| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Selasa, 27 Oktober 2009 :: Hari Biasa Pekan XXX

Selasa, 27 Oktober 2009
Hari Biasa Pekan XXX


Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus -- Filipi 4.7

Doa Renungan

Allah Bapa kami sumber pengharapan sejati, taburkanlah sabda-Mu ke dalam hati kami agar tumbuhlah Kerajaan Allah tempat Engkau sendiri hadir dan merajai hidup kami hari ini. Semoga kami hari ini berkembang dalam segala ketekunan dan perbuatan baik, bertindak jujur kepada-Mu dan sesama. Kami serahkan segala apa yang kami rencanakan dan akan kami kerjakan hari ini ke dalam kekuatan-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Umat di Roma (8:18-25)

"Seluruh makhluk dengan rindu menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan."

Saudara-saudara, aku yakin penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab dengan amat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan karena kehendaknya sendiri, melainkan oleh kehendak Dia yang telah menaklukkannya; tetapi penaklukan ini dalam pengharapan, sebab makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan, dan masuk dalam kemerdekaan mulia anak-anak Allah. Kita tahu, sampai sekarang ini seluruh makhluk mengeluh dan merasa sakit bersalin; dan bukan hanya makhluk-makhluk itu saja! Kita yang telah menerima Roh Kudus sebagai kurnia sulung dari Allah, kita pun mengeluh dalam hati sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan lagi pengharapan. Sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang sudah dilihatnya? Tetapi kalau kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, maka kita akan menantikannya dengan tekun.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita.
Ayat. (Mzm 126:1-2ab.2cd-3.4-5.6)
1. Ketika Tuhan memulihkan keadaan Sion, kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tawa-ria, dan lidah kita dengan sorak-sorai.
2. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa, "Tuhan telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.
3. Pulihkanlah keadaan kami, ya Tuhan, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negep! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
4. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri Kerajaan Kaunyatakan kepada orang kecil.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (13:18-21)

"Biji itu tumbuh dan menjadi pohon."

Ketika mengajar di salah satu rumah ibadat, Yesus bersabda, "Kerajaan Allah itu seumpama apa? Dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya. Biji itu tumbuh dan menjadi pohon, dan burung-burung di udara bersarang di ranting-rantingnya." Dan Yesus berkata lagi, "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Kerajaan Allah itu seumpama ragi, yang diambil seorang wanita dan diaduk-aduk ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai seluruhnya beragi."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan

"Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?”
(Rm 8:18-25; Luk 13:18-21)


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


· Salah satu kelemahan kelompok mayoritas adalah merasa diri kuat, hebat dan baik, tetapi sering kurang berkembang sebagaimana dituntut oleh perkembangan zaman, sebaliknya kelompok minoritas memang ada kecenderungan minder, tetapi juga karena merasa terjepit mereka terus mengembangkan diri dan dengan demikian berkualitas. Memang ada dilemma: berpihak pada mayoritas atau minoritas, apa saja atau yang terpilih saja. Berpihak pada mayoritas ada kecenderungan kurang mendalam dan dengan demikian kurang bermutu tetapi merata, sedangkan berpihak pada minoritas ada kemungkinan cukup mendalam dan dengan demikian cukup berkualitas. Jika Yesus mengumpamakan Kerajaan Allah bagaikan biji sesawi atau ragi, hal itu mengingatkan dan mengajak kita semua, bahwa yang lebih diutamakan adalah kuwalitas bukan kuantitas, mutu bukan jumlah. Maka marilah prinsip ini kita hayati lebih-lebih dalam bidang pembinaan/pendidikan atau produksi. Dalam dunia pendidikan hendaknya kualitas lebih diutamakan daripada kuantitas, kecerdasan spiritual lebih diutamakan daripada kecerdasan-kecerdasan lainnya. Demikian juga dalam berproduksi, entah apapun: makanan, minuman, sarana-prasarana, dst.. hendaknya lebih diutamakan kualitas daripada kuantitas. Satu orang baik, bermutu, dewasa, cerdas dst.. akan berpengaruh bagi lingkungan hidupnya bagaikan ragi yang merasuki tepung terigu. Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua umat beriman: marilah kita perdalam dan perkuat iman kita masing-masing, sehingga kehadiran, cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun membuat lingkungan hidup enak, nikmat dan mempesona. Dimana kita hadir maka komunitas atau lingkungan hidup menjadi bahagia, damai dan tenteram.

· Kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun” (Rm 8:24-25), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua. Apa yang diharapkan memang belum terlihat, maka siapapun yang sungguh mengharapkan sesuatu mereka akan dengan tekun dan bergairah mengusahakan. Kita semua mengharapkan keselamatan, dan diharapkan sejak saat ini kita telah mencicipi keselamatan tersebut. Yang terutama menjadi pengharapan kita adalah keselamtan jiwa kita, maka marilah kita usahakan dengan gairah dan tekun agar jiwa kita selamat dan bahagia ketika kita dipanggil Tuhan. Untuk itu kita memang diharapkan bagaikan ragi atau biji sesawi, yang tumbuh, menyebar dan fungsional. Tumbuhan sesawi yang telah tumbuh nampak indah dan menjadi tempat burung-burung serta kupu-kupu mencari makan dan berteduh, sedangkan ragi begitu hancur dan menyebar langsung membuat enak dan sedap makanan. Hidup dalam pengharapan berarti siap sedia untuk tumbuh berkembang dan hancur untuk dikorbankan atau dipersembahkan kepada yang lain. Kelengkapan keutamaan harapan adalah iman dan cinta: iman yang berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada yang lain dan cinta berarti melakukan sesuatu yang baik dan menyelamatkan bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan kata lain karena kita saling mengharapkan berarti kita juga saling berbuat baik dan mempersembahkan diri. Orang yang berpengharapan tidak pernah sedih, frustrasi atau lesu, tetapi senantiasa bergariah, ceria, dinamis dst.. sehingga menarik dan memikat serta mempesona bagi siapapun, seperti orang gila yang senyum terus dan tidak mengganggu orang lain tetapi malah menghibur orang lain yang melihatnya.

TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya”
(Mzm 1126:3-6)



Jakarta, 27 Oktober 2009.



Ign. Sumarya, SJ

Senin, 26 Oktober 2009 :: Hari Biasa Pekan XXX

Senin, 26 Oktober 2009
Hari Biasa Pekan XXX

Allah kita adalah Allah yang menyelamatkan, jangan takut mengungkapkan isi hati kepada-Nya dalam doa dan tindakan baik.

Doa Renungan

Tuhan Yesus, kasih-Mu amat besar dalam hidup kami. Semoga kami yang hendak memulai pekerjaan harian kami sungguh merasakan kembali kasih-Mu itu. Secara istimewa kasih-Mu yang menyembuhkan itu semoga menyembuhkan kami, mereka yang saat ini sedang sakit, dan musuh-musuh kami, juga pada setiap orang yang hendak melaksanakan pekerjaan mereka hari ini. Terpujilah Engkau yang Mahabaik sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Umat di Roma (8:12-17)

"Kalian telah menerima Roh yang menjadikan kalian anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, 'Abba, ya Bapa"

Saudara-saudara, kita ini orang berutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab jika kalian hidup menurut daging, kalian akan mati. Tetapi jika oleh Roh kalian mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, maka kalian akan hidup. Semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kalian menerima bukan roh perbudakan yang membuat kalian menjadi takut lagi, melainkan Roh yang menjadikan kalian anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, 'Abba, ya Bapa.' Roh itu memberi kesaksian bersama-sama roh kita bahwa kita ini anak Allah. Dan kalau kita ini anak, berarti juga ahli waris, yakni ahli waris Allah, sama seperti Kristus. Artinya jika kita menderita bersama dengan Dia, kita juga akan dipermuliakan bersama dengan Dia.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Allah kita adalah Allah yang menyelamatkan.

Ayat.
(Mzm 68:2.6-7ab.20-21)
1. Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuh-Nya, orang-orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan-Nya. Tetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita.
2. Bapa bagi anak yatim dan pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus; Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara, Ia mengeluarkan orang-orang tahanan sehingga mereka bahagia.
3. Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung beban kita; Allah adalah keselamatan kita. Allah kita adalah Allah yang menyelamatkan, Allah, Tuhanku, memberi keluputan dari maut.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran; kuduskanlah kami dalam kebenaran.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (13:10-17)

"Bukankah wanita keturunan Abraham ini harus dilepaskan dari ikatannya sekalipun pada hari sabat?"

Pada suatu hari Sabat Yesus mengajar dalam salah satu rumah ibadat. Di situ ada seorang wanita yang telah delapan belas tahun dirasuk roh. Ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat wanita itu dipanggil-Nyalah dia. Lalu Yesus berkata, "Hai Ibu, penyakitmu telah sembuh." Kemudian wanita itu ditumpangi-Nya tangan, dan seketika itu juga ia berdiri tegak dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat itu gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. Lalu ia berkata kepada orang banyak, "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat." Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya, "Hai orang-orang munafik, bukankah kalian semua melepaskan lembu dan keledaimu pada hari Sabat dan membawanya ke tempat minum? Nah, wanita ini sudah delapan belas tahun diikat oleh iblis. Bukankah dia harus dilepaskan dari ikatannya itu karena dia keturunan Abraham?" Waktu Yesus berbicara demikian, semua lawan-Nya merasa malu, sedangkan orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia yang telah dilakukan-Nya.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


“Bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?”

(Rm 8:12-17; Luk 13:10-17)

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Di akhir sebuah lokakarya karya pendidikan, para wakil (dari keuskupan-keuskupan) menyampaikan rekomendasi berupa rencana kegiatan kerja di wilayah masing-masing. Cukup menarik ada beberapa wakil dalam menyampaikan rencana kegiatannya dengan catatan kaki, yaitu: pelaksanaan rencana kerja ini perlu rekomendasi Uskup. Dalam hati saya bertanya-tanya: apakah untuk berbuat baik perlu rekomendasi uskup, yang dimaksudkan kiranya perlu dana/beaya dari uskup. Hemat saya semua pimpinan di tingkat manapun tidak akan melarang anak buahnya berbuat baik. Perbuatan baik berada di ranah norma moral, yang mengatasi norma hukum. Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat dan apa yang dilakukan membuat gusar kepala rumah ibadat karena menurut aturan Sabat pada hari Sabat tidak boleh bekerja. Tetapi setelah Yesus menjelaskan arti Sabat dan perbuatanNya, mereka pun bersukacita. Belajar dan bercermin pada apa yang telah dilakukan oleh Yesus, marilah kita tidak takut atau ragu-ragu untuk berbuat baik dimanapun dan kapanpun, lebih-lebih menolong mereka yang sakit atau menderita. Kita jauhkan dan berantas aneka bentuk kemunafikan. Aneka macam aturan dan tatanan hidup bertujuan untuk kebaikan umum, maka semua perbuatan baik tidak melawan aturan atau tatanan hidup, melainkan memantapkan aturan dan tatanan tersebut, meskipun sekilas nampak melanggar aturan. Usaha dan kegiatan penyelamatan jiwa manusia dapat dilaksanakan kapan saja dan dimana saja.

· “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah”(Rm 8:14-15). Anak Allah berarti orang yang sungguh dikasihi oleh Allah, dan kita semua kiranya mendambakan sebagai yang dikasihi oleh Allah. Kasih Allah kepada kita masing-masing telah kita terima secara melimpah ruah melalui mereka yang telah berbuat baik kepada kita, tanpa kenal aturan atau tatanan. Maka hendaknya tidak mengingkari diri sebagai yang telah dikasihi, dan tentu saja kita menanggapinya dengan berterima kasih, dan terima kasih itu kita wujudkan dengan mengasihi orang lain, sehingga kita hidup dan bertindak saling mengasihi. Jika kita hidup dan bertindak saling mengasihi maka tiada ketakutan sedikitpun dalam diri kita masing-masing, dan dengan demikian kita juga handal dan tabah terhadap aneka ancaman jenis penyakit. Maka jika dalam diri kita masing-masing masih ada ketakutan berarti kebersamaan hidup kita kurang atau tidak saling mengasihi atau ada yang bermental budak, dimana bertindak menunggu perintah. Baiklah jika ada saudara-saudari kita yang masih dalam ketakutan, marilah kita tolong dengan rendah hati agar tidak takut, antara lain dengan memperlihatkan kasih Allah yang melimpah ruah dalam diri mereka. Mereka yang takut pada umumnya karena merasa kurang dikasihi, padahal yang benar kasih kepadanya sungguh melimpah ruah. Kita ingatkan mereka bahwa kita sampai kini masih hidup seperti saat ini tidak lain karena kasih Allah yang kita terima melalui banyak orang yang telah mengaasihi kita.

Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung bagi kita; Allah adalah keselamatan kita. Allah bagi kita adalah Allah yang menyelamatkan, ALLAH, Tuhanku, memberi keluputan dari maut

(Mzm 68:20-21).

Jakarta, 26 Oktober 2009

Ignatius Sumarya, SJ

Bacaan Harian: 26 Oktober - 01 November 2009

Bacaan Harian: 26 Oktober - 01 November 2009

Senin, 26 Oktober 2009:
Hari Biasa Pekan XXX (H).
Rm 8:12-17; Mzm 68:2.6-7ab.20-21; Luk 13:10-17.
Dengan menyembuhkan orang pada hari Sabat, Yesus mengambil resiko untuk dikecam. Berbuat baik demi nilai-nilai kehidupan memang seringkali membawa resiko. Demi mencari aman, orang seringkali menghindar untuk berbuat baik dengan mengajukan banyak alasan.

Selasa, 27 Oktober 2009:
Hari Biasa Pekan XXX(H).
Rm 8:18-25; Mzm 126:1- 6; Luk 13:18-21.
Kerajaan Allah seumpama biji sesawi yang kecil tetapi dapat bertumbuh menjadi pohon yang besar. Hal kecil yang kita lakukan dengan tekun demi Kerajaan Allah, pada saatnya akan menjadi begitu berguna dan berdampak bagi kebaikan. Kekuatannya terletak bukan pada diri kita, tetapi pada kuasa yang berasal dari Tuhan sendiri.

Rabu, 28 Oktober 2009:
Pesta St. Simon dan Yudas, Rasul (M).
Ef 2:19-22; Mzm 19:2-5; Luk 6:12-19.
Sebagai pengikut Yesus, kita mungkin berusaha mengikuti ajaran-ajaran-Nya. Tetapi sanggupkah kita juga menjadi ‘rasul’ yang siap diutus mewartakan ajaran-Nya itu di manapun kita berada. Yesus bukan saja mau menyelamatkan diri kita sendiri-sendiri, tetapi Ia juga mau menyelamatkan semua yang lain. Untuk itu Ia membutuhkan kita sebagai pewarta kerajaan-Nya, menjadi penjala manusia.

Kamis, 29 Oktober 2009:
Hari Biasa Pekan XXX (H).
Rm 8:31b-39; Mzm 109:21-22. 26-27.30-31; Luk 13:31-35.
Perjalanan iman bersama Yesus adalah berangkat dari Galilea menuju Yerusalem. Jalan menuju kemuliaan harus melalui Golgota. Yesus taat pada kehendak Bapa. Ia tak gentar terhadap resiko dan ancaman. Sebagai orang beriman, siapkah kita berjuang dalam iman, bagaimanapun sulit dan beratnya, untuk menuju kemuliaan?

Jumat, 30 Oktober 2009:
Hari Biasa Pekan XXX (H).
Rm 9:1-5; Mzm 147:12-15.19-20; Luk 14:1-6.
Berbuat baik haruslah menjadi napas kehidupan dan dilakukan setiap saat. Manusia seringkali terpaku pada berbagai macam aturan, omongan atau anggapan orang, bahkan resiko-resiko yang mungkin timbul, sehingga tidak berani untuk berbuat baik. Marilah kita mulai dari hal-hal kecil untuk tidak lelah dan tidak takut berbuat baik.

Sabtu, 31 Oktober 2009:
Hari Biasa Pekan XXX (H).
Rm 11:1-2a.11-12.25-29; Mzm 94:12-13a.14-15; Luk 14:1.7-11.
Seperti umumnya manusia, kita cenderung bertindak mencari pujian, mengutamakan diri, dan sombong akan kemampuan diri. Yesus hari ini mengajarkan untuk rendah hati. Rendah hati artinya rela dan siap sedia mengutamakan kepentingan orang lain, mendahulukan orang lain dan tidak selalu berpusat pada diri sendiri. Dengan sikap itulah kita ditinggikan oleh-Nya.

Minggu, 01 November 2009:
Hari Raya Semua Orang Kudus (P).
Why 7:2-4.9-14; Mzm 24:1-4ab.5-6; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a.
Kita semua dipanggil untuk menjadi kudus dengan setia untuk menjalankan tugas perutusan kita. Pekerjaan ini tidak mudah. Ada banyak tantangan dan godaan. Namun, semua orang kudus yang kita rayakan hari ini menjadi teladan dan sekaligus menjadi dorongan bagi kita untuk mengusahakannya dengan bantuan rahmat Allah.

Minggu, 25 Oktober 2009 :: Mg Biasa XXX oleh Rm. I. Sumarya, SJ

Minggu, 25 Oktober 2009

Hari Minggu Biasa XXX: Yes 31:7-9; Ibr 5:1-6; Mrk 10:46-52

oleh Romo I. Sumarya, SJ

"Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!”

Indera ‘mata’ atau penglihatan merupakan salah satu dari lima indera yang cukup penting. Orang buta berarti mengalami kekurangan atau kelemahan untuk menerima aneka informasi yang dapat dilihat dan dinikmati melalui mata; yang bersangkutan juga dapat dengan mudah ditipu atau dikelabui orang lain. Dengan mata atau penglihatan yang baik kita dapat menikmati panorama atau pemandangan yang indah serta menyegarkan, entah itu tanaman, binatang maupun manusia atau alam pegunungan, dst.. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan orang buta, yang berteriak-teriak mohon penyembuhan dari Yesus. Yesus pun tergerak hatiNya oleh belas kasihan dan akhirnya menyembuhkan orang buta tersebut sehingga dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!’, demikian sabda Yesus kepada orang buta tersebut, dan ia pun sembuh, dapat melihat, kemudian “ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya

"Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Mrk 10:52)

Mungkin di antara kita tidak ada yang buta matanya, namun kiranya ada yang kabur atau buta mata hatinya. “It be better to follow the blind man than to follow the blind heart”, demikian rumor yang berkembang ketika Gus Dur, yang buta matanya, terpilih menjadi presiden RI. Ungkapan tersebut apakah merupakan bentuk kekecewaan atau kebanggaan, nampaknya tidak jelas. Saya pribadi terkesan dengan rumor tersebut, dan setelah saya refleksikan hemat saya memang benar bahwa buta mata hati lebih merugikan daripada buta mata phisik. Buta mata hati berarti tidak/kurang beriman, sehingga orang yang buta hatinya akan hidup seenaknya sendiri, mengikuti selera pribadi, tidak mengikuti kehendak Tuhan atau menghayati janji-janji yang pernah diikrarkan.

Imanmu telah menyelamatkan engkau”, demikian sabda Yesus kepada orang yang buta matanya. Beriman berarti mempersembahkan atau menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan dalam cara hidup serta cara bertindak setiap hari senantiasa mentaati dan melaksanakan aturan atau tatanan hidup yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusannya, dan dengan demikian selamat, damai sejahtera. Maka jika kita mengakui diri sebagai orang beriman, marilah kita mawas diri: sejauh mana kita melaksanakan atau menghayati aturan dan tatanan hidup yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing? Jika kita masih sakit-sakitan, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh, berarti kita kurang atau tidak beriman.

Setelah disembuhkan si buta langsung mengikuti Yesus dalam perjalananNya, artinya ia berjalan bersama dan bersatu dengan Tuhan. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus/Tuhan, kita dipanggil mengikutiNya dalam perjalananNya, yang tidak lain berjalan atau pergi kemanapun dan dimanapun untuk menyelamatkan atau membahagiakan orang lain. Kita dipanggil untuk membahagiakan orang lain dalam dan melalui cara hidup, cara bertindak serta sepak terjang kita setiap hari. Kita semua kiranya memiliki mata tubuh yang sehat alias dapat melihat segala sesuatu dengan jelas, maka kami harapkan setelah melihat dan mungkin menemukan sesuatu yang tidak baik, tidak beres dan amburadul, hendaknya langsung diperbaiki, dibereskan dan diatur. Kami percaya jika kita sungguh beriman, maka ketika melihat sesuatu pasti langsung tergerak untuk melakukan sesuatu yang menyelamatkan dan membahagiakan. Orang sungguh beriman pada umumnya juga lebih melihat ke bawah dari pada ke atas, sehingga melihat kenyataan yang ada dengan jelas serta hidup dalam kenyataan bukan mimpi-mimpi; ia rendah hati.

“Setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa. Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan, yang mengharuskannya untuk mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat, tetapi juga bagi dirinya sendiri.”(Ibr 5:1-3)

Kutipan di atas ini kiranya baik menjadi bahan refleksi para imam/pastor khususnya, dan juga umat Allah pada umumnya yang juga memiliki cirikhas imamat umum kaum beriman. Sebagai imam atau pastor hendaknya ‘dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat’, karena untuk itulah ia dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya Yesus, Imam Agung, yang datang untuk menyelamatkan orang berdosa, bukan orang sehat dan baik. Untuk itu sebagai imam atau pastor harus mendunia atau memahami seluk-beluk atau hal-ikhwal duniawi, kebutuhan hidup sehari-hari umat Allah serta lingkungan hidup mereka. Dengan kata lain hendaknya sering ‘turba’, turun ke bawah, melepaskan atribut kebesarannya dan menjadi sama dengan mereka yang didatangi kecuali dalam hal dosa.

Kita perlu mengerti kelemahan dan kerapuhan diri kita sendiri maupun mereka yang harus kita layani, agar kita tahu bentuk atau wujud persembahan macam apa yang harus kita haturkan alias bantuan atau pertolongan yang harus kita berikan. Kelemahan atau kerapuhan dapat terletak dalam hati, jiwa, akal budi atau tubuh. Orang-orang jahil dan sesat pada umumnya kelemahannya terletak dalam hati dan jiwa mereka, tidak mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Maka jika kita jahil dan sesat atau siapapun yang merasa jahil dan sesat, marilah kita berdoa seperti ini: “Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?"(1Raj 3:9).

Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta dan lumpuh, ada perempuan yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang melahirkan; dalam kumpulan besar mereka akan kembali ke mari! Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung;”(Yer 31:8-9). Kutipan dari kitab Yeremia ini kiranya dapat kita refleksikan sebagai pendukung panggilan imamat kita, entah imamat jabatan maupun imamat umum kaum beriman. Kita dipanggil untuk membawa saudara-saudari kita ‘di jalan yang rata, dimana mereka tidak akan tersandung’. Kita dipanggil untuk membawa saudara-saudari kita kembali ke jalan benar, jalan hidup yang telah digelutinya, dialaminya sesuai dengan panggilan Tuhan. Dengan kata lain kita diingatkan untuk tanpa takut dan gentar menegor dan meluruskan mereka yang suka atau sering selingkuh, mengingkari panggilan dan tugas pengutusannya. Kepada siapapun yang sering ‘tersandung; apalagi ‘jatuh’ kami ingatkan: jangan-jangan telah berselingkuh; jika memang telah dan sedang berselingkuh kami ajak untuk bertobat, kembali ke jalan benar, demi kebahagiaan anda sendiri maupun saudara-saudari anda.

Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.”(Mzm 126)

Jakarta, 25 Oktober 2009

.

Minggu, 25 Oktober 2009 :: Hari Minggu Biasa XXX

Minggu, 25 Oktober 2009
Hari Minggu Biasa XXX

"Kuatkanlah hatimu, berdirilah, Ia memanggil Engkau" (Mrk 10:49b)

Doa Renungan
Tuhan Yesus Kristus, Engkau memanggil kami sesuai dengan keunggulan pribadi kami, agar dapat Kau pergunakan menjadi pengantara rahmat dan berkat. Sahabat kamipun meneguhkan kami seperti halnya Bartimeus didukung oleh teman-temannya, "Kuatkanlah hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau." Tuhan, kuatkanlah hati kami ketika kami lemah, ragu dan kurang yakin. Sebab Engkaulah Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yeremia (31: 7-9)

"Dengan hiburan Aku akan membawa orang buta dan lumpuh."

Beginilah firman Tuhan: Bersorak-sorailah bagi Yakub dengan sukacita, bersukarialah tentang pemimpin bangsa-bangsa! Kabarkanlah, pujilah dan katakanlah: Tuhan telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa Israel! Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta dan lumpuh, ada perempuan yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang melahirkan; dalam kumpulan besar mereka akan kembali ke mari! Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 830
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan.
Ayat.
(Mzm. 126: 1-2ab,2cd-3,4-5,6)
1. Ketika Tuhan memulihkan keadaan sion, kita seperti orang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tawa ria, dan lidah kita dengan sorak-sorai.
2. Pada waktu itu berkatalah orang diantara bangsa-bangsa, Tuhan telah melakukan perkara besar, Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.
3. Pulihkanlah kepada kami, ya Tuhan, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
4. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Kepada Umat Ibrani (5: 1-6)

"Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut tata imamat Melkisedek."

Saudara-saudara, setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa.Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan,yang mengharuskannya untuk mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat, tetapi juga bagi dirinya sendiri.Dan tidak seorang pun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi dipanggil untuk itu oleh Allah, seperti yang telah terjadi dengan Harun.Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini",sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 954
Ref. Alleluya
Ayat.
Penebus kita Yesus Kristus telah membinasakan maut, dan menerangi hidup dengan Injil.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (10: 46-52)

"Rabuni, semoga aku dapat melihat."

Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Yerikho. Ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan.Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!"Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau."Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!"Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Injil Minggu Biasa XXX tahun B 25 Oktober 2009 (Mrk 10:46-52)
BYAAR! MELIHAT KEMBALI - KE ATAS!


Diceritakan dalam petikan kali ini (Mrk 10:46-52) bagaimana Bartimeus, seorang pengemis buta, ikut berdesak-desakan mengerumuni Yesus yang sedang berjalan lewat Yerikho. Ia berseru minta dikasihani oleh Yesus yang dipanggilnya sebagai "anak Daud", gelar Mesias yang dinanti-nantikan banyak orang itu. Kendati orang banyak menyuruhnya diam, ia terus berteriak dan makin keras. Mendengar itu Yesus menyuruh membawa Bartimeus mendekat untuk di*tanyai ingin apa darinya. Ketika ia minta agar bisa melihat kembali, Yesus mengatakan bahwa imannya telah menyelamatkannya. Saat itu juga Bartimeus dapat melihat kembali dan mulai mengikuti Yesus dalam perjalanannya. Marilah kita tengok terlebih dahulu perihal orang buta dalam Alkitab sebelum mengamati beberapa peristiwa Yesus menyembuhkan orang buta dan menafsirkan kisah Bartimeus ini.


ORANG BUTA DALAM ALKITAB

Orang bisa buta sejak lahir (Yoh 9:1), atau berkurang penglihatannya karena usia lanjut (Ishak dalam Kej 27:1; Eli dalam 1Sam 3:2; Ahia dalam 1Raj 14:4). Di luar itu, kebutaan umumnya akibat penyakit mata yang kasep. Hukum agama dan hukum adat melindungi orang-orang buta (seperti halnya juga janda, musafir, orang sakit, orang miskin, dst.). Ada ancaman keras jangan sekali-sekali menyesatkan atau membiarkan orang buta tersandung (Im 19:14 dan Ul 27:18). Hukum-hukum ini keramat. Tipe orang saleh seperti Ayub bisa berkata sudah menjalankan kebaikan terhadap orang buta (Ayb 29:15).

Kebutaan Saulus (Kis 9) dipakai untuk menyadarkannya bahwa hingga saat itu ia "buta" akan kehadiran Yesus. Selain itu, kebutaan fisik membuatnya kini makin menghargai kebesaran Allah yang mengasihani orang buta seperti dia lewat orang yang mengantarkannya mencari kesembuhan di Damsyik - di sana ia juga menerima baptisan, yang dimengerti secara teologis olehnya nanti dalam Rm 6:5 sebagai ikut mati, dikubur, dan dibangkitkan kembali bersama dengan Kristus.

Kebutaan bisa didatangkan sebagai hajaran kekuatan gaib, misalnya Saulus/Paulus dengan kekuatan matanya menyihir buta seorang nabi palsu bernama Baryesus alias Elimas yang menjalankan praktek santet di Pafos di Pulau Siprus (Kis 13:11). Sambil berdoa Elisa menenung buta sepasukan orang Aram (2Raj 6:8 dst.). Malaikat Allah membutakan mata orang-orang Sodom yang berniat berbuat keji terhadap mereka yang menyamar sebagai tetamu Lot (Kej 19:1). Praktek merusak mata lawan juga dikenal, misalnya orang Filistin mencungkil mata Simson (Hak 16:22), Nebukadnezar membutakan Zedekia (2 RW 25:7).

Kebutaan dapat menggambarkan tipisnya kepekaan rohani, misalnya umat yang tak lagi mengindahkan Allah (Yes 42:18-19), malah pemimpin umat juga buta (Yes 56:10); juga orang yang duniawi belaka pikirannya (2Kor 4:4) atau yang tak berbuat baik kepada sesama (2 Ptr 1:9) dan yang membenci sesama (1Yoh 2:11). Gereja Laodikea dikatakan buta karena tidak menyadari kemerosotan rohani sendiri (Why 3:17). Orang Farisi diibaratkan orang buta menuntun orang buta (Mat 15:14; Luk 6:3).

YESUS DAN ORANG BUTA

Seperti diutarakan dalam Mat 11:5 dan Luk 7:(21-)22, dalam menjawab pertanyaan Yohanes Pembaptis, Yesus menyebut penyembuhan orang buta sebagai salah satu tanda bahwa dirinya itu tokoh yang telah lama dinanti-nantikan orang banyak. Hal ini berhubungan erat dengan gagasan Alkitab bahwa keselamatan datang bagaikan terang bagi orang buta (lihat Mzm 146:8; Yes 29:18; 35:5; 42:16.18; 43:8; Yer 31:8). Tiga kejadian penyembuhan orang buta diceritakan secara khusus dalam Injil-Injil:
Di Betsaida (Mrk 8:22-25; Mat 9:29): Markus melaporkan bahwa orang buta yang diludahi matanya dan ditumpangi tangan oleh Yesus mulai bisa samar-samar melihat kembali dan baru pulih sepenuhnya ketika matanya ditumpangi tangan sekali lagi. Matius mengandaikan pembaca mampu membayangkan tiap tindakan Yesus itu dan hanya melaporkan Yesus "menjamah mata" si buta. Akan tetapi, Matius menekankan orang buta itu ditanya dulu apa sungguh percaya Yesus bisa menolong mereka.
Mengenai peristiwa di Yerikho (Mrk 10:46 dst.; Luk 18:35 dst.; Mat 20:30 dst.) Markus dan Lukas berbicara tentang Bartimeus si buta yang menjadi peminta-minta, tapi entah bagaimana Matius menambahkan orang buta yang lain sehingga penyembuhannya terjadi pada dua orang buta tanpa nama. Boleh jadi ingatan Matius agak rancu dengan peristiwa yang pernah diceritakannya sendiri dalam Mat 9:27-29. Bagaimanapun juga si buta itu, satu atau dua orang, berteriak minta tolong, "Anak Daud, kasihanilah...!" Dan Yesus langsung berbuat sesuatu. Tak perlu heran, menurut adat dan hukum orang buta wajib ditolong (lihat catatan di atas), apalagi kalau yang bersangkutan mengimbau kewajiban keramat Mesias untuk menunjukkan belas kasihan ilahi.

Di Yerusalem (Yoh 9:1-41, orang buta sejak lahir), Yesus meludah ke tanah dan membuat lumpur yang dipoleskannya pada mata orang buta sejak lahir itu lalu menyuruhnya pergi berendam di kolam Siloam dan kembali ke Yesus dan penglihatannya kini beres. Penyembuhan ini terjadi dengan maksud menunjukkan betapa karya Allah nyata-nyata terjadi dalam diri orang buta sejak lahir itu (ay. 3).

Yesus bertindak seperti penyembuh paranormal zaman itu, lengkap dengan gerak-gerik magis-ritual dan penyebutan syarat-syaratnya segala. Injil kadang-kadang merekamnya, kadang-kadang hanya mengandaikan pembaca sudah tahu dan bisa membayangkannya sendiri.

DIALOG IMAJINER DENGAN BARTIMEUS

TANYA: Pak Bartimeus, kenapa kok Anda bersikeras minta tolong kepada Yesus? Apa Anda tidak takut orang banyak yang mengomeli Anda?

BARTIMEUS: Itu hakku, bukan? Yesus itu kan Mesias keturunan Daud, betul kagak? Ia tidak bakal mengingkari kewajibannya kepada orang kayak gue-gue ini. Dan ngapain takut sama orang banyak? Mereka kan tidak bakal berani menjegalku, situ kan ahli Kitab Suci, apa kata Im 19:14 dan Ul 27:18?

TANYA: Okay, Pak. Lain hal, apa yang Anda rasakan waktu Yesus tanya ingin apa darinya?

BARTIMEUS: Wah, dag-dig-dug! Sampai saat itu aku pikir aku ini kena hukuman Allah kayak orang Aram atau orang kota Sodom, atau dukun belang yang kalian kenal dari Kitab Suci. Kebetulan Yesus lewat Yerikho. Dengar-dengar ia mengajarkan Allah itu Bapa yang baik. Ini perkara baru. Tapi kurang jelas apa juga berlaku bagi orang seperti aku ini. Maka mau tanya langsung kepadanya. Tahu-tahunya ia malah nyuruh aku datang mendekat dan bertanya aku mau dia lakukan apa bagiku. Lha, tentu saja gue bilang pe*ngin bisa ngeliat kembali. Saat itu juga rasanya byaar!

TANYA: Omong-omong, persisnya Injil-Injil melaporkan "byaar" Anda itu tadi itu sebagai "saat itu juga ia bisa melihat kembali". Apanya yang "kembali"? Soalnya begini, sabar ya Pak, teks Injil mengatakan Anda itu "ana-eblepse". Lha, "eblepse", aorist orang ke-3 tunggal, artinya "mulai melihat" itu memiliki awalan "ana-" yang mengandung makna "kembali". Jadi, dengan "byaar" tadi Anda mulai bisa melihat hal-hal seperti dulu lagi. Tetapi awalan "ana-" itu juga berarti "ke atas", jadi "ana-eblepse" itu juga "mulai bisa memandang ke atas". Yesus sendiri misalnya ketika hendak memberi makan lima ribu orang dikatakan dalam Mat 14:19 "... menengadah (= ana-eblepsas) ke langit lalu mengucap syukur..." Apa Anda setuju dikisahkan dalam Injil-Injil dengan kata "ana-eblepse" yang sarat dengan dua nuansa itu?

BARTIMEUS: Waduh, waduh, terima kasih diajari Yunani! Memang cerita Injil-Injil itu jitu. Dalam "byaar" tadi rasa-rasanya mulai tampak juga apa yang dilihat Yesus ketika ia menengadah.

TANYA: Lha apa itu?

BARTIMEUS: Situ belum tahu? Kursus kilat Yunani saya balas dengan kursus kilat iman. Yesus bilang sama gue, "Imanmu sudah menyelamatkanmu." Ia tahu saat itu saya "byaar" dan mulai bisa juga melihat yang dilihatnya seperti ketika ia menengadah tadi. Inilah yang dia maksudkan. Aku mulai makin tertarik ikut melihat yang betul-betul dilihatnya, bukan hanya langit saja tapi siapa yang di sana. Karena itu, aku ikuti dia. Tiap hari aku mendengarkan ia bercerita mengenai Bapanya yang ada di surga, yang di atas sana. Maka Mrk 10:52 bilang tentang aku yang mantan pengemis buta ini "lalu ia mulai mengikutinya dalam perjalanannya". Maksudnya, jalan menuju Bapanya - tafsir ini ndak bisa Anda raih dengan eksegese tok lho, karena hanya terjangkau dalam iman yang disebut Yesus tadi. Luk 18:43 mengatakan yang sama ketika bilang tentang diriku "lalu ia mulai mengikuti dia sambil memuliakan Allah". Allah yang makin kupandangi dalam mengikut Yesus.

Pada akhir tanya jawab itu, terbayang Bartimeus berjalan mengikuti Yesus - ia yang tadi buta itu kini menuntun kita semua mulai memahami apa makna mengikuti Yesus dalam perjalanannya. Ia juga bukan peminta-minta lagi, ia bisa memberi banyak. Apa rekan-rekan berkeberatan bila dikatakan perjumpaan Bartimeus dengan Yesus itu justru karena si buta ingin lebih tahu cerita Yesus tentang Bapa*nya yang di atas sana, di surga, dan dalam hubungan ini ia memperoleh kembali penglihatannya?


Salam hangat,
A. Gianto

Sabtu, 24 Oktober 2009 :: Hari Biasa Pekan XXIX

Sabtu, 24 Oktober 2009
Hari Biasa Pekan XXIX

“Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" (Rm 8:1-11; Luk 13:1-9)

Doa Renungan

Tuhan Yesus, Engkau menghendaki agar hidup kami berbuah bagi sesama kami. Bantulah kami untuk selalu tumbuh, berkembang dan berbuah dalam kebenaran dan kejujuran seumur hidup kami. Teristimewa hari ini, semoga kami terus-menerus bertobat dan menyadari betapa penting kami hadir di hadapan-Mu dengan penuh cinta dan semangat yang berkobar. Bantulah kami dalam segala usaha dan keberanian untuk bertobat kepada-Mu. Amin.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Umat di Roma (8:1-11)

"Roh Allah yang membangkitkan Yesus dari alam maut tinggal dalam dirimu."

Saudara-saudara, bagi mereka yang ada dalam Kristus tidak ada penghukuman. Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kalian dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat yang tidak berdaya karena daging telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa, Allah telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging agar tuntutan hukum Taurat digenapi dalam diri kita. Sebab kita tidak hidup menurut daging, melainkan menurut Roh. Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; tetapi mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Keinginan daging ialah maut, tetapi keinginan Roh ialah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging itu bermusuhan dengan Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah. Hal ini memang tidak mungkin baginya! Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan di hati Allah. Tetapi kalian tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, kalau Roh Allah memang tinggal dalam dirimu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, maka ia bukanlah milik Kristus. Tetapi kalau Kristus ada dalam dirimu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah hidup karena kebenaran. Dan jika Roh Allah, yang membangkitkan Yesus dari alam maut, diam dalam dirimu, maka Ia yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana oleh Roh-Nya yang diam dalam dirimu.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Itulah angkatan orang-orang yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6)
1. Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya, jagat dan semua yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan, dan menegakkannya di atas sungai-sungai.
2. Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan.
3. Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah, penyelamatnya. Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Tuhan telah berfirman, "Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan kepada pertobatannya supaya ia hidup."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (13:1-9)


"Jikalau kalian semua tidak bertobat, kalian pun akan binasa dengan cara demikian."

Pada waktu itu beberapa orang datang kepada Yesus dan membawa kabar tentang orang-orang Galilea yang dibunuh Pilatus, sehingga darah mereka tercampur dengan darah kurban yang mereka persembahkan. Berkatalah Yesus kepada mereka, "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! Kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kalian tidak bertobat, kalian semua pun akan binasa dengan cara demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya daripada semua orang lain yang tinggal di Yerusalem? Tidak! Kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kalian tidak bertobat, kalian semua pun akan binasa dengan cara demikian." Kemudian Yesus menceritakan perumpamaan ini, "Ada seorang mempunyai sebatang pohon ara, yang tumbuh di kebun anggurnya. Ia datang mencari buah pada pohon itu, tetapi tidak menemukannya. Maka berkatalah ia kepada pengurus kebun anggur itu, 'Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara itu namun tidak pernah menemukannya. Sebab itu tebanglah pohon ini. Untuk apa pohon itu hidup di tanah ini dengan percuma?' Pengurus kebun anggur itu menjawab, 'Tuan, biarkanlah pohon ini tumbuh selama setahun ini lagi. Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya. Mungkin tahun depan akan berbuah. Jika tidak, tebanglah'!"
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus

Doa Renungan Malam

Tuhan Yesus, kami telah melihat betapa banyak dan besarnya kemalangan dan penderitaan orang-orang di sekitar kami. Kami mohon ampun ya Tuhan, bila kami yang melihat semuanya itu tidak mampu untuk bertobat demi keselamatan kami. Hadirlah dan tinggallah bersama kami pada waktu kami hendak beristirahat dari segala pekerjaan kami hari ini, agar Engkau sendiri memulihkan semangat dan niat kami untuk bertobat dalam hidup ini. Terpujilah Engkau sepanjang segala masa. Amin.

Renungan


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Bertobat berarti memperbaharui diri dan meninggalkan cara hidup atau cara bertindak yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan; dengan kata lain terjadi perubahan, dan tentu saja perubahan ke arah yang lebih baik. Yang abadi di dunia ini adalah perubahan, dan masing-masing dari kita seiring dengan bertambahnya usia, pengalaman dan pergaulan pasti mengalami perubahan-perubahan tertentu. Dari kita semua diharapkan agar perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri kita masing-masing tidak percuma, yang berarti menghasilkan buah-buah, yaitu nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang menyelamatkan. Maka baiklah kita mawas diri: apakah di tempat tinggal dan tempat tugas/kerja kita masing-masing, kita sendiri tumbuh berkembang dalam iman dan kecerdasan dan cara hidup serta cara bertindak kita mempengaruhi lingkungan hidup kita semakin baik, menyenangkan dan mempesona bagi siapapun. Sebagai tanda atau gejala bahwa cara hidup dan cara bertindak kita tidak percuma, antara lain kita semakin dikasihi oleh Tuhan maupun sasama kita. Kepada kita semua yang mungkin dinilai percuma kehadiran dan sepak-terjang kita, marilah kita perbaiki dengan rendah hati dan kerja keras. Bahwa kita masih diperkenankan hidup dan bertindak sebagaimana adanya pada masa kini hendaknya dihayati sebagai kemurahan dan kesabaran hati Tuhan, maka jangan disia-siakan kemurahan dan kesabaran hati Tuhan.

· “Mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera” (Rm 8:5-6), demikian peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua orang beriman. Kita semua kiranya mendambakan hidup dan damai sejahtera, maka marilah hidup menurut kehendak Roh Kudus, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti : “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23). Jika kita menghayati keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut di atas ini maka kita pasti akan hidup damai sejahtera, selamat dan sehat lahir dan batin, jasmani dan rohani. Kepada mereka yang masih hidup menurut daging alias sesuai kehendak setan seperti “percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora”(Gal 5:19-21) , kami harapkan bertobat dan meninggalkan cara bertindak yang akan membawa ke penderitaan untuk selamanya. Perkenankan saya mengangkat salah satu keutamaan yang menurut saya up to date dan mendesak untuk kita hayati dan sebarluaskan, yaitu kesetiaan. Kami mengajak kita semua untuk setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita tidak percuma, tetapi berbuahkan apa-apa yang menyelamatkan dan membahagiakan baik diri kita sendiri maupun orang lain yang kena dampak cara hidup dan cara bertindak kita.

“TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai."Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia.”

(Mzm 24:1-5)

Jakarta, 24 Oktober 2009


I. Sumarya, SJ

Jumat, 23 Oktober 2009 :: Hari Biasa Pekan XXIX

Jumat, 23 Oktober 2009
Hari Biasa Pekan XXIX

“Mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?” (Rm 7:8-25a; Luk 12:54-59)

Doa Renungan


Tuhan Yesus, ajarilah kami hari ini membuka mata, telinga, pikiran, serta hati kami lebar-lebar, agar kami menemukan Engkau yang bersabda dan hadir dalam kehidupan sehari-hari. Semoga melalui saudara-saudara dan alam semesta yang Kauciptakan, kami dapat menemukan dan mengakui kehadiran-Mu. Sertailah kami dalam tugas dan karya kami hari ini. Engkau yang hidup dan berkuasa sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (7:18-25a)


"Siapakah yang akan melepaskan daku dari tubuh maut ini?"

Saudara-saudara, aku tahu, tiada sesuatu yang baik dalam diriku sebagai manusia. Sebab kehendak memang ada dalam diriku, tetapi berbuat baik tidak ada. Sebab bukan yang baik seperti yang kukehendaki, yang kuperbuat, melainkan yang jahat yang tak kukehendaki. Jadi jika aku berbuat yang tidak kukehendaki, maka bukan aku lagi yang memperbuatnya, melainkan dosa yang diam dalam diriku. Jadi dalam diriku kudapati hukum berikut: Jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, malah yang jahatlah yang ada padaku. Sebab dalam batinku aku memang suka akan hukum Allah, tetapi dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada dalam anggota-anggota tubuhku. Aku ini manusia celaka. Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! Dialah Yesus Kristus, Tuhan kita!
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 119:66.68.76.77.93.94)
1. Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya pada perintah-perintah-Mu.
2. Engkau baik dan murah hati: ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
3. Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.
4. Biarlah rahmat-Mu turun kepadaku, sehingga aku hidup, sebab Taurat-Mulah kegemaranku.
5. Untuk selama-lamanya aku tidak melupakan titah-Mu, sebab dengan itu Engkau menghidupkan aku.
6. Aku ini kepunyaan-Mu, selamatkanlah aku, sebab aku mencari titah-titah-Mu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada orang kecil.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:54-59)

"Kalian tahu menilai gelagat bumi dan langit, tetapi mengapa tidak dapat menilai zaman ini?"

Pada suatu ketika Yesus bersabda kepada orang banyak, "Apabila kalian melihat awan naik di sebelah barat, segera kalian berkata, 'Akan datang hujan'. Dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kalian melihat angin selatan bertiup, kalian berkata, 'Hari akan panas terik'. Dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, kalian tahu menilai gelagat bumi dan langit, tetapi mengapa tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapa engkau tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Jika engkau dan lawanmu pergi menghadap penguasa, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan. Jangan sampai ia menyeret engkau kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya, dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu, 'Engkau takkan keluar dari sana, sebelum melunasi hutangmu'."



Renungan



Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yohanes dari Capestrano, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


· Karena wilayah Indonesia terletak di antara lempengan bumi, maka sering terjadi gempa bumi, dan akhir-akhir ini gempa bumi tiada henti terjadi. Para pakar gempa bumi telah memprediksi akan terjadinya gempa bumi, dan memang tidak tahu persis hari “H’nya; mereka mencermati dan menilai gerakan lempengan bumi serta berpesan pada daerah-daerah yang kemungkinan akan terjadi gempa bumi agar siap-siaga sewaktu-waktu terjadi gempa bumi. Dalam peristiwa gempa bumi terakhir yang melanda wilayah Sumatera Barat akhir September lalu nampak bahwa kita belum memiliki sarana yang memadai dalam mengatasi dampak gempa bumi, sebagaimana telah dimiliki beberapa Negara lain yang berpartisipasi mencari korban gempa (antara lain mereka mimiliki alat dan anjing yang dapat mendeteksi keberadaan korban yang masih hidup atau mayat). Gempa bumi hanya merupakan salah satu peristiwa yang menandai zaman ini, dan kiranya masih banyak peristiwa yang sering terulang kembali. Sabda Tuhan hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk meningkatkan kepekaan dan perhatian kita atas berbagai macam peristiwa yang memiliki dampak sosial cukup besar. Mungkin pertama-tama dan terutama masing-masing dari kita hendaknya peka terhadap apa yang terjadi dalam tubuh kita masing-masing, misalnya gejala akan sakit, bagi rekan perempuan gejala datang bulan/menstruasi atau hamil, dst.. Hemat saya ketika kita peka terhadap apa yang terjadi dalam tubuh kita, maka dengan mudah kita akan mampu mendeteksi aneka kemungkinan peristiwa yang akan terjadi di lingkungan hidup kita, dan kita tergerak untuk mempersiapkan segala sesuatu yang kiranya dibutuhkan untuk mengatasi aneka dampak peristiwa. St Yohanes, imam, yang kita rayakan hari ini juga menjadi pelindung pelayanan pastoral/pastor angkatan bersenjata; hemat saya angkatan bersenjata erat kaitannya dengan pendeteksian dan penilaian peristiwa-peristiwa. Dalam kasus atau peristiwa gempa bumi di Indonesia pada umumnya angkatan bersenjata yang siap sedia untuk terjun di lapangan guna membereskan aneka dampak gempa bumi.


· Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku”(Rm 7:21-23), demikian kesaksian Paulus. Apa yang dikatakan oleh Paulus ini merupakan buah pengenalan diri sendiri, apa yang terjadi dalam dirinya. Anggota-anggota tubuh kita memang dapat menghambat untuk berbuat baik, mungkin karena anggota tubuh kita tidak sehat. Marilah kita cermati diri kita masing-masing: anggota tubuh mana yang sering menghambat atau menghalang-halangi kita untuk berbuat baik kepada saudara-saudari kita? Jika kita telah mengenali dengan baik anggota tubuh kita yang sering mengganggu atau menghalangi kita untuk berbuat baik, hendaknya diusahakan perbaikan atau penyembuhan atas anggota tubuh tersebut atau mungkin butuh pengendalian khusus. Salah satu usaha perbaikan atau pengendalian antara lain kita minta bantuan orang lain untuk menegor ketika kita berbuat jahat atau melakukan apa yang merugikan orang lain alias melawan hukum Allah, perintah untuk saling mengasihi satu sama lain. Jika kita mampu mengendalikan anggota-anggota tubuh kita sehingga tidak melakukan apa yang jahat, maka kita juga lebih mudah berbuat baik kepada orang lain dan sikap kita terhadap orang lain berarti melayani bukan menguasai.


“Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.Biarlah rahmat-Mu sampai kepadaku, supaya aku hidup, sebab Taurat-Mu adalah kegemaranku

(Mzm 119:76-77)



Jakarta, 23 Oktober 2009


Ignatius Sumarya, SJ

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy