meninggalkan rumah/keluarga pergi ketempat kerja/belajar dan sebaliknya pulan dari kerja/belajar untuk pulang ke rumah/keluarga.


“Allah tinggal dan berkarya dalam seluruh ciptaan-Nya, dan tentu saja terutama dan pertama-tama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan citra atau gambar Allah. Maka marilah kita sikapi dan perlakukan diri kita maupun saudara-saudari kita sebagai citra atau gambar Allah. Sebagai gambar atau citra Allah berarti Roh Allah hidup dan bekerja dalam diri kita yang lemah dan rapuh sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti: “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.”(Gal 5:22-23). Marilah kita hayati keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut dalam diri kita sendiri serta kita cermati dan imani buah-buah Roh tersebut dalam diri saudara-saudari kita.

“Kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (Rm 6:10 -11)

Pembaruan janji baptis yang kita ikrarkan bersama-sama pada Malam Paskah ini merupakan ajakan atau panggilan untuk menghayati peringatan Paulus “bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus”. Ini dari janji baptis adalah “hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan”. Mengabdi Tuhan Allah berarti kita senantiasa hidup dalam dan oleh “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlebutan, penguasaan diri”, sedangkan godaan setan antara lain berupa “percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya” (lihat Gal 5:20-23). Maka baiklah kutipan surat Paulus kepada umat di Roma di atas kita renungkan atau refleksikan dengan bantuan kutipan surat Paulus kepada umat di Galatia di atas ini.


“Kamu telah mati bagi dosa”


Dosa-dosa seperti percabulan dst.. sebagaimana dikatakan Paulus di atas rasanya masih marak dilakukan orang pada masa kini. Sebagai contoh adalah marah, mengingat marah ini rasanya menjadi sumber dari dosa-dosa lainnya. Marah berarti melecehkan atau merendahkan yang lain, bahasa marah yang paling lembut adalah mengeluh/menggerutu, sedangkan paling kasar adalah membunuh. Yang menjadi dorongan atau alasan mengeluh adalah segala sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi, dengan kata lain orang hidup menurut selera pribadi atau berpedoman like and dislike, sehingga segala sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi adalah musuh.


Bukankah ketika orang tidak berani atau tidak mungkin mengungkapkan atau mewujudkan keluhan atau kemarahannya kepada yang menyebabkan ia marah atau mengeluh, kemudian mengarahkan keluhan dan kemarahannya dengan memuaskan diri sendiri, yang nikmat dan enak untuk sesaat, misalnya berbuat cabul atau mabuk-mabukan atau pesta pora? Maka matikanlah, hapuslah aneka macam bentuk keluhan atau kemarahan yang ada dalam diri anda!. Ketrampilan atau kebiasaan untuk tidak mengeluh atau marah ini hemat saya perlu diusahakan dan dihayati dalam kehidupan bersama yang mendasar, yaitu di dalam keluarga atau komunitas, dan kemudian di tempat kerja dengan rekan kerja. Marilah kita hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus, meneladan cara hidup dan cara bertindak atau menghayati sabda-sabda Yesus dalam hidup sehari-hari.



“Kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus”



Sabda Yesus yang terkait dengan marah adalah “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:43 -44). Menghayati sabda Yesus ini hemat saya sama dengan melakukan apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Galatia , yaitu hidup dalam Roh sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti: “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Gal 5:22-23)


Dari buah-buah Roh di atas ini rasanya yang baik kita renungkan atau refleksikan adalah “penguasaan diri”. Diri kita masing-masing adalah ciptaan Allah yang diciptakan sesuai dengan gambar dan citraNya, maka ajakan untuk menguasai diri harus dihayati bersama Allah, sesuai dengan kehendak Allah. Kehendak Allah bagi kita semua adalah agar kita senantiasa hidup suci, baik, berbudi pekerti luhur, sehingga tumbuh berkembang semakin dikasihi oleh Allah maupun sesama manusia. Dengan kata lain orang yang mampu menguasai diri berarti semakin dikasihi oleh banyak orang, semakin memiliki banyak kenalan berarti semakin banyak sahabat.



Untuk membantu keterampilan penguasaan diri antara lain hendaknya senantiasa berpikir positif terhadap diri sendiri maupun orang lain, sebagai tanda bahwa kita hidup dari dan oleh Roh. Maka warta gembira malaikat kepada para perempuan di makam“ Pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu” dapat kita hayati dengan berkata-kata perihal apa yang baik dan benar dan kita senantiasa bersikap dan bertindak untuk melihat dan mengakui apa yang benar dan baik. Bukankah dengan melihat dan mengakui apa yang benar dan baik akan tumbuh berkembang “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlebutan, penguasaan diri” dalam diri kita?



Mengenangkan dan mengimani misteri Paskah, wafat dan kebangkitan Yesus, berarti kita dipanggil untuk bekerjasama atau bergotong royong dalam melakukan apa yang baik dan benar. Memang untuk melakukan apa yang baik dan benar pada masa kini tidak akan terlepas dari aneka macam tantangan dan hambatan Jangan takut dan gentar menghadapi aneka tantangan dan hambatan, dan marilah meneladan para perempuan yang “pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur” tanpa takut dan gentar. Dari peristiwa kebangkitan Yesus dari mati ini kiranya kita dapat mawas diri bahwa kelemahan dapat menjadi kekuatan dan sebaliknya kekuatan dapat menjadi kelemahan. Dalam situasi genting pada umumnya yang berani tampil bebas merdeka adalah mereka yang dipandang atau dinilai lemah dalam situasi normal atau biasa, sedangkan yang dinilai kuat bersembunyi, tidak berani tampil. Bukankah untuk membersihkan apa yang kotor dan amburadul kita sering lebih minta bantuan dari mereka yang dinilai lemah seperti para pembantu atau pekerja kasar? Kuburan atau makam sering menjadi tempat yang menakutkan untuk sementara orang. Dalam arti tertentu juga ada orang yang menakutkan alias disikapi sebagai kuburan atau makam, maka marilah kita dekati dan sikapi orang-orang yang menakutkan dengan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh, yaitu “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlebutan, penguasaan diri”!




“SELAMAT PASKAH,

MARILAH KITA BANGKIT DAN BERGAIRAH DALAM KASIH, SUKACITA, DAMAI SEJAHTERA, KESABARAN, KEMURaHAN, KEBAIKAN, KESETIAAN, KELEMBUTAN DAN PENGUASAAN DIRI”




Jakarta , 11 April 2009
Ignatius Sumarya, SJ


Photobucket

Jumat Agung, 10 April 2009 - I. Sumarya, SJ-

Bacaan Kitab Suci Jumat Agung klik disini


JUMAT AGUNG: Yes 52:13-53:12; Ibr 4:14-16; 5:7-9; Yoh 18:1-19:42

“Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,”

Pada hari ini kita diundang untuk mengenangkan Sengsara dan Wafat Yesus di puncak Kalvari, di kayu salib, dengan ibadat-ibadat. Siang atau sore hari kita menghadiri dan berpartisipasi dalam ibadat yang terdiri dari Liturgi Sabda, Penghormatan Salib dan Komuni, sementara itu pada umumnya di gereja-gereja atau kapel-kapel diadakan ibadat jalan salib bersama-sama. Kita menghormati dan bersembah sujud kepada Yang Tersalib, maka perkenankan secara sederhana kami sajikan renungan atau refleksi atas sabda-sabda Dia Yang Tersalib:

"Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku” (Mrk 15:34)

Berat dan mulia itulah pemenuhan tugas pengutusan Yesus. Ketika Ia disiksa, didera dan harus memikul salib yang berat sambil diejek dan dihina, tidak ada satupun sahabat-sahabatNya yang menyertai. Mereka ketakutan dan meninggalkan Yesus sendirian. Kiranya sebagai seorang manusia hal itu sungguh menyakitkan, apalagi ketika Ia tergantung di kayu salib, berada di puncak penderitaan sendirian. Namun karena kesetiaan dan ketaatan kepada Yang Mengutus , Ia merasa masih didampingi oleh Yang Mengutus, maka di puncak penderitaan Ia berdoa “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku”.



Mungkin pada saat ini kita, lebih-lebih rekan-rekan yang sedang menderita sakit berat dan harus dirawat di rumah sakit serta sering sendirian di tempat tidur dalam kesakitan, sedang mengalami penderitaan atau sesuatu yang berat dan menyesakkan. Dengan kata lain tidak mampu bekerja atau bertugas seperti biasanya. Kami berharap,jika kita berada dalam keadaan yang demikian itu, hendaknya mmanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdoa, mengarahkan hati kepada Tuhan sepenuhnya. Mungkin berupa doa batin atau kata-kata singkat. Persembahkan dan satukan penderitaan anda kepada Allah dan penderitaan Yesus. Hendaknya dalam puncak kelemahan dan kerapuhan tubuh , hati dan jiwa semakin terbuka terhadap dan dekat dengan Allah, yang telah menganugerahi hidup dan tugas pengutusan. "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2Kor 12:9)

"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Luk 23:34)

Di puncak penderitaan tidak ada hiburan, tetapi yang datang bertubi-tubi adalah penghinaan, ejekan, cemoohan, cacimaki dst., itulah yang dialami oleh Yesus di puncak kayu salib. Ia tidak membalas dendam atau membenci mereka, melainkan mengampuni dan mendoakan mereka: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Sungguh merupakan sikap dan perilaku pahlawan karya penyelamatan sejati: tidak marah, mengeluh, menggerutu melainkan mengasihi mereka yang telah membuatNya menderita, “sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”


Di dalam hidup dan kerja sehari-hari kiranya kita sering merasa diperlakukan tidak baik, tidak enak dan menyakitkan. Dengan kata lain kita sering merasa dilecehkan dan direndahkan. Jika mengalami yang demikian itu, marilah kita meneladan Yesus dengan berdoa:”Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Sadari dan hayati bahwa mereka tidak bermaksud melecehkan atau merendahkan kita, karena mereka tidak tahu. Orang yang tidak tahu hemat saya tidak bersalah, maka selayaknya tidak dimusuhi atau dibenci. “Berkat kuasaMu juga, cinta mengalahkan kebencian, ampun menaklukkan balas dendam, dan saling kasih mengenyahkan perselisihan” (Prefasi DSA VI). Dalam puncak kelemahan dan kerapuhan diri kita, kuasa Tuhan lebih hidup dan berkarya.


"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk 23:43)

Di menit-menit atau detik-detik terakhir hidupnya, salah satu penjahat yang disalibkan disamping Yesus, berdoa: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Luk 23:42 )..Dengan dan dalam kemurahan HatiNya Yesus menjawab:”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”(Luk 23:43 ). Dialog ini kiranya baik menjadi permenungan kita semua, lebih-lebih atau terutama mereka yang mendekati dipanggil Tuhan, tetapi sebenarnya sewaktu-waktu kita juga dapat dipanggil Tuhan, meninggal dunia.


Sabda Yesus di atas ini kiranya menjadi sumber inspirasi dan iman kita bahwa hidup mulia kembali bersama Bapa di sorga dan Yesus yang kita imani setelah meninggal dunia adalah anugerah Allah. Orang yang dapat siap sedia menerima anugerah Allah pada detik-detik akhir hidupnya kiranya adalah mereka yang dalam perjalanan hidup dan tugas pengutusannya dengan dan dalam kelemahan serta kerapuhannya senantiasa berusaha untuk melaksanakan kehendak Tuhan. Mungkin dalam hidup dan cara bertindak sehari-hari di mata duniawi mereka terpaksa berbuat jahat, seperti mencopet, mencuri dst… Perbuatan jahat tersebut dilakukan untuk mempertahankan hidup yang dihayati sebagai anugerah Allah, karena tidak ada yang memberi kesempatan dan kemungkinan untuk bertindak sebagaimana mestinya. Mereka tetap berkehendak baik untuk mempertahankan hidup, anugerah Tuhan, maka ketika menjelang dipanggil Tuhan, di detik-detik terakhir hidupnya mereka akan berdoa seperti salah seorang penjahat yang disalibkan di samping Yesus :”Yesus, ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”. Marilah kita tetap setia berkehendak baik dalam kelemahan dan kerapuhan kita.

"Ibu, inilah, anakmu! "Inilah ibumu!” "(Yoh 19:26.27)


Seorang ibu yang baik senantiasa berada di samping anaknya, apalagi ketika anaknya sedang menderita sakit berat. “Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena” (Yoh 19:25 ). Bunda Maria berada di dekat salib Yesus: kesanggupan Maria untuk menjadi Bunda Penyelamat Dunia berkembang terus dengan sabda Yesus: “Ibu, inilah, anakmu!...Inilah ibumu!”. Yesus mempercayakan para murid atau pengikutNya kepada Bunda Maria , Ia mohon agar Bunda Maria mendampingi dan menyertai para murid atau pengikutNya dalam meneruskan karya penyelamatanNya. Kiranya kita tahu bahwa sampai kini Bunda Maria senantiasa mendampingi dan menyertai para murid atau pengikut Yesus, antara lain dengan peristiwa-peristiwa penampakannya dengan melelehkan air mata cintakasih bagi orang-orang berdosa agar bertobat.



Bunda Maria adalah teladan umat beriman, teladan hidup dan cara bertindak bagi para murid atau pengikut Yesus. Tidak ingat akan kasih Bunda/ibu berarti kurang beriman. “Adapun dalam tata rahmat itu peran Maria sebagai Bunda tiada hentinya terus berlangsung, sejak persetujuan yang dengan setia diberikannya pada saat Warta Gembira, dan yang tanpa ragu-ragu dipertahankannya di bawah salib, hingga penyempurnaan kekal semua para terpilih. Sebab sesudah diangkat ke sorga ia tidak meninggalkan peran yang membawa keselamatan itu, melainkan dengan perantaraannya ia terus-menerus memperolehkan bagi kita karunia-karunia yang menghantar kepada keselamatan kekal” (Vatikan II: LG no 62). Maka marilah kita tingkatkan dan perdalam devosi kita kepada Bunda Maria, antara lain dengan meneladan ketaatan dan kesetiaannya pada panggilan dan kehendak Tuhan sampai mati, dipanggil Tuhan. “Nderek Dewi Mariyah, tentu geng kang manah, boten yen kuwatosa ibu jangkung tansah. Kanjeng Ratu ing swarga, amba sumarah samya”, demikian syair bait pertama lagu “Nderek Dewi Mariyah”, yang sangat populer dalam kehidupan iman dan beragama orang-orang katolik.

"Aku haus!"(Yoh 19:28)

Kehausan Yesus di puncak kayu salib merupakan ajakan bagi para murid-murid atau pengikut Yesus untuk ‘memberiNya minum’ dengan melengkapi penderitaan Yesus dalam dan melalui hidup dan cara bertindak setiap hari. “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.”(Kol 1:24 ), demikian kesaksian Paulus kepada umat di Kolose, kepada kita semua yang percaya kepadaNya. Setiap kali berdoa kita mengawali dan mengakhiri dengan membuat tanda salib; hal ini merupakan ajakan agar apa yang akan kita lakukan atau kerjakan sebagai usaha “ menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuhNya, yaitu jemaat”.


Kita semua dipanggil untuk mempersembahkan diri seutuhnya demi keselamatan atau kebahagiaan umum, seluruh bangsa manusia. Maka baiklah apapun yang menjadi tugas, kesibukan, kewajiban atau pekerjaan kita, marilah kita hayati atau lakukan sebaik mungkin. Kita harus rela berkoban bagi keselamatan atau kebahagiaan umum/bersama. “Rela berkorban adalah sikap dan perilaku yang tindakannya dilakukan dengan ikhlas hati dan dengan kehendak sendiri. Dalam hal ini, ia lebih mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri” (Prof Dr Edy Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka –Jakarta 1997, hal 23).

Pada tahun ini, sebagai dampak dari krisis financial yang melanda seluruh dunia, kiranya cukup banyak orang yang hidupnya kurang atau tidak sejahtera. Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua untuk rela berkorban: tidak berfoya-foya atau hidup bermewah-mewah dan memperhatikan saudara-saudari kita yang serba berkekurangan. Marilah kita tingkatkan dan perdalam sodaritas kita terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan. Solidaritas kiranya berasal dari akar kata bahasa Latin solido/solidare yang antara lain berarti memperkuat, mengukuhkan, mengutuhkan kembali, menegakkan, meneguhkan. Marilah kita perkuat mereka yang lemah, kita kukuhkan yang ragu-ragu, kita utuhkan kembali yang pecah dan retak, kita tegakkan yang miring-miring dan kita teguhkan yang cemas.

"Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” (Luk 23:46)

Nyawa adalah gairah hidup, yang menghidupkan tubuh menjadi dinamis dan sehat, segar bugar. “Baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.”(Rm 14: 8), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua orang beriman. Hidup yang adalah anugerah Tuhan pada suatu saat, sewaktu-waktu akan diambil kembali oleh Tuhan ketika kita dipanggil Tuhan, meninggal dunia. Kiranya kita semua mendambakan pada detik-detik terakhir hidup kita masing-masng, kita dapat meneladan Yesus yang menyerahkan nyawa atau hidup kembali kepada Tuhan, Bapa di sorga, antara lain dapat berdoa seperti Yesus :” Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaku, hidupku”. Kita akan mampu berdoa atau bertindak demikian itu jika dalam perjalanan hidup dan kerja di dunia ini, dalam kelemahan dan kerapuhan serta bantuan rahmat Tuhan kita senantiasa berusaha untuk mennyerahkan gairah, cita-cita, harapan, dambaan, impian hidup kita kepada kehendak Tuhan, dengan kata lain senantiasa berusaha untuk berbudi pekerti luhur.



Berbudi pekerti luhur berarti memiliki sikap dan perilaku yang baik dan bermoral dalam hubungannya atau relasinya dengan Tuhan, diri sendiri, anggota keluarga, sesama/masyarakat dan bangsa serta alam sekitar. Maka marilah kita mawas diri perihal hubungan atau relasi dengan pribadi-pribadi maupun lingkungan hidup kita, apakah kita memiliki hubungan yang baik dan bermoral? Apakah kita berhubungan dan berrelasi terus menerus dalam dan bersama dengan Tuhan, sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga semauanya menjadi baik? Apakah kita semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia kapanpun dan dimanapun?

"Sudah selesai.” (Yoh 19:30)


“Sudah selesai”, itulah sabda terakhir dari Yesus yang tergantung di kayu salib, “lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya” (Yoh 19:30 ), wafat. “Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.”(Mat 27:51-52). Penyerahan Diri total, wafat Yesus membangkitkan dan menggerakkan seluruh bumi, dan “orang-orang kudus yang telah meninggal dunia bangkit”.


Wafat dan Kebangkitan Yesus tak dapat dipisahkan, hanya dapat dibedakan. Suatu misteri agung: kematian yang membangkitkan, mati satu tumbuh seribu. Dia yang taat sampai wafat di kayu salib membangkitkan dan menggairahkan orang-orang kudus, orang-orang yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Rasanya misteri salib ini juga terjadi dalam hidup sehari-hari, misalnya ketika ada seseorang meninggal dunia, maka tanpa diundang begitu mendengar saudara-saudari, sahabat-sahabat dan kenalan-kenalan bangkit, bergegas untuk berdoa dan bersembah sujud di hadapan yang meninggal dunia. Mungkin kita dalam keadaan letih, lesu dan tak bergairah atau putus asa; jika demikian adanya marilah kita menatap dan memandang Yang Tersalib, percayalah kita anda berani memandang Yang Tersalib pasti akan digairahkan, ditegakkan sehingga anda bangkit dan bergairah dalam hidup maupun bekerja meskipun harus menghadapi aneka tantangan dan hambatan.
Jakarta, 10 April 2009
Ignatius Sumarya, SJ

Malam Paskah

Malam Paskah
Sabtu, 11 April 2009


Pengantar

Melewati Sabtu Suci, kita mulai sore dan malam ini dengan perayaan Malam Paskah yang meriah. Liturgi Gereja membuat sedemikian rupa agar perayaan Malam Paskah ini berlangsung semeriah-meriahnya. Seluruh simbolisasi liturgi Malam Paskah ini sangat indah dan kaya. Inti suasana tampak dari permulaan tirakatan Malam Paskah ini yang diawali dengan upacara cahaya. Gedung gereja atau kapel gelap, lampu tidak dinyalakan. Imam mengawali perayaan dengan pemberkatan api dan kemudian penyalaan lilin Paskah. Api lilin Paskah melambangkan Kristus yang bangkit. Kebangkitan-Nya mengalahkan maut dan kematian.

Api lilin Paskah itu semula kecil saja. Namun setelah api lilin Paskah itu dibagikan ke lilin-lilin seluruh umat di gereja, lihatlah; betapa ruangan menjadi terang oleh api lilin-lilin itu. Terang dari api lilin-lilin tentu berbeda dari terang lampu listrik. Namun terang dari api lilin-lilin itu memberikan suasana khas dan khusus, indah, khidmat, syahdu, dan dalam bahasa cinta: lebih romantis.

Demikian pula kebangkitan Kristus diwartakan, sebagaimana api lilin Paskah yang disebarkan ke lilin-lilin seluruh umat. Pada Injil malam Paskah ini, warta kebangkitan Kristus mulai dari dua malaikat kepada para wanita. Para wanita memberitakan kepada para murid. Antara percaya dan tidak, para murid mulai mengalami warta kebangkitan Tuhan. Itu pula pengalaman kita. Kita memiliki iman akan kebangkitan Tuhan karena adanya pewartaan dari Gereja melalui orang tua, katekis, guru agama, pastor, dan sebagainya. Setiap orang kristiani, masing-masing dari kita, juga perlu menjadi lilin-lilin Paskah. Artinya, kita harus mewartakan kebangkitan Tuhan. Mungkin kecil-kecilan dan pada lingkup terbatas di sekitar kita, tetapi apabila ini menjadi gerakan seluruh umat beriman, maka cahaya Kristus yang bangkit akan menerangi seluruh masyarakat dan muka bumi. (EM IB 07)

Pada malam yang suci ini Tuhan kita Yesus Kristus beralih dari kematian memasuki kehidupan. Gereja mengundang putra-putrinya untuk berkumpul mengadakan tirakatan. Marilah pada malam ini kita ikuti tirakatan tersebut dengan datang ke Gereja pada malam ini untuk mengungkapkan iman kita akan Kristus yang bangkit dengan memberikan kegembiraan karena telah jaya atas maut. Malam ini kita akan memperbaharui janji baptis, memperbaharui iman kita akan Tuhan. Hidup-Nya membuka harapan baru, hidup bersatu dengan Tuhan. Warta Paska ini mengandung pula tugas baru kita, dan akan memahkotai dengan perayaan Ekaristi.

Bacaan Pertama (Maka jadilah petang dan pagi: PS 866)
Pembacaan dari Kitab Kejadian (1:1-31; 2:1-3)


"Allah melihat semua yang telah dijadikan-nya dan amat baiklah semuanya itu.”

1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. 2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. 3 Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi. 4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. 5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam.


5 6 1 2 1 2 3 1 7 6 1 . 6 5 77 6 5 5
Maka jadilah petang dan pagi, hari per- ta - ma.



6 Lalu berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air." 7 Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. 8 Allah menamai cakrawala itu langit.

Maka jadilah petang dan pagi, hari kedua.

9 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian. 10 Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 11 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian. 12 Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Maka 13 jadilah petang dan pagi, hari ketiga.

14 Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, 15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi." Dan jadilah demikian. 16 Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. 17 Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, 18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

19 Maka jadilah petang dan pagi, hari keempat.

20 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala." 21 Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung - yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 22 Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: "Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak."

23 Maka jadilah petang dan pagi, hari kelima.

24 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian. 25 Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." 27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." 29 Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. 30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian. 31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.

Maka jadilah petang dan pagi, hari keenam

Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. 2 Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. 3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.

Maka jadilah petang dan pagi, hari ini.

Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Doa Renungan
Allah Bapa yang mahabijaksana, karya cipta dan cinta-Mu sungguh mengagumkan. Semoga kami yang sering melupakan-Mu, mulai hari ini menyadari dan bertobat kembali kepada jalan keselamatan yang Kau tunjukkan melalui Putra-Mu. Sebab Engkaulah Allah kami, yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Renungan

Ada bagian dari hidup ini yang tetap menjadi milik Allah dan tetap harus menjadi misteri bagi kita.

Bacaan Pertama Misa Malam Paskah hari ini mengisahkan penciptaan manusia oleh Allah. Manusia dibentuk dari debu tanah. Allah menghembuskan napas hidup sehingga manusia hidup. Untuk hidupnya itu, manusia diberi segala hal yang perlu, seperti berbagai pohon yang memberikan buah yang enak dan segar untuk dimakan. Tetapi ada satu pohon, yakni pohon kehidupan yang tidak boleh dimakan. Kita ingat dengan kisah ini. Bahkan anak-anak sekolah Minggu pun telah diberi cerita ini. Namun apa artinya?

Pertama, manusia diciptakan oleh Allah sebagai karya seni yang indah. Allah membentuk manusia dari debu. Dari yang tidak berarti, yaitu debu, kita menjadi manusia yang berarti karena dibentuk dan dibuat oleh Allah. Maka perlulah kita selalu bersyukur, sebab hidup ini menjadi begitu berharga dan bernilai karena kita memang telah diangkat oleh Allah menjadi makhluk yang bermartabat dan berharga.

Kedua, manusia dilengkapi dengan segala sesuatu yang diperlukan supaya bisa hidup. Itulah makna dari segala pohon yang diberikan Tuhan untuk kita makan dan kita pergunakan untuk hidup. Alam yang diciptakan Allah ini sebenarnya luar biasa. Kita bisa makan dari apa yang dihasilkan pohon, mengambil air dari bumi, dan segala macam tambang juga. Kalau sakit, ada aneka tanaman obat yang luar biasa pula khasiatnya. Kalau sakit masuk angin, buat saja wedang jahe! Hangat deh! Itu berarti, sebenarnya alam ini sudah cukup dalam memberikan sarana untuk hidup. Yang penting: kita jangan serakah dan mengeksploitasi alam semena-mena.

Ketiga, adanya pohon kehidupan yang dilarang untuk dimakan mengungkapkan bahwa tetap ada kehidupan alam dan diri kita ini yang tetap hanya milik Allah. Ada bagian dari hidup ini yang tetap menjadi milik Allah dan tetap harus menjadi misteri bagi kita. Itulah kehidupan itu sendiri, yang mesti kita serahkan kepada Allah sendiri! (EM/IB/07-01.007.02)

Mazmur Tanggapan PS 832
Ref. Betapa megah nama-Mu, Tuhan di seluruh bumi

do= 2/4bes
1.Tuhan menegakkan keadilan, bagi orang yang diperas dan memberi roti kepada orang-orang yang lapar. Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung.
2.Tuhan membuka mata orang buta, dan menegakkanorang yang tertuduh, Tuhan mengasihi orang-orang benar, dan menjaga orang-orang asing.
3.Anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkannya. Tuhan itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu ya Sion turun menurun.


Bacaan Kedua
Pembacaan dari Kitab Keluaran (14:15-15:1)

“Umat Israel masuk ke tengah laut yang kering”

15 Pada waktu itu Tuhan bersabda kepada Musa: " Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. 16 Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering. 17 Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. 18 Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun keretanya dan orangnya yang berkuda." 19 Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka, dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. 20 Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu. 21 Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. 22 Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. 23 Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka - segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda - sampai ke tengah-tengah laut. 24 Dan pada waktu jaga pagi, TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu. 25 la membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: "Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab TUHAN lah yang berperang untuk mereka melawan Mesir." 26 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda." 27 Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu, demikianlah TUHAN mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut. 28 Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka. 29 Tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. 30 Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut. 31 Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan TUHAN terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN dan mereka percaya kepada TUHAN dan kepada Musa, hamba-Nya itu.
Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Doa Renungan
Allah Bapa pembebas umat dari segala penderitaan, kami bersyukur kepada-Mu, karena dengan kuasa, Engkau telah melepaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Kini pun Engkau telah melepaskan kami dari perbudakan dosa, melalui air pembaptisan yang kami terima. Semoga, iman kami semakin kuat berakar, sehingga kami tetap tegar dan setia pada-Mu, kendati menghadapi ancaman yang berat. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Renungan

Paskah adalah berkat di tengah kehancuran dan kegelapan maut. Inilah pembebasan bagi kita!

Setiap orang pernah mengalami kehilangan. Tsunami, gempa bumi dahsyat, banjir, lumpur panas yang menelan rumah dan sawah yang membuat saudara kita kehilangan keluarga, harta, dan jaminan hidup. Tidak heran, begitu banyak orang berbeban karenanya. Putus asa dan kehilangan harapan dalam hidup ini menjadi semacam lembah gelap pekat yang menekan jiwa mansia, sampai-sampai orang meragukan Tuhan.

Kebangkitan Yesus adalah dasar iman orang Kristiani. Bagi yang merasa putus asa, yang dikuasai dosa, yang merasa kehilangan, dan yang menderita sakit, datanglah kepada Yesus yang bangkit. Justru untuk Anda sekalian Ia bangkit. Dengan iman itu, anda akan mendapatkan energi baru untuk menghayati nilai luhur di balik penderitaan, sakit, dan kematian. Ternyata derita, sakit, kematian bukanlah akhir hidup ini. Yesus telah menjawabnya melalui kebangkitan: sengsara, sakit, dan kematian sudah dikalahkan. (ASD/IB/08-01/23.03)

Mazmur Tanggapan PS 838
Ref. Tuhan telah membebaskan dan menyelamatkan daku.
Ayat.
1. Aku akan memuji ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak membiarkan musuh-musuhku bersuka cita atas diriku. Tuhan, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan daku di antara mereka yang turun ke liang kubur.
2. Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihi oleh-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab hanya sesaat ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.
3. Dengarlah, Tuhan, dan kasihanilah aku, Tuhan, jadilah penolongku! Aku yang meratap telah Kuubah menjadi orang yang menari-nari, Tuhan, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.

Bacaan Ketiga
Pembacaan dari Kitab Nabi Yesaya (54:5-14)


"Datanglah kepada-Ku, maka kamu akan hidup.
Aku akan mengikat perjanjian kekal denganmu."

5 Tuhan bersabda kepada Nabi Yesaya, jika yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi. 6 Sebab seperti isteri yang ditinggalkan dan yang bersusah hati TUHAN memanggil engkau kembali; masakan isteri dari masa muda akan tetap ditolak? firman Allahmu. 7 Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau kembali. 8 Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman TUHAN, Penebusmu. 9 Keadaan ini bagi-Ku seperti pada zaman Nuh: seperti Aku telah bersumpah kepadanya bahwa air bah tidak akan meliputi bumi lagi, demikianlah Aku telah bersumpah bahwa Aku tidak akan murka terhadap engkau dan tidak akan menghardik engkau lagi. 10 Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau. 11 Hai yang tertindas, yang dilanggar angin badai, yang tidak dihiburkan! Sesungguhnya, Aku akan meletakkan alasmu dari batu hitam dan dasar-dasarmu dari batu nilam. 12 Aku akan membuat kemuncak-kemuncak tembokmu dari batu delima, pintu-pintu gerbangmu dari batu manikam merah dan segenap tembok perbatasanmu dari batu permata. 13 Semua anakmu akan menjadi murid TUHAN, dan besarlah kesejahteraan mereka; 14 engkau akan ditegakkan di atas kebenaran. Engkau akan jauh dari pemerasan, sebab engkau tidak usah lagi takut, dan engkau akan jauh dari kekejutan, sebab ia tidak akan mendekat kepadamu.
Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Doa Renungan
Allah Bapa pembebas umat dari segala penderitaan, kami bersyukur kepada-Mu, karena dengan kuasa, Engkau telah melepaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Kini pun Engkau telah melepaskan kami dari perbudakan dosa, melalui air pembaptisan yang kami terima. Semoga, iman kami semakin kuat berakar, sehingga kami tetap tegar dan setia pada-Mu, kendati menghadapi ancaman yang berat. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Renungan

Sejauh mana kebangkitan Kristus mempengaruhi perilaku kita?

Paskah merupakan peristiwa kebangkitan Kristus yang bermakna bagi hidup para murid dan bagi kita. Kebangkitan mengalahkan kematian merupakan karya penebusan yang menghapus dosa dunia. Maka kebangkitan membawa sukacita dan kegembiraan. Kebangkitan adalah kebenaran yang tidak bisa disangkal atau dibuat bohong-bohongan.

Bagaimana kita menanggapi peristiwa kebangkitan itu?

Untuk mendapatkan keselamatan melalui kebangkitan Kristus, orang beriman harus dikuburkan dalam kematian dosa dan diikutsertakan dalam kehidupan kebangkitan-Nya. Semoga kebangkitan Kristus tidak hanya memperkuat iman kita, tetapi juga mempengaruhi perilaku kita untuk menyerupai Kristus. (IB/ALS 007-01-09.04)

Lagu Antar Bacaan: MB 421
KARYA TUHAN HENDAK KUPUJI
1. Karya Tuhan hendak kupuji, karya yang tak terlupakan,
karya yang pada malam ini, bersama kita rayakan.
Karya yang gemilang dan perkasa, kita dislamatkan Tuhan.
Musuh kita dihancurkan-Nya, terpuji Tuhan pahlawan.

2. Tuhan membebaskan umat-Nya, dari perbudakan setan.
Tangan Tuhan mengantar kita, slamat melalui air.
Dicampakkan-Nya dalam ombak, bala tentara Firaun,
Umat Tuhan berarak-arak, melintasi padang gurun.

3.Tuhan dengan gagah perkasa mengantar umat pilihan,
keluar dari kutuk dosa, masuk tanah perjanjian.
Kita pun dihantarkan Tuhan dalam suka serta duka,
menuju ke pantai bahagia, hidup mulia selamanya.

Epistola
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (6:3-11)

"Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, dan tidak akan mati lagi."

Saudara-saudara, kita semua, yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya. Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh pembaptisan dalam kematian, supaya seperti halnya Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu bahwa masing-masing kita turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, sesudah bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi; maut tidak berkuasa lagi atas Dia! Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 867
Ref. A l l e l u y a

(3x 1= F, G, A)
1. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya. Biarlah Israel berkata, "Kekal abadi kasih setia-Nya.
2. Tangan kanan Tuhan berkuasa meninggikan, tangan kanan Tuhan melakukan keperkasaan! Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan Tuhan.

BACAAN INJIL
Tuhan bersamamu,
dan bersama rohmu.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (16:1-8)

"Yesus dari Nazaret yang tersalib itu sudah bangkit."

1 Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. 2 Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. 3 Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?"4 Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. 5 Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut,6 tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: "Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. 7 Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu." 8 Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut. Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan teman-temannya. Sesudah itu Yesus sendiri dengan perantaraan murid-murid-Nya memberitakan dari Timur ke Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang kekal itu.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

Seekor ikan tidak pernah bahagia hidup di daratan karena dia diciptakan untuk hidup di air. Seekor elang tidak pernah bisa merasa puas jika hidup di air. Bahkan, elang itu akan segera mati jika tidak lagi hidup di udara bebas. Kita tidak pernah merasa puas hidup di bumi ini karena kita diciptakan untuk sesuatu yang lebih dari itu. Kita akan memiliki saat-saat bahagia di dunia ini, tetapi tidak sebanding dengan apa yang sudah direncanakan Allah bagi kita.

Kita mengira bahwa tujuan Allah bagi kehidupan kita adalah kekayaan materi atau kepopuleran sebagaimana yang didefinisikan oleh dunia. Kalau itu yang terjadi, kita salah besar. Bagi Allah, pahlawan-pahlawan iman yang paling besar bukanlah orang-orang yang mencapai kemakmuran, keberhasilan, kepopuleran, dan kekuasaan dalam kehidupan ini, melainkan orang-orang yang dalam kehidupan ini melakukan sesuatu sebagai penugasan sementara dan melayani dengan setia, sambil mengharapkan upah yang dijanjikan kepada kita, yaitu hidup kekal.

Bersediakah kita mewartakan Kristus yang hidup dan bangkit kepada semua orang di mana pun mereka berada dalam damai dan sukacita Paskah ini?

Ya Yesus, berilah aku ketenangan dalam menghadapi segala goncangan hidup ini. Kuatkanlah aku selalu agar mampu menghadapi segala peristiwa hidup ini menuju hidup yang abadi. Amin. (Ziarah Batin 2009)

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy