Minggu, 24 Mei 2009
Hari Minggu Paskah VII
Hari Minggu Komunikasi Sedunia ke 43
Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan
"Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikianlah pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia."
Doa Renungan
Allah Bapa kami yang mahakuasa dan kekal, pada hari ini kami umat katolik sedunia merayakan Hari Komunikasi Sedunia ke 43. Kami mengucap syukur atas anugerah daya cipta, kreativitas, dan ketekunan yang menghasilkan sarana-sarana komunikasi yang mengagumkan dan semakin menyatukan umat manusia, khususnya menyatukan keluarga kami masing-masing. Kami mohon, semoga para orang tua menyadari tanggung jawabnya dalam memilih sarana dan tayangan yang bermanfaat bagi komunikasi dalam keluarga maupun bagi perkembangan iman anak-anak. Ini kami mohon dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa.
Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (1:15-17.20-26)
"Hendaknya dipilih seorang untuk menjadi saksi tentang kebangkitan Kristus bersama kami."
15 Pada waktu itu berdirilah Petrus di tengah-tengah saudara-saudara yang sedang berkumpul itu, kira-kira seratus dua puluh orang banyaknya, lalu berkata: 16 "Hai saudara-saudara, haruslah genap nas Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu. 17 Dahulu ia termasuk bilangan kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini." 20 "Sebab ada tertulis dalam kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya: dan: Biarlah jabatannya diambil orang lain. 21 Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, 22 yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya." 23 Lalu mereka mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut Barsabas dan yang juga bernama Yustus, dan Matias. 24 Mereka semua berdoa dan berkata: "Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, 25 untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya." 26 Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan PS 807
Ref. Puji Jiwaku, nama Tuhan, jangan lupa pengasih Yahwe.
Ayat. (Mzm 103:1-2.11-12.19-20ab)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku, pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku. Pujilah Tuhan, hai jiwaku, janganlah lupa akan kebaikan-Nya.
2. Setinggi langit dari bumi, demikianlah besarnya kasih setia Tuhan, atas orang-orang yang takut akan Dia. Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran kita dibuang-Nya.
Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (4:11-16)
"Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita."
11 Saudara-saudaraku yang terkasih, Allah begitu mengasihi kita! Maka haruslah kita juga saling mengasihi. 12 Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. 13 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya. 14 Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. 15 Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. 16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil PS 959
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu maka bersukalah hatimu.
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (17:11b-19)
"Supaya mereka menjadi satu sama seperti kita."
11b Dalam perjamuan malam terakhir Yesus menengadah ke langit dan berdoa bagi semua murid-Nya, "Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. 12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. 13 Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka.14 Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.15 Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. 16 Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. 17 Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.18 Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; 19 dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Rekan-rekan yang baik!
Pada hari Minggu Paskah VII tahun B dibacakan bagian doa Yesus pada perjamuan terakhir bagi para muridnya (Yoh 17:11b-19). Yesus meminta agar Bapa memelihara para murid dalam nama-Nya agar mereka menjadi satu seperti dia satu dengan Bapa. Diungkapkannya pula bahwa para murid diutus ke dunia, sebagaimana ia sendiri. Marilah kita dalami unsur-unsur itu dan lacak ke mana arahnya bagi zaman kita sekarang.
"PELIHARALAH DALAM NAMAMU"
Disampaikan permohonan agar Bapa "memelihara" para murid. Ungkapan ini dipakai dalam arti yang lazim dikenal, yakni mengurus, menjaga agar mereka terus hidup dan bertumbuh. Sekaligus diminta agar mereka dijauhkan dari marabahaya. Dalam Injil Yohanes memang ada gagasan bahwa kehidupan ini terancam oleh kekuatan-kekuatan "dunia" yang berusaha menjauhkan orang dari sumber kehidupan sendiri. Boleh dikatakan, dalam alam pikiran Injil ini, dunia diperlihatkan sebagai tempat berkuasanya kekuatan jahat. Tetapi tidak diajarkan untuk menyangkal dunia sebagai kenyataan seburuk apapun kenyataan itu. Karya penebusan justru mendatangi dan menerangi tempat gelap, yakni dunia, sehingga berangsur-angsur berubah menjadi tempat terang sendiri. Tempat kegelapan tidak dipaparkan sebagai tempat terhukum yang bakal dihancurkan kelak. Kekhususan pandangan Injil Yohanes ialah tekad dan keberanian Yesus untuk memasuki tempat gelap dan mengubahnya karena dirinya ialah terang itu sendiri. Gagasan ini muncul berkali-kali sejak pembukaan Injil ini. Memang diisyaratkan ada semacam "pergumulan" antara gelap dan terang, tapi ditegaskan bahwa terang takkan dikuasai yang gelap.
Ungkapan "dalam nama (Bapa)" amat luas cakupan maknanya. Semua tindakan Yesus seperti diungkapkan dalam Injil terjadi untuk memperkenalkan siapa sesungguhnya Yang Maha Kuasa itu, bagaimana Dia bisa dikenal, dan siapa nama-Nya: "Bapa" , Aramnya "Abba". Dia yang sedemikian luhur itu kini dikenal bukan lagi dengan nama yang tak boleh diucapkan karena teramat keramat seperti dihayati dalam agama Yahudi dulu. Kini Ia dapat diseru sebagai Abba, "Pak". Tentu saja terjemahan seperti ini hanya dapat mengalihbahasakan satu sisi arti sebutan itu, yakni perasaan akrab. Panggilan Abba juga mengungkapkan kepatuhan penuh dari yang mengucapkannya, dan bukan hanya itu saja, seruan itu juga mengungkapkan bahwa Dia adalah tumpuan harapan yang paling tepercaya. Bila semuanya tak ada lagi, seperti pada saat-saat terakhir Yesus di salib, yang diserukannya, seperti dicatat Lukas, ialah "ke dalam tanganMu, Abba - ya Bapa - kuserahkan nyawaku". Atau seperti dicatat Yohanes, terucap oleh Yesus, "Sudah terlaksana!" dan Yohanes menjelaskan lebih lanjut "Ia menundukkan kepala dan menyerahkan nyawanya". Bahasa badaniah ini - menundukkan kepala - mengungkapkan keikhlasan dalam penyerahan tadi..
Dalam Yoh 17:11 Yesus menyerahkan para murid kepada Bapanya. Murid-murid itu karya terbesar Yesus karena dalam diri merekalah nanti ia tetap bisa hadir bagi orang-orang yang membutuhkannya. Juga oleh murid-murid itu nanti Allah yang dapat diseru sebagai Bapa tadi akan diperkenalkan kepada banyak orang. Tetapi agar semuanya ini tetap berlangsung butuh kekuatan dan perhatian dari atas sana sendiri.
"AGAR MEREKA MENJADI SATU SEPERTI KITA"
Injil Yohanes membongkar batas-batas waktu dan tempat. Inilah salah satu dimensi khas Kabar Gembira yang ditampilkannya. Yesus membongkar tembok Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari dalam ujud bait rohani, yakni dirinya yang hidup di dalam batin pengikut-pengikutnya. Kawasan yang ditemboki tadi kini menjadi ruang hidup yang tak mengenal batas. Kehidupannya dalam kebangkitan tidak lagi ada selesainya. Inilah keleluasaan yang menjadi warta khas Injil Yohanes bagi para pengikut Yesus, juga di masa kini. Kita boleh merasa masih ikut didoakan Yesus sendiri seperti para muridnya dulu sendiri. Menyadari hal ini dapat menumbuhkan rasa aman tanpa menyangkal pelbagai kekurangan yang tampak dalam kehidupan sehari-hari. Inilah iman yang hendak disampaikan oleh Injil Yohanes khusus dalam petikan hari ini.
Yesus juga mendoakan agar para murid bersatu. Bila dibaca dalam konteks zaman Yohanes sendiri, pokok ini amat berarti. Dari dulu para murid tidak berasal dari kalangan yang seragam, setingkat, atau seasal Perbedaan satu sama lain cukup besar. Kisah para rasul memperlihatkan segi itu juga. Tetapi justru keragaman itu dipandang sebagai sumber kekuatan untuk bersatu. Ini paradoks kehidupan komunitas. Justru karena dirasa ada perbedaan, semakin pula dirasa kebutuhan bersatu. Tentu saja keberlainan belaka atau keseragaman belaka juga tak ada artinya. Baru bila dipadukan muncullah kekuatannya. Begitulah doa Yesus di sini memberi ruang agar tiap orang berkembang seleluasa-leluasanya, tetapi juga agar menghasilkan yang baru.
Kesatuan yang didoakan Yesus tadi didasarkan pada kesatuan antara dirinya dengan Bapanya. Cara bicara seperti ini acap kali dianggap terlalu teologis, bahkan sarat muatan mistiknya, dan sulit dimengerti. Tak ada yang lebih meleset dari perkiraan itu. Yohanes mau memakai cara bicara yang biasa. Kesatuan antara Yesus dan Bapanya itu jelas bukan kesatuan kesenyawaan, sehingga yang satu jadi sama persis dan melebur dengan yang lain. Justru tidak benar. Kesatuan yang ditonjolkan itu kesatuan yang timbul karena yang satu patuh dan yang lain beperhatian. Jelas tidak sama, tetapi keduanya membangun keselarasan. Kesatuan ini tumbuh karena ada saling tunjang menunjang. Itulah kiranya yang dialami sebagai kekuatan di dalam komunitas para pengikut Yesus yang pertama dan yang mereka ajarkan kepada generasi selanjutnya.
Dalam ay. 12 Yesus mengutarakan bahwa ia telah berusaha menjaga para murid agar mereka tidak "binasa", maksudnya, kehilangan arah, tak tahu lagi ke mana harus berjalan dan menjadi mangsa macam-macam kekuatan jahat. Pembaca akan teringat pada ibarat gembala yang baik yang menyertai kawanannya juga dalam bahaya manapun. Gagasan "binasa" didasarkan juga pada ibarat domba yang hilang di jalanan. Di sini ada tambahan "kecuali yang ditentukan untuk binasa". Acuannya kiranya kepada tokoh seperti Yudas yang memang memisahkan diri dari kawanan dan tidak dapat lagi hidup bersama dengan yang lain dan dengan gembalanya sendiri. Sayang, terjemahan "ditentukan untuk binasa" dalam versi LAI itu bunyinya agak keras dan dapat memberi kesan ada suratan takdir ke sana. Bukan demikian maksudnya. Teks aslinya secara harfiah mengatakan "kecuali anak kebinasaan". Maksudnya, bukan dia yang sudah digariskan untuk binasa nantinya, melainkan yang kini sudah terlanjur ada dalam keadaan itu. Jadi yang dibicarakan bukan keadaan yang akan datang melainkan orang yang sudah dalam keadaan tak tertolong lagi. Sudah terlanjur ke sana, yang sudah memilih ke sana.
MENGENAL DIA YANG MENDOAKAN
Doa ini juga mengungkapkan keprihatinan sang gembala karena ada yang terlanjur hilang dan binasa walaupun sudah diusahakannya sebisa-bisanya agar tak seorang pun memasuki jalan kebinasaan. Doa ini menjadi ungkapan pertanggungjawaban di hadapan Bapanya. Juga tampil sebagai pengakuan bahwa ada yang tak berhasil direnggutnya dari dunia gelap. Seolah-olah kini ia menyerahkan yang gawal itu pada kerahiman Bapa sendiri. Bila dibaca dengan cara ini doa itu dapat lebih memperkenalkan perasaan dan perhatian Yesus terhadap mereka yang telah mau mengikutinya dan yang boleh jadi mengalami kesulitan.
Murid-murid itu boleh merasa aman dalam mengarungi kawasan yang penuh ancaman karena ada yang memintakan perlindungan bagi mereka.. Mereka ini juga "dikuduskan", artinya, dipisahkan dari yang gelap secara sungguh-sungguh ("dalam kebenaran"). Oleh karena itu, mereka akan juga dapat menjadi rujukan bagi orang lain. Inilah yang diartikan dengan "aku mengutus mereka ke dunia". Diminta agar para murid tidak hanya berupaya menyelamatkan diri sendiri, melainkan menyertakan juga orang-orang lain yang masih ada dalam kawasan gelap dunia tadi.
Gagasan kosmik kekuatan-kekuatan gelap Injil Yohanes, yakni "dunia", memiliki kenyataan sosialnya juga. Dan Gereja sebagai komunitas pembaca Injil ini juga diajak menjadi makin peka akan adanya kenyataan yang gelap dalam kehidupan sehari-hari. Tapi bukan hanya itu. Kita juga diajak menumbuhkan masyarakat yang makin memungkinkan orang menemukan kehidupan yang layak, dan bukan "ditentukan binasa". Apakah Gereja sebagai kawanan orang percaya dapat mendalami doa Yesus ini untuk membaca kehidupan? Kiranya begitu. Sebagai kumpulan komunitas para murid, Gereja ada di dunia ini, hidup di tengah-tengah pelbagai tarikan kuasa gelap, tetapi bukan dari dunia ini. Tidak menjadi bagian kekuatan-kekuatan itu. Justru yang diharapkan ialah mengubah lingkungan seperti itu menjadi wahana terang, tempat orang lain menemukan tempat bernaung.
DARI BACAAN KEDUA: 1Yoh 4:11-16
Bagaimana mengerti pernyataan pada awal petikan kali ini: "Saudara-saudaraku yang terkasih, jikalau Allah demikian mengasihi kita, maka kita juga harus saling mengasihi." Amat sering ayat ini dipandang sebagai imbauan agar saling mengasihi, bahkan kewajiban untuk itu: kita harus....! Namun bila disimak baik-baik, orang akan bertanya, mungkinkah saling mengasihi itu di-"harus"-kan? Bila sudah harus, apa masih ada lagi kasih yang katanya bukan keharusan, melainkan pilihan merdeka? Ada pertentangan. Kedengarannya pelik, tapi sebetulnya bukan di situlah perkaranya, melainkan pada arah tafsiran tadi sendiri.
Gagasan pokok surat Yohanes mengenai "Allah mengasihi kita" itu bukanlah sekadar gagasan rohani saleh. Yang dimaksud dengan ungkapan Allah mengasihi manusia ialah kedatangan Yesus Kristus, utusan Allah, yang membawakan kedamaian antara Dia dan umat manusia. Dalam diri utusan ini, kemanusiaan tidak lagi tertutup dalam diri sendiri. Inilah tumpuan bagi gagasan "saling mengasihi" dalam surat ini. Ringkasnya, "saling mengasihi" ialah berbagi pemahaman serta pengalaman akan kenyataan bahwa yang ilahi telah mendekati manusia kembali. Tentunya bukan terutama dengan perkataan atau bahkan dalam ibadat dan doa saja, melainkan dalam saling membantu untuk menyertakan Allah dalam kehidupan, mengupayakan bersama agar jalan bagi-Nya terbuka, membiarkan Dia menyertai masing-masing dalam kehidupan ini. Inilah "saling mengasihi" dalam surat Yohanes. Jadi bukan semata-mata tindakan baik satu sama lain, melainkan upaya bersama untuk memaham bahwa kehidupan ini dekat pada-Nya, tidak lagi yang menjauh dari-Nya.
Salam hangat,
A. Gianto
----
“ Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia”
Kasus pembunuhan Nasrudin dengan terlibatnya Antasari, Ketua KPK (entah benar atau tidak bahwa Antasari terlibat dalam pembunuhan Nasrudin), begitu cepat tersebar dan menjadi bahan pembicaraan atau gunjingan banyak orang. Aneka sarana komunikasi yang canggih dan modern rasanya mendukung kecepatan penyebaran kasus pembunuhan tersebut, entah melalui email/internet, HP , media cetak atau elektronik maupun secara lisan dari mulut ke mulut. Komunikasi merupakan salah satu kekuatan dan kuasa yang dapat mempengaruhi hidup bersama; apa yang dikomunikasikan, entah baik atau benar, pada umumnya mempengaruhi percakapan dan sikap bertindak orang. Jika dicermati kiranya berita yang jelek atau jahat lebih mudah tersebar dan terkomunikasikan daripada berita yang baik atau benar. Berbagai berita cetak yang bersifat jahat atau miring-miring sedikit pada umumnya lebih menarik dan diminati banyak orang, demikian juga generasi muda yang mulai mengenal dan dapat memanfaatkan sarana komunikasi intenet pada umumnya juga cenderung untuk mencari berita atau gambar yang kurang baik alias porno. Dengan kata lain ‘dunia’ ini rasanya lebih teegerak atau termotivasi oleh berita-berita jelek atau jahat daripada berita-berita baik (lihat dan perhatikan kasus bencana alam, entah tsunami, banjir bandung atau badai topan, dst..). Memang kasus atau peristiwa yang tidak baik tersebut juga menjadi kesempatan bagi orang-orang baik untuk berbuat baik alias memberitakan Kabar Baik atau ‘memberitakan Firman Tuhan’.
“Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia” (Yoh 17:14 )
Yesus adalah seorang “Komunikator”, dan kiranya Ia dapat menjadi teladan para komunikator di dalam menyebarluaskan atau mewartakan apa yang baik dan menyelamatkan. Yesus dapat berkomunikasi dengan baik dengan semua orang: anak-anak, orangtua, pejabat atau penguasa, pemimpin, rakyat kecil, orang miskin atau orang kaya, yang pandai atau yang bodoh, yang sehat atau yang sakit atau yang berdosa, dst.. Ia adalah Komunikator Kabar Baik, yang membahagiakan, menyelamatkan, memperbaiki atau memperbaharui. Memang ada yang menolak untuk diperbaiki atau diperbaharui antara para tokoh dan pejabat hidup bersama, entah hidup beragama atau bermasyarakat, yang gila akan harta benda/uang, kuasa/kedudukan/jabatan atau kehormatan duniawi. Demikian juga para koruptor membenci ajaran dan kedatanganNya. “Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia” , demikian sabda-Nya.
Pada Hari Komunikasi Sedunia ini kita diajak mawas diri perihal panggilan dan tugas pengutuan kita sebagai komunikator-komunikator Kabar Baik, apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan. Dalam berkomunikasi antara lain kita menggunakan bahasa tubuh atau bahasa lisan, dan bahasa tubuh kiranya lebih mengena dan mengesan karena lebih menyertakan pribadi kita seutuhnya daripada bahasa lisan. Ketika kita sedang berbicara dengan seseorang, kita sering menduga bahwa apa yang kita katakan menyenangkan atau penting bagi pendengar. Tetapi kenyataannya, yang terpenting adalah apa yang dikatakan tubuh kita, bukan mulut kita. Bahasa tubuh itu antara lain senyuman, lirikan atau kerlingan mata, ciuman, belaian, sentuhan dst.. Bahasa tubuh dimiliki oleh semua orang, anak-anak atau orang dewasa atau kakek-nenek, binatang maupun tanaman. Mereka yang sedang saling mengasihi kiranya dapat memahami dan menikmati betapa mengesan dan nikmatnya bahasa tubuh itu dan apa yang telah dirasakan dan dinikmati sungguh mempengaruhi dan menjiwai cara hidup dan cara bertindak. Maka baiklah kita semua dalam berkomunikasi dengan tubuh alias dalam berbahasa tubuh hendaknya dalam dan oleh cintakasih.
Dalam Hari Komunikasi Sedunia ini kami juga mengingatkan dan mengajak siapapun yang bergerak atau bekerja atau berprofesi dalam karya komunikasi, entah eleketronik maupun cetak maupun kita semua para penerima produk komunikasi.untuk mawas diri. “Kewajiban moral utama untuk dengan tepat menggunakan upaya-upaya komunikasi social ada pada para wartawan, pengarang, actor, penulis scenario, pelaksana, penyusun acara, distributor, produsen, pemasar, resensor, dan orang-orang lain, yang dengan cara mann pun juga berperan-serta dalam pelaksanaan dan penyaluran komunikasi” (Vat II : Dektit tentang upaya-upaya komunikasi sosial, no11). “Hendaknya para penerima, terutama di kalangan kaum muda, berusaha, supaya dalam memakai upaya-upaya komunikasi social mereka belajar mengendalikan diri dan menjaga ketertiban. Kecuali itu hendaklah mereka berusaha memahami secara lebih mendalam apa yang mereka lihat, dengar dan baca. Hendaklah itu mereka percakapkan dengan para pendidik dan para ahli, dan dengan demikian mereka belajar memberi penilaian yang saksama. Sedangkan para orangtua hendaknya menyadari sebagai kewajiban mereka: menjaga dengan sungguh-sungguh, supaya tayangan-tayangan, terbitan-terbitan tercetak dan lain sebagainya, yang bertentangan dengann iman serta tata susila, jangan sampai memasuki ambang pintu rumah tangga, dan jangan sampai anak-anak menjumpainya di luar lingkup keluarga” (ibid no 10).
"Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini,untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya."(Kis 1:24-25)
Kutipan di atas ini adalah doa umat Allah atau beriman dalam rangka penggantian seorang rasul, jabatan pelayanan Seorang rasul memang bertugas untuk mewartakan Kabar Baik dengan semangat pelayanan, bukan penguasaan. Tugas ini antara lain pada masa kini dilakukan oleh para ketekis atau guru agama, entah resmi sesuai dengan jabatannya atau relawan/volunteer. Seorang rasul kiranya menyadari atau menghayati apa yang dikatakan oleh Yohanes ini: “Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia” (1Yoh 4:16 ), maka dalam melaksanakan pelayanannya ia dijiwai oleh kasih Allah.
Hemat saya kita semua juga memiliki tugas rasuli ini, menjadi pewarta-pewarta Kabar Baik melalui cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun. Dalam hidup dan kerja kita senantiasa berkomunikasi dengan yang lain, entah sesama manusia, harta benda maupun binatang dan tanaman. Marilah kita saling berkomunikasi dalam kasih dan oleh kasih, sehingga kita hidup dan bertindak saling mengasihi, entah dengan bahasa tubuh atau bahasa lisan. Komunikasi dengan bahasa tubuh dimulai dengan memandang/melihat, mendengarkan, menyapa, menyentuh, membelai, mencium dst.. dan bagi suami isteri akhirnya bersetubuh, saling menyerahkan diri dalam dan oleh kasih. Para bapak-ibu atau suami-isteri kiranya memiliki bahasa komunikasi tubuh yang mendalam dan mengesan, maka hendaknya mereka dapat menjadi saksi komunikator kasih dalam hidup sehari-hari bagi anak-anaknya, tetangga, rekan dan sesama manusia. Komunikasi yang memiliki akar kata bahasa Latin “communicare” dapat berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberi bagian dalam, memberikan sebagian kepada seseorang,bertukaran, tukar-menukar. Tindakan-tindakan itulah yang terjadi ketika kita saling berkomunikasi.
Ignatius Sumarya, SJ