Minggu, 10 Mei 2009
Hari Minggu Paskah V
“ Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya”
Doa Renungan
Tuhan Yesus, Firman Allah yang hidup dan pokok sukacita seluruh umat, sabda-Mu yang kami dengarkan hari ini sungguh menghibur dan menyemangati kami. Semoga semakin banyak waktu kami gunakan untuk mendengarkan sabda kehidupan, sehingga seperti Santo Petrus, kami dapat bersaksi, "Tuhan, kemanakan kami akan pergi, sabda-Mu adalah kehidupan kekal". Kami percaya, bersama dengan Engkau, kami dapat melaksanakan tugas merasul ini dengan menghasilkan buah melimpah. Sebab Engkaulah Tuhan pengantara kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (9:26-31)
"Barnabas menceritakan kepada para rasul bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan."
Setelah dibaptis dalam nama Yesus, Saulus pergi ke Yerusalem. Di sana ia mencoba menggabungkan diri dengan murid-murid Yesus, tetapi semuanya takut kepadanya karena mereka tidak percaya bahwa Saulus juga seorang murid. Tetapi Barnabas menerima dia, lalu membawanya kepada rasul-rasul dan menceritakan kepada mereka bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan, dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia. Juga diceritakannya bagaimana keberanian Saulus mengajar di Damsyik dalam nama Yesus. Maka Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan berani ia mengajar dalam nama Tuhan. Saulus juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia. Akan tetapi setelah hal itu diketahui oleh saudara-saudara anggota jemaat, mereka membawa Saulus ke Kaisarea dan dari situ membantu dia ke Tarsus. Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan PS 834
Ref. Nama Tuhan hendak kuwartakan, di tengah umat kumuliakan.
Ayat. (Mzm 22:26b-27.28.30.31-32)
1. Nazarku akan kubayar di depan orang-orang yang takwa. Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari Tuhan akan memuji-muji Dia, biarlah hatimu hidup untuk selamanya.
2. Segala ujung bumi akan menjadi sadar lalu berbalik kepada Tuhan, dan segala rumpun bangsa akan sujud menyembah di hadapan Allah kita.
3. Kepada-Nya akan sujud menyembah; semua orang sombong di bumi di hadapan-Nya akan berlutut: semua orang yang telah kembali ke pangkuan pertiwi.
4. Dan aku akan hidup bagi Tuhan, anak cucuku akan beribadah kepada-Nya. Mereka akan menceritakan hal ikhwal Tuhan kepada angkatan yang akan datang.
5. Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti. Semua itu telah dikerjakan oleh Tuhan.
Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (3:18-24)
"Inilah perintah Allah, yaitu supaya kita percaya dan saling mengasihi."
Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran, dan kita dapat menghadap Allah dengan hati tenang. Sebab jika kita dituduh oleh hati kita, Allah adalah lebih besar daripada hati kita, dan Ia mengetahui segala sesuatu. Saudara-saudaraku yang terkasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian penuh iman untuk mendekati Allah. Dan apa saja yang kita minta dari Allah, kita peroleh daripada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya. Dan inilah perintah Allah itu: yakni supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah-Nya yang diberikan Kristus kepada kita. Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan beginilah kita ketahui bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu dalam Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil PS 954
Ref. Alleluya
Ayat. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia ia berbuah banyak. Alleluya.
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (15:1-8)
"Barangsiapa tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak."
Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Akulah pokok anggur yang benar, dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya, dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya supaya berbuah lebih banyak. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah , jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam aku, ia dibuang ke luar seperti ranting yang menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak, dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
POKOK ANGGUR YANG BENAR - APA ITU?
Rekan-rekan yang baik!
Dalam Yoh 15:1-8 Yesus mengumpamakan diri sebagai pokok pohon anggur yang benar. Para murid ialah ranting-ranting yang tumbuh dari pokok itu. Juga Bapanya yang ada di surga digambarkannya sebagai yang mengusahakan agar ranting-ranting semakin berbuah. Apa maksud petikan ini?
Ada kesejajaran antara bacaan kedua (1Yoh 3:18-24) dengan petikan Injil. Penulis surat itu mengajak orang menyadari bahwa Allah itu sumber kehidupan yang sungguh (ay. 19). Seperti digambarkan dalam Injil kali ini, Dia itu pokok yang menjadi tumpuan hidup ranting-ranting. Juga menjadi jelas bahwa dalam ranting yang hidup mengalir kekuatan yang berasal dari pokok. Surat Yohanes kali ini melukiskan daya ini sebagai kehadiran Roh dalam diri orang yang percaya (ay. 24).
BACAAN DAN LITURGI
Hingga Minggu Paskah ke IV bacaan-bacaan Injil masa Paskah memperlihatkan pelbagai segi dari misteri wafat dan kebangkitan Yesus serta pengalaman orang-orang yang paling dekat dengannya. Dalam Minggu ke-IV itu sendiri Yesus membicarakan diri sebagai "gembala yang baik" yang berani menyerahkan hidupnya dan berhasil memperolehnya kembali (Yoh 10:11-18). Dalam semua tahun liturgi, Injil bagi Minggu Paskah IV dipetik dari Yoh 10 yang menampilkan Yesus sebagai "gembala yang baik" tadi (tahun A Yoh 10:1-10, tahun B Yoh 10:11-18 dan tahun C Yoh 10:27-30). Setelah itu, juga dalam semua tahun, Injil pada hari Minggu Paskah V dan VI diambil dari wejangan-wejangan Yesus selama Perjamuan Terakhir yang termaktub dalam Yoh 13-15, dan pada hari Minggu Paskah VII, dari doa Yesus bagi murid-muridnya yang disampaikan dalam Yoh 17. Selama empat minggu menjelang Pentakosta ini kita mendengarkan Injil Yohanes agar semakin menyadari kedekatan Yesus dengan para murid-muridnya, mengikuti pesan-pesan serta doanya bagi mereka yang selanjutnya akan disertai sang Penolong, yakni Roh yang dikirim Bapanya sendiri.
Khusus menyangkut Yoh 15:1-8 yang dibacakan pada hari Minggu Paskah V tahun B ini, baiklah dilihat konteksnya. Disebutkan dalam Yoh 14:31 yang mendahului bacaan ini bahwa Yesus mengajak murid-muridnya untuk pergi dari "sini". Yang dimaksud tentunya tempat perjamuan terakhir. Tetapi sebelum mulai menceritakan kepergian Yesus ke seberang sungai Kidron, ke sebuah taman (Yoh 18:1), Yohanes masih menuliskan tiga bab lagi, yakni Yoh 15, 16 dan 17. Ketiga bab itu ada kaitannya dengan beberapa hal yang telah diutarakan dalam perjamuan terakhir (Yoh 13-14):
- Yesus itu pokok anggur yang benar (Yoh 15:1-8), artinya orang bisa hidup bersemi bila menjadi ranting-ranting hidup yang tumbuh dari pokok itu. Bila terpotong darinya maka orang akan binasa. Ini memberi keterangan lebih lanjut apa arti percaya kepadanya yang telah diutarakan selama perjamuan, khususnya dalam Yoh 14:1-14.
- Tetap bersama pokok anggur yang benar itu baru terwujud bila murid-murid saling mengasihi (Yoh 15:9-17). Inilah mengingatkan pada warisan rohani yang telah diberikannya dalam Yoh 13:34-35 yang pernah diulas bagi Minggu Paskah V tahun C. Di situ ditunjukkan cara menghadapi kekuatan-kekuatan jahat dari dunia ini. Sekaligus ditegaskan cara terbaik untuk mempersaksikan kebenaran ajaran Yesus (Yoh 15:18-26).
- Betul-betul akan datang Penolong yang akan menguatkan para murid (Yoh 16:1-15), juga bila orang merasa ditinggalkan sendirian (Yoh 16:16-33), satu pokok yang telah diutarakan dalam Yoh 14:23-29.
- Yesus berdoa agar Bapanya selalu melindungi murid-muridnya (Yoh 17). Mereka ini seperti halnya Yesus adalah orang-orang yang diutus mewartakan kehadiran Yang Ilahi di dunia yang dikungkung kekuatan-kekuatan jahat. Ini memberi arah rohani bagi semua pembicaraan dalam perjamuan terakhir.
Dari uraian di atas terlihat bahwa Yoh 15-17 diolah sebagai pendalaman kembali pokok-pokok terpenting yang muncul dalam perjamuan terakhir. Semakin disimak semakin kelihatan kekayaan rohani yang tersimpan di dalam ketiga bab itu. Bagian itu kiranya juga berperan sebagai ringkasan Injil Yohanes yang sepatutnya didalami oleh mereka yang mau menyampaikan homili atas dasar Injilnya.
POKOK ANGGUR YANG BENAR DAN RANTINGNYA
Yesus mengibaratkan diri sebagai "pokok anggur yang benar". Yang dimaksud dengan "pokok anggur" ialah bagian pohon yang dapat hidup terus bila yang di atas atau di bawahnya dipangkas. Bagian pohon itu dapat bersemi walau tampaknya mati. Para petani membuka kebun anggur baru dengan menanam pokok tadi di tanah yang baru. Ibarat ini kuat maknanya dan dimengerti juga oleh orang yang tidak tahu menahu perihal pohon anggur dan pengelolaannya. Dunia maknanya sudah tergarap dalam sastra Ibrani Perjanjian Lama. Ada beberapa ibarat dengan pokok anggur, misalnya Yer 2:21 Yeh 15:1-8; 17:1-10; 19:10.14 Hos 10:1 Mzm 80:9-20. (Baik dibedakan dengan ibarat kebun anggur, misalnya Yes 5:1-7). Muncul gambaran adanya kekuatan dapat terus bertumbuh walaupun tidak selalu menghasilkan buah yang diharapkan. Karena itu dalam Yoh 15 kali ini ditonjolkan pokok anggur "yang benar", artinya pokok yang subur dan dapat menumbuhkan ranting-ranting yang berbuah baik. Lawan pokok anggur yang benar ialah pokok anggur yang tak bakal tumbuh subur, yang "dari sananya" sudah kurang baik. Yesus tidak seperti itu. Ia justru tampil sebagai pokok yang dari asalnya cocok untuk ditanam, yang benar-benar asli, bukan yang tiruan atau kelihatannya bakal tumbuh baik tapi nyatanya membusuk! Gambaran inilah yang muncul dari dalam teks Yohanes ini.
Tetapi pokok yang benar pun perlu mendapat pemeliharaan. Dalam bacaan ini sisi itu amat ditonjolkan. Bahkan dikatakan bahwa Yang Maha Kuasa - sang Bapa sendir - ialah pemeliharanya. Diusahakannya agar pokok itu semakin subur berbuah. Dalam ay. 2 disebutkan, Ia memotong tiap ranting yang tak berbuah dan membersihkan ranting yang berbuah agar makin subur. Tentunya bukan dimaksud tindakan menghakimi si ranting, melainkan ungkapan perhatian untuk membuat pokok yang benar itu berbuah sebanyak-banyaknya. Tak usah dipahami sebagai ancaman, melainkan sebagai upaya membesarkan hati.
Para murid ialah ranting yang berbuah baik. Ini titik tolaknya. Kalau tidak tentunya tidak menjadi murid. Boleh juga diterapkan pada orang yang percaya. Mereka itu ranting yang berbuah. Dan ranting yang begitu itu tidak hanya bertaut pada pokok yang benar, tapi juga mendapat perhatian khusus dari Bapanya. Inilah Kabar Gembira bagi para murid yang mendengarkan kata-kata Yesus tadi. Mereka boleh merasa aman karena terus menerus didampingi Sang Pengelola sendiri. Kita ingat, perkataan ini diucapkan sebagai bagian dari wejangan-wejangan terakhir Yesus sebelum ia berpisah dengan mereka. Yesus hendak mengatakan, sekarang ini tiba waktunya kalian akan diurus oleh Bapanya sendiri karena ia akan pergi kepadaNya. Ia melihat bahwa murid-murid telah cukup matang. Karena itu ia mau menyerahkan mereka kepada Bapanya sebagai buah pelayanannya.
BERSAMA DENGANNYA?Secara khusus para murid diminta agar tetap tinggal bersama pokok anggur yang benar tadi, agar kehidupan yang ada dalam pokok itu dapat berada juga dalam diri murid-murid dan menghasilkan buah. Cara berbicara seperti ini langsung menggugah pikiran. Beberapa hal saya tanyakan langsung kepada Oom Hans yang tak asing lagi itu.
GUS: Dalam Yoh 15:7 dibicarakan tentang ranting yang tetap berhubungan pokok kehidupan. Ke mana arah pembicaraan itu?
HANS: Yang diarah ialah kesatuan hidup dengan pokok yang benar dan yang terus diperhatikan oleh Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu apa saja yang diinginkan oleh yang menjalaninya akan terwujud. Ini ajaran hidup rohani yang dalam.
GUS: Jadi kayak kebatinan "manunggaling kawula gusti"?
HANS (Dahinya berkerut, menyulut pipa cangklong, menghembuskan asap, lalu tersenyum): Ah, jangan ke sana ke mari, nanti jadi campur aduk! Kesatuan tadi diterangkan sebagai "firmanku ada dalam kamu". Jadi bukan kesatuan mistik yang saling meleburkan diri, melainkan kesatuan yang tumbuh dari sabda yang tinggal dalam pokok maupun dalam ranting.
GUS: Wacananya jadi makin kebatinan nih. Makin pelik!
HANS: Zaman itu ada pelbagai kalangan yang memahami kesatuan sebagai saling melebur diri sehingga tidak jelas lagi yang mana dia yang mana aku. Tapi bukan itu yang dikatakan dalam teks kita. Yang dimaksud bukan kesatuan batin yang dinikmati demi dirinya sendiri, melainkan demi makin suburnya pohon anggur milik Empunya kebun. Itulah ajaran batin murni dari Yesus yang diteruskan kepada orang banyak.
GUS: Jadi hubungan dengan sumber hidup itu terbangun dalam upaya memahami "teks"?
HANS: Asal "teks" yang kausebut itu tidak dikaburkan dengan macam-macam pesan buatan sendiri.
Dan Oom Hans makin tenggelam dalam hikmatnya teks. Sang rajawali yang bertengger di sebelah kursi goyangnya menyorotkan sepasang mata tajam menembus, seolah-olah hendak mengajar bagaimana memandangi isyarat-isyarat.
Dalam perjalanan pulang, terlintas gagasan apakah "firman" yang disebut dalam Yoh 15 itu sesungguhnya adalah aksara-aksara batin yang diajarkan kepada kita masing-masing guna menuliskan kehidupan dan menggubahnya menjadi buah-buah idaman Dia yang menunggu kita di sana.
Salam hangat,
A. Gianto
Renungan Dalam alam demokrasi dan penegakan hak asasi manusia serta kebebasan masa kini ada kecenderungan sementara orang untuk bertindak menurut keinginan dan kemauan sendiri, selera pribadi. Sebagai contoh konkret saya sampaikan apa yang pernah terjadi di kapel Kolese Kanisius. Dalam hari Minggu di kapel Kolese Kanisius sering dilangsungkan Misa Perkawinan dan ada kemungkinan untuk tiga kali pada hari Minggu itu. Para peminjam diberi kebebasan untuk dekorasi altar dan sekitarnya serta diharapkan bekerjasama. Ada kasus dimana tiga peminjam pada hari yang sama tidak mau kerjasama perihal dekorasi atau warna bunga yang dipasang di sekitar altar. Ada yang mengeluh kepada saya, sayang keluhan tersebut disampaikan begitu mepet waktunya, dan saya hanya dapat menyampaikan tegoran kepada mereka yang tidak mau bekerja sama dalam hal dekorasi. Dalam hati saya bertanya-tanya: jika dalam hal warna bunga saja tidak dapat bekerja sama alias mengikuti selera pribadi, jangan-jangan di dalam hidup sehari-hari demikian juga. Rasanya dengan mencermati situasi masa kini, hidup dan bertindak sesuai selera pribadi masih marak, nampak dengan adanya ketegangan, permusuhan, perpisahan, saling mendiamkan yang terjadi dalam hidup bersama yang paling dasar, yaitu keluarga atau tempat kerja, dimana orang memboroskan waktu dan tenaganya setiap hari. Dengan kata lain rasanya banyak orang kurang hidup dan bertindak sesuai dengan spiritualitas/charisma atau visi-misi hidup dan kerja bersama Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita untuk hidup dan bertindak sesuai dengan spiritualitas/charisma atau visi-misi hidup dan kerja bersama dimana kita berada di dalamnya.
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”(Yoh 15:5)Hidup dan kerja bersama senantiasa ada sesuatu yang mengikat atau mendasari, misalnya cintakasih adalah dasar hidup bersama suami-isteri/laki-laki dan perempuan yang membangun keluarga, spiritualitas atau charisma pendiri mendasari hidup dan kerja bersama Lembaga Hidup Bakti, visi mendasari kerja dan sepak terjang organisasi atau perusahaan, dst… Maka jika kita mendambakan cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah yang kita cita-citakan atau dambakan, hendaknya hidup dan bertindak sesuai dengan dasar, spiritualitas atau visi dari hidup dan kerja bersama dimama kita berada. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri dengan acuan-acuan atau cermin sebagai berikut:
1)
“Kaum beriman kristiani ialah mereka yang, karena melalui baptis diinkorporasi pada Kristus, dibentuk menjadi umat Allah dan arena itu dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas imami, kenabian dan rajawi Kristus, dan sesuai dengan kedudukan masing-masing, dipanggil untuk menjalankan perutusan yang dipercayakan Allah kepada Gereja untuk dilaksanakan didunia” (KHK kan 204.1)Sebagai orang yang telah dibaptis kita memiliki tugas untuk berpartisipasi dalam tugas imami, kenabian dan rajawi Kristus di dalam hidup sehari-hari, dalam mendunia atau mengurus dan mengelola hal-hal duniawi. Entah sebagai awam, imam atau biarawan-biarwati, yang telah menerima rahmat baptisan, kiranya mayoritas waktu dan tenaganya tercurah pada hal-hal atau seluk-beluk duniawi, memboroskan waktu dan tenaga untuk mengurus dan mengelola hal-hal duniawi. Agar pemborosan waktu dan tenaga kita menghasilkan buah yang kita dambakan diharapkan dengan dan dalam semangat iman Kristiani kita mengurus dan mengelola hal-hal duniawi. Semakin mendunia orang harus semakin beriman jika mendambakan jerih payah dan usahanya menghasilkan buah yang baik, yang menyelamatkan dan membahagiakan.
“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1Yoh 3:18 ), demikian peringatan atau nasihat Yohanes. Rasanya dalam hidup dan kerja sehari-hari kita lebih banyak berbuat daripada berkata-kata. Kasih sejati memamg berupa tindakan atau perilaku bukan perkataan atau dengan lidah, maka marilah kita hayati tugas perutusan kita yang utama dan pertama untuk saling mengasihi dengan tindakan nyata atau perilaku. Kebenaran sejati setiap manusia adalah (buah) kasih dan dapat hidup serta tumbuh berkembang hanya dalam dan oleh kasih. Bukti atau tanda bahwa kita berada dan bersama dengan Tuhan adalah jika kita hidup saling mengasihi.
2)
“Dalam hidupnya para klerikus terikat untuk mengejar kesucian dengan alasan khusus, yakni karena mereka telah dibaktikan kepada Allah dengan dasar baru dalam penerimaan tahbisan menjadi pembagi misteri-misteri Allah dalam mengabdi umatNya” (KHK kan 276.1)
Para klerus atau imam
‘telah dibaktikan kepada Allah’ dan dengan demikian diharapkan senantiasa tinggal bersama Yesus, hidup dan bertindak meneladan Yesus, yang datang ke dunia untuk melayani. Seorang pelayan sejati sungguh membaktikan diri seutuhnya kepada yang dilayani, demi kebahagiaan dan kesejahteraan serta keselamatan yang dilayani, sehingga yang dilayani dalam hidup dan bekerja dengan baik serta menghasilkan buah-buah baik, yang menyelamatkan dan membahagiakan. Kami berharap kepada para rekan imam atau klerus dalam hidup dan bertindak serta tugas pengutusan senantiasa ‘mengabdi atau melayani umat’. Cirikhas pelayan yang baik antara lain: bekerja keras, peka terhadap kebutuhan yang dilayani, cekatan, tanggap, ceria, tidak pernah marah atau mengeluh atau menggerutu serta rendah hati.
Pelayan di dalam rumah tangga sering juga harus merawat dan mengutus anak-anak kecil, anak-anak yang ditinggalkan oleh orangtuanya untuk bekerja. Maka kami juga berharap kepada rekan-rekan imam atau klerus untuk memperhatikan dan mengasihi anak-anak di wilayah pelayanannya (paroki, kantor dst..), meneladan Yesus yang membiarkan anak-anak datang kepadaNya, yang memeluk dan mencium anak-anak dengan penuh kasih.
"Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” (Luk 18:16). Tidak atau kurang memperhatikan atau mengasihi anak-anak berarti kurang atau tidak memperhatikan masa depan. Anak-anak adalah masa depan kita; mereka lebih suci, jujur, polos dan terbuka daripada kita, para orang dewasa, maka marilah kita ‘bersembah sujud’ kepada anak-anak, kita layani dan kasihi anak-anak agar tetap tinggal dalam Yesus, menjadi anak-anak terkasih dari Tuhan.
.
3)
“Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-isteri (bonum coniugium) serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibaptis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen” (KHK kan 1055.1)
Ikatan atau hidup suami-isteri ‘diangkat ke martabat sakramen’ berarti menjadi tanda dan penyataan rahmat Allah, kasih karunia Allah yang melimpah ruah. Bukankah ‘tinggal dalam Allah’ alias dalam kasih mudah diindrai dalam hidup suami-isteri yang saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh? Bukankah buah saling mengasihi antar suami-isteri tersebut sungguh nyata, yaitu kelahiran anak manusia, yang terkasih. Hidup dalam kasih sejati sungguh menghasilkan buah yang membahagiakan dan menggembirakan serta menyelamatkan.
Hidup bersama suami-isteri juga merupakan kebersamaan umat atau jemaat basis,
”jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus” (Kis 9:31) Anak-anak yang lahir dari dan dianugerahkan kepada suami-isteri merupakan ‘pertolongan dan penghiburan Roh Kudus’ maka juga akan tumbuh berkembang dengan baik sebagaimana didambakan hanya dengan dan dalam
‘pertolongan dan penghiburan Roh Kudus’. Dengan kata lain didik dan dampingi anak-anak dalam dan dengan
‘pertolongan dan penghiburan Roh Kudus’ agar mereka tumbuh berkembang menjadi pribadi cerdas beriman atau memiliki kecerdasan spiritual, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.mampu untuk fleksibel (adaptasi aktif dan spontan)
(hidup dari Roh/kehendak Tuhan)2.memiliki kesadaran diri yang tinggi
(menghayati diri sebagai pendosa yang dicintai dan diutus oleh Tuhan)
3.mampu menghadapi dan menggunakan penderitaan
(menghayati misteri salib – kebodohan bagi orang Yunani, batu sandungan bagi orang Yahudi, keselamatan bagi yang percaya)4.mampu menghadapi dan mengatasi rasa sakit
(mengikuti Yesus -> menelusuri jalan salib)5.hidup dijiwai oleh visi dan nilai-nilai
(hidup berdasarkan konstitusi, pedoman, asas-dasar, anggaran dasar )
6.enggan untuk menyakiti orang lain
(hidup dalam dan oleh kasih pengampunan)7.melihat hubungan dari yang beragam (holistik)
(menghayati dan menyebarluaskan persaudaraan sejati)
8.bertanya ‘mengapa’ dan ‘apa jika’ untuk mencari jawaban mendasar
(semangat magis/melebihi atau mengalahkan diri terus menerus, ongoing formation)9.kemampuan/kemudahan untuk ‘melawan perjanjian’
(bersikap mental reformasi, bertobat terus menerus )