| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Rabu, 09 September 2009 :: Hari Biasa Pekan XXIII

Rabu, 09 September 2009
Hari Biasa Pekan XXIII

Daripada-Mulah kiranya datang penghakiman. Mata-Mu kiranya melihat apa yang benar -- Mzm 17:2


Doa Renungan

Allah Bapa yang mahapemurah, Engkau menciptakan semua yang ada di bumi ini baik adanya. Hal itu Engkau lakukan supaya Engkau semakin dimuliakan di atas bumi ini. Namun kami sering tidak menyadari panggilan kami dan lebih senang mencari apa yang menyenangkan diri kami. Sehingga tidak jarang kami menderita oleh karenanya. Maka ajarilah kami untuk menjadikan Engkau sebagai tujuan dan arah hidup kami. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose (3:1-11)

"Kalian telah mati bersama Kristus, maka matikanlah dalam dirimu segala yang duniawi."

Saudara-saudara, kalian telah dibangkitkan bersama Kristus. Maka carilah perkara yang di atas, di mana Kristus berada, duduk di sisi kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kalian telah mati, dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus dalam Allah. Kristuslah hidup kita. Apabila Dia menyatakan diri kelak, kalian pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. Karena itu matikanlah dalam dirimu segala yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala. Semuanya itu mendatangkan murka Allah. Dahulu kalian juga melakukan hal-hal itu ketika kalian hidup di dalamnya. Tetapi sekarang buanglah semuanya ini yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Janganlah kalian saling menipu lagi, karena kalian telah menanggalkan manusia lama beserta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Penciptanya. Dalam keadaan yang baru itu tiada lagi orang Yunani atau Yahudi, yang bersunat atau tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka; yang ada hanyalah Kristus di dalam semua orang.

Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan itu baik kepada semua orang.
Ayat.
(Mzm 145:2-3.10-11.12-13ab)
1. Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya. Besarlah Tuhan, dan sangat terpuji; kebesaran-Nya tidak terselami.
2. Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.
3. Untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan memaklumkan kerejaan-Mu yang semarak mulia. Kerajaan-Mu ialah kerajaan abadi, pemerintahan-Mu lestari melalui segala keturunan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Bersukacitalah dan bergembiralah, karena besarlah upahmu di surga.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:20-26)

"Berbahagialah orang yang miskin, celakalah orang yang kaya."

Pada waktu itu Yesus memandang murid-murid-Nya, lalu berkata, "Berbahagialah, hai kalian yang miskin, karena kalianlah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kalian yang kini kelaparan, karena kalian akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kalian yang kini menangis, karena kalian akan tertawa. Berbahagialah, bila demi Anak Manusia kalian dibenci, dikucilkan, dan dicela serta ditolak. Bersukacitalah dan bergembiralah pada waktu itu karena secara itu pula nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kalian, orang kaya, karena dalam kekayaanmu kalian telah memperoleh hiburan. Celakalah kalian, yang kini kenyang, karena kalian akan lapar. Celakalah kalian, yang kini tertawa, karena kalian akan berdukacita dan menangis. Celakalah kalian, jika semua orang memuji kalian; karena secara itu pula nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

“Berbahagialah kamu jika karena Anak Manusia orang membenci kamu,”

(Kol 3:1-11; Luk 6:20-26)

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Petrus Claver, imam Yesuit, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Dalam melaksanakan tugas pengutusan-Nya Yesus harus menderita sengsara, dilecehkan oleh musuh-musuh-Nya dan akhirnya disalibkan sampai wafat. Sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus alias menjadi sahabat-sahabat Yesus kita dipanggil untuk meneladan-Nya, antara lain “hidup miskin” dan berpihak pada dan bersama dengan mereka yang miskin. Yang saya maksudkan dengan ‘hidup miskin’ tidak berarti kita tidak punya apa-apa alias menjadi gelandangan, melainkan menghayati segala sesuatu sebagai anugerah Tuhan dan kemudian memfungsikannya sesuai dengan kehendak Tuhan. Karena semuanya adalah anugerah Tuhan maka cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa dalam syukur dan terima kasih; syukur dan terima kasih ini kita wujudkan secara nyata antara lain dengan memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan atau berpihak pada dan bersama dengan mereka yang miskin. Selama masih ada orang miskin dan berkekurangan kiranya juga berarti masih ada yang serakah, gila akan harta benda/uang, jabatan/kedudukan dan kehormatan duniawi. Dalam hidup bersama yang masih lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang serakah dan gila akan harta benda/uang , berpihak pada dan bersama dengan mereka yang miskin dan berkekurangan pasti akan menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Pejuang demi mereka yang miskin dan berkekurangan ada kemungkinan dibenci dan dikucilkan. “Hidup miskin” juga berarti hidup dengan rendah hati serta mentaati sepenuhnya aneka aturan dan tatanan hidup yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusannya; orang siap sedia dan rela berkorban untuk diperintah, diutus, dilecehkan, kurang dihargai atau dihormati dst.., namun tetap berbahagia dan ceria.

· “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah” (Kol 3:5-6) Salah satu bentuk ‘berhala modern’ masa kini adalah ‘hand phone’(HP), dimana orang sungguh lekat tak teratur pada HP yang dimilikinya. Sebagai contoh selama beribadat HP tidak dimatikan dan ketika ada nada panggilan keluar dari tempat ibadat untuk tilpon tsb, hal yang sama juga terjadi dalam rapat, dst.. HP juga mengerosi atau menggerogoti iman kepercayaan kepada Tuhan. Percaya kepada Tuhan harus menjadi nyata dalam percaya kepada sesama dan saudara-saudari kita. Jika memperhatikan cara orang memfungsikan HP masa kini, kebanyakan menunjukkan bahwa yang bersangkutan kurang percaya kepada sesamanya atau saudaranya, misalnya mengontrol pasangan hidupnya yang bepergian, anaknya, dst.. . Ada semacam kekhawatiran jangan-jangan pasangan hidupnya atau anaknya melakukan perbuatan yang tidak baik seperti percabulan, kenajisan, hawa nafsu (seks, makanan dan minuman), dst.. . Jangan-jangan yang khawatir itu sendiri yang melakukannya, maka ketika mencoba tilpon ke pasangan atau anaknya dengan HP sebenarnya hanya untuk melindunsi atau mengamankan diri sendiri yang sedang menyeleweng. Cukup banyak ‘berhala-berhala modern’ yang sungguh mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak orang masa kini, yang mendorong orang untuk berbuat cabul, najis, jahat dan serakah. Maka marilah kita renungkan, resapkan dan hayati kutipan pesan Paulus kepada umat Kolose di atas: “Matikanlah segala sesuatu yang duniawi” dan “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi” (Kol 3:2).

“Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan”

(Mzm 145:10-13b).

Jakarta, 9 September 2009
Ign Sumarya, SJ



Pertemuan I Bulan Kitab Suci: Keuskupan Agung Semarang: Kebersamaan Meneguhkan Iman

Pertemuan I

KEBERSAMAAN MENEGUHKAN IMAN

Pengantar

Saudara-saudari terkasih, dunia dewasa ini penuh dengan tawaran dan tantangan yang tidak selalu sejalan dengan iman. Pada saat dibaptis, kita telah berjanji untuk setia pada iman dan menjadi manusia baru yang berani menolak segala hal yang jahat. Dengan iman yang teguh kita diharapkan senantiasa mengarahkan diri pada kehidupan kekal.

Oleh karena itu, iman mesti dikembangkan, baik secara pribadi maupun dalam kebersamaan. Iman kita semakin diperteguh di dalam kebersamaan. Contohnya, dalam hidup bersama di lingkungan, biasanya umat yang jarang berkumpul mudah sekali larut dalam godaan duniawi. Contoh lain, dalam hidup doa, bila tidak diwaspadai, Allah menjadi semacam 'berhala' yang diharuskan memberikan segala permintaan manusia. Apalagi, jika permohonan itu disertai dengan 'ritual' doa tertentu, atau semacam mengucapkan 'mantra' doa tertentu.

Pertanyaan besar muncul di sana, "Siapakah Allah itu bagiku?" serta "Siapakah aku ini bagi Allah?" Dua pertanyaan tersebut berkaitan erat dengan pemahaman kita mengenai iman dan bagaimana kita menghayati iman.

Pada kesempatan ini, kita akan belajar dari Kitab Makabe, mengenai teladan orang beriman yang berpegang teguh pada iman dan sungguh memperjuangkan apa yang diimaninya. Dalam pertemuan ini, akan kita renungkan awal dari perjuangan Matatias beserta anak-anaknya untuk melawan raja Antiokhus Epifanes yang dengan sewenang-wenang telah menghina agama mereka dan memaksa agar mereka murtad.

Penyajian materi

a. Pembacaan Teks Kitab Suci (1 Makabe 2:1-22.27-31)


1.Pada waktu itu Matatias bin Yohanes bin Simeon, seorang imam dari keluarga Yoarib, berangkat dari Yerusalem dan menetap di kota Modein. 2.Matatias mempunyai lima anak, yaitu: Yohanes dengan sebutan Gadi, 3.Simon dengan sebutan Tasi, 4.Yudas dengan sebutan Makabe, 5.Eleazar dengan sebutan Avaran dan Yonatan dengan sebutan Apfus. 6.Melihat semua kekejian yang terjadi di Yerusalem dan Yehuda 7.maka berkatalah Matatias: "Celakalah aku ini! Apakah aku dilahirkan untuk menyaksikan keruntuhan bangsaku dan Kota Suci dan berdiam saja di sini sementara kota itu sudah diserahkan kepada musuh dan Bait Suci sudah di tangan orang-orang asing? 8.Bait Allahnya sudah menjadi seperti orang yang terhina. 9.Perkakasnya yang mulia sudah diangkut sebagai jarahan. Anak-anaknya dan kaum mudanya sudah dibunuh di lapangan-lapangannya oleh pedang musuh! 10.Bangsa manakah belum mengusirnya dari warisan kerajaan dan belum merampasinya? 11.Segenap perhiasannya sudah diambil. Dari pada merdeka mereka sekarang sudah menjadi sahaya belaka! 12.Lihatlah, apa yang kudus bagi kita, segenap keindahan dan kemuliaan kita sudah dipunahkan serta dicemarkan oleh orang asing. 13.Apa gunanya hidup bagi kita lagi?" 14.Lalu Matatias serta anak-anaknya menyobek pakaian mereka dan mengenakan kain karung dan sangat berkabung. 15.Kemudian para pegawai raja yang bertugas memaksa orang-orang Yahudi murtad datang ke kota Modein untuk menuntut pengorbanan. 16.Banyak orang Israel datang kepada mereka. Adapun Matatias serta anak-anaknya berhimpun pula. 17.Pegawai raja itu angkat bicara dan berkata kepada Matatias: "Saudara adalah seorang pemimpin, orang terhormat dan pembesar di kota ini dan lagi didukung oleh anak-anak serta kaum kerabat saudara. 18.Baiklah saudara sekarang juga maju ke depan sebagai orang pertama untuk memenuhi penetapan raja, sebagaimana telah dilakukan semua bangsa, bahkan orang-orang Yehuda dan mereka yang masih tertinggal di Yerusalem. Kalau demikian, niscaya saudara serta anak-anak saudara termasuk ke dalam kalangan sahabat-sahabat raja dan akan dihormati dengan perak, emas dan banyak hadiah!" 19.Tetapi Matatias menjawab dengan suara lantang: "Kalau pun segala bangsa di lingkungan wilayah raja mematuhi seri baginda dan masing-masing murtad dari ibadah nenek moyangnya serta menyesuaikan diri dengan perintah-perintah seri baginda, 20.namun aku serta anak-anak dan kaum kerabatku terus hendak hidup menurut perjanjian nenek moyang kami. 21.Semoga Tuhan mencegah bahwa kami meninggalkan hukum Taurat serta peraturan-peraturan Tuhan. 22.Titah raja itu tidak dapat kami taati dan kami tidak dapat menyimpang dari ibadah kami baik ke kanan maupun ke kiri!"
2:27 Lalu berteriaklah Matatias dengan suara lantang di kota Modein: "Siapa saja yang rindu memegang hukum Taurat dan berpaut pada perjanjian hendaknya ia mengikuti aku!" 28.Kemudian Matatias serta anak-anaknya melarikan diri ke pegunungan. Segala harta miliknya di kota ditinggalkannya. 29.Kemudian turunlah ke padang gurun banyak orang yang mencari kebenaran dan keadilan. 30.Mereka sendiri serta anak-anak, isteri-isteri dan ternaknya menetap di sana. Sebab mereka dianiaya oleh yang jahat. 31.Dalam pada itu telah diberitakan kepada para petugas raja dan kepada pasukan yang berada di Yerusalem, di Kota Daud, bahwa orang-orang yang mempermudah perintah raja telah turun ke persembunyian di gurun.

b. Pendalaman Teks

1. Sebelum melakukan penafsiran teks kita perlu memperhatikan struktur dan dinamikanya. Kisah awal dari perjuangan keluarga Matatias ini (1 Makabe 2:1-22.27-31) dapat dibagi menjadi tiga bagian besar. Bagian pertama memaparkan adanya keprihatinan atas situasi dan kondisi yang terjadi (ayat 1-12), membangun tekad untuk mengatasi keprihatinan (ayat 14-21), melakukan tindakan yang nyata (ayat 27-31).

2. Keprihatinan atas situasi dan kondisi yang terjadi (ayat 1-12):
Bangsa Israel pada zaman penjajahan raja Antiokhus IV Epifanes mengalami penindasan dan hambatan dalam hidup beragama. Hambatan terhadap kehidupan beragama dimulai dengan pencemaran terhadap kota Yerusalem beserta Bait Suci. Banyak orang terbunuh demi iman di kota Yerusalem. Kota kudus bagi umat Yahudi itu telah dihancurkan dan dijadikan kota kafir yang penuh dengan patung dewa-dewi bangsa Yunani. Yang paling menyedihkan bagi Matatias adalah pencemaran terhadap Bait Suci yang berada di pusat kota Yerusalem dan pada waktu itu menjadi tempat terkudus bagi bangsa Yahudi. Peralatan ibadat di Bait Suci yang terdiri dari emas serta logam berharga telah dijarah. Tempat kudus itu dijadikan kuil dewa-dewi. Kita dapat membayangkan kepedihan hati Matatias dan anak-anaknya yang begitu peduli pada kekudusan Allah dan kesalehan umat beriman. Saat itu, tidak ada lagi tempat mereka beribadat dan bertemu bersama di hadapan Allah. Bangunan yang mereka hormati sebagai tempat kediaman Allah telah menjadi panggung penyembahan berhala. Korban-korban bakaran yang dipersembahkan untuk memuliakan Allah telah digantikan dengan korban bakaran bagi dewa-dewi asing. Dengan hati sedih Matatias meratap: "Lihatlah, apa yang kudus bagi kita, segenap keindahan dan kemuliaan kita sudah dipunahkan serta dicemarkan oleh orang asing. Apa gunanya hidup bagi kita lagi?" (ayat 12-13)

3. Tekad untuk mengatasi keprihatinan (ayat 14-21):
Apa reaksi Matatias dan anak-anaknya terhadap penindasan hidup beragama dan pencemaran simbol-simbol iman itu? Mereka sadar bahwa harga diri mereka sebagai bangsa yang berdaulat dan beriman kepada Allah telah diinjak-injak bangsa asing. Matatias dan anak-anaknya menyobek pakaian mereka dan mengenakan pakaian kabung. Menyobek pakaian adalah tanda dari kesedihan yang mendalam. Mengenakan kain kabung (dari karung) merupakan laku prihatin, tanda pertobatan dan perendahan diri di hadapan Allah untuk memohon pertolongan-Nya. Matatias sebagai orang beriman yakin bahwa apa yang terjadi pada mereka merupakan sebuah peringatan dari Allah karena dosa-dosa yang telah mereka lakukan. Untuk itulah mereka perlu bertobat dan mohon pengampunan Allah. Salah satu tindak lanjut dari pertobatan adalah bertekun dalam iman dan membela iman dengan jiwa raganya. Di hadapan utusan raja yang membujuknya agar menaati perintah raja untuk mengingkari imannya, Matatias berkata: "Semoga Tuhan mencegah bahwa kami meninggalkan hukum Tuhan serta peraturan-peraturan Tuhan" (ayat 21). Dengan gagah berani dia menolak perintah raja dan bersama anak-anaknya bertekad untuk tetap setia pada hukum Tuhan, warisan iman nenek moyangnya. Keluhan dan ratapan saja tidak cukup. Matatias dan anak-anaknya berniat untuk mengatasi keprihatinan bangsanya dengan berbuat sesuatu yang nyata.

4. Tindakan nyata untuk setia pada Taurat dan membela iman pada Tuhan (ayat 27-31):
Matatias kemudian menyerukan gerakan perlawanan terhadap raja dan para pasukannya dengan cara gerilya. Bagi Matatias, perlawanan dengan cara mengangkat senjata merupakan wujud nyata dari kesetiaan mereka pada hukum Taurat dan perjanjian yang telah dilakukan Tuhan dengan nenek moyang mereka. Mengapa Matatias memakai kekerasan untuk melawan kekerasan? Untuk zaman itu, sikap dan tindakan Matatias dapat dipahami karena Antiokhus IV Epifanes bukan hanya menghambat hidup beragama tetapi juga melakukan penjajahan yang kejam. Matatias tahu bahwa di antara kaum sebangsanya ada yang memilih mati sebagai martir demi iman mereka. Namun dia tidak mau mati dengan cara pasif semacam itu. Dia bersedia mati demi iman tetapi lewat perang. Mati demi iman dengan senjata di tangan adalah pilihan hidupnya. Meskipun begitu dia tetap menghargai orang-orang sebangsanya yang bersedia mati tanpa perlawanan fisik. Dalam 1Mak 2:32-39 dikisahkan tentang orang-orang Yahudi yang diserang oleh pasukan raja Antiokhus pada hari Sabat. Mereka tidak melakukan perlawanan sama sekali karena pada hari Sabat orang Yahudi dilarang untuk melakukan pekerjaan. Kira-kira ada seribu orang mati dibunuh tanpa perlawanan karena mereka bertekad untuk setia pada hari Sabat. Sadar bahwa cara itu akan dapat memunahkan pasukannya, Matatias mengambil keputusan untuk tetap melakukan perlawanan jika mereka diserang pada hari Sabat. Mengenai hal ini dapat kita baca 1Mak 2:40-41.

Dengan keputusan itu, Matatias berjuang keras untuk mengusir penjajah dan mengembalikan kejayaan bangsanya sebagai bangsa berdaulat serta beriman pada Tuhan. Mengajak anak-anaknya dan semua orang yang bersedia berjuang dengannya, Matatias melarikan diri ke padang gurun. Di sana ia mulai menyusun kekuatan untuk melawan penjajah bangsanya dengan perang gerilya. Dalam kisah-kisah selanjutnya, perjuangan Matatias yang dilanjutkan oleh anak-anaknya itu, terutama di bawah pimpinan Yudas Makabe, berhasil mengusir penjajah dan mengembalikan kedaulatan serta kekudusan Allah di tengah bangsanya. Di bawah pemerintahan keturunan Matatias (nantinya dikenal sebagai Hasmone) bangsa Yahudi mengalami kemerdekaan selama hampir 100 tahun. Pada tahun 63 sebelum Masehi Pompeius menguasai Palestina, dan bangsa Yahudi kembali jatuh di bawah penjajahan bangsa asing. Kali ini penjajahnya adalah bangsa Romawi, sebuah bangsa yang mulai tumbuh sebagai negara adidaya. Kejayaan penerus Aleksander Agung mulai surut dan peran mereka kini digantikan oleh bangsa Romawi.

5. Dalam perjuangan Matatias dan keluarganya, iman menjadi harta yang tak ternilai harganya. Mereka rela membela harta itu dengan apa yang mereka miliki. Dalam diri Matatias dan keluarganya, kita dapat melihat bagaimana kecintaan akan Allah memang sungguh kuat. Ayat 20 menegaskan hal ini, bahwa Matatias dan keluarganya berjanji untuk hidup sesuai dengan 'perjanjian nenek moyang kami', yaitu taat kepada hukum Taurat serta peraturan-peraturan Tuhan. Demi perjuangan mempertahankan iman dan tradisi bangsanya, keluarga ini bahkan rela untuk pergi meninggalkan segala harta yang mereka miliki. "Semoga Tuhan mencegah bahwa kami meninggalkan hukum Taurat serta peraturan-peraturan Tuhan," demikian doa Matatias.

c. Sharing

1. Hal-hal apa sajakah yang menjadi keprihatinan iman di zaman ini? Hambatan untuk praktek hidup beragama memang kita rasakan. Namun, keprihatinan iman jauh lebih luas dari itu. Konsumerisme (orientasi pada membeli dan memakai apa yang tersedia), materialisme (orientasi pada materi), hedonisme (orientasi pada kenikmatan duniawi), dan sebagainya dapat menjadi ancaman bagi iman. Kita sharingkan bersama, tantangan-tantangan iman apa sajakah yang menjadi keprihatinan kita di zaman ini?

2. Bagaimanakah kita sendiri menghadapi tantangan-tantangan seperti itu?

3. Bagaimana kita bersama-sama bisa menjaga iman kita dari serbuan nilai atau semangat hidup yang merongrong nilai iman dan kasih itu?

4. Marilah kita mencermati kehidupan komunitas lingkungan kita. Apakah selama ini kita sudah menghargai kebersamaan yang kita miliki dalam iman untuk saling mengembangkan, atau malah kita menjadi pribadi yang tidak mau peduli satu dengan yang lain, hanya mementingkan urusan pribadi semata? Apa yang bisa kita buat dengan pengalaman-pengalaman itu bagi perkembangan iman dalam komunitas kita?

5. Apa yang perlu dan harus kita buat bersama, bila komunitas kita juga mengalami permasalahan bersama seperti komunitas Matatias? Bagaimanakah kita bisa mempertahankan iman di tengah himpitan zaman kini? Situasi dan kondisi kita tidak memerlukan perjuangan membela iman dengan cara perang seperti di zaman Makabe. Apakah ada cara lain yang lebih sesuai dengan zaman kita sekarang untuk membela dan mempertahankan iman?


Kesimpulan

1. Matatias dan anak-anaknya serta umat Yahudi di zamannya menghadapi tantangan berat dalam hal iman. Kita juga mempunyai berbagai macam keprihatinan yang menantang keteguhan iman kita. Keprihatinan bisa jadi muncul dari kelemahan pribadi kita, dari keadaan sekitar kita, atau dari orang lain.

2. Apa yang dilakukan oleh Matatias dan kawan-kawannya merupakan salah satu pilihan dari banyak kemungkinan untuk melawan kejahatan raja Antiokhus Epifanes yang telah sewenang-wenang dan bengis melakukan penghambatan pada agama Yahudi. Sesuai dengan situasi dan kondisi waktu itu, perang gerilya merupakan cara yang dianggapnya paling efektif. Raja telah memusuhi bangsanya dengan penindasan. Raja juga telah memusuhi Allah dengan pencemaran terhadap Bait Suci. Kiranya, Matatias merasa bersalah jika tidak berbuat apa-apa, melihat tindakan raja yang sewenang-wenang itu. Perjuangan bersenjata menjadi jalan yang jelas baginya.

3.Bagi kita, mungkin cara yang ditempuh oleh Matatias terlalu keras. Untuk itu, yang perlu kita perhatikan lebih-lebih semangat imannya yang begitu tinggi, sampai rela mengurbankan diri untuk membela bangsa dan agamanya.

4.Kita tidak berharap untuk mengalami kesulitan dalam menjalankan agama sampai harus terjadi pertumpahan darah. Pertentangan atau bahkan permusuhan yang terjadi atas dasar agama sebenarnya telah mengingkari tujuan dari agama itu sendiri. Kisah Makabe bukan mengenai pertntangan antar agama, tetapi mengenai keberanian dalam membela agama. Tanpa harus melalui tindakan ekstrim pertumpahan darah, sebenarnya pada kita pun dituntut keteguhan iman yang sama. Tantangan bagi kita dalam beriman masih ada sampai sekarang. Arus zaman yang tidak sesuai dengan nilai iamn kita (misalnya: konsumerisme, materialisme, hedonisme, ateisme) juga merupakan tantangan yang tidak mudah diatasi.

5. Kita telah membicarakan bersama bagaimana kita juga bisa menjaga iman yang kita cintai bersama. Semoga, segala sesuatu yang kita daptkan menjadi titik awal yang bisa kita kembangkan dalam kehidupan beriman kita.

6. Salah satu kekuatan yang kita miliki adalah komunitas orang-orang beriman itu sendiri. Matatias dan keluarganya menggunakan kekuatan kelompok mereka dengan bahu-membahu memerangi Antiokhus Epifanes. Gereja sendiri adalah komunitas orang yang beriman pada Allah Tritunggal. Secara nyata, kebersamaan tersebut kita temukan dalam Ekaristi dan berbagai pertemuan dengan saudara-saudara seiman.

Diambil dari buku:
BKS 2009 -- KOMISI KITAB SUCI KAS

Pertemuan I Bulan Kitab Suci Keuskupan Agung Jakarta: Perjuangan Hidup Dalam Diriku

Bulan Kitab Suci 2009

Bulan Kitab Suci merupakan kesempatan yang baik untuk menyadari kembali bahwa Kitab Suci merupakan salah satu pedoman iman bagi kita. Kita melihat bahwa dimana-mana umat mulai berani membuka, membaca, menghayati, percaya dan mengamalkan Sabda Tuhan dalam Kitab Suci. Suatu gerakan yang patut kita syukuri

Tema yang kita ambil tahun 2009 ini adalah Berjuang Dalam Hidup Dengan Terang Sabda Tuhan. Dengan tema ini kita diingatkan bahwa hakekat hidup adalah bekerja keras, berusaha dan berjuang. Kita bekerja keras tidak hanya untuk mendapatkan makanan dan kebutuhan jasmani, tetapi juga makanan dan kebutuhan rohani. Kita berusaha tidak hanya demi kesejahteraan orang lain, tetapi juga melaksanakan kehendak Tuhan. Kita berjuang tidak hanya demi keluarga, komunitas, masyarakat, bangsa dan negara, tetapi untuk menyenangkan hati Tuhan

Pertemuan I Perjuangan Hidup Dalam Diriku

Pertemuan II Perjuangan Hidup Dalam Keluarga

Pertemuan III Perjuangan Hidup Dalam Lingkungan Dan Masyarakat

Pertemuan IV Perjuangan Hidup Dalam Berbangsa dan Bernegara


Bulan Kitab Suci – KAJ 2009
Bacaan Kitab Suci : Ayub 7 : 1-10


"Aku dicekam kegelisahan sampai dini hari."


1 Di dalam keprihatinannya Ayub berbicara kepada sahabatnya, “Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan? 2 Seperti kepada seorang budak yang merindukan naungan, seperti kepada orang upahan yang menanti-nantikan upahnya, 3 demikianlah dibagikan kepadaku bulan-bulan yang sia-sia, dan ditentukan kepadaku malam-malam penuh kesusahan. 4 Bila aku pergi tidur, maka pikirku: Bilakah aku akan bangun? Tetapi malam merentang panjang, dan aku dicekam oleh gelisah sampai dinihari. 5 Berenga dan abu menutupi tubuhku, kulitku menjadi keras, lalu pecah. 6 Hari-hariku berlalu lebih cepat dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan. 7 Ingatlah, bahwa hidupku hanya hembusan nafas; mataku tidak akan lagi melihat yang baik. 8 Orang yang memandang aku, tidak akan melihat aku lagi, sementara Engkau memandang aku, aku tidak ada lagi. 9 Sebagaimana awan lenyap dan melayang hilang, demikian juga orang yang turun ke dalam dunia orang mati tidak akan muncul kembali. 10 Ia tidak lagi kembali ke rumahnya, dan tidak dikenal lagi oleh tempat tinggalnya.


Mencermati Kitab Suci :

  • Bagaimana Ayub memandang dirinya sendiri ?
  • Bagaimana ia menggambarkan seluruh hidupnya ?
  • Bagaimana sikap Ayub terhadap Tuhan ? Siapakah Tuhan bagi Ayub ?
  • Kalau kita masuk ke dalam diri Ayub, bagaimana rasanya menghadapi permasalahan hidupnya ?
  • Pesan apa yang dapat anda petik dari kisah Ayub ini?

Butir-butir permenungan :



1. Masalah dan persoalan hidup ini dapat disikapi dengan sikap positif, yaitu sebagai tanda ujian dari Tuhan agar kita sabar dan tabah, menjadi semakin teguh dan dewasa dalam iman. Orang tetap boleh mengungkapkan keluhannya kepada Allah, seperti Ayub

2. Ayub menyadari bahwa hidup di dunia ini sungguh berat. Ia mengungkapkan perjuangan hidupnya seperti seorang budak dan seorang upahan. Ia merasa bahwa perjuangan hidupnya siang dan malam sia-sia (bdk 7 : 1-4)

3. Sebagai orang saleh, Ayub sadar akan keberadaannya, bahwa seluruh yang diperolehnya itu berasal dari Tuhan, termasuk tubuhnya sendiri. Ia mengoyakkan jubahnya, mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan te;anjang juga aku akan kembali kedalamnya, Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, Terpujilah nama Tuhan !” (1 : 20-21)

4. Dalam deritanya Ayub tetap merasakan getaran kasih Allah, walaupun ia sendiri hampir putus asa dengan hidupnya sendiri, “Aku jemu aku tidak mau hidup untuk selama-lamanya. Biarkanlah aku, karena hari-hariku hanya seperti hempusan nafas saja” (7 ; 16)

5. Pengalaman hidup Ayub dapat menjadi contoh dalam perjuangan hidup kita. Kerinduan Ayub akan Tuhan hendaknya menjadi kerinduan kita. Ketabahan Ayub dalam menanggung derita, hendaknya menjadi ketabahan hidup kita. Ayub memberikan contoh hidup sebagai orang beriman yang tetap setia dan patuh pada Tuhan



Membangun niat :

1. Bagaimana cara anda menghadapi permasalahan hidup dan mengatasinya ?
2. Apa niat konkret yang bisa kita laksanakan sebagai langkah nyata untuk melaksanakan Sabda Tuhan ini ?


Perjuangan Hidup dalam Diriku (Ayub 7:1-10)

Tidak jarang orang jujur dan hidupnya baik malah terkena musibah dan menderita. Mengapa ini terjadi? Katanya Allah adil, menghukum yang jahat dan mengganjar yang baik? Kita diajak belajar dari Ayub, seorang yang saleh, yang tertimpa musibah besar, yaitu: anak-anaknya mati, hartanya diambil dan dia kena penyakit. Dalam kesesakan Ayub tetap berseru kepada Tuhan, karena percaya bahwa Tuhan tidak meninggalkan dia.

Tujuan

Bersama menyadari bahwa setiap masalah hidup ada jalan keluar di dalam Tuhan, Mengajak untuk saling meneguhkan lewat sharing pengalaman iman, Mendorong umat untuk membuat niat konkret.

Penjelasan teks: Ayub 7:1-10

Dari kisah hidup Ayub kita dapat meneladan hidupnya dalam mengatasi perjuangan hidup kita masing - masing karena ada beberapa hal yang menjadi dasar: Ayub hidup saleh, jujur, takut akan Allah Ayub menyadari bahwa seluruh yang dipunyainya itu berasal dari Tuhan Ayub mempunyai iman yang begitu dalam. Satu hal yang menjadi keyakinan pada masyarakat Israel kuno adalah hukum Retribusi yang mengatakan, orang baik dapat pahala, orang jahat dapat hukuman.Kalau ada orang yang menderita, pasti dia jahat. Kalau ada orang yang sakit, pasti dia berdosa. Ini adalah kesadaran di Israel kuno sampai adanya kitab Ayub yang menolak hukum Retribusi, karena ada orang baik yang menderita. Yang diberikan dari kitab Ayub bukan jawaban atas pertanyaan "Mengapa orang menderita?" tetapi jawaban bagaimana untuk tetap bertahan setia dalam penderitaan. Sebagai orang saleh, Ayub sadar akan keberadaannya, bahwa seluruh yang diperolehnya itu berasal dari Tuhan, termasuk tubuhnya sendiri. la mengoyakkan jubahnya, mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya " Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali kedalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, Terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:20-21)

Melihat kondisi dan penderitaan Ayub, berkatalah isterinya " Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah AllahMu dan matilah! " Apa jawab Ayub? " Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? ( Ayub 2:9-10)

Menyimak perkataan Ayub ini, kita dapat merasakan getaran iman yang begitu dalam dari Ayub, walaupun ia ditimpa penderitaan yang begitu dashyat. Dalam derita, Ayub justru merasakan getaran kasih Allah, walaupun ia sendiri hampir putus asa dengan hidupnya sendiri, " Aku jemu aku tidak mau hidup untuk selama-lamanya. Biarkanlah aku, karena hari-hariku hanya seperti hembusan nafas saja." (Ayub 17:16) Ayub menyadari bahwa hidup di dunia itu sungguh berat. Maka ia berkata," Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan? Seperti seorang budak yang merindukan naungan, seperti kepada orang upahan yang menanti-nanti upahnya, demikianlah dibagikan kepadaku bulan-bulan yang sia-sia, dan ditentukan kepadaku malam-malam penuh kesusahan. Bila aku pergi tidur, maka pikirku bilakah aku akan bangun? Tetapi malam merentang panjang dan aku dicekam oleh gelisah hingga dini hari". (Ayub 7:1-4)

Kitab Ayub menggambarkan proses iman kita masing -masing. Keluhan Ayub adalah suatu cara ia berbicara dengan Allah dan kiranya Allah mendengarkan. Ayub menyerahkan diri kepada suatu misteri Allah, justru itulah yang kemudian membebaskan. Hanya dengan berserah kepada misteri Allah, manusia menjadi bebas. Penderitaannya tetap sama, tetapi sikap hati sudah berubah. Fokus bukan pada penderitaanya, tetapi kepada Allah dan itu membebaskan.


Komisi Kerasulan Kitab Suci – Keuskupan Agung Jakarta

Pertemuan II Bulan Kitab Suci: Keuskupan Agung Semarang: Heroisme iman: Taat setia kepada Allah, tegas menolak ilah-ilah

Pertemuan II

HEROISME IMAN: TAAT SETIA KEPADA ALLAH, TEGAS MENOLAK ILAH-ILAH

(2Makabe 7:1-42)


Tujuan Pertemuan

1. Umat semakin menyadari pentingnya kemartiran atau kesaksian melalui pengorbanan diri (martyria: memberi kesaksian) untuk membela iman berhadapan dengan tantangan-tantangan zaman seperti hedonisme, materialisme, konsumerisme dan sekularisme.
2. Umat semakin menyadari bahwa kemartiran ini membutuhkan suatu keberanian seperti keberanian ibu dan ketujuh anaknya 1 Yang dimaksud dengan ilah-ilah adalah dewa-dewi yang disembah oleh orang-orang yang tak ber-Tuhan. untuk mempertahankan ketaatan pada iman dan agama sampai pada kematian.
3. Umat semakin menyadari bahwa kesetiaan pada iman dan agama sampai mati digerakkan oleh keyakinan akan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal di mana semua orang dikumpulkan kembali dalam kebahagiaan.
Doa

P. Marilah berdoa
Allah Bapa yang penuh kasih, sumber iman, harapan dan kasih kami. Engkau telah menghadirkan Yesus Kristus ke dunia ini untuk menunjukkan cara membangun iman kepada-Mu. Bantulah kami agar dapat menyelami misteri kasih-Mu itu dengan mendengarkan sabda-sabda-Mu serta merenungkannya. Semoga kami semakin hari semakin mampu untuk membangun semangat iman yang teguh dan kuat, dalam terang keyakinan akan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Demi Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan dan Pengantara kami, yang hidup bersama Dikau dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa.
U Amin.


Pengantar

Membela iman di zaman ini, rasa-rasanya menjadi suatu hal yang tidak mudah dilakukan, bukan karena sulit tetapi karena kurangnya militansi iman di dalam diri umat beriman. Tantangan zaman menyebabkan orang melihat iman pun dari sisi untung rugi: untuk apa aku membela imanku mati-matian kalau ternyata tidak menguntungkan hidupku di dunia ini? Apa untungnya aku mempertahankan imanku?

Dalam pertemuan pertama minggu lalu, kita disadarkan bahwa membela iman adalah suatu keutamaan yang harus dikembangkan di dalam hati setiap umat beriman, teristimewa dikembangkan dalam kebersamaan sebagai Gereja. Tentu saja, kita tidak harus sampai mengadakan perang suci seperti Matatias, yang mempertaruhkan nyawa mempertahankan kesucian Bait Allah. Akan tetapi, semangat seperti Matatias tersebut perlu dibangun di dalam setiap diri umat beriman.

Pada pertemuan kedua ini, kita akan diajak untuk merenungkan militansi iman dari sisi yang berbeda. Kisah tentang ibu dan ketujuh anaknya mengajak kita untuk merenungkan keberanian dalam menghadapi siksaan, penderitaan dan bahkan hukuman mati demi iman. Dari kisah ini, kita dapat merenungkan dan menimba kekuatan iman bahwa keyakinan akan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal, menggerakkan orang untuk teguh dan berani menghadapi penderitaan bahkan kematian demi iman.

Pembacaan Teks Kitab Suci: 2 Makabe 7:1-42

1.Terjadi pula yang berikut ini: Tujuh orang bersaudara serta ibu mereka ditangkap. Lalu dengan siksaan cambuk dan rotan mau dipaksa oleh sang raja untuk makan daging babi yang haram. 2.Maka seorang dari antara mereka, yakni yang menjadi juru bicara, berkata begini: "Apakah yang hendak baginda tanyakan kepada kami dan apakah yang hendak baginda ketahui? Kami lebih bersedia mati daripada melanggar hukum nenek moyang." 3.Maka geramlah sang raja, lalu diperintahkannya untuk memanaskan kuali dan kancah. 4.Segera setelah semuanya menjadi panas diperintahkanlah oleh sang raja, agar lidah juru bicara itu dipotong, kepalanya dikuliti dan tangan serta kakinya dikerat dengan disaksikan oleh saudara-saudara lain itu serta ibu mereka. 5.Setelah orang itu dipuntungkan seluruhnya, maka sang raja menyuruh untuk membawa orang yang masih bernafas itu ke api dan menggorengnya di dalam kuali. Sementara uap dari kuali itu merata luas, maka saudara-saudara lain serta ibu mereka mengajak untuk mati secara perwira. 6.Kata mereka: "Tuhan Allah melihat ini. Ia sungguh-sungguh menghibur kita, sebagaimana dahulu dinyatakan oleh Musa dalam lagu bantahan yang memberikan kesaksian ini: Ia akan menghibur hamba-hamba-Nya." 7.Setelah yang pertama berpulang secara demikian lalu yang kedua dibawa untuk disiksa. Setelah kulit kepalanya serta rambutnya dikupas oleh mereka, maka bertanyalah mereka kepadanya: "Maukah engkau makan sebelum badanmu disiksa anggota demi anggota?" 8.Jawabnya dalam bahasanya sendiri: "Tidak!" Dari sebab itu maka pada gilirannya ia pun disiksa juga sama seperti yang pertama. 9.Ketika sudah hampir putus nyawanya berkatalah ia: "Memang benar kau, bangsat, dapat menghapus kami dari hidup di dunia ini, tetapi Raja alam semesta akan membangkitkan kami untuk kehidupan kekal, oleh karena kami mati demi hukum-hukum-Nya." 10.Sesudah itu maka yang ketiga disengsarakan. Ketika diminta segera dikeluarkannya lidahnya dan dengan berani dikedangkannya tangannya juga. 11.Dengan berani berkatalah ia: "Dari sorga aku telah menerima anggota-anggota ini dan demi hukum-hukum Tuhan kupandang semuanya itu bukan apa-apa. Tetapi aku berharap akan mendapat kembali semuanya dari pada-Nya!" 12.Sampai-sampai sang raja sendiri serta pengiringnya pun tercengang-cengang atas semangat pemuda itu yang memandang kesengsaraan itu bukan apa-apa. 13.Sesudah yang ketiga berpulang, maka yang keempat disiksa dan dipuntungkan secara demikian pula. 14.Ketika sudah dekat pada akhir hidupnya berkatalah ia: "Sungguh baiklah berpulang oleh tangan manusia dengan harapan yang dianugerahkan Allah sendiri, bahwa kami akan dibangkitkan kembali oleh-Nya. Sedangkan bagi baginda tidak ada kebangkitan untuk kehidupan." 15.Sesudah itu segera yang kelima dibawa ke situ dan disengsarakan. 16.Sambil menatap sang raja berkatalah ia: "Meskipun baginda fana juga, namun baginda mempunyai wewenang atas manusia untuk berbuat sesuka hati baginda, tetapi baginda jangan menyangka Allah telah meninggalkan bangsa kami. 17.Baiklah baginda dengan sabar menunggu saja, niscaya baginda akan menyaksikan kebesaran kekuasaan Tuhan. Baginda akan mengalami bagaimana baginda sendiri serta keturunan baginda akan disengsarakan oleh Tuhan!" 18.Sesudah dia maka dibawalah yang keenam ke situ. Ketika sudah hampir menemui ajalnya berkatalah ia: "Jangan berpikir salah oleh karena kami menderita sengsara ini oleh sebab diri kami sendiri, oleh karena kami telah berdosa kepada Allah kami. Itulah sebabnya maka hal-hal yang mengherankan telah menimpa diri kami. 19.Tetapi baginda jangan menyangka bahwa baginda akan terluput dari hukuman. Sebab baginda sudah memerangi Allah." 20.Tetapi terutama ibu itu sungguh mengagumkan secara luar biasa. Ia layak dikenang-kenangkan baik-baik. Ia mesti menyaksikan ketujuh anaknya mati dalam tempo satu hari saja. Namun demikian, itu ditanggungnya dengan besar hati oleh sebab harapannya kepada Tuhan. 21.Dengan rasa hati yang luhur. Dengan semangat jantan dikuatkannya tabiat kewanitaannya lalu berkatalah ia kepada anak-anaknya: 22."Aku tidak tahu bagaimana kamu muncul dalam kandunganku. Bukan akulah yang memberi kepadamu nafas dan hidup atau menyusun bagian-bagian pada badanmu masing-masing! 23.Melainkan Pencipta alam semesta yang membentuk kelahiran manusia dan merencanakan kejadian segala sesuatunya. Dengan belas kasihan-Nya Tuhan akan memberikan kembali roh dan hidup kepada kami, justru oleh karena kamu kini memandang dirimu bukan apa-apa demi hukum-hukum-Nya." 24.Adapun raja Antiokhus mengira bahwa ibu itu menghina dia dan ia menganggap bicaranya suatu penistaan. Anak bungsu yang masih hidup itu tidak hanya dibujuk dengan kata-kata, tetapi sang raja juga menjanjikan dengan angkat sumpah bahwa anak bungsu itu akan dijadikannya kaya dan bahagia, asal saja ia mau meninggalkan adat istiadat nenek moyangnya. Bahkan ia akan dijadikannya sahabat raja dan kepadanya akan dipercayakan pelbagai jabatan Negara. 25.Oleh karena pemuda itu tidak menghiraukannya sama sekali, maka sang raja memanggil ibunya dan mendesak, supaya ia menasehati anaknya demi keselamatan hidupnya. 26.Sesudah ia lama mendesak barulah ibu itu menyanggupi untuk meyakinkan anaknya. 27.Kemudian ia membungkuk kepada anaknya lalu dengan mencemoohkan penguasa yang bengis itu berkatalah ia dalam bahasanya sendiri: "Anakku, kasihanilah aku yang sembilan bulan lamanya mengandungmu dan tiga tahun lamanya menyusuimu. Aku pun sudah mengasuhmu dan membesarkanmu hingga umur sekarang ini dan terus-menerus memeliharamu. 28.Aku mendesak, ya anakku, tengadahlah ke langit dan ke bumi dan kepada segala sesuatunya yang kelihatan dan di dalamnya. Ketahuilah bahwa Allah tidak menjadikan kesemuanya itu dari barang yang sudah ada. Demikian pun bangsa manusia dijadikan juga. 29.Jangan takut kepada algojo itu. Sebaliknya, hendaklah menyatakan diri sepantas kakak-kakakmu di masa belas kasihan kelak." 30.Ibu itu belum lagi mengakhiri ucapannya itu, maka berkatalah pemuda itu: "Kami menunggu siapa? Aku tidak mentaati penetapan raja. Sebaliknya aku taat pada segala ketetapan Taurat yang sudah diberikan oleh Musa kepada nenek moyang kami. 31.Niscaya baginda yang menjadi asal usul segala malapetaka yang menimpa orang-orang Ibrani tidak akan terluput dari tangan Allah. 32.Memanglah kami ini menderita oleh sebab dosa-dosa kami sendiri. 33.Kalau pun Tuhan yang hidup itu murka sebentar kepada kami untuk menegur dan memperbaiki kami, namun Ia pasti akan berdamai lagi dengan hamba-Nya. 34.Tetapi baginda, orang yang paling fasik dan paling keji di antara sekalian manusia, janganlah meninggikan diri dengan sia-sia dan tertipu oleh harapan yang tak pasti, meskipun baginda sekarang dapat menjatuhkan tangan baginda kepada abdi-abdi Sorga. 35.Sebab baginda belum juga terluput dari pengadilan Yang Mahakuasa dan Allah Pengawas. 36.Adapun saudara-saudara kami mendapat minuman kehidupan kekal karena perjanjian Allah, setelah mereka menderita sengsara sementara. Sedangkan baginda akan mendapat hukuman yang adil atas kecongkakan baginda oleh karena pengadilan Allah. 37.Sama seperti kakak-kakakku aku pun hendak menyerahkan jiwa ragaku juga demi hukum-hukum nenek moyang. Dan aku berseru kepada Allah, semoga Ia segera kembali mengasihani bangsa kami, dan semoga dengan pencobaan dan deraan baginda dibawa-Nya untuk mengakui, bahwa Dialah Allah yang esa. 38.Semoga kemurkaan Yang Mahakuasa yang secara adil berkecamuk atas seluruh bangsa kami itu berhenti dengan diriku dan dengan diri kakak-kakakku." 39.Dengan meluap-luaplah kemurkaannya sang raja menyuruh untuk memperlakukan anak bungsu itu dengan lebih bengis daripada yang lain-lain. Sebab ia sakit hati karena cemooh itu. 40.Demikianlah anak muda itu berpulang dengan tak bercela, hanya dengan penuh kepercayaan pada Tuhan. 41.Ibu itu mati paling akhir sesudah anak-anaknya. 42.Dengan ini kisah tentang perjamuan-perjamuan korban dan aniaya yang melampaui batas itu mudah-mudahan telah cukup diterangkan.

Pendalaman Teks

1. Kisah ibu dan tujuh anaknya yang mati sebagai martir untuk membela keyakinan iman ini merupakan kisah yang paling mengharukan dari kedua kitab Makabe. Raja Antiokhus IV Epifanes menjajah bangsa Yahudi dengan penuh kekerasan. Kekerasan juga diperlakukan dalam bidang agama. Bangsa Yahudi dipaksa untuk menyembah dewa-dewa Yunani dan dipaksa melanggar perintah Taurat. Pada suatu kali dihadapkan kepadanya seorang ibu dengan tujuh anak laki-lakinya. Raja Antiokhus memaksa mereka melanggar Taurat. Mereka diperintah untuk memakan daging babi, yang bagi orang Yahudi termasuk daging haram. Jika mereka tidak mau menaati perintah raja, mereka akan dihukum mati dengan siksaan yang amat mengerikan. Algojo sudah siap untuk memotong-motong tubuh mereka dan memasukkannya ke dalam kuali penggorengan. Hukuman yang amat biadab itu dipakai sebagai ancaman, namun ibu dan ketujuh anak itu tetap teguh pada Hukum Taurat. Mereka lebih memilih mati dengan cara yang amat mengerikan itu daripada melanggar hukum Tuhan yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Anak yang pertama menanggapi perintah raja dengan penuh ketegasan dan keberanian. Mereka lebih baik mati daripada melanggar hukum nenek moyang. Anak pertama yang menjadi juru bicara bagi saudara-saudaranya itu dihukum mati dengan cara mengerikan, disaksikan oleh ibu dan saudara-saudaranya. Ibu dan saudara-saudaranya tidak menjadi takut dan kehilangan iman kepercayaan. Sebaliknya, mereka justru berniat untuk mati secara perwira demi mempertahankan iman. Satu per satu anak-anak itu dibunuh dengan kejam dan mengerikan. Tinggallah anak bungsu dengan ibunya. Raja berpikir, anak bungsu dan ibunya akan ketakutan lalu memilih menaati perintah raja. Namun, ternyata raja salah sangka. Dengan diberi peneguhan oleh ibunya, si bungsu tetap menolak perintah raja dan memilih mati demi iman, menyusul kakak-kakaknya. Akhirnya, si bungsu itu pun dihukum mati, lalu menyusul ibunya. Apa yang didambakan ibunya kiranya terjadi. Mereka semua akan dikumpulkan lagi di dalam kehidupan kekal.

2. Kisah kematian ini ditulis dengan amat bagus dan mengharukan. Setiap tokoh memberikan argumen mendasar tentang kematian sebagai martir. Jumlah tujuh dalam tradisi Yahudi melambangkan kesempurnaan, karena itu keluarga tersebut dapat dipandang sebagai keluarga yang memberikan teladan hidup beriman yang sempurna.

3. Cerita ini dimaksudkan sebagai kisah teladan bahwa ketaatan kepada hukum Allah lebih utama daripada hidup itu sendiri. Ketaatan akan Allah dan perintah-Nya membuat para tokoh iman ini berani mengorbankan nyawa mereka. Segala bujuk rayu seperti kekayaan dan kebahagiaan duniawi serta pelbagai jabatan (2Mak 7:25) tidaklah mempan untuk menggoyahkan orang yang sungguh memiliki ketaatan iman yang sempurna.

4. Masing-masing dari ketujuh anak itu mengajukan alasan mengapa rela mati:
a. Lebih baik mati daripada melanggar hukum (2Mak 7:2)
b. Raja dapat membunuh mereka, tetapi Allah akan membangkitkan mereka dari mati (2Mak 7:9)
c. Raja dapat menganiaya mereka, tetapi Allah akan memulihkan luka-luka tubuh mereka (2Mak 7:11)
d.Hidup mereka akan dibangun kembali, sedangkan hidup raja tidak (2Mak 7:14)
e. Allah tidak akan meninggalkan umat-Nya yang setia, tetapi akan menyiksa raja dan bangsanya (2Mak 7:16-17)
f. Mereka bersedia menderita sebagai silih karena berdosa sebagai bangsa (2Mak 7:18-19)
g. Kematian seorang yang dengan tegar membela imannya, membawa keselamatan bagi seluruh bangsanya (2Mak 7:37-38)

5. Peranan seorang ibu dalam kisah ini juga tampak nyata, bahkan penting dalam memberikan semangat serta menyiapkan anak-anaknya untuk berani menyambut kematian mereka. Ibu mendorong anak-anaknya untuk tetap setia dengan mengingatkan mereka akan kekuasaan Allah untuk mencipta dan memulihkan kehidupan (2Mak 7:22-23.27-29)

6. Sebagai seorang ibu, ia menyadari bahwa hidup manusia merupakan suatu anugerah yang diberikan Tuhan, yang diberikan sejak dalam kandungan, meskipun hidup itu sendiri perlu diperjuangkan. Akan tetapi, berhadapan dengan ancaman yang menjauhkannya dari hukum Allah, hidup itu harus dikorbankan demi kesetiaan dan ketaatan kepada-Nya agar kebangkitan badan dan kehidupan kekal diterimanya kembali.

7. Mati sebagai martir mengubah hidup dan membuahkan kehidupan karena kesetiaan kepada Allah dan berkebalikan dengan raja yang melawan Allah akhirnya mengalami kekalahan dan kematian.

Sharing

Beberapa pertanyaan yang bisa membantu, misalnya:

1. Apakah pokok masalah yang dihadapi oleh ibu dan ketujuh pemuda yang ada dalam kisah tersebut? Bagaimana ibu dan ketujuh anaknya itu menanggapi permasalahan tersebut? Mengapa ibu dan ketujuh anaknya tersebut berani untuk mati?
2. Siapakah 'raja Antiokhos" untuk zaman sekarang ini?
3. Makan daging babi pada waktu itu diharamkan, dianggap melanggar perintah hukum Taurat. Pelanggaran macam apakah yang menjadi godaan bagi kita di zaman sekarang?
4. Bagaimana cara kita membangun kesetiaan dan keberanian sebagai saksi iman di zaman ini?
5. Bagaimana peranan atau cara konkrit Anda dalam membimbing dan meneguhkan iman anak?

Peneguhan

1. Keluarga merupakan basis utama hidup beriman setiap anggotanya. Mendidik setiap anggota agar memiliki iman yang kuat di zaman ini merupakan tanggung jawab orang tua pertama-tama seperti yang dilakukan oleh ibu dalam kisah Makabe tersebut kepada ketujuh anaknya.
2. Keberanian membela ketaatan kepada Allah dan perintah-Nya membutuhkan semangat kemartiran (kesaksian iman yang ditandai dengan pengorbanan diri) dalam hidup kita: Kemartiran dalam hal meninggalkan egoisme, kemartiran dalam melayani tanpa pamrih, kemartiran untuk mengembangkan cinta kepada Allah dan sesama.
3. Semangat kemartiran ini didasari pada harapan akan kebangkitan dan kehidupan kekal yang disediakan Allah dalam Yesus Kristus. Kita berjuang untuk setia kepada Allah di dunia ini supaya kita memperoleh (pantas menyambut) ganjaran surgawi yang disediakan-Nya bagi kita.


Sumber: BKS 2009 -- KOMISI KITAB SUCI KAS

Selasa, 08 September 2009 :: Pesta Kelahiran St Perawan Maria

Selasa, 08 September 2009
Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria

Semua anakmu akan menjadi murid Tuhan, dan besarlah kesejahteraan mereka -- Yes 54:13


Doa Renungan Pagi

Allah yang penuh kasih, puji syukur kami haturkan ke hadirat-Mu atas anugerah yang telah kami terima pada permulaan hari ini. Kami mohon rahmat-Mu supaya kami dapat mengawali, mengerjakan, dan mengakhiri semua kegiatan dan karya kami dalam nama-Mu sehingga nama-Mu semakin dimuliakan di seluruh muka bumi. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Melalui nubuat Mikha, Tuhan hendak menyatakan rencana keselamatan yang akan dilaksanakan-Nya. Ia mau memakai siapa saja yang dikehendaki-Nya. Daerah asal yang kecil dan kurang dikenal tidak menjadi pertimbangan Allah. Ia pun berkenan memulai harapan damai dan pembaruan melalui seorang perempuan. Semuanya itu akhirnya terlaksana dalam diri St. Perawan Maria.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Nubuat Mikha (5:1-4a)

"Tibalah saatnya perempuan yang mengandung itu melahirkan."

Beginilah firman Tuhan: "Hai Betlehem di wilayah Efrata, hai engkau yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, yang sudah ada sejak dahulu kala. Ia akan membiarkan mereka sampai saatnya perempuan yang mengandung itu telah melahirkan; lalu saudara-saudaranya yang masih ada akan kembali kepada orang Israel. Maka ia akan bertindak, dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan Tuhan, dalam kemegahan nama Tuhan Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi, dan dia menjadi damai sejahtera.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Atau

Allah mendatangkan keselamatan bagi semua orang. Ia menghendaki semuanya itu sejak semula, pada waktu Ia menciptakan manusia. Kelahiran St. Perawan Maria menjadi perluasan jalan utama terlaksananya kebenaran janji itu.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (8:28-30)

Saudara-saudara, kita tahu, bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Anak-Nya itu menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya itu, juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, juga dimuliakan-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Aku bersukacita dalam Tuhan.
Ayat.
(Mzm 13:6ab,6cd)
1. Ya Tuhan, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorai karena penyelamatan-Mu.
2. Aku mau menyanyi untuk Tuhan, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Berbahagialah engkau, hai Perawan Maria, dan sangat terpuji. Sebab dari padamu telah terbit Sang Surya Keadilan, yakni Kristus, Allah kita.

Janji keselamatan terjadi dalam sebuah proses. Salah satu alurnya nampak dalam silsilah dari keturunan manusia dengan beragam peristiwa. Orang ternama dan biasa, laki-laki dan perempuan, dari kalangan Yahudi atau bukan, semua punya tempat masing-masing dalam proses itu. Karenanya kita pun diajak untuk menghargai dan berani mengambil bagian terbaik dalam proses keselamatan bagi dunia kita sekarang ini.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius [1:1-16.18-23 (1:18-23)]

"Anak yang ada di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus."

Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya. Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dan Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram. Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai. Isai memperanakkan Raja Daud, Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria. Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa. Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia. Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia. Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel. Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor. Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim. Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan. Matan memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. (Kelahiran Yesus adalah sebagai berikut: Pada waktu Maria, ibu Yesus, bertunangan dengan Yusuf, ternyata Maria mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf, suaminya, seorang yang tulus hati, dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika Yusuf mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Maria akan melahirkan anak laki-laki, dan engkau akan menamai Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah firman Tuhan yang dinyatakan oleh nabi, "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamai Dia Immanuel" yang berarti: Allah menyertai kita.)
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Renungan

Maria telah ditentukan dari semula untuk menjadi Bunda Yesus. Segala-galanya diatur oleh Allah demi keberhasilan rencana Allah. Berkat dia, rencana Allah dapat terjadi di muka bumi ini. Apakah aku sudah mendukung rencana Allah sebagaimana Maria?

Doa Renungan Malam

Allah yang penuh kasih, kembali kami bersyukur atas cinta-Mu yang kami alami sepanjang hari yang telah berlalu. Pada akhir hari ini kami ingin mempersembahkan segala usaha dan karya kami sebagai persembahan hidup kami. Sempurnakan apa yang masih kurang dan ampunilah segala dosa dan pelanggaran kami, sehingga kami dapat beristirahat dalam damai-Mu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.


RUAH

Senin, 07 September 2009 :: Hari Biasa Pekan XXIII

Senin, 07 September 2009
Hari Biasa Pekan XXIII


Doa Renungan

Yesus Guru Kebijaksanaan, Engkau mengetahui apa yang menjadi kebutuhan setiap manusia. Engkau selalu berkenan memenuhi apa yang menjadi kerinduan kami, meskipun untuk itu Engkau dibenci dan dimusuhi oleh kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat. Anugerahkanlah kepada kami kehendak yang kuat untuk memperjuangkan apa yang benar, meskipun untuk itu kami harus menanggung banyak penderitaan. Sebab Dikaulah Tuhan dan junjungan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Kolose (1:24-2:3)

"Aku telah menjadi pelayan jemaat, untuk menyampaikan rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad."

24 Saudara-saudara, sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat. 25 Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu, 26 yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya. 27 Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan! 28 Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. 29 Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku. 1 Karena aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semuanya, yang belum mengenal aku pribadi, 2 supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus, 3 sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhanlah keselamatan dan kemuliaanku.
Ayat.
(Mzm 62:6-7.9)
1. Hanya pada Allah saja aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batu dan keselamatanku; hanya Dialah kota bentengku, aku tidak akan goyah.
2. Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan. Aku mengenal mereka, dan mereka mengenal Aku.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:6-11)

"Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat."

6 Pada suatu hari Sabat, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. 7 Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia. 8 Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: "Bangunlah dan berdirilah di tengah!" Maka bangunlah orang itu dan berdiri. 9 Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?" 10 Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya. 11 Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

“Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat”

(Kol 1:24-2:3; Luk 6:6-11)

Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Hari Sabat adalah hari khusus yang dipersembahkan kepada Tuhan, dan dalam peraturan hari Sabat antara lain orang tidak boleh bekerja dan diharapkan berisirahat menikmati kebersamaan dengan Tuhan dan saudara-saudari sekeluarga atau dekat. Dengan kata lain pada hari Sabat orang diharapkan senantiasa berbuat baik, hidup dan bertindak berdasarkan kaidah moral yang benar. Cukup menarik apa yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi: mereka berpikiran jahat terhadap orang lain dan berusaha untuk melihat kesalahan atau kekurangan orang lain, yaitu Yesus. Menanggapi pikiran jahat mereka Yesus menyembuhkan orang sakit sambil berkata: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?”.Jawaban yang benar adalah ‘berbuat baik dan menyelamatkan nyawa orang’., maka marilah kita senantiasa berusaha berbuat baik dan menyelamatkan nyawa orang tidak hanya pada hari Sabat/Minggu saja, tetapi setiap hari atau setiap saat dimanapun dan kapanpun. Maka ketika melihat siapapun yang sungguh membutuhkan bantuan marilah segera kita bantu sesuai dengan kebutuhannya dan kemampuan kita. Berbuat baik tidak perlu izin atau minta rekomendasi dari orang lain; sebaliknya kepada para pemimpin atau atasan kami harapkan untuk berterima kasih dan bersyukur ketika bawahan atau anggotanya berbuat baik, meskipun apa yang mereka lakukan nampaknya tidak sesuai dengan aturan atau tatanan hidup. Aturan atau tatanan berada pada ranah norma hukum, sedangkan baik berada ranah norma moral; norma moral berada di atas atau mengatasi norma hukum. Demikian juga nyawa lebih penting dan utama daripada tubuh atau aturan dan tatanan hidup.

·“Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat” (Kol 1:24) , demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Kolose, kepada kita semua orang yang beriman kepada Yesus Kristus. Bersukacita dalam penderitaan pelayanan kepada orang lain atau sesama, itulah panggilan dan tugas pengutusan kita semua. Apa yang dikatakan Paulus ini kiranya senada dengan seorang ibu yang bersedia menderita dalam melahirkan anaknya, dan itu dilakukan atau dihayati dalam dan oleh cintakasih. Penderitaan yang lahir dari cintakasih memang merupakan jalan keselamatan atau kebahagiaan sejati. Yesus Kristus telah menderita sengsara dan wafat di kayu salib demi keselamatan seluruh umat manusia, seluruh dunia, dan kita dipanggil untuk meneladan Dia. Menderita karena cintakasih dan kebahagiaan sejati bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan tetapi tak dapat dipisahkan. Untuk membahagiakan orang lain kita harus siap sedia dan rela berkorban maupun menderita karena harus berjuang, dan dalam penderitaan itulah terjadi kebahagiaan sejati. Sebagai contoh kiranya anda dapat mengenangkan sejenak ketika anda masih dalam/sedang dalam masa pacaran atau tunangan. Bukankah selama dalam masa pacaran atau tunangan anda siap sedia untuk menderita dan berkorban bagi yang lain, pacarnya atau tunangannya, dan dengan demikian anda merasa puas, nikmat dan bahagia. Marilah kita sikapi saudara-saudari atau sesama kita bagaikan ‘pacar atau tunangan’ kita, sehingga kita siap sedia dan rela untuk berkorban dan menderita bagi kebahagiaan dan keselamatan sesama kita. Dalam saling menderita dan berkorban juga terjadi saling melengkapi dan menyempurnakan.



“Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku.Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah.Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita” (Mzm 62:6-7.9).



Jakarta, 7 September 2009


Ignatius Sumarya, SJ

Minggu, 06 September 2009 :: Hari Minggu Biasa XXIII Hari Minggu Kitab Suci

Minggu, 06 September 2009
Hari Minggu Biasa XXIII
Hari Minggu Kitab Suci

"Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata" (Mrk 7:37)


Doa Renungan

Allah Bapa kami yang mahakuasa dan kekal, dalam Kitab Suci, kami dapat merenungkan pelbagai kisah saudaa yang menemukan imannya, dan yang bersemangat menanggapi tugas perutusan-Mu. Semoga sabda-Mu mempertajam kami untuk melihat, mengalami, dan mensyukuri campur tangan ilahi-Mu dalam setiap langkah hidup kami, sehingga kamipun dapat menjalankan tugas perutusan-Mu dengan setia. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami, yang hidup berkuasa, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Nabi Yesaya (35:4-7a)


"Telinga orang tuli akan dibuka, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai."

4 Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" 5 Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. 6 Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; 7a tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air;
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan PS 832
Ref. Betapa megah nama-Mu Tuhan, di seluruh bumi.
Ayat.
(Mzm 146:7.8-9a.9bc-10)
1. Tuhan menegakkan keadilan, bagi orang yang diperas; dan memberi roti kepada orang-orang yang lapar; Tuhan ,membebaskan orang-orang yang terkurung.
2. Tuhan membuka mata orang buta, dan menegakkan orang yang tertunduk, Tuhan mengasihi orang-orang benar, dan menjaga orang-orang asing.
3. Anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. Tuhan itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun!

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:1-5)

"Bukankan Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi ahli waris kerajaan."

1 Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. 2 Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, 3 dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!" atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!", 4 bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat? 5 Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil PS. 953
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat:
Yesus memberitakan Injil Kerajaan Allah, serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:31-37)

"Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berbicara."

31 Sekali peristiwa, Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. 32 Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. 33 Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. 34 Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah! 35 Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. 36 Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. 37 Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Doa Renungan
Allah Bapa kami yang maha pengasih dan penyayang, hanya mereka yang tidak mau melihat, benar-benar buta. Hanya mereka yang tidak mau mendengar, yang sungguh-sungguh tuli. Kami mohon kepada-Mu, bukalah mata dan telinga kami terhadap segala kebaikan dan rahmat-Mu yang Kausampaikan melalui sesama di sekitar kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.


EFATA! - TERBUKALAH!


Rekan-rekan yang budiman!

Kali ini Injil Markus menampilkan kisah unik: penyembuhan orang tuli. Hanya dalam Injil Markus sajalah peristiwa ini disampaikan. Dalam petikan Mrk 7:31-37 (hari Minggu Biasa XXIII tahun B) ada beberapa hal menarik yang kurang begitu saya pahami. Karena tak ada cukup waktu untuk membalik-balik komentar Injil, saya bujuk Mark menulis. Ia biasanya pendiam dan tak banyak kata, tapi kali ini ia rada suka cerita dan ia tidak keberatan suratnya saya teruskan kepada kalian.

Teiring salam,
A. Gianto.

Gus yang baik!

Memang benar Yesus banyak melakukan penyembuhan, tetapi memang baru di sinilah kusampaikan peristiwa penyembuhan orang tuli. Dan hanya akulah yang menyampaikan kisah penyembuhan dari ketulian. Memang Matt menyebut mengenai penyembuhan pelbagai orang sakit, termasuk orang bisu (Mat 15:29-31 tidak eksplisit disebut tuli, tapi orang bisu biasanya karena tuli). Oleh karena itu, para ahli zaman modern biasa menduga aku hanya membuat-buat kisah itu. Kuharap kau tidak beranggapan demikian kan? Aku mendengar dari sumber-sumber tepercaya yang menyaksikan kejadian itu sendiri dan mengisahkannya berkali-kali.
Mereka juga ingat kejadian itu bertempat di dekat danau Galilea. Demi gampangnya maka kujelaskan pada awal bahwa Yesus sedang dalam perjalanan balik dari Tirus di pesisir Lebanon selatan sekarang ke kota-kota sekitar danau Galilea tempat ia banyak dikenal. Tapi memang dari Tirus ia ke utara dulu, ke Sidon, juga pesisir, dan dari sana kembali lewat daerah sepuluh kota, yaitu Dekapolis, dan sampai di tempat orang bisu itu dibawa ke hadapannya. Kalau sukar dibayangkan, gini saja, barusan kulihat peta Pulau Jawa di Internet. Bayangkan Yesus itu dulunya giat di sekitar Ambarawa-Salatiga, tuh di sekitar Rawa Pening (anggap saja ini wilayah Galilea), tapi ia kan pernah diminta pergi dari Galilea (Mrk 5:1-20, terutama ay. 17) ke Tirus, (Mrk 5:24) bayangkan saja Semarang, maksudnya incognito, tapi di situ seorang ibu-ibu Yunani keturunan Siro-Fenisia malah minta dia menyembuhkan anak perempuannya yang kerasukan setan (Mrk 7:24-30). Tentu Yesus tidak berniat berlama-lama di Tirus/Semarang, dan memutuskan kembali ke Galilea/sekitar Rawa Pening. Tapi kebetulan ada yang mengajaknya ke Sidon yang tak jauh dari sana, kayak ke Weleri, beli rambak petis buat oleh-oleh, dan dari sana di balik ke wilayah Ambarawa-Salatiga/Galilea, tapi tidak lewat jalan biasa, melainkan memutar lewat sebuah Gua Maria, Sukorejo, Parakan Candi Umbul dst. (anggap saja seperti Dekapolis). Sebelum sampai kembali di Ambarawa ia dihentikan orang-orang yang membawa seorang pasien tuli. Rada jelas?

Kurasa penting kisah perjalanan ini diceritakan karena menggambarkan bagaimana perjalanan Yesus itu sebuah ziarah yang semakin membentuk sikap batinnya yang khas: memberi isi nyata pada kata "kehendak Allah". Pengabdiannya pada kemanusiaan, tak peduli apa haluan kepercayaannya seperti ibu-ibu tadi, ialah untaian manikam kenyataan apa itu kehendak Bapanya. Inilah yang membuatku terkesan dan merasa perlu menyampaikannya kepada kalian orang sekarang. Lagipula, kota Tirus dan Sidon itu letaknya di wilayah amat pinggiran lingkup masyarakat Yahudi. Di sana orang dianggap tak menghiraukan sisi-sisi rohani dan hanya mementingkan materi. Maklum keduanya kota perdagangan yang tua, kayak Semarang dan Weleri kalian itu. Tapi wilayah seperti itu tidak dilupakan Tuhan, malah ia semakin menemukan diri di sana. Ini termasuk Mysterium Christi yang bikin orang mau tahu lebih tentang sang Mesias. Sarjana-sarjana kan beranggapan bahwa tulisanku menitikberatkan perkenalan pada misteri ini.

Sekarang ada yang lebih menarik dari pelajaran geografi tadi. Terus terang kisah mengenai penyembuhan orang tuli ini mesti dibaca atau paling tidak dibayangkan bersama dengan kisah penyembuhan orang buta (sering dikenal dengan nama Bartimeus) di Betsaida (Mrk 8:22-26). Kau sendiri pernah menulis tentang si buta itu kan? Kesembuhan si tuli dan si buta ini ada makna simboliknya. Mereka jadi sembuh dalam perjumpaan dengan Yesus yang tak terduga-duga di tengah perjalanannya, di tengah ziarahnya menemukan kehendak Bapanya. Kesembuhan mereka itu ialah kesembuhan dari ketulian dan kebutaan mengenai siapa sebetulnya Yesus ini. Kisah ini kumaksudkan bagi orang banyak, yang ada di situ dan yang ada di mana saja Injil ini terbaca. Hendaknya mereka mengerti bahwa perjumpaan dengan Yesus sang pejalan ini membuka gerbang telinga dan pintu mata. Ketulian sesenyap apapun dan kebutaan segelap apapun tak bisa menahan suara dan terang yang keluar dari diri Yesus.

Dalam kisah penyembuhan orang tuli ini ada orang banyak yang membantu si tuli untuk bertemu dengan Yesus dan meminta agar ia menumpangkan tangan menyembuhkannya. Nanti dalam kisah orang buta, orang banyak agak menghalangi, tapi si buta itu terus bertekad mau mendekat. Seperti di mana saja dan kapan saja, orang banyak sering tak jelas mau apa dan ke mana. Maka dari itu, mereka juga diajak mendengar dan melihat. Kita ini kadang-kadang mirip orang banyak juga. Tapi untung ada orang tuli dan orang buta tadi. Kita bisa melihat yang terjadi pada diri mereka dan belajar dari mereka.

Sekarang perhatikan sikap dan tindakan Yesus dalam penyembuhan orang tuli itu. Ia memisahkannya dari kerumunan orang banyak sehingga hanya mereka berdua sendirian saja. Di situ terjadi penyembuhannya. Ia mau agar yang pertama-tama didengar orang tuli itu nanti ialah suara yang dibawakannya, bukan kasak kusuk orang banyak yang untuk sementara dijauhkannya. Kita tak tahu semua seluk beluk yang terjadi ketika mereka sendirian. Tentu si tuli tadi kemudian bercerita dan dari sana kita agak tahu bahwa Yesus memasukkan jarinya ke telinga orang itu, meludah dan meraba lidah orang tadi. Kayak penyembuh paranormal ya? Tapi lebih penting lagi, kemudian sambil menengadah ke langit, ia mendesah dan berkata, dalam bahasa Aram, "Efata!" artinya "Terbukalah!" Dari bentuk Aramnya, Gus kau tahu Aram lebih baik dari padaku, perintah itu ditujukan kepada dua telinga yang dimasuki jarinya. Perintah kepada telinga yang menutup diri kuat-kuat. Perhatikan, Yesus mendesah. ya, mendesah, mengerang kayak orang yang sedang kena kesakitan. Aku tak tahu banyak mengenai dunia itu, tapi sumber yang kupakai jelas-jelas memaksudkan Yesus seperti sedang menahan sakit. Bukankah kedua jarinya ada di telinga orang itu. Ada pergulatan antara kekuatan yang menolak sang Sabda dengan Sabda yang mendatanginya. Dan disertai kesakitan dari Sabda itu. Juga ia menyentuh lidah orang tadi. Bayangkan saja, ibu jarinya menyentuh lidah orang tadi. Juga ada pergulatan antara lidah yang dikuasai kekuatan yang membisukan melawan dia yang membuat orang berani bersaksi. Yesus juga meludah. Kekuatan jahat dari telinga yang diambilnya itu masuk ke dalam badannya, badan Yesus sendiri, dan kini diludahkannya dan dibuangnya keluar.

Gus jangan mulai tersenyum membaca uraian ini, aku sendiri juga heran. Memang Yesus bertindak seperti penyembuh paranormal zaman itu. Tapi satu hal tak bisa kulewatkan: Yesus menengadah (Mrk 7:34). Ia mengarahkan diri ke langit. Dulu ketika ia dibaptis ia melihat langit terbuka dan saat itulah ia mendengar suara dari sana (Mrk 1:9-10): "Engkaulah AnakKu yang terkasih, kepadamulah Aku berkenan." Pengalaman ini tak pernah lepas dari dirinya. Kini ia menengadah menghadirkan kembali kekuatan perkenan dari atas dan menyalurkannya ke dalam telinga dan lidah orang bisu tuli tadi. Adakah kekuatan lain yang dapat menahan suara dan perkenan dari langit yang terbuka tadi? Yesus bukan penyembuh biasa, ia meneruskan perkenan yang meraja di dalam dirinya kepada siapa saja yang mendekat padanya. Ia juga sanggup ikut merasakan penderitaan batin dan fisik orang yang sakit.

Mungkin kau akan bertanya-tanya mengapa Yesus menyuruh orang banyak merahasiakan kejadian tadi. Tapi makin dilarang, mereka malah makin memberitakannya. Aneh, di sini yang dilarang ialah orang banyak, jadi berbeda dengan yang terjadi dalam penyembuhan orang kusta (Mrk 1:44). Larangan itu sebenarnya untuk menghimbau agar orang tidak mengobral cerita sehingga maknanya jadi buyar, jadi kisah penyembuhan dan penumpangan tangan semata-mata. Banyak orang akan berbondong-bondong minta ditumpangi tangan. Tidak enak! Kesembuhan itu hasil sampingan dari kejadian yang lebih dalam yang aku sendiri tidak tahu tapi percaya ada. Orang-orang diminta mengendapkan pengalaman melihat peristiwa itu dan menemukan artinya. Baru bisa omong. Sayang mereka tak sabar, maka Yesus ketika itu makin dikenal sebagai penyembuh saja, bukan terutama sebagai Anak terkasih Dia yang ada di surga dan mendapat perkenanNya. Ini baru kusadari ketika menuliskan semuanya. Gus coba terangkan kepada rekan-rekan perkara ini. Juga ada hubungannya dengan kebangkitan Yesus nanti. Orang boleh mulai cerita banyak mengenai tindakan, pengajaran, penyembuhan yang dilakukan Yesus setelah ia nanti ditinggikan di salib. Setelah diakui bahkan oleh kepala pasukan di Golgota dengan kata-kata ini: "Sungguh, orang ini Anak Allah!" (Mrk 15:39). Dan itulah yang diwartakan tentang Yesus Kristus, dan itulah yang memberi arti lebih kepada semua tindakannya, penyembuhannya, dan pengajarannya. Dan itulah realitas kebangkitannya: ia sungguh Anak Allah.

Salam buat rekan-rekan yang tahun ini mencoba mengerti yang ingin kusampaikan dalam kisah-kisah tentang Yesus sang Mesias.

Salam hangat,

Mark

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy