| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 14 September 2009 :: Pesta Salib Suci

Senin, 14 September 2009
Pesta Salib Suci

Anak Manusia harus ditinggikan

Doa Renungan
Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, kami bersyukur kepada-Mu karena boleh mengenal salib suci. Tanda salib inilah yang pertama kami kenal dan pelajari. Melalui tanda ini, kami mengenal Yesus Putra-Mu, sehingga kamipun seperti Paulus, berani berseru "Aku tahu kepada siapa aku percaya." Bersama Dia kami menjadi kuat dan setia memanggul derita. Tuhan, berkatilah agar selalu meluhurkan nama-Mu. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Bilangan (21:4-9)

"Semua orang yang terpagut ular akan tetap hidup, bila memandang ular perunggu."

4 Ketika umat Israel berangkat dari Gunung Hor, mereka berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom. Bangsa itu tidak dapat menahan hati di tengah jalan. 5 Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa, "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air! Kami telah muak akan makanan hambar ini!" 6 Lalu Tuhan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel itu mati. 7 Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata, "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan Tuhan dan engkau, berdoalah kepada Tuhan, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini daripada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. 8 Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa, "Buatlah ular tedung dan taruhlah pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut ular, jika ia memandangnya, akan tetap hidup." 9 Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang. Maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 830
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan.
Ayat.
(Mzm 78:1-2.34-35.36-37.38)
1. Dengarkanlah pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku. Aku mau membuka mulut untuk mengatakan amsal, aku mau menuturkan hikmat dari zaman purbakala.
2. Ketika Allah membunuh mereka, maka mereka mencari Dia; mereka berbalik dan mendambakan Allah; mereka teringat bahwa Allah adalah Gunung Batu mereka, bahwa Allah Yang Mahatinggi adalah Penebus mereka.
3. Tetapi mulut mereka tidak dapat dipercaya, dan dengan lidah mereka membohongi Allah. Hati mereka tidak berpaut pada-Nya, dan mereka tidak setia pada perjanjian-Nya.
4. Akan tetapi Allah itu penyayang! Ia mengampuni kesalahan mereka dan tidak memusnahkan mereka; banyak kali Ia menahan amarah-Nya, dan tidak melampiaskan keberangan-Nya.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi (2:6-11)

"Yesus merendahkan diri, maka Allah sangat meninggikan Dia."

6 Saudara-saudara, Yesus Kristus, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Demikianlah Sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 960
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Ya Kristus, kami menyembah dan memuji Dikau, sebab dengan salib-Mu, Engkau telah menebus dunia.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:13-17)

"Anak manusia harus ditinggikan."

Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata, "Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

--------------------------------------------------------------------------------
"ALLAH SEBEGITU MENGASIHI DUNIA ..."


Rekan-rekan yang terkasih!

Konteks bacaan Injil bagi Pesta Salib Suci ini (Yoh 3:13-17) ialah pembicaraan antara Nikodemus dan Yesus yang berpusat pada bagaimana orang dapat sampai ke hidup kekal. Tokoh ini ingin mendapat pencerahan mengenai makna kejadian-kejadian luar biasa yang dilakukan Yesus. Ia mau mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Sebagai orang yang berpengalaman dan bijaksana, ia sudah dapat menyimpulkan bahwa Allah Yang Maha Kuasa kini sedang mendatangi umatNya dan mukjizat yang dilihat orang itulah tanda-tanda kedatanganNya. Nikodemus mulai menyadari bahwa Yesus datang dari Dia. Semua ini disampaikan Nikodemus kepada Yesus sambil mengharapkan pencerahan lebih jauh (Yoh 3:2). Dikatakan oleh penginjil, ia menemui Yesus malam hari. Malam adalah saat kegelapan dan kuasanya terasa mencengkam, tapi juga saat-saat Yang Ilahi datang menolong. Pembaca diajak Yohanes mengingat bahwa yang kini ditemui Nikodemus ialah Terang yang diwartakannya pada awal Injilnya.


Bagaimana kelanjutannya? Marilah kita catat beberapa pokok dalam pembicaraan itu terlebih dahulu.


PERCAKAPAN DENGAN NIKODEMUS

Injil Yohanes mengajak pembaca ikut mengalami yang dirasakan Nikodemus dan dengan demikian dapat ikut masuk ke dalam pembicaraannya dengan Yesus sendiri. Dalam ay. 3 Yesus menegaskan bahwa hanya orang yang dilahirkan kembali - dan dilahirkan dari atas sana - akan melihat Kerajaan Allah. Semakin disimak, jawaban Yesus ini semakin membawa kita kepada pertanyaan yang sebenarnya ada dalam hati Nikodemus dan boleh jadi juga dalam diri kita: "Apa maksud macam-macam mukjizat yang dilakukan Yesus, yang tentunya disertai Allah itu?" Tentunya tak lain tak bukan ialah...kenyataan apa itu Kerajaan Allah! Itulah yang dibawakan Yesus kepada orang banyak. Dan inilah yang semestinya dicari orang. Nikodemus tentu akan bertanya lebih lanjut: kalau begitu bagaimana caranya bisa ikut masuk ke dalam Kerajaan ini. Ay. 3 tadi ialah jawabannya.

Jawaban tadi semakin membuat Nikodemus bertanya-tanya. Boleh jadi juga kita demikian. Bagaimana bisa orang setua dia, setua kita, dapat lahir kembali. Tentu Nikodemus tidak berpikir secara harfiah belaka. Ia tahu yang dimaksud ialah lahir kembali secara rohani. Tapi justru itulah soalnya, bisakah orang yang sudah jauh melangkah di jalan lain mendapatkan hidup baru. Berangkat dari nol lagi? Apakah hidup dalam roh sepadan dengan pengorbanan yang perlu dijalani? Menanggalkan hidup badaniah, menisbikannya demi hidup dalam roh? Inilah maksud pertanyaan dalam ay. 9, "Bagaimana itu bisa terjadi?"

Penjelasan Yesus tidak diberikan dalam ujud serangkai pernyataan teologi, melainkan dalam ujud kesaksian mengenai dirinya: ia datang dari atas sana (ay. 13). Karena itulah ia dapat membawakan Kerajaan Allah kepada orang banyak. Dalam hubungan dengan yang diperkatakan sebelumnya, Yesus ialah orang yang sudah mengalami apa itu lahir kembali dari atas sana, dan yang kini hidup dalam roh. Untuk mengalami bagaimana lahir dalam roh, jalannya ialah berbagi hidup dengan dia yang sungguh sudah ada dalam keadaan itu. Ini jawaban bagi Nikodemus, juga jawaban bagi kita.

ULAR TEMBAGA?

Selanjutnya ay. 14 merujuk kepada sebuah pengalaman umat di padang gurun. Dalam berjalan mendekat ke Tanah Terjanji dulu, umat mengalami macam-macam bahaya. Salah satu yang paling mengerikan ialah "ular-ular tedung" yang mematikan itu (Bil 21:4-9). Ular-ular itu dapat memagut secepat kilat dan bisanya membakar. Tak ada kemungkinan selamat. Di situ malapetaka tadi digambarkan sebagai akibat kekurangpercayaan mereka sendiri. Mereka memang akhirnya meminta agar Musa memohonkan belas kasihan Yang Maha Kuasa. Begitulah, Musa diperintahkan Allah membuat ular dari tembaga dan memancangnya pada sebuah tiang. Yang dipagut ular akan tetap hidup bila memandangi ular tembaga tadi. Memandangi ular tembaga itu menjadi ungkapan kepercayaan pada Sabda Allah yang menjadi harapan satu-satunya untuk dapat terus hidup menempuh perjalanan di padang gurun sampai ke Tanah Terjanji.

Bagi pembaca Injil Yohanes, Tanah Terjanji kini ialah Kerajaan Allah yang dibawakan Yesus ke dunia kepada semua orang, bukan hanya kepada umat Perjanjian Lama. Untuk mencapainya, jalan satu-satunya ialah tetap mengarahkan pandangan kepada salib, menaruh kepercayaan dan harapan kepada dia yang disalib - diangkat seperti ular tembaga tadi. Mengapa? Jawaban dari Injil Yohanes didapati dalam ay. 16

INTI WARTA KESELAMATAN

"Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadanya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Tidak meleset bila dikatakan bahwa ay. 16 ini berisi ringkasan seluruh Kabar Gembira.

Kalimat ini menegaskan bahwa Allah bukan hanya hasil kesimpulan akal budi, yakni bahwa segala sesuatu yang ada ini mestinya ada yang mengadakan, yakni Allah. Bukan ke sana arah ayat ini. Justru kebalikannya. Tidak lagi dirasakan kebutuhan menunjukkan bahwa Ia ada. Yang diwartakan justru perhatian-Nya yang membuat jagat ini terus berlangsung. Dia itu Allah yang dihadirkan oleh orang-orang yang dekat denganNya. Dan kali ini bahkan Dia diperkenalkan oleh orang yang paling dekat denganNya, yang menyelami dan hidup dari Dia. Inilah arti kata "anak" yang diterapkan kepada Yesus oleh Injil Yohanes. Pemakaian kata "tunggal" di situ dimaksud untuk memperjelas bahwa tiada yang lebih dekat denganNya daripada Yesus sendiri. Karena itulah ia dapat membawa kemanusiaan berbagi kehidupan kekal dengan Yang Ilahi sendiri tadi.

Ay. 16 dst. berisi kesaksian Yohanes Penginjil akan siapa Allah dan siapa Yesus itu. Allah sedemikian mengasihi dunia ini sehingga ia memberikan AnakNya yang tunggal. Dalam teks Yunani Injil Yohanes, kata "mengasihi" dan "memberikan" itu diungkapkan dalam bentuk yang jelas-jelas mengungkapkan tindakan yang dibicarakan betul-betul sudah terjadi. Sudah jadi kenyataan, bukan hanya sedang atau bakal dikerjakan. Tentunya pengarang Injil berpikir akan peristiwa penyaliban Yesus di Golgota. Injil memang ditulis sebagai kesaksian peristiwa yang sudah dialami dan kini dibagikan kepada orang banyak. Penyaliban Yesus yang dari luar tampak sebagai hukuman, kegagalan, dan kematian itu kini mendapat arti baru. Yang Maha Kuasa mau menerima penderitaan manusia Yesus itu sebagai ungkapan kepercayaan utuh kepada-Nya. Dan karena itulah Yesus menjadi AnakNya, menjadi orang yang paling dekat dengan Allah sendiri dan bahkan dengan demikian membawakan Dia ke dunia ini. Penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah itu membuka jalan kehidupan kekal. Itulah ungkapan lain dari peristiwa kebangkitan. Inilah yang dibagikan Yesus kepada orang-orang yang mau mempercayai arti penyerahan dirinya kepada Allah tadi. Dan baru dengan demikian orang dapat ikut mengalami apa itu dikasihi Allah.

IMPIAN ATU KENYATAAN?

Yang diutarakan di atas ialah pengalaman iman dari para pengikut Yesus yang pertama yang kemudian dituliskan dalam bentuk Injil. Tidak segera dapat dicerna orang pada zaman kemudian di tempat lain. Kita boleh bertanya, bila benar Allah sungguh telah memberi perhatian khusus kepada dunia, bagaimana bisa dijelaskan kok masih ada saja yang tak beres, dan rasanya malah kekacauan semakin menjadi-jadi. Sekarang kekerasan, ketidakadilan, kematian terasa semakin mewarnai pengalaman sehari-hari. Retorika sajakah yang diutarakan Injil hari ini? Kerajaan Allah yang sudah datang itu impian atau kenyataan?

Injil Yohanes memecahkannya bukan dengan uraian moralistis atau pengajaran. Yang ditampilkan ialah sebuah kesaksian, yakni bahwa Allah tidak menghendaki kebinasaan. Yang dimaui-Nya ialah kehidupan kekal bagi semua orang. Bagi dunia. Yang perlu dilakukan manusia ialah berani menerima kebaikanNya. Mempercayai-Nya. Yang meragukan atau bahkan menolak akan tetap berada di dalam kegelapan, dalam ancaman kebinasaan, dan jauh dari kehidupan yang berkelanjutan. Tentu saja Yohanes memaksudkan kehidupan setelah kehidupan badani ini. Bagi Yohanes, yang kekal itu ialah kehidupan yang berbagi kedekatan dengan Yang Ilahi sendiri nanti. Inilah yang ditawarkan kepada Nikodemus. Dari pembicaraan dalam ay. 1-13 juga terasa betapa beratnya penyerahan seperti ini bagi Nikodemus. Ia masih bergulat agar membiarkan diri dan ikhlas dirasuki terang yang sudah ditemukan dan dilihatnya sendiri itu. Kisahnya bisa juga menjadi riwayat kita masing-masing.

BACAAN KEDUA: MADAH TENTANG KRISTUS Flp 2:6-11

Di sepanjang Flp 1:27- 2:13 Paulus menyampaikan pelbagai ajakan agar umat di Filipi saling menumbuhkan kebesaran hati di dalam hidup bersama. Dalam rangka ajakan inilah Paulus merujuk pada sebuah madah yang sudah dikenal umat, yakni yang dibacakan kali ini, 2:6-11. Kini cukup jelas aslinya madah itu terkarang dalam bahasa Aram yang dipakai di lingkungan para murid di tanah suci. Tetapi kemudian madah itu dialihbahasakan ke dalam bahasa Yunani sehingga juga dapat dipakai di kalangan yang lebih luas. Dan bentuk Yunani inilah yang kiranya diambil alih Paulus dalam suratnya kepada umat di Filipi.

Mengingat besarnya peranan madah tadi dalam pertumbuhan paham mengenai siapa Yesus yang Kristus itu, marilah kita lihat susunannya.

Ada tiga bagian pokok:

a. Ditegaskan dalam ay. 6-7 keberadaan sebagai Yang Ilahi yang bersedia mengosongkan diri dari keilahiannya agar menjadi sama dengan manusia.

b. Kemudian dalam ayat digambarkan dalam ay. 8 keberadaan di bumi, menjalani hidup seperti manusia biasa, juga ketika menghadapi kematian sampai kematian di salib.

c. Akhirnya dalam ay. 9-11diungkapkan kebesaran Kristus sebagai dia yang ditinggikan Allah di hadapan seluruh jagat sehingga seluruh jagat mengakuinya sebagai Kurios, artiya Tuhan sesembahan. Bagian ketiga ini menutup kemungkinan akan penafsiran adanya Allah "kedua", gagasan yang tidak sejalan dengan iman akan keesaan Yang Mahakuasa. Setelah mengosongkan diri dari keilahian tadi, tokoh yang dimadahkan ini ialah manusia seutuhnya. Ia menjadi sesembahan karena dijadikan demikian oleh Yang Mahakuasa sendiri.

Pokok pertama erat hubungannya dengan iman akan "inkarnasi", yakni keilahian mampu mendekat ke ciptaan sampai lahir sebagai manusia. Sedemikian besar kesediaan ini sehingga digambarkan sebagai keilahian yang mengosongkan diri. Malah keilahian tidak lagi dianggap sebagai yang patut dicari dan direnggut agar tidak lepas. Gagasan ini kemudian kerap dibicarakan di kalangan teolog sebagai "kenosis", pengosongan diri, walaupun dalam madah ini kata benda itu tidak muncul. Yang ada ialah kata kerjanya, yakni mengosongkan diri. Lebih ditampikan pelaku yang menjalani pengosongan diri itu dan bukan proses maupun hasilnya. Sekaligus ditekankan pula siapa kiranya sebelum itu, yakni keilahian sendiri. Dengan meresapi isi madah itu, orang akan tertuntun mendekat pada Yesus yang Kristus yang demikian. Dan bukan terbuai gagasan pengosongan diri lalu mencoba-coba mencontohnya - bukan ini yang dimaksud madah itu, bukan ini pula maksud Paulus ketika mengutip madah itu bagi umat di Filipi.


Salam hangat,

Agustinus Gianto,SJ

Mendalami Kitab Tobit

Kitab Tobit merupakan salah satu kitab yang termasuk di dalam kanon Alkitab yang diakui oleh Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks. Pada umumnya diyakini bahwa kitab abad kedua Sebelum Masehi. Isi Kitab Tobit adalah kisah tentang Tobit dari suku Naftali yang hidup di Ninewe, Ibu Kota Asyur, setelah pembuangan suku Israel Utara pada tahun 721 S.M.

Kitab Tobit bisa dibagi dalam tiga struktur, yaitu :

1. Bab 1-3 merupakan inti dari isi Kitab Tobit

a. Kesaksian Tobit bagaimana ia menempuh jalan kebenaran dan kesalehan seumur hidupnya.
Kesalehan dan kebenaran hidupnya terungkap dalam kesetiaannya pergi ke Yerusalem untuk beribadat di Bait Allah, rutin membawa persembahan persepuluhan bagi para imam dan orang miskin, mengambil istri dari kaum keluarganya sendiri dan menjauhkan dirinya dari makanan bangsa asing. Tobit secara istimewa juga memberi kesaksian tentang kebaikan-kebaikan yang ia lakukan terhadap para saudara dan kaum sebangsanya, yaitu : memberi makanannya kepada orang yang lapar, memberi pakaiannya kepada orang yang telanjang, menguburkan mayat-mayat yang terlantar, dan mengundang orang-orang miskin makan bersamanya.

Jalan kebenaran dan kesalehan yang ditempuh Tobit adalah Firman Tuhan yang tertulis dalam Kitab Musa : “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan” (Mazmur 119:1).

b. Yang didapatkan Tobit : Penderitaan.

  1. Ia melarikan diri karena akan dibunuh oleh Raja Sanherib (1:19).
  2. Seluruh harta bendanya disita, kecuali istrinya Hana dan anaknya, Tobia (1:20)
  3. Ia menjadi buta (2:10). Akibatnya (2:11-14) Hana, istrinya, yang bekerja untuk memenuhi keluarganya. Ia menjadi curiga bahwa istrinya telah mencuri kambing. Kecurigaannya membuat istrinya marah.

c. Penderitaan itu membuat Tobit sedih, mengeluh, dan menangis.
Penderitaan Tobit begitu berat sehingga mau mati saja. Namun, ia menyampaikan kelah kesahnya dalam doa (3:1-6).

d. Sara anak Raguel dalam waktu yang sama juga menderita (3:7-15).

Penderitaan Sara : Kenistaannya adalah ia sudah diperistrikan kepada tujuh laki-laki, tetapi mereka meninggal sebelum melakukan sesuatu sebagaimana pantasnya suami bagi istrinya. Ia begitu menderita dengan nista itu sehingga ia ingin menggantung diri (3:10). Namun, Sara akhirnya membawa keluhannya ke dalam doa. Penderitaan Sara ditulis dalam bab 3 karena melalui Sara, Tobit dan keluarganya dipulihkan.

e. Doa Tobit dan Sara dikabulkan Allah dengan mengutus Malaikat Rafael yang menyamar menjadi manusia. Mata Tobit disembuhkan dengan hati dan jantung ikan raksasa, sedangkan Sara dilepaskan dari setan dengan empedu dari ikan yang sama.

2. Bab 4-12 : ceritera yang menjelaskan peristiwa pertolongan Tuhan kepada Tobit.

3. Penutup Bab 13-14

Lagu Pujian Syukur Tobit yang menyatakan sukacitanya (Bab 13). Isinya :Tobit memuji Allah Yang Hidup dan mewartakan kebesaran-Nya. Tobit yakin bahwa Allah akan berbalik kepada orang-orang yang bertobat. Allah akan menggembirakan orang-orang yang bertobat dengan memberikan berkat, yaitu damai sejahtera . Tobit meminta Tobia dan keluarganya meninggalkan Niniwe sebelum kota itu dihancurkan (Bab 14)

Pelajaran yang kita dapat dari Kisah Tobit adalah kita hendaknya membawa segala persoalan hidup, khususnya persoalan di dalam keluarga di dalam doa. Allah pasti memberikan pertolongan kepada melalui malaikat-malaikatnya. Karena itu, marilah kita menjadikan Sabda Tuhan dan Doa keluarga sebagai sumber kekuatan kita. Tuhan memberkati.


oleh Romo Felix Supranto, SSCC
Paroki Regina Caeli Pantai Indah Kapuk

Bacaan Sepekan 14 - 20 September 2009

Senin, 14 September : Pesta Salib Suci (M).
Bil 21:4-9; atau Flp 2:6-11; Mzm 78:1-2.34-38; Yoh 3:13-17.

Murid-murid sibuk mempertanyakan siapa yang terbesar di antara mereka. Yesus mengingatkan bahwa ambisi untuk menjadi yang terbesar justru akan menjauhkan mereka dari Kerajaan Allah. Bagi Yesus, yang ingin menjadi yang terdahulu harus menjadi seorang hamba atau pelayan bagi sesama. Hanya orang yang terbuka bagi kehadiran orang lain yang pantas menjadi yang terbesar.


Selasa, 15 September : Peringatan Wajib Sta. Perawan Maria Berdukacita (P).
Ibr 5:7-9; Mzm 31:2-6.15-16.20; Yoh 19:25-27 atau Luk 2:33-35.
Hari ini kita merayakan peringatan Santa Perawan Berdukacita. Bunda Maria selalu menunjukkan ketaatannya kepada Allah sekalipun ia dirundung derita. Di sinilah kita menemukan peran besar Maria dalam rancangan karya penyelamatan Allah. Ia adalah model iman yang patut menjadi teladan.

Rabu, 16 September : Peringatan Wajib St. Kornelius, Paus dan St. Siprianus, Uskup Martir (M).
1Tim 3:14-16; Mzm 111:1-6; Luk 7:31-35.
Orang yang hatinya tertutup sulit sekali bertumbuh dalam iman, karena seringkali hanya mengandalkan akal budi dan kekuatan sendiri. Padahal tanpa iman, hidup berada dalam kegelapan. Sikap kerendahan hati, mengakui kelemahan diri, dan bergantung pada kuasa Allah sangatlah diperlukan untuk bisa menerima rahmat iman.

Kamis, 17 September : Hari biasa Pekan IV (H).
1Tim 4:12-16; Mzm 111:7-10; Luk 7:36-50.
Karena mengalami cinta dan belas kasih Allah, perempuan itu bersimpuh di hadapan Yesus dan mengurapi kaki-Nya. Apakah kita juga menyadari bahwa kita pun banyak mengalami cinta dan belas kasih Allah. Lalu, apa yang telah kita lakukan untuk-Nya?

Jumat, 18 September : Hari biasa Pekan IV (H).
1Tim 6:2c-12; Mzm 49:6-9.17-20; Luk 8:1-3.

Perempuan-perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat dan berbagai penyakit, melayani rombongan Yesus dengan kekayaan mereka. Apakah Yesus juga menyembuhkan kita? Apakah kita juga mau melayani Yesus dengan apa yang kita miliki?

Sabtu, 19 September : Hari biasa Pekan IV (H).
1Tim 6:13-16; Mzm 100:2-5; Luk 8:4-15.
Perempuan-perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat dan berbagai penyakit, melayani rombongan Yesus dengan kekayaan mereka. Apakah Yesus juga menyembuhkan kita? Apakah kita juga mau melayani Yesus dengan apa yang kita miliki?

Minggu, 20 September : Hari Minggu Biasa Pekan XXV (H).
Keb 2:12.17-20; Mzm 54:3-6.8; Yak 3:16 - 4:3; Mrk 9:30-37.

Murid-murid sibuk mempertanyakan siapa yang terbesar di antara mereka. Yesus mengingatkan bahwa ambisi untuk menjadi yang terbesar justru akan menjauhkan mereka dari Kerajaan Allah. Bagi Yesus, yang ingin menjadi yang terdahulu harus menjadi seorang hamba atau pelayan bagi sesama. Hanya orang yang terbuka bagi kehadiran orang lain yang pantas menjadi yang terbesar.

Minggu, 13 September 2009 :: Hari Minggu Biasa XXIV

Minggu, 13 September 2009
Hari Minggu Biasa XXIV

"Engkau adalah Mesias... Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan."

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang mahamurah, Putera-Mu tidak melarikan diri dari penderitaan, tetap menghadapinya sampai pada kesudahannya dengan wafat di salib. Kami mohon, arahkanlah pandangan kami kepada salib-Nya, bila kami sendiri mengalami penderitaan ataupun iba hati oleh penderitaan sesama. Perkenankanlah kami untuk selalu menaruh harapan pada salib Putera-mu itu, sebab di dalam Dia Engkau telah memulai pekerjaan baik di antara kami dan akan menyelesaikannya pada akhirnya nanti. Berkatilah pula Monsinyur Ignatius Suharyo dalam tugas penggembalaannya yang baru. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan kami yang bersama dengan Dikau dalam persatuan dengan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, kini, dan sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yesaya (50:5-9a)

"Aku memberikan punggungku kepada orang-orang yang memukul aku."

5 Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. 6 Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. 7 Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu. 8 Dia yang menyatakan aku benar telah dekat. Siapakah yang berani berbantah dengan aku? Marilah kita tampil bersama-sama! Siapakah lawanku berperkara? Biarlah ia mendekat kepadaku! 9a Sesungguhnya, Tuhan ALLAH menolong aku; siapakah yang berani menyatakan aku bersalah?
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 809
Ref. Berbelaskasihlah Tuhan dan adil, Allah kami adalah rahim.
Ayat.
(Mzm 27:1.4.13-14)
1. Aku mengasihi Tuhan, sebab Ia mendengarkan suara permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya.
2. Tali-tali maut telah melilit aku dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku; aku mengalami kesesakan dan kedukaan, tetapi aku menyerukan nama Tuhan, "Ya Tuhan luputkanlah kiranya aku.
3. Tuhan adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang. Tuhan memelihara orang-orang sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan-Nya!"
4. Tuhan, Engkau telah meluputkan aku dari maut, Engkau telah meluputkan mataku dari air mata, dan kakiku dari tersandung. Aku boleh berjalan di hadapan Tuhan, di negeri orang-orang hidup.


Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:14-18)

"Jika iman tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati."

14 Saudara-saudaraku, apakah gunanya kalau seorang mengatakan, bahwa ia beriman, tetapi tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? 15 Misalnya saja, seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari. 16 Kalau seorang dari antara kamu berkata kepadanya: "Selamat jalan! Kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? 17 Demikian juga halnya dengan iman! Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. 18 Tetapi mungkin ada orang berkata "padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 951
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab oleh-Nya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:27-35)

"Engkau adalah Mesias... Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan."

27 Pada suatu hari Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" 28 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." 29 Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" 30 Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia. 31 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. 32 Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. 33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." 34 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 35 Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


ENGKAU ITULAH MESIAS!

Judul di atas dipetik dari jawaban Petrus terhadap pertanyaan Yesus kepada para murid mengenai siapa dirinya menurut mereka sendiri. Kedengarannya sederhana, apa adanya, muncul dari kesadaran mereka sendiri. Akan tetapi belum jelas apa sesungguhnya yang hendak disampaikan Mrk 8:27-35 (Injil Minggu Biasa XXIV tahun B) dengan peristiwa tanya jawab seperti ini. Belum lama ini Mark mampir ke sini. Kami berbincang-bincang mengenai tokoh Yesus dalam hubungan dengan peristiwa di atas.

SOSOK YESUS DI MATA ORANG

GUS: Kejadian ini bertempat di Kaisarea Filipi - apa ada penjelasannya? Kota itu kan letaknya amat di utara, di kaki gunung Hermon, di Libanon, sekitar 45 km sebelah timur kota Tirus.

MARK: Ada teologinya. Sampai sekarang Injil Markus mengisahkan macam-macam kegiatan dan pengajaran Yesus. Ia makin dikenal orang banyak. Juga makin diawasi oleh orang Farisi dan ahli Taurat yang mengira ia mengajarkan yang bukan-bukan. Pada titik ini perlu ditunjukkan bagaimana lingkungan terdekat Yesus memahaminya. Dipilih sebuah tempat yang bukan di Galilea, tempat asal Yesus sendiri, bukan di Yudea yaitu wilayah keyahudian yang resmi, tidak pula di Samaria yang tidak menerima keyahudian resmi, melainkan di luar semua itu, di daerah yang netral. Di situ akan lebih jelas siapa sosok dia itu sesungguhnya.

GUS: Baru dengar kali ini ilmu bumi Injil ada maknanya juga!

MARK: Asal jangan dimengerti sebagai ilmu bumi sekolah, sehingga teologinya tak muncul.

GUS: Kalau benar tangkapanku, di Kaisarea Filipi yang netral itu kelompok Yesus dan murid-muridnya memperbincangkan tiga macam pandangan mengenai Yesus, yaitu: (1) anggapan orang banyak, dan (2) anggapan dari lingkup lebih khusus, orang Farisi dan ahli Taurat di satu pihak dan (3) para murid terdekat di pihak lain.

MARK: Benar, kalau kauikuti kisah-kisah Injil, akan jelas makin besarnya pelbagai harapan, keinginan, dan cara membayangkan sosok Yesus di pelbagai kalangan. Ada yang mengira Yesus kayak Yohanes Pembaptis karena seruan gerakan rohaninya mengajak orang mengarahkan diri kembali ke hidup lurus, eh kalian sebut bertobat. Atau seperti Nabi Elia yang kembali ke dunia menyampaikan sabda dari atas sana guna mengatasi kekersangan batin. Atau seperti seorang nabi lain, yakni orang yang berani menyuarakan kehadiran Tuhan yang kerap terbungkam oleh ketamakan manusia. Itulah macam-macam pendapat orang tentang Yesus.

GUS: Dalam pembicaraan di Kaisarea Filipi itu kok tak jelas-jelas ditampilkan pendapat orang Farisi dan ahli Taurat?

MARK: Injil diharap bicara tentang apa-apa saja? Huh, maunya kayak database siap pakai tapi bikin pandir, tanpa mikir?

GUS: Mari kita berandai-andai. Kaum Farisi dan ahli Taurat agaknya beranggapan bahwa Yesus itu, seperti mereka sendiri, ialah seorang guru agama yang mestinya mengajarkan hal-hal yang sudah digariskan, seperti yang mereka jalankan?

MARK: Memang mereka sebetulnya menganggap Yesus rekan seprofesi dan sering mengajaknya diskusi. Hanya mereka merasa dirugikan karena orang banyak lebih tertarik olehnya. Tapi mereka tidak memfitnah-fitnah Yesus. Nanti kaum imam di Yerusalemlah yang frontal memusuhinya serta mendakwanya di mahkamah mereka dan memintakan hukuman mati baginya dari Pilatus.

GUS: Kembali ke kaum Farisi dan ahli Taurat. Jadi mereka itu menganggap Yesus guru agama, teolog, pembimbing rohani seperti mereka. Apa ini tidak penting?

MARK: Para murid Yesus dari generasi awal sampai kini memang menghadapi masalah itu. Mengikuti Yesus atau mengikuti pendapat-pendapat mengenai dia. Batas-batasnya sering tampak kabur. Tapi ingat, sosok Yesus yang ditampilkan Injil terutama bukanlah guru atau pembimbing rohani, atau pengajar kebijaksanaan. Bukan seperti anggapan kaum saleh Farisi dan ahli kitab Taurat. Yesus lebih dari itu.

GUS: Kalau begitu sekarang pun masih relevan soal ini. Banyak orang melihatnya sebagai tokoh kebijaksanaan dan guru rohani. Kurang cocok?

MARK: Itulah pemikiran orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Pindahkan saja ke budaya lain, dan kalian akan melihat soal yang dialami murid-muridnya.

GUS: Mulai menuduh kami ya?

MARK: Gini lho, bila kamu orang melihat sosok Yesus terutama sebagai guru kebijaksanaan, nanti akan cepat kalian merasa tak perlu digurui lagi, malah akan mempersoalkan kelakuan Yesus. Atau bisa jadi kalian akan ngotot mempertahankan pendapat sendiri mengenai dia dan menolak sisi-sisi lain. Ini soal orang Farisi dan ahli hukum agama dulu. Dan sekarang juga!

SIAPAKAH YESUS ITU BAGI MURID-MURIDNYA?

Sejenak saya lacak kembali pembicaraan dengan Mark ini. Jadi ada pendapat orang banyak tentang Yesus, yaitu sebagai nabi yang dengan wibawa besar mengajak orang kembali ke Yang Maha Kuasa, ada pula pendapat kalangan intelektual mengenai Yesus sebagai tokoh kebijaksanaan yang diandaikan dapat ditangkap pembaca Injil meski tidak terang-terangan dikatakan dalam peristiwa di Kaisarea Filipi itu. Mark mengajak saya bereksegese secara kontekstual, menengarai duduk cerita serta arahnya, tidak hanya baca lalu membuat tafsir dari bahan yang tercetak. Pembaca diharap bertanya manakah pendapat kalangan Farisi dan ahli Taurat yang rupanya dengan sengaja tidak ikut disebutkan di Kaisarea Filipi. Bukan karena dianggap tak penting, tapi karena pendapat itu tidak bakal membawa orang kepada diri Yesus sesungguhnya. Lha lalu siapa ya dia itu?

GUS: Nerusin lagi nih. Pendapat yang ketiga ialah yang ada di kalangan para murid Yesus dan yang terucap lewat Petrus, begitu kan? Ia menjawab pertanyaan Yesus mengenai siapa dirinya bagi mereka dengan pernyataan bahwa ia itu Mesias, artinya yang terurapi, yang mendapat pengutusan dan perutusan resmi dari Yang Maha Kuasa sana untuk menjalankan urusanNya di dunia.

MARK: Itu pendapat yang mesti kalian pandangi dengan latar kedua pandangan lain yang kita bicarakan tadi: pandangan orang banyak dan pandangan kaum intelek Yahudi waktu itu, yakni orang Farisi dan ahli Taurat. Begitu maka akan lebih jelas sosok Yesus.

GUS: Apa kekhususan pandangan bahwa Yesus itu Mesias?

MARK: Ya, dia itulah yang sejak lama dinantikan orang banyak. Mereka menginginkan Yang Maha Kuasa berbuat sesuatu bagi mereka. Dan kehadiran Yesus itulah jawaban dari atas sana.

GUS: Wah, wah, bisa berat nih konsekuensinya. Kan Mesias itu juga gelar raja di kalangan umat Perjanjian Lama dulu, seperti Saul, Daud, dan raja-raja lain yang diurapi oleh kuasa ilahi demi kelangsungan hidup umat.

MARK: Benar. Gagasan Mesias memang mudah diplesetkan. Ingat kan, menurut catatan Oom Hans, orang-orang yang dipuaskan Yesus dengan makanan pernah ingin menjadikannya raja.

GUS: Dan karena itu ia menyingkir.

MARK: Bukan hanya menyingkir secara fisik, tapi juga secara teologis.

GUS: Apa? [Rada heran.] Belum pernah dengar apa itu menyingkir secara teologis!

MARK: Baru tiga detik lalu kau dengar kok lupa. Apa ingin jadi si tuli yang disembuhkan dalam Injil hari Minggu lalu?

YESUS TENTANG DIRINYA SENDIRI

GUS: Kepegang nih! Iya bener. Setelah Petrus menegaskan Yesus itu Mesias, anehnya Yesus melarang dia menyebarluaskan pengertian itu dan kemudian dalam bagian selanjutnya Yesus malah membicarakan diri dengan ungkapan "Anak Manusia" dan tidak pernah menyuarakan diri dengan kata "Mesias" Inikah yang kausebut menyingkir secara teologis?

MARK: Itu cara Yesus merombak wacana yang Mesias-sentrik dengan wacana kalem yang berpusat pada figur Anak Manusia yang juga cukup dikenal orang pada zaman itu. Lebih membawa ke Yang Maha Kuasa.

GUS: Teringat Dan 7:13 dengan sosok yang seperti Anak Manusia yang datang dengan awan-awan menghadap ke Yang Maha Usia untuk mendapat kuasa.

MARK: Persis! Tapi boleh kutambah? Anak Manusia dalam Kitab Daniel itu datang dari kalangan manusia untuk menerima kuasa dari atas sana. Ini penting. Mesias berkebalikan arahnya, ia membawa kuasa dari atas sana ke sini. Sudah makin melihat maksud Yesus ketika berbicara mengenai dirinya sendiri sebagai Anak Manusia?

GUS: Bukan karena teologi Mesias tidak cocok, hanya teologi ini sudah terlalu sering dipakai dengan maksud berlain-lainan, malah tidak membantu, itu kan maksudnya?

MARK: Katakan saja begitu. Teologi Anak Manusia lebih cocok, lebih aktual, dan lebih membuat orang memahami Yesus itu tokoh yang menghadap Dia yang ada di atas sana, bukan tokoh yang mau menjalankan kuasa di sini, juga kuasa batin terhadap pengikut-pengikutnya. Ia baru punya bobot seperti itu nanti setelah wafat di kayu salib. Dan pada saat itulah sosok Anak Manusia yang tadi datang menghadap Allah itu sampai ke tujuannya dan menerima kemuliaannya sebagai Anak Allah, seperti diucapkan oleh kepala pasukan yang menunggui dia di salib, "Sungguh, orang ini Anak Allah!" (Mrk 15:39).

GUS: Jadi gambaran sebagai Anak Manusia malah menegaskan bahwa anugerah dari Yang Maha Kuasa yang diterimanya itu bukannya untuk mempertontonkan kuasa, melainkan pemberian kekuatan untuk menanggung penderitaan nanti, sampai dinaikkan di salib. Tapi juga kekuatan yang bakal membuatnya bangkit.

MARK: Gitu baru bisa dikatakan berteologi cara baru tentang Yesus sang Anak Manusia. Kayak dia sendiri.

Salam hangat,



Agustinus Gianto, SJ

Jangan katakan......!

Sahabatku,
Jangan katakan, "kenapa masalah silih berganti!" tapi syukurlah Tuhan selalu memberiku masalah, agar aku jadi kreatif menemukan "solusinya".

Jangan katakan, kenapa cobaan silih berganti datang, tapi syukurlah Tuhanku tidak pernah berhenti "mengejutkan" aku sampai terluka jiwaku, agar aku setia pada-Nya kapanpun & di manapun aku berada!

Jangan katakan, kenapa hidup rohaniku malah mengering sekarang ini, padahal aku sudah rajin berdoa setiap hari, siang dan malam! Tetapi katakanlah, Tuhan, syukur kepada-Mu Engkau memberiku kesempatan untuk berjalan di padang gurun, saat aku sulit menemukan sumber air. Saat tidak ada sumber air yang engkau cari, di situlah saatnya engkau menemukan sumber air yang sejati. Dialah Tuhan Sang Sumber Air sejati..!

Jangan katakan, kenapa salibku setiap hari selalu bertambah berat, tapi semakin engkau rasakan beratnya salibmu, itulah pertanda Tuhan makin percaya padamu! Bukankah salib yang terasa berat itu pertanda engkau belajar menyadari betapa banyak resiko yang engkau tanggung karena percaya pada-Nya? Salib itu tidak sama artinya dengan penderitaan, namun salib itu sebuah resiko yang mesti kita terima karena membuat pilihan setia kepada Kristus. Dia telah mendahului membiarkan diri-Nya disalib: meskipun mengajar dengan kata dan perbuatan-Nya, membangkitkan orang mati dan membuat mukjijat..toh tidak dipercaya manusia. Di situlah saatnya kita mengikutinya: belajar tidak dipercaya, namun tetap berpegang teguh untuk menjadi orang yang dapat dipercaya!

Jangan katakan, kenapa isteri, suami, dan anak anakmu tidak mau berubah menurut jalan pikiranmu. Tapi bersyukurlah, engkau disadarkan, sebaik bahkan sesuci apapun hidupmu, belum tentu mampu mengubah perilaku orang lain. Saat engkau menemukan tidak ada lagi jalan mengubah perilaku saudaramu serumah, di situlah saatnya engkau menyadari, "Hal terpenting, engkau sendiri sudah menunjukkan diri sebagai pribadi yang mau berubah." Tuhanpun mau mengubah diri kita kalau kita memutuskan untuk "minta diubah".

Jangan katakan, kenapa Tuhan membiarkan orang memutuskan hubungan denganku sampai aku patah hati rasanya. Tapi lihatlah setelah engkau putus dengan orang yang istimewa sekalipun, engkau melihat ada banyak orang istimewa juga! Itulah artinya engkau tertantang untuk bersyukur, patah hatimu menyadarkan engkau, "hidup ini tidak seluas daun kelor, tapi ada banyak orang yang mau disapa dan diajak bersahabat!" Bukalah telapak tanganmu untuk memberi salam, dan ucapkanlah sepatah kata pada temanmu, lalu tersenyumlah, karena itu engkau akan menemukan ada banyak harapan bertaburan di tengah tengah hidupmu!

Jangan katakan, Tuhanku tidak memberiku rejeki. Namun lihatlah di manapun ada banyak rejeki. Hanya saja, engkau selalu mencari "rejeki yang cocok dengan keinginanmu pribadi", sementara Tuhan selalu akan memberikan rejeki menurut kehendak-Nya. Di saat engkau tidak melihat ada rejeki, di situlah engkau mesti belajar mencari rejeki di luar rencancamu sendiri. Temukanlah rejeki Tuhan itu dengan mengasihi-Nya dan mengasihi sesama. Itulah rejeki sejati, engkau memiliki kekuatan untuk mengasihi. Kekuatan itu tidak lain adalah Roh-Nya. Karena itu mintalah Roh Kudus, agar engkau merasakan rejeki kekuatan untuk berbagi hidup dengan sesamamu.


Warm regards..

Have a nice and blessed weekend!

Blasius Slamet Lasmunadi, Pr

Sabtu, 12 September 2009 :: Hari Biasa Pekan XXIII

Sabtu, 12 September 2009
Hari Biasa Pekan XXIII

Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah -- 1Kor 15:51


Doa Renungan Pagi

Bapa di dalam Surga, syukur atas hari baru yang kami terima ini. Sungguh indah kalau kami juga boleh mendengarkan Sabda-Mu. Resapkanlah Sabda-Mu yang akan kami baca ya Tuhan, agar menjadi sumber kekuatan untuk melayani dan melakukan aktivitas pekerjaan kami hari ini dengan baik. Dengan demikian semuanya menjadi pujian bagi kemuliaan-Mu. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius (1:15-17)

"Kristus datang di dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa."

15 Saudara-saudara, perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. 16 Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal. 17 Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Terberkatilah nama Tuhan untuk selama-lamanya.
Ayat.
(Mzm. 113:1b-2.3-4.5.6.7)
1. Pujilah, hai hamba-hamba Tuhan, pujilah nama Tuhan! Kiranya nama Tuhan dimasyhurkan, sekarang dan selama-lamanya.
2. Dari terbitnya matahari sampai pada terbenamnya terpujilah nama Tuhan. Tuhan tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit.
3. Siapakah seperti Tuhan, Allah kita, yang diam di tempat tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi? Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur.

Bait Pengantar Injil PS 956
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Orang yang mengasihi Aku akan menaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:43-49)
"Mengapa kalian berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan!' padahal kalian tidak melakukan apa yang Kukatakan?"

43 Yesus menyampaikan wejangan ini kepada murid-murid-Nya, "Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. 44 Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. 45 Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." 46 "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? 47 Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya--Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan--, 48 ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. 49 Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

“Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya”
(1Tim 1:15-17; Luk 6:43-49)
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Kacang mongso tinggalo lanjaran”, demikian kata pepatah Jawa yang kurang lebih berarti ‘anak-anak pasti akan mewarisi perilaku, cara hidup dan cara bertindak orangtuanya’. Maka kami berharap kepada para orangtua dapat menjadi teladan hidup dan cara bertindak bagi anak-anaknya. Keunggulan hidup beriman atau beragama terletak dalam tindakan atau perilaku bukan omongan atau wacana. Yang mengikat dan mendasari hidup dan cara bertindak orangtua atau bapak-ibu adalah cintakasih; ingat dan kenangkan bahwa anda berdua menjadi suami atau isteri dan bapak atau ibu karena dan oleh cintakasih, dimana anda berdua saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Di dalam bersama hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun ada aturan atau tatanan hidup, agar hidup bersama sungguh damai-sejahtera. Di dalam keluarga kiranya juga ada aturan dan tatanan hidup, entah tertulis atau lisan, yang telah ditentukan oleh orangtua, maka hendaknya anda sebagai orangtua tidak hanya berhenti pada memberi aturan, tatanan, nasihat atau tuntunan, tetapi juga menghayati atau melaksanakannya sendiri dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tenaga. Dalam kutipan Warta Gembira hari ini kita juga diingatkan bahwa “yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya”, maka baiklah kita mengusahakan untuk memiliki hati yang baik. Untuk itu baiklah sering membaca berbagai tulisan atau karangan yang baik, dimana di dalamnya kita dapat menemukan pikiran, pendapat, nasihat yang baik dan kemudian kita hayati atau laksanakan dalam hidup sehari-hari dengan berbuat baik kepada siapapun. Perbuatan baik dan hati baik akan saling menguatkan dan memperteguh.

· “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa” (1Tim 1:15). Inilah mungkin kata-kata atau tulisan yang baik kita renungkan dan hayati. Mungkin kita adalah orang baik, namun demikian marilah kita juga berani berkata dan menghayati bahwa “akulah yang paling berdosa”, sebagaimana juga telah pernah dinyatakan dan dicoba untuk dihayati oleh para Yesuit, yang menyatakan diri sebagai pendosa yang dipanggil Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya di dunia ini. Menghayati diri sebagai pendosa yang dikasihi dan dipanggil kurang lebih juga berarti hidup dan bertindak dengan rendah hati. Rendah hati merupakan keutamaan dasar kebalikan dari sombong. Kita dipanggil untuk menjadi rendah hati, meneladan Yesus “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Fil 2:6-7). Para orangtua hendaknya menjadi teladan penghayatan kerendahan hati ini di dalam keluarga, antara lain berusaha ‘menjadi sama dengan anak-anak’, yang berarti senantiasa siap sedia untuk dibina, dituntun, dinasihati terus menerus sampai mati alias bersikap mental ‘ongoing formation, ongoing education’. Sikap mental inilah kiranya yang sebaiknya juga diwarikan kepada anak-anaknya, antara lain dengan teladan dari orangtua/bapak-ibu.


“Haleluya! Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN! Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya. Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN. TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit. Siapakah seperti TUHAN” (Mzm 113:1-5a)

Jakarta, 12 September 2009


Ignatius Sumarya, SJ

Jumat, 11 September 2009 :: Hari Biasa Pekan XXIII

Jumat, 11 September 2009
Hari Biasa Pekan XXIII

Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik. Diamlah di negeri dan berlakulah setia -- Mzm 37:3


Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, kami bersyukur pada-Mu atas anugerah yang Engkau berikan pada kami. Curahkanlah kuasa Roh Kudus atas kami, agar kami dapat mengerti Sabda yang ingin Engkau sampaikan kepada kami hari ini. Sebab kami selalu ingin hidup sesuai dengan kehendak-Mu. Amin.

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius (1:1-2.12-14)

"Tadinya aku seorang penghujat, tetapi kini dikasihani Allah."

Dari Paulus, rasul Kristus Yesus atas perintah Allah, penyelamat kita, dan atas perintah Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, kepada Timotius, anakku yang sah dalam iman. Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau. Aku bersyukur kepada Kristus Yesus, Tuhan kita, yang menguatkan daku, karena ia menganggap aku setia, dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku. Padahal tadinya aku seorang penghujat dan seorang penganiaya yang ganas. Tetapi kini aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan, yaitu di luar iman. Malahan kasih karunia Tuhan kita itu telah dilimpahkan bersama dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Ya Tuhan, Engkaulah milik pusakaku.
Ayat.
(Mzm 16:1.2a.5.7-8.11)
1. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada Tuhan, "Engkaulah Tuhanku, ya Tuhan, Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.
2. Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasehat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
3. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat yang abadi.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:39-42)

"Mungkinkah seoang buta membimbing orang buta?"

Pada suatu ketika Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya, "Mungkinkah seorang buta membimbing orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang? Seorang murid tidak melebihi gurunya, tetapi orang yang sudah tamat pelajarannya, akan menjadi sama dengan gurunya. Mengapa engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak kauketahui? Bagaimana mungkin engkau berkata kepada saudaramu, 'Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar dalam matamu', padahal balok dalam matamu tidak kaulihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.



Renungan
“Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu”
(1Tim 1:1-2.13-14; Luk 6:39-42)

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Salah satu kebiasaan yang sering dilakukan orang adalah ‘ngrumpi atau ngrasani’, dimana dibicarakan kekurangan dan kesalahan orang lain yang tidak ada di hadapan mereka. Isi ‘ngrumpi atau ngrasani’ pada umumnya adalah kekurangan dan kelemahan atau kesalahan orang lain. Orang yang suka ngrumpi atau ngrasani pada umumnya memiliki kelemahan, kekurangan atau kesalahan yang cukup besar, namun coba untuk ditutupi dengan melihat dan menceriterakan kekurangan orang lain. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Yesus : ”Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?”. Marilah kita keluarkan ‘balok’ yang menutupi mata kita, sehingga kita menjadi buta terhadap diri kita sendiri! Memang melihat diri sendiri itu lebih sulit daripada melihat orang lain. Melihat diri sendiri dengan tajam berarti terampil mawas diri (awas terhadap diri sendiri). Dalam doa harian kita, yaitu doa malam menjelang istirahat tidur, ada bagian yang disebut “pemeriksaan batin”, suatu ajakan bagi diri kita masing-masing untuk memeriksa dengan cermat isi batin atau hati kita sendiri. Jika kita mampu melihat diri sendiri dengan baik dan memadai, maka kami yakin kita tidak akan mudah untuk melihat dan membicarakan kekurangan, kelemahan dan kesalahan orang lain. Terampil dalam ‘pemeriksaan batin’ berarti terampil dalam pembedaan roh alias terampil melihat apa yang baik dan benar alias ahli roh baik, bukan terampil melihat apa yang buruk dan salah alias ahli roh jahat atau setan. Marilah kita saling melihat apa yang baik dan.benar dalam diri sesama kita, sehingga kita akan dapat melihat dengan jelas apa yang buruk dan salah dan kemudian kita perbaiki dengan tepat. Dengan saling melihat dan mengakui apa yang baik dan benar dalam diri kita masing-masing berarti juga terjadi ‘saling memberdayakan’ di antara kita.

· “Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus” (1Tim 1:13-14), demikian kesaksian atau curhat Paulus kepada Timotius, kepada kita semua. Seperti pernah terjadi dalam diri Paulus, kiranya juga dapat terjadi di antara kita, yaitu kita merasa berbuat baik tetapi sebenarnya apa yang kita buat adalah buruk karena ketidak-tahuan kita. Dengan kata lain dari lubuk hati kita yang terdalam berkendak untuk senantiasa berbuat baik, tetapi karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan kemungkinan apa yang menjadi kehendak baik tersebut dalam pelaksanaan tidak baik atau kurang memadai. Maka marilah kita bina dan perdalam sikap rendah hati dan terbuka dalam diri kita masing-masing, agar setiap kali kita memperoleh kasih Allah melalui saudara-saudari kita berupa aneka macam pengetahuan, keterampilan atau ajaran, kita siap sedia untuk tumbuh berkembang dalam ‘iman dan kasih dalam Kristus Yesus’. Kita sadari dan hayati bahwa aneka macam bentuk sapaan, sentuhan, perhatian dari orang lain, entah yang enak atau menyakitkan, sebagai wujud kasih Allah kepada kita melalui sesama kita. Hendaknya kita senantisa terbuka untuk ditegor, diajar, diberi tahu kesalahan dan kekurangan kita, diarahkan ke kebenaran dan kebaikan. Sebaliknya kita semua juga dipanggil untuk melihat dan mengakui perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi dalam diri saudara-saudari kita, dan jangan mengingat-ingat ketidak-tahuan mereka masa lalu, yang mungkin juga berupa kesalahan, kekurangan atau kejahatan.


“Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku. Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.”(Mzm 16:5.7-8.11)

Jakarta, 11 September 2009

Ignatius Sumarya, SJ

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy