| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 09 November 2009 :: Pesta Pemberkatan Basilik Lateran

Senin, 09 November 2009
Pesta Pemberkatan Basilik Lateran

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahaagung, Engkau telah berkenan memilih kami sebagai batu-batu hidup bagi bangunan kediaman-Mu. Curahkanlah selalu anugerah Roh kepada Gereja-Mu, agar umat-Mu yang selalu setia akan rahmat-Mu berkembang dalam pembangunan Yerusalem baru. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Nubuat Yehezkiel (47:1-2.8-9.12)
"Aku melihat air mengalir keluar dari bait Allah, dan semua orang yan didatangi air itu akan selamat."

1 Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu Bait Suci, dan sungguh, ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci itu dan mengalir menuju ke timur; sebab Bait Suci juga menghadap ke timur; dan air itu mengalir dari bawah bagian samping kanan dari Bait Suci itu, sebelah selatan mezbah. 2 Lalu diiringnya aku ke luar melalui pintu gerbang utara dan dibawanya aku berkeliling dari luar menuju pintu gerbang luar yang menghadap ke timur, sungguh, air itu membual dari sebelah selatan. 8 Ia berkata kepadaku: "Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di Laut Asin, air yang mengandung banyak garam dan air itu menjadi tawar, 9 sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup. 12 Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis; tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus itu. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 847
Ref. Tuhan penjaga dan benteng perkasa dalam lindungan-Nya aman sentosa.
1. Allah itu tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut.
2. Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, di sukakan oleh aliran-aliran sungai . Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi.
3. Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Pergilah, pandanglah pekerjaan Tuhan. Yang mengadakan permusuhan di bumi.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (3:9b-11,6-17)

"Kamu adalah tempat kediaman Allah."

9 Saudara-saudara, kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. 10 Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. 11 Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. 16 Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? 17 Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 953
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Tempat ini telah Kupilih dan Kukuduskan. Supaya nama-Ku tinggal disana sepanjang masa. (2Taw 7:16)

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (2:13-22)

"Kenisah yang dimaksudkan Yesus ialah tubuh-Nya sendiri."

13 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. 14 Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. 15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. 16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." 17 Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku. 18 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" 19 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." 20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" 21 Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. 22 Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Renungan

Rekan-rekan yang baik!

Hari ini kita memperingati pemberkatan Basilika St. Yohanes Lateran di Roma yang didirikan oleh Kaisar Konstantinus pada abad ke 4 di lahan yang dulu milik keluarga bangsawan yang bernama Lateranus. Karena menjadi gereja resmi dari uskup Roma, Basilika Lateran juga menjadi katedral. Basilika ini beberapa kali dibangun kembali. Ujud yang sekarang ini berasal dari abad ke 17. Basilika St. Yohanes Lateran salah satu dari empat Basilika Agung, atau Basilika Patriarkal di Roma, bersama Basilika St. Petrus, St. Maria Maggiore, dan St. Paulus.

Injil bagi perayaan ini, Yoh 2:13-22, menceritakan bagaimana Yesus membersihkan Bait Allah. Akan ditunjukkan pula kaitannya dengan bacaan kedua, yakni 1Kor 3:9b-11.16-17.

Pasar Hewan dan Bisnis Valas di Bait Allah

Seperti diceritakan Yohanes, pembersihan Bait Allah itu terjadi menjelang hari raya terbesar orang Yahudi, yakni Paskah. Bukan Paskah Kristen yang belum ada waktu itu. Menjelang hari itu orang-orang berdatangan ke Yerusalem menunaikan kewajiban mempersembahkan kurban di Bait Allah. Karena alasan praktis, tidak banyak yang membawa sendiri hewan persembahan. Maklum syarat-syarat bagi hewan yang pantas dipersembahkan tidak sebarangan. Karena itu ada layanan penjualan hewan yang memenuhi syarat. Pada zaman itu dipakai uang Romawi yang memuat gambar Kaisar. Tetapi larangan agama mengenai gambar manusia membuat uang Romawi haram dipakai membeli hewan kurban. Karena itu ada jasa penukaran ke mata uang Yahudi yang hanya bisa dipakai di tempat suci. Para pedagang dan penukar uang bertempat di serambi Bait Allah yang juga boleh dimasuki orang bukan Yahudi atau orang yang tidak bermaksud mempersembahkan kurban. Sebelum mendalami lebih jauh, marilah berkonsultasi dengan seorang pakar ilmu tafsir.

Yesus kalap?
TANYA: Yesus yang biasanya berpenampilan tenang berwibawa kok sekarang kalap mengobrak-abrik dagangan orang. Bagaimana kelakuan ini bisa dijelaskan?
PAKAR: Anda ini pengin cepat-cepat jadi kayak murid-murid Yesus yang dikatakan dalam ayat 17 ingat akan Mzm 69:9 (10). Tapi peristiwa itu perlu kita amati dengan lebih jeli.
TANYA: Lha apa keliru?
PAKAR: Masih ingat beberapa waktu yang lalu orang-orang turun ke jalan mengusung "mayat reformasi"? Bayi reformasi yang dikandung dengan susah payah dan dilahirkan dengan penderitaan itu ternyata mati sebelum sempat dewasa. Yesus sebenarnya sedang menggelar "unjuk rasa" dengan gaya seperti itu.
TANYA: Wah, penjelasan ini belum pernah saya dengar. Orisinil! Bagaimana, bagaimana kelanjutannya?
PAKAR: Ada baiknya eksegese makin peka akan dunia Kitab Suci sendiri. Gini lho. Yesus tampil seperti nabi yang melakukan "tindakan simbolik" untuk membuka mata orang. Anda ingat Yeremia (Yer 13:1-11) yang memperagakan tindakan menyembunyikan ikat pinggang di celah batu di pinggir sungai Efrat. Setelah beberapa waktu diambilnya kembali ikat pinggang itu, tapi sudah lapuk. Lalu ia bernubuat bahwa orang Israel kini lapuk seperti ikat pinggang itu. Tak lagi layak dikenakan. Dalam gaya busana orang sana dulu, ikat pinggang menunjukkan sosok orang yang memakainya. Umat yang tidak "nyingset" ke Tuhan, tidak bisa membuatNya dikenal orang lagi.
TANYA: Kembali ke Injil Yohanes. Jadi Yesus bukan bermaksud menghantam praktek dagang dan tukar uang?
PAKAR: Yesus bukan tokoh agamaist fanatik yang kalap ngobrak-abrik usaha orang lain. "Unjuk rasa" itu kejadiannya begini. Dengan disaksikan banyak orang, Yesus bersama murid-muridnya sengaja datang ke serambi Bait Allah membawa dagangan dan meja penukar uang. Orang bertanya-tanya dalam hati apa guru terkenal ini mau bersaing dagang sapi, merpati, dan buka bisnis valas. Aneh, ia juga menjalin cemeti. Dan ketika rasa ingin tahu orang memuncak, ia tiba-tiba menjungkir-balikkan meja dagangan, mencambuki hewan yang dibawanya sendiri sambil menghardik murid-murid yang memainkan peran sebagai pedagang dan penukar uang: "Enyahlah, jangan bikin rumah Bapaku ini jadi pasar!" (ayat 16). Dan pada saat itu juga, masih termasuk pentasan ini, murid-murid berkomentar samping - gaya "aside" - mengutip Mzm 69:9(10), "Kalap sungguh aku oleh kobaran cintaku pada BaitMu!" Drama yang mementaskan tindakan simbolik selesai di sini. Tapi serambi yang morat-marit masih terlihat.
TANYA: Wah, penjelasannya ini lebih klop! Tapi apa orang-orang waktu itu paham bahwa Yesus memperagakan tindakan simbolik seperti nabi-nabi dulu?
PAKAR: Perjanjian Lama mereka kenal dengan baik. Mereka ingat tindakan simbolik para nabi. Drama ikat pinggang Yeremia itu tak asing, ini bacaan mereka sejak kecil. Akan terbayang pula Yesaya yang menanggalkan alas kaki dan pakaian tanda berkabung (Yes 20:1dst ), lalu juga Yeremia yang memanggil orang agar menonton bagaimana ia memecahkan buli-buli kurban jahanam (Yer 19:1.13) atau Yehezkiel yang menggelar lakon pengepungan Yerusalem kayak dalang wayang klitik (Yeh 4:1-5:17) sambil bernubuat akan adanya kelaparan di kota itu. Bahkan kehidupan pribadi pernah ditayangkan para nabi sebagai tindakan simbolik. Yehezkiel menunggui mayat istri terkasihnya tanpa meneteskan air mata atau berkabung dan bernubuat bahwa kehancuran Yerusalem nanti sedemikian tak dinyana sampai orang tak sempat menangisinya (Yeh 24:15); Hosea mentalak istrinya yang serong dan menerangkannya sebagai pertanda Tuhan mentalak Israel yang tak setia kepadaNya (Hos 1-3).
TANYA: Tentunya hanya public figure yang berwibawa bisa melakukan tindakan simbolik seperti itu?
PAKAR: Betul. Karena itu menurut Yoh 2:18 orang-orang menantang apa Yesus bisa menunjukkan ia mempunyai hak menjalankan tindakan simbolik itu. Lihat, mereka bukannya bereaksi melawan tindakan Yesus mengobrak-abrik pasar hewan dan bisnis valas karena memang ia tidak mengganggu-gugat perdagangan yang sungguhan di situ.
TANYA: Lalu ringkasnya apa yang hendak disampaikan Yesus?
PAKAR: Orang-orang tercengkam oleh keadaan morat-marit yang dipertontonkan Yesus di serambi Bait Allah. (Seperti dalam layat "mayat reformasi" tadi: yang dicerap orang bukan tindakan menggotong mayat, melainkan suasana pedih dan frustrasinya.) Yesus mengajak orang menyadari betapa terjungkir-baliknya kehidupan Bait Allah mereka terima begitu saja. Bait Allah kini hanya dapat menjadi ibadat luar belaka saja dan orang bahkan lebih sibuk dengan mana hewan kurban yang mulus dan mana mata uang yang cocok. Yesus mengajak orang mencari Bait yang membuat batin plong, yang membuat orang menikmati hadirnya Tuhan, Bait yang bisa memberi kehidupan. Dan itu ialah dirinya.

Yohanes dan Injil-Injil lain
Peristiwa "pembersihan" Bait Allah diceritakan keempat Injil dengan sudut pandang masing-masing.

a. Yohanes menaruh episode itu pada awal karya Yesus untuk menekankan bahwa sejak awal Yesus mau mengajak orang mengarahkan diri ke Bait yang didirikan Tuhan sendiri, yakni dirinya yang dibangkitkan Tuhan.
b. Ketiga Injil lain (Mrk 11:15-17; Mat 21:12-13; Luk 19:45-46) menaruhnya pada hari-hari terakhir kehidupan Yesus untuk menekankan kontras antara Bait Allah yang morat-marit itu dengan Bait yang akan dibangunnya kembali dalam tiga hari.
c. Berbeda dengan Yohanes, Injil Markus, Matius dan Lukas tidak menghubungkan pernyataan Yesus akan membangun kembali Bait yang hancur dalam waktu tiga hari dengan tindakannya di Bait Allah.
d. Di lain pihak Markus dan Matius melaporkan bahwa pernyataan itu menjadi salah satu tuduhan terhadap Yesus dalam Mahkamah Agama (Mrk 14:58; Mat 26:61) dan juga diperolokan orang-orang yang lewat di muka salib (Mrk 15:29; Mat 27:40). Yohanes tidak menghubungkan kata-kata itu dengan tuduhan maupun olok-olok itu. Lukas tidak menyebutnya samasekali, tetapi ia menggarap bahan ini dengan caranya sendiri: seluruh Kisah Para Rasul memuat cerita bagaimana gereja yang tumbuh pesat itu adalah karya Roh Yesus yang membangun kembali Bait yang baru.

Bagaimanapun juga kata-kata tentang membangun kembali Bait yang runtuh dalam tiga hari ini memang menjadi hal yang dipersoalkan oleh mereka yang menonton tindakan simbolik pembersihan Bait, oleh mereka yang menuduh Yesus di Mahkamah Agung, dan oleh mereka yang mengolok-oloknya waktu ia disalib. Dalam ketiga hal itu Yesus menghadapi ketakpercayaan orang. Kata-kata itu sendiri mengungkapkan keyakinan Yesus. Pembaca Injil dapat memeriksa diri di mana sedang berdiri.

Kaitan dengan bacaan kedua. (1Kor 3:9b-11.16-17)

Dalam 1Kor 3:9b-11.16-17Paulus menggambarkan komunitas orang percaya sebagai ladang dan bangunan yang diperuntukkan bagi Allah. Ibarat ini kuat. Ladang diharapkan memberi hasil bila mau terus disebut ladang. Juga bangunan kukuh dan betul-betul bisa didiami olehNya sendiri.. Menurut Paulus, kekuatan "bangunan" ini ialah Kristus sendiri. Maksudnya, komunitas baru sungguh bisa berkembang bila memang bertumpu pada Kristus. Bila begitu maka memang dapat menjadi tempat hadirnya roh ilahi. Dan tempat ini tak boleh dikaburkan dengan pandangan-pandangan sendiri mengenai keilahian. Dalam bacaan Injil ditunjukkan bagaimana kemorat-maritan umat yang tidak lagi membiarkan kehadiran ilahi tampil.

Bisakah warta tindakan simbolik Yesus di Bait Allah itu dipakai untuk menyoroti gereja dan lembaga agama yang kadang-kadang terasa kurang menepati inspirasi asli dan yang morat-marit? Memang mudah menjadikan gereja institusional sebagai sasaran amatan seperti ini. Namun penerapan ini kurang tepat dan malah memerosotkan warta Injil. Juga bisa mengundang debat kusir eklesiologi. Lebih berguna melihat arah lain.

Ada "relung-relung keramat" bagi Tuhan dalam hidup kita. Semua itu dibangun dengan itikad baik. Namun tindakan simbolik Yesus tetap menyapa. Bukan dalam arti agar batin makin dibersihkan. Wartanya jauh lebih tajam. Yesus mengajak melepaskan bangunan itu. Mengapa? Bait yang kita akrabi dan pelihara itu sebenarnya tak banyak artinya karena akan runtuh. Yang bakal terus ada ialah Bait yang dibangunnya kembali dalam kebangkitannya. Kita dihimbau agar merelakan relung-relung suci dan bangunan keramat dalam diri kita. Leburkan dalam satu Bait yang hidup, yakni dia yang bangkit itu. (Ahli-ahli tenung di Efesus merelakan ilmu hitam mereka termasuk kitab-kitab wasiat ketika mereka menyatakan diri percaya kepada Yesus, lihat Kis 19:18-19.) Ini hidup rohani yang mengarahkan diri ke Sana, ke Dia, ke Bait Allah yang hidup, ke Bait yang sungguh. Simpanan keramat memang tumbuh dari kebutuhan manusia untuk mendekati Yang Ilahi, tapi Yang Ilahi malah bisa dijadikan semacam barang koleksi yang dirumat, diberi sajian kurban khusus yang dibeli dengan uang yang khusus..!

Yesus sang Utusan Allah itu, telah menunjukkan betapa morat-maritnya dasar keyakinan rohani seperti itu kendati dihayati dengan jujur. Romo-romo Yesuit akan teringat Latihan Rohani yang mulai dengan upaya menyadari betapa aktivitas kita-kita ini sebenarnya kacau-balau. Melepas bangunan-bangunan keramat itu memang askese yang menggentarkan.



Salam hangat,
A. Gianto

www.mirifica.net

Bagikan

Minggu, 08 November 2009 :: Hari Minggu Biasa XXXII

Minggu, 08 November 2009
Hari Minggu Biasa XXXII

"...janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (Mrk 12:44)

Doa Renungan

Allah Bapa di surga, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah berkenan bersabda kepada kami melalui Putra-Mu, untuk mengajar kami kebijaksanaan yang menyegarkan hidup kami. Berilah kami kekuatan agar mampu saling mendukung membangun diri kami menjadi pribadi yang penuh cinta kasih dan tanpa pamrih dan dengan demikian membangun dunia ini menjadi tempat kediaman-Mu. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan Pertama

Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (17:10-16)

"Janda itu membuat sepotong roti bundar kecil dan memberikannya kepada Elia."

Sekali peristiwa Nabi Elia bersiap-siap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum." Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti." Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati." Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi." Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah


Mazmur Tanggapan PS 863
Ref. Pujilah Tuhan, hai umat Allah, pujilah Tuhan, hai umat Allah!
Ayat. (Mzm 146:7.8-9a.9bc-10)
1. Megahkanlah Tuhan wahai Yerusalem. Muliakanlah Allahmu, pujilah hai Sion. Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu. Dan berkat-Nya sudah turun pada anak-anakmu.
2. Sejahtera aman bagi daerahmu. Dengan gandum yang lezat terusir laparmu. Bila Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi. Cepat bagai anak panah firman-Nya 'kan berlari.
3. Berfirmanlah Dia pada Bapa Yakub. Ketetapan hukum-Nya kepada Israel. Tapi Dia tak berfirman kepada para bangsa, maka di tanah mereka hukum-Nya tak dikenal.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani (9:24-28)

"Kristus hanya satu kali saja mengurbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang."


Saudara-saudara, Kristus telah masuk ke dalam tempat kudus bukan yang buatan tangan manusia, yang hanya merupakan gambaran dari tempat kudus yang sejati, tetapi ke dalam surga sendiri untuk menghadap hadirat Allah demi kepentingan kita. Ia pun tidak berulang-ulang masuk untuk mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagaimana Imam Agung setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus mempersembahkan darah yang bukan darahnya sendiri. Sebab kalau demikian, Kristus harus berulang-ulang menderita.sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang ternyata, pada zaman akhir ini, Ia hanya satu kali menyatakan diri untuk menghapus dosa lewat kurban-Nya. Seperti manusia ditetapkan Allah untuk mati hanya satu kali, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengurbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu, Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka yang menantikan Dia.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil
PS 957
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat: Berbahagialah yang hidup miskin terdorong oleh Roh Kudus, sebab bagi merekalah Kerajaan Allah.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:41-44)

"Janda miskin itu telah memberi lebih banyak daripada semua orang lain."

Pada suatu hari, sambil duduk berhadapan dengan peti persembahan, Yesus memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda miskin. Ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka Yesus memanggil para murid-Nya dan berkata kepada mereka, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin itu memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan itu. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda itu memberi dari kekurangannya semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.


Renungan


LURUS DI HADAPAN TUHAN DAN SESAMA?

Menurut isinya, Mrk 12:38-44, memuat dua bagian. Yang pertama, ay. 38-40, menyampaikan amatan keras Yesus terhadap perilaku sementara ahli Taurat yang suka mempertontonkan kesalehan dan menyalahgunakan penghormatan orang terhadap mereka, tapi lebih-lebih karena mereka "menelan rumah janda-janda", serta mengelabui mata orang dengan doa mereka yang berkepanjangan. Dalam bagian selanjutnya, ay. 41-44, didapati pengajaran Yesus kepada para muridnya ketika mengamati orang-orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan di Bait Allah. Ada seorang janda miskin yang memberikan uang receh paling kecil - itulah seluruh nafkahnya. Kata Yesus, pemberiannya lebih dari orang-orang yang memberi dari kelimpahan mereka.

Apa ini pujian bagi sang janda dan sindiran terhadap orang yang memberi dari kelimpahan?

Mari kita temukan Kabar Gembira petikan kali ini agar kita dapat pula ikut mewartakannya.



ARAH TAFSIR
Petikan ini bukan pertama-tama dimaksud untuk mengecam sikap sementara orang maupun untuk memuji-muji orang miskin yang berani berkorban, melainkan untuk mengajar para murid bernalar. Begitu juga Warta Gembira bagi kita jangan kita jadikan kabar buruk bagi orang lain. Ini prinsip yang perlu dipegang dalam menafsirkan Alkitab khususnya dalam memakainya dalam pewartaan. Bila tidak, Injil akan menjadi alat pengecam dan sulit menjadi Kabar Gembira bagi siapa saja.

Hendak diajarkan kepekaan mewaspadai kebiasaan kita sendiri. Dalam ay. 38, dikatakan "Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang...!" Dinasihatkan agar orang awas, artinya tidak menerima begitu saja apa yang di kalangan umum diterima sebagai tindakan yang patut disetujui dan bahkan dijadikan teladan. Apalagi bila menyangkut tokoh-tokoh yang berwibawa, seperti para ahli Taurat. Mereka ini orang yang tahu menahu tentang agama. Mereka lazim menjadi panutan orang banyak. Sebenarnya ada banyak ahli Taurat yang baik, juga pada zaman itu. Tapi ada beberapa gelintir dari mereka yang menyalahgunakan kedudukan serta penghormatan orang terhadap mereka. Mereka inilah yang disoroti.

PEGANGAN
Tidak mudah menilai anggapan serta perbuatan para tokoh seperti kaum ahli Taurat. Apa pegangannya? Tak lain dan tak bukan yakni mewaspadai apa kelakuan tertentu itu sejalan atau kurang sejalan dengan dua perintah yang paling terutama yang dijadikan pokok pembicaraan dalam Mrk 12:28-34 (Injil Minggu lalu), yakni mengasihi Tuhan Allah dengan seutuh-utuhnya dan mengasihi sesama seperti diri sendiri.

Mempertontonkan kesalehan dalam berdoa dan mengharapkan penghargaan dari orang bukan cara yang cocok untuk menepati perintah mengasihi Tuhan Allah. Mengapa? Karena Dia dijadikan dalih agar diri sendiri mendapat kemudahan, memperoleh penghormatan, menikmati privilegi sebagai rohaniwan, sebagai ulama. Apalagi dengan dalih seperti itu kasarnya apa-apa saja bisa dipaksa-paksakan: bila begitu menghujat, kami membela Tuhan Allah, kalian mesti tunduk! Jangan melecehkan orang yang menjalankan ibadat, karena "ia sedang mengasihi Tuhan". Tapi Tuhan sendiri malah tidak mendapat tempat dalam kehidupan orang seperti itu.
Menelan rumah janda-janda, membeli dengan paksa, atau mengambil alih tempat berlindung mereka itu kelakuan yang kejam. Juga jadi tindakan yang paling melanggar perintah mengasihi sesama seperti diri sendiri. Memang kebanyakan orang biasa tidak memiliki rumah sendiri, mereka biasa menyewa dari pemilik tanah. Tapi bila penyewa meninggal maka istrinya tidak langsung berhak meneruskan memakai tanah atau rumahnya. Janda itu biasanya disuruh pergi, dan nasibnya tergantung pada sanak dekat yang menurut aturan hukum adat dapat diminta mengurusnya. Keadaan umat Perjanjian Lama dulu di Mesir seperti itu. Karena itu dalam kepercayaan mereka, Tuhan menampilkan diri sebagai sanak terdekat yang membela mereka dan menuntun mereka keluar dari tempat penderitaan dan memberi mereka negeri baru! Oleh karena itu jauh di kemudian hari setelah umat mengalami perbaikan hidup, diajarkan agar selalu diingat bahwa leluhur mereka dulu menderita dan oleh karena itu kini jangan sekali-kali memperlakukan orang yang tak ada pelindungnya dengan semena-mena. Bila tak mau mengerti, nanti Tuhan sendiri akan menjadi pembela orang yang tertindas tadi, seperti dulu juga. Dan orang yang berlaku keras akan terhukum seperti raja Mesir dan penindas lain dulu! Tak ada hukuman lain yang lebih berat daripada dimusuhi oleh Tuhan sendiri.

MANAJEMEN GEREJA AWAL
Di kalangan Gereja Awal tumbuh kepedulian besar akan keadaan para janda. Kis 6:1-6 mempermasalahkan kurangnya pelayanan yang semestinya diberikan kepada para janda, bahkan dalam kebutuhan yang amat sehari-hari. Para pemimpin sibuk mengurus pengajaran mengenai Sabda sehingga urusan sehari-hari kurang dapat ikut mereka tangani. Ini masalah manajemen dalam komunitas tapi yang berakibat pada terlantarnya orang-orang yang mesti diurus. Guna memperbaiki keadaan, maka diangkatlah orang-orang yang ditugasi mengurus kebutuhan yang kurang dapat diurus para pemimpin sendiri. Begitulah asal usul adanya para diakon dalam Gereja Awal. Terlihat dalam komunitas pertama itu betapa besarnya perhatian terhadap para janda. Juga dalam Kis 9:39 disebutkan bahwa Dorkas (Tabita) dikenang karena jasanya mengurus keperluan sandang bagi para janda. Dari 1 Tim 5:3-16 bahkan dapat disimpulkan bagaimana tertibnya organisasi pelayanan bagi para janda. Ada daftar siapa yang betul-betul membutuhkan pelayanan. Ada pengaturan, bila mungkin hendaknya saudara dekatnya menolong, termasuk mendapatkan suami. Ini semua karena masyarakat waktu itu memang sulit bagi perempuan yang hidup sendirian.

Bagaimana menafsirkan amatan mengenai sang janda yang memberikan seluruh nafkahnya itu (Mrk 12:44)? Dikatakan bahwa ia memberi jauh lebih banyak dari pada orang-orang yang memberi dari kelimpahannya. Pembaca mesti pandai-pandai menyadari permasalahannya. Memang gampang menggarisbawahi pemberian sang janda ini pemberian yang menyeluruh, tanpa menyisakan bagi diri sendiri, dst. Sikap seperti ini tentunya mesti dipegang dalam memberi, apalagi kepada Tuhan. Tapi tafsiran seperti itu sebenarnya kurang menggali warta Injil degan cukup dalam. Juga bukan cara untuk berwarta. Tidak banyak yang dapat berlaku seperti janda itu dalam hidup nyata. Maka tak usah ke sana arahnya. Malah akan membuat Injil makin jauh dari kehidupan.

PEMBERIAN ATAU TANDA MEMPERCAYAKAN DIRI?
Pendengar zaman dulu tentunya paham akan keadaan para janda dalam komunitas mereka. Dan mereka akan membandingkan kisah itu dengan kenyataan yang sehari-hari. Dikatakan janda itu memberikan seluruh nafkahnya. Ini akan dimengerti sebagai ungkapan bahwa sang janda masih butuh dan berhak mendapat perhatian sungguh. Jadi bukan semata-mata kisah mengenai nilai pemberian dari orang miskin? Bagaimana penjelasannya?

Iuran wajib bagi Bait Allah (seperti perpuluhan dst.) memang dipakai sebagian untuk pemeliharaan tempat ibadat dan keperluan upacara, tetapi sebagian besar dialokasikan sebagai bantuan bagi orang-orang miskin, yatim piatu, dan janda. Semuanya diatur dalam anggaran Bait Allah. Orang yang tak punya apa-apa akan mendapat bantuan, asal betul-betul tak punya. Nah janda tadi memberikan seluruh "nafkahnya" yang tentunya diperoleh bukan dari bantuan tadi. Dengan demikian ia akan berhak mendapat bantuan yang diperuntukkan baginya. Tentunya bantuan Bait Allah ini akan lebih besar daripada dua keping uang tembaga, yang tidak akan cukup untuk hidup sehari. Tetapi bila sang janda memegang "nafkahnya" yang hari itu memang hanya dua uang tembaga receh itu bisa jadi ia tidak dianggap butuh bantuan resmi tadi - mungkin ia masih mendapat nafkah lain sampai cukup buat menyambung hidup. Tetapi bila merelakan semua yang ada, maka ia akan dinyatakan tak punya apa-apa lagi dan hidupnya hari itu akan ditanggung yang berwajib. Tak usah kisah ini dimengerti sebagai ajakan memuji-muji sikap memberi sang janda tadi atau menyindir orang yang berduit. Ia boleh dipuji dengan alasan lain yang akan diutarakan di bawah. Kisah ini pertama-tama ditujukan kepada para pengurus komunitas para murid agar siap memperhatikan orang-orang seperti janda yang tak memiliki apa-apa lagi sehingga hidupnya menjadi tanggungan jemaat. Kisah ini disampaikan untuk menajamkan kepekaan terhadap orang yang berhak mendapatkan bantuan, bukan untuk meromantiskan mereka.

Namun demikian, keberanian sang janda dalam menyatakan diri tak punya apa-apa lagi dengan cara tadi patut dilihat sebagai penyerahan diri kepada kebaikan Tuhan. Mempercayakan diri sepenuhnya, inilah pengajaran Injil hari ini. Bagaimana dengan orang yang memberi dari kelimpahan, yang tentunya dapat masih dapat menyandarkan diri pada harta milik yang ada padanya. Mereka, dan orang-orang seperti kita, diajak berani belajar semakin menyandarkan diri kepada Tuhan. Tak perlu dengan cara pemberian, melainkan dengan cara yang akan melibatkan diri. Apa itu? Yesus tidak menunjukkan seluk beluknya. Dan Injil diam. Diserahkan kepada pemahaman dan kesuburan moral masing-masing. Prakarsa serta kreativitas masing-masing masih mendapat tempat. Dan ini termasuk Kabar Gembiranya. Kita dapat menemukan jalan-jalan baru yang searah dengan yang diharapkan oleh Dia yang menuntun kita! Dan semakin manusiawi pula.


Salam hangat,
A. Gianto

Bagikan

Sabtu, 07 November 2009 :: Hari Biasa Pekan XXXI

Sabtu, 07 November 2009
Hari Biasa Pekan XXXI


Doa Renungan


Allah Bapa yang kekal dan kuasa, bantulah kami hari ini untuk melihat Putera-Mu yang hadir secara nyata di dalam hidup kami. Berilah kami hati yang tidak mendua dan senantiasa terarah kepada-Mu. Tuhan, kami mendambakan hati yang dapat melihat dan merasakan kehadiran-Mu. Semoga kami hari ini mampu memberikan hati kami seutuhnya untuk-Mu dan tidak terbagi dengan kejahatan. Oleh sabda Putera-Mu iman kami diteguhkan, harapan dan cinta kami dikuatkan oleh-Nya. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Umat di Roma (16:3-9.16.22-27)

"Hendaklah kalian saling memberi salam dengan cium kudus."

Saudara-saudara, sampaikan salamku kepada Priska dan Akwila, teman-teman sekerjaku dalam Kristus Yesus. Mereka telah mempertaruhkan nyawa untuk hidupku. Kepada mereka bukan aku saja yang berterima kasih, tetapi juga semua jemaat bukan Yahudi. Salam juga kepada jemaat di rumah mereka. Salam kepada Epenetus, saudara yang kukasihi; dialah buah pertama dari daerah Asia untuk Kristus. Salam kepada Maria, yang telah bekerja keras untuk kalian. Salam kepada Andronikus dan Yunias, saudara-saudaraku sebangsa, yang pernah dipenjarakan bersama dengan daku; mereka itu orang-orang terpandang di antara para rasul dan telah menjadi Kristen sebelum aku. Salam kepada Ampliatus yang kukasihi dalam Tuhan. Salam kepada Urbanus, teman sekerja kami dalam Kristus, dan salam kepada Stakhis yang kukasihi. Hendaklah kalian saling memberi salam dengan cium kudus. Salam kepada kalian dari semua jemaat Kristen. Salam dalam Tuhan dari Tertius, yaitu aku yang menulis surat ini. Salam bagi kalian dari Gayus yang memberi tumpangan kepadaku, dan bagi seluruh jemaat. Salam kepada kalian dari Erastus, bendahara negeri, dan dari Kwartus, saudara kita. Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kalian semua. Amin. Allah berkuasa menguatkan kalian menurut Injil yang kumaklumkan dan pewartaan tentang Yesus Kristus, yang isinya ialah pernyataan yang berabad-abad lamanya tersembunyi, tapi kini dinyatakan, yang menurut perintah Allah yang abadi telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman. Bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat itu, segala kemuliaan untuk selama-lamanya, oleh Yesus Kristus. Amin!
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 829
Ref. Aku hendak memuji nama-Mu, ya Tuhan, selama-lamanya
Ayat. (Mzm 145:2-3.4-5.10-11)
1. Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya. Besarlah Tuhan, dan sangat terpuji; kebesaran-Nya tidak terselami.
2. Angkatan demi angkatan akan memegahkan karya-karya-Mu, dan akan memberitakan keperkasaan-Mu. Semarak kemuliaan-Mu yang agung akan kukidungkan, dan karya-karya-Mu yang ajaib akan kunyanyikan.
3. Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.

Bait Pengantar Injil PS 956
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat. Yesus Kristus telah menjadi miskin, meskipun Ia kaya, agar kalian menjadi kaya berkat kemiskinan-Nya. Alleluya

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (16:9-15)

"Jika kalian tidak setia mengurus mamon durhaka, siapakah yang mau mempercayakan harta sejati kepadamu?"

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan mamon yang tidak jujur, supaya jika mamon itu tidak dapat menolong lagi, kalian diterima dalam kemah abadi. Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi jika kalian tidak setia mengurus mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan harta sejati kepadamu? Seorang hamba tidak mungkin mengabdi dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain; atau ia akan setia kepada yang seorang, dan tidak mengindahkan yang lain. Kalian tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon." Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Yesus. Maka Yesus berkata kepada mereka, "Kalian membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.



Renungan


"Barangsiapa setia dalam perkara kecil ia setia juga dalam perkara besar.” (Rm 16:3-9.16.22-27; Luk 16:9-15)

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Dalam suatu pertemuan dengan penceramah Romo JB.Mangunwijaya pr alm, ada seorang peserta bertanya: “Bagaimana tanggapan Romo terhadap karya Gereja serta para biarawan-biarawati dengan bangunan yang megah, besar dan kuat”. “Oh, banyak orang kagum, heran, terkejut, dst.., tetapi apakah mereka mengasihi karya tersebut tanda tanya, saya tidak tahu”, demikian tanggapan Romo Mangun. Memang kebanyakan orang kagum terhadap apa yang besar, entah itu bangunan, pangkat, jabatan, dst.., tetapi apakah mereka mengasihi yang besar tersebut tanda tanya besar. Yang menjadi kebutuhan hidup kita sehari-hari adalah apa-apa atau hal-hal kecil dan sederhana, bukan yang besar dan berbelit-belit, maka kita dipanggil untuk setia dalam perkara-perkara kecil, agar dapat setia pada perkara-perkara besar. Memperhatikan perkara kecil berarti juga memperhatikan dan mengasihi mereka yang disebut kecil, entah pembantu rumah tangga/pesuruh, anak kecil, mereka yang miskin dan berkekurangan, bodoh, dst.. Dan untuk dapat memperhatikan yang kecil ini orang harus ‘turun ke bawah’ untuk melihat dengan cermat kenyataan-kenyataan konkret yang ada: apa yang dilakukan atau dikerjakan dan dirasakan oleh mereka yang kecil tersebut. Jika kita tidak dapat mengasihi dan memperhatikan yang kecil-kecil tersebut, maka memperhatikan mereka yang besar berarti ‘mencari muka’ alias pamer, dan dengan demikian cenderung untuk menjadi sombong; “mereka dibenci oleh Allah”. Marilah kita perhatikan perkara atau hal-hal kecil dalam diri kita sendiri maupun yang menjadi tanggungjawab kita. Jika kita tidak dapat mengatur diri sendiri, hendaknya jangan mengatur orang lain; jika kita tidak dapat mengurus dan mengelola kamar pribadi kita sendiri, janganlah mengurus atau mengelola gedung kantor yang besar, dst..

· “Bersalam-salamlah kamu dengan cium kudus. Salam kepada kamu dari semua jemaat Kristus” (Rm 16:16), demikian ajakan dan peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Bersalaman dengan cium kudus berarti saling menguduskan atau menyucikan; setiap perjumpaan atau pertemuan kita dengan siapapun senantiasa mendorong kita semakin kudus atau suci, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam hidup sehari-hari. Dalam hidup dan kesibukan sehari-hari kita senantiasa bergaul dan aneka harta benda dan uang alias terlibat dalam seluk-beluk duniawi, hidup ‘mendunia’. Maka apapun yang kita kerjakan setiap hari hendaknya dikerjakan dengan baik, sehingga berguna bagi diri kita sendiri maupun orang lain. Sebagai contoh: pembantu rumah tangga atau pegawai membersihkan lantai dan halaman dengan baik, maka siapapun yang melewati dan tinggal di atasnya akan gembira dan bahagia, sebaliknya ketika lantai atau halaman nampak kotor atau amburadul, maka siapapun yang melihat dan tinggal di atas akan tergoda untuk berpikiran jahat atau melecehkan orang lain, entah pembantu rumah tangga/pegawai atau pemiliknya. Bersalaman dengan cium kudus juga berarti saling mengasihi, dan hal ini kiranya dapat dihayati oleh laki-laki dan perempuan yang saling mengasihi sebagai suami-isteri, atau yang sedang pacaran atau tunangan. Cium kudus juga dinikmati oleh bayi-bayi atau anak-anak dari ibunya; ciuman kasih yang membangkitkan dan membahagiakan. Maka hendaknya dalam mengasihi atau memperlakukan orang lain bercermin dan meneladan seorang ibu yang sedang mengasihi anaknya, yang telah dikandung, dilahirkan dan sekarang diasuhnya. Sebagai orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, kita semua dipanggil untuk saling mengasihi dan saling menyucikan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.

“Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya. Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga. Angkatan demi angkatan akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Mu dan akan memberitakan keperkasaan-Mu. Semarak kemuliaan-Mu yang agung dan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib akan kunyanyikan” (Mzm 145:2-5)

Jakarta, 7 November 2009

Ignatius Sumarya, SJ


Bagikan

Jumat, 06 November 2009 :: Hari Biasa Pekan XXXI

Jumat, 06 November 2009
Hari Biasa Pekan XXXI

Doa Renungan

Ya Yesus, pokok kerahiman kami. Kami bersyukur atas pengampunan yang Kautawarkan setiap hari kepada kami. Tuhan, bantulah kami hari ini untuk menawarkan pengampunan-Mu dan memberi kepercayaan kepada setiap orang yang kami jumpai bahwa Engkau hadir di dalam mereka semua. Semoga dalam perjumpaan dengan mereka, damai-Mu akan selalu ada di hati kami, sehingga dengan demikian seluruh hari, pekerjaan dan usaha kami laksanakan dengan gembira hati. Amin.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Umat di Roma (15:14-21)

"Aku menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi supaya mereka diterima Allah sebagai persembahan yang berkenan di hati-Nya."

Saudara-saudara, aku sendiri yakin bahwa kalian penuh dengan kebaikan dan segala pengetahuan, dan bahwa kalian sanggup untuk saling menasihati. Namun karena kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadaku, aku di sana-sini dengan agak berani telah menulis kepadamu untuk mengingatkan kalian, bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Aku boleh melayani pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan di hati-Nya, yang disucikan oleh Roh Kudus. Maka aku boleh bermegah dalam Kristus tentang pelayananku bagi Allah. Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus dengan perantaraanku. Demikian Ia telah memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, berkat perkataan dan perbuatan, berkat tanda-tanda serta mukjizat-mukjizat, dan berkat kuasa Roh. Demikianlah dalam perjalanan keliling dari Yerusalem sampai ke Ilirikum aku telah mewartakan Injil Kristus dengan sepenuh-penuhnya. Dan dalam pewartaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain. Tetapi aku mengikuti ayat Kitab Suci yang berbunyi: "Mereka yang belum pernah menerima berita tentang Dia, akan melihat Dia, dan mereka yang belum pernah mendengar tentang Dia, akan mengertinya."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 807
Ref. Segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita.
Ayat. (Mzm 98:1.2-3ab.3cd-4)
1. Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, sebab Ia telah melakukan karya-karya yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus.
2. Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di hadapan para bangsa. Ia ingat akan kasih dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel.
3. Segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Bersorak-sorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Bergembiralah dan bermazmurlah!


Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sempurnalah kasih Allah dalam hati orang yang mendengarkan sabda Kristus.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (16:1-8)

"Anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang."

Pada suatu ketika berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Maka si kaya itu memanggil bendaharanya dan berkata, 'Apakah yang telah kudengar tentang dirimu? Berilah pertanggungjawaban atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh bekerja sebagai bendahara lagi.' Berkatalah bendahara itu dalam hatinya, 'Apakah yang harus kuperbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan kuperbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang mau menampung aku di rumah mereka.' Lalu ia memanggil satu demi satu orang yang berutang kepada tuannya. Berkatalah ia kepada yang pertama, 'Berapa besar utangmu pada tuanku?' Jawab orang itu, 'Seratus tempayan minyak.' Lalu kata bendahara itu, 'Inilah surat utangmu. Duduklah dan buatlah surat utang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan.' Kemudian ia berkata kepada yang lain, 'Dan Saudara, berapa utangmu?' Jawab orang itu, 'Seratus pikul gandum.' Katanya kepada orang itu, 'Inilah surat utangmu. Buatlah surat utang lain: Delapan puluh pikul.' Bendahara yang tidak jujur itu dipuji tuannya, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Dalam dunia pendidikan kita masa kini masih diwarnai oleh aneka lomba, misalnya: lomba phisika atau matematika Olympiade, rangking nilai ujian akhir/NEM, dst… Sejauh saya cermati hal itu telah memotivasi , entah para orangtua, pengelola sekolah maupun para guru/pendidik, untuk lebih mengutamakan kecerdasan intelektual daripada kecerdasan spiritual, lebih mengutamakan agar pada peserta didik pandai daripada baik atau berbudi pekerti luhur. Dampak dari hal itu antara lain kebiasaan atau budaya menyontek dalam ulangan umum maupun ujian, yang tidak lain merupakan akar kebiasaan korupsi. Maka tidak mengherankan kebiasaan korupsi masih marak di sana-sini, bahkan di era Reformasi dan Desentralisasi korupsi semakin tersebar dan sulit terkendali alias diberantas. “Anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang”, demikian sabda Yesus. Kami berharap dan mendambakan pada semua pihak yang terkait dalam pendidikan, entah orangtua, pengelola, pendidik/guru atau pejabat terkait, untuk lebih mengutamakan kecerdasan spiritual daripada kecerdasan intelektual, untuk lebih membantu anak-anak tumbuh berkembang menjadi baik dan berbudi pekerti luhur daripada pandai alias cerdik. Memang untuk membantu anak memiliki kecerdasan spiritual atau baik dan berbudi pekerti luhur lebih sulit, tetapi ketika mereka memiliki kecerdasan spiritual, maka kecerdasan-kecerdasan lain seperti intelektual, sosial, emosional dan phisik dapat diusahakan lebih mudah. Sebaliknya ketika kecerdasan spiritual atau budi pekerti luhur kurang memperoleh tempat atau perhatian dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, maka aneka korupsi dan kejahatan semakin marak sebagaimana kita saksikan pada masa kini.

· “Karena kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadaku, aku di sana sini dengan agak berani telah menulis kepadamu untuk mengingatkan kamu, yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya, yang disucikan oleh Roh Kudus” (Rm 15:15-16). Kasih karunia Allah telah membuat Paulus tanpa takut dan gentar untuk mewartakan Kabar Baik ke seluruh dunia, “bangsa-bangsa bukan Yahudi”. Kasih karunia Allah memang tidak terbatas, dianugerahkan kepada siapapun dan dimanapun, yang terbuka untuk menerimanya. Kasih karunia Allah bukan untuk menina-bobokan orang dan kemudian bermalas-malasan, tetapi menggerakkan dan memotivasi orang untuk keluar dari dirinya sendiri alias bersifat missioner, diutus. Kasih karunia utama dari Allah adalah Roh Kudus, maka siapapun yang menerima Roh Kudus dan kemudian hidup dari dan oleh Roh Kudus, maka dari cara hidup dan cara bertindaknya lahirlah keutamaan-keutamaan seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23). Keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh ini hendaknya juga menjadi dambaan dan buah hasi dari aneka usaha pendidikan. Hidup saya ini adalah kasih karunia Allah, maka segala sesuatu yang menyertai hidup kita, yang kita miliki dan nikmati atau kuasai sampai saat ini adalah anugerah Allah, maka selayaknya kita semua hidup dan bertindak dengan rendah hati, lemah lembut, dst..



“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!” (Mzm 98:1-4)



Jakarta, 6 November 2009.


Ignatius Sumarya, SJ


Bagikan

Kamis, 05 November 2009 :: Hari Biasa Pekan XXXI

Kamis, 05 November 2009
Hari Biasa Pekan XXXI

"Akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat."

Doa Renungan

Yesus sabda kehidupan kami tahu bahwa Engkau adalah Gembala yang setia. Kami bangga memiliki Engkau sebagai Tuhan dan Allah kami. Engkau memperhatikan kami meskipun kami berdosa dan kerap tidak setia. Bantulah kami yang kerap lemah memahami misteri cintakasih-Mu ini, agar dengan berusaha dan berkarya membangun hidup, setiap hari kami tak kenal lelah dan putus harapan untuk berusaha dan berjuang, bahkan dalam situasi yang tampaknya tak memiliki harapan sekali pun. Karena Engkaulah yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Umat di Roma (14:7-12)

"Entah hidup, entah mati, kita tetap milik Tuhan.

Saudara-saudara, tiada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri. Sebab jika kita hidup, kita hidup bagi Tuhan, dan jika kita mati, kita mati bagi Tuhan. Jadi entah kita hidup entah mati, kita tetap milik Tuhan. Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup. Tetapi engkau mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapa engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. Sebab dalam Kitab Suci tertulis, "Demi Aku hidup," demikianlah sabda Tuhan, "semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah." Demikianlah masing-masing di antara kita akan memberi pertanggungjawaban kepada Allah tentang dirinya sendiri.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang hidup.
Ayat. (Mzm 27:1.4.13-14)
1. Tuhan adalah terang dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gentar?
2. Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, satu inilah yang kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan, dan menikmati bait-Nya.
3. Sungguh, aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Datanglah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepada kalian.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (15:1-10)


"Akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat."

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasa datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, "Orang ini menerima orang-orang berdosa dan makan bersama dengan mereka." Maka Yesus menyampaikan perumpamaan berikut kepada mereka, "Siapakah di antaramu yang mempunyai seratus ekor domba lalu kehilangan seekor, tidak meninggalkan yang 99 ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau telah menemukannya, ia lalu meletakkannya di atas bahu dengan gembira. Setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata, 'Bersukacitalah bersama aku, sebab dombaku yang hilang telah kutemukan.' Aku berkata kepadamu, demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. Atau wanita manakah yang mempunyai sepuluh dirham, lalu kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? Dan kalau telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata, 'Bersukacitalah bersama aku, sebab dirhamku yang hilang telah kutemukan.' Aku berkata kepadamu, Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


· Yesus adalah Penyelamat Dunia, datang ke dunia untuk menyelamatkan bagian atau anggota dunia yang tidak selamat. Maka kita yang beriman kepadaNya juga dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan-Nya, yaitu menyelamatkan yang tidak selamat, menyembuhkan yang sakit, mencerdaskan yang bodoh, memberdayakan yang lemah lesu, menggairahkan yang frustrasi dan putus asa, dst.. Memang untuk melaksanakan tugas pengutusan tersebut kita harus berani berkorban dan berjuang serta siap sedia untuk menderita. Jika dalam kebersamaan hidup kita ada yang sakit, bodoh, lemah lesu, frustrasi dan putus asa alias berdosa, bukankah kehidupan bersama akan terganggu, tidak nyaman dan tidak nikmat? Ketika yang berdosa tersebut bertobat maka kehidupan bersama akan enak dan nyaman, damai dan aman tenteram, semuanya bahagia dan gembira. Marilah kita lihat dengan cermat siapa saja atau apa saja dalam kebersamaan hidup atau lingkungan hidup kita yang ‘tidak selamat’, tidak baik? Jika cukup banyak yang tidak baik tentu ada akar utama yang menyebabkan mereka tidak baik, maka hendaknya dengan segala upaya dan usaha serta pengorbanan apa yang menjadi akar kejahatan atau perbuatan tidak baik tersebut segera dibereskan. Semua yang merasa baik hendaknya berpartisipasi untuk membereskan apa yang tidak baik. Hal senada terjadi dalam tubuh kita masing-masing: adakah anggota tubuh yang sakit? Jika ada anggota tubuh yang sakit hendaknya segera diobati! Sebagai contoh sakit gigi, jika dibiarkan seluruh tubuh akan menderita, tetapi jika segera diobati akan segar-bugar seluruh anggota tubuh.

·Tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri. Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan” (Rm 14:7-8), demikian kesaksian iman atau peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua orang beriman. Hidup dan mati kita adalah anugerah Allah, maka selama masih hidup hendaknya memfungsikan hidup bagi Allah, sehingga ketika dipanggil Allah alias meninggal dunia langsung hidup mulia bersama Allah di sorga. Hidup untuk Tuhan atau Allah berarti mempersembahkan hidup kita seutuhnya demi keselamatan atau kebahagiaan diri kita sendiri maupun orang lain yang kena dampak dari atau terkait dengan hidup kita. Untuk itu kita harus mentaati dan melaksanakan kehendak Tuhan, yang secara konkret berarti mentaati dan melaksanakan aneka macam janji yang pernah kita ikrarkan serta aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan janji tersebut. Sebagai contoh adalah janji laki-laki dan perempuan sebagai suami-isteri yang antara lain berjanji ‘saling mengasihi baik dalam untung dan malang, baik dalam sehat maupun sakit sampai mati atau selama-lamanya ‘ . Maka kami berharap para suami-isteri atau bapak-ibu dapat menjadi saksi atau teladan hidup perihal hidup untuk Tuhan yang tidak lain saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh/tenaga sampai mati. Kesaksian atau keteladanan bapak-ibu, suami-isteri atau orangtua akan mempengaruhi anak-anak yang dianugerahkan kepada mereka dan seterusnya. Marilah kita imani dan hayati bahwa ‘hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan’.

“Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!” (Mzm 27:13-14)
Jakarta, 5 November 2009

Ign Sumarya, SJ


Bagikan

Rabu, 04 November 2009 :: Pw. St. Carolus Borromeus, UskPjgGrj

Rabu, 04 November 2009
Pw. St. Carolus Borromeus, UskPjgGrj

“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku ia tidak dapat menjadi murid-Ku”

(Rm 13:8-10; Luk 14:25-33)

Doa Renungan

Allah yang kekal, dalam terang Sabda-Mu, bantulah kami untuk mampu memiliki sikap kelepasan dari segala kelekatan atas apa yang kami miliki dan kami sulit untuk melepaskannya. Ajarilah kami semakin bijaksana dalam hidup dan memandang apa yang penting di balik setiap kebutuhan hidup. Semoga kebijaksanaan itu membuat kami mampu semakin peka akan kebutuhan setiap orang yang ada di sekitar kami. Yakinkanlah kami bila hati kami sedih dan putus harapan bahwa sabda Putera-Mu akan terlaksana dalam diri setiap orang yang menaruh harapan pada-Nya. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus Kepada Umat di Roma (13:8-10)

"Kasih itu kegenapan hukum."

Saudara-saudara, janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tangapan
Ref. Orang baik menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman.
Ayat.
(Mzm 112:1-2.4-5.9)
1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; keturunan orang benar akan diberkati.
2. Bagi orang benar ia bercahaya laksana lampu di dalam gelap, ia pengasih dan penyayang serta berlaku adil. Orang baik menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, ia melakukan segala urusan dengan semestinya.
3. Ia murah hati, orang miskin diberinya derma; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemulian.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat.
Berbahagialah kalian, bila dinista karena nama Kristus, sebab Roh Allah ada padamu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:25-33)

"Yang tidak melepaskan diri dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku."

Pada suatu ketika orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka, "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan


Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Karolus Borromeus, Uskup, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Seorang murid pada umumnya sangat taat dan setia pada gurunya daripada pada orangtuanya; hal itu nampak dalam dunia pendidikan masa kini. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita juga menjadi murid-murid-Nya, maka kita diharapkan taat dan setia kepada-Nya. Ketaatan dan kesetiaan tersebut hendaknya menjadai nyata atau terwujud dalam taat dan setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing alias ‘memikul salib’ yang dibebankan kepada kita. St.Karolus Borromeus yang kita kenangkan hari ini dikenal sebagai yang taat dan setia pada Yesus Kristus, antara lain meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus yang memperhatikan dan berpihak pada mereka yang sakit dan miskin atau berkekurangan. Maka baiklah sebagai murid-murid Yesus, marilah kita memperhatikan atau berpihak pada mereka yang miskin, sakit atau berkekurangan. Memang untuk melaksanakan panggilan atau tugas pengutusan ini kita harus berani “melepaskan diri dari segala milik kita”, artinya kita hidup dan bertindak tidak mengikuti selera atau kehendak pribadi melainkan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan antara lain dapat kita temukan dalam Sabda-sabda-Nya sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, aneka aturan dan tatanan hidup yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Milik kita antara lain: tubuh dengan semua anggotanya, kecerdasan, keterampilan, harta benda/uang, pangkat atau kedudukan, dst..; marilah kita fungsikan segala milik tersebut sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun sesama kita. Kita fungsikan segala miliki tersebut untuk memperhatikan mereka yang sakit, miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup dan kerja kita setiap hari.

· Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat” (Rm 13:8), demikian peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua orang beriman; marilah kita hayati dalam hidup dan bertindak kita setiap hari. Kasih adalah dasar dan pemenuhan aneka aturan dan tatanan hidup; aneka aturan dan tatanan hidup dibuat dan diundangkan berdasarkan kasih dengan maksud mereka yang terkait dengan aturan dan tatanan hidup tersebut hidup saling mengasihi. Kasih sejati tak kenal atau tak mengharapkan balasan, yang penting dan utama adalah mengasihi. Maka kasih tersebut kiranya sungguh bermakna ketika kita arahkan atau berikan kepada mereka yang miskin, sakit dan berkekurangan, dimana ketika mereka kita kasihi hanya dapat membalas dengan kata-kata ‘terima kasih’. Pengamatan dan pengalaman kami: memberi bantuan atau sumbangan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan sunggguh membahagiakan -> mereka sungguh berterima kasih dan berkali-kali mengucapkan terima kasih. Sementara itu melayani mereka yang kaya dan berkecukupan atau berlebihan memang cukup merepotkan, karena pada umumnya mereka menghendaki yang aneh-aneh sesuai dengan selera pribadi. Memang orang kaya dan berkelebihan ada kecenderungan hidup dan bertindak menurut selera pribadi alias seenaknya sendiri dengan mengandalkan kekayaannya. Mereka tidak memenuhi aturan atau tatanan hidup, melainkan merusak dan melanggar aneka tatanan dan aturan hidup. Aturan dan tatanan hidup dibeli dengan kekayaannya. Maka dengan rendah hati kami mengingatkan: hendaknya hidup dan bertindak tidak mengandalkan kekayaan/harta benda atau uang, melainkan kasih.

“Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil. Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya.” (Mzm 112:1-2.4-5)

Jakarta, 4 November 2009




Ignatius Sumarya, SJ


Bagikan

Selasa, 03 November 2009 :: Hari Biasa Pekan XXXI

Selasa, 03 November 2009
Hari Biasa Pekan XXXI

"Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah."

Doa Renungan


Allah Bapa yang kekal dan kuasa, pekerjaan dan hati kami tak mampu membalas cinta Putera-Mu yang sebesar itu. Kami mohon ampun ya Bapa untuk segala kejahatan yang membutakan hati kami untuk mendengarkan tawaran-Mu itu. Bersihkanlah kami dari segala dosa yang tersimpan dalam hati agar suara-Mu dapat dengan jelas kami dengar. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus Kepada Umat di Roma (12:5-16a)

"Kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain."

Saudara-saudara, kita ini, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita. Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan! Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah


Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan, lindungilah aku dalam damai-Mu.
Ayat. (Mzm 131:1.2.3)
1. Tuhan, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong;
aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.
2. Sungguh, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku;
seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya,
ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.
3. Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel,
dari sekarang sampai selama-lamanya!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat: Datanglah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepada kalian.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:15-24)

"Pergilah ke semua jalan dan persimpangan dan paksalah orang-orang yang ada di situ masuk, karena rumahku harus penuh."

Pada waktu itu Yesus diundang makan oleh seorang Farisi. Sementara perjamuan berlangsung, seorang tamu berkata kepada Yesus, "Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata: Aku telah membeli limapasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.


Renungan

Saudara-saudara yang dicintai Tuhan,

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Dijamu dalam Kerajaan Allah” berarti dikuasai atau dirajai oleh Allah, dan dengan demikian siapapun yang dijamu dalam Kerajaan Allah berarti hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintah Allah, setia pada janji-janji yang pernah diikrarkan. Jika kita jujur rasanya masing-masing dari kita sering tidak/kurang setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan dengan alasan sebagai disampaikan oleh Yesus: membeli ladang/bisnis alias sibuk, mengurus harta kekayaan pribadi alias egois atau urusan keluarga alias ada alasan yang sulit dijelaskan. Alasan-alasan tersebut pada umumnya dimaklumi, namun mereka yang terbiasa membuat alasan yang demikian itu pasti akan hidup menderita serta merasa tidak aman, terancam terus menerus. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak kita semua untuk mendobrak dan memberantas alasan-alasan tersebut di atas: sibuk, egois atau tak dapat dijelaskan, entah dalam diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Kita sadari dan hayati bahwa diri kita adalah ‘miskin, cacat, buta atau lumpuh’, sehingga memiliki kesadaran dan pengahayatan terbuka terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan, antara lain ajakan untuk berbuat baik/sosial, atau bertobat, kembali ke jalan hidup yang benar sebagaimana pernah kita ikrarkan dan coba telusuri. Marilah setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan, meskipun untuk itu kita harus berjuang dan berkorban.

· “Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati” (Rm 12:6-8a), demikian peringatan dan kesaksian Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua orang beriman. Apa yang menjadi karunia kita masing-masing? Semua karunia kiranya memiliki cirikhas untuk melayani, maka marilah kita hidup saling melayani. Melayani berarti senantiasa berusaha dengan rendah hati dan sekuat tenaga membahagiakan dan menyelamatkan mereka yang harus kita layani, dan tentu saja mereka itu pertama-tama dan terutama adalah yang setiap hari hidup atau bekerja bersama dengan kita, misalnya: suami atau isteri, anak-anak, kakak-adik, orangtua, rekan kerja, rekan bermain, dst.. Jika kita dapat melayani dengan baik mereka yang dekat dengan kita, maka dengan mudah kita dapat melayani mereka yang jauh atau sering kurang kita temui, sebaliknya jika kita tak dapat melayani dengan baik mereka yang dekat dengan kita, maka kita sulit melayani mereka yang jauh. Karunia konkret yang kita miliki memang berlainan satu sama lain, maka hendaknya saling memberikan alias saling melengkapi satu sama lain, sehingga dalam kebersamaan hidup atau kerja kita kaya akan kasih karunia. Kasih karunia dari Allah pada umumnya juga untuk melaksanakan tugas pengutusan tertentu sebagai partisipasi dalam karya penyelamatanNya, maka tugas apapun yang dibebankan kepada kita hendaknya dikerjakan dan diselesaikan dengan baik. Percayalah Tuhan mengutus sekaligus juga menganugerahkan aneka kebutuhan untuk melaksanakan tugas pengutusan tersebut.

“TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!” (Mzm 131)


Jakarta, 03 November 2009


Ignatius Sumarya, SJ



Bagikan

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy