| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 02 November 2009 :: Peringatan Arwah Semua Orang Beriman (Rm I. Sumarya)

Senin, 02 November 2009
Peringatan Arwah Semua Orang Beriman

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”

Para hari “Peringatan Arwah Semua Orang Beriman” ini kita semua diajak untuk mengenangkan mereka yang telah dipanggil Tuhan: kakek-nenek, orangtua, kakak-adik, kenalan, sahabat dst.. yang telah mendahului kita meninggalkan dunia ini. Maka marilah kita kenangkan siapa saja yang mungkin dekat dengan kita dalam masa hidupnya dan telah dipanggil Tuhan: mungkin baik jika kita kenangkan mereka yang telah begitu banyak mengasihi dan memperhatikan kita, misalnya orangtua, kakek-nenek, para pendidik, dst.. Dalam mengenangkan ini kiranya baik, jika mungkin, kita berdoa di tempat mereka telah dimakamkan atau beristirahat untuk selama-lamanya; kita bersihkan lingkungan hidup tempat mereka dimakamkan dst.. Untuk membantu mengenangkan mereka yang telah dipanggil Tuhan, saya sampaikan catatan-catatan sederhana dengan merefleksikan sabda Yesus serta kutipan surat Paulus kepada umat di Korintus di bawah ini:

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk 23:43)

Kita semua kiranya percaya bahwa saudara-saudari, orangtua, sahabat atau kenalan kita yang telah dipanggil Tuhan selama masa hidupnya di dunia senantiasa berkehendak baik, berusaha untuk berbuat baik kepada saudara-saudari dan sesamanya. Namun karena keterbatasan dan kelemahan diri sebagai manusia apa yang dilakukan sering dinilai tidak baik; mereka tidak tahu bahwa yang mereka lakukan mencelakakan orang lain atau berakibat buruk terhadap orang lain. Kami percaya orang-orang yang demikian itu, yang pada dasarnya berkehendak baik dan karena keterbatasannya ternyata yang dilakukan kurang/tidak baik, pada detik-detik terakhir hidupnya kiranya berdoa seperti ‘salah seorang penjahat yang disalibkan bersama Yesus :”Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." (Luk 23:42) dan Yesus menjawab : "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”(Luk 23:43).

Doa yang benar kiranya bukan panjangnya kata-kata atau kalimat, suara keras dan gerak-gerik anggota tubuh, melainkan ‘hati yang terarah sepenuhnya kepada Tuhan/Yang Ilahi’. Orang yang akan dipanggil Tuhan atau pada menit-menit atau detik-detik terakhir hidup orang pada umumnya gelisah; mereka yang siap dipanggil Tuhan kegelisahannya lembut, sedangkan mereka yang tidak siap dipanggil Tuhan sangat gelisah, misalnya kaki dan tangan bergerak kesana-kemari, mulut berteriak-teriak, mata membelalak dst.. atau dalam bahasa Jawa disebut “mecati”. Kami percaya bahwa siapapun yang berkehendak baik ketika dipanggil Tuhan atau pada detik-detik terakhir hidupnya pasti berdoa seperti salah seorang penjahat yang disalibkan bersama Yesus, sebagaimana saya kutipkan di atas.

Dari penjahat yang bertobat, yang disalibkan bersama dengan Yesus, kita juga dapat mengimani bahwa hidup mulia kembali di sorga bersama Allah Pencipta dan Yesus yang kita imani merupakan anugerah Allah semata-mata. Kita imani bahwa orangtua, saudara-saudari atau kenalan dan sahabat kita yang telah dipanggil Tuhan telah menerima anugerah hidup mulia di sorga untuk selama-lamanya, dan dengan demikian kiranya mereka lebih mudah dan banyak berdoa daripada kita yang jarang atau malas berdoa. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan ‘Arwah Semua Orang Beriman” hari ini kita juga minta didoakan oleh mereka yang telah mendahului perjalanan kita kembali ke sorga. Mengimani bahwa mereka mendoakan kita antara lain menjadi nyata atau terwujud dengan meneladan cara hidup dan cara bertindak mereka yang baik dan benar. Sebagai contoh: marilah kita kenangkan aneka macam nasihat, saran, perilaku baik yang telah disampaikan oleh orangtua kita masing-masing, yang telah dipanggil Tuhan, dan kemudian kita hayati nasihat dan saran tersebut serta kita ikuti teladan hidup dan bertindak mereka yang baik.

“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal(2Kor 4:16-18).


Kutipan dari surat Paulus kepada umat di Korintus di atas ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita semua orang beriman, khususnya mereka yang kesehatan tubuhnya semakin menurun atau lemah, entah karena sakit atau tambah usia alias sudah lansia. “Meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari”, inilah yang hendaknya menjadi acuan atau pedoman hidup kita sebagai orang yang semakin merosot kesehatan atau kebugaran tubuhnya. Dengan kata lain ketika tubuh kita lemah dan tak berdaya hendaknya berdoa menjadi kegiatan atau kerasulan utama: berdoa dalam dilakukan kapan pun dan dimanapun. Mungkin doanya singkat saja seperti doa penjahat yang disalibkan bersama dengan Yesus: ”Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."

Kita semua diingatkan untuk tidak berhenti atau hanya memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, yang bersifat kekal bukan sementara. Yang tidak kelihatan dan bersifat kekal adalah jiwa kita, yang sungguh mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita, maka marilah kita perhatikan kesehatan dan kebugaran jiwa kita. Bentuk perhatian tersebut kiranya dapat kita wujudkan dengan ‘ora et labora’/berdoa dan bekerja:
1). Berdoa. Berdoa merupakan salah satu cirikhas hidup orang beriman atau beragama, maka hendaknya jangan melupakan doa-doa harian atau doa-doa dalam aneka kesempatan dan kepentingan. Berdoa dengan baik dan benar pada umumnya mendorong atau memotivasi orang yang bersangkutan untuk melakukan apa yang baik dan benar. Berdoa berarti berrelasi atau berhubungan dengan Allah, dan karena Allah adalah mahasegalanya, maka berrelasi atau berwawancara dengan Dia kita pasti dipengaruhi atau dikuasainya. Dengan kata lain berdoa yang benar dan baik pertama-tama adalah mendengarkan sapaan atau sabda Allah melalui citpaan-ciptaan-Nya di dunia ini, dan kemudian menanggapi secara positif sentuhan atau sapaan Allah tersebut alias ‘mengerahkan tenaganya untuk menjalani hidup yang suci”.
2). Bekerja . “Semua orang beriman kristiani, sesuai dengan kondisi khas masing-masing; harus mengerahkan tenaganya untuk menjalani hidup yang suci” (KHK kan 210). Mengerahkan tenaga berarti bekerja, berpartisipasi dalam seluk-beluk atau hal-ikwal duniawi dengan mendunia. Dengan kata lain mengusahakan kesucian hidup dengan mendunia, mengurus dan mengelola hal-hal duniawi. Secara konkret berarti cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun hendaknya baik dan menyelamatkan atau membahagiakan baik diri kita sendiri maupun orang lain atau sesama kita. Marilah kita kerjakan sebaik mungkin apa yang menjadi tugas dan kewajiban kita, dengan mengerahkan tenaga dan waktu pada tugas dan kewajiban tersebut.
Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang. Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi.” (Mzm 130:1-6)


Jakarta, 2 November 2009



Ignatius Sumarya, SJ



Bagikan

Bacaan Harian: 02 - 08 Nopember 2009

Bacaan Harian: 02 - 08 Nopember 2009

Senin, 02 Nopember 2009:
Peringatan Arwah Semua Orang Beriman (U).
2Kor 4: 14 – 5:1; Mzm 130:1-8; Luk 23:33.39-43.

Hari ini kita semua dipanggil untuk mengenang dan mendoakan anggota keluarga, sahabat dan kenalan yang telah meninggal. Sekaligus dengan itu, kita juga kembali diingatkan untuk selalu siaga mempersiapkan diri menjelang hari penghakiman terakhir. Pada saat itu, tempat mana yang disediakan pada kita tergantung dari apa yang telah kita perbuat untuk Yesus yang hadir dalam orang-orang yang lemah dan hina.

Selasa, 03 Nopember 2009:
Hari Biasa Pekan XXXI (H).
Rm 12:5-16a; Mzm 131:1-3; Luk 14:15-24.

Berbagai macam alasan sering kita kemukakan demi tidak mau terlibat dalam kehidupan komunitas umat beriman. Kehidupan iman sulit bertumbuh tanpa komunitas. Bahkan mudah mengalami kekeringan. Maka dapat dimengerti, mengapa Yesus mengatakan bahwa sikap seperti itu akan menjauhkan orang-orang itu dari perjamuan yang telah disediakan-Nya.

Rabu, 04 Nopember 2009:
Peringatan Wajib St. Karolus Borromeus, Uskup (P).
Rm.13:8-10; Mzm 112:1-2.4-5.9; Luk 14:25-33.

Sebagai manusia kita cenderung untuk memilih yang 'enak' dan sesuai selera. Itulah yang kerap kali menghalangi kita untuk sungguh-sungguh mengikuti Yesus. Yesus mengingatkan, untuk mengikuti Dia kita harus sungguh siap mengutamakan kehendak-Nya. Itu seringkali menuntut sikap menyangkal diri dan kemauan untuk memanggul salib.

Kamis, 05 Nopember 2009:
Hari Biasa Pekan XXXI (H).
Rm 14:7-12; Mzm 27:1.4.13-14; Luk 15:1-10.

Panggilan murid Kristus adalah tidak membiarkan satu domba pun hilang. Tengoklah di sekitar kita, adakah domba-domba yang terlepas dari Sang Gembala? Yesus mengajak kita untuk juga menjadi gembala yang baik yang tidak tinggal diam terhadap domba yang hilang.

Jumat, 06 Nopember 2009:
Jumat Pertama Dalam Bulan
Rm 15:14-21; Mzm 98:1-4; Luk 16:1-8.

Yesus memuji bendahara yang tidak jujur itu bukan karena ketidakjujurannya, tetapi karena perbuatannya yang cerdik dalam mengatasi situasi krisis. Dalam keadaan terjepit, ia melakukan kebaikan dengan mengurangi beban hutang orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Kebaikan ini adalah jalan untuk keluar dari kemalangan dan mendapatkan stuasi rahmat dalam hidupnya.

Sabtu, 07 Nopember 2009:
Hari Biasa Pekan XXXI (H).
Rm 16:3-9.16.22-27; Mzm 145: 2-5.10-11; Luk 16:9-15.

Menjalankan ajaran kasih Tuhan mulai dari hal-hal sederhana dan yang kecil-kecil akan memampukan kita untuk menjalankan yang lebih besar. Ada banyak hal sederhana dan kecil yang dapat kita lakukan sehari-hari di mana pun kita berada untuk mewujudkan kasih itu.

Minggu, 08 Nopember 2009:
Hari Minggu Biasa Pekan XXXII (H).
1Raj 17:10-11; Mzm 146:7-10; Ibr 9:24-28; Mrk 12:38-44 (Mrk 12:41-44).

Memberi adalah sesuatu yang biasa dalam hidup. Namun, memberi dari kekurangan adalah sesuatu yang luar biasa. Pemberian janda miskin dari kekurangannya adalah pemberian yang keluar dari hati yang penuh ketulusan. Sebaliknya, pemberian yang hanya mau cari pujian dan kehebatan diri akan kehilangan nilai kebaikannya.


Renungan: www.reginacaeli.org


Bagikan

Renungan Ziarah Batin dan Oase Rohani 2010

ZIARAH BATIN 2010 (Edisi th ke-15, Lustrum ke 3)

Renungan harian yang disusun mengikuti Kalender Liturgi Gereja (Komlit KWI).

Renungan Harian Best Seller sejak 1996

Terbit: 14 September 2009

Pengarang: Tim Penulis OBOR

Harga Rp 45.000

Dilengkapi nama Santo/Santa sesuai peringatan/pestanya, alamat Komisi & Lembaga KWI, Foto & Biodata ringkas Uskup-uskup Sufragan Provinsi Medan, Palembang, Jawa Barat, Semarang, dan Pontianak

Tim Penulis:
- Yohanes Indrakusuma, O.Carm
- Agustinus Surianto Himawan, Pr
- Paulinus M Simbolon, OFMCap
- Deshi Ramadhani, SJ
- Johanis Mangkey, MSC
- Aloys Budi Purnomo, Pr
- Ari Darmawan, Pr
- Kamelus Kamus, CICM
- Agustinus Riyanto, SCJ
- Ferry Sutrisna Wijaya, Pr
- Paulus Dwiyaminarta, CSsR
- Antonius Janga, CP


OASE ROHANI 2010 - Ziarah Batin Orang Muda

Buku Renungan dan Catatan Harian

Pengarang: Tim Penulis OBOR

Harga Rp 25.000

OASE adalah daerah di padang pasir yang berair cukup untuk tumbuhan dan pemukiman manusia. Namun, OASE dapat juga diartikan sebagai tempat atau pengalaman atau sesuatu yang menyenangkan di tengah-tengah suasana yang serba kalut dan tidak menyenangkan.

Buku renungan berbasis Alkitab untuk orang muda ini memilih tajuk OASE ROHANI karena ingin menjadi tempat bagi orang muda untuk menemukan jawaban atas berbagai persoalan hidup sehari-hari dengan inspirasi Sabda Tuhan, yang disusun mengikuti Kalender Liturgi Gereja Katolik yang diterbitkan oleh Komlit KWI.

Tim Penulis OASE ROHANI:

• Rm. FX. Didik Bagiyowinadi, Pr
• Sr. M. Skolastika, P.Karm
• Tim GEMA Bandung
• Rm. Benny Phang, O.Carm
• Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr

13 × 20 cm; 216 hlm;

Senin, 02 November 2009 :: Peringatan Arwah Semua Orang Beriman

Senin, 02 November 2009
Peringatan Arwah Semua Orang Beriman

"Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia."

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa, asal dan tujuan semua yang hidup,hari ini bersama semua umat beriman, dan bersama orang-orang yang kami kasihi, dan sudah mendahului kami, kami nyatakan iman kami akan kebangkitan. Hanya dalam Yesuslah, kami menemukan hidup sejati. Hanya dengan bantuan-Nya, kami tahan dalam gelap dan derita, karena percaya akan mampu mengalahkan segala kuasa jahat untuk akhirnya hidup abadi dalam kebangkitan. Sebab Dialah yang membuat hidup kami menjadi bermakna, sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Bacaan Pertama

Pembacaan dari Kitab Kedua Makabe (12:43-45)

"Kami yakin bahwa orang yang meninggal dengan saleh akan menerima pahala yang indah."

Kemudian dikumpulkannya uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 801
Ref. Aku percaya kepada-Mu, Tuhanlah pengharapanku. Tuhan, pada-Mu kuberserah, dan mengharap kerahiman-Mu.
Ayat. (Mzm 130:1b-2.3-4.5-6ab)
1. Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku.
2. Jika Engkau mengingat-ingat kesalahan, ya Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, maka orang-orang takwa kepada-Mu.
3. Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih daripada pengawal mengharapkan pagi.
4. Lebih daripada pengawal mengharapkan pagi, berharaplah kepada Tuhan, hai Israel! Sebab pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan.
5. Dialah yang akan membebaskan Israel dari segala kesalahannya.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Korintus (4:14-5:1)

"Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia."

Saudara-saudara, kami yakin bahwa Allah yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya.Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah Kekal. Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.


Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Berbahagialah orang-orang yang mati dalam Tuhan. Mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (23:33.39-43)

"Hari ini juga Engkau akan bersama-sama Aku di dalam Firdaus."

33 Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya. 39 Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" 40 Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? 41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." 42 Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." 43 Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Inilah Injil Tuhan kita.
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

HARI INI JUGA!

Rekan-rekan yang budiman!

Pada peringatan arwah semua orang beriman 2 November 2009 ini dibacakan Luk 23:33.39-43. Petikan ini diangkat dari kisah penyaliban Yesus dan wafatnya di kayu salib. Garis besar peristiwa itu juga disampaikan dalam Mrk 15:29-32 yang dijadikan sumber Mat 27:39-44. Tapi dua Injil ini hanya menyebut hujatan dari dua kelompok orang, yakni mereka yang lewat di situ dan para imam kepala bersama ahli Taurat. Lukas mengisahkan bagaimana Yesus yang bergantung di salib diolok-olok tiga macam orang, yakni para pemimpin (Luk 23:35), para serdadu (ayat 36), dan bahkan oleh salah seorang penjahat yang ikut disalibkan bersama dia (ayat 39). Cemoohan mereka intinya begini: kalau memang benar dipilih Allah jadi "Mesias", "Raja", dan "Kristus", coba selamatkan diri sendiri dulu! Orang sekarang akan bilang, apa dasar bagi klaim sebesar itu.

MAU PERCAYA ATAU LEBIH SUKA MENGOLOK-OLOK?
Hanya kita dengar dari Lukas mengenai seorang penjahat lain yang menegur rekan sehukumannya yang menghina Yesus tadi. Katanya, apa tak takut kepada Yang Mahakuasa, kita ini memang pantas dihukum, tapi orang ini - maksudnya Yesus - tak bersalah (ayat 40-41). Kemudian ia malah minta Yesus mengingatnya apabila nanti datang sebagai Raja (ayat 42). Dan Yesus pun berjanji, hari itu juga orang itu akan ada bersama dia di dalam Firdaus (ayat 43).

Ketiga macam orang yang mengolok-olok tadi tak mau percaya bahwa Yesus datang untuk melepaskan manusia dari marabahaya sehingga bisa terus hidup sampai akhir perjalanan. Dengan begitu mereka menyangkal semua upaya penyelamatan yang dilakukan Yesus sepanjang hidupnya: menyembuhkan, memberitakan Kerajaan Allah, mengusir setan, mengajar tentang Bapanya, memilih murid-murid untuk meneruskan kegiatannya. Tetapi Yesus tidak menuruti godaan untuk menyelamatkan diri, sama seperti di padang gurun dulu (Luk 4:1-13). Dari mana dia punya kekuatan bertahan ini? Tentunya karena ia sadar bahwa tujuan perjalanannya ialah mencarikan keselamatan bagi orang lain, bukan bagi diri sendiri. Lagipula sudah terlalu banyak orang yang mengikutinya, kan tidak bener bila ia tinggal gelanggang. Dan siapa yang akan menanggung orang yang disalibkan di sampingnya yang sedemikian mempercayakan diri kepadanya itu? Ah, tak satu domba pun akan ditinggalkan di jalan kehancuran, tak satu mata uang yang terselip pun akan dilupakan, setakpantas apapun anak yang kembali akan menggembirakan (Luk 15:1-32). Tapi siapa yang akan mengurusi mereka kalau ia berhenti? Para pemangsa yang tak kelihatan sudah siap di sekitar, dan mereka semakin menjadi-jadi. Yesus itu lifeline dari Atas Sana bagi manusia yang terancam. Kalau putus bagaimana?
Harapan, kecemasan, dan penderitaan manusia, itulah yang membuat Yesus maju terus. Penderitaan tidak hanya menyakitkan tapi bisa menebalkan integritas siapa saja yang menaruh diri menjadi sesama bagi yang menderita (bdk. Luk 10:25-37 tentang orang Samaria yang jadi sesama bagi orang yang malang). Jalan terus sampai akhir itulah mahkota menjadi sesama bagi manusia. Ia itu Raja yang tak membiarkan orang sendirian di tengah bahaya. Tindakan Yesus itu pernyataan teologis yang amat berani: Tuhan dimuliakan karena peduli dan berhasil jadi sesama bagi manusia! Inkarnasi bukanlah Yang Ilahi "nitis" dalam diri manusia pilihan, melainkan menjadi orang yang mengerti kelemahan manusia, yang peduli akan keadaan manusia.

DARI LAPTOP LUC

Kemarin sore dalam Skype chat dengan Luc saya tanya ini itu tentang peritstiwa tadi. Ia itu kayak yuppie lulusan Harvard yang tampil berlaptop, headset, MP4, dan entah gadgets apa lagi. Tapi ia bikin search dalam laptopnya yang tipis dan seenteng bulu merek Luculius-4U2, dan membuka arsip surat yang pernah diemailkannya kepada pembaca Internos. Hot spot di Piazza della Pilotta memungkinkan WiFi di Twinhead Efio!123A di ruang studi saya menyedot dokumen itu in no time. Baiklah saya kutipkan saya dua paragraf yang ditulis Luc dan bisa dipakai lagi di sini.
"Rekan-rekan peminat Injil! .... [Dalam peristiwa Golgota itu,] satu-satunya tokoh yang berbicara, baik dengan pencemooh maupun dengan Yesus, ialah penjahat yang sadar tadi. Begitulah ia bisa menjadi tuntunan suara hati orang. Tidak ikut-ikutan. Bahkan ia menegur kawannya. Ia mengakui patut dihukum. Kemudian ia minta kepada Yesus, agar mengingatnya nanti bila datang sebagai Raja. Orang itu sudah bisa berdamai dengan diri sendiri. Karena itu ia juga bisa melihat dan mengakui siapa sebenarnya Yesus itu. Para pemimpin tak bisa, juga para serdadu tak mampu. Mereka belum dapat berekonsiliasi dengan diri sendiri. Apalagi penjahat yang ikut-ikutan mengumpat tadi. Ia tak bisa menerima dirinya sendiri, maka tidak melihat siapa yang ada di sampingnya itu."

"Jawaban Yesus (ayat 43) itu saya dapati dalam himpunan perkataannya yang beredar pada waktu saya mulai menulis. Dag-dig-dug, rasanya ia sedang berbicara kepada saya juga meskipun saya belum sepasrah orang yang disalibkan di samping Yesus itu. Kata pembimbing rohani, masih ada beban yang mesti dibenahi dulu. Tetapi kata-kata Yesus itu menyapa terus dan serasa ada daya luarbiasa yang mendorong menuliskan semuanya sampai plong. Berada kembali di Firdaus! Byaar! Seperti ketika manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Pencipta sendiri (Kej 1:26-27). Pernah dengar cerita orang bijak mengenai Yang Mahakuasa ketika mengusir manusia dari Firdaus karena melanggar perintahnya (Kej 3:23)? Sebelum mengeluarkan mereka, ia membuatkan mereka pakaian dan mengenakannya sendiri pada mereka (Kej 3:21). Kiranya ini cara-Nya mengatakan bahwa Ia tidak membenci manusia walau mereka dikenaiNya hukuman. Ia menunggu mereka selesai menjalani hukuman dan kembali ke Firdaus. Diam-diam Ia tetap menyertai manusia dalam ujud suara hati yang bisa didengarkan dan yang menuntun di jalan setapak kembali ke Firdaus lewat jalan lain yang tidak dihadang penjaga berpedang api. Ini bukan hasil anganan. Lihat yang terjadi di Golgota! Apa yang dilakukan suara hati si terhukum yang berdamai dengan diri sendiri itu? Si terhukum itu menemukan jalan kembali ke Firdaus, dan bukan sendirian, melainkan bersama dengan Yang Punya Kuasa sendiri! Yang Mahakuasa itu punya seribu satu cara menggapai manusia yang kehilangan arah. Dan taruh kata manusia putus asa, melingkar, kaku, dan Tuhan sendiri sudah hampir mutung kehabisan akal, masih ada "pengurus kebun" yang berani memintakan kelonggaran. Perumpamaan ini pernah saya sampaikan dalam Luk 13:1-9."

DI MANA PARA ARWAH ITU?

Begitulah Luc. Ada satu hal yang bisa secara khusus dibicarakan lebih jauh dalam kaitan dengan peringatan para arwah kali ini. Di mana arwah orang yang sudah meninggal dan bagaimana keadaannya? Pertanyaan semacam ini kerap terdengar di kalangan umat. Banyak yang mulai membuat perkiraan ini itu. Di sini teologi kita diuji apakah bisa menerangkan iman kepercayaan pengikut Kristus dengan lurus dan tidak ke sana ke mari.

Kita lihat saja cara penjelasan Kabar Gembira sendiri. Kan Injil ditulis untuk menyampaikan kembali kesaksian diri orang yang telah betul-betul mengalami kematian dan bangkit, yakni Yesus Kristus sendiri. Semua kisah pengajaran, mukjizat, dan tindakan-tindakan lainnya takkan banyak artinya bila tak dibaca dalam terang kebangkitannya itu. Perkataan serta tindakan yang disampaikan dalam Injil-Injil sudah diolah kembali dalam sinar hidup baru itu. Inilah yang kerap dilupakan. Dalam hubungan inilah dapat disimak kekuatan perkataan yang diucapkannya kepada orang yang disalib bersama dengannya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya HARI INI juga engkau akan ada bersama-sama aku DI DALAM FIRDAUS!" Kiranya sudah menjadi keyakinan iman dalam komunitas awal bahwa orang yang minta agar diingat oleh Sang Tersalib yang nantinya bangkit itu akan ada bersama dengannya hari itu juga, langsung pada saat meninggalkan dunia ini. Inilah kepercayaan para pengikut Kristus mengenai apa yang bakal terjadi dengan arwah orang yang meninggal. Sederhana. Ringkas. Tidak bertele-tele. Tapi karena sedemikian apa adanya, orang sering malah tidak mudah mempercayainya dan lebih tertarik mengembangkan pelbagai perkiraan mengenai keberadaan setelah kematian. Kita boleh tanya pada orang yang ikut disalib bersama Yesus yang diceritakan Luc dengan penuh simpati itu. Dan jawabannya kiranya akan mengulang perkataan Yesus sendiri, hari ini juga, ya hari ini juga... di Firdaus kembali, menjadi seperti manusia yang dijadikan seperti gambar dan rupa Dia yang ada di Sana. Inilah keadaan para arwah yang dirayakan orang-orang yang suka percaya.

Salam hangat,
A. Gianto



Bagikan

Ujud Doa Bulan November 2009


Persembahan Harian bulan November 2009


Tuhan mengasihi kita,
Ia mendengarkan seruan dan permohonan kita,
Ia menaruh perhatian kepada kita bila kita berseru kepada-Nya,
maka marilah kita berdoa kepada-Nya


Allah Bapa kami,
bersama Bunda Maria dan Para Kudus
serta seluruh umat beriman
kupersembahkan kepada-Mu segala doa dan karya,
segala suka dan duka sepanjang hari.
Kupersatukan persembahanku ini dengan
persembahan Putra-Mu di dalam Ekaristi Kudus.
Kuhunjukkan persembahanku juga bagi semua kerinduan suci
Hati Kristus maupun ujud Gereja untuk bulan ini:

Ujud Umum

Semoga mereka yang memegang tanggung jawab publik, khususnya dalam bidang politik dan ekonomi, senantiasa memiliki komitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Ujud Misi
Semoga kaum beriman dari pelbagai agama, melalui kesaksian hidup serta dialog penuh persaudaraan, menunjukkan dengan jelas bahwa nama Allah adalah pembawa kedamaian yang sejati.

Ujud Gereja Indonesia
Semoga penghargaan pribadi maupun perhatian terhadap kualitas para guru membuat panggilan hidup menjadi pendidik tetap memikat generasi muda.


Allah Bapa yang mahabaik, kami bersyukur atas segala karya dan anugerah-Mu dalam hidup kami. Semoga semangat pelayanan dan misoner yang Engkau tanamkan dalam hati kami menjadi sarana bagi kami untuk semakin memuji dan memuliakan Dikau bersama Kristus Tuhan kami. Amin.




Bagikan

Minggu, 01 November 2009 :: Hari Raya Semua Orang Kudus

Minggu, 01 November 2009
Hari Raya Semua Orang Kudus

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Wahyu (7:2-4.9-14)

"Aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya, mereka terdiri dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa"

Aku Yohanes, melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut,katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!"Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel,Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru: "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!"Dan semua malaikat berdiri mengelilingi takhta dan tua-tua dan keempat makhluk itu; mereka tersungkur di hadapan takhta itu dan menyembah Allah,sambil berkata: "Amin! puji-pujian dan kemuliaan, dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!" Dan seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku: "Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?" Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 841
Ref. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan
Ayat. (Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6)
1. Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya, jagat dan semua yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan, dan menegakkan di atas sungai-sungai.
2. Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan dan tidak bersumpah palsu.
3. Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah, penyelamatnya. Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (3:1-3)

"Kita akan melihat Kristus dalam keadaan-Nya yang sebenarnya."

Saudara-saudara terkasih, lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.
Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 956
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Datanglah pada-Ku, kamu semua yang letih dan berbeban berat. Aku akan membuat lega.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:1-12a)

"Bersukacita dan bergembiralah, karena besarlah ganjaranmu di surga."

Sekali peristiwa, ketika Yesus melihat banyak orang datang, Yesus mendaki lereng sebuah bukit. Setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.


Renungan



Injil Hari Raya Semua Orang Kudus 1 November 2009 ini diangkat dari kumpulan "Sabda Bahagia" menurut Injil Matius (Mat 5:1-12a). Di situ didapati delapan Sabda Bahagia yang ditujukan kepada semua orang (ay. 3-10) serta satu Sabda Bahagia yang khusus diucapkan bagi para murid (ay. 11) dan dilanjutkan dengan seruan agar mereka tetap bersuka cita (ay. 12a). Di situ harapan tiap orang dilambungkan jauh-jauh ke depan tanpa meninggalkan kehidupan yang dialami sehari-hari. Disebutkan dalam ay. 1-2, ketika Yesus melihat orang banyak, ia naik ke bukit dan mengajar agar para pendengarnya semakin memahami diri mereka. Sabda Bahagia juga dapat membantu kita membaca pengalaman kita sekarang ini juga.

"BERBAHAGIALAH...!"

Tiga Sabda Bahagia (Mat 5:3-5) menegaskan bahwa orang dapat disebut berbahagia karena tumpuan harapan dalam hidupnya ialah Tuhan sendiri. Gagasan "miskin" dalam ay. 3 ialah kebersahajaan batin, oleh karenanya diberi penjelasan "di hadapan Allah". Dapat dicatat, penjelasan tambahan itu tidak terdapat di dalam Sabda Bahagia menurut Luk 6:20 karena yang ditekankan Lukas ialah orang yang betul-betul yang kekurangan secara material, orang yang tak bisa mencukupi kebutuhan hidup yang kini diperhatikan oleh para pengikut Yesus yang bersedia berbagi keberuntungan dengan mereka. Kemudian ay. 4 menyebut berbahagia orang yang "berduka cita", maksudnya orang yang hanya akan dapat terhibur oleh kesadaran bahwa Tuhan tetap berada di dekat kendati orang mengalami kesulitan. Termasuk di sini sikap tidak berpihak pada kekerasan yang terungkap dalam ay. 5 sebagai "lemah lembut".

Selanjutnya ada dua Sabda Bahagia (Mat 5: 6 dan 8) yang menyebut keinginan untuk menjalankan kehendak Tuhan sebagai hal yang membahagiakan, seperti terungkap dalam ay. 6 sebagai yang "lapar dan haus akan hal yang lurus" dan dalam ay. 8 sebagai yang "berhati bersih". Ungkapan terakhir ini dipetik dari gaya bahasa Ibrani (lihat misalnya Mzm 24:4) dan artinya ialah mampu berpikir secara jernih, berbudi jernih. Orang yang demikian ini tidak gampang dipengaruhi keinginan-keinginan yang menjauhkannya dari Tuhan. Jadi bukan sekedar ajaran agar menjauhi nafsu-nafsu yang biasanya disebut kotor.

Dua Sabda Bahagia yang lain (Mat 5: 7 dan 9) menegaskan bahwa upaya menghadirkan Tuhan kepada sesama menjadi kegiatan yang mendatangkan kebahagiaan. Upaya ini ditegaskan dalam ay. 7 sebagai "berbelaskasihan" dan dalam ay. 9 sebagai "pencinta damai". Hasrat menghadirkan kebaikan Tuhan kepada orang lain ini karena orang sadar akan perlunya saling mendukung dan sikap pendamai.

Tidak disangkal adanya kesulitan, seperti jelas dari Mat 5:10-12. Orang yang nyata-nyata hidup dalam kerangka di atas sering menderita dimusuhi, seperti terungkap dalam ay. 10 "dikejar-kejar karena bertindak lurus". Kemudian secara khusus kepada murid-muridnya Yesus menambahkan Sabda Bahagia yang ke sembilan, yakni yang menyangkut pengalaman dimusuhi orang karena menjadi muridnya (ay. 11). Pengharapan mereka dibesarkan (ay. 12a "bersuka citalah karena besar pahalamu di surga").

Tiap pengalaman di atas dapat dihayati semua orang yang memberi ruang bagi Yang Ilahi. Dapat pula dikatakan pengalaman ini juga melampaui batas-batas agama. Mereka yang mendalami makna Sabda Bahagia dapat semakin mengenali liku-liku kehidupan rohani dan pergulatan di dalamnya. Hidup yang terarah kepada Yang Ilahi itu membawa kebahagiaan. Di situlah ditemukan makna "berbahagia".

SABDA BAHAGIA DALAM INJIL

Sabda Bahagia disampaikan Matius sebagai pembukaan khotbah panjang Yesus dalam Mat 5-7. Ada lima rangkaian khotbah seperti itu, yakni Mat 5-7 (Khotbah di Bukit); 10 (pedoman hidup bagi pewarta Kerajaan Surga); 13 (penjelasan mengenai Kerajaan Surga); 18 (pengajaran bagi para murid dalam hidup bersama); 23-25 (uraian di Bukit Zaitun tentang kedatangan Kerajaan Surga pada akhir zaman). Di antara kumpulan yang satu dengan yang berikutnya ditaruh kisah mengenai tindakan Yesus, mukjizat dan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan para murid.

Kelima kumpulan itu tersusun dengan cara yang unik. Yang terakhir berlatarkan pengajaran di bukit Zaitun. Latar ini mengingatkan pada kumpulan pertama yang berlatarkan sebuah bukit pula. Tentang ini akan dibicarakan lebih lanjut. Kemudian kumpulan keempat, yakni yang menyangkut kehidupan para murid, erat berhubungan dengan yang kedua, yakni pedoman hidup bagi para murid-murid Yesus yang akan meneruskan menjadi pewarta Kerajaan Surga. Kumpulan ketiga menyoroti Kerajaan Surga, warta paling pokok yang dibawakan Yesus. Penyusunan secara "konsentrik" seperti ini dapat menjadi pegangan mendalami masing-masing kumpulan itu. Demi mudahnya, kumpulan yang pertama (Mat 5-7) sebaiknya dilihat dalam hubungannya dengan warta pokok, yakni Kerajaan Surga (Mat 13) dan apa kenyataannya yang penuh nanti pada akhir zaman (Mat 23-25). Dan dengan demikian para murid akan siap menghayati pedoman hidup secara orang-perorangan (Mat 10) maupun dalam kebersamaan (Mat 18).

Upaya mendalami Sabda Bahagia sebagai pembukaan kumpulan yang pertama dapat menciptakan hubungan guru-murid dengan Yesus. Dan bila terjadi orang akan merasa tertuntun mendekat kepada kenyataan hadirnya Yang Ilahi di antara manusia juga. Hubungan ini akan mendekatkan orang pada kenyataan Kerajaan Surga di dunia dan kepenuhannya kelak di akhir zaman. Dengan demikian dapat juga menjadi pangkal berharap ikut menikmati kenyataan itu.

MENGAJAR DI SEBUAH BUKIT

Injil Matius ditulis bagi orang-orang yang mengenal akrab alam pikiran Perjanjian Lama. Intinya, yakni diturunkannya Taurat kepada Musa di Sinai. Bagi umat Perjanjian Lama, Taurat berisi ajaran kehidupan dalam bentuk pedoman, petunjuk, tatacara ibadat, hukum yang bila dijalani dengan jujur dan ikhlas akan membuat mereka menjadi dekat pada Tuhan dan menjadi umat yang dilindungiNya. Dengan latar inilah Matius mengisyaratkan kepada pembacanya bahwa Yesus kini menjalankan peran Musa. Yesus membawakan petunjuk, ajaran, kebijaksanaan yang bila dihayati akan membuat orang menjadi bagian dari umat yang baru pewaris Kerajaan Surga.

Memang ada beberapa perbedaan mencolok di antara penampilan Musa dan Yesus. Di Sinai dulu Musa sedemikian jauh. Awan meliputi pucuk gunung tempat Musa memperoleh Firman ilahi. Tak ada yang berani mendekat karena kebesaran ilahi sedemikian menggentarkan. Sekarang Yesus tampil sebagai tokoh yang dekat dengan orang banyak. Matius memang sengaja menampilkannya sebagai kenyataan dari "Tuhan menyertai kita" - Imanuel. Kini bukan lagi awan yang menggentarkan, melainkan kemanusiaan Yesus-lah yang menyelubungi kebesaran ilahi sehingga orang banyak dapat datang mendekat. Tempat pengajaran diturunkan tidak lagi digambarkan sebagai gunung yang tinggi yang hanya bisa didaki Musa sendirian. Bukit tempat menyampaikan pengajarannya terjangkau oleh orang banyak dan bahkan mereka dapat langsung mendengarkannya. Bagaimanapun juga, tetap ditegaskan, tempat yang mudah tercapai ini menjadi tempat keramat juga, seperti puncak Sinai dulu. Namun kekeramatan yang dekat - bukan yang sulit terjangkau.

Nanti menjelang akhir kehidupannya, Yesus masih memberi pengajaran kepada murid-muridnya di sebuah bukit pula, di bukit Zaitun. Kita boleh ingat akan Musa di gunung Nebo, memandang ke barat ke Tanah Terjanji. Ia sendiri tidak akan memasukinya. Yosua-lah yang akan memimpin umat ke sana. Peristiwa ini besar maknanya bagi pembaca Injil Matius. Nama Yesus dalam bentuk Ibraninya sama persis dengan nama Yosua penerus Musa tadi. Dengan demikian disarankan bahwa Yesus bakal memimpin orang banyak memasuki negeri baru yang dijanjikan, yakni Kerajaan Surga.

WARTA

Sabda Bahagia dalam Injil menggambarkan apa yang nyata-nyata dialami dan terjadi di antara orang-orang yang hidup mengikuti Yesus, bukan mengajarkan hal-hal yang mesti dilakukan. Dengan perkataan lain, Sabda Bahagia itu sifatnya deskriptif, bukan preskriptif. Beberapa contoh lain dari Sabda Bahagia selain yang sedang dibicarakan ialah Mzm 1:1; 32:1-2; 144:15; Mat 11:6; 13:16; 16:17; Luk 6:20; 11:28; 12:37; Yoh 20:29; 1 Pet 4:14. Sabda Bahagia bukanlah kata-kata yang memiliki daya untuk mengadakan sesuatu, seperti "berkat", juga bukan serangkai resep hidup bahagia. Sabda Bahagia menunjukkan apa yang terjadi bila orang berada dalam keadaan yang digambarkan di situ. Pendengar diajak memikirkan lebih lanjut dan mengambil sikap-sikap baru. Dengan demikian Sabda Bahagia bukan mengajarkan "yang itu-itu" saja. Sabda itu tetap menyapa.

Sabda Bahagia sebaiknya juga dibaca dengan menengok ke depan, yakni ke pengajaran Yesus mengenai Penghakiman Terakhir dalam Mat 25:31-46. Kedua bahan ini membingkai seluruh pengajaran Yesus. Kedua-duanya diberikan pada sebuah bukit. Kedua-duanya membicarakan siapa-siapa yang bakal memiliki Kerajaan Surga, yang dapat memasuki kebahagiaan kekal. Dalam Mat 25:35-36 ditegaskan bahwa berbuat baik kepada sesama berarti berbuat baik kepada Tuhan sendiri. Yesus memanusiakan gambaran Penghakiman Terakhir. Diajarkan bagaimana orang bisa mengerti bahwa yang dikerjakan bagi sesama nanti dijadikan batu uji masuk surga. Kebijaksanaan dan akal sehat menjadi penuntun yang baik ke arah pertanggungjawaban terakhir nanti. Orang dihimbau sejak kini agar nanti bisa mengatakan kita juga telah memperkaya Tuhan dan telah berbuat baik kepadaNya. Sabda Bahagia menggambarkan keadaan batin dan sikap hidup mereka yang nanti pada akhir zaman akan dapat mengatakan bahwa telah berbuat banyak bagi sesama. Dan Tuhan akan mengatakan itu semua dikerjakan bagiNya. Mereka yang demikian akan betul-betul dapat disebut "Berbahagia"! Dan mereka inilah orang-orang kudus yang dirayakan pada hari Minggu ini.


Salam hangat,
A. Gianto


Bagikan

Minggu, 01 November 2009 :: Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga

Minggu, 01 November 2009

HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS: Why 7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a

“Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga”

Pada hari raya Semua Orang Kudus hari ini kita diajak untuk mengenangkan kembali para santo-santa, khususnya santo atau santa yang menjadi pelindung kita masing-masing. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk membaca dan merenungkan kembali riwayat santo atau santa yang menjadi pelindung, sambil mencermati spiritualitas atau semangat yang menjiwai hidupnya. Mungkin kutipan Warta Gembira hari ini, Sabda Bahagia, dapat membantu kita semua dalam mawas diri atau mengenangkan santo atau santa pelindung kita masing-masing dan kemudian meneladan cara hidup atau cara bertindaknya. Maka baiklah secara sederhana saya coba merefleksikan ayat-ayat dari Sabda Bahagia hari ini:

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat 5:3)

Miskin di hadapan Allah berarti terbuka atas kehendak Allah, Penyelenggaraan Ilahi, terbuka terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan untuk berubah atau bertobat alias memperbaharui diri. Harapan atau dambaan utama adalah Allah, dan tentu saja hal itu juga dihayati dengan dan dalam hidup mendunia, berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi. Ia menyikapi dan menempatkan aneka macam bentuk harta benda atau sarana-prasarana duniawi sebagai wahana atau sarana untuk semakin memperembahkan diri seutuhnya kepada Allah, semakin dirajai atau dikuasai oleh Allah. Ia mengusahakan kesucian hidup dengan mendunia, terlibat atau berpartisipasi dalam kesibukan sehari-hari sebagaimana dihayati oleh para pekerja; ia tidak ada rasa lekat tak teratur terhadap aneka macam bentuk harta benda atau sarana-prasarana. Kebahagiaan sejati adalah “menemukan Allah dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Allah

Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur” (Mat 5:4)

Yang dimaksudkan berdukacita disini kiranya adalah bekerja keras tanpa kenal lelah dalam rangka menghayati panggilan serta melaksanakan tugas pengutusan atau kewajiban yang terkait dengan panggilannya. Segala tugas pekerjaan atau apapun yang ditugaskan kepadanya selesai pada waktunya dan baik hasilnya, sebagaimana diharapkan. Meskipun harus bekerja keras dan kurang memperoleh perhatian orang lain, ia tetap dinamis, ceria dan bahagia; ia tidak akan merasa sendirian, meskipun secara phisik sendirian, karena Allah bersamanya, hidup dan bekerja dalam dirinya yang lemah dan rapuh. Bukankah ketika usaha keras berhasil baik pada akhirnya akan memperoleh hiburan besar? Maka dengan ini kami mengharapkan kita semua, entah yang belajar atau bekerja, untuk bekerja keras dalam melaksanakan tugas panggilan atau kewajibannya; hendaknya tidak bermalas-malasan. “Wong keset ikut dadi bantaling setan” = “Pemalas menjadi tempat kediaman setan”.

Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi” (Mat 5:5).

Orang lemah lembut pada umumnya juga rendah hati, ia lebih ‘melihat ke bawah’ daripada ‘melihat ke atas’, lebih menunduk daripada menengadah, lebih melihat realitas daripada impian, lebih melihat bumi daripada langit. “Memiliki bumi” berarti mampu menguasai bumi, sebagaimana diperintahkan Allah kepada manusia :"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi” (Kej 1:26). Bukankah untuk menguasai atau merawat ikan, burung maupun ternak harus lembah lembut, rendah hati, dalam dan oleh kasih, agar mereka tumbuh berkembang dengan baik?. Jika kepada binatang atau tanaman saja kita harus lemah lembut dan rendah hati, apalagi terhadap manusia atau sesama kita. Maka marilah kita saling lemah lembut dalam hidup kita sehari-hari.

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan (Mat 5:6).

Apa yang dimaksudkan dengan ‘lapar dan haus akan kebenaran’ kiranya kesadaran dan penghayatan diri sebagai yang berdosa dan dipanggil oleh Tuhan untuk berkarya dalam karya penyelamatanNya. Dengan kata lain penghayatan hidup belajar terus-menerus, ‘ongoing formation/ongoing education’. Sikap hidup belajar terus-menerus perlu dijiwai keutamaan kerendahan hati, kesiap-sediaan dan kerelaan untuk terus dibina, dididik, dikembangkan, didewasakan, dst.. Orang senantiasa bersikap ‘magis’, yaitu melebihi atau mengalahkan diri terus menerus. Sikap mental yang demikian ini hendaknya dibiasakan sedini mungkin bagi anak-anak dan tentu saja dengan teladan konkret dari orangtua/bapak-ibu.

Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan” (Mat 5:7).

Murah hati berarti hatinya dijual murah alias memberi perhatian kepada siapapun sesuai dengan kesempatan, kemungkinan dan keterbatasan yang ada. Jika kita berani mawas diri dengan jujur kiranya kita dapat mengakui dan menghayati bahwa masing-masing dari kita telah memperoleh kemurahan hati Allah secara melimpah ruah melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita, tentu saja pertama-tama dan terutama adalah orangtua atau bapak-ibu kita masing-masing. Maka ajakan untuk bermurah hati terhadap orang lain tidak sulit asal rela menyalurkan apa yang telah kita terima secara melimpah ruah tersebut. Marilah kita saling bermurah hati alias saling memperhatikan dimanapun dan kapanpun kita berada serta dengan siapapun. .

Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”(Mat 5:8)

Suci hatinya berarti hatinya bersih, tanpa cacat cela atau noda sedikitpun, hatinya sepenuhnya dikuasai atau dirajai oleh Allah, Yang Ilahi. Mata hatinya juga dapat melihat dengan cermat, tajam dan tepat segala sesuatu: siapa itu Allah, siapa itu sesama manusia dan apa itu harta benda/ciptaan-ciptaan lainnya di dunia ini. Dunia seisinya, yaitu bumi dan laut, flora dan fauna serta manusia diciptakan oleh Allah, dalam kuasa Allah, tergantung dari Allah. Maka orang yang suci hatinya mampu melihat Allah yang hidup dan berkarya dalam seluruh ciptaanNya tersebut, dan dengan demikian ia akan menghormati dan menjunjung tinggi seluruh ciptaanNya di bumi dan laut ini. Sebagai orang yang suci hatinya kiranya menghayati apa yang dikatakan oleh Yohanes ini: “Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya” (1Yoh 3:2).

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat 5:9)

Mengakui diri dan menghayati diri sebagai orang beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah alias menjadi ’anak kesayangan’ Allah. Karena Allah hanya satu maka selayaknya semua umat beriman hidup bersatu dalam damai, penuh persahabatan dan persaudaraan sejati, hidup dalam damai sejahtera. Masing-masing dari kita adalah ‘anak kesayangan’ atau ‘yang terkasih’ Allah, maka bertemu dengan orang lain atau siapapun berarti ‘yang terkasih’ bertemu dengan ‘yang terkasih’ dan dengan demikian secara otomatis saling mengasihi, dan dengan saling mengasihi terjadilah perdamaian sejati. Damai merupakan idaman atau dambaan semua orang, namun sayang sering terjadi kesalah-fahaman karena paradigma maupun strategi yang berbeda. Ada yang mengusahakan perdamaian dengan menghancurkan yang lain.. ‘There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness” = “Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan”, demikian pesan perdamaian dari Paus Yohanes Paulus II memasuki millennium ketiga yang sedang kita telusuri saat ini. “Kasih pengampunan” itulah senjata atau kekuatan untuk mengusahakan dan membawa damai, maka marilah kita hidup dan bertindak saling mengasihi dan mengampuni.

Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”(Mat 5:10)

Kebohongan, manipulasi, pemalsuan, permainan sandiwara kehidupan, dst.. masih marak di sana-sini dalam kehidupan bersama, maka untuk hidup dan bertindak benar pasti akan menghadapi aneka macam tantangan, hambatan atau aniaya. Mereka yang seharusnya menjadi penegak kebenaran hukum juga dengan mudah melakukan kebohongan atau sandiwara kehidupan demi dan karena uang. Harta benda/uang, pangkat/kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi merupakan godaan untuk berbohong atau melakukan manipulasi, pemalsuan dst.. Meskipun harus menghadapi aneka macam tantangan, hambatan dan aniaya, kami harapkan kepada para pejuang dan pembela kebenaran tetap setia, teguh dan tanpa takut terus memaklumkan kebenaran. Hidup dan bertindak benar hemat saya perlu dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dan tentu saja dengan teladan orangtua atau bapak-ibu.

Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat “(Mat 5:11)

Orang jujur, benar dan baik sering mengalami aneka macam fitnah dari mereka yang kurang senang atas kejujuran dan kebaikannya. Di kantor-kantor tertentu orang jujur selalu diamat-amati untuk dicari kelemahan dan kekurangannya dan kemudian difitnah. Hidup dan bertindak jujur di tempat-tempat atau kantor-kantor tertentu bagaikan berada di ujung duri atau tanduk, begitulah yang sering dialami beberapa orang jujur. Para pemfitnah pada umumnya harus memboroskan waktu dan tenaga atau memperhatikan terus menerus kepada yang difitnah sebelum menyampaikan fitnahnya. Dengan kata lain fitnah yang disampaikan merupakan hasil atau buah perhatian (pemborosan waktu dan tenaga) yang cukup besar, maka fitnah rasanya juga merupakan perwujudan kasih. Maka kepada siapapun yang difitnah saya harapkan mengucapkan terima kasih atau berterima kasih kepada yang memfitnah. Berbahagialah karena hidup dan bertindak jujur, setia pada iman dan janji-janji yang pernah diikrarkan, ketika sedang mengalami celaan, aniaya maupun fitnah. Jadikanlah celaan, aniaya dan fitnah sebagai bentuk penggemblengan atau pembinaan kita agar kita semakin tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman.

“TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai."Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu” (Mzm 24:1-4)

Jakarta, 1 November 2009


Ignatius Sumarya, SJ

Bagikan

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy