| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Jumat, 21 Agustus 2009 :: Pw. St. Pius X, Paus

Jumat, 21 Agustus 2009
Pw St. Pius X, Paus

Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia -- Rm 6:8


Doa Renungan

Allah Bapa yang mahapengasih, aku bersyukur atas kasih-Mu yang boleh kualami dalam hidup yang berharga dan indah ini. Pada hari ini, Engkau mewartakan kepadaku suatu hukum yang menghidupkan, yaitu hukum cinta kasih. Doronglah aku ya Tuhan, agar dapat mengembangkan kasih kepada-Mu dan kepada sesama dalam hidupku, bukan saja dalam perkataan, melainkan juga lewat tindakan. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.

Kitab ini mengisahkan pengalaman keluarga yang dirundung malang. Tetapi kemalangan itu diubah oleh Allah menjadi sukacita berkat kesetiaan Rut. Kesetiaan satu orang akan mendatangkan berkat bagi banyak orang bila dilakukan dengan tulus dan ikhlas.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Rut (1:1.3-6.14b-16.22)

"Naomi pulang bersama-sama Rut dan tiba di Betlehem."

Pada zaman para hakim pernah terjadi kelaparan di tanah Israel. Maka pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda, Elimelekh namanya, beserta isterinya dan kedua orang anaknya, ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing. Kemudian meninggallah Elimelekh, suami Naomi, sehingga Naomi tertinggal dengan kedua anaknya. Kedua anaknya itu lalu mengambil wanita Moab: yang pertama bernama Orpa, yang kedua bernama Rut. Dan mereka tinggal di situ kira-kira sepuluh tahun lamanya. Lalu matilah pula kedua anaknya, sehingga Naomi kehilangan suami dan kedua anaknya. Kemudian berkemas-kemaslah ia dengan kedua menantunya, mau pulang meninggalkan daerah Moab. Sebab di daerah Moab itu Naomi telah mendengar bahwa Tuhan telah memperhatikan umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka. Orpa lalu mencium mertuanya, minta diri pulang ke rumahnya. Tetapi Rut tetap berpaut pada mertuanya. Berkatalah Naomi, "Iparmu telah pulang kepada bangsanya dan kepada para dewanya. Pulanglah juga menyusul dia!" Tetapi Rut menjawab, "Janganlah mendesak aku meninggalkan dikau dan tidak mengikuti engkau. Sebab ke mana pun engkau pergi, ke situ pula aku pergi. Di mana pun engkau bermalam, di situ pula aku bermalam. Bangsamulah bangsaku, dan Allahmulah Allahku." Demikianlah Naomi pulang bersama-sama Rut, menantunya, yang berbangsa Moab dan turut pulang. Dan mereka tiba di Betlehem pada permulaan musim panen jelai.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Pujilah Tuhan, hai jiwaku!
Ayat.
(Mzm 146:5-6.7.8-9a.9bc-10)
1. Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan, Allahnya: Dialah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya; yang tetap setia untuk selama-lamanya.
2. Dialah yang menegakkan keadilan bagi orang yang diperas, dan memberi roti kepada orang-orang yang lapar. Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung.
3. Tuhan membuka mata orang buta, Tuhan menegakkan orang yang tertunduk, Tuhan mengasihi orang-orang benar. Tuhan menjaga orang-orang asing.
4. Anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. Tuhan itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Tunjukkanlah lorong-Mu kepadaku, ya Tuhan, bimbinglah aku menurut sabda-Mu yang benar.

Jiwa dan semangat kasih mendasari adanya hukum dan peraturan. Maka, kita harus selalu mentaati hukum dan aturan dalam semangat kasih. Tanpa kasih, semua aturan itu akan menjadi beban yang berat bagi kita.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:34-40)

"Kasihilah Tuhan Allahmu, dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri."

Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membungkam orang-orang Saduki, berkumpullah mereka. Seorang dari antaranya, seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus hendak mencobai Dia, "Guru, hukum manakah yang terbesar dalam hukum Taurat?" Yesus menjawab, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan segenap akal budimu. Itulah hukum yang utama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

Ada banyak hukum yang baik di dunia ini, namun hanya ada satu dasar bagi semua hukum yang baik itu, yaitu cinta kasih. Cinta kasih itulah yang menggerakkan semuanya dan menjadi tujuan dari semuanya, termasuk segala tindakan kita.

Doa Renungan Malam
Allah yang penuh kasih, Putra-Mu Yesus Kristus selama hidup-Nya telah memberi teladan dalam mengasihi Engkau dan mengasihi sesama manusia. Pandanglah pekerjaan dan niat-niat baik yang kuusahakan pada hari ini, terutama dalam menaburkan kasih kepada sesama dan siapa saja. Sempurnakanlah kiranya semuanya itu dalam kuasa-Mu. Semoga Engkau menaungi istirahatku malam ini supaya besok aku dapat bangun dengan semangat segar. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.




RUAH

Kamis, 20 Agustus 2009 :: Pw. St. Bernardus, Abbas, PuJG

Kamis, 20 Agustus 2009
Pw. St. Bernardus, Abbas, PujG


Celakalah mereka yang memandang dirinya bijaksana, yang menganggap dirinya pintar! -- Yes 5:21

Doa Renungan

Allah Bapa, syukur kepada-Mu atas kasih karunia dan perlindungan yang Kauberikan pada kami. Syukur pula atas firman-Mu yang mengajar kami agar selalu siap menghadiri pesta-Mu. Kami sadar bahwa hidup kami di dunia ini hanyalah sementara. Bantulah kami Bapa, agar kami dapat mempersiapkan hidup kami dengan sebaik-baiknya. Ajarilah kami juga untuk mengenakan pakaian pesta yang baru dengan memperbaharui hati kami agar kelak kami Kau ikutsertakan dalam perjamuan-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Hakim-Hakim (11:29-39a)

"Yang pertama-tama keluar dari rumahku akan kupersembahkan sebagai kurban."

Pada suatu hari Yefta, panglima Israel, tiba-tiba dihinggapi Roh Tuhan. Ia berjalan melalui daerah Gilead dan daerah Manasye, kemudian melalui Mizpa di Gilead, dan dari Mizpa di Gilead ia berjalan terus ke daerah orang-orang Amon. Lalu bernazarlah Yefta kepada Tuhan, katanya, "Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan orang Amon ke dalam tanganku, maka yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku pada waktu aku pulang dengan selamat dari orang Amon akan menjadi milik Tuhan. Aku akan mempersembahkannya sebagai kurban bakaran." Kemudian Yefta berjalan terus untuk berperang melawan orang Amon, dan Tuhan menyerahkan mereka ke dalam tangannya. Ia menimbulkan kekalahan yang amat besar di antara mereka, mulai dari Aroer sampai dekat Minit, dua puluh kota banyaknya, dan sampai ke Abel-Keramin. Dengan demikian orang Amon ditundukkan di depan orang Israel. Ketika Yefta pulang ke Mizpa, tampaklah anaknya perempuan keluar menyongsong dia dengan memukul rebana dan menari-nari. Dialah anaknya yang tunggal. Selain dia Yefta tidak mempunyai anak laki-laki atau perempuan. Demi melihat anaknya, Yefta mengoyak-ngoyakkan bajunya sambil berkata, "Ah Anakku, engkau membuat hatiku hancur luluh dan mencelakakan daku. Aku telah membuka mulut untuk bernazar kepada Tuhan dan tidak dapat mundur lagi." Tetapi anak itu menjawab, "Bapa, jika engkau telah membuka mulut dan bernazar kepada Tuhan, maka perbuatlah kepadaku sesuai dengan nazar yang kauucapkan itu, sebab Tuhan telah mengadakan bagimu pembalasan terhadap musuhmu, yakni orang Amon." Lalu anak itu menyambung, "Hanya saja, izinkanlah aku melakukan satu hal ini: berilah aku waktu dua bulan, supaya aku pergi mengembara di pegunungan, dan menangisi kegadisanku bersama-sama dengan teman-temanku." Jawab Yefta, "Pergilah!" Dan ia membiarkan anaknya pergi dua bulan lamanya. Maka pergilah gadis itu bersama dengan teman-temannya untuk menangisi kegadisannya di pegunungan. Setelah lewat kedua bulan itu, kembalilah ia kepada ayahnya, dan ayahnya melakukan apa yang telah dinazarkannya kepada Tuhan.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 850
Ref. Ya Tuhan, aku datang melakukan kehendak-Mu.
Ayat.
(Mzm 40:5.7-8a.8b-9.10)
1. Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya kepada Tuhan, yang tidak berpihak kepada orang-orang yang angkuh, atau berpaling kepada orang-orang yang menganut kebohongan!
2. Kurban dan persembahan tidak Kauinginkan, tetapi Engkau telah membuka telingaku; kurban bakar dan kurban silih tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata, "Lihatlah Tuhan, aku datang!"
3. Dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku: Aku senang melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada di dalam dadaku.
4. Aku mengabarkan keadilan di tengah jemaat yang besar, bibirku tidak kutahan terkatup; Engkau tahu itu, ya Tuhan.

Bait Pengantar Injil PS 960
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat: Hari ini janganlah bertegar hati, tetapi dengarkanlah sabda Tuhan.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:1-14)

"Undanglah setiap orang yang kalian jumpai ke pesta nikah ini"

Pada suatu ketika Yesus berbicara kepada para imam kepala dan pemuka rakyat dengan memakai perumpamaan. Ia bersabda, "Hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan nikah itu tetapi mereka tidak mau datang. Raja itu menyuruh pula hamba-hamba lain dengan pesan, 'Katakanlah kepada para undangan: Hidanganku sudah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih. Semuanya telah tersedia. Datanglah ke perjamuan nikah ini.' Tetapi para undangan itu tidak mengindahkannya. Ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap para hamba itu, menyiksa dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu. Ia lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Kemudian ia berkata kepada para hamba, 'Perjamuan nikah telah tersedia, tetapi yang diundang tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kalian jumpai di sana ke perjamuan nikah ini. Maka pergilah para hamba dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan nikah itu dengan tamu. Ketika raja masuk hendak menemui para tamu, ia melihat seorang tamu yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya, 'Hai Saudara, bagaimana Saudara masuk tanpa berpakaian pesta?' Tetapi orang itu diam saja. Maka raja lalu berkata kepada para hamba, 'Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap; di sana akan ada ratap dan kertak gigi.' Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

“Bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta?”
(Hak 11:29-39a; Mat 22:1-14)


Saudara, saudari yang dicintai oleh Tuhan,

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Bernardus, Abas dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Hidup beragama diharapkan setia pada ajaran agama yang bersangkutan, menghayatinya dalam hidup sehari-hari sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusannya. Namun jika diperhatikan kiranya cukup banyak orang yang tidak setia menghayati ajaran agama yang terkait, dengan kata lain orang tidak layak disebut sebagai orang beragama, “tidak mengenakan pakaian pesta”. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk setia pada ajaran agama, atau meneladan St.Bernardus, yang meskipun lemah phisiknya, bekerja keras dan dengan rendah hati memperbaiki cara hidup para anggota Lembaga Hidup bakti atau para biarawan dan biarawati. ‘Pakaian pesta’ macam apa yang diharapkan kita pakai atau kenakan? Secara liturgis antara lain kita diharapkan setia berdoa atau beribadat setiap hari, dan tentu saja kemudian menghayati atau melaksanakan isi doa tersebut dalam cara hidup dan cara bertindak. Sebagai contoh , sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, kita diajarkan doa Bapa Kami. Dalam doa Bapa Kami ada kata-kata sebagai berikut: ” Ampunilah kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami”. Marilah kita hidup saling mengampuni satu sama lain. Hendaknya tidak mengingat-ingat kesalahan orang lain, sebagaimana kesalahan kita pun juga tidak pernah diingat-ingat orang lain. Mengingat kesalahan orang lain pada umumnya akan berkembang menjadi ‘membunuh orang’ tersebut atau melecehkan dan merendahkannya alias melanggar hak asasi manusia. Marilah kita dengan rendah hati saling mengampuni dan mengasihi, sebagai tanda bahwa kita sungguh ‘berpakaian pesta’ sebagai orang beragama atau beriman.



· "Bapa, jika engkau telah membuka mulutmu bernazar kepada TUHAN, maka perbuatlah kepadaku sesuai dengan nazar yang kauucapkan itu, karena TUHAN telah mengadakan bagimu pembalasan terhadap musuhmu, yakni bani Amon itu.” (Hak 11:36 ), demikian kata puteri Yefta, yang masih gadis, kepada Yefta, ayahnya. Yefta bernazar kepada Tuhan bahwa siapapun yang ia jumpai pertama kali akan dipersembahkan kepada Tuhan, dan ternyata yang ditemui pertama kali adalah anak gadisnya. Puteri Yefta pun tidak menolak untuk menjadi persembahan kepada Tuhan. Maka dengan ini kami mendambakan pada para gadis atau remaja putri untuk berani mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Sebelum menikah hendaknya tetap perawan alias tidak mengadakan hubungan seks dengan orang lain, dan syukur anda juga tergerak untuk mempersembahkan diri sebagai suster atau birawati. Keperawanan seorang gadis kiranya merupakan sesuatu yang sangat berharga, maka hendaknya jangan dilecehkan. Tentu saja untuk itu perlu diingat:

(1) rekan-rekan remaja putri hendaknya tidak menghadirkan sedemikian rupa sehingga merangsang lelaki hidung belang untuk bertindak jahat, sedangkan

(2) rekan-rekan remaja putra ketika melihat gadis cantik hendaknya menghormatinya serta tidak melecehkan, atau lalu berpikiran jorok. Jauhkan aneka macam omongan, pikiran dan cara hidup yang jorok dan porno.

“Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN” (Mzm 40:7-10)

Jakarta, 20 Agustus 2009

Ignatius Sumarya, SJ

Rabu, 19 Agustus 2009 :: Hari Biasa Pekan XX

Rabu, 19 Agustus 2009
Hari Biasa Pekan XX

Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia -- Yoh 1:16


Doa Renungan

Allah Bapa yang maha pengasih , syukur atas kasih karunia yang boleh kami rasakan hari ini. Juga atas sabda-Mu yang mengingatkan kami untuk senantiasa bermurah hati kepada siapa saja. Buatlah kami menjadi perpanjangan tangan-Mu di dalam kehidupan kami terutama untuk membantu mereka yang berkekurangan. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Hakim-Hakim (9:6-15)

"Kalian berkata, “Seorang raja akan memerintah kami.”, padahal Tuhanlah rajamu."

Sekali peristiwa berkumpullah seluruh warga kota Sikhem dan seluruh Bet-Milo; mereka pergi menobatkan Abimelekh menjadi raja dekat pohon tarbantin di tugu peringatan yang di Sikhem. Setelah hal itu dikabarkan kepada Yotam, pergilah ia ke gunung Gerizim dan berdiri di atasnya, lalu berserulah ia dengan suara nyaring kepada mereka: "Dengarkanlah aku, kamu warga kota Sikhem, maka Allah akan mendengarkan kamu juga. Sekali peristiwa pohon-pohon pergi mengurapi yang akan menjadi raja atas mereka. Kata mereka kepada pohon zaitun: Jadilah raja atas kami! Tetapi jawab pohon zaitun itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan minyakku yang dipakai untuk menghormati Allah dan manusia, dan pergi melayang di atas pohon-pohon? Lalu kata pohon-pohon itu kepada pohon ara: Marilah, jadilah raja atas kami! Tetapi jawab pohon ara itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan manisanku dan buah-buahku yang baik, dan pergi melayang di atas pohon-pohon? Lalu kata pohon-pohon itu kepada pohon anggur: Marilah, jadilah raja atas kami! Tetapi jawab pohon anggur itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan air buah anggurku, yang menyukakan hati Allah dan manusia, dan pergi melayang di atas pohon-pohon? Lalu kata segala pohon itu kepada semak duri: Marilah, jadilah raja atas kami! Jawab semak duri itu kepada pohon-pohon itu: Jika kamu sungguh-sungguh mau mengurapi aku menjadi raja atas kamu, datanglah berlindung di bawah naunganku; tetapi jika tidak, biarlah api keluar dari semak duri dan memakan habis pohon-pohon aras yang di gunung Libanon.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Ya Tuhan, karena kuasa-Mulah raja bersukacita
Ayat.
(Mzm 21: 2-3,4-5,6-7, R: 2a)
1. Tuhan, karena kuasa-Mulah raja bersukacita; betapa besar kegirangannya karena kemenangan yang dari pada-Mu! Apa yang menjadi keinginan hatinya telah Kaukaruniakan kepadanya, dan permintaan bibirnya tidak Kautolak
2. Sebab Engkau menyambut dia dengan berkat melimpah; Engkau menaruh mahkota dari emas tua di atas kepalanya. Hidup dimintanya dari pada-Mu; Engkau memberikannya kepadanya, dan umur panjang untuk seterusnya dan selama-lamanya.
3. Besar kemuliaannya karena kemenangan yang dari pada-Mu; keagungan dan semarak telah Kaukaruniakan kepadanya. Ya, Engkau membuat dia menjadi berkat untuk seterusnya; Engkau memenuhi dia dengan sukacita di hadapan-Mu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat.
Sabda Allah itu hidup dan penuh daya, menguji pikiran dan segala maksud hati.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (20:1-16a)

"Iri hatikah engkau, karena aku murah hati?"

Sekali peristiwa Yesus mengemukakan perumpamaan berikut kepada murid-murid-Nya, "Hal Kerajaan Surga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan mereka pun pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi mereka pun menerima masing-masing satu dinar juga. Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan



“Iri hatikah engkau karena aku murah hati?”
(Hak 9:6-15; Mat 20:1-16)

Saudara-saudari yang dicintai oleh Tuhan,
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Iri hati memang pada umumnya menimbulkan ketegangan hidup bersama yang cukup merepotkan. Sikap mental irihati biasanya muncul karena orang berpedoman pada aturan yuridis melulu dan kurang memperhatikan iman atau cintakasih; dengan kata lain orang irihati tidak/kurang beriman dan tidak tahu akan cintakasih, atau kemungkinan yang bersangkutan merasa kurang/tidak dikasihi. Orang iri hati pada umumnya juga merasa diri sebagai orang yang terpenting atau utama, sehingga minta pelayanan khusus. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk hidup bermurah hati, artinya jual murah hatinya alias memperhatikan siapapun tanpa pandang bulu. Dengan kata lain kita di dalam kehidupan bersama dimanapun dan kapanpun dipanggil untuk saling memperhatikan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga atau kekuatan. Kita dipanggil untuk saling memberikan diri, dan rasanya hal ini pertama-tama dan terutama hendaknya terjadi di dalam keluarga dengan teladan dari bapak-ibu, yang hemat saya telah memiliki pengalaman mendalam untuk saling memberikan diri. Biasakan dan didiklah anak-anak anda untuk bermurah hati dengan sesamanya sedini mungkin, mulai di dalam keluarga dan kemudian diperdalam dan diperluas di sekolah serta dalam aneka pergaulan di masyarakat.

· “Jika kamu sungguh-sungguh mau mengurapi aku menjadi raja atas kamu, datanglah berlindung di bawah naunganku; tetapi jika tidak, biarlah api keluar dari semak duri dan memakan habis pohon-pohon aras yang di gunung Libanon” (Hak 9:15), demikian jawab semak duri kepada pohon-pohon. Semak duri kiranya lebih kecil daripada pohon, maka rasanya sungguh aneh dan tidak mungkin pohon berlindung di semak duri. Kutipan diatas memang hanya kiasan dan bukan kenyataan, maka baiklah kita renungkan atau refleksikan. Bahwa yang besar minta perlindungan dari yang kecil hemat saya juga terjadi dalam hidup sehari-hari, antara lain para pejabat atau petinggi kalau pergi minta pengawalan khusus, entah dilakukan oleh polisi atau pengawal lainnya, anak-anak dijadikan tameng dalam permusuhan atau peperangan, dst… Rakyat kecil memang sering kurang memperoleh perhatian di masa biasa, tetapi di saat-saat yang genting dan membahayakan pada umumnya rakyat kecil yang menjadi pejuang dan pelindung. Noordin M Top misalnya, ia selalu mencari perlindungan dari anak buah maupun orang-orang kecil dan sederhana dalam rangka melarikan diri atau bersembunyi. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk memperhatikan mereka yang kecil, lemah, miskin dan tak berdaya. Kami juga berharap bahwa mereka yang miskin, kecil, lemah dan tak berdaya menjadi ‘wahana pemerasan demi keuntungan diri sendiri’ sebagaimana telah dilakukan oleh sementara orang atau golongan. Atas nama orang miskin, kecil dan tak berdaya mencari sumbangan dan hasilnya untuk diri sendiri, begitulah yang sering terjadi. Kami juga mengingatkan dan mendambakan bahwa anak-anak kecil di dalam keluarga memperoleh kasih dan perhatian yang memadai dari orangtuanya, lebih-lebih dalam masa/usia balita.


“TUHAN, karena kuasa-Mulah raja bersukacita; betapa besar kegirangannya karena kemenangan yang dari pada-Mu! Apa yang menjadi keinginan hatinya telah Kaukaruniakan kepadanya, dan permintaan bibirnya tidak Kautolak. Sebab Engkau menyambut dia dengan berkat melimpah; Engkau menaruh mahkota dari emas tua di atas kepalanya.Hidup dimintanya dari pada-Mu; Engkau memberikannya kepadanya, dan umur panjang untuk seterusnya dan selama-lamanya “(Mzm 21:2-5)

Jakarta, 19 Agustus 2009

Ignatius Sumarya, SJ

Selasa, 18 Agustus 2009 :: Hari Biasa Pekan XX

Selasa, 18 Agustus 2009
Hari Biasa Pekan XX

“Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.” --- Matius 19: 26.


Doa Renungan

Allah Bapa yang mahapengasih, hidup kami hanya bergantung kepada-Mu. Kami percaya bahwa di hadapan-Mu tidak ada yang mustahil. Ya Bapa, kerinduan kami adalah berada selalu di dekat-Mu. Bantulah kami agar selalu memikirkan-Mu. Tariklah kami untuk selalu melakukan apa yang suci agar kami kelak boleh tinggal bersama-Mu dalam kehidupan kekal. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Hakim-Hakim (6:11- 24a)

"Gideon, engkau akan menyelelamatkan Israel . Ketahuilah, Akulah yang mengutus engkau."

Pada zaman para hakim datanglah Malaikat TUHAN dan duduk di bawah pohon tarbantin di Ofra, kepunyaan Yoas, orang Abiezer itu, sedang Gideon, anaknya, mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tersembunyi bagi orang Midian. Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani." Jawab Gideon kepada-Nya: "Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian." Lalu berpalinglah TUHAN kepadanya dan berfirman: "Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!" Tetapi jawabnya kepada-Nya: "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel ? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku." Berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis." Maka jawabnya kepada-Nya: "Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku. Janganlah kiranya pergi dari sini, sampai aku datang kepada-Mu membawa persembahanku dan meletakkannya di hadapan-Mu." Firman-Nya: "Aku akan tinggal, sampai engkau kembali." Masuklah Gideon ke dalam, lalu mengolah seekor anak kambing dan roti yang tidak beragi dari seefa tepung; ditaruhnya daging itu ke dalam bakul dan kuahnya ke dalam periuk, dibawanya itu kepada-Nya ke bawah pohon tarbantin, lalu disuguhkannya. Berfirmanlah Malaikat Allah kepadanya: "Ambillah daging dan roti yang tidak beragi itu, letakkanlah ke atas batu ini, dan curahkan kuahnya." Maka diperbuatnya demikian. Dan Malaikat TUHAN mengulurkan tongkat yang ada di tangan-Nya; dengan ujungnya disinggung-Nya daging dan roti itu; maka timbullah api dari batu itu dan memakan habis daging dan roti itu. Kemudian hilanglah Malaikat TUHAN dari pandangannya. Maka tahulah Gideon, bahwa itulah Malaikat TUHAN, lalu katanya: "Celakalah aku, Tuhanku ALLAH! sebab memang telah kulihat Malaikat TUHAN dengan berhadapan muka." Tetapi berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati." Lalu Gideon mendirikan mezbah di sana bagi TUHAN dan menamainya: TUHAN itu keselamatan. Mezbah itu masih ada sampai sekarang di Ofra, kota orang Abiezer.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan menjanjikan keselamatan kepada umat-Nya.
Ayat.
(Mzm. 85: 9,10-12,13-14 R: 9)
1. Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, Tuhan. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya, supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan?
2. Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit.
3. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan.

Bait Pengantar Injil PS 956
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Yesus Kristus telah menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, agar kalian menjadi kaya berkat kemiskinan-Nya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (19:23-30)

"Lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum, daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Surga."

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

“Lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."


(Hak 6:11-24a; Mat 19:23-30)


Saudara-saudari yang dicintai oleh Tuhan,

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Orang yang kaya raya akan harta benda atau uang pada umumnya merasa tidak aman, maka dengan berbagai cara berusaha melindungi diri dan kekayaannya dari aneka macam ancaman dan gangguan. Ada yang minta pengawalan ‘body guard’ kemanapun ia pergi, ada yang membangun tembok kuat dan pintu besi berlapis, dst.. Dengan kata lain mereka sering merasa tidak bebas bergerak kemanapun. Jika ada orang datang kepadanya sedikit banyak ada rasa curiga, jangan-jangan mengganggu kekayaannya, dan dengan demikian yang berangkutan lebih menutup diri. Sebaliknya orang miskin atau gelandangan pada umumnya bebas merdeka bepergian kemana saja, tidur di sembarang tempat, beratapkan langit dengan penerangan bintang-bintang serta beralaskan tanah atau rumput, dan dengan demikian kiranya mereka lebih terbuka terhadap aneka macam kemungkinan dan kesempatan. Mereka "lebih mudah bagaikan seekor unta masuk melalui lobang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah”, mereka lebih dirajai atau dikuasai oleh Allah daripada harta benda atau uang. Maka kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk menghayati keutamaan ‘kemiskinan’, yaitu keterbukaan terhadap Penyelenggaraan Ilahi dan secara konkret dalam hidup sehari-hari terbuka terhadap sapaan, sentuhan, nasihat, jeritan, dst.. dari sesama atau saudara-saudari kita. Dengan kata lain kami mengajak kita semua untuk hidup sosial dan saling memperhatikan serta melayani, sehingga kita semua memiliki banyak saudara, sahabat dan kawan. Marilah kita hayati sabda Yesus bahwa “setiap orang yang karena namaKu meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal”

· “Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis” (Hak 6:16), demikian firman Allah kepada Gideon. Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita, bukan untuk berperang melawan orang lain, melainkan dalam menghadapi aneka macam masalah, tantangan dan hambatan dalam kehidupan kita. Kita hadapi dan selesaikan aneka masalah, tantangan dan hambatan dalam penyertaan Allah artinya dalam iman.

“Dengan semangat iman kristiani kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”, demikian isi asas aneka lembaga pelayanan masyarakat seperti pendidikan, sosial dan kesehatan. Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada masa kini sarat dengan tantangan, masalah dan hambatan, maka marilah semuanya kita sikapi dan hadapi dalam dan oleh iman. Kita lebih mengandalkan Penyelenggaraan Ilahi daripada aneka macam sarana-prasarana duniawi, dan hal ini antara lain dapat kita wujudkan dengan kerjasama dengan mereka yang berkehendak baik. Kami percaya bahwa banyak orang yang berkehendak baik, yang dapat diajak untuk bekerjasama dalam menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan. Dengan kata lain marilah kita bergotong-royong dalam menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan; hendaknya semua berpartisipasi dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga kesejahteraan sosial bagi seluruh bangsa segera menjadi nyata atau terwujud. Kami berharap para petinggi, pemimpin atau tokoh-tokoh hidup bersama dapat menjadi teladan dalam hal bekerjasama atau bergotong-royong.

“Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan” (Mzm 85:11-14).

Jakarta, 18 Agustus 2009

Ignatius Sumarya, SJ

Renungan 17: Pilihan sebagai kebebasan untuk....

64 Tahun Kemerdekaan Indonesia

 

Dalam hidup ini kita tidak pernah lepas dari suatu pilihan. Suatu keputusan yang harus dipilih dengan mengatakan “ya” atau “tidak”. Persoalannya menjadi lebih sulit jika pilihan yang ada bukan hanya yang bersifat dualistis-dikotomis, baik-buruk, benar-salah, hitam-putih, seolah semua sudah jelas. Namun jika apa yang ada di hadapan kita sama-sama baik atau sama-sama buruk, kita ditantang untuk mampu memilih mana yang lebih baik di antara yang baik atau yang lebih sedikit bernilai buruk di antara yang sama buruk. Hal ini hanya mungkin jika dalam diri kita ada kebebasan batin untuk memilih, keterbukaan untuk mendengarkan suara hati, juga kebijaksanaan dalam menjatuhkan pilihan sehingga sesuai pada ukurannya.


Kisah yang ditampilkan dalam bacaan Injil yang memperingati Hari Kemerdekaan ini dimana Yesus dicobai dalam mengambil keputusan untuk membayar pajak (Mat 22:15-22), kita diajak untuk mampu bersikap bijaksana dalam suatu pilihan. Ketika dicobai oleh orang-orang Farisi, Yesus tidak langsung menjawab persoalan itu dengan hanya melihat secara benar-salah, baik-buruk, persolan surgawi-duniawi; melainkan Ia justru mengajak orang untuk mampu menempatkan duduk perkara yang ada secara bijaksana dan ditempatkan pada porsinya yang sesuai, dengan tidak begitu saja memisahkan yang rohani-manusiawi, altar-pasar, tetapi justru diarahkan pada kebaikan bersama (bonum commune). “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (ayt. 21).

Dengan semangat kemerdekaan Republik Indonesia ke-64 yang kita peringati hari ini, marilah kita bersama Yesus belajar untuk melihat pilihan dalam hidup ini bukan sebagai kebebasan dari peraturan, kewajiban dan tanggungjawab tetapi kita ditantang untuk mampu bersikap mengembangkan kebebasan untuk bertidak sesuai dengan ukurannya. Selain itu, kita pun ditantang untuk memiliki keterbukaan dalam menempatkan segala perkara duniawi supaya dilakukan demi kepentingan bersama dan terarah kepada memuji kemuliaan Allah; sedangkan yang rohani pun hendaknya juga menghidupi dan menyemangati hidup kita setiap hari dalam karya, pelayanan, dan kesaksian hidup bagi sesama. Dengan demikian kita pun ikut-serta bersama Allah menghadirkan Kerajaan-Nya di muka bumi yang penuh damai, cinta, dan kasih persaudaraan, dalam kesaksian hidup konkret setiap hari. (fr. diakon natalis www.reginacaeli.org)

Senin, 17 Agustus 2009 :: Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia ke 64

64 Tahun Kemerdekaan Indonesia


Senin, 17 Agustus 2009
HARI RAYA KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

Dalam Bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kita didorong untuk memenuhi kewajiban kita sebagai warga negara. Namun, kita sendiri adalah 'mata uang' Allah, karena diri kita adalah gambar Allah. Kita juga diingatkan bahwa apa yang menjadi hak Allah dari hidup kita harus juga kita berikan kepada-Nya.



Doa Renungan
Allah Bapa yang mahabaik dan mahakuasa, kami mengucap syukur kepada-Mu atas segala rahmat dan anugerah yang bertahun-tahun lamanya Kaulimpahkan kepada nusa dan bangsa kami. Engkaulah yang mempersatukan kami menjadi satu nusa dan satu bangsa dan satu bahasa. Engkaulah yang mengantar kami kepada kemerdekaan yang aman sentosa. Maka kami mohon dengan rendah hati, semoga kemerdekaan itu dapat kami isi dengan kejujuran, keadilan, dan cinta kasih. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.



Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh (10:1-8)

"Para penguasa bertanggung jawab atas rakyatnya."

Seorang penguasa yang bijaksana harus mempertahankan ketertiban pada rakyatnya, dan pemerintahan orang arif adalah teratur. Seperti penguasa bangsa demikianpun para pegawainya, dan seperti pemerintah kota demikian pula semua penduduknya. Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya. Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, an pada waktunya la mengangkat orang yang serasi atasnya. Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seorang manusia, dan kepada para pejabat dikaruniakan oleh-Nya martabatnya. Hendaklah engkau tidak pernah menaruh benci kepada sesamamu apapun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun oleh manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah. Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan dan uang.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan PS. 862
Ref. Kamu dipanggil untuk kemerdekaan; maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih.
Ayat.
(Mzm 101:1ac.2ac.3a.6-7)
1. Ya, Tuhan, aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum-Mu. Aku hendak hidup tanpa cela. Aku hendak hidup dengan suci dalam rumahku, hal-hal yang jahat takkan kuperhatikan.
2. Mataku tertuju kepada rakyatku yang setia, supaya mereka tinggal bersama aku. Orang yang hidup dengan tidak bercela akan mendukung aku.
3. Orang yang melakukan tipu daya, tidak akan diam dalam rumahku. Orang yang berbicara dusta tidak bertahan di bawah pandanganku.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (2:13-17)

"Berlakulah sebagai orang yang merdeka. "

Saudara-saudariku yang terkasih, demi Allah, tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang- orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalah-gunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan- kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil PS. 956
Ref. Alleluya
Solis: Berikanlah kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:15-21)

"Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Sekali peristiwa orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: "Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada kaisar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." Mendengar itu heranlah mereka dan meninggalkan Yesus lalu pergi.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

BOLEHKAH MEMBAYAR PAJAK KEPADA KAISAR?


Rekan-rekan,

Satu ketika Yesus dimintai pendapat tentang membayar pajak kepada Kaisar: apakah hal ini diperbolehkan (Mat 22:15-22 // Mrk 12:13-17). Bila mengatakan boleh maka ia akan menyalahi rasa kebangsaan. Tetapi bila mengatakan tidak, ia pun akan berhadapan dengan penguasa Romawi yang waktu itu mengatur negeri orang Yahudi. Para pengikut Yesus kerap dihadapkan ke masalah seperti itu. Ada dua macam rumusan. Yang pertama terlalu menyederhanakan perkaranya, dan bisanya berbunyi demikian: "Bolehkah mengakui dan hidup menurut kelembagaan duniawi?" Gagasan ini kurang membantu. Kalau bilang "ya" maka bisa dipersoalkan, lho kan orang beriman mesti hidup dari dan bagi Kerajaan Surga seutuhnya. Kalau bilang "tidak", apa maksudnya akan mengadakan pemerintahan ilahi di muka bumi? Pertanyaan ini sama dengan jerat yang diungkapkan murid-murid kaum Farisi. Untunglah, ada pertanyaan yang lebih cocok dengan inti Injil hari ini: Bagaimana Yesus sang pembawa warta Kerajaan Surga melihat kehidupan di dunia ini? Ia memakai pendekatan frontal? Atau pendekatan kerja sama? Apa yang dapat dipetik dari cara pandangnya? Marilah kita dalami petikan dari Injil Matius yang dibacakan bagi Hari Rasa Kemerdekaan RI ini.

Di bawah juga akan ditambahkan catatan mengenai bacaan kedua, yakni 1Petr 2:13-17.

SEBUAH TANYA JAWAB


Menurut kebiasaan kaum terpelajar Yahudi waktu itu, dalam menanggapi pertanyaan yang membawa ke soal yang makin rumit, orang berhak mengajukan sebuah pertanyaan guna menjernihkan perkaranya terlebih dahulu. Lihat misalnya pertanyaan dalam Mat 21:23-25 mengenai asal kuasa Yesus. Dalam perbincangan mengenai boleh tidaknya membayar pajak kepada Kaisar, Yesus mengajak lawan bicaranya memasuki persoalan yang sesungguhnya. Ia meminta mereka menunjukkan mata uang pembayar pajak dan bertanya gambar siapa tertera di situ. Mereka tidak dapat menyangkal itu gambar Kaisar. Yesus pun menyudahi pembicaraan dengan mengatakan, "Berikanlah kepada Kaisar yang wajib kalian berikan kepada Kaisar dan kepada Allah yang wajib kalian berikan kepada Allah!" Dengan jawaban ini ia membuat mereka memikirkan sikap mereka sendiri baik terhadap "urusan kaisar" maupun keprihatinan mereka mengenai "urusan Allah" dan sekaligus menghindari jerat yang dipasang lawan-lawannya. Bagaimana penjelasannya?

Kaum Farisi memang bermaksud menjerat Yesus. Mereka menyuruh murid-murid mereka datang kepadanya bersama dengan para pendukung Herodes. Kedua kelompok ini sebetulnya memiliki pandangan yang bertolak belakang. Orang-orang Farisi secara prinsip tidak mengakui hak pemerintah Romawi memungut pajak yang dikenal sebagai pajak "kensos", yakni pajak bagi penduduk, praktisnya sama dengan pajak hak milik tanah. Inilah pajak yang dibicarakan dalam petikan ini. Tidak dibicarakan pajak pendapatan. Mereka yang warga Romawi tidak dikenai pajak penduduk, tapi mereka diwajibkan membayar pajak pendapatan kepada pemerintah. Orang Yahudi yang bukan warga Romawi diharuskan membayar pajak penduduk. Maklumlah, seluruh negeri telah diserap ke dalam kedaulatan Romawi. Pemerintah Romawi tidak memungut pajak pendapatan orang Yahudi bukan warga Romawi. Tapi aturan agama juga mewajibkan mereka membayar pajak pendapatan dan hasil bumi yang dikenal dengan nama "persepuluhan" kepada lembaga agama. Disebut pajak Bait Allah. Kepengurusan Bait Allah akan mengatur pemakaian dana tadi bagi pemeliharaan tempat ibadat, menghidupi yatim piatu, janda, kaum terlantar serta keperluan sosial lain. Jadi orang Yahudi yang memiliki tanah dan berpendapatan dipajak dua kali.

MASALAH PERPAJAKAN

Bagi orang Farisi, membayar pajak penduduk berarti mengakui kekuasaan Romawi atas tanah suci. Padahal dalam keyakinan mereka, tanah itu milik turun temurun yang diberikan Allah, dan tak boleh diganggu gugat, apalagi dipajak. Maka pungutan pajak penduduk dirasakan sebagai perkara yang amat melawan ajaran agama leluhur. Para penarik pajak yang orang Yahudi dipandang sebagai kaum murtad dan melawan inti keyahudian sendiri. Mereka itu dianggap pendosa, sama seperti perempuan yang tidak setia.

Bagaimana sikap para pendukung Herodes? Yang dimaksud ialah Herodes Antipas, penguasa wilayah Galilea di bagian utara tanah suci. Pemerintah Romawi meresmikannya sebagai penguasa "pribumi" dan memberi wewenang dalam urusan sipil dan militer di wilayahnya. Tetapi di Yerusalem dan Yudea wewenang dipegang langsung oleh perwakilan Romawi, waktu itu Ponsius Pilatus. Herodes mengikuti politik Romawi dan merasa berhak menarik pajak penduduk di wilayahnya. Mereka yang disebut kaum pendukung Herodes dalam Mat 21:16 itu sebetulnya bukan mereka yang tinggal di Galilea, melainkan orang Yerusalem dan Yudea pada umumnya yang menginginkan otonomi "pribumi" seperti Herodes di utara. Mereka memperjuangkan pajak penduduk - pajak yang dibicarakan dalam petikan ini - tetapi bukan bagi pemerintah Romawi, melainkan bagi kas kegiatan politik mereka di Yudea dan Yerusalem. Jadi mereka berbeda paham dengan orang Farisi yang menganggap penarikan pajak penduduk dalam bentuk apa saja oleh siapa saja tidak sah dan melawan ajaran agama.

Bila Yesus menyetujui pembayaran pajak penduduk yang diklaim penguasa Romawi, ia akan berhadapan dengan mereka yang bersikap nasionalis dan akan dianggap meremehkan pandangan teologis bahwa tanah suci ialah hak yang langsung diberikan oleh Allah. Dan orang Farisi bisa memakainya untuk mengobarkan rasa tidak suka kepada Yesus. Tetapi bila ia mengatakan jangan, maka ia akan bermusuhan dengan para pendukung Herodes yang dibawa serta orang Farisi dan sekaligus melawan politik Romawi. Jawaban apapun akan membuat Yesus mendapat lawan-lawan baru. Memang itulah yang diinginkan oleh orang Farisi.

PEMECAHAN

Ketika mengatakan berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib diberikan kepada Kaisar sebetulnya Yesus mengajak lawan bicaranya memikirkan keadaan mereka sendiri, yakni dibawahkan pada kuasa Romawi. Jelas kaum Farisi dan para pendukung Herodes hendak menyangkalnya, tapi dengan alasan yang berbeda. Kaum Farisi menolak dengan alasan agama, sedangkan kaum pendukung dengan alasan kepentingan politik mereka sendiri. Di sini ada titik temu dengan permasalahan yang kadang-kadang dihadapi para pengikut Yesus di manapun juga seperti disebut pada awal ulasan ini. Bukan dalam arti mengidentifikasi diri dengan pilihan orang-orang yang datang membawa masalah, melainkan belajar dari sikap Yesus dalam menghadapi persoalan tadi. Dengan mengatakan bahwa patutlah diberikan kepada Allah yang wajib diberikan kepadaNya, Yesus hendak menekankan perlunya integritas batin. Bila kehidupan agama mereka utamakan, hendaklah mereka menjalankannya dengan lurus. Bila mau jujur, mereka mau tak mau akan memeriksa diri adakah mereka sungguh percaya atau sebetulnya mereka menomorsatukan kepentingan sendiri dengan memperalat agama.

Yesus juga membuat mereka yang datang kepadanya berpikir apakah ada pilihan lain selain memberikan kepada Kaisar yang menjadi haknya. Bila ya, coba mana? Ternyata keadaan mereka tak memungkinkan. Mereka tidak mencoba menemukan kemungkinan yang lain. Mereka telah menerima status quo dan tidak mengusahakan perbaikan kecuali dengan mengubahnya menjadi soal teologi. Padahal masalahnya terletak dalam kehidupan sehari-hari. Iman dan hukum agama mereka pakai sebagai dalih dan sebenarnya mereka permiskin. Yesus tidak mengikuti pemikiran yang sempit ini.

Pada akhir petikan disebutkan mereka "heran" mendengar jawaban tadi. Dalam dunia Perjanjian Lama, para musuh umat tak bisa berbuat banyak karena Allah sendiri melindungi umatNya dengan tindakan-tindakan ajaib. Para lawan itu tak berdaya dan bungkam mengakui kebesaran-Nya. Inilah makna "heran" tadi. Mereka kini terdiam mengakui kebijaksanaan Yesus dan mundur. Seperti penggoda di padang gurun yang terdiam dan mundur meninggalkannya.

KOMUNITAS ORANG YANG PERCAYA

Ketika merumuskan pertanyaan mereka (Mat 21:16), murid-murid orang Farisi terlebih dahulu menyebut Yesus sebagai "orang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan tidak takut kepada siapa pun juga, sebab tidak mencari muka." Dalam bahasa sekarang, Yesus itu dikenal sebagai orang yang punya prinsip serta hidup sesuai dengan prinsip tadi secara transparan . Bukannya demi meraih keuntungan dan menjaga kedudukan. Orang yang mencobainya sebetulnya sudah melihat arah pemecahan masalah, yakni sikapnya yang terarah pada kepentingan Allah. Pembicaraan selanjutnya menunjukkan bahwa sikap itu bukan sikap menutup diri terhadap urusan duniawi dan memusuhinya. Malah hidup dengan urusan duniawi itu juga menjadi cara untuk membuat kehidupan rohani lebih berarti. Itulah kebijaksanaan Yesus. Itulah yang dapat dikaji dan diikuti para pengikutnya.

Pengajaran dasar yang ditampilkan dalam petikan di atas dapat menjadi arahan bagi Gereja. Apakah Gereja sebagai lembaga rohani yang ada di muka bumi ini menemukan perannya juga? Sebagai kelompok masyarakat agama, Gereja diharapkan dapat berdialog dengan kenyataan yang berubah-ubah dalam masyarakat luas tanpa memaksa-maksakan posisi dan pilihan-pilihan sendiri. Pada saat yang sama disadari juga betapa pentingnya menjalankan perutusannya sebagai komunitas orang-orang yang mau menghadirkan Allah, yang memungkinkan urusanNya berjalan sebaik-baiknya di bumi ini. Petikan di atas mengajak orang menumbuhkan kebijaksanaan hidup dan menepati perutusan tadi.

DARI BACAAN KEDUA

Dalam bacaan kedua, yakni 1Petr 2:13-14 diberikan serangkai nasihat bagaimana hidup sebagai orang yang percaya di dalam masyarakat luas yang boleh jadi memiliki pandangan hidup yang lain. Ditegaskan pada dasarnya agar orang yang percaya bersikap "tunduk" kepada kelembagaan dan pemegang kuasa di masyarakat (ay. 13-14). Maksudnya tentu saja mengikuti wewenang yang sah yang mengatur kehidupan bermasyarakat. Memang orang kristiani awal dulu yang berasal dari kalangan Yahudi banyak yang hidup di luar Tanah Suci sehingga tidak bisa begitu saja dapat beranggapan hukum adat sama dengan hukum umum. Sering keadaan ini membuat hidup mereka tidak gampang karena harus menepati adat kebiasaan sendiri tapi juga mengikuti pola-pola hidup umum. Namun surat Petrus ini justru memandang keadaan itu sebagai kesempatan bagi orang yang percaya untuk memperlihatkan kebaikan ilahi bagi semua orang secara merdeka (ay. 15-16). Orang yang percaya diharapkan mampu menyatukan empat hal berikut (ay. 17): tahu menghargai orang lain, mengasihi sesama orang percaya, menaati agama sendiri ("takutlah kepada Alah!") , dan menghormati penguasa.

Keempat arah itu kiranya menjadi pegangan bagaimana orang yang percaya dapat hidup di masyarakat luas tanpa memiliki sikap menyendiri. Berarti pula adat kebiasaan yang dalam keadaan lain begitu saja dapat diikuti perlu diselaraskan dengan keadaan dan lingkungan. Boleh dikata, inilah keadaban yang dipegang dan dikembangkan orang yang percaya.

Salam hangat,

A. Gianto

Senin, 17 Agustus 2009 :: Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia (2)

Senin, 17 Agustus 2009
Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia

“Hormatilah semua orang, kasihanilah saudara-saudaramu, takutlah kepada Allah, hormatilah raja!” (1 Petrus 2: 17)



Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa, kami berterimakasih kepada-Mu atas rahmat kemerdekaan yang telah Kauberikan kepada bangsa kami. Kami juga bersyukur atas alam yang indah dan negeri yang subur. Semoga kami dapat memanfaatkan anugerah-Mu ini dengan sebaik-baiknya. Bapa, bantulah kami agar senantiasa mensyukuri rahmat-Mu melalui karya dan usaha kami. Amin. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh (10:1-8)

"Para penguasa bertanggung jawab atas rakyatnya."

Pemerintah yang bijak menjamin ketertiban dalam masyarakat, pemerintah yang arif adalah yang teratur. Seperti para penguasa, demikian pula para pegawainya, seperti pemerintah kota, demikian pula semua penduduknya. Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya. Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya. Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seseorang, dan kepada para pejabat Tuhan mengaruniakan martabat. Janganlah pernah menaruh benci kepada sesamamu, apa pun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah. Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan, dan uang.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan PS. 862
Ref. Kamu dipanggil untuk kemerdekaan; maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih.
Ayat.
(Mzm 101:1ac.2ac.3a.6-7)
1. Ya, Tuhan, aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum-Mu. Aku hendak hidup tanpa cela. Aku hendak hidup dengan suci dalam rumahku, hal-hal yang jahat takkan kuperhatikan.
2. Mataku tertuju kepada rakyatku yang setia, supaya mereka tinggal bersama aku. Orang yang hidup dengan tidak bercela akan mendukung aku.
3. Orang yang melakukan tipu daya, tidak akan diam dalam rumahku. Orang yang berbicara dusta tidak bertahan di bawah pandanganku.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (2:13-17)

"Berlakulah sebagai orang yang merdeka. "

Saudara-saudaraku yang terkasih, demi Allah, tunduklah kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, maupun kepada wali-wali yang ditetapkannya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan untuk mengganjar orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka, bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetap hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil PS. 956
Ref. Alleluya
Ayat: Berikanlah kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:15-21)

"Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Sekali peristiwa orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama orang-orang Herodian bertanya kepada Yesus, "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Bolehkah membayar pajak kepada kaisar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka. Maka Ia lalu berkata, "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu!" Mereka membawa suatu dinar kepada Yesus. Maka Yesus bertanya kepada mereka, "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka, "Gambar dan tulisan kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka, "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan
oleh Ignatius Sumarya, SJ

"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Para bapa bangsa Indonesia yang berpartisipasi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia kiranya adalah pribadi-pribadi yang cerdas beriman, terdidik dan beriman. Proklamasi Kemerdekaan telah dinyatakan 64 tahun yang lalu, dengan kata lain secara manusia boleh dikatakan telah dewasa, namun jika dicermati apa yang ada di Indonesia saat ini kiranya masih ada hal-hal yang boleh dikatakan dewasa, yaitu dalam hal pendidikan atau pembinaan manusia, yang nampak masih maraknya aneka macam bentuk kebejatan moral seperti korupsi, tawuran, permusuhan serta kebodohan yang berdampak pada kemiskinan. Panji-panji Negara kita adalah bendera berwarna ‘merah putih’ yang kiranya berarti keberanian dalam berjuang dan berkorban serta hidup dan bertindak dalam kesucian. Maka jika mencermati suasana kehidupan saat ini rasanya ‘perjuangan, pengorbanan dan kesucian’ kurang atau tidak menjiwai kehidupan warganegara pada umumnya maupun para pejabat atau petinggi Negara khsusunya. Mereka yang katanya menjadi wakil rakyat sering juga hanya mencari kesenangan pribadi serta mengusahakan kekayaan atau harta benda demi keluarganya sendiri. Para pejabat ketika bersumpah jabatan dalam rangka mengawali tugas dan jabatannya ketika mulai menjabat mulai melakukan koropsi seenaknya, dst.., Para Era Reformasi dan Desentralisasi saat ini juga terjadi desentralisasi korupsi, bahkan wilayah-wilayah yang konon diwarnai agama tertentu justru korupsi lebih besar daripada wilayah lain. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan atau merayakan Hari Raya Kemerdekaan RI ke 64 ini kami mengajak anda sekalian mawas diri dengan bantuan sabda di bawah ini.

“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Mat 22:21 )

Sabda Yesus di atas ini kiranya telah dicoba dibahasakan secara lain oleh salah seorang pahlawan Indonesia , yaitu Mgr.A.Soegijapranata SJ, alm. dengan .motto : ”Jadilah 100 % warganegara dan 100% katolik (beragama)”. Maka baiklah kita renungkan kutipan Sabda Yesus di atas bersama dengan motto Mgr. A.Soegijapranata SJ tersebut dalam rangka mengenangkan Kemerdekaan Negara kita.

1) “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar”. Di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ada aneka macam aturan dan tatanan hidup bersama yang harus kita hayati atau laksanakan. Jika dicermati rasanya masih cukup banyak orang yang tidak setia atau kurang tertib dalam melaksanakan aneka tatanan atau aturan yang terkait dengan apa yang seharusnya dilakukan di dalam hidup dan tugas sehari-hari, entah dimasyarakat, di tempat kerja atau jalanan. Menjadi warganegara yang baik berarti senantiasa mentaati dan melaksanakan aneka aturan dan tatanan yang terkait, dan kiranya untuk itu para petinggi atau pejabat hendaknya menjadi teladan.

Salah satu masalah yang masih memprihatinkan masa kini adalah korupsi, yang terkait dengan keutamaan jujur, disipilin, tertib dst.. ”Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan” (Prof Dr. Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997,hal 17). Kecurangan masih terjadi di berbagai tingkat atau bidang kehidupan bersama masa kini, dan rasanya hal itu mulai terbiasa selama yang bersangkutan masih belajar di sekolah, yaitu dengan kebiasaan menyontek dalam ulangan maupun ujian. Maka kami berharap kejujuran ditanamkan sedini mungkin bagi anak-anak, sejak di dalam keluarga; dan di sekolah-sekolah diberlakukan ‘dilarang menyontek dalam ulangan maupun ujian’.

2) “Berikanlah kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”. Sabda ini kiranya terkait dengan kehidupan beragama kita masing-masing. Hidup dan segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai serta nikmati sampai saat ini adalah anegerah Allah, maka selayaknya kita hidup dan bertindak dijiwai oleh syukur dan terima kasih kepada Allah, dan hal itu juga kita wujudkan dalam bersyukur dan berterima kasih kepada saudara-saudari kita. Dengan kata lain sebagai umat beragama hendaknya kita saling bersyukur dan berterimakasih satu sama lain “Bersyukur adalah sikap dan perilaku yang tahu dan mau berterima kasih kepada Tuhan atas hikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pusataka- Jakarta 1997, hal 13). Sekali lagi hidup bersyukur ini hendaknya sedini mungkin dibinakan dan dibiasakan bagi anak-anak sedini mungkin dan tentu saja dengan teladan dari orangtua atau bapak-ibu.


“Inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja” (1Ptr 2:15 -17)

Hidup sebagai orang merdeka berarti menjadi “hamba Allah” dan senantiasa berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun. Menjadi “hamba Allah” berarti senantiasa taat pada kehendak Allah di dalam hidup sehari-hari: bekerja keras tanpa kenal lelah dalam berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun. “Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10). “Sesuatu” yang dimaksudkan disini adalah perbuatan baik atau hal-hal yang positif.

Sebagai orang merdeka kita juga dipanggil untuk tidak menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan. Hemat saya hal ini selayaknya dilakukan dan disebarluaskan oleh para penegak hukum, misalnya polisi dan mereka yang bekerja dalam aneka tugas pengadilan. Polisi kiranya dengan bebas merdeka dapat kemana saja, maka hendaknya jangan menyalahgunakan kebebasan tersebut untuk berbuat jahat atau menutupi aneka kejahatan. Di dalam pengadilan juga sering terjadi usaha untuk menutupi atau menyelubungi kejahatan-kejahatan, yang didukung oleh uang atau orang-orang berduit/kaya. “Homatilah semua orang”, demikian pesan Petrus. Polisi dan penegak hukum hemat saya dapat bertemu dengan semua orang/warganegara, maka kami berharap mereka juga dapat menjadi teladan dalam menghormati sesama manusia, menjunjung tinggi harkat martabat manusia atau hak-hak asasi manusia. Jauhkan aneka macam bentuk kekerasan ketika anda sedang melaksanakan tugas entah di tengah-tengah masyarakat maupun di tempat pengadilan.

“Takutlah akan Allah”. Peringatan atau nasihat ini merupakan ajakan bagi kita untuk beriman bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang kita lakukan. Ketika kita berbuat jahat, mungkin tidak ada satu orangpun yang tahu, tetapi Allah mengetahui. Maka jika kita sungguh beriman, marilah kita tidak berbuat jahat sedikitpun dan senantiasa berbuat baik atau melakukukan hal-hal yang positif di dalam hidup kita sehari-hari. Semoga sila kelima dari Pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh bangsa, segera menjadi nyata atau terwujud dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

“Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama-sama dengan aku. Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela, akan melayani aku. Orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku, orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mataku” (Mzm 101:6-7)

Jakarta , 17 Agustus 2009

Ignatius Sumarya, SJ

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy