| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Hari Biasa Pekan III Paskah


Kamis, 30 April 2009
Hari Biasa Pekan III Paskah


Doa Renungan
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Roti Hidup yang telah turun dari surga. Hanya hidup bersama dan di dalam Dikau saja, hidup kami menjadi hidup yang sesungguhnya. Semoga Engkau mengajari kami hari ini untuk menghargai dan menghayati Ekaristi, sehingga dengan menyambut tubuh dan darah-Mu, kami menikmati keselamatan-Mu. Sebab Engkaulah Tuhan pengantara kami kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (8:26-40)


"Jika Tuan percaya dengan segenap hati, Tuan boleh dibaptis."

Waktu Filipus di Samaria, berkatalah seorang malaikat Tuhan kepadanya, "Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menyusur jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza." Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang, ia duduk dalam keretanya sambil membaca kitab Nabi Yesaya. Lalu kata Roh kepada Filipus, "Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!" Filipus segera mendekat, dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab Nabi Yesaya. Kata Filipus, "Mengertikah Tuan apa yang Tuan baca itu?" Jawabnya, "Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?" Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya, siapakah yang akan menceritakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi. Maka kata sida-sida itu kepada Filipus, "Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?" Maka mulailah Filipus berbicara, dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya. Mereka melanjutkan perjalanan, dan tiba di suatu tempat yang ada airnya. Lalu kata sida-sida itu, "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?" Sahut Filipus, "Jika Tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya, "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah." Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus, dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita. Tetapi ternyata Filipus ada di Asdod. Ia menjelajah daerah itu dan memberitakan Injil di semua kota sampai ia tiba di Kaisarea.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi!
Ayat.
(Mzm 66:8-9.16-17.20)
1. Pujilah Allah kami, hai para bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya! Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah.
2. Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takwa kepada Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadapku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian.
3. Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku, dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya daripadaku.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Akulah roti hidup yang telah turun dari surga, sabda Tuhan. Barangsiapa makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:44-51)


"Akulah roti hidup yang telah turun dari surga."

Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, "Tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus aku; dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi; Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa! Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari surga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan


Unsur pertama dari iman ekaristik adalah misteri Allah sendiri, yaitu kasih yang trinitaris. Dalam Ekaristi, Yesus tidak memberi kita suatu “barang”, tetapi diri-Nya sendiri. Dia memberikan tubuh-Nya sendiri dan mencurahkan darah-Nya sendiri kepada kita. Dengan demikian, Dia memberikan seluruh hidup-Nya kepada kita dan mengungkapkan asal-muasal kasih. Dia adalah Putra yang kekal, yang diberikan Bapa kepada kita.

Setelah Yesus memberi khalayak dengan menggandakan roti dan ikan, berkatalah Dia kepada mereka yang datang ke Sinagoga di Kapernaum, “Akulah Roti Kehidupan yang telah turun dari surga. Jikalau seseorang makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang akan Kuberikan itu ialah daging-Ku yang akan Kuberikan untuk hidup dunia” (Yoh 6:51). Demikianlah Yesus menunjukkan bahwa Dia adalah Roti Hidup yang diberikan oleh Bapa kepada umat manusia. Sekarang, pemberian itu kita terima melalui perayaan Ekaristi.

Sebagai orang Katolik, kita pantas bersyukur karena selalu diberi kesempatan untuk bisa bersatu dengan Yesus melalui Ekaristi. Maka, mari kita rayakan Ekaristi dengan penuh iman. Sebab di sanalah kita diundang oleh Tuhan untuk keselamatan kita dan umat manusia lainnya.

Ya Yesus, aku bersyukur akan cinta-Mu yang tanpa batas. Engkau telah memberikan diri-Mu untuk keselamatanku. Berilah aku iman yang teguh agar aku juga mampu mencintai sesama tanpa batas. Amin.



[Ziarah Batin 2009]





Photobucket

Hari Biasa Pekan III Paskah


Kamis, 30 April 2009
Hari Biasa Pekan III Paskah


Doa Renungan
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Roti Hidup yang telah turun dari surga. Hanya hidup bersama dan di dalam Dikau saja, hidup kami menjadi hidup yang sesungguhnya. Semoga Engkau mengajari kami hari ini untuk menghargai dan menghayati Ekaristi, sehingga dengan menyambut tubuh dan darah-Mu, kami menikmati keselamatan-Mu. Sebab Engkaulah Tuhan pengantara kami kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (8:26-40)


"Jika Tuan percaya dengan segenap hati, Tuan boleh dibaptis."

Waktu Filipus di Samaria, berkatalah seorang malaikat Tuhan kepadanya, "Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menyusur jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza." Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang, ia duduk dalam keretanya sambil membaca kitab Nabi Yesaya. Lalu kata Roh kepada Filipus, "Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!" Filipus segera mendekat, dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab Nabi Yesaya. Kata Filipus, "Mengertikah Tuan apa yang Tuan baca itu?" Jawabnya, "Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?" Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya, siapakah yang akan menceritakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi. Maka kata sida-sida itu kepada Filipus, "Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?" Maka mulailah Filipus berbicara, dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya. Mereka melanjutkan perjalanan, dan tiba di suatu tempat yang ada airnya. Lalu kata sida-sida itu, "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?" Sahut Filipus, "Jika Tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya, "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah." Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus, dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita. Tetapi ternyata Filipus ada di Asdod. Ia menjelajah daerah itu dan memberitakan Injil di semua kota sampai ia tiba di Kaisarea.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi!
Ayat.
(Mzm 66:8-9.16-17.20)
1. Pujilah Allah kami, hai para bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya! Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah.
2. Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takwa kepada Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadapku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian.
3. Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku, dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya daripadaku.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Akulah roti hidup yang telah turun dari surga, sabda Tuhan. Barangsiapa makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:44-51)


"Akulah roti hidup yang telah turun dari surga."

Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, "Tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus aku; dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi; Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa! Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari surga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan


Unsur pertama dari iman ekaristik adalah misteri Allah sendiri, yaitu kasih yang trinitaris. Dalam Ekaristi, Yesus tidak memberi kita suatu “barang”, tetapi diri-Nya sendiri. Dia memberikan tubuh-Nya sendiri dan mencurahkan darah-Nya sendiri kepada kita. Dengan demikian, Dia memberikan seluruh hidup-Nya kepada kita dan mengungkapkan asal-muasal kasih. Dia adalah Putra yang kekal, yang diberikan Bapa kepada kita.

Setelah Yesus memberi khalayak dengan menggandakan roti dan ikan, berkatalah Dia kepada mereka yang datang ke Sinagoga di Kapernaum, “Akulah Roti Kehidupan yang telah turun dari surga. Jikalau seseorang makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang akan Kuberikan itu ialah daging-Ku yang akan Kuberikan untuk hidup dunia” (Yoh 6:51). Demikianlah Yesus menunjukkan bahwa Dia adalah Roti Hidup yang diberikan oleh Bapa kepada umat manusia. Sekarang, pemberian itu kita terima melalui perayaan Ekaristi.

Sebagai orang Katolik, kita pantas bersyukur karena selalu diberi kesempatan untuk bisa bersatu dengan Yesus melalui Ekaristi. Maka, mari kita rayakan Ekaristi dengan penuh iman. Sebab di sanalah kita diundang oleh Tuhan untuk keselamatan kita dan umat manusia lainnya.

Ya Yesus, aku bersyukur akan cinta-Mu yang tanpa batas. Engkau telah memberikan diri-Mu untuk keselamatanku. Berilah aku iman yang teguh agar aku juga mampu mencintai sesama tanpa batas. Amin.



[Ziarah Batin 2009]





Photobucket

Rabu, 29 April 2009, Pw. St. Katarina dari Siena, PrwPujG

Rabu, 29 April 2009
Pw St. Katarina dr Siena, PrwPujG

"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah" --- Mat 5:8


Doa Renungan

Tuhan Allah kami, yakinkanlah kami hari ini untuk datang dan percaya kepada-Mu agar jiwa raga kami disegarkan olehnya. Semoga kami merasakan hanya cinta kasih-Mu saja yang cukup bagi perjalanan hidup kami. Berilah kami kekuatan, keberanian, dan kesungguhan hati untuk percaya kepada-Mu, supaya olehnya kami tidak merasakan kekurangan sesuatu hal pun. Dengarkanlah permohonan-permohnan umat-Mu karena Dia yang tinggal bersama Dikau dan juga bersama kami, Yesus Kristus, Tuhan kami untuk selama-lamanya. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (8:1b-8)


"Mereka menjelajah seluruh negeri sambil memberitakan Injil."

Setelah Stefanus dibunuh, mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat. Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu. Ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki serta perempuan ke luar, lalu menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. Mereka yang tersebar menjelajah ke seluruh negeri sambil memberitakan Injil. Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ. Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu. Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan. Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi!
Ayat.
(Mzm 66:1-3a.4-5.6-7a)
1. Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! Katakanlah kepada Allah, "Betapa dahsyat segala pekerjaan-Mu!"
2. Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu, dan bermazmur bagi-Mu, seluruh bumi memazmurkan nama-Mu. Pergilah dan lihatlah karya-karya Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia.
3. Ia mengubah laut menjadi tanah kering, dan orang berjalan kaki menyeberangi sungai. Oleh sebab itu kita bersukacita karena Dia, yang memerintah dengan perkasa untuk selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil PS 959
Ref. Alleluya, Alleluya
Setiap orang yang percaya kepada Anak, beroleh hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkannya pada akhir zaman, sabda Tuhan.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:35-40)


"Inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang yang melihat Anak beroleh hidup yang kekal."

Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, "Akulah roti hidup! Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguh pun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

“Aku telah turun dari surga untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku”

Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Katarina dari Siena, Perawan dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

- Entah pergi untuk belajar di sekolah/perguruan tinggi atau untuk bekerja di kantor, perusahaan atau tempat kerja, pada umumnya bukan semata-mata merupakan keinginan atau kemauan sendiri, melainkan ada atau mungkin terutama karena desakan atau perintah dari orang lain. Itulah yang dihayati oleh Yesus, yang juga diikuti oleh St.Katarina dari Siena, yang dalam usia muda telah terpanggil untuk hidup suci serta demi kebersamaan atau kesatuan Gereja dan keselamatan semua orang, masyarakat pada umumnya.

“Aku datang dan pergi bukan untuk melakukan kehendak saya sendiri, melainkan kehendak dia yang mengutus aku”, inilah kebenaran yang ada. Kiranya entah dengan belajar atau bekerja kita tidak hanya demi kepentiingan sendiri untuk menjadi cerdas, beriman dan suci, tetapi dengan dan dalam kecerdasan dan iman serta kesucian yang telah kita terima selama belajar atau bekerja kita berharap dapat menjadi ‘man or woman with/for others’, berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia. Kita dapat meneladan St.Katanina yang hidup suci, berusaha memperteguh persaudaraan atau persahabatan sejati dan keselamatan atau kebahagiaan umum. Dengan ini kami berharap kepada siapapun yang dianugerahi aneka rahmat, keterampilan, bakat dst.. secara melimpah ruah hendaknya memfungsikan semua itu demi kebahagiaan atau keselamatan umum, bersama, bukan hanya untuk diri sendiri atau kelompok dan golongannya sendiri.

Marilah saling membantu dan mengingatkan agar kita yang berasal dari Tuhan pada waktunya ketika dipanggil Tuhan atau meninggal dunia otomatis kembali kepada Tuhan, hidup mulia di sorga. Marilah kita berusaha agar tidak ada seorangpun dari saudara-saudari kita ada yang ‘hilang’ alias hidup menyendiri, tidak bersedia berkumpul, bercakap-cakap atau bekerjasama dengan yang lain.


- “Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.”(Kis 8:4), demikian berita perihal jemaat Purba/Perdana, yang mengalami aneka penganiayaan setelah kematian Stefanus. Karena dianiaya dan diancam maka umat beriman tersebar, melarikan diri, bukan untuk bersembunyi, tetapi ‘memberitakan Injil atau Kabar Baik’, sehingga semakin banyak orang menjadi pewarta-pewarta Kabar Baik. Inilah misteri Salib, derita dan ancaman yang membangkitkan dan menggairahkan. Belajar dan bercemin pada pengalaman jemaat Purba/Perdana ini kami berharap: (1) jadikan dan hayati aneka derita dan ancaman karena kesetiaan hidup beriman atau terpanggil sebagai kesempatan emas untuk menjadi pewarta-pewarta Kabar Baik, untuk lebih berbuat baik kepada sesama dimanapun dan kapanpun, dan (2) secara khusus kepada mereka yang merasa sendirian sebagai yang beriman pada Yesus Kristus, entah di kantor/tempat kerja atau tempat tinggal, meskipun memperoleh atau menghadapi tantangan, ejekan, ancaman, dst..hendaknya tetap setia dan taat pada iman anda, jadikan kesempatan tersebut menjadi kesempatan emas untuk mempertebal dan memperteguh iman,

Semoga dengan kesetiaan dan ketaatan iman kita akan terjadi sebagaimana terjadi pada masa lalu, zaman Gereja Purba/Perdana, dimana “banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan. Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu” (Kis 8:7-8).

Semoga para penjahat bertobat, yang lumpuh dan timpang hati, jiwa dan akal budi maupun tubuhnya sembuh, sehat kembali, karena kesetiaan dan ketaatan iman kita. Ingatlah dan hayati pepatah Jawa ini “jer basuki mowo beyo” (=untuk hidup mulia, damai sejahtera harus berani berjuang dan berkorban).




Ignatius Sumarya, SJ

Photobucket

Selasa, 28 April 2009

Selasa, 28 April 2009
Hari Biasa Pekan III Paskah

Yesus bersabda, "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. (Yohanes 6:35)

Doa Renungan

Tuhan Yesus, hidup-Mu memberikan kepada dunia ini kehidupan yang sesungguhnya. Semoga berkat bantuan-Mu hari ini kami makin membaktikan diri bagi sesama seperti teladan-Mu sendiri. Semoga terdorong oleh sakramen Ekaristi yang telah kami terima, menjadikan diri kami batu-batu yang hidup dan semangat yang menggelorakan kehidupan sesama kami. Sebab Engkaulah Tuhan pengantara kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (7:51-8:1a)


"Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku."


51 Di hadapan sidang Mahkamah Agama Yahudi Stefanus berkata kepada Imam Besar, para penatua dan ahli Taurat, "Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu. 52 Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. 53 Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya."54 Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. 55 Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. 56 Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." 57 Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. 58 Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus.59 Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." 60 Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah Stefanus. 1a Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Ke dalam tangan-Mu, Tuhan, kuserahkan nyawaku.
Ayat.
(Mzm 31:3-4.6.7.8)
1. Jadilah bagiku gunung batu tempat berlindung, dan kubu pertahanan untuk menyelamatkan daku! Sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku; oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntut dan membimbing aku.
2. Ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku; sudilah membebaskan daku, ya Tuhan, Allah yang setia. Tetapi aku percaya kepada Tuhan, aku akan bersorak-sorai dan bersukacita karena kasih setia-Mu.
3. Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-hamba-Mu, selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu! Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah-Mu terhadap persekongkolan orang-orang.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Akulah roti hidup, sabda Tuhan; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:30-35)


"Bukan Musa yang memberi kamu roti dari surga, melainkan Bapa-Kulah yang memberi kamu roti yang benar dari surga."

30 Di rumah ibadat di Kapernaum orang banyak berkata kepada Yesus, "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? 31 Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga." 32 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. 33 Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia."34 Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." 35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Barangsiapa datang kepada-Ku ia tidak akan lapar lagi dan barangsiapa percaya kepada-Ku ia tidak akan haus lagi

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

- “Tidak haus dan tidak lapar” secara spiritual atau rohani kiranya menjadi dambaan atau kerinduan semua orang di dalam aneka kesibukan, pekerjaan atau pelayanan. Namun dalam kenyataan, karena aneka tantangan dan hambatan, apa yang didambakan dan dirindukan tersebut sulit menjadi kenyataan. Mengapa? Mungkin karena mereka lebih mengikuti selera atau kehendak sendiri, seenaknya sendiri dan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan di dalam hidup, bekerja atau belajar.

Sabda Yesus hari ini mengajak kita semua untuk “datang kepada-Nya”, jika kita menghendaki dambaan atau kerinduan tersebut segera menjadi kenyataan atau terwujud. Datang kepada Yesus antara lain dapat kita wujudkan atau hayati dengan setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan serta melaksanakan aneka tuntunan dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

Maka kami berharap rumus-rumus janji yang pernah kita ikrarkan tersebut setiap hari dibaca kembali dan direnungkan sebagai bahan mawas diri sejauh mana pada hari ini saya telah berhasil atau gagal menghayati janji tersebut.

Manfaatkan kesempatan pemeriksaan batin, bagian dari doa harian/malam, untuk mawas diri dalam hal penghayatan janji-janji yang pernah kita ikrarkan. Jika kita setia melakukan pemeriksaan batin dengan benar setiap hari, kiranya kita akan terampil dalam hal pembedaan roh atau spiritual discernment, suatu keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan beriman atau beragama masa kni dan selanjutnya. Kita akan terampil untuk memilih ‘makanan dan minuman’, anaka tawaran yang menuntun kita untuk menjadi gembira dan bahagia sebagai orang beriman.

- "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" (Kis 7:60) , demikian doa Stefanus terakhir, sebelum meninggal dunia karena dilempari batu oleh ‘musuh-musuhnya’.Banyak orang yang buta hati dan jiwanya sering dengan mudah menyakiti, membunuh atau melecehkan orang lain seenaknya. Dan mungkin sebagai orang yang setia pada iman, panggilan dan tugas pengutusan, kita juga sering menghadapi aneka bentuk pelecehan, ejekan, sapaan atau perlakuan yang menyakitkan serta membawa kita ke kematian. Sadari dan hayatilah bahwa karena kebutaan hati dan jiwa mereka, mereka sebenarnya tidak salah menyakiti atau melecehkan kita.

Doa Stefanus ini kiranya senada dengan doa Yesus di kayu salib, yang mendoakan mereka yang menyalibkan-Nya: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34).

Kita dipanggil untuk meneladan Yesus atau Stefanus. Mungkin kesakitan dan derita atau pelecehan yang kita alami tidak seberat seperti yang dialami Yesus atau Stefanus, karena hanya berupa kata-kata atau penolakan. Misalnya sebagai orangtua merasa tidak ditaati oleh anak-anaknya, sebagai suami atau isteri merasa kurang diperhatikan oleh pasangannya, sebagai pegawai kurang diperhatikan oleh atasannya, sebagai guru yang sedang mengajar kurang didegarkan oleh para peserta didik, dst..

Kami berharap bahwa kita yang lebih tahu atau lebih dewasa dalam hal kepribadian, iman atau beragama, berani menjadi teladan dalam hal penghayatan kasih pengampunan, sebagaimana dilakukan oleh Yesus maupun Stefanus.

Jadikan aneka kesempatan dilecehkan, dihina, kurang diperhatikan dst.. sebagai kesempatan emas untuk berdoa, semakin mempercayakan diri sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi, kepada Tuhan. Rasanya hal ini sudah sering dilakukan oleh banyak orang: ingat akan berdoa ketika sedang menderita.



Ignatius Sumarya, SJ

Photobucket

Senin, 27 April 2009, Hari Biasa Pekan III Paskah

Senin, 27 April 2009
Hari Biasa Pekan III Paskah

"....Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yohanes 6:29)


Doa Renungan

Tuhan Yesus Kristus, pangkal iman dan keselamatan kami, semoga hari ini Roh-Mu menuntun hati kami untuk mengerti dan menyadari pekerjaan-pekerjaan-Mu yang ajaib, agar dalam karya dan tingkah laku kami senantiasa menaruh harapan yang pasti akan penyelenggaraan-Mu. Terpujilah Engkau ya Tuhan selama-lamanya. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (6:8-15)


"Mereka tidak sanggup melawan hikmat Stefanus dan Roh yang mendorong dia berbicara."

8 Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.9 Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini--anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria--bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus,10 tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara. 11 Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: "Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah." 12 Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama. 13 Lalu mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata: "Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat,14 sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita."15 Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat.
L. Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang hidup menurut Taurat Tuhan.
Ayat.
(Mzm 119:23-24.26-27.29-30)
1. Sekalipun para pemuka duduk bersepakat melawan aku, hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu. Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, dan kehendak-Mu menjadi penasihat bagiku.
2. Jalan hidupku telah kuceritakan dan Engkau menjawab aku; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib.
3. Jauhkanlah jalan dusta dari padaku, dan karuniakanlah hukum-Mu kepadaku. Aku telah memilih jalan kebenaran, dan menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat. Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (16:22-29)


"Berkerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal."

22 Setelah Yesus mempergandakan roti, keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat.23 Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya.24 Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. 25 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?"26 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. 27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."28 Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" 29 Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah."
I. Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.


Renungan



“Bekerjalah untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal”


Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Petrus Kanisius, imam dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


- Setiap hari, entah di kantor/perusahaan/tempat kerja atau sekolah, banyak orang datang untuk bekerja atau belajar. Untuk apa bekerja dan belajar setiap hari? Untuk makanan yang bersifat sementara atau kekal? Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua: hendaknya dalam belajar atau bekerja yang utama atau pertama-tama dikejar dan diusahakan adalah ‘makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal’., maka bagi yang sedang bekerja semoga semakin terampil dan bahagia di dalam bekerja, sedangkan yang sedang belajar semoga semakin terampil dan bahagia di dalam belajar dan tentu saja entah dalam bekerja atau belajar juga semakin ‘percaya kepada Dia yang telah diutus Allah’.

Petrus Kanisius kiranya telah mengerjakan tugas pengutusan ini, antara lain dengan kerja keras ia menyusun buku katekismus, yang berisi tuntunan agar semakin mengenal dan percaya kepada Yesus, yang diutus oleh Allah untuk menyelamatkan dunia ini. Maka secara khusus saya mengingatkan dan mengajak siapapun yang memboroskan waktu dan tenaga demi pendidikan, entah di dalam keluarga atau sekolah, untuk mengusahakan agar anak-anak atau para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi cerdas beriman atau cerdas secara spiritual.

Ciri-ciri kecerdasan spiritual antara lain: “mampu untuk fleksibel (adaptasi aktif dan spontan), memiliki kesadaran diri yang tinggi,mampu menghadapi dan menggunakan penderitaan, mampu menghadapi dan mengatasi rasa sakit, hidup dijiwai oleh visi dan nilai-nilai, enggan untuk menyakiti orang lain, melihat hubungan dari yang beragam (holistik), bertanya ‘mengapa’ dan ‘apa jika’ untuk mencari jawaban mendasar, kemampuan/kemudahan untuk ‘melawan perjanjian’” (lih: Danah Zohar dan Ian Marshall: SQ, Penerbit Mizan - Bandung 2000, hal 14)

- "Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat, sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita.” (Kis 6:13-14) , demikian kesaksian palsu dari orang-orang tentang diri Stefanus. Mendengarkan kesaksian palsu ini Stefanus tidak marah atau membenci melainkan tetap gembira dan ceria, “muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat”.

Di dalam bekerja atau belajar kiranya kita juga sering menerima kesaksian-kesaksian palsu, entah berupa kata-kata atau tindakan. Sebagai orang beriman ketika harus menghadapi kepalsuan-kepalsuan kami berharap meneladan Stefanus, tetap ceria dan gairah. Dalam keceriaan dan kegairahan disertai kelemah-lembutan dan kasih kita jernihkan aneka kepalsuan tersebut.

Para guru/pendidik maupun orang tua hemat saya terpanggil untuk bertindak demikian di dalam mendidik dan mendampingi para peserta didik atau anak-anak. Ingatlah dan sadari bahwa di dalam masyarakat beredar aneka kepalsuan, entah berupa makanan, minuman, tulisan/buku atau penampilan diri, yang dapat merusak dan menghancurkan kehidupan.

Marilah kita wartakan dan sebarluaskan kebenaran-kebenaran, kita dampingi dan didik anak-anak agar terampil memilah dan memilih aneka macam tawaran, dan tentu saja kemudian memilih apa yang benar dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Tolok ukur atau barometer usaha dan kerja kita adalah keselamatan jiwa.


Ignatius Sumarya, SJ



.


Photobucket

Minggu, 26 April 2009, Hari Minggu Paskah III

Minggu, 26 April 2009
Hari Minggu Paskah III

"Tuhan yang bangkit menjumpai kita melalui peristiwa yang sangat sehari-hari dan biasa."


Doa Renungan


Allah Bapa kami yang kekal dan mahakudus, curahilah kami Roh Yesus Putera-Mu, yang telah Kaubangkitkan dari alam maut. Ampunilah dosa-dosa kami, bila kami mendengarkan sabda-Mu dan jadikanlah kami putera dan puteri-Mu, yang berkenan di hati-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan dengan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (3:13-15.17-19)

"Yesus, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati"

Setelah Petrus dan Yohanes menyembuhkan orang lumpuh, orang banyak yang sangat keheranan mengerumuni mereka. Maka kata Petrus kepada mereka, "Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat bahwa Ia harus dilepaskan. Kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, dan malah menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Yesus, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, dan tentang hal itu kami adalah saksi. Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpinmu. Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 859
Ref. Bagi orang benar Tuhan bercahaya, laksana lampu di dalam gulita

Ayat. (Mzm 42:2.4.7.9)
1. Apabila aku berseru, jawablah aku ya Allah yang adil. Apabila aku bersusah, lapangkanlah dadaku, kasihailah aku dan dengarkanlah doaku.
2. Ketahuilah, Tuhan akan mengerjakan karya agung bagi para kekasih-Nya. Tuhan akan mendengarkan daku, bila aku berseru kepada-Nya.
3. Banyak orang berkata, "Siapa yang akan menurunkan berkat?" Hendaknya cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya Tuhan.
4. Aku hendak membaringkan diri dan tidur dalam kehadiranku yang menenteramkan. Sebab hanya Engkaulah, ya Tuhan, yang membuat istirahatku aman sentosa.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (2:1-5)

"Yesus adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan juga untuk dosa seluruh dunia."

Anak-anakku, hal-hal ini kutulis kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa. Namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita; malahan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia. Dan inilah tandanya bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata, 'Aku mengenal Allah' tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalam dia tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman Allah, di dalam orang itu kasih Allah sungguh sudah sempurna.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 955
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. (Luk 24:32)
Tuhan Yesus, terangkanlah kitab suci, dan kobarkanlah hati kami bila mendengar sabda-Mu.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (24:35-48)

"Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga."

Dua murid yang dalam perjalanan ke Emaus ditemui oleh Yesus yang bangkit segera kembali ke Yerusalem. Di sana mereka menceriterakan kepada saudara-saudara yang lain apa yang terjadi di tengah jalan, dan bagaimana mereka mengenal Yesus pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka, "Damai sejahtera bagi kamu!" Mereka terkejut dan takut, karena menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka, "Mengapa kamu terkejut, dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hatimu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini! Rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku."Sambil berkata demikian Yesus memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum juga percaya karena girang dan masih heran, berkatalah Yesus kepada mereka, "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Yesus mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Yesus berkata kepada mereka, "Inilah perkataan yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa, kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Yesus membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata Yesus kepada mereka, "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Dan lagi: Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Dia Sungguh Hidup!


Kemarin saya diminta mengisi ruang ulasan Injil kali ini. Dengar-dengar Luk 24:35-48 ditampilkan sebagai Injil Minggu Paskah III tahun B ini. Ada kawan yang bertanya, kenapa diceritakan bahwa para murid tak langsung mengenal Yesus yang tiba-tiba hadir di antara mereka. Malah mereka menyangkanya hantu. Ada lagi yang bertanya, apa sih maksudnya kok Yesus minta diberi makan segala, apa ini perkara sajian kepada arwah. Katanya di negeri kalian ada adat seperti itu. Ah, lain padang lain belalangnya.

Tak meleset amatan para ahli tafsir bahwa episode terakhir yang saya ceritakan itu mirip dengan yang lama kemudian tertulis dalam Yoh 20:19-29. Kalangan sumber kami sama. Minggu lalu di ruang ini kan ada kupasan tentang itu. Betul seperti yang ditekankan, Yesus yang telah bangkit itu kini menyertai para murid. Begitulah mereka mengalami kedamaian dan tidak lagi merasa tertekan lagi. Berjumpa dengan dia yang telah bangkit itu membuat para murid menemukan kehidupan baru. Pokok inilah yang saya garap dalam Luk 24:35-48.

Awal bacaan kali ini sebetulnya lanjutan kisah kedua orang murid yang bertemu dengan Yesus di Emaus (Luk 24:13-33). Kedua orang itu kemudian bergegas ke Yerusalem memberitakan pengalaman mereka kepada para murid terdekat yang sedang berada bersama beberapa orang lain. Sementara itu disebutkan (Luk 24:34) bahwa Simon juga telah melihat Yesus. Kedua murid tadi kemudian bercerita bagaimana mereka berjalan bersama Yesus ke Emaus, mendapat penjelasan mengenai kata Kitab Suci tentang dirinya, dan bagaimana mereka mengenalinya ketika ia membagi-bagi roti. Kiranya pada waktu itu para murid dan orang-orang yang dekat sedang berbagi pengalaman iman mengenai Yesus. Beberapa orang memang merasa berjumpa dengan Yesus yang bangkit pada kesempatan yang berbeda-beda. Tentu saja yang mereka lihat dan alami tidak sama persis. Namun demikian, akhirnya mereka dapat saling memahami bahwa yang mereka jumpai itu ialah dia yang dulu mereka kenal dalam hidup sehari-hari. Sekarang ia berada dalam cara lain, tapi nyata.

Pengalaman bermacam-macam, tapi sama arahnya. Satu pula intinya. Yesus sudah bangkit dan tetap berada dengan mereka, tapi dengan cara yang masih perlu mereka sadari lebih lanjut. Tentu saja di antara para murid itu ada yang merasa bahwa dirinyalah yang pertama kali berjumpa dengan Yesus. Ada yang merasa paling dekat dengannya. Seperti ada kompetisi siapa yang paling dikasihi! Ini manusiawi. Tetapi kalau begitu terus, perkaranya akan jadi tidak keruan. Bisa-bisa mereka akan saling menyisihkan dan bergilir mengklaim ilham paling utama, paling duluan. Memang benar pada saat-saat awal itu para pengikut Yesus sempat saling meragu-ragukan. Dalam Luk 24:11 saya singgung bagaimana para rasul menganggap perkataan para perempuan tentang Yesus sebagai omong kosong belaka; lihat juga ay. 24 yang diperkatakan kepada Yesus sendiri oleh kedua murid yang ke Emaus itu.

Para murid butuh waktu untuk mengolah pengalaman mengenai Yesus yang wafat di salib dan bangkit. Pada pengantar jilid dua kitab saya, ada saya catat bahwa Yesus menampakkan diri kepada para murid dan menunjukkan dengan banyak bukti bahwa dirinya betul hidup. Bahkan selama 40 hari berulang-ulang ia menampakkan diri dan berbicara mengenai hal yang dulu diwartakannya, yakni Kerajaan Allah (Kis 1:3). Jadi memang para murid perlu waktu mengendapkan pengalaman mereka. Mereka butuh bantuan dari sang Guru sendiri. Lambat-laun mereka belajar mendalami pengalaman mereka dan makin bisa berbicara satu sama lain tentangnya. Para murid akhirnya bisa saling menerima. Begitulah kenyataan tumbuhnya iman kebangkitan. Baru terjadi bila ada sikap saling menghargai. Juga jalan yang dialami tiap orang patut diperhatikan. Bukankah demikian yang dialami kedua murid yang berjalan ke Emaus? Mereka dikawani Yesus tanpa mereka sadari.

Ketika tiba-tiba Yesus berada di tengah-tengah mereka, para murid terkejut dan menyangka mereka sedang berhadapan dengan hantu. Ada sisi yang menggugah perasaan dalam peristiwa itu. Yesus memahami kebingungan para murid. Ia merumuskan yang mereka rasakan. Yesus dapat membaca wajah dan pikiran mereka dan berkata (ay. 38) "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu?" Ia malah menyodorkan tangan dan kakinya dan minta mereka meraba sambil berkata (ay. 39-40) "... hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaku!" Dia menyelami kesulitan mereka, dan kini juga, setelah bangkit, ia masih mengajar mereka agar mereka dapat menyadari apa yang sesungguhnya terjadi. Guru itu tidak meninggalkan mereka. Mereka tetap diajarinya melangkah lebih jauh. Memang ini juga baru bagi saya.

Saking gembira dan campur heran, para murid belum bisa percaya bahwa yang mereka hadapi ini bukan jadi-jadian, bukan proyeksi pikiran mereka sendiri. Orang dulu sudah tahu bahwa jadi-jadian, hantu, ingatan akan orang mati yang datang lagi, semua itu sebetulnya bayang-bayang belaka. Maka satu-satunya cara untuk menguji ialah dengan menyuruhnya berbuat seperti orang hidup, yakni makan. Tetapi tentu saja para murid tak berani. Yesus memberi jalan, ia minta diberi sesuatu yang bisa dimakannya supaya mereka tak ragu-ragu lagi. Begitulah mereka mendapatkan sepotong ikan bakar, bukan ikan goreng, seperti ada dalam terjemahan kalian. Tapi ini bukan soal yang amat penting. Yang dimaksud ialah ikan yang dimasak dan tentunya akan dimakan oleh para murid sendiri. Ini bukan penjelasan yang dicari-cari lho.

Ikan itu kan hasil kerja para murid, dan tentunya salah satu dari mereka juga yang menyiapkannya untuk disantap bersama hari itu. Perhatikan yang terjadi pada saat itu. Hasil kerja para murid, itulah yang diminta Yesus untuk dipakai sebagai batu uji apa dirinya itu nyata atau hanya bayang-bayang belaka. Kita tidak bisa mulai dari awang-awang sana. Perlu berpijak di bumi. Iman itu begitu. Baru demikian akan jadi iman yang kukuh. Yesus bangkit, hidup berpijak pada kenyataan yang ada, yakni murid-muridnya, jerih payah mereka, suka duka mereka, juga kesederhanaan mereka. Itulah yang saya tangkap dari sumber-sumber saya dan ingin saya sampaikan kepada kalian.

Pada akhir petikan yang kalian bacakan ini ada pengajaran yang amat berharga dari Yesus. Ia membaca kembali hidupnya sebagai penggenapan Kitab Suci (ay. 44). Sabda Ilahi juga menerangi makna penderitaan dan kebangkitannya (ay. 46). Murid-murid kini boleh merasa lega, tak terganjal, "plong"! Mereka juga ingat bahwa mereka diminta membagikan kelegaan itu kepada semua orang, semua bangsa. Bukankah ini yang paling kita butuhkan - jadi lega? Ah, hal itu terungkap dengan cara bicara orang zaman itu, yakni "berita pertobatan dan pengampunan dosa".

Beginilah yang dibayangkan orang dulu. "Dosa" itu bagaikan jerat yang menyeret orang ke dasar telaga yang dalam. Makin tak berdaya, makin sesak, makin gelap. Baca saja Mazmur 18:5-6 yang menyebut tali-tali maut yang melilit yang makin menyesakkan. Orang merasa tak berdaya. Tak ada selesainya. Menyeramkan. Orang yang terbawa ke sana disebut "mati", tapi sebenarnya diikat oleh kekuatan-kekuatan tadi. Tersiksa terus. Satu-satunya yang masih bisa dilakukan ialah berteriak minta pertolongan kepada Yang Maha Kuasa, seperti yang terjadi dalam Mazmur itu. Ingat juga seruan minta tolong dari jurang yang dalam seperti pada Mazmur 130.

"Pertobatan" ialah berseru dan percaya masih ada yang bisa menolong meski lilitan tali-tali maut makin menyesakkan dan jurang makin dalam. Dan "pengampunan" ialah pertolongan, pelonggaran, pelepasan dari tarikan ke dasar jurang tadi. Hanya yang mahakuasa sendirilah yang dapat melakukannya. Ketika wafat , Yesus turun ke tempat orang mati, terlilit oleh hutang-hutang kemanusiaan pada kekuatan jahat, terseret sampai ke dasar jurang yang kelam. Satu-satunya harapannya ialah Bapanya di surga. Dan kami semua percaya ia berseru agar tak ditinggalkan. Dan Dia yang di atas sana tidak tinggal diam. Dia turun membebaskannya. Inilah yang terjadi dalam kebangkitan. Bagi kemanusiaan, ini pengampunan. Kelegaan. Tapi bukan itu saja. Coba pikirkan baik-baik. Yesus sampai ke dasar penderitaan itu bukan karena hutang-hutangnya kepada yang jahat. Karena itu pembebasan yang diperolehnya pun juga bukan bagi dirinya sendiri saja, melainkan bagi kemanusiaan. Inilah yang diharapkan agar dibagikan kepada makin banyak orang. Kalian bisa juga ikut mengupayakan agar kebangkitan itu juga menjadi kenyataan hidup di masyarakat. Pemerdekaan dari jerat-jerat sosial yang mengerdilkan kemanusiaan dan keadaban. Itu kan dimensi sosial iman kebangkitan? Murid-murid diminta Yesus menjadi saksi bahwa "pertobatan" bisa dijalankan dan "pengampunan" bisa digapai. Kita juga.


Salam,

Luc


DARI BACAAN KEDUA: (1Yoh 2:1-5a)

Pokok yang hendak ditonjolkan dalam petikan kali ini berkisar pada bagaimana orang bisa lepas dari keadaan yang menjauhkan orang dari hadirat ilahi (keadaan ini disebut "berdosa") dan mengalami damai. Bagi sang penulis surat Yohanes itu, ini terjadi dalam Yesus Kristus yang telah sedemikian dekat dengan keilahian dan oleh karena itu siapa yang bersamanya akan ikut dekat pada Allah sendiri. Orang yang demikian itu "mengenal" Yang Ilahi (ay. 4). MengenaliNya baru terjadi dengan jalan menuruti "perintah-perintah-Nya" yang dirumuskan kembali sebagai "firmanNya" (ay. 5). Bila ini terjadi maka "mengenal" Yang Ilahi itu maka sempurnalah "kasih ilahi", dalam arti mengalami damai oleh karenanya. Gagasan-gagasan ini sarat dengan pemikiran teologi. Semuanya merujuk pada tokoh Yesus Kristus yang lahir di dunia, hidup di tengah-tengah kemanusiaan, mangajar tentang Allah yang diperkenalkan sebagai Bapa yang Maharahim, tapi karena itulah ia mengalami perlawanan, ditolak dan disalibkan hingga wafat. Dalam kesadaran para pengikutnya, ia tidak habis di situ. Allah sendiri membangkitkannya dan kini hidup dalam ujud lain tapi dapat dialami oleh mereka yang menerimanya sebagai kenyataan firman Allah yang menjadi jalan untuk mengenal-Nya.

Membaca surat Yohanes dapat menjadi latihan mendengarkan firman Allah tadi. Bisa dicoba dengan mengikuti irama kata-kata surat itu sendiri. Kemudian hendaknya dirasa-rasakan betapa akrabnya sapaan penulis kepada pembaca: "Anak-anakku". Sama makna dan hangatnya dengan ungkapan yang dipakai penulisnya dalam ay. 7 yang tak ikut dibacakan: "Saudara-saudara terkasih!" Bukan sekadar pembukaan sebuah uraian, melainkan ajakan untuk bersama-sama mendalami perkara-perkara rohani. Kemudian bisa disimak "hal-hal ini kutuliskan kepada kamu", pada awal petikan. Sebetulnya dalam ungkapan aslinya bukan hanya "kutuliskan" begitu saja, seakan-akan setelah selesai ya sudah, melainkan "tetap kutuliskan". Seolah-olah penulisnya mau terus menyertai pembacanya. Bahkan pembaca boleh membayangkan bagaimana nanti penulisnya mengulang dan menggarisbawahi bagian ini, bagian itu. Bisa menjadi kegiatan yang mengasyikkan.

Salam hangat,

A. Gianto


Photobucket

Minggu, 26 April 2009, Hari Minggu Paskah III


Pada suatu hari saya ditugasi untuk menangani kasus korupsi keuangan yang terjadi dalam salah satu Komisi Kerasulan Keuskupan, yang konon dilakukan oleh pegawai bendahara komisi yang bersangkutan. Kasus tersebut katanya sulit diselesaikan di dalam tingkar kantor sendiri, maka saya sebagai Ekonom Keuskupan dimintai bantuannya, katanya yang bersangkutan dituduh melakukan korupsi tidak mengakui perbuatannya. Dalam menangani kasus ini pertama-tama saya temui yang bersangkutan, yang dituduh korupsi, sebut saja namanya ‘Bu Inem’ (samaran). Setelah mendengarkan cerita dari yang bersangkutan, maka saya ajukan usulan: “Masalah ini ingin diselesaikan secara Gerejani/Katolik atau sipil/pemerintah?” . “Apa maksudnya Romo?”, tanggapan singkat dari Bu Inem. “Maksudnya: secara Gerejani/Katolik adalah siapapun yang melakukan kesalahan terbuka saja, langsung mengaku dan kemudian diampuni serta menyesal, tentu saja mewujudkan penyesalan dengan berusaha seoptimal mungkin memperbaharui diri dan mengembalikan apa yang telah diambil; sedangkan cara sipil atau pemerintah berarti seperti terjadi di pengadilan dimana saya harus mencari tahu dari orang-orang yang terkait dengan tugas anda, sebagai saksi dalam rangka mencari kebenaran”, demikian penjelasan saya. Sekilas cara Gerejani/Katolik nampak lebih mudah dan cepat tetapi kiranya sangat berat bagi yang bersangkutan untuk menjadi saksi kebenaran atas dirinya sendiri, sedangkan cara sipil atau pemerintah nampak sulit dan lebih lama serta mungkin melelahkan. Namun hemat saya jika orang lebih memilih cara Gerejani/Katolik lebih baik, tetapi sekali lagi mungkin berat dan mulia untuk dengan ksatria menjadi saksi kebenaran atas dirinya sendiri.


“ Kamu adalah saksi dari semuanya ini” (Luk 24:48)

Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita semua dipanggil untuk menjadi saksi dari semua yang kita hayati, lihat dan dengarkan, dan tentu saja pertama-tama dan terutama tentang ajaran-ajaran atau sabda-sabda serta cara hidup dan cara bertindak Yesus, antara lain “dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (Luk 24:47). Yerusalem adalah tempat/kota, idaman serta tempat kesibukan sehari-hari bagi para murid, dan bagi kita semua “Yerusalem” berarti tempat kerja/kantor atau tempat belajar kita setiap hari, dimana kita mengusahakan kebutuhan hidup masa kini maupun masa depan, demi diri sendiri maupun anggota keluarga dan sesama manusia. Di tempat-tempat itulah kita dipanggil menjadi saksi ‘pertobatan dan pengampunan’.

Bertobat kiranya dimulai dengan tobat batin dan kemudian diwujudkan kedalam tindakan konkret. “Tobat batin adalah satu penataan baru seluruh kehidupan, satu langkah balik, pertobatan kepada Allah dengan segenap hati, pelepasan dosa, berpaling dari yang jahat, yang dihubungkan dengan keengganan terhadap perbuatan jahat yang telah dilakukan. Sekaligus ia membawa kerinduan dan keputusan untuk mengubah kehidupan, serta harapan atas belas kasihan ilahi dan bantuan rahmat-Nya. Perubahan jiwa ini diiringi dengan kesedihan yang menyelamatkan dan kepiluan yang menyembuhkan, yang bapa-bapa Gereja namakan ‘animi cruciatus’ (kesedihan jiwa) , ‘compunctio cordis’ (penyesalan hati)” (Kamus Gereja Katolik no 1431). Dalam tradisi Gereja pertobatan ini secara konkret berupa “doa, matiraga dan memberi seedekah”.

Doa dan matiriga mungkin lebih bersifat pribadi, sedangkan ‘memberi sedekah’ lebih bersifat sosial. Tentu saja ‘memberi sedekah’ ini tidak hanya diwujudkan dalam bentuk karitatif, tetapi juga edukasionis atau formatif. Secara edukasionis atau formatif berarti mereka yang bertobat tumbuh-bekembang (satu langkah balik menjadi lebih baik) sebagai pribadi yang cerdas beriman. Mereka yang sedang bekerja menjadi semakin terampil dan cekatan dalam bekerja, yang sedang belajar menjadi semakin terampil dan cekatan dalam belajar, yang sedang mencinta semakin terampil dan cekatan dalam mencintai, dst.. Tempat kerja maupun belajar menjadi sarana pengembangan dan pertumbuhan diri menuju ke pemenuhan sebagai pribadi cerdas beriman, kita semakin mengenal dan akrab dengan Allah. .

“Inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah” (1Yoh 2:3-5a)

“Mengenal dan akrab dengan Allah” berarti tidak pernah berdusta melainkan senantiasa hidup dan bertindak dalam kebenaran, menuruti perintah-perintah Allah. Berdusta berarti dikuasai atau dirajai oleh setan atu iblis, dan dengan demikian merusak dan memporak-porandakan hidup bersama, sedangkan hidup dan bertindak dalam kebenaran berarti membangun dan memperkuat hidup bersama dalam kasih, sehingga semua orang hidup saling mengasihi dan mengampuni. Hidup dan berindak dalam kebenaran ini kiranya sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan dalam diri anak-anak, entah di dalam keluarga atau sekolah, dan tentu saja harus disertai dengan teladan atau kesaksian hidup dan bertindak dari orangtua dan para guru/pendidik.

Hidup dan bertindak dalam kebenaran berarti juga hidup jujur. “Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur- Balai Pustaka, Jakarta 1997, hal 17). Maka kepada mereka yang tidak jujur “sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan” (Kis 3:19 ). Ada rumor yang mengatakan bahwa ‘orang jujur akan hancur’, tentu saja yang hancur adalah kejahatan dan dosa-dosa dan mungkin tubuh kita, tetapi jiwa akan selamat dan damai sejahtera.

Berlatih atau membiasakan diri dalam hal kejujuran kiranya antara lain dapat kita usahakan dalam mengurus atau mengelola harta benda atau uang, apa-apa yang kelihatan dan disukai oleh banyak orang. Jika kita dapat jujur dalam mengelola harta benda atau uang kiranya kita akan memperoleh kemudahan atau jalan untuk jujur dalam hati dan jiwa, jujur terhadap diri sendir dan Tuhan. Maka berapapun jumlah harta benda atau uang yang kita miliki dan kuasai marilah kita urus atau kelola dengan jujur. Kejujuran dalam pengurusan atau pengelolaan harta benda atau uang ini, saya sangat terkesan pada apa yang dilakukan oleh Bapak Yustinus Kardinal Darmojuwono Pr alm. Ketika saya sebagai Ekonom KAS membongkar kamar almarhum, saya terkesan dengan ketertiban dan pengelolaan uang yang dilakukan Bapak Kardinal, antara lain semua pemasukan dan pengeluaran uang dicatat setiap hari, misalnya beaya cukur, beaya bayar jalan tol, beli obat nyamuk, penerimaan pension sebagai Uskup, dst.. Bahwa hal itu dikerjakan setiap hari nampak terlihat dalam tulisan tangan. Tanpa serah terima dari almarhum perihal keuangan, dalam waktu singkat saya dapat menyelesaikan harta benda dan uang yang ada untuk diteruskan kepada yang berhak. Marilah kita jujur apa-apa yang kelihatan agar lebih mudah untuk tumbuh berkembang jujur terhadap diri sendiri maupun Tuhan.



Ignatius Sumarya, SJ

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy