| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Selasa, 18 Agustus 2009 :: Hari Biasa Pekan XX

Selasa, 18 Agustus 2009
Hari Biasa Pekan XX

“Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.” --- Matius 19: 26.


Doa Renungan

Allah Bapa yang mahapengasih, hidup kami hanya bergantung kepada-Mu. Kami percaya bahwa di hadapan-Mu tidak ada yang mustahil. Ya Bapa, kerinduan kami adalah berada selalu di dekat-Mu. Bantulah kami agar selalu memikirkan-Mu. Tariklah kami untuk selalu melakukan apa yang suci agar kami kelak boleh tinggal bersama-Mu dalam kehidupan kekal. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Hakim-Hakim (6:11- 24a)

"Gideon, engkau akan menyelelamatkan Israel . Ketahuilah, Akulah yang mengutus engkau."

Pada zaman para hakim datanglah Malaikat TUHAN dan duduk di bawah pohon tarbantin di Ofra, kepunyaan Yoas, orang Abiezer itu, sedang Gideon, anaknya, mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tersembunyi bagi orang Midian. Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani." Jawab Gideon kepada-Nya: "Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian." Lalu berpalinglah TUHAN kepadanya dan berfirman: "Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!" Tetapi jawabnya kepada-Nya: "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel ? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku." Berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis." Maka jawabnya kepada-Nya: "Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku. Janganlah kiranya pergi dari sini, sampai aku datang kepada-Mu membawa persembahanku dan meletakkannya di hadapan-Mu." Firman-Nya: "Aku akan tinggal, sampai engkau kembali." Masuklah Gideon ke dalam, lalu mengolah seekor anak kambing dan roti yang tidak beragi dari seefa tepung; ditaruhnya daging itu ke dalam bakul dan kuahnya ke dalam periuk, dibawanya itu kepada-Nya ke bawah pohon tarbantin, lalu disuguhkannya. Berfirmanlah Malaikat Allah kepadanya: "Ambillah daging dan roti yang tidak beragi itu, letakkanlah ke atas batu ini, dan curahkan kuahnya." Maka diperbuatnya demikian. Dan Malaikat TUHAN mengulurkan tongkat yang ada di tangan-Nya; dengan ujungnya disinggung-Nya daging dan roti itu; maka timbullah api dari batu itu dan memakan habis daging dan roti itu. Kemudian hilanglah Malaikat TUHAN dari pandangannya. Maka tahulah Gideon, bahwa itulah Malaikat TUHAN, lalu katanya: "Celakalah aku, Tuhanku ALLAH! sebab memang telah kulihat Malaikat TUHAN dengan berhadapan muka." Tetapi berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati." Lalu Gideon mendirikan mezbah di sana bagi TUHAN dan menamainya: TUHAN itu keselamatan. Mezbah itu masih ada sampai sekarang di Ofra, kota orang Abiezer.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan menjanjikan keselamatan kepada umat-Nya.
Ayat.
(Mzm. 85: 9,10-12,13-14 R: 9)
1. Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, Tuhan. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya, supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan?
2. Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit.
3. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan.

Bait Pengantar Injil PS 956
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Yesus Kristus telah menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, agar kalian menjadi kaya berkat kemiskinan-Nya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (19:23-30)

"Lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum, daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Surga."

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

“Lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."


(Hak 6:11-24a; Mat 19:23-30)


Saudara-saudari yang dicintai oleh Tuhan,

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Orang yang kaya raya akan harta benda atau uang pada umumnya merasa tidak aman, maka dengan berbagai cara berusaha melindungi diri dan kekayaannya dari aneka macam ancaman dan gangguan. Ada yang minta pengawalan ‘body guard’ kemanapun ia pergi, ada yang membangun tembok kuat dan pintu besi berlapis, dst.. Dengan kata lain mereka sering merasa tidak bebas bergerak kemanapun. Jika ada orang datang kepadanya sedikit banyak ada rasa curiga, jangan-jangan mengganggu kekayaannya, dan dengan demikian yang berangkutan lebih menutup diri. Sebaliknya orang miskin atau gelandangan pada umumnya bebas merdeka bepergian kemana saja, tidur di sembarang tempat, beratapkan langit dengan penerangan bintang-bintang serta beralaskan tanah atau rumput, dan dengan demikian kiranya mereka lebih terbuka terhadap aneka macam kemungkinan dan kesempatan. Mereka "lebih mudah bagaikan seekor unta masuk melalui lobang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah”, mereka lebih dirajai atau dikuasai oleh Allah daripada harta benda atau uang. Maka kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk menghayati keutamaan ‘kemiskinan’, yaitu keterbukaan terhadap Penyelenggaraan Ilahi dan secara konkret dalam hidup sehari-hari terbuka terhadap sapaan, sentuhan, nasihat, jeritan, dst.. dari sesama atau saudara-saudari kita. Dengan kata lain kami mengajak kita semua untuk hidup sosial dan saling memperhatikan serta melayani, sehingga kita semua memiliki banyak saudara, sahabat dan kawan. Marilah kita hayati sabda Yesus bahwa “setiap orang yang karena namaKu meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal”

· “Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis” (Hak 6:16), demikian firman Allah kepada Gideon. Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita, bukan untuk berperang melawan orang lain, melainkan dalam menghadapi aneka macam masalah, tantangan dan hambatan dalam kehidupan kita. Kita hadapi dan selesaikan aneka masalah, tantangan dan hambatan dalam penyertaan Allah artinya dalam iman.

“Dengan semangat iman kristiani kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”, demikian isi asas aneka lembaga pelayanan masyarakat seperti pendidikan, sosial dan kesehatan. Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada masa kini sarat dengan tantangan, masalah dan hambatan, maka marilah semuanya kita sikapi dan hadapi dalam dan oleh iman. Kita lebih mengandalkan Penyelenggaraan Ilahi daripada aneka macam sarana-prasarana duniawi, dan hal ini antara lain dapat kita wujudkan dengan kerjasama dengan mereka yang berkehendak baik. Kami percaya bahwa banyak orang yang berkehendak baik, yang dapat diajak untuk bekerjasama dalam menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan. Dengan kata lain marilah kita bergotong-royong dalam menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan; hendaknya semua berpartisipasi dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga kesejahteraan sosial bagi seluruh bangsa segera menjadi nyata atau terwujud. Kami berharap para petinggi, pemimpin atau tokoh-tokoh hidup bersama dapat menjadi teladan dalam hal bekerjasama atau bergotong-royong.

“Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan” (Mzm 85:11-14).

Jakarta, 18 Agustus 2009

Ignatius Sumarya, SJ

Renungan 17: Pilihan sebagai kebebasan untuk....

64 Tahun Kemerdekaan Indonesia

 

Dalam hidup ini kita tidak pernah lepas dari suatu pilihan. Suatu keputusan yang harus dipilih dengan mengatakan “ya” atau “tidak”. Persoalannya menjadi lebih sulit jika pilihan yang ada bukan hanya yang bersifat dualistis-dikotomis, baik-buruk, benar-salah, hitam-putih, seolah semua sudah jelas. Namun jika apa yang ada di hadapan kita sama-sama baik atau sama-sama buruk, kita ditantang untuk mampu memilih mana yang lebih baik di antara yang baik atau yang lebih sedikit bernilai buruk di antara yang sama buruk. Hal ini hanya mungkin jika dalam diri kita ada kebebasan batin untuk memilih, keterbukaan untuk mendengarkan suara hati, juga kebijaksanaan dalam menjatuhkan pilihan sehingga sesuai pada ukurannya.


Kisah yang ditampilkan dalam bacaan Injil yang memperingati Hari Kemerdekaan ini dimana Yesus dicobai dalam mengambil keputusan untuk membayar pajak (Mat 22:15-22), kita diajak untuk mampu bersikap bijaksana dalam suatu pilihan. Ketika dicobai oleh orang-orang Farisi, Yesus tidak langsung menjawab persoalan itu dengan hanya melihat secara benar-salah, baik-buruk, persolan surgawi-duniawi; melainkan Ia justru mengajak orang untuk mampu menempatkan duduk perkara yang ada secara bijaksana dan ditempatkan pada porsinya yang sesuai, dengan tidak begitu saja memisahkan yang rohani-manusiawi, altar-pasar, tetapi justru diarahkan pada kebaikan bersama (bonum commune). “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (ayt. 21).

Dengan semangat kemerdekaan Republik Indonesia ke-64 yang kita peringati hari ini, marilah kita bersama Yesus belajar untuk melihat pilihan dalam hidup ini bukan sebagai kebebasan dari peraturan, kewajiban dan tanggungjawab tetapi kita ditantang untuk mampu bersikap mengembangkan kebebasan untuk bertidak sesuai dengan ukurannya. Selain itu, kita pun ditantang untuk memiliki keterbukaan dalam menempatkan segala perkara duniawi supaya dilakukan demi kepentingan bersama dan terarah kepada memuji kemuliaan Allah; sedangkan yang rohani pun hendaknya juga menghidupi dan menyemangati hidup kita setiap hari dalam karya, pelayanan, dan kesaksian hidup bagi sesama. Dengan demikian kita pun ikut-serta bersama Allah menghadirkan Kerajaan-Nya di muka bumi yang penuh damai, cinta, dan kasih persaudaraan, dalam kesaksian hidup konkret setiap hari. (fr. diakon natalis www.reginacaeli.org)

Senin, 17 Agustus 2009 :: Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia ke 64

64 Tahun Kemerdekaan Indonesia


Senin, 17 Agustus 2009
HARI RAYA KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

Dalam Bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kita didorong untuk memenuhi kewajiban kita sebagai warga negara. Namun, kita sendiri adalah 'mata uang' Allah, karena diri kita adalah gambar Allah. Kita juga diingatkan bahwa apa yang menjadi hak Allah dari hidup kita harus juga kita berikan kepada-Nya.



Doa Renungan
Allah Bapa yang mahabaik dan mahakuasa, kami mengucap syukur kepada-Mu atas segala rahmat dan anugerah yang bertahun-tahun lamanya Kaulimpahkan kepada nusa dan bangsa kami. Engkaulah yang mempersatukan kami menjadi satu nusa dan satu bangsa dan satu bahasa. Engkaulah yang mengantar kami kepada kemerdekaan yang aman sentosa. Maka kami mohon dengan rendah hati, semoga kemerdekaan itu dapat kami isi dengan kejujuran, keadilan, dan cinta kasih. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.



Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh (10:1-8)

"Para penguasa bertanggung jawab atas rakyatnya."

Seorang penguasa yang bijaksana harus mempertahankan ketertiban pada rakyatnya, dan pemerintahan orang arif adalah teratur. Seperti penguasa bangsa demikianpun para pegawainya, dan seperti pemerintah kota demikian pula semua penduduknya. Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya. Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, an pada waktunya la mengangkat orang yang serasi atasnya. Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seorang manusia, dan kepada para pejabat dikaruniakan oleh-Nya martabatnya. Hendaklah engkau tidak pernah menaruh benci kepada sesamamu apapun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun oleh manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah. Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan dan uang.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan PS. 862
Ref. Kamu dipanggil untuk kemerdekaan; maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih.
Ayat.
(Mzm 101:1ac.2ac.3a.6-7)
1. Ya, Tuhan, aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum-Mu. Aku hendak hidup tanpa cela. Aku hendak hidup dengan suci dalam rumahku, hal-hal yang jahat takkan kuperhatikan.
2. Mataku tertuju kepada rakyatku yang setia, supaya mereka tinggal bersama aku. Orang yang hidup dengan tidak bercela akan mendukung aku.
3. Orang yang melakukan tipu daya, tidak akan diam dalam rumahku. Orang yang berbicara dusta tidak bertahan di bawah pandanganku.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (2:13-17)

"Berlakulah sebagai orang yang merdeka. "

Saudara-saudariku yang terkasih, demi Allah, tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang- orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalah-gunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan- kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil PS. 956
Ref. Alleluya
Solis: Berikanlah kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:15-21)

"Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Sekali peristiwa orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: "Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada kaisar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." Mendengar itu heranlah mereka dan meninggalkan Yesus lalu pergi.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

BOLEHKAH MEMBAYAR PAJAK KEPADA KAISAR?


Rekan-rekan,

Satu ketika Yesus dimintai pendapat tentang membayar pajak kepada Kaisar: apakah hal ini diperbolehkan (Mat 22:15-22 // Mrk 12:13-17). Bila mengatakan boleh maka ia akan menyalahi rasa kebangsaan. Tetapi bila mengatakan tidak, ia pun akan berhadapan dengan penguasa Romawi yang waktu itu mengatur negeri orang Yahudi. Para pengikut Yesus kerap dihadapkan ke masalah seperti itu. Ada dua macam rumusan. Yang pertama terlalu menyederhanakan perkaranya, dan bisanya berbunyi demikian: "Bolehkah mengakui dan hidup menurut kelembagaan duniawi?" Gagasan ini kurang membantu. Kalau bilang "ya" maka bisa dipersoalkan, lho kan orang beriman mesti hidup dari dan bagi Kerajaan Surga seutuhnya. Kalau bilang "tidak", apa maksudnya akan mengadakan pemerintahan ilahi di muka bumi? Pertanyaan ini sama dengan jerat yang diungkapkan murid-murid kaum Farisi. Untunglah, ada pertanyaan yang lebih cocok dengan inti Injil hari ini: Bagaimana Yesus sang pembawa warta Kerajaan Surga melihat kehidupan di dunia ini? Ia memakai pendekatan frontal? Atau pendekatan kerja sama? Apa yang dapat dipetik dari cara pandangnya? Marilah kita dalami petikan dari Injil Matius yang dibacakan bagi Hari Rasa Kemerdekaan RI ini.

Di bawah juga akan ditambahkan catatan mengenai bacaan kedua, yakni 1Petr 2:13-17.

SEBUAH TANYA JAWAB


Menurut kebiasaan kaum terpelajar Yahudi waktu itu, dalam menanggapi pertanyaan yang membawa ke soal yang makin rumit, orang berhak mengajukan sebuah pertanyaan guna menjernihkan perkaranya terlebih dahulu. Lihat misalnya pertanyaan dalam Mat 21:23-25 mengenai asal kuasa Yesus. Dalam perbincangan mengenai boleh tidaknya membayar pajak kepada Kaisar, Yesus mengajak lawan bicaranya memasuki persoalan yang sesungguhnya. Ia meminta mereka menunjukkan mata uang pembayar pajak dan bertanya gambar siapa tertera di situ. Mereka tidak dapat menyangkal itu gambar Kaisar. Yesus pun menyudahi pembicaraan dengan mengatakan, "Berikanlah kepada Kaisar yang wajib kalian berikan kepada Kaisar dan kepada Allah yang wajib kalian berikan kepada Allah!" Dengan jawaban ini ia membuat mereka memikirkan sikap mereka sendiri baik terhadap "urusan kaisar" maupun keprihatinan mereka mengenai "urusan Allah" dan sekaligus menghindari jerat yang dipasang lawan-lawannya. Bagaimana penjelasannya?

Kaum Farisi memang bermaksud menjerat Yesus. Mereka menyuruh murid-murid mereka datang kepadanya bersama dengan para pendukung Herodes. Kedua kelompok ini sebetulnya memiliki pandangan yang bertolak belakang. Orang-orang Farisi secara prinsip tidak mengakui hak pemerintah Romawi memungut pajak yang dikenal sebagai pajak "kensos", yakni pajak bagi penduduk, praktisnya sama dengan pajak hak milik tanah. Inilah pajak yang dibicarakan dalam petikan ini. Tidak dibicarakan pajak pendapatan. Mereka yang warga Romawi tidak dikenai pajak penduduk, tapi mereka diwajibkan membayar pajak pendapatan kepada pemerintah. Orang Yahudi yang bukan warga Romawi diharuskan membayar pajak penduduk. Maklumlah, seluruh negeri telah diserap ke dalam kedaulatan Romawi. Pemerintah Romawi tidak memungut pajak pendapatan orang Yahudi bukan warga Romawi. Tapi aturan agama juga mewajibkan mereka membayar pajak pendapatan dan hasil bumi yang dikenal dengan nama "persepuluhan" kepada lembaga agama. Disebut pajak Bait Allah. Kepengurusan Bait Allah akan mengatur pemakaian dana tadi bagi pemeliharaan tempat ibadat, menghidupi yatim piatu, janda, kaum terlantar serta keperluan sosial lain. Jadi orang Yahudi yang memiliki tanah dan berpendapatan dipajak dua kali.

MASALAH PERPAJAKAN

Bagi orang Farisi, membayar pajak penduduk berarti mengakui kekuasaan Romawi atas tanah suci. Padahal dalam keyakinan mereka, tanah itu milik turun temurun yang diberikan Allah, dan tak boleh diganggu gugat, apalagi dipajak. Maka pungutan pajak penduduk dirasakan sebagai perkara yang amat melawan ajaran agama leluhur. Para penarik pajak yang orang Yahudi dipandang sebagai kaum murtad dan melawan inti keyahudian sendiri. Mereka itu dianggap pendosa, sama seperti perempuan yang tidak setia.

Bagaimana sikap para pendukung Herodes? Yang dimaksud ialah Herodes Antipas, penguasa wilayah Galilea di bagian utara tanah suci. Pemerintah Romawi meresmikannya sebagai penguasa "pribumi" dan memberi wewenang dalam urusan sipil dan militer di wilayahnya. Tetapi di Yerusalem dan Yudea wewenang dipegang langsung oleh perwakilan Romawi, waktu itu Ponsius Pilatus. Herodes mengikuti politik Romawi dan merasa berhak menarik pajak penduduk di wilayahnya. Mereka yang disebut kaum pendukung Herodes dalam Mat 21:16 itu sebetulnya bukan mereka yang tinggal di Galilea, melainkan orang Yerusalem dan Yudea pada umumnya yang menginginkan otonomi "pribumi" seperti Herodes di utara. Mereka memperjuangkan pajak penduduk - pajak yang dibicarakan dalam petikan ini - tetapi bukan bagi pemerintah Romawi, melainkan bagi kas kegiatan politik mereka di Yudea dan Yerusalem. Jadi mereka berbeda paham dengan orang Farisi yang menganggap penarikan pajak penduduk dalam bentuk apa saja oleh siapa saja tidak sah dan melawan ajaran agama.

Bila Yesus menyetujui pembayaran pajak penduduk yang diklaim penguasa Romawi, ia akan berhadapan dengan mereka yang bersikap nasionalis dan akan dianggap meremehkan pandangan teologis bahwa tanah suci ialah hak yang langsung diberikan oleh Allah. Dan orang Farisi bisa memakainya untuk mengobarkan rasa tidak suka kepada Yesus. Tetapi bila ia mengatakan jangan, maka ia akan bermusuhan dengan para pendukung Herodes yang dibawa serta orang Farisi dan sekaligus melawan politik Romawi. Jawaban apapun akan membuat Yesus mendapat lawan-lawan baru. Memang itulah yang diinginkan oleh orang Farisi.

PEMECAHAN

Ketika mengatakan berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib diberikan kepada Kaisar sebetulnya Yesus mengajak lawan bicaranya memikirkan keadaan mereka sendiri, yakni dibawahkan pada kuasa Romawi. Jelas kaum Farisi dan para pendukung Herodes hendak menyangkalnya, tapi dengan alasan yang berbeda. Kaum Farisi menolak dengan alasan agama, sedangkan kaum pendukung dengan alasan kepentingan politik mereka sendiri. Di sini ada titik temu dengan permasalahan yang kadang-kadang dihadapi para pengikut Yesus di manapun juga seperti disebut pada awal ulasan ini. Bukan dalam arti mengidentifikasi diri dengan pilihan orang-orang yang datang membawa masalah, melainkan belajar dari sikap Yesus dalam menghadapi persoalan tadi. Dengan mengatakan bahwa patutlah diberikan kepada Allah yang wajib diberikan kepadaNya, Yesus hendak menekankan perlunya integritas batin. Bila kehidupan agama mereka utamakan, hendaklah mereka menjalankannya dengan lurus. Bila mau jujur, mereka mau tak mau akan memeriksa diri adakah mereka sungguh percaya atau sebetulnya mereka menomorsatukan kepentingan sendiri dengan memperalat agama.

Yesus juga membuat mereka yang datang kepadanya berpikir apakah ada pilihan lain selain memberikan kepada Kaisar yang menjadi haknya. Bila ya, coba mana? Ternyata keadaan mereka tak memungkinkan. Mereka tidak mencoba menemukan kemungkinan yang lain. Mereka telah menerima status quo dan tidak mengusahakan perbaikan kecuali dengan mengubahnya menjadi soal teologi. Padahal masalahnya terletak dalam kehidupan sehari-hari. Iman dan hukum agama mereka pakai sebagai dalih dan sebenarnya mereka permiskin. Yesus tidak mengikuti pemikiran yang sempit ini.

Pada akhir petikan disebutkan mereka "heran" mendengar jawaban tadi. Dalam dunia Perjanjian Lama, para musuh umat tak bisa berbuat banyak karena Allah sendiri melindungi umatNya dengan tindakan-tindakan ajaib. Para lawan itu tak berdaya dan bungkam mengakui kebesaran-Nya. Inilah makna "heran" tadi. Mereka kini terdiam mengakui kebijaksanaan Yesus dan mundur. Seperti penggoda di padang gurun yang terdiam dan mundur meninggalkannya.

KOMUNITAS ORANG YANG PERCAYA

Ketika merumuskan pertanyaan mereka (Mat 21:16), murid-murid orang Farisi terlebih dahulu menyebut Yesus sebagai "orang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan tidak takut kepada siapa pun juga, sebab tidak mencari muka." Dalam bahasa sekarang, Yesus itu dikenal sebagai orang yang punya prinsip serta hidup sesuai dengan prinsip tadi secara transparan . Bukannya demi meraih keuntungan dan menjaga kedudukan. Orang yang mencobainya sebetulnya sudah melihat arah pemecahan masalah, yakni sikapnya yang terarah pada kepentingan Allah. Pembicaraan selanjutnya menunjukkan bahwa sikap itu bukan sikap menutup diri terhadap urusan duniawi dan memusuhinya. Malah hidup dengan urusan duniawi itu juga menjadi cara untuk membuat kehidupan rohani lebih berarti. Itulah kebijaksanaan Yesus. Itulah yang dapat dikaji dan diikuti para pengikutnya.

Pengajaran dasar yang ditampilkan dalam petikan di atas dapat menjadi arahan bagi Gereja. Apakah Gereja sebagai lembaga rohani yang ada di muka bumi ini menemukan perannya juga? Sebagai kelompok masyarakat agama, Gereja diharapkan dapat berdialog dengan kenyataan yang berubah-ubah dalam masyarakat luas tanpa memaksa-maksakan posisi dan pilihan-pilihan sendiri. Pada saat yang sama disadari juga betapa pentingnya menjalankan perutusannya sebagai komunitas orang-orang yang mau menghadirkan Allah, yang memungkinkan urusanNya berjalan sebaik-baiknya di bumi ini. Petikan di atas mengajak orang menumbuhkan kebijaksanaan hidup dan menepati perutusan tadi.

DARI BACAAN KEDUA

Dalam bacaan kedua, yakni 1Petr 2:13-14 diberikan serangkai nasihat bagaimana hidup sebagai orang yang percaya di dalam masyarakat luas yang boleh jadi memiliki pandangan hidup yang lain. Ditegaskan pada dasarnya agar orang yang percaya bersikap "tunduk" kepada kelembagaan dan pemegang kuasa di masyarakat (ay. 13-14). Maksudnya tentu saja mengikuti wewenang yang sah yang mengatur kehidupan bermasyarakat. Memang orang kristiani awal dulu yang berasal dari kalangan Yahudi banyak yang hidup di luar Tanah Suci sehingga tidak bisa begitu saja dapat beranggapan hukum adat sama dengan hukum umum. Sering keadaan ini membuat hidup mereka tidak gampang karena harus menepati adat kebiasaan sendiri tapi juga mengikuti pola-pola hidup umum. Namun surat Petrus ini justru memandang keadaan itu sebagai kesempatan bagi orang yang percaya untuk memperlihatkan kebaikan ilahi bagi semua orang secara merdeka (ay. 15-16). Orang yang percaya diharapkan mampu menyatukan empat hal berikut (ay. 17): tahu menghargai orang lain, mengasihi sesama orang percaya, menaati agama sendiri ("takutlah kepada Alah!") , dan menghormati penguasa.

Keempat arah itu kiranya menjadi pegangan bagaimana orang yang percaya dapat hidup di masyarakat luas tanpa memiliki sikap menyendiri. Berarti pula adat kebiasaan yang dalam keadaan lain begitu saja dapat diikuti perlu diselaraskan dengan keadaan dan lingkungan. Boleh dikata, inilah keadaban yang dipegang dan dikembangkan orang yang percaya.

Salam hangat,

A. Gianto

Senin, 17 Agustus 2009 :: Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia (2)

Senin, 17 Agustus 2009
Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia

“Hormatilah semua orang, kasihanilah saudara-saudaramu, takutlah kepada Allah, hormatilah raja!” (1 Petrus 2: 17)



Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa, kami berterimakasih kepada-Mu atas rahmat kemerdekaan yang telah Kauberikan kepada bangsa kami. Kami juga bersyukur atas alam yang indah dan negeri yang subur. Semoga kami dapat memanfaatkan anugerah-Mu ini dengan sebaik-baiknya. Bapa, bantulah kami agar senantiasa mensyukuri rahmat-Mu melalui karya dan usaha kami. Amin. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh (10:1-8)

"Para penguasa bertanggung jawab atas rakyatnya."

Pemerintah yang bijak menjamin ketertiban dalam masyarakat, pemerintah yang arif adalah yang teratur. Seperti para penguasa, demikian pula para pegawainya, seperti pemerintah kota, demikian pula semua penduduknya. Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya. Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya. Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seseorang, dan kepada para pejabat Tuhan mengaruniakan martabat. Janganlah pernah menaruh benci kepada sesamamu, apa pun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah. Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan, dan uang.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan PS. 862
Ref. Kamu dipanggil untuk kemerdekaan; maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih.
Ayat.
(Mzm 101:1ac.2ac.3a.6-7)
1. Ya, Tuhan, aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum-Mu. Aku hendak hidup tanpa cela. Aku hendak hidup dengan suci dalam rumahku, hal-hal yang jahat takkan kuperhatikan.
2. Mataku tertuju kepada rakyatku yang setia, supaya mereka tinggal bersama aku. Orang yang hidup dengan tidak bercela akan mendukung aku.
3. Orang yang melakukan tipu daya, tidak akan diam dalam rumahku. Orang yang berbicara dusta tidak bertahan di bawah pandanganku.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (2:13-17)

"Berlakulah sebagai orang yang merdeka. "

Saudara-saudaraku yang terkasih, demi Allah, tunduklah kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, maupun kepada wali-wali yang ditetapkannya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan untuk mengganjar orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka, bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetap hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil PS. 956
Ref. Alleluya
Ayat: Berikanlah kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:15-21)

"Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Sekali peristiwa orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama orang-orang Herodian bertanya kepada Yesus, "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Bolehkah membayar pajak kepada kaisar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka. Maka Ia lalu berkata, "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu!" Mereka membawa suatu dinar kepada Yesus. Maka Yesus bertanya kepada mereka, "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka, "Gambar dan tulisan kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka, "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan
oleh Ignatius Sumarya, SJ

"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Para bapa bangsa Indonesia yang berpartisipasi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia kiranya adalah pribadi-pribadi yang cerdas beriman, terdidik dan beriman. Proklamasi Kemerdekaan telah dinyatakan 64 tahun yang lalu, dengan kata lain secara manusia boleh dikatakan telah dewasa, namun jika dicermati apa yang ada di Indonesia saat ini kiranya masih ada hal-hal yang boleh dikatakan dewasa, yaitu dalam hal pendidikan atau pembinaan manusia, yang nampak masih maraknya aneka macam bentuk kebejatan moral seperti korupsi, tawuran, permusuhan serta kebodohan yang berdampak pada kemiskinan. Panji-panji Negara kita adalah bendera berwarna ‘merah putih’ yang kiranya berarti keberanian dalam berjuang dan berkorban serta hidup dan bertindak dalam kesucian. Maka jika mencermati suasana kehidupan saat ini rasanya ‘perjuangan, pengorbanan dan kesucian’ kurang atau tidak menjiwai kehidupan warganegara pada umumnya maupun para pejabat atau petinggi Negara khsusunya. Mereka yang katanya menjadi wakil rakyat sering juga hanya mencari kesenangan pribadi serta mengusahakan kekayaan atau harta benda demi keluarganya sendiri. Para pejabat ketika bersumpah jabatan dalam rangka mengawali tugas dan jabatannya ketika mulai menjabat mulai melakukan koropsi seenaknya, dst.., Para Era Reformasi dan Desentralisasi saat ini juga terjadi desentralisasi korupsi, bahkan wilayah-wilayah yang konon diwarnai agama tertentu justru korupsi lebih besar daripada wilayah lain. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan atau merayakan Hari Raya Kemerdekaan RI ke 64 ini kami mengajak anda sekalian mawas diri dengan bantuan sabda di bawah ini.

“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Mat 22:21 )

Sabda Yesus di atas ini kiranya telah dicoba dibahasakan secara lain oleh salah seorang pahlawan Indonesia , yaitu Mgr.A.Soegijapranata SJ, alm. dengan .motto : ”Jadilah 100 % warganegara dan 100% katolik (beragama)”. Maka baiklah kita renungkan kutipan Sabda Yesus di atas bersama dengan motto Mgr. A.Soegijapranata SJ tersebut dalam rangka mengenangkan Kemerdekaan Negara kita.

1) “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar”. Di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ada aneka macam aturan dan tatanan hidup bersama yang harus kita hayati atau laksanakan. Jika dicermati rasanya masih cukup banyak orang yang tidak setia atau kurang tertib dalam melaksanakan aneka tatanan atau aturan yang terkait dengan apa yang seharusnya dilakukan di dalam hidup dan tugas sehari-hari, entah dimasyarakat, di tempat kerja atau jalanan. Menjadi warganegara yang baik berarti senantiasa mentaati dan melaksanakan aneka aturan dan tatanan yang terkait, dan kiranya untuk itu para petinggi atau pejabat hendaknya menjadi teladan.

Salah satu masalah yang masih memprihatinkan masa kini adalah korupsi, yang terkait dengan keutamaan jujur, disipilin, tertib dst.. ”Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan” (Prof Dr. Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997,hal 17). Kecurangan masih terjadi di berbagai tingkat atau bidang kehidupan bersama masa kini, dan rasanya hal itu mulai terbiasa selama yang bersangkutan masih belajar di sekolah, yaitu dengan kebiasaan menyontek dalam ulangan maupun ujian. Maka kami berharap kejujuran ditanamkan sedini mungkin bagi anak-anak, sejak di dalam keluarga; dan di sekolah-sekolah diberlakukan ‘dilarang menyontek dalam ulangan maupun ujian’.

2) “Berikanlah kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”. Sabda ini kiranya terkait dengan kehidupan beragama kita masing-masing. Hidup dan segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai serta nikmati sampai saat ini adalah anegerah Allah, maka selayaknya kita hidup dan bertindak dijiwai oleh syukur dan terima kasih kepada Allah, dan hal itu juga kita wujudkan dalam bersyukur dan berterima kasih kepada saudara-saudari kita. Dengan kata lain sebagai umat beragama hendaknya kita saling bersyukur dan berterimakasih satu sama lain “Bersyukur adalah sikap dan perilaku yang tahu dan mau berterima kasih kepada Tuhan atas hikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pusataka- Jakarta 1997, hal 13). Sekali lagi hidup bersyukur ini hendaknya sedini mungkin dibinakan dan dibiasakan bagi anak-anak sedini mungkin dan tentu saja dengan teladan dari orangtua atau bapak-ibu.


“Inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja” (1Ptr 2:15 -17)

Hidup sebagai orang merdeka berarti menjadi “hamba Allah” dan senantiasa berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun. Menjadi “hamba Allah” berarti senantiasa taat pada kehendak Allah di dalam hidup sehari-hari: bekerja keras tanpa kenal lelah dalam berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun. “Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10). “Sesuatu” yang dimaksudkan disini adalah perbuatan baik atau hal-hal yang positif.

Sebagai orang merdeka kita juga dipanggil untuk tidak menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan. Hemat saya hal ini selayaknya dilakukan dan disebarluaskan oleh para penegak hukum, misalnya polisi dan mereka yang bekerja dalam aneka tugas pengadilan. Polisi kiranya dengan bebas merdeka dapat kemana saja, maka hendaknya jangan menyalahgunakan kebebasan tersebut untuk berbuat jahat atau menutupi aneka kejahatan. Di dalam pengadilan juga sering terjadi usaha untuk menutupi atau menyelubungi kejahatan-kejahatan, yang didukung oleh uang atau orang-orang berduit/kaya. “Homatilah semua orang”, demikian pesan Petrus. Polisi dan penegak hukum hemat saya dapat bertemu dengan semua orang/warganegara, maka kami berharap mereka juga dapat menjadi teladan dalam menghormati sesama manusia, menjunjung tinggi harkat martabat manusia atau hak-hak asasi manusia. Jauhkan aneka macam bentuk kekerasan ketika anda sedang melaksanakan tugas entah di tengah-tengah masyarakat maupun di tempat pengadilan.

“Takutlah akan Allah”. Peringatan atau nasihat ini merupakan ajakan bagi kita untuk beriman bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang kita lakukan. Ketika kita berbuat jahat, mungkin tidak ada satu orangpun yang tahu, tetapi Allah mengetahui. Maka jika kita sungguh beriman, marilah kita tidak berbuat jahat sedikitpun dan senantiasa berbuat baik atau melakukukan hal-hal yang positif di dalam hidup kita sehari-hari. Semoga sila kelima dari Pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh bangsa, segera menjadi nyata atau terwujud dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

“Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama-sama dengan aku. Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela, akan melayani aku. Orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku, orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mataku” (Mzm 101:6-7)

Jakarta , 17 Agustus 2009

Ignatius Sumarya, SJ

Minggu, 16 Agustus 2009 :: Hari Minggu Biasa XX

Minggu, 16 Agustus 2009
Hari Minggu Biasa XX

“Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu jauh , sudah menjadi dekat oleh darah Kristus.” --- Efesus 2: 13.

Doa Renungan
Tuhan Allah kami, seringkali kami memuaskan diri kami dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan diri-Mu. Hari ini Engkau mengajari kami, bahwa Engkaulah satu-satunya yang dapat memuaskan rasa lapar dan haus kami. Ajarilah kami untuk mengusahakan apa saja yang berguna untuk kehidupan kekal. Kuatkanlah kami bila berhadapan dengan godaan dunia yang tak kalah kuatnya menggoda dalam kehidupan kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Amsal (9:1-6)

"Makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur."

Sang Hikmat telah mendirikan rumah, menegakkan ketujuh tiangnya, memotong ternak sembelihan dan mencampur anggurnya, serta menyediakan hidangan. Pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota, "Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah kemari!" Dan kepada yang tidak berakal budi mereka berkata, "Marilah, makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur! Buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 858
Ref. Makanlah dan minumlah roti dari Tuhanmu kenangan perjanjian baru.
Ayat.
(Mzm 34:2-3.10-15)
1. Di dalam kecemasan Tuhan mendampingi 'pabila kita makan hidangan ilahi.
2. Pun kita yang berdosa, diundang oleh-Nya supaya kita ikut menyantap Tubuh-Nya.
3. Tubuh-Nya diberikan sebagai makanan supaya kita hidup selama-lamanya.
4. Nyatakanlah janji Tuhan dalam perjamuan: Dengan kehadiran-Nya semua disatukan.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (5:15-20)

"Berusahalah mengerti kehendak Tuhan."

Saudara-saudara, perhatikanlah dengan seksama bagaimana kamu hidup: Janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif. Pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Janganlah kamu bodoh, tetapi berusahalah mengerti kehendak Tuhan. Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu. Tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati! Kepada Allah dan Bapa kita ucapkanlah selalu syukur atas segala sesuatu dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Bait Pengantar Injil PS 960
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya 
Ayat. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.


Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:51-58)

"Daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman."
Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, "Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Orang-orang Yahudi bertengkar antar mereka sendiri dan berkata, "Bagaimana Yesus ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan?" Maka kata Yesus kepada mereka, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, ia akan hidup oleh Aku. Akulah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan


Rekan-rekan yang budiman!


Umat Perjanjian Lama meninggalkan tanah Mesir untuk memperoleh kemerdekaan di negeri yang dijanjikan kepada mereka (Kel 3:7-10; 6:5-7; Ul 26:5-9). Ada kalanya di tengah perjalanan mereka menyesali telah melepaskan tempat mereka biasa hidup sehari-hari demi sebuah negeri yang baru berujud janji itu (Kel 16:3). Dapatkah mereka sampai ke sana dengan selamat? Bagaimana melewati gurun gersang yang mengerikan ini? Syukur semuanya telah terjadi. Dan pokok-pokok terpenting pengalaman di gurun tadi dikenang turun temurun dalam ibadat. Dipercaya pula bagaimana hari demi hari umat mendapat makanan langsung dari langit (Kel 16:12-35; bdk. Bil 11:7-8) sehingga mereka dapat berjalan terus.

Perjalanan di gurun tadi kemudian dipakai untuk membaca kembali pengalaman mengarungi kehidupan ini. Manakah tujuan hidup yang sesungguhnya? Bagaimana mencapainya? Masihkah Yang Maha Kuasa memberi makanan seperti dulu? Dalam cara apa? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini bisa dianggap sepi, bisa dibesar-besarkan, tetapi dapat pula ditekuni dalam dialog batin. Bagaimana mengarungi gurun kehidupan ini dengan selamat sampai ke tujuan? Dalam hubungan inilah Yesus menampilkan diri kepada orang-orang sezamannya sebagai makanan bagi kehidupan yang turun dari surga. Begitulah, bila orang mau menerimanya dan menyatu dengannya, kehidupannya akan dirasuki surga. Inilah yang ditampilkan dalam Yoh 6:51-58 yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XX tahun B.


"DAGING" DAN "DARAH"?


Yesus memakai cara bicara yang agak khusus, yaitu menyebut diri sebagai "anak manusia". Ia juga merujuk pada semua tindakan, amal, kata-kata dan pelayanannya dalam hidupnya sebagai "daging" dan "darah"-nya. Ungkapan ini menunjukkan betapa semuanya itu terpadu dalam kehidupannya. Jadi "daging anak manusia" sama dengan semua yang dijalankan Yesus dan diajarkannya. Dalam hubungan ini "makan" dan "minum" mengungkapkan kesatuan baik dengan yang disantap maupun dengan sesama penyantap. Gagasan-gagasan ini diungkapkan dengan "makan dagingku" dan "minum darahku".

Orang-orang Yahudi yang memperbincangkan pernyataan Yesus menyangkut "makan dagingnya" (Yoh 6:52) bukannya tidak menangkap maksudnya. Mereka tahu betul yang dimaksud ialah diri Yesus, hidupnya, pengabdiannya, ajarannya, apa saja yang dilakukan. Yesus mengajak mereka menerima semua itu sebagai bekal perjalanan manusia menuju hidup abadi. Tetapi sulit bagi mereka untuk mengiakannya. Mereka juga memiliki tradisi panjang dalam agama mereka. Dan ia sekarang mau memancang kebijaksanaan turun-temurun tadi pada hal-hal yang diajarkannya sendiri? Memang ia pintar, ia mempesona, ia banyak pengikutnya, tetapi apakah semua yang dilakukannya dan diajarkannya itu sungguh dapat menjadi penopang perjalanan hidup ini? Klaim segede itu apa tidak keterlaluan? Jangan-jangan spiritualitas baru ini cuma mau memonopoli Yang Keramat! Itulah kesangsian mereka. Itulah yang mereka perdebatkan. Bukan hanya perkara di dalam kepala saja. Jika kita ikut ajaran Yesus ini, risikonya besar. Kalau ternyata keliru, maka kita akan kehilangan yang telah kita punyai dari dulu. Mereka seperti leluhur mereka yang gundah ketika mulai menempuh perjalanan meninggalkan Mesir ke sebuah negeri yang baru berupa janji.

Dalam membaca petikan ini tak perlu kita bertolak pada anggapan bahwa orang-orang Yahudi dari awal bersikap memusuhi. Mereka sebetulnya ingin tahu apa dasar klaim sebesar itu. Yesus pun menegaskan, "Sesungguhnya aku berkata kepadamu, jikalau kamu tidak makan daging anak manusia (dagingku dalam arti seperti dijelaskan di atas) dan minum darahnya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu..." Meskipun nada ay. 54 itu seperti mengulang-ulang yang pernah dikatakannya sendiri, di sini ditegaskan bahwa "daging dan darah anak manusia" dapat ikut dihidupkan dan dihidupi tiap orang yang bersedia menerimanya. Yang dimaksud tentunya semua yang dilakukan dan diajarkan Yesus, pengusiran roh jahat, penyembuhan, ungkapan belas kasihnya kepada orang banyak. Inilah yang menjadi awal dari "hidup kekal" yang nanti bakal diperoleh dengan utuh pada akhir zaman, seperti ditandaskan dalam ay. 54.

DI DALAM RUMAH IBADAT

Disebutkan dalam ay. 59, yang tidak ikut dibacakan hari ini, bahwa perkataan Yesus tadi diucapkannya sewaktu mengajar di sinagoga, yakni rumah ibadat orang Yahudi di Kapernaum. Jadi ia menyampaikan pengajaran kepada orang-orang yang datang beribadat dan mendengarkan sabda Allah menurut kepercayaan Yahudi dan kebiasaan turun temurun mereka. Salah satu tema yang selalu muncul dalam doa dan penjelasan sabda di rumah ibadat ialah kehidupan umat dalam perjalanan ke Tanah Terjanji dan pemberian hukum Taurat di Sinai. Diingat kembali kisah pemberian makanan dari surga tiap hari, yakni manna (Kel 16:12-35), yang membuat umat dapat bertahan dalam perjalanan mencapai tujuannya. Selain itu juga ada kurban sembelihan di Sinai dengan recikan darah untuk meresmikan janji setia umat (Kel 24:5-8). Dalam ibadat seperti itu seorang pembicara dapat mengolah pokok-pokok ini dengan menghubungkan dengan keadaan nyata. Semacam homili dengan aktualisasi. Itulah yang dilakukan Yesus pada waktu itu. Bisa ditengok pengajarannya di rumah ibadat di Nazaret yang menerapkan nubuat Yes 61:1-2 pada warta yang dibawakannya hari itu (Luk 4:21). Juga di lain kesempatan di rumah ibadat ia mengajar mengenai Kerajaan Allah (Mat 4:23 9:35).

Sebelum petikan bagi hari ini, dikisahkan bagaimana reaksi orang-orang Yahudi mendengar perkataan Yesus mengenai "roti kehidupan" (Yoh 6:25-50). Pada kesempatan itu ia menegaskan bahwa dirinya ialah makanan yang diberikan dari surga untuk menyambung hidup umat agar mencapai tujuan perjalanannya (ay. 51 yang dibacakan pada awal petikan). Karena itulah orang-orang Yahudi memperdebatkan, apa maksud Yesus sebenarnya dengan pernyataan itu. (ay. 52). Dari konteks ini jelas perbincangan tadi sudah jadi bahan pembicaraan umum. Dalam hubungan inilah patut dipahami uraian Yesus di sinagoga di Kapernaum ini. Di situ ia menerapkan pada dirinya gagasan bahwa Allah memperhatikan dan memelihara umatNya yang ada dalam perjalanan menuju ke Tanah Terjanji. Tidak semua pendengarnya setuju, tetapi mereka tertarik membicarakannya karena bahannya menyangkut masalah yang mereka kenal.

KOMUNITAS AWAL
Keadaan para pendengar di sinagoga waktu itu tidak sama dengan umat yang datang ke gereja kini. Bagi mereka dulu, "makan daging dan darahnya", yakni bersatu dengan kehidupan Yesus demi keselamatan, menimbulkan persoalan besar. Bagi pendengar di gereja, kehidupan Yesus yang dikurbankan bagi penebusan dan keselamatan orang banyak sudah menjadi pokok kepercayaan. Bagi orang dulu perspektifnya ialah berusaha mengerti dan percaya Bagi kita, masalahnya bukan lagi agar kita mau menerima iman itu, melainkan bagaimana kita dapat memahami hal-hal dalam terang iman.

Injil yang diperdengarkan hari ini sebenarnya tumbuh dari upaya komunitas awal, komunitas Yohanes, untuk menjelaskan makna perjamuan ekaristi yang sudah biasa mereka rayakan. Pengajaran Yesus mengenai dirinya sebagai makanan yang diberikan dari surga yang dapat membawa mereka sampai ke hidup abadi dalam Yoh 6:25-50 diterapkan pada perayaan ekaristi. Pertanyaan dasar ialah apa arti ekaristi ini dan bagaimana "kita", yakni orang-orang dalam komunitas Yohanes tadi boleh merasa lebih beruntung dari nenek moyang mereka. Maklum, komunitas ini berasal dari kalangan orang Yahudi yang saleh yang sadar akan nilai tradisi keagamaan leluhur mereka. Tetapi kini mereka juga berusaha menghayati ajaran Yesus yang membuat mereka makin dekat dengan Yang Maha Kuasa yang tak terjangkau itu.

Ibadat ekaristi menjadi tindakan sakramental bersatu dengan Yesus. Tindakan ini mengungkapkan tekad mereka untuk saling menunjang. Mereka merasa berpikir sejalan, sepengharapan. Ada komunitas. Bagi mereka, kehidupan yang dipelihara dengan ingatan bersama akan Yesus tadi ialah kehidupan yang nanti akan berlanjut tanpa akhir. Mereka sudah mulai menemukan kehadiran ilahi yang tak hanya dibataskan pada perjalanan ke Tanah Terjanji seperti nenek moyang mereka dulu.

Juga bagi kita orang zaman ini, Yang Maha Kuasa masih memberi makanan dan minuman agar orang dapat menempuh perjalanan hidup. Perjalanan ini penuh unsur yang tak terduga-duga, perjalanan ini penuh harapan tapi yang juga yang sering harus dititi dengan rasa sakit. Di beberapa tempat di negeri kita sedang mengalami kesusahan akibat bencana alam dan malapetaka sosial. Kepercayaan akan kebesaran Yang Maha Kuasa akan membuat orang makin tabah. Juga dalam keadaan sulit kita masih "diberi makan dan minum dari langit". Akan diperoleh makanan yang sama, minuman yang sama, kehidupan yang sama yang telah diperoleh Yesus dari atas sana. Bukan hanya bagi kepentingan perorangan saja, melainkan dalam ikhtiar bersama untuk memperbaiki keadaan, dalam mengatasi kesulitan, dalam saling menguatkan. Dan solidaritas sakramental ini dapat menjadi kekuatan untuk berjalan terus sampai ke sana, ke tempat yang telah dicapai Yesus sendiri!



Salam hangat,

A. Gianto

Sabtu, 15 Agustus 2009 :: Hari Biasa Pekan XIX

Sabtu, 15 Agustus 2009
Hari Biasa Pekan XIX

Yang terbesar dan terhormat di dalam Kerajaan Allah

“Janganlah menghalangi mereka datang kepada-Ku”


Doa Renungan

Allah Bapa kami di surga, Engkau mencintai siapa saja di muka bumi ini, tak terkecuali anak-anak kecil. Engkau menjadi sumber sukacita dan kegembiraan bagi anak-anak. Ajarlah kami agar kami pun menjadi sumber sukacita dan kegembiraan bagi anak-anak kami. Kami berdoa secara khusus bagi anak-anak kami, berkatilah mereka dan bantulah mereka agar kelak menjadi anak yang berbakti bagi Gereja dan masyarakat kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yosua (24:14-29)

"Pilihlah hari ini, kalian mau beribadah kepada siapa!"

Menjelang wafatnya, Yosua berkata kepada umat Israel: takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" Lalu bangsa itu menjawab: "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain! Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui, TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kami pun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita." Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: "Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu. Apabila kamu meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada allah asing, maka Ia akan berbalik dari padamu dan melakukan yang tidak baik kepada kamu serta membinasakan kamu, setelah Ia melakukan yang baik kepada kamu dahulu." Tetapi bangsa itu berkata kepada Yosua: "Tidak, hanya kepada TUHAN saja kami akan beribadah." Kemudian berkatalah Yosua kepada bangsa itu: "Kamulah saksi terhadap kamu sendiri, bahwa kamu telah memilih TUHAN untuk beribadah kepada-Nya." Jawab mereka: "Kamilah saksi!" Ia berkata: "Maka sekarang, jauhkanlah allah asing yang ada di tengah-tengah kamu dan condongkanlah hatimu kepada TUHAN, Allah Israel ." Lalu jawab bangsa itu kepada Yosua: "Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan." Pada hari itu juga Yosua mengikat perjanjian dengan bangsa itu dan membuat ketetapan dan peraturan bagi mereka di Sikhem. Yosua menuliskan semuanya itu dalam kitab hukum Allah, lalu ia mengambil batu yang besar dan mendirikannya di sana , di bawah pohon besar, di tempat kudus TUHAN. Kata Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Sesungguhnya batu inilah akan menjadi saksi terhadap kita, sebab telah didengarnya segala firman TUHAN yang diucapkan-Nya kepada kita. Sebab itu batu ini akan menjadi saksi terhadap kamu, supaya kamu jangan menyangkal Allahmu." Sesudah itu Yosua melepas bangsa itu pergi, masing-masing ke milik pusakanya. Dan sesudah peristiwa-peristiwa ini, maka matilah Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, ketika berumur seratus sepuluh tahun.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref Ya Tuhan, Engkaulah milik pusakaku.
Ayat.
(Mzm 16: 1-2a,5,7-8,11)
1. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada Tuhan, "Engkaulah Tuhanku, ya Tuhan, Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku."
2. Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
3. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah di tangan kanan-Mu ada hikmat yang abadi.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat. Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada kaum sederhana.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (19:13-15)

"Janganlah menghalang-halangi anak-anak datang kepada-Ku."

Sekali peristiwa orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga."Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Yang terbesar dan terhormat di dalam Kerajaan Allah atau hidup beriman dan beragama adalah mereka yang tersuci, bukan karena bergelar sarjana, doktor atau professor. Jika kita jujur mawas diri kiranya kita akan mengakui atau mengimani bahwa anak-anak lebih suci daripada orantuanya atau orang-orang dewasa, mengingat dan memperhatikan bahwa kita semakin tambah usia dan berpengalaman pada umumnya juga bertambah dosanya. Maka kiranya dengan mudah dapat kita mengerti bahwa di hadapan para murid sambil menunjuk anak-anak kecil Yesus bersabda: “Orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga”. Maka baiklah kita senantiasa menghormati dan menjunjung tinggi anak-anak kecil alias mengasihi mereka dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan tubuh, dan secara konket mendidik dan mendampingi mereka agar tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman. Untuk itu di dalam anggaran hendaknya bidang pendidikan anak-anak memperoleh alokasi anggaran, entah uang/dana atau tenaga yang memadai. Tidak memperhatikan, mendidik dan membina anak-anak dengan baik berarti kita menyengsarakan masa depan mereka atau bahkan sebenarnya kita pelan-pelan akan sengsara dan seterusnya menderita sengsara sampai mati. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak para orangtua atau bapak-ibu untuk sungguh mengasihi anak-anaknya selama masa balita, misalnya: para ibu menyusui anak-anaknya paling tidak selama satu tahun, syukur lebih dari satu tahun, selama masa balita anak-anak hendaknya bapak dan ibu cukup boros waktu dan tenaga bagi anak-anaknya, dst.. .Salah satu bentuk mengasihi memang adalah berani memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih, yang dikasihi. Sekali lagi saya ingatkan pada orangtua atau suami-isteri untuk mawas diri: bukankah ketika anda dalam masa pacaran dan tunangan sungguh saling memboroskan waktu dan tenaga anda? Teruskan atau lanjutkan hal itu terhadap anak-anak anda!

· “Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia” (Yos 24:14a) Beribadah kepada Tuhan dengan ikhlas dan setia hendaknya kita hayati setiap hari. Secara liturgis berarti tidak melupakan doa-doa harian, misalnya doa pagi dan malam, doa akan dan sesudah makan dst.; setiap minggu berpatisipasi dalam ibadat/misa kudus dengan khidmat. Dalam hal doa harian kiranya kita di Indnnesia sangat dibantu oleh suara ‘adzan’ dari masjid, surau atau langgar, ajakn untuk berdoa. Tenttu saja berdoa saja tidak cukup, sebagai orang yang beribadah atau beriman kepada Tuhan kita harus menghayati ibadah atau iman kita dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Iman tanpa perbuatan berarti mati, demikian kata rasul Yakobus. Keunggulan hidup beriman atau beribadah terletak dalam penghayatan bukan upacara liturgis.

Marilah kita hayati hidup dan kerja kita sebagai ibadah kepada Tuhan, dan dengan demikian rekan hidup dan bekerja adalah rekan beribadah, tempat dan sarana kerja dan hidup adalah tempat dan sarana ibadah, suasana hidup dan kerja adalah suasana ibadah. Bukankah ketika kita beribadah bersikap hormat, rendah hati dan bersababat? Maka dalam hidup dan kerja setiap hari selayaknya kita saling menghormati dan rendah hati sehingga terjadilah persahabatan sejati dalam hidup dan kerja. Jauhkan dan berantas aneka bentuk pelecehan atau penghinaan terhadap orang lain, antara lain marah. Menggerutu, mengeluh dan marah hemat saya merupakan bentuk pelecehan terhadap yang lain, yang kita marahi, dan dengan demikian melanggar hak-hak azasi dan cintakasih. Persaudaraan, persahabatan sejati kiranya menjadi dambaan atau kerinduan semua orang, demikian juga kerjasama dalam bekerja atau mengusahakan sesuatu demi kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.



“Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah”(Mzm 16:5.7-8).



Jakarta, 15 Agustus 2009
Ignatius Sumarya, SJ

Jumat, 14 Agustus 2009 :: Peringatan Wajib St. Maximilianus Maria Kolbe, Imam-Martir

Jumat, 14 Agustus 2009
Peringatan Wajib St. Maximilianus Maria Kolbe, Imam-Martir

MENJADI SATU DAGING

“Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.” --- Matius 19: 5

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yosua (24: 1- 13)

"Aku telah mengambil bapamu dari Mesopotamia, mengeluarkan engkau dari Mesir, dan menuntun engkau masuk ke tanah perjanjian."

Menjelang wafatnya, Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem. Dipanggilnya para tua-tua orang Israel , para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya, lalu mereka berdiri di hadapan Allah. Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel : Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan memberikan Ishak kepadanya. Kepada Ishak Kuberikan Yakub dan Esau. Kepada Esau Kuberikan pegunungan Seir menjadi miliknya, sedang Yakub serta anak-anaknya pergi ke Mesir. Lalu Aku mengutus Musa serta Harun dan menulahi Mesir, seperti yang Kulakukan di tengah-tengah mereka, kemudian Aku membawa kamu keluar. Setelah Aku membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir dan kamu sampai ke laut, lalu orang Mesir mengejar nenek moyangmu dengan kereta dan orang berkuda ke Laut Teberau. Sebab itu berteriak-teriaklah mereka kepada TUHAN, maka diadakan-Nya gelap antara kamu dan orang Mesir itu dan didatangkan-Nya air laut atas mereka, sehingga mereka diliputi. Dan matamu sendiri telah melihat, apa yang Kulakukan terhadap Mesir. Sesudah itu lama kamu diam di padang gurun. Aku membawa kamu ke negeri orang Amori yang diam di seberang sungai Yordan, dan ketika mereka berperang melawan kamu, mereka Kuserahkan ke dalam tanganmu, sehingga kamu menduduki negerinya, sedang mereka Kupunahkan dari depan kamu. Ketika itu Balak bin Zipor, raja Moab , bangkit berperang melawan orang Israel . Disuruhnya memanggil Bileam bin Beor untuk mengutuki kamu. Tetapi Aku tidak mau mendengarkan Bileam, sehingga ia pun memberkati kamu. Demikianlah Aku melepaskan kamu dari tangannya. Setelah kamu menyeberangi sungai Yordan dan sampai ke Yerikho, berperanglah melawan kamu warga-warga kota Yerikho, orang Amori, orang Feris, orang Kanaan, orang Het, orang Girgasi, orang Hewi dan orang Yebus, tetapi mereka itu Kuserahkan ke dalam tanganmu. Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua raja orang Amori itu. Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu dan bukan pula oleh panahmu. Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ayat.
(Mzm. 136: 1-3, 16-18, 21-22, 24)
* Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik!
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Bersyukurlah kepada Allah segala allah!
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan!
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Kepada Dia yang memimpin umat-Nya melalui padang gurun!
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Kepada Dia yang memukul kalah raja-raja yang besar;
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Dan membunuh raja-raja yang mulia;
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Dan memberikan tanah mereka menjadi milik pusaka;
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Milik pusaka kepada Israel , hamba-Nya!
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya
* Dan membebaskan kita dari pada para lawan kita;
U : Kekal Abadi kasih setia-Nya

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat. Sambutlah pewartaan ini sebagai sabda Allah, bukan sebagai perkataan manusia

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (19:3-12)

"Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kalian menceraikan isterimu, tetapi semula tidaklah demikian."
Pada suatu hari datanglah orang-orang Farisi kepada Yesus, untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


BERIKUT DI BAWAH ini adalah hubungan antara suami dan isteri yang dirasa begitu repot, akhirnya merasa lebih baik tidak nikah (Mat 19: 10) ? Hubungan yang benar bagaimana ? Seorang suami mengasihi isterinya sebagaimana Yesus mengasihi kita (Ef 5: 25). Dia harus memberikan hidupnya kepada isterinya (Ef 5: 25). Dengan mengikuti perkataan Yesus, ia berkata kepada isterinya: “Inilah tubuhku yang diserahkan bagimu” (Luk 22: 19). Dengan demikian, ia mengenyampingkan jadwal aktifitasnya, hasrat, dan apa saja untuk membahagiakan isterinya. Dia “memenuhi kewajiban dan menyenangkan isterinya” (1 Kor 7: 33).

Seorang isteri menyadari posisi suaminya itu sebagai kepala keluarga (Ef 5: 23). Ia tunduk kepada kepempimpinannya (yaitu, hidupnya dibawah pimpinan suaminya) dalam meneladani Yesus yang taat kepada Bapa-Nya. Dalam sikap menempatkan hidupnya kepada suaminya, Allah bekerja melalui “kehormatan dan kemurnian hidupnya” yang tidak hanya sekedar memenangkan suaminya (1 Ptr 3: 1-2), namun juga menggaris bawahi sikap tunduk bagi seluruh gereja (Ef 5: 23-24).

Dengan mengasihi satu sama lain, suami dan isteri dapat meyakinkan dunia bahwa Yesus mengasihi gereja-Nya (Ef 5: 32-33). Berapa banyak orang yang merasa bahwa Allah tidak peduli terhadap mereka? Satu pasangan suami isteri yang hidup dalam ketaatan kepada Yesus dapat membuka hati mereka kepada kasih Allah. Kasihilah pasangan anda, berikanlah tubuh dan hidup anda bagi pasangan anda, dan membawa dunia kepada kasih Yesus.

Doa : Bapa, kiranya pasangan suami isteri mengasihi satu sama lain agar banyak orang menyadari bahwa Yesus mengasihi mereka.
Janji : “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” --- Matius 19: 6.
Pujian : Santo Maximilianus (1894-1941) sewaktu dalam tawanan Perang Dunia II, memberikan hidupnya untuk menyelamatkan seorang ayah dan suami sesama tawanan.


:: Renungan SATU PERJAMUAN – SATU JEMAAT ::

==========================================================


"Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"

(Yos 24:1-13; Mat 19:3-12)

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Maximilianus Maria Kolbe, imam dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Hidup setia pada panggilan, tugas pengutusan atau kewajiban memang tidak mudah, dan pada umumnya orang ingkar janji seenaknya. “Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Maximilianus Maria Kolbe sebagai imam sungguh setia pada panggilan dan pengutusannya, bahkan ia sampai rela mempersembahkan diri sebagai pengganti seseorang yang harus dihukum mati, mengingat dan mempertimbangkan bahwa orang yang harus dihukum mati tersebut memiliki isteri dan anak-anak yang membutuhkan kasih dan pendampingannya. Memang sulit dimengerti apa yang ia lakukan dan hanya dapat dimengerti dalam iman atau kasih karunia Allah. Kita semua mengaku diri sebagai orang beriman, maka marilah kita hayati kasih karunia Allah yang menyertai hidup kita agar kita setia pada iman, panggilan, tugas pengutusan atau kewajiban kita masing-masing. Rasanya dalam hal kesetiaan ini kesaksian atau keteladanan para bapak-ibu atau suami-isteri sangat diharapkan; apa yang dialami oleh orangtua/bapak-ibu akan sangat berpengaruh pada anak-anaknya. Maka kami berharap dan mendambakan anda semua yang hidup berkeluarga untuk tetap setia saling mengaisihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, sebagaimana pernah anda ikrarkan ketika mengawali hidup berkeluarga. Dari suami-isteri atau bapak-ibu yang setia juga akan lahir anak-anak yang setia: ketika mereka tumbuh berkembang menjadi dewasa, entah terpanggil untuk hidup berkeluaga, imamat atau membiara, juga akan setia pada panggilan dan tugas pengutusannya.

· “Setelah kamu menyeberangi sungai Yordan dan sampai ke Yerikho, berperanglah melawan kamu warga-warga kota Yerikho, orang Amori, orang Feris, orang Kanaan, orang Het, orang Girgasi, orang Hewi dan orang Yebus, tetapi mereka itu Kuserahkan ke dalam tanganmu. Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua raja orang Amori itu. Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu dan bukan pula oleh panahmu”(Yos 24:11-12). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Di dalam hidup sehari-hari, entah di dalam keluarga, temapat kerja atau masyarakat, kiiranya kita sering menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Hendaknya kita tidak mengatasi atau menghadapi semua itu dengan kekerasan dalam bentuk apapun, melainkan dengan dan dalam iman, harapan dan kasih. Semua ciptaan di dunia ini ada, tumbuh dan berkembang hanya karena dan oleh kasih, maka sikapilah semuanya dalam dan oleh kasih. Entah orang atau sesama manusia atau binatang yang nampak seram dan menakutkan ketika disikapi dan dihadapi dalam dan oleh kasih, maka mereka pasti akan menjadi sahabat. Kasih berasal dari Allah, maka ketika kita mengasihi orang lain berarti kita hidup dan bersama dengan Allah, dan bersama atau bersatu dengan Allah tiada ketakutan atau kekhawatiran dalam menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Ingat dan kenangkan para bapak-ibu atau suami-isteri, bukanlah anda memiliki pengalaman konrkret sejak kenal pertama saling mendekati dalam dan oleh kasih; ingat dan kenangkan masa pacaran atau tunangan anda, dan kemudian hayati kembali semangat atau jiwa hidup masa pacaran dan tunangan tersebut pada masa kini.



“Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Bersyukurlah kepada Allah segala allah! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” (Mzm 136:1-3)




Jakarta, 14 Agustus 2009 .


Ign Sumarya

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy