| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 01 Maret 2010 Hari Biasa Pekan II Prapaskah

Senin, 01 Maret 2010
Hari Biasa Pekan II Prapaskah

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36)

Doa Renungan

Ya Allah yang murah hati, karena kemurahan hati-Mu kepada kami, maka kami memperoleh jaminan hidup yang kekal. Ajarilah kami untuk belajar bermurah hati kepada sesama kami sehingga dengan demikian Kerajaan-Mu semakin nyata di dunia ini. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Nubuat Daniel (9:4b-10)

"Kami telah berbuat dosa dan salah."

4b Adalah, Tuhan, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi Engkau serta berpegang pada perintah-Mu! 5 Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, 6 dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri. 7 Ya Tuhan, Engkaulah yang benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau. 8 Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. 9 Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia, 10 dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan tidak memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita.
Ayat. (Mzm 79:8.9.11.13)
1. Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang! Kiranya rahmat-Mu segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemahlah kami.
2. Demi kemuliaan-Mu, tolonglah kami, ya Tuhan penyelamat! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami, oleh karena nama-Mu!
3. Biarlah sampai ke hadapan-Mu keluhan orang tahanan; sesuai dengan kebesaran lengan-Mu, biarkanlah hidup orang-orang yang ditentukan untuk mati dibunuh.
4. Maka kami, umat-Mu, dan kawanan domba gembalaan-Mu akan bersyukur kepada-Mu untuk selama-lamanya, dan akan memberitakan puji-pujian bagi-Mu turun temurun.

Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Solis: Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Engkau mempunyai sabda kehidupan kekal.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:36-38)

"Ampunilah, dan kamu akan diampuni."

36 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." 37 "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. 38 Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Kita kerap tergoda untuk menggunakan standar ganda, misalnya dalam hal membeli atau menjual suatu barang, kita cenderung menggunakan ukuran yang berbeda, padahal sebenarnya jenis dan jumlah barangnya sama. Kita juga selalu pandai mencari pengecualian; bila demi keuntungan sendiri, takarannya melimpah, tetapi bila untuk orang lain, kita cenderung pelit dan kelewat kritis. Begitu pun terdapat perbedaan dalam hal ganjaran atau hukuman untuk diri sendiri dengan untuk orang lain, padahal bobot kesalahan yang dilakukan atau tingkat kebenarannya sama.

Kita boleh saja menginginkan takaran yang menguntungkan, tetapi acuannya harus bersumber pada firman Tuhan. Kita murah hati terhadap diri sendiri, mengapa tidak kepada orang lain juga? Kita diperlakukan dengan baik; kita juga sudah semestinya berperilaku yang sama! Kita harus selalu berusaha bertindak benar sebab Tuhan Maha Mengetahui. Lakukanlah segala hal dengan mengacu pada ukuran Bapa di surga.

Allah Bapa yang mahasempurna, kuatkanlah aku untuk makin giat menggunakan standar-Mu sendiri dalam bersikap. Engkau selalu murah hati, maka beranikanlah aku untuk semakin murah hati seperti-Mu. Amin.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Bagikan

Bacaan Harian 01 - 07 Maret 2010

Bacaan Harian 01 - 07 Maret 2010

Senin, 01 Maret 2010 Hari Biasa Pekan II Prapaskah (U)
Dan. 9:4b-10; Mzm.79:8,9,11,13; Luk. 6:36-38
Manusia cenderung menilai orang lain dengan mengangkat kelemahan dan keterbatasan orang itu, lalu memberikan penghakiman yang seringkali kejam dan membunuh karakternya. Padahal, penghakiman adalah hak Allah. Ingatlah, kita tak akan menjadi manusia yang lebih baik setelah kita menghakimi sesama kita.

Selasa, 02 Maret 2010 Hari Biasa Pekan II Prapaskah (U)
Yes. 1:10,16-20; Mzm.50:8-9,16bc-17,21,23; Mat. 23:1-12
Menampilkan diri indah dan baik di mata orang lain adalah hal yang sangat digemari manusia. Sayangnya, hal ini seringkali bukan merupakan ungkapan sikap hati yang sesungguhnya. Jauh lebih penting membangun sikap hati yang baik, karena kalau begitu dengan sendirinya tingkah laku yang keluar darinya akan terungkap indah dalam ketulusannya.

Rabu, 03 Maret 2010 Hari Biasa Pekan II Prapaskah (U)
Yer. 18:18-20; Mzm.31:5-6,14,15-16; Mat. 20:17-28
Hidup mengikuti Yesus bukanlah supaya dapat duduk di sebelah kiri atau kanan-Nya, tetapi adalah siap untuk menjalani ajaran-Nya dengan penuh kasih dan pengorbanan. Itulah cawan yang harus kita minum sebagai murid-Nya. Soal di mana kemudian kita ’duduk’, apa yang kita peroleh, itu adalah urusan Bapa.

Kamis, 04 Maret 2010Hari Biasa Pekan II Prapaskah (U)
Yer. 17:5-10; Mzm 1:1-2,3,4,6; Luk. 16:19-31
Harta dan kuasa seringkali berteman akrab dengan egoisme yang membuat kita buta terhadap sesama. Dalam masa Prapaskah ini, di saat kita berpantang dan berpuasa, biarlah hati kita juga terbuka untuk peduli kepada sesama yang membutuhkan pertolongan. Lazarus-lazarus itu ada dan hidup di ’pekarangan rumah’ kita.

Jumat, 05 Maret 2010Jumat Pertama Dalam Bulan, Hari Biasa Pekan II Prapaskah (P)
Hari Pantang
Kej. 37:3-4,12-13a,17b-28; Mzm. 105:16-17,18-19,20-21; Mat. 21:33-43,45-46.
Segala rahmat dan berkat yang kita dapatkan setiap hari adalah hasil dari kebuh anggur Sang Pemilik. Kita hanyalah para penggarap. Ia menghendaki supaya kita juga dapat memberikan sebagian hasil garapan kita kepada-Nya. Seringkali kita lupa, dan menganggap semua itu adalah hasil dari milik kita sendiri.

Sabtu, 06 Maret 2010 Hari Biasa Pekan II Prapaskah (U)
Kej. 37:3-4,12-13a,17b-28; Mzm. 105:16-17,18-19,20-21; Mat. 21:33-43,45-46.
Bapa sungguh murah hati. Ia selalu menanti supaya kita dapat kembali kepada-Nya dan sungguh-sungguh mengandalkan Dia. Apakah itu baru dapat kita lakukan menunggu saat ketika kita sudah tak berdaya?

Minggu, 07 Maret 2010 Hari Minggu Prapaskah III (U)
Kel. 3:1-8a,13-15; Mzm. 103:1-2,3-4,6-7,8,11; 1Kor. 10:1-6,10-12; Luk. 13:1-9
Tuhan sangat mengasihi kita, sehingga Ia membiarkan kita untuk bertumbuh dan berkembang dengan segala keberadaan kita. Keadaan itu seringkali membuat kita lupa diri dan lupa Tuhan. Seakan hidup kita hanya tergantung dari kemampuan dan pikiran kita. Maka, Yesus menandaskan: ”Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. Jatuh boleh-boleh saja; tapi yang penting bersegeralah untuk kembali kepada jalan yang berkenan di hadapan-Nya.


Bagikan

Minggu, 28 Februari 2010 Hari Minggu Prapaskah II

Minggu, 28 Februari 2010
Hari Minggu Prapaskah II


Doa Renungan

Allah Bapa yang mahamulia, bimbinglah kami agar meninggalkan jalan kejahatan berkat kemurahan hati-Mu dan kembalikanlah kami ke jalan yang benar. Sadarkanlah kami bahwa pertobatan sejati memperbaharui hubungan kami yang jujur dengan Tuhan dan sesama. Dengan pengantaran Kristus Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Kejadian (15:5-12.17-18)

"Tuhan mengikat perjanjian dengan Abraham yang setia."

Pada suatu ketika Tuhan membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Lagi firman TUHAN kepadanya: "Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu." Kata Abram: "Ya Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?" Firman TUHAN kepadanya: "Ambillah bagi-Ku seekor lembu betina berumur tiga tahun, seekor kambing betina berumur tiga tahun, seekor domba jantan berumur tiga tahun, seekor burung tekukur dan seekor anak burung merpati. Diambilnyalah semuanya itu bagi TUHAN, dipotong dua, lalu diletakkannya bagian-bagian itu yang satu di samping yang lain, tetapi burung-burung itu tidak dipotong dua. Ketika burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka Abram mengusirnya. Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan. Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu. Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: "Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai Efrat yang besar itu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 801
Ref. Aku percaya kepada-Mu, Tuhanlah pengharapanku. Tuhan, pada-Mu kuberserah, dan mengharap kerahiman-Mu
Ayat.
1. Tuhan adalah terang dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gentar?
2. Dengarlah, ya Tuhan, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Wajah-Mu kucari, ya Tuhan, seturut firman-Mu, "Carilah wajah-Ku!"
3. Janganlah menyembunyikan wajah-Mu dari pada-Ku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka. Engkau pertolonganku, ya Allah penyelamatku, janganlah membuang aku, dan janganlah meninggalkan daku.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi (3:17-4:1)

"Kristus akan mengubah tubuh kita menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia."

Saudara-saudara, kita adalah warga Kerajaan Surga. Dari sana juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus, Sang Penyelamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, sesuai dengan kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya. Karena itu, saudara-saudaraku yang kukasihi dan kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah dengan teguh dalam Tuhan!
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 965
Refr. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Solis: Dari awan yang bercahaya Allah Bapa berbicara, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, dengarkanlah Dia!"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (9:28b-36)

"Ketika sedang berdoa, berubahlah rupa wajah Yesus."

Pada suatu ketika Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem. Sementara itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur dan ketika mereka terbangun mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya: dan kedua orang yang berdiri di dekat-Nya itu. Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: "Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia." Ketika suara itu terdengar, nampaklah Yesus tinggal seorang diri. Dan murid-murid itu merahasiakannya, dan pada masa itu mereka tidak menceriterakan kepada siapapun apa yang telah mereka lihat itu.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


SIAPAKAH YESUS ITU?

Rekan-rekan sekalian!

Luk 9:28b-36 menceritakan bagaimana Petrus, Yakobus dan Yohanes mengalami penampakan kemuliaan Yesus di atas gunung. Peristiwa ini juga diceritakan dalam Mat 17:1-9 dan Mrk 9:2-10 dengan penekanan yang berbeda-beda. Ketiga Injil itu sama-sama mengatakan bahwa ketiga murid itu diajak naik ke gunung, tetapi hanya Lukaslah yang menambahkan "untuk berdoa". Kemudian diceritakan bagaimana wajah dan pakaian Yesus menampakkan kemuliaannya. Saat itu juga tampillah Musa dan Elia. Dari situ pokok perhatian Injil Markus dan Matius beralih kepada Petrus serta tawarannya untuk mendirikan tiga kemah. Injil Lukas menampilkan beberapa hal khusus (Luk 9:31-33a; akan dibicarakan di bawah) sebelum menceritakan tawaran Petrus. Sesudah usulan Petrus muncullah awan dan suara yang terdengar dari dalam awan itu. Di sini hanya Matius sajalah yang menyebutkan murid-murid itu tersungkur ketakutan tetapi Yesus datang menyentuh mereka agar tidak takut (Mat 17:6-7). Seterusnya ketiga Injil mengutarakan bahwa mereka hanya melihat Yesus sendirian saja. Dan peristiwa itu berakhir di situ. Injil Yohanes menyebutkan penampakan kemuliaan Yesus dengan cara lain, yakni dalam Yoh 1:14 "Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita dan kita telah melihat kemuliaannya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadanya sebagai anak tunggal Bapa, penuh anugerah dan kebenaran." Kata-kata ini mengungkapkan pengalaman salah satu dari ketiga murid yang menyaksikan kemuliaan Yesus di gunung, yaitu Yohanes sendiri.

PERTANYAAN ORANG: SIAPA YESUS ITU?

Penampakan kemuliaan Yesus ini diceritakan untuk menjawab pertanyaan siapa dia itu sebenarnya. Menurut Luk 7:18-23, ketika mendengar tindakan-tindakan Yesus, Yohanes Pembaptis mengutus dua orang muridnya bertanya kepada Yesus apakah dia itulah yang dinantikan-nantikan orang banyak. Yesus menjawab dengan menunjuk kepada hal-hal yang telah dikerjakannya: yakni membuat orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta bersih, orang tuli mendengar kembali, orang mati bangkit, orang miskin menerima kabar baik. Kenyataan-kenyataan ini menggambarkan memang dia itulah Mesias yang dinanti-nantikan, karena tokoh seperti ini diharapkan datang untuk mewujudkan hal-hal itu. Selanjutnya dalam Luk 9:7-9 disebutkan Herodes menjadi cemas mendengar ada orang yang amat berpengaruh di wilayahnya. Orang beranggapan dia itu Yohanes Pembaptis yang hidup kembali atau Nabi Elia yang dulu diangkat ke surga kini kembali, atau seorang nabi lain lagi. Maka Herodes ingin menemuinya dan menanyainya siapa dia itu sesungguhnya. Ia baru akan berjumpa dengan Yesus nanti ketika Pilatus menyuruh orang menghadapkan Yesus kepada Herodes yang ketika itu sedang berada di Yerusalem (Luk 23:7).

Kedua orang yang amat berbeda itikadnya itu sama-sama bertanya-tanya siapa sebenarnya Yesus. Ia sendiri sadar dirinya menjadi pertanyaan banyak orang. Satu ketika, seperti diceritakan dalam Luk 9:18-21, Yesus menanyai murid-muridnya siapa dia itu menurut kata orang. Laporan mereka seperti yang didengar Herodes: ada orang yang mengatakan dia itu Yohanes Pembaptis, ada pula yang mengiranya Elia, yang lain berpikir mengenai seorang nabi lain. Namun bagi Petrus, dia itu "Mesias dari Tuhan". Yesus tidak menyangkal, tetapi ia lebih suka menjelaskan dirinya itu "Anak Manusia" yang harus mengalami penderitaan, wafat dan kebangkitan (Luk 9:22). Inilah sebetulnya ke-Mesias-an yang dijalankannya.

Jadi ada pelbagai gambaran mengenai siapa Yesus itu: dia itulah yang dinanti-nantikan banyak orang yang kehadirannya tak mungkin didiamkan saja, karena memang ia Mesias dari Tuhan, tapi yang betul-betul manusia. Dan kini dalam peristiwa penampakan kemuliaan ia dinyatakan Tuhan sebagai "anak-Ku yang Kupilih" (Luk 9:35), suatu ungkapan yang menggarisbawahi penugasan yang khusus. (Markus dan Matius memakai istilah "anakKu yang Kukasihi" yang menekankan hubungan khusus dengan Tuhan.) Penugasan apa? Bagaimana dimengerti oleh Yesus? Pembicaraan antara Yesus dengan Musa dan Elia dapat menjelaskannya.

PERCAKAPAN MENGENAI TUJUAN PERJALANAN

Gunung serta awan melambangkan tempat hadirnya Yang Keramat. Umat Perjanjian Lama meninggalkan Mesir dan menyeberang laut untuk menemui Tuhan mereka di gunung Sinai. Dalam Kel 24:12-18 dikisahkan bagaimana Musa disuruh Tuhan naik ke atas gunung itu. Dan ketika Musa sudah di atas, ada awan menutupinya. Musa berada di atas menerima Taurat dari Tuhan sedangkan orang-orang lain berada di bawah. Begitu pula menurut 1 Raj 19:8-18 Tuhan menyatakan diri kepada Elia di gunung Horeb. Kedua tokoh yang muncul dalam peristiwa penampakan kemuliaan Yesus itu adalah tokoh-tokoh yang pernah menjumpai Tuhan dalam kemuliaan-Nya di gunungNya yang keramat. Kedua orang yang akrab dengan Tuhan itu kini datang bercakap-cakap dengan Yesus, juga di atas gunung.

Diutarakan dalam Luk 9:31 bahwa Musa dan Elia berbicara dengan Yesus mengenai "tujuan perjalanan"-nya yang akan dipenuhinya nanti di Yerusalem. Yang dimaksud ialah penderitaannya: ditolak oleh para pemimpin dan bahkan dibunuh, tetapi ia akan dibangkitkan pada hari ketiga. Hal ini sudah disebutkannya sendiri dalam Luk 9:22, beberapa ayat sebelum kisah penampakan kemuliaan di gunung. Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai tujuan perjalanan itu ialah "exodos", sama dengan nama kitab kedua dalam Taurat yang mengisahkan keluaran umat Tuhan dari perbudakan di Mesir untuk menjadi umat Tuhan yang merdeka. Penderitaan, wafat dan kebangkitannya di Yerusalem itu adalah juga keluaran. Yang dimaksud ialah keluaran bagi umat manusia dari perbudakan kekuatan dosa, dari kekuatan-kekuatan yang memisahkan manusia dari Tuhan. Yang dilakukan Yesus di Yerusalem ialah membawa manusia kembali kepada Tuhan. Inilah kiranya yang dimaksud dengan penugasan kepada Yesus sebagai anak yang dipilih Tuhan sendiri.

Pada saat itu terdengar suara "Dengarkanlah Dia!" Kata-kata ini bukan saja ditujukan kepada ketiga murid yang diajak ke gunung, tetapi kepada tiap orang yang mendengarkan Injil. Diajarkan agar ada perubahan dari sikap bertanya-tanya siapa Yesus itu dan usaha mencari jawabannya menjadi sikap mendengarkannya dengan khidmat. Hanya dengan demikian orang akan sampai pada pengertian yang mendalam mengenai siapa Yesus itu sebenarnya. Juga sikap mendengarkan ini akan membantu orang menerima hal-hal yang terasa sulit diterima: penderitaan dan wafatnya nanti.

PETRUS DAN KEDUA MURID LAIN

Dalam Injil Lukas disebutkan tujuan Yesus naik ke gunung ialah untuk berdoa. Injil-Injil lain tidak menyebutkannya. Bukan berarti mereka tidak mengetahuinya. Mengapa Lukas menambahkan hal ini? Amat boleh jadi untuk menjelaskan bahwa Yesus naik ke gunung bukan untuk menampakkan kemuliaannya, melainkan untuk berdoa. Dan justru ketika ia sedang berdoa di tempat itu, murid-muridnya menyaksikan kemuliaannya. Kemuliaan Yesus ialah kemuliaan orang yang terbuka bagi kehadiran Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan berdoa.

Lebih jauh dalam Luk 9:32 dikatakan bahwa "Sementara itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur dan ketika mereka terbangun, mereka melihat Yesus dalam kemuliaannya dan kedua orang yang berdiri di dekatnya itu." Sebenarnya mereka dibangunkan oleh penampakan kemuliaan Yesus. Jadi bukan terbangun dan kemudian menyaksikannya. Reaksi Petrus dalam ayat 33 yang menawarkan tiga tenda itu penuh arti. Dulu Tuhan hadir di tengah-tengah umatNya di dalam tenda. Petrus kiranya berpikir kini keilahian sebaiknya dihadirkan dalam tenda juga. Namun sesaat kemudian dalam ayat 36 dikatakan, ketika terdengar suara yang mengatakan Yesus itu anak terpilih yang patut didengarkan, "tampaklah Yesus seorang diri". Ia kembali seperti biasa. Dan dia itulah yang kini patut didengarkan. Bukan usaha untuk mendengar atau mencari kehadiran yang ada di "tenda". Boleh dikata "tenda" kehadiran ilahi yang sesungguhnya kini ada dalam ujud Yesus yang berada di tengah-tengah orang banyak itu.

Tentu saja pikiran Petrus dan kedua murid yang lain belum amat jelas. Mereka butuh waktu untuk menggarap pengalaman di atas gunung itu. Mereka belum dapat merumuskannya dan dikatakan mereka "diam seribu bahasa" mengenai hal itu. Terjemahan Indonesia "merahasiakannya" kurang baik karena menimbulkan kesan mereka tahu tetapi mau menutup-nutupi. Padahal maksudnya ialah untuk mengatakan bahwa kini mereka mengambil sikap "mendengarkan terus" agar makin menyadari apa yang sedang terjadi dalam diri Yesus.

MENDENGARKAN TUHAN PADA JALANNYA

Kita masing-masing memiliki pelbagai perkiraan dan anggapan mengenai siapa Yesus itu. Masalah yang paling penting bukan salah atau benar melainkan apakah kita bisa tetap membuka diri mendengarkan dia yang memang bisa dimengerti dengan macam-macam cara oleh banyak orang, termasuk kita sendiri. Masa Prapaskah adalah masa untuk memahami Yesus lewat jalan yang dilaluinya sendiri: jalan yang membangun kembali kemanusiaan di hadapan Tuhan. Dalam perjalanan ini secercah tanda kebesarannya tampak, juga bagi kita yang masih di sini. Seperti ketiga murid itu, kita juga boleh "diam dulu" untuk mengendapkan pengalaman sebelum berbicara mengenai siapa dia kepada banyak orang nanti. Masa Prapaskah ini masa yang dikhususkan agar kita makin akrab dengan dia yang kita dengarkan itu.

Salam hangat,

A.Gianto


Renungan Pagi

APP KAJ 2010: Sub Tema II: Pilihan Jalan Hidup (Mat 19: 16-26)

APP 2010:
Sub Tema II: Pilihan Jalan Hidup
(Mat 19: 16-26)

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (19:16-26)
Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus


Oleh: M. Muliady Wijaya -- Reginacaeli.org


Kehidupan beriman yang “ideal’ itu nampak pula dalam ungkapannya berikut ini. Ketika disuruh menuruti perintah Allah, orang muda itu mau tahu lebih lanjut: “Perintah mana?” Setelah diberi tahu soal sepuluh perintah Allah dan perintah utama kasih, ia pun menjawab: “Semua itu telah kuturuti, apa lagi yang kurang?” Ia tampak tidak puas dengan hanya ‘tidak melanggar’ larangan-larangan sepuluh perintah Allah itu ataupun sekedar menjalankan hukum utama untuk mengasihi. Ia terdorong ingin lebih, ingin berbuat sesuatu yang dinilainya paling berharga dan menjadi jaminan untuk hidup kekal. Luar biasa!

Tetapi, jawaban tak disangka-sangka tiba-tiba menghenyakkannya. Yesus berujar: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Kontan saja, kata-kata Yesus itu membuat orang muda itu pergi dengan sedih. Alasan yang disebut: sebab banyak hartanya!

Nah, lho! Apakah untuk memperoleh hidup kekal tidak boleh punya harta dan kekayaan? Lantas bagaimana dengan kita yang hidup saat ini, yang notabena begitu sulit untuk dapat bertahan hidup kalau tidak punya uang dan harta? Agaknya ucapan Yesus itu perlu kita simak dengan lebih jeli dan perlu pula ditempatkan pada konteks keadaan nyata pada saat itu.

Pandangan Yahudi tentang Kekayaan

Pandangan yang paling lazim di kalangan Yahudi (termasuk cukup banyak orang Kristen masa kini) ialah: kemakmuran ekonomis dan kesejahteraan dinilai sebagai anugerah Allah. Harta milik menjadi tanda orang tersebut diberkati Allah. Kemakmuran di dunia dinilai sebagai semacam pendahuluan ‘hidup’ dan ‘kebahagiaan kekal’. Maka, orang kaya adalah orang yang diberkati Allah, orang yang berkenan di hadapan Allah. Konsekuensi pandangan seperti ini adalah bahwa penderitaan (kemiskinan) dan sakit penyakit adalah karena “dosa”, “hukuman”, “tidak diberkati”.

Maka, kita perlu memahami kata-kata Yesus itu dalam latar belakang ini. Yang dikatakan Yesus kepada orang muda itu ada lima hal: pergi, jual segala milik, beri kepada orang miskin, datang ke mari, dan ikut Yesus. Bila kita telaah, inti permintaan Yesus untuk sempurna bukanlah “menjual harta milik dan bagi kepada orang miskin”. Sebab, Yesus tidak berhenti di situ! Kalau itu yang menjadi intinya berarti “datanglah kemari dan ikutlah Aku” tidak penting lagi. Dengan kata lain, jual harta dan bagi kepada orang miskin bukanlah syarat untuk sempurna. Syarat sempurnanya adalah datang ke Yesus dan ikut Dia. Hanya dengan mengikuti Yesus, taat pada kehendak Allah, hidup dengan Allah yang meraja, orang baru sempurna.

Nah, bagi orang muda itu, supaya betul-betul dapat ikut Yesus, dia terlebih dahulu harus “menjual hartanya dan membaginya kepada orang miskin”. Yesus tahu benar, pandangannya terhadap harta itu telah menghambat dia untuk ikut Yesus. Alhasil, orang muda itu pun pergi dengan sedih sebab banyak hartanya. Ini bukan pertama-tama karena ia tidak mau melepaskan hartanya, tetapi terutama karena sikap atau pandangannya terhadap harta (sebagaimana kebanyakan orang Yahudi lainnya) yang menganggap itu semua sebagai tanda bahwa ia diberkati. Menjual semua harta dan membagikannya kepada orang miskin sama saja dengan menolak atau membuang berkat Allah. Maka, perintah Yesus itu sangat mengecewakan orang kaya yang bersemangat itu. Guru ini ternyata bukan mengajarkan perbuatan yang baik; ajarannya bertentangan dengan pandangannya tentang kekayaan.

Pandangan para murid ternyata tak beda pula dengan pandangan orang kaya itu. Lihatlah, ketika Yesus kemudian berkata “…sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga… lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum…”, para murid gempar dan berujar: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselematkan?” Ucapan para murid itu mengungkapkan: jika orang kaya yang diberkati Allah saja sukar masuk Kerajaan Sorga, apalagi orang miskin yang tidak diberkati Allah.

Harta/Kekayaan adalah Netral


Jadi, yang membuat orang muda itu tak bisa ikut Yesus adalah pandangannya tentang harta kekayaan. Itulah penghambatnya untuk bisa berbagi kepada orang miskin. Maka Yesus minta ‘jual’ dulu harta yang dipandang seperti itu (baca: tinggalkan penilaian/pandangan itu!).

Hal ini penting, supaya jangan beranggapan kalau mau ikut Yesus harus jual harta dulu dan bagi kepada orang miskin. Selama tak menghambat, apalagi kalau malah sungguh mendukung, tak perlu jual harta itu!

Harta pada dirinya sendiri adalah baik-baik saja (netral). Sebagai perbandingan, misalnya, dapat didalami perumpamaan tentang talenta (Mat 25: 14-30). Dalam perumpamaan itu, hal Kerajaan Sorga sama seperti tuan yang mempercayakan hartanya kepada hamba-hambanya sesuai dengan jumlah masing-masing. Justru hamba-hamba yang mampu menghargai talenta yang diberikan dan menggandakannya dipuji oleh tuan sebagai orang yang setia dalam perkara kecil dan akan diberi tanggung jawab dalam perkara yang besar. Sebaliknya, hamba yang hanya mendapat satu talenta lalu menyimpan talenta itu karena menganggap tuannya kejam, dicela oleh tuannya sebagai jahat, malas, dan tidak berguna, yang kemudian talenta itu diambil kembali untuk diserahkan kepada orang lain yang dapat menghasilkan laba (buah-buah). Jadi, harta adalah netral. Yang penting adalah digunakan secara tepat untuk menghasilkan laba yang dapat dipersembahkan kepada Sang Penitip Harta.

Jelas sudah, silahkan kaya-raya! Tapi, ingatlah, jangan sampai harta atau kekayaan itu menjauhkan kita dari Tuhan; jangan sampai harta dan kekayaan itu membuat kita menjadi tinggi hati dan meremehkan orang lain; jangan sampai harta dan kekayaan itu memperbudak kita; jangan sampai gara-gara harta dan kekayaan itu kita melupakan hidup yang terarah pada hidup kekal. Bukankah kita akan kembali dengan telanjang; sedangkan harta dan keayaan cuma menjadi “embel-embel” yang hanya akan membedakan upacara kematian yang ujungnya sama: berhadapan muka dengan muka di takhta Allah? Dengan memiliki harta dan kekayaan kita mempunyai fungsi tertentu dalam rancangan keselamatan Allah. Kita dipanggil untuk menggunakan harta dan kekayaan itu untuk lebih lagi membangun Kerajaan Allah, menampilkan wajah Allah yang berbelas kasih kepada orang-orang yang kurang beruntung, yang setiap saat dihadirkan Allah di hadapan kita untuk menyempurnakan iman kita.

Maka, melalui harta dan keayaan yang kita miliki, marilah kita terus mencari cara supaya nama Allah semakin dipermuliakan. Melalui harta dan kekayaan, biarlah orang miskin, lemah, dan tak berdaya, merasakan uluran kasih Tuhan. Kita menjadi perpanjangan tangan Allah, kita menjadi saluran berkat dan kita menghadirkan wajah Allah yang berbelas kasih.

Kalau begitu halnya, maka janji Yesus ini akan menjadi milik Anda: “Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan.”

APP KAJ 2010 Sub Tema I: Siapakah Sesamaku?

APP KAJ 2010
Sub Tema I: Siapakah Sesamaku?

(Luk 10: 25-37)

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas

25 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 26 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" 27 Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." 28 Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." 29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" 30 Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. 31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. 32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. 33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. 34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. 35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. 36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" 37 Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Menjadi Sesama bagi yang Membutuhkan Pertolongan

Oleh: M. Muliady Wijaya
-- Paroki Regina Caeli www.reginacaeli.org


Lagi-lagi Yesus “bersilat lidah” dengan ahli Taurat. Ini pemandangan biasa memang. Maklum, bagi para ahli Taurat, Yesus adalah manusia berbahaya; ajaran-Nya dianggap tidak sejalan dengan Taurat. Ini tentu saja mengancam agama mereka, bahkan bisa mempersulit kedudukan mereka sebagai ahli-ahli Taurat. Sebaliknya, Yesus pun sering mencela mereka, karena pengetahuan mereka yang aduhai terhadap agama sering cuma melekat di ‘otak’, tak berbuah dalam perbuatan nyata.

Kali ini seorang ahli Taurat mencobai Yesus dengan melempar tanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup kekal?” Alih-alih menjawab, Yesus malah balik bertanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Sudah barang tentu si ahli Taurat hafal luar kepala. Ia menyebut perintah utama kitab Taurat, yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Lalu Yesus pun menanggapi: “Jawabmu itu benar, perbuatlah demikian dan engkau akan hidup.”

Satu – kosong!

Untuk membenarkan dirinya, Si ahli Taurat bertanya lagi: “Siapakah sesamaku?” Ia mau tahu jawaban Yesus, apakah cocok dengan pandangannya. Bagi para hali Taurat, sesama mereka adalah kaum sebangsa. Bangsa lain adalah orang-orang kafir yang tak pantas untuk ditemani. Bahkan orang-orang Israel yang berdosa, termasuk yang berpenyakit tertentu, bukanlah sesama mereka. Mereka enggan bergaul dengan orang-orang seperti itu.

Dan inilah tanggapan Yesus. Ia menceritakan kisah tentang seorang yang dirampok habis-habisan. Lalu, seorang Imam dan seorang Lewi lewat di situ. Melihat orang yang terkapar tak berdaya itu, mereka melewati dari seberang jalan. Maklum, sebagai petugas Bait Allah, mereka tak boleh bersentuhan dengan mayat. Mereka memilih menghindar ketimbang menjadi najis. Kemudian, lewatlah seorang Samaria. Meskipun orang-orang Yahudi tak mau bergaul dengan orang Samaria, kenyataannya orang ini berbelas kasih dan memberikan uluran tangan sampai tuntas.

Habis bercerita, Yesus berbalik bertanya kepada ahli Taurat itu: “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu,adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Si ahli Taurat tak berkutik. Ia menjawab: “Orang yang melakukan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus: “Pergilah, dan perbuatlah demikian.”

Dua – kosong!


Menarik untuk dikaji. Ahli Taurat itu bertanya tentang siapa sesamaku, yaitu tentang obyek perbuatan kasih.Tetapi Yesus mengajarkan tentang subyek perbuatan kasih: siapa dari ketiga orang itu yang sudah menjadi sesama. Jadi, bagi Yesus, masalah yang utama bukanlah soal obyek (apa yang harus dilakukan dan untuk siapa), melainkan tindakan aktif subyek (siapkah saya melakukan tindakan kasih – menjadi sesama – untuk orang yang memerlukan pertolongan?).

Dengan cara menjawab seperti itu, Yesus mau mendobrak cara pandang ahli Taurat itu. Yesus mau si ahli Taurat siap menjadi sesama bagi orang yang membutuhkan pertolongan; siapa pun dia. Tindakan kasih itu tidak hanya membatasi diri pada paham sempit tentang sesama, tapi kepada siapa saja – melewati batas-batas suku, agama, ras.

Itu artinya, sub tema pertama APP ini mau mengajak kita bukan saja sekedar paham tentang ajaran utama Kitab Suci – perintah kasih – tetapi benar-benar mewujudkannya dalam perbuatan nyata. Perbuatan kasih itu bukan soal perbuatan pada orang-orang tertentu yang ‘sekelompok’ dengan kita, tetapi – lebih dalam dari itu – kita harus siap menjadi sesama bagi siapa saja yang membutuhkan pertolongan, bahkan barangkali itu adalah musuh kita. Inilah KASIH bung!

Perbuatlah demikian!

Renungan: Iman Dalam Dunia Yang Berubah

Iman Dalam Dunia Yang Berubah


Written by Fr. Diakon Louis Antonny Wijaya, SCJ

Saudara-saudari yang terkasih, memperhatikan keadaan dunia sekarang, rasanya tidak berlebihan bila dikatakan, dunia sedang berubah. Cuaca, iklim, udara berubah begitu cepat. Gedung-gedung pun dengan begitu cepat mengubah lahan-lahan kosong. Bukan itu saja, manusia pun ternyata berubah dengan cepat. Dengan begitu cepat, teman bisa menjadi lawan, orangtua bisa menjadi ‘binatang’ bagi anak-anaknya, saudara bisa menjadi musuh, dll. Manusia yang sehat bisa dengan cepat menjadi sakit, bahkan manusia pun dengan cepat bisa menjadi mayat, pembunuhan.

Beriman dalam situasi dunia yang seperti itu memang tidak mudah. Saat dunia bergerak dengan cepat, saat kriteria moral menjadi sangat relatif, saat gaya hidup menjadi urusan pribadi, kita mesti taat pada iman, sesuatu yang tidak masuk dalam kamus dunia modern. Justru inilah tantangannya, apakah iman mesti berubah mengikuti dunia? Tidak!! Jauh sebelum dunia menjadi seperti sekarang, Yesus menunjukkan kepada murid-Nya tentang jadi diri-Nya yang sebenarnya. Ketiga murid itu, diharapkan menjadi saksi akan pengalaman iman yang dilihat. Harapannya, iman mereka menjadi teguh dan tidak goyang. Lewat transfigurasi di atas gunung, Yesus mau mempersiapkan iman para murid-Nya, sebab Ia akan pergi ke Yerusalem (arti: untuk mati). Tetapi apa yang terjadi? Petrus yang tadinya begitu bergembira, “betapa bahagianya kami di tempat ini”, berubah dengan menyangkal Yesus 3 kali. Yakobus, Yohanes, mengurung diri dalam rumah. Semua murid Yesus lari tunggang langgang. Yesus sendirian menjalani hukuman salib. Suatu ganjaran pahit bagi Guru yang begitu luar biasa, ditinggalkan murid-murid-Nya.

Apakah Yesus perlu disalibkan untuk ke-2 kalinya, agar kita mengetahui kualitas iman kita? Haruskah kita menyerah pada dunia yang semakin tidak menentu ini, atau kita tetap berpegang teguh pada iman kita? Sejatinya dalam hidup ini kita KRISTAL (Kristus Total), sebab hanya Dialah yang telah memberikan segalanya bagi kehidupan kita. Hanya Dialah, yang adalah Tuhan, mau dengan rela menderita sengsara dan mati layaknya seorang penjahat. Kalau Dia sudah begitu banyak memberikan kepada kita, apa balasan kita? Kiranya, Dia hanya meminta kita beriman kepada-Nya, itu sudah cukup.

Semoga di dalam Masa Prapaskah ini kita semakin menemukan kesejatian iman kita dan membawanya kepada umat se-lingkungan, paroki. Marilah kita belajar dari pengalaman ketiga murid dan mengembangkannya, sehingga kita berani mengakui iman kita akan Yesus Kristus di dalam segala situasi hidup, tidak hanya saat dalam keadaan senang saja. Sebab, bukankah segala perjuangan dan penderitaan kita di dunia ini belum sampai menumpahkan darah?

Selamat merenung, Tuhan memberkati.


Fr. Louis Antonny Wijaya, SCJ


Sumber: www.st-stefanus.or.id



Bagikan

Sabtu, 27 Februari 2010 Hari Biasa Pekan I Prapaskah


Sabtu, 27 Februari 2010
Hari Biasa Pekan I Prapaskah

"Haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya." (Mat 5:48)

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang maha pengasih, kami Kauperkenankan menyapa Engkau bapa. Tiada orang dapat membanggakan diri terhadap-Mu dalam kesalehan dan jasa. Semuanya kami terima daripada-Mu, berkat kemurahan hati-Mu. Maka dengarkanah kami senantiasa, sebab kami hanya dapat bertahan, bila Kaubimbing dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Ulangan (26:16-19)

"Engkau akan menjadi umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu."

16 Di padang gurun seberang Sungai Yordan Musa berbicara kepada bangsanya: "Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu. 17 Engkau telah menerima janji dari pada TUHAN pada hari ini, bahwa Ia akan menjadi Allahmu, dan engkaupun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya. 18 Dan TUHAN telah menerima janji dari padamu pada hari ini, bahwa engkau akan menjadi umat kesayangan-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu, dan bahwa engkau akan berpegang pada segala perintah-Nya, 19 dan Iapun akan mengangkat engkau di atas segala bangsa yang telah dijadikan-Nya, untuk menjadi terpuji, ternama dan terhormat. Maka engkau akan menjadi umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu, seperti yang dijanjikan-Nya."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang hidup menurut Taurat Tuhan.
Ayat. (Mzm 119:1-2.4-5.7-8)
1. Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati.
2. Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu supaya dipegang dengan sungguh-sungguh. Kiranya hidupku mantap untuk berpegang pada ketetapan-Mu.
3. Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil. Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu. Janganlah tinggalkan aku sama sekali.

Bait Pengantar Injil PS 966
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Sang Raja kemuliaan kekal
Ayat. Waktu ini adalah waktu perkenanan. Hari ini adalah hari penyelamatan.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:43-48)

"Haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya."

43 Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? 48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan

Dalam rapat evaluasi kinerja Dewan Pastoral Paroki, Romo Tandar yang baru setahun menjabat Pastor Paroki di sana, menerima banyak masukan dari para anggota Dewan. Sebagian besar menyatakan bahwa mereka kesulitan mengikuti gerak langkah pastoral yang dianggap melawan arus dari Romo Tandar ini. Misa Kudus harus tepat waktu. Kunjungan ke orang sakit harus dilakukan secara rutin. Administrasi kesekretariatan harus dikelola sesuai Pedoman Keuskupan. Manajemen keuangan harus dibuat rapi, transparan, dan accountabel. Bagi banyak tokoh umat setempat, Romo Tandar dicap perfeksionis.

Bekerja sesuai kaidah yang normal, bekerja mengikuti aturan yang berlaku, dan bekerja menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman masih sering dianggap aneh dalam lingkungan internal Gereja Katolik. Bahkan, orang-orang seperti Romo Tandar sering kali dibuat frustrasi dan mati kutu.

Hari ini kita diingatkan oleh Yesus sendiri agar menjadi sempurna, ”...sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya”.

Allah sumber kesempurnaan, bimbinglah aku untuk mencari dan menemukan jalan kesempurnaan yang sejati. Amin.


Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

"Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Ul 26:16-19; Mat 5:43-48)

• Musuh adalah apa saja atau siapa saja yang tidak saya senangi, yang mengganggu kita, yang tidak sesuai dengan selera pribadi kita, dan pada umumnya dengan mudah kita akan membencinya. Ajaran Yesus sebagaimana diwartakan hari ini memang berat dan mulia: "Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar". Ia sendiri telah menghayati yang Ia ajarkan, yaitu ketika tergantung di kayu salib Ia mendoakan mereka yang memusuhi atau mengejeknya. Sebagai orang yang percaya kepada-Nya kita dipanggil untuk menghayati sabdaNya serta meneladan cara bertindak-Nya, antara lain mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita. Marilah kita hadirkan atau kenangkan apa atau siapa saja yang menjadi musuh-musuh kita untuk kita kasihi atau mereka yang mempersulit hidup kita untuk kita doakan. Mungkin yang paling mudah adalah makanan atau minuman, maka marilah kita nikmati aneka makanan dan minuman yang sehat meskipun tidak enak/tidak nikmat di lidah. Enak dan tidak enak, nikmat dan tidak nikmat dalam hal makanan hitungannya kiranya tidak lebih dari satu menit dan hanya beberapa detik saja, yaitu di lidah. Kami berharap dalam hal makan dan minum kita tidak hanya mengikuti selera pribadi melainkan sesuai dengan aturan atau norma kesehatan. Jika dalam hal makan dan minum tidak ada masalah atau yang dimusuhi, hemat kami dengan mudah kita mengasihi musuh maupun mendoakan mereka yang telah menganiaya kita.

"Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu. Engkau telah menerima janji dari pada TUHAN pada hari ini, bahwa Ia akan menjadi Allahmu, dan engkau pun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya" (Ul 26:16-17). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita, dimana kita diingatkan dan diajak untuk `melakukan atau melaksanakan aneka macam ketetapan dan peraturan' yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Secara jujur kiranya banyak diantara kita harus mengakui bahwa kita memusuhi atau tidak suka terhadap beberapa ketetapan atau peraturan, entah itu di tempat kerja, masyarakat pada umumnya atau di jalanan. Yang mungkin paling sulit kiranya mengatur diri sendiri dalam rangka melakukan ketetapan atau peraturan. Jika kita tidak dapat mengatur diri sendiri, kamar kerja atau kamar tidur kita sendiri, almari pakaian kita sendiri, dst.. maka kita juga akan menemui kesulitan alias malas untuk melakukan aneka ketetaban dan peraturan, maka baiklah pertama-tama dan terutama marilah mengatur diri kita sendiri, mendisiplinkan diri kita dalam rangka mengusahakan hidup sehat, segar bugar. Serentak mengatur diri kita perhatikan juga aneka peraturan yang berlaku di tempat kerja atau tempat belajar kita masing-masing, dimana kita cukup memboroskan waktu dan tenaga kita. Sikapilah aneka peraturan dalam dan dengan kasih, karena peraturan dibuat dan diberlakukan atas dasar dan demi kasih, dijiwai oleh cintakasih dan agar mereka yang melakukan peraturan semakin terampil dalam mengasihi. Orang beriman sejati akhirnya berada `diatas peraturan', bukan berarti melanggar peraturan tetapi peraturan dihayati sebagai sarana atau wahana hidup baik, mulia dan bahagia, dimana orang tidak merasa berat melakukan peraturan tetapi melakukan peraturan dengan gairah dan gembira.

Jakarta, 26 Februari 2010

Ignatius Sumarya, SJ

Bagikan

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy