| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 27 April 2009, Hari Biasa Pekan III Paskah

Senin, 27 April 2009
Hari Biasa Pekan III Paskah

"....Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yohanes 6:29)


Doa Renungan

Tuhan Yesus Kristus, pangkal iman dan keselamatan kami, semoga hari ini Roh-Mu menuntun hati kami untuk mengerti dan menyadari pekerjaan-pekerjaan-Mu yang ajaib, agar dalam karya dan tingkah laku kami senantiasa menaruh harapan yang pasti akan penyelenggaraan-Mu. Terpujilah Engkau ya Tuhan selama-lamanya. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (6:8-15)


"Mereka tidak sanggup melawan hikmat Stefanus dan Roh yang mendorong dia berbicara."

8 Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.9 Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini--anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria--bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus,10 tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara. 11 Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: "Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah." 12 Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama. 13 Lalu mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata: "Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat,14 sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita."15 Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat.
L. Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang hidup menurut Taurat Tuhan.
Ayat.
(Mzm 119:23-24.26-27.29-30)
1. Sekalipun para pemuka duduk bersepakat melawan aku, hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu. Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, dan kehendak-Mu menjadi penasihat bagiku.
2. Jalan hidupku telah kuceritakan dan Engkau menjawab aku; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib.
3. Jauhkanlah jalan dusta dari padaku, dan karuniakanlah hukum-Mu kepadaku. Aku telah memilih jalan kebenaran, dan menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat. Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (16:22-29)


"Berkerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal."

22 Setelah Yesus mempergandakan roti, keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat.23 Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya.24 Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. 25 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?"26 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. 27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."28 Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" 29 Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah."
I. Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.


Renungan



“Bekerjalah untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal”


Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Petrus Kanisius, imam dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


- Setiap hari, entah di kantor/perusahaan/tempat kerja atau sekolah, banyak orang datang untuk bekerja atau belajar. Untuk apa bekerja dan belajar setiap hari? Untuk makanan yang bersifat sementara atau kekal? Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua: hendaknya dalam belajar atau bekerja yang utama atau pertama-tama dikejar dan diusahakan adalah ‘makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal’., maka bagi yang sedang bekerja semoga semakin terampil dan bahagia di dalam bekerja, sedangkan yang sedang belajar semoga semakin terampil dan bahagia di dalam belajar dan tentu saja entah dalam bekerja atau belajar juga semakin ‘percaya kepada Dia yang telah diutus Allah’.

Petrus Kanisius kiranya telah mengerjakan tugas pengutusan ini, antara lain dengan kerja keras ia menyusun buku katekismus, yang berisi tuntunan agar semakin mengenal dan percaya kepada Yesus, yang diutus oleh Allah untuk menyelamatkan dunia ini. Maka secara khusus saya mengingatkan dan mengajak siapapun yang memboroskan waktu dan tenaga demi pendidikan, entah di dalam keluarga atau sekolah, untuk mengusahakan agar anak-anak atau para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi cerdas beriman atau cerdas secara spiritual.

Ciri-ciri kecerdasan spiritual antara lain: “mampu untuk fleksibel (adaptasi aktif dan spontan), memiliki kesadaran diri yang tinggi,mampu menghadapi dan menggunakan penderitaan, mampu menghadapi dan mengatasi rasa sakit, hidup dijiwai oleh visi dan nilai-nilai, enggan untuk menyakiti orang lain, melihat hubungan dari yang beragam (holistik), bertanya ‘mengapa’ dan ‘apa jika’ untuk mencari jawaban mendasar, kemampuan/kemudahan untuk ‘melawan perjanjian’” (lih: Danah Zohar dan Ian Marshall: SQ, Penerbit Mizan - Bandung 2000, hal 14)

- "Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat, sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita.” (Kis 6:13-14) , demikian kesaksian palsu dari orang-orang tentang diri Stefanus. Mendengarkan kesaksian palsu ini Stefanus tidak marah atau membenci melainkan tetap gembira dan ceria, “muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat”.

Di dalam bekerja atau belajar kiranya kita juga sering menerima kesaksian-kesaksian palsu, entah berupa kata-kata atau tindakan. Sebagai orang beriman ketika harus menghadapi kepalsuan-kepalsuan kami berharap meneladan Stefanus, tetap ceria dan gairah. Dalam keceriaan dan kegairahan disertai kelemah-lembutan dan kasih kita jernihkan aneka kepalsuan tersebut.

Para guru/pendidik maupun orang tua hemat saya terpanggil untuk bertindak demikian di dalam mendidik dan mendampingi para peserta didik atau anak-anak. Ingatlah dan sadari bahwa di dalam masyarakat beredar aneka kepalsuan, entah berupa makanan, minuman, tulisan/buku atau penampilan diri, yang dapat merusak dan menghancurkan kehidupan.

Marilah kita wartakan dan sebarluaskan kebenaran-kebenaran, kita dampingi dan didik anak-anak agar terampil memilah dan memilih aneka macam tawaran, dan tentu saja kemudian memilih apa yang benar dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Tolok ukur atau barometer usaha dan kerja kita adalah keselamatan jiwa.


Ignatius Sumarya, SJ



.


Photobucket

Minggu, 26 April 2009, Hari Minggu Paskah III

Minggu, 26 April 2009
Hari Minggu Paskah III

"Tuhan yang bangkit menjumpai kita melalui peristiwa yang sangat sehari-hari dan biasa."


Doa Renungan


Allah Bapa kami yang kekal dan mahakudus, curahilah kami Roh Yesus Putera-Mu, yang telah Kaubangkitkan dari alam maut. Ampunilah dosa-dosa kami, bila kami mendengarkan sabda-Mu dan jadikanlah kami putera dan puteri-Mu, yang berkenan di hati-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan dengan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (3:13-15.17-19)

"Yesus, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati"

Setelah Petrus dan Yohanes menyembuhkan orang lumpuh, orang banyak yang sangat keheranan mengerumuni mereka. Maka kata Petrus kepada mereka, "Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat bahwa Ia harus dilepaskan. Kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, dan malah menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Yesus, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, dan tentang hal itu kami adalah saksi. Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpinmu. Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 859
Ref. Bagi orang benar Tuhan bercahaya, laksana lampu di dalam gulita

Ayat. (Mzm 42:2.4.7.9)
1. Apabila aku berseru, jawablah aku ya Allah yang adil. Apabila aku bersusah, lapangkanlah dadaku, kasihailah aku dan dengarkanlah doaku.
2. Ketahuilah, Tuhan akan mengerjakan karya agung bagi para kekasih-Nya. Tuhan akan mendengarkan daku, bila aku berseru kepada-Nya.
3. Banyak orang berkata, "Siapa yang akan menurunkan berkat?" Hendaknya cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya Tuhan.
4. Aku hendak membaringkan diri dan tidur dalam kehadiranku yang menenteramkan. Sebab hanya Engkaulah, ya Tuhan, yang membuat istirahatku aman sentosa.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (2:1-5)

"Yesus adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan juga untuk dosa seluruh dunia."

Anak-anakku, hal-hal ini kutulis kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa. Namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita; malahan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia. Dan inilah tandanya bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata, 'Aku mengenal Allah' tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalam dia tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman Allah, di dalam orang itu kasih Allah sungguh sudah sempurna.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 955
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. (Luk 24:32)
Tuhan Yesus, terangkanlah kitab suci, dan kobarkanlah hati kami bila mendengar sabda-Mu.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (24:35-48)

"Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga."

Dua murid yang dalam perjalanan ke Emaus ditemui oleh Yesus yang bangkit segera kembali ke Yerusalem. Di sana mereka menceriterakan kepada saudara-saudara yang lain apa yang terjadi di tengah jalan, dan bagaimana mereka mengenal Yesus pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka, "Damai sejahtera bagi kamu!" Mereka terkejut dan takut, karena menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka, "Mengapa kamu terkejut, dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hatimu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini! Rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku."Sambil berkata demikian Yesus memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum juga percaya karena girang dan masih heran, berkatalah Yesus kepada mereka, "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Yesus mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Yesus berkata kepada mereka, "Inilah perkataan yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa, kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Yesus membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata Yesus kepada mereka, "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Dan lagi: Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Dia Sungguh Hidup!


Kemarin saya diminta mengisi ruang ulasan Injil kali ini. Dengar-dengar Luk 24:35-48 ditampilkan sebagai Injil Minggu Paskah III tahun B ini. Ada kawan yang bertanya, kenapa diceritakan bahwa para murid tak langsung mengenal Yesus yang tiba-tiba hadir di antara mereka. Malah mereka menyangkanya hantu. Ada lagi yang bertanya, apa sih maksudnya kok Yesus minta diberi makan segala, apa ini perkara sajian kepada arwah. Katanya di negeri kalian ada adat seperti itu. Ah, lain padang lain belalangnya.

Tak meleset amatan para ahli tafsir bahwa episode terakhir yang saya ceritakan itu mirip dengan yang lama kemudian tertulis dalam Yoh 20:19-29. Kalangan sumber kami sama. Minggu lalu di ruang ini kan ada kupasan tentang itu. Betul seperti yang ditekankan, Yesus yang telah bangkit itu kini menyertai para murid. Begitulah mereka mengalami kedamaian dan tidak lagi merasa tertekan lagi. Berjumpa dengan dia yang telah bangkit itu membuat para murid menemukan kehidupan baru. Pokok inilah yang saya garap dalam Luk 24:35-48.

Awal bacaan kali ini sebetulnya lanjutan kisah kedua orang murid yang bertemu dengan Yesus di Emaus (Luk 24:13-33). Kedua orang itu kemudian bergegas ke Yerusalem memberitakan pengalaman mereka kepada para murid terdekat yang sedang berada bersama beberapa orang lain. Sementara itu disebutkan (Luk 24:34) bahwa Simon juga telah melihat Yesus. Kedua murid tadi kemudian bercerita bagaimana mereka berjalan bersama Yesus ke Emaus, mendapat penjelasan mengenai kata Kitab Suci tentang dirinya, dan bagaimana mereka mengenalinya ketika ia membagi-bagi roti. Kiranya pada waktu itu para murid dan orang-orang yang dekat sedang berbagi pengalaman iman mengenai Yesus. Beberapa orang memang merasa berjumpa dengan Yesus yang bangkit pada kesempatan yang berbeda-beda. Tentu saja yang mereka lihat dan alami tidak sama persis. Namun demikian, akhirnya mereka dapat saling memahami bahwa yang mereka jumpai itu ialah dia yang dulu mereka kenal dalam hidup sehari-hari. Sekarang ia berada dalam cara lain, tapi nyata.

Pengalaman bermacam-macam, tapi sama arahnya. Satu pula intinya. Yesus sudah bangkit dan tetap berada dengan mereka, tapi dengan cara yang masih perlu mereka sadari lebih lanjut. Tentu saja di antara para murid itu ada yang merasa bahwa dirinyalah yang pertama kali berjumpa dengan Yesus. Ada yang merasa paling dekat dengannya. Seperti ada kompetisi siapa yang paling dikasihi! Ini manusiawi. Tetapi kalau begitu terus, perkaranya akan jadi tidak keruan. Bisa-bisa mereka akan saling menyisihkan dan bergilir mengklaim ilham paling utama, paling duluan. Memang benar pada saat-saat awal itu para pengikut Yesus sempat saling meragu-ragukan. Dalam Luk 24:11 saya singgung bagaimana para rasul menganggap perkataan para perempuan tentang Yesus sebagai omong kosong belaka; lihat juga ay. 24 yang diperkatakan kepada Yesus sendiri oleh kedua murid yang ke Emaus itu.

Para murid butuh waktu untuk mengolah pengalaman mengenai Yesus yang wafat di salib dan bangkit. Pada pengantar jilid dua kitab saya, ada saya catat bahwa Yesus menampakkan diri kepada para murid dan menunjukkan dengan banyak bukti bahwa dirinya betul hidup. Bahkan selama 40 hari berulang-ulang ia menampakkan diri dan berbicara mengenai hal yang dulu diwartakannya, yakni Kerajaan Allah (Kis 1:3). Jadi memang para murid perlu waktu mengendapkan pengalaman mereka. Mereka butuh bantuan dari sang Guru sendiri. Lambat-laun mereka belajar mendalami pengalaman mereka dan makin bisa berbicara satu sama lain tentangnya. Para murid akhirnya bisa saling menerima. Begitulah kenyataan tumbuhnya iman kebangkitan. Baru terjadi bila ada sikap saling menghargai. Juga jalan yang dialami tiap orang patut diperhatikan. Bukankah demikian yang dialami kedua murid yang berjalan ke Emaus? Mereka dikawani Yesus tanpa mereka sadari.

Ketika tiba-tiba Yesus berada di tengah-tengah mereka, para murid terkejut dan menyangka mereka sedang berhadapan dengan hantu. Ada sisi yang menggugah perasaan dalam peristiwa itu. Yesus memahami kebingungan para murid. Ia merumuskan yang mereka rasakan. Yesus dapat membaca wajah dan pikiran mereka dan berkata (ay. 38) "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu?" Ia malah menyodorkan tangan dan kakinya dan minta mereka meraba sambil berkata (ay. 39-40) "... hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaku!" Dia menyelami kesulitan mereka, dan kini juga, setelah bangkit, ia masih mengajar mereka agar mereka dapat menyadari apa yang sesungguhnya terjadi. Guru itu tidak meninggalkan mereka. Mereka tetap diajarinya melangkah lebih jauh. Memang ini juga baru bagi saya.

Saking gembira dan campur heran, para murid belum bisa percaya bahwa yang mereka hadapi ini bukan jadi-jadian, bukan proyeksi pikiran mereka sendiri. Orang dulu sudah tahu bahwa jadi-jadian, hantu, ingatan akan orang mati yang datang lagi, semua itu sebetulnya bayang-bayang belaka. Maka satu-satunya cara untuk menguji ialah dengan menyuruhnya berbuat seperti orang hidup, yakni makan. Tetapi tentu saja para murid tak berani. Yesus memberi jalan, ia minta diberi sesuatu yang bisa dimakannya supaya mereka tak ragu-ragu lagi. Begitulah mereka mendapatkan sepotong ikan bakar, bukan ikan goreng, seperti ada dalam terjemahan kalian. Tapi ini bukan soal yang amat penting. Yang dimaksud ialah ikan yang dimasak dan tentunya akan dimakan oleh para murid sendiri. Ini bukan penjelasan yang dicari-cari lho.

Ikan itu kan hasil kerja para murid, dan tentunya salah satu dari mereka juga yang menyiapkannya untuk disantap bersama hari itu. Perhatikan yang terjadi pada saat itu. Hasil kerja para murid, itulah yang diminta Yesus untuk dipakai sebagai batu uji apa dirinya itu nyata atau hanya bayang-bayang belaka. Kita tidak bisa mulai dari awang-awang sana. Perlu berpijak di bumi. Iman itu begitu. Baru demikian akan jadi iman yang kukuh. Yesus bangkit, hidup berpijak pada kenyataan yang ada, yakni murid-muridnya, jerih payah mereka, suka duka mereka, juga kesederhanaan mereka. Itulah yang saya tangkap dari sumber-sumber saya dan ingin saya sampaikan kepada kalian.

Pada akhir petikan yang kalian bacakan ini ada pengajaran yang amat berharga dari Yesus. Ia membaca kembali hidupnya sebagai penggenapan Kitab Suci (ay. 44). Sabda Ilahi juga menerangi makna penderitaan dan kebangkitannya (ay. 46). Murid-murid kini boleh merasa lega, tak terganjal, "plong"! Mereka juga ingat bahwa mereka diminta membagikan kelegaan itu kepada semua orang, semua bangsa. Bukankah ini yang paling kita butuhkan - jadi lega? Ah, hal itu terungkap dengan cara bicara orang zaman itu, yakni "berita pertobatan dan pengampunan dosa".

Beginilah yang dibayangkan orang dulu. "Dosa" itu bagaikan jerat yang menyeret orang ke dasar telaga yang dalam. Makin tak berdaya, makin sesak, makin gelap. Baca saja Mazmur 18:5-6 yang menyebut tali-tali maut yang melilit yang makin menyesakkan. Orang merasa tak berdaya. Tak ada selesainya. Menyeramkan. Orang yang terbawa ke sana disebut "mati", tapi sebenarnya diikat oleh kekuatan-kekuatan tadi. Tersiksa terus. Satu-satunya yang masih bisa dilakukan ialah berteriak minta pertolongan kepada Yang Maha Kuasa, seperti yang terjadi dalam Mazmur itu. Ingat juga seruan minta tolong dari jurang yang dalam seperti pada Mazmur 130.

"Pertobatan" ialah berseru dan percaya masih ada yang bisa menolong meski lilitan tali-tali maut makin menyesakkan dan jurang makin dalam. Dan "pengampunan" ialah pertolongan, pelonggaran, pelepasan dari tarikan ke dasar jurang tadi. Hanya yang mahakuasa sendirilah yang dapat melakukannya. Ketika wafat , Yesus turun ke tempat orang mati, terlilit oleh hutang-hutang kemanusiaan pada kekuatan jahat, terseret sampai ke dasar jurang yang kelam. Satu-satunya harapannya ialah Bapanya di surga. Dan kami semua percaya ia berseru agar tak ditinggalkan. Dan Dia yang di atas sana tidak tinggal diam. Dia turun membebaskannya. Inilah yang terjadi dalam kebangkitan. Bagi kemanusiaan, ini pengampunan. Kelegaan. Tapi bukan itu saja. Coba pikirkan baik-baik. Yesus sampai ke dasar penderitaan itu bukan karena hutang-hutangnya kepada yang jahat. Karena itu pembebasan yang diperolehnya pun juga bukan bagi dirinya sendiri saja, melainkan bagi kemanusiaan. Inilah yang diharapkan agar dibagikan kepada makin banyak orang. Kalian bisa juga ikut mengupayakan agar kebangkitan itu juga menjadi kenyataan hidup di masyarakat. Pemerdekaan dari jerat-jerat sosial yang mengerdilkan kemanusiaan dan keadaban. Itu kan dimensi sosial iman kebangkitan? Murid-murid diminta Yesus menjadi saksi bahwa "pertobatan" bisa dijalankan dan "pengampunan" bisa digapai. Kita juga.


Salam,

Luc


DARI BACAAN KEDUA: (1Yoh 2:1-5a)

Pokok yang hendak ditonjolkan dalam petikan kali ini berkisar pada bagaimana orang bisa lepas dari keadaan yang menjauhkan orang dari hadirat ilahi (keadaan ini disebut "berdosa") dan mengalami damai. Bagi sang penulis surat Yohanes itu, ini terjadi dalam Yesus Kristus yang telah sedemikian dekat dengan keilahian dan oleh karena itu siapa yang bersamanya akan ikut dekat pada Allah sendiri. Orang yang demikian itu "mengenal" Yang Ilahi (ay. 4). MengenaliNya baru terjadi dengan jalan menuruti "perintah-perintah-Nya" yang dirumuskan kembali sebagai "firmanNya" (ay. 5). Bila ini terjadi maka "mengenal" Yang Ilahi itu maka sempurnalah "kasih ilahi", dalam arti mengalami damai oleh karenanya. Gagasan-gagasan ini sarat dengan pemikiran teologi. Semuanya merujuk pada tokoh Yesus Kristus yang lahir di dunia, hidup di tengah-tengah kemanusiaan, mangajar tentang Allah yang diperkenalkan sebagai Bapa yang Maharahim, tapi karena itulah ia mengalami perlawanan, ditolak dan disalibkan hingga wafat. Dalam kesadaran para pengikutnya, ia tidak habis di situ. Allah sendiri membangkitkannya dan kini hidup dalam ujud lain tapi dapat dialami oleh mereka yang menerimanya sebagai kenyataan firman Allah yang menjadi jalan untuk mengenal-Nya.

Membaca surat Yohanes dapat menjadi latihan mendengarkan firman Allah tadi. Bisa dicoba dengan mengikuti irama kata-kata surat itu sendiri. Kemudian hendaknya dirasa-rasakan betapa akrabnya sapaan penulis kepada pembaca: "Anak-anakku". Sama makna dan hangatnya dengan ungkapan yang dipakai penulisnya dalam ay. 7 yang tak ikut dibacakan: "Saudara-saudara terkasih!" Bukan sekadar pembukaan sebuah uraian, melainkan ajakan untuk bersama-sama mendalami perkara-perkara rohani. Kemudian bisa disimak "hal-hal ini kutuliskan kepada kamu", pada awal petikan. Sebetulnya dalam ungkapan aslinya bukan hanya "kutuliskan" begitu saja, seakan-akan setelah selesai ya sudah, melainkan "tetap kutuliskan". Seolah-olah penulisnya mau terus menyertai pembacanya. Bahkan pembaca boleh membayangkan bagaimana nanti penulisnya mengulang dan menggarisbawahi bagian ini, bagian itu. Bisa menjadi kegiatan yang mengasyikkan.

Salam hangat,

A. Gianto


Photobucket

Minggu, 26 April 2009, Hari Minggu Paskah III


Pada suatu hari saya ditugasi untuk menangani kasus korupsi keuangan yang terjadi dalam salah satu Komisi Kerasulan Keuskupan, yang konon dilakukan oleh pegawai bendahara komisi yang bersangkutan. Kasus tersebut katanya sulit diselesaikan di dalam tingkar kantor sendiri, maka saya sebagai Ekonom Keuskupan dimintai bantuannya, katanya yang bersangkutan dituduh melakukan korupsi tidak mengakui perbuatannya. Dalam menangani kasus ini pertama-tama saya temui yang bersangkutan, yang dituduh korupsi, sebut saja namanya ‘Bu Inem’ (samaran). Setelah mendengarkan cerita dari yang bersangkutan, maka saya ajukan usulan: “Masalah ini ingin diselesaikan secara Gerejani/Katolik atau sipil/pemerintah?” . “Apa maksudnya Romo?”, tanggapan singkat dari Bu Inem. “Maksudnya: secara Gerejani/Katolik adalah siapapun yang melakukan kesalahan terbuka saja, langsung mengaku dan kemudian diampuni serta menyesal, tentu saja mewujudkan penyesalan dengan berusaha seoptimal mungkin memperbaharui diri dan mengembalikan apa yang telah diambil; sedangkan cara sipil atau pemerintah berarti seperti terjadi di pengadilan dimana saya harus mencari tahu dari orang-orang yang terkait dengan tugas anda, sebagai saksi dalam rangka mencari kebenaran”, demikian penjelasan saya. Sekilas cara Gerejani/Katolik nampak lebih mudah dan cepat tetapi kiranya sangat berat bagi yang bersangkutan untuk menjadi saksi kebenaran atas dirinya sendiri, sedangkan cara sipil atau pemerintah nampak sulit dan lebih lama serta mungkin melelahkan. Namun hemat saya jika orang lebih memilih cara Gerejani/Katolik lebih baik, tetapi sekali lagi mungkin berat dan mulia untuk dengan ksatria menjadi saksi kebenaran atas dirinya sendiri.


“ Kamu adalah saksi dari semuanya ini” (Luk 24:48)

Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita semua dipanggil untuk menjadi saksi dari semua yang kita hayati, lihat dan dengarkan, dan tentu saja pertama-tama dan terutama tentang ajaran-ajaran atau sabda-sabda serta cara hidup dan cara bertindak Yesus, antara lain “dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (Luk 24:47). Yerusalem adalah tempat/kota, idaman serta tempat kesibukan sehari-hari bagi para murid, dan bagi kita semua “Yerusalem” berarti tempat kerja/kantor atau tempat belajar kita setiap hari, dimana kita mengusahakan kebutuhan hidup masa kini maupun masa depan, demi diri sendiri maupun anggota keluarga dan sesama manusia. Di tempat-tempat itulah kita dipanggil menjadi saksi ‘pertobatan dan pengampunan’.

Bertobat kiranya dimulai dengan tobat batin dan kemudian diwujudkan kedalam tindakan konkret. “Tobat batin adalah satu penataan baru seluruh kehidupan, satu langkah balik, pertobatan kepada Allah dengan segenap hati, pelepasan dosa, berpaling dari yang jahat, yang dihubungkan dengan keengganan terhadap perbuatan jahat yang telah dilakukan. Sekaligus ia membawa kerinduan dan keputusan untuk mengubah kehidupan, serta harapan atas belas kasihan ilahi dan bantuan rahmat-Nya. Perubahan jiwa ini diiringi dengan kesedihan yang menyelamatkan dan kepiluan yang menyembuhkan, yang bapa-bapa Gereja namakan ‘animi cruciatus’ (kesedihan jiwa) , ‘compunctio cordis’ (penyesalan hati)” (Kamus Gereja Katolik no 1431). Dalam tradisi Gereja pertobatan ini secara konkret berupa “doa, matiraga dan memberi seedekah”.

Doa dan matiriga mungkin lebih bersifat pribadi, sedangkan ‘memberi sedekah’ lebih bersifat sosial. Tentu saja ‘memberi sedekah’ ini tidak hanya diwujudkan dalam bentuk karitatif, tetapi juga edukasionis atau formatif. Secara edukasionis atau formatif berarti mereka yang bertobat tumbuh-bekembang (satu langkah balik menjadi lebih baik) sebagai pribadi yang cerdas beriman. Mereka yang sedang bekerja menjadi semakin terampil dan cekatan dalam bekerja, yang sedang belajar menjadi semakin terampil dan cekatan dalam belajar, yang sedang mencinta semakin terampil dan cekatan dalam mencintai, dst.. Tempat kerja maupun belajar menjadi sarana pengembangan dan pertumbuhan diri menuju ke pemenuhan sebagai pribadi cerdas beriman, kita semakin mengenal dan akrab dengan Allah. .

“Inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah” (1Yoh 2:3-5a)

“Mengenal dan akrab dengan Allah” berarti tidak pernah berdusta melainkan senantiasa hidup dan bertindak dalam kebenaran, menuruti perintah-perintah Allah. Berdusta berarti dikuasai atau dirajai oleh setan atu iblis, dan dengan demikian merusak dan memporak-porandakan hidup bersama, sedangkan hidup dan bertindak dalam kebenaran berarti membangun dan memperkuat hidup bersama dalam kasih, sehingga semua orang hidup saling mengasihi dan mengampuni. Hidup dan berindak dalam kebenaran ini kiranya sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan dalam diri anak-anak, entah di dalam keluarga atau sekolah, dan tentu saja harus disertai dengan teladan atau kesaksian hidup dan bertindak dari orangtua dan para guru/pendidik.

Hidup dan bertindak dalam kebenaran berarti juga hidup jujur. “Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur- Balai Pustaka, Jakarta 1997, hal 17). Maka kepada mereka yang tidak jujur “sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan” (Kis 3:19 ). Ada rumor yang mengatakan bahwa ‘orang jujur akan hancur’, tentu saja yang hancur adalah kejahatan dan dosa-dosa dan mungkin tubuh kita, tetapi jiwa akan selamat dan damai sejahtera.

Berlatih atau membiasakan diri dalam hal kejujuran kiranya antara lain dapat kita usahakan dalam mengurus atau mengelola harta benda atau uang, apa-apa yang kelihatan dan disukai oleh banyak orang. Jika kita dapat jujur dalam mengelola harta benda atau uang kiranya kita akan memperoleh kemudahan atau jalan untuk jujur dalam hati dan jiwa, jujur terhadap diri sendir dan Tuhan. Maka berapapun jumlah harta benda atau uang yang kita miliki dan kuasai marilah kita urus atau kelola dengan jujur. Kejujuran dalam pengurusan atau pengelolaan harta benda atau uang ini, saya sangat terkesan pada apa yang dilakukan oleh Bapak Yustinus Kardinal Darmojuwono Pr alm. Ketika saya sebagai Ekonom KAS membongkar kamar almarhum, saya terkesan dengan ketertiban dan pengelolaan uang yang dilakukan Bapak Kardinal, antara lain semua pemasukan dan pengeluaran uang dicatat setiap hari, misalnya beaya cukur, beaya bayar jalan tol, beli obat nyamuk, penerimaan pension sebagai Uskup, dst.. Bahwa hal itu dikerjakan setiap hari nampak terlihat dalam tulisan tangan. Tanpa serah terima dari almarhum perihal keuangan, dalam waktu singkat saya dapat menyelesaikan harta benda dan uang yang ada untuk diteruskan kepada yang berhak. Marilah kita jujur apa-apa yang kelihatan agar lebih mudah untuk tumbuh berkembang jujur terhadap diri sendiri maupun Tuhan.



Ignatius Sumarya, SJ

Sabtu, 25 April 2009

Sabtu, 25 April 2009
Pesta St Markus Pengarang Injil

"Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada segala makhluk."


Doa Renungan

Tuhan Yesus Kristus, Engkau menampakkan diri kepada para rasul, dan memberikan kejutan pembawa gembira yang meneguhkan hati. Dengan menerima Sakramen Ekaristi, Engkau hadir dan menyertai suka-duka kami menjadi murid-Mu di zaman sekarang. Semoga di tengah kesibukan kerja dan memasyarakat, di dalam peziarahan hidup harian, kami dapat bersemangat mewartakan Injil-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (5:6b-14)


"Salam dari Markus, anakku."

6 Saudara-saudara terkasih, rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. 9 Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. 10 Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. 11 Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin. 12 Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu, bahwa ini adalah kasih karunia yang benar-benar dari Allah. Berdirilah dengan teguh di dalamnya! 13 Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga dari Markus, anakku. 14 Berilah salam seorang kepada yang lain dengan cium yang kudus. Damai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus. Amin.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 868
Ref. Kerelaan Tuhan, hendak kunyanyikan selama-lamanya
Ayat.
(Mzm 89:2-3.6-7.16-17)
1. Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya, hendak menuturkan kesetiaan-Mu turun temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit.
2. Sebab itu langit bersyukur karena keajaiban-keajaiban-Mu, ya Tuhan, bahkan karena kesetiaan-Mu di antara jemaah orang-orang kudus. Sebab siapakah di angkasa yang sejajar dengan Tuhan, siapakah di antara penghuni surga yang sama seperti Tuhan?
3. Berbahagialah bangsa yang tahu bersorak-sorai, ya Tuhan, mereka hidup dalam cahaya wajah-Mu; karena nama-Mu mereka bersorak-sorai, dan karena keadilan-Mu mereka bermegah-megah.

Bait Pengantar Injil PS 955
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Kami memberitakan Kristus yang tersalib; Dialah kekuatan dan hikmat Allah.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (16:15-20)


"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil."

15 Pada suatu hari Yesus yang bangkit dari antara orang mati menampakkan diri kepada kesebelas murid, dan berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. 16 Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.17 Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka,18 mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."19 Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. 20 Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan


Setiap pengikut Kristus diutus untuk mewartakan Injil, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakan Injil kepada segala makhluk. ”Ada orang yang secara khusus dipilih-Nya untuk tugas pewartaan itu, seperti Santo Markus yang kita rayakan pada hari ini. Dalam pewartaan itu, Santo Markus menuliskan apa yang diajarkan dan diketahuinya tentang Sang Guru. Berkat Santo Markus, sekarang kita bisa memahami apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Pewartaan Injil tidak hanya dilakukan dengan khotbah, tetapi yang paling penting adalah kesaksian hidup, yaitu sebuah cara bertindak, cara berkata, dan cara berpikir yang diresapi Roh Kudus. Dengan demikian, sikap hidupnya menggambarkan kehadiran Yesus yang penuh kasih, tanggung jawab, dan bijaksana. Memang tugas ini tidak mudah. Hanya dengan bantuan Roh Kuduslah kita mampu melaksanakan tugas pewartaan itu dengan baik.

Allah Bapa kami yang mahabaik, bantulah agar aku mampu melaksanakan tugas pewartaan, terutama pada zaman ini. Mampukanlah aku untuk menggunakan segala sarana demi kemuliaan nama-Mu. Amin.




Photobucket

Jumat, 24 April 2009

Jumat, 24 April 2009
Hari Biasa Pekan II Paskah

“Ia sendiri tahu apa yang hendak dilakukan-Nya.”


Doa Renungan

Tuhan Yesus Kristus, melalui sabda Injil hari ini, kehadiran-Mu membawa mukjizat bagi banyak orang. Kegelisahan kami untuk menantikan datangnya mukjizat dalam hidup, kerap membuat kami lupa untuk beriman lebih teguh. Padahal dengan keyakinan itu kami justru akan mampu melihat besarnya mukjizat yang Kauberikan. Berkatilah kami hari ini dengan Roh-Mu, agar kami mampu mengucap syukur dalam situasi apa pun yang kami hadapi. Terpujilah Engkau ya Tuhan selama-lamanya. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (5:34-42)


"Para rasul bergembira karena mereka dianggap layak menderita penghinaan oleh karena nama Yesus."

Pada waktu itu para rasul sedang diperiksa oleh Mahkamah Agama Yahudi. Maka seorang Farisi dalam Mahkamah Agama itu, yang bernama Gamaliel, seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak, bangkit dan meminta supaya para rasul itu disuruh keluar sebentar. Sesudah itu ia berkata kepada sidang, "Hai orang-orang Israel, pertimbangkanlah baik-baik apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini! Sebab dahulu telah muncul Si Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa, dan ia mempunyai kira-kira empat ratus pengikut; tetapi ia dibunuh, lalu cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah Si Yudas, seorang Galilea. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai-berailah seluruh pengikutnya. Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap; tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." Nasihat itu diterima. Sesudah itu para rasul dilepaskan. Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena nama Yesus. Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah umat dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, diam di rumah Tuhan seumur hidupku.
Ayat.
(Mzm 27:1.4.13-14)
1. Tuhan adalah terang dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gentar?
2. Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, satu inilah yang kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan, dan menikmati bait-Nya.
3. Sungguh, aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:1-15)


"Yesus membagi-bagikan roti kepada orang banyak yang duduk di situ, sebanyak mereka kehendaki."

Pada waktu itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mukjizat-mukjizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Ketika itu Paska, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya, dan melihat bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus, "Di manakah kita akan membeli roti, sehingga mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya, "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja!" Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya, "Di sini ada seorang anak, yang membawa lima roti jelai dan mempunyai dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Kata Yesus, "Suruhlah orang-orang itu duduk!" Ada pun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ; demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya, "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih, supaya tidak ada yang terbuang." Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mukjizat yang telah diadakan Yesus, mereka berkata, "Dia ini benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia!" Karena Yesus tahu bahwa mereka akan datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk dijadikan raja, Ia menyingkir lagi ke gunung seorang diri.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan

Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

- Dampak dari krisis financial yang melanda seluruh dunia kiranya juga terjadi di Indonesia, antara lain berupa PHK, penutupan usaha/pabrik, dst.. yang juga berdampak pada orang-orang kecil seperti pedagang makanan dan minuman atau pemulung. Pengangguran kiranya akan meningkat dan berdampak pada mereka yang miskin akan berkekurangan dalam hal kebutuhan pokok seperti makan dan minum, sementara itu orang juga menjadi sadar untuk hidup sederhana dan tidak berfoya-foya. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk meneladan Yesus yang memberi perhatian terhadap mereka yang kelaparan atau seorang anak yang merelakan bekal makanannya untuk dibagikan kepada yang lain.

Apa yang diciptakan dan disediakan oleh Tuhan, ciptaan-ciptaan lainnya seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan diperuntukkan bagi manusia, sebagai ciptaan terluhur di dunia ini. Kiranya jika tidak ada orang yang serakah dalam memanfaatkan buah-buah dari binatang maupun tumbuh-tumbuhan, semuanya cukup bagi seluruh umat manusia di dunia ini, tidak ada yang kelaparan atau kekurangan dalam hal kebutuhan pokok untuk hidup. Maka dengan ini kami berharap pada kita semua: marilah kita hayati dan kembangkan semangat ‘solidaritas dan keberpihakan pada/bersama yang miskin dan berkekurangan’.

Secara konkret kami berharap kepada mereka yang kaya atau berlebihan untuk hidup sederhana dan mendermakan atau membagikan sebagian kekayaannya kepada mereka yang miskin dan berkekurangan. Sedini mungkin kepada anak-anak, entah di dalam keluarga maupun sekolah, hendaknya dibinakan dan dibiasakan semangat solidaritas dan keberpihakan pada/bersama yang miskin dan berkekurangan.

- Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah."(Kis 5:38-39), demikian usulan Gamaliel dalam siding Mahkamah Agung yang diterima oleh semua orang, termasuk orang-orang Farisi, para tokoh bangsa waktu itu. Apa yang diusulkan oleh Gamaliel dan diterima oleh para tokoh bangsa tersebut kiranya baik menjadi pegangan atau pedoman bagi mereka yang bertugas untuk menegakkan keadilan dan kebenaran maupun para pejabat atau petinggi yang menentukan hidup dan kerja bersama.

Semangat ‘kebebasan dan cintakasih’ itulah yang hendaknya menjiwai cara hidup dan cara bertindak. Dengan semangat ini kita memberi kebebasan untuk berpendapat dan bertindak; percayalah dan imanilah jika pendapat dan tindakan mereka jahat pasti tidak akan bertahan lama, sedangkan jika pendapat dan tindakan mereka baik alias ‘berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang itu’. Kepada saudara-saudari kita yang berpendapat, berkehendak dan bertindak baik dan benar hendaknya tetap tegar dan bergairah, meskipun harus menghadapi aneka tantangan dan hambatan dari mereka yang gila harta benda, kuasa/kedudukan dan kehormatan duniawi.

Bersama dan bersatu dengan Allah dalam hidup sehari-hari, dalam berbuat baik dan benar, kita pasti akan menang, tak terkalahkan oleh siapapun. Ketulusan hati dan budi untuk berkehendak dan bertindak itulah yang menjadi panggilan dan tugas pengutusan kita semua, sebagai orang beriman.

Ignatius Sumarya, SJ

Photobucket

Kamis, 23 April 2009, Hari Biasa Pekan II Paskah

Kamis, 23 April 2009
Hari Biasa Pekan II Paskah

"Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga" --- Flp 2:4


Doa Renungan
Allah Bapa kami yang mahamulia, ajarilah kami memberi kesaksian atas iman Kristus yang bangkit kepada siapa saja yang bertemu kami sepanjang hidup kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin. .

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (5:27-33)

"Kami adalah saksi dari segala sesuatu dan Roh Kudus."

Pagi itu kepala pengawal Bait Allah serta orang-orangnya menangkap para rasul yang sedang mengajar orang banyak dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama Yahudi. Imam Besar lalu mulai menegur mereka, "Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam nama Yesus. Namun ternyata kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu, dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami." Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, "Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia. Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. Dan kami adalah saksi dari segalanya itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang menaati Dia." Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka, dan mereka berusaha membunuh rasul-rasul itu.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Orang yang tertindas berseru, dan Tuhan mendengarkan.
Ayat.
(Mzm 34:2.9.17-18.19-20)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!
2. Wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan akan mereka dari muka bumi. Apabila orang benar itu berseru-seru, Tuhan mendengarkan; dari segala kesesakannya mereka Ia lepaskan.
3. Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar memang banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semua itu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Karena telah melihat Aku, engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:31-36)


"Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya."

Yohanes Pembaptis memberi kesaksian tentang Yesus di hadapan murid-muridnya, "Siapa yang datang dari atas ada di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari surga ada di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya, ia mengakui bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal; tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

- Kita semua diciptakan oleh Allah, berasal dari Allah atau sorga dan harus kembali kepada Allah atau sorga setelah dipanggil Tuhan/meninggal dunia. Agar kita setelah dipanggil Tuhan nanti langsung kembali hidup mulia di sorga, maka selama hidup di dunia ini hendaknya senantiasa hidup dan bertindak sesuai kehendak Allah, antara lain senantiasa berbahasa atau bertindak dalam dan oleh kasih. Rasanya tidak sulit hidup dan bertindak dalam atau oleh kasih jika masing-masing dari kita menyadari dan menghayati bahwa kita diciptakan dalam dan oleh kasih serta dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya saat ini hanya karena kasih dan oleh kasih, atau masing-masing dari kita adalah ‘yang terkasih’ atau ‘buah kasih’. Kasih mengatasi semuanya, mendasari semuanya, itulah kebenaran sejati yang tak dapat disangkal. Maka jika dalam hidup di dunia ini, dalam berpatisipasi dalam seluk-beluk duniawi atau pengelolaan harta benda duniawi kita harus menghadapi masalah atau tantangan hendaknya dihadapi dan disikapi dalam dan dengan kasih. Bahasa kasih itu antara lain sebagaimana dikatakan oleh Paulus, yaitu “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu”(1Kor 13:4-7) . Kita semua dipanggil untuk menjadi saksi kasih dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun, sebagai penghayatan iman bahwa kita berasal dari Allah dan harus kembali kepada Allah, karena Allah sendiri adalah kasih.

- "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” (Kis 5:29), demikian tanggapan Petrus dan para rasul ketika mereka dilarang berbicara perihal Allah atau Yesus Kristus yang diimaninya. Apa yang dikatakan Petrus dan para rasul ini kiranya dapat menjadi acuan atau pedoman cara hidup dan cara bertindak kita. Secara konkret di dalam hidup atau kerja sehari-hari hendaknya lebih mengikuti kehendak baik serta menghormati dan menjunjung mereka yang lebih dekat dengan Allah alias lebih suci. Jika kita cermati atau perhatikan rasanya anak-anak lebih suci daripada orangtua, para peserta didik atau murid lebih suci daripada para pendidik/guru, yang muda lebih suci daripada yang tua, dst.. mengingat dan mempertimbangkan tambah usia dan pengalaman pada umumnya orang juga bertambah dosanya. Maka ketaatan kita kepada Allah hemat saya antara lain dapat kita wujudkan dengan memberi perhatian atau mengasihi anak-anak, peserta didik/murid atau yang lebih muda secara memadai. Tanda bahwa anak-anak, peserta didik/murid atau yang muda menerima kasih dan perhatian yang memadai adalah mereka akan tumbuh berkembang menjadi lebih suci, lebih cerdas, lebih pandai dan bijak daripada orangtua, pendidik/guru atau yang tua. Sebaliknya jika genenasi penerus ini lebih brengsek atau jelek dari generasi pendahulu, berarti generasi pendahulu lebih taat kepada manusia daripada taat kepada Allah, atau hidup dan bertindak menurut selera pribadi, seenaknya sendiri, ‘semau gue’, sak penake wudhele dewe. Dengan kata lain orang lebih cenderung mengupayakan kenikmatan sesaat atau sementara daripada yang berlangsung lama atau abadi. Maka marilah kita mawas diri: apakah saya lebih taat kepada Allah daripada manusia, atau lebih taat kepada manusia daripada Allah. Taat kepada Allah juga dapat kita wujudkan dengan mentaati dan melaksanakan aneka macam tatanan dan aturan yang terkait dengan hidup dan panggilan serta tugas pengutusan kita masing-masing.
Ignatius Sumarya, SJ



Photobucket

Rabu, 22 Maret 2009

Rabu, 22 Maret 2009
Hari Biasa Pekan II Paskah

Orang yang telah menghidupi warta Injil Yesus Kristus tentu merasa damai dan gembira dalam batin.


Doa Renungan
Allah Bapa yang mahapengasih, dalam banyak kesempatan, iman kami diuji dan kami harus berani mengambil pilihan dan keputusan yang tepat, agar hidup kami terarah dengan pasti. Semoga iman akan kebangkitan Yesus memotivasi kami untuk hidup dalam kegembiraan. Kami berharap kesaksian hidup yang demikian, menjadi jalan untuk menghadirkan kerajaan-Mu di zaman sekarang. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (5:17-26)

"Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara, ada di dalam Bait Allah, dan mereka mengajar orang banyak."


17 Imam besar Yahudi dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab mereka sangat iri hati. 18 Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota.19 Tetapi waktu malam seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka ke luar, katanya:20 "Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak."21 Mereka mentaati pesan itu, dan menjelang pagi masuklah mereka ke dalam Bait Allah, lalu mulai mengajar di situ. Sementara itu Imam Besar dan pengikut-pengikutnya menyuruh Mahkamah Agama berkumpul, yaitu seluruh majelis tua-tua bangsa Israel, dan mereka menyuruh mengambil rasul-rasul itu dari penjara. 22 Tetapi ketika pejabat-pejabat datang ke penjara, mereka tidak menemukan rasul-rasul itu di situ. Lalu mereka kembali dan memberitahukan,23 katanya: "Kami mendapati penjara terkunci dengan sangat rapihnya dan semua pengawal ada di tempatnya di muka pintu, tetapi setelah kami membukanya, tidak seorangpun yang kami temukan di dalamnya."24 Ketika kepala pengawal Bait Allah dan imam-imam kepala mendengar laporan itu, mereka cemas dan bertanya apa yang telah terjadi dengan rasul-rasul itu. 25 Tetapi datanglah seorang mendapatkan mereka dengan kabar: "Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara, ada di dalam Bait Allah dan mereka mengajar orang banyak." 26 Maka pergilah kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, tetapi tidak dengan kekerasan, karena mereka takut, kalau-kalau orang banyak melempari mereka.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Orang yang tertindas berseru, dan Tuhan mendengarkan
Ayat.
(Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya. Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
3. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.
4. Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takwa, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:16-21)

"Allah mengutus Anak-Nya untuk menyelamatkan dunia."

16 Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.18 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. 19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. 20 Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak;21 tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan


Allah itu baik. Dia mengutus Yesus Putra-Nya untuk datang dan tinggal bersama kita. Dia juga menganugerahkan Anak-Nya menjadi tebusan bagi dosa-dosa kita. Apa yang kurang dari kebaikan Allah dalam hidup kita?

Kebaikan Allah kadang kita pertanyakan kalau doa-doa kita tidak dikabulkan-Nya. Namun, apakah benar Allah yang salah dalam situasi hidup kita ini? Atau jangan-jangan kita tidak sepenuhnya percaya kepada-Nya? Atau kita sebenarnya masih hidup jauh dari Tuhan sendiri? Kita lebih menuruti keinginan-keinginan kita sendiri daripada hidup sesuai dengan segala perintah Tuhan.

Karena kita ini milik Allah, seharusnya kita hidup sesuai dengan kehendak Allah sendiri. Namun, tidak jarang kita justru tidak mempedulikan kehadiran Allah dalam hidup kita, dan kita menjalani kehidupan ini sesuai dengan keinginan kita sendiri, bahkan kita hidup jauh dari Allah. Kita tinggalkan Allah demi keinginan kita yang lebih kuat.

Ya Allah, terima kasih karena Kau telah membersihkan aku dari dosa-dosaku. Aku ingin senantiasa hidup bersih dan dekat dengan-Mu. Karena itu, bantulah agar aku selalu memiliki keberanian untuk menolak segala tawaran dan godaan dalam hidup ini yang menjauhkan aku dari kasih-Mu. Amin.



[Ziarah Batin 2009]


Photobucket

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy