| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 14 Maret 2010 Hari Minggu Prapaskah IV

Minggu, 14 Maret 2010
Hari Minggu Prapaskah IV

Allah mendamaikan kita dengan diri-Nya lewat Kristus.


Pengantar

Dalam masa persiapan Paska ini Injil menceriterakan perumpamaan anak yang hilang, tentang cinta dan belas kasih ilahi. Pesan Paulus agar kita berdamai dengan Tuhan tidak boleh kita lewati. Sebab Tuhan juga memperhatikan kita. Kita pun dikehendaki-Nya, untuk dibimbing lewat padang pasir dosa-dosa kita menuju tanah perjanjian dan Paska Putera-Nya.

Doa Renungan


Allah Bapa yang maharahim, Engkau takkan menolak siapa pun, yang datang menghadap mohon ampun. Kami mohon, semoga sabda-Mu memperbaharui perjanjian tempat kami menemukan hidup. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yosua (5:9a.10-12)

"Umat Allah memasuki tanah yang dijanjikan, dan merayakan Paskah."

Sekali peristiwa, setelah Yosua selesai menyunatkan seluruh bangsa, berfirmanlah Tuhan kepada Yosua, "Hari ini telah Kuhapuskan cela Mesir daripadamu." Sementara berkemah di Gilgal, orang Israel itu merayakan Paskah pada hari yang keempat belas bulan itu, pada waktu petang, di dataran Yerikho. Lalu pada hari sesudah Paskah mereka makan hasil negeri itu, yakni roti yang tidak beragi dan bertih gandung, pada hari itu juga. Pada keesokan harinya, setelah mereka makan hasil negeri itu, manna tidak turun lagi. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 857
Ref. Kecaplah betapa sedapnya Tuhan. Kecaplah betapa sedapnya Tuhan.
Ayat.
(Mzm 89:2-3.4-5.27.29; R:37)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
3. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

Bacaan Kedua

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (5:17-21)

"Allah mendamaikan kita dengan diri-Nya lewat Kristus."

17 Saudara-saudara, barangsiapa ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru. Yang lama telah berlalu, dan sungguh, yang baru sudah datang. 18 Semuanya ini dari Allah yang telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dengan perantaraan Kristus dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. 19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya lewat Kristus tanpa memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. 20 Jadi kami ini adalah utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: Berilah dirimu didamaikan dengan Allah. 21 Kristus yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Baiklah aku kembali kepada bapaku dan berkata, "Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan Bapa." (Luk 15:18)

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (15:1-13.11-32)

"Saudaramu ini telah mati, tetapi hidup kembali."

Pada waktu itu para pemungut cukai dan orang-orang berdosa datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan



TENTANG "SI ANAK HILANG": PAHALA DAN HUKUMAN?

Rekan-rekan yang baik!
Perumpamaan tentang si anak hilang dalam Luk 15:11-32 sudah sering didengar. Gagasan pokoknya ialah kebaikan Tuhan terhadap siapa saja, lebih-lebih terhadap pendosa yang mau mendekat kepada-Nya.

Perumpamaan ini diceritakan guna menanggapi gerundelan kaum Farisi dan Ahli Kitab yang melihat Yesus bergaul dengan para pemungut pajak dan pendosa lainnya seperti disebut dalam Luk 15:1-3 yang ikut dibacakan hari ini.

Ada seorang ayah yang mempunyai dua orang anak lelaki. Yang bungsu meminta bagian miliknya untuk mulai hidup di perantauan. Ia hanya berfoya-foya dan ketika ada kelaparan ia jatuh melarat dan terpaksa hidup tak pantas sebagai budak. Akhirnya ia memutuskan kembali. Ketika melihat anaknya dari kejauhan, sang ayah lari menjemputnya. Ia menyuruh orang-orang untuk memberinya jubah yang terbaik, cincin, dan sepatu - tanda ia diakui kembali sebagai anak, bukan diterima sebagai budak yang tak mengenakan hal-hal itu. Kedatangannya kembali juga dipestakan. Sementara itu anaknya yang sulung pulang dari ladang dan mendengar hal ihwal pesta itu. Ia tidak puas dan tak mau masuk ke rumah ikut pesta. Tetapi ayahnya keluar membujuknya. Anak sulung itu mengutarakan alasannya mengapa ia marah. Bertahun-tahun ia bekerja tanpa melanggar perintah tapi tak satu kali pun mendapat kesempatan bersuka ria dengan teman-temannya. Dan kini bagi anak pemboros dan tak berbakti itu ada pesta besar! Ayahnya membujuknya, anak sulung itu toh selalu ada bersamanya dan semua miliknya juga kepunyaannya.

Perumpamaan ini diceritakan bukan untuk membuat orang bertobat seperti si anak hilang, atau agar kita tidak bersikap iri seperti si anak sulung. Perumpamaan biasanya diceritakan untuk mengajak berpikir mengenai hal-hal yang lebih dalam, bukan mengenai hal-hal yang bisa dikenakan begitu saja ke dunia sekitar, bukan pula untuk dituduhkan diam-diam dalam hati sekalipun.

WAJAH BARU DARI KISAH LAMA

Kisah saudara tua yang dengki akan kemujuran adiknya bukan hal yang baru bagi pendengar Kitab Suci pada zaman itu. Ada kisah Kain dan Abel, kisah Esau anak sulung Israel dan Yakub adiknya, ada kisah Yusuf dan saudara-saudara tuanya. Saudara tua umumnya ditampilkan sebagai tokoh konyol sedangkan yang muda tokoh yang beruntung. Perumpamaan anak hilang ini memang memakai motif kisah yang sudah dikenal itu. Tetapi arah kisahnya berbeda dengan yang biasa dikenal. Walaupun akhirnya anak yang bungsu mujur, anak yang sulung tidak kehilangan haknya seperti halnya Kain, Esau atau saudara-saudara tua Yusuf. Kehadiran kembali yang bungsu tidak menggeser yang sulung. Mengapa begitu? Karena sang ayah tidak membeda-bedakan kedua anaknya itu kendati perasaan anaknya yang sulung lain. Juga si bungsu yang kembali itu sebenarnya merasa sudah tak pantas menjadi anak lagi dan malah minta diperlakukan sebagai budak saja. Tapi persepsi masing-masing mereka ini akan diluruskan. Marilah kita dekati

TEOLOGI "HUKUMAN DAN PAHALA"?

Bila orang melakukan kesalahan, maka layak ia terkena hukuman. Atas dasar prinsip itu, kebaikan mestinya mendatangkan pahala. Tanpa kita sadari gagasan ini sering mendasari cara memandang kejadian-kejadian dan melandasi penilaian terhadap orang lain. Perumpamaan ini disampaikan untuk menyorotinya.

Apa kesalahan atau dosa si anak bungsu di mata abangnya dan di mata si bungsu itu sendiri? Ia dianggap bersalah karena tidak berlaku sebagai anak yang baik yang tinggal di dusun untuk meneruskan pekerjaan ayahnya membantu mengerjakan ladang. Ia pergi menuruti keinginannya sendiri. Ia jadi anak yang tak berbakti, lain daripada anak yang sulung. Lalu apa yang terjadi terhadap anak yang tak berbakti? Terhukum? Anak bungsu tadi memang mengalami nasib malang. Ini akibat kesalahannya? Pendengar atau pembaca akan tergoda melihat kelakuannya berfoya-foya di luar negeri sebagai penyebab kemelaratannya. Juga kelakuan tak berbakti kepada ayahnya membuatnya terhukum. Tetapi sebenarnya kemalangan si anak bungsu ditampilkan bukan sebagai hukuman dari atas, bukan pula konsekuensi keteledoran sendiri, melainkan akibat keadaan yang tak bisa dikontrol, yakni bencana kelaparan (ayat 14). Pencerita ulung seperti Lukas sengaja menampilkan hal penting seolah-olah sebagai unsur tambahan. Pembaca dibiarkan terkecoh pikiran-pikirannya sendiri, tapi nanti akan dituntunnya kembali. Bagaimana dengan abangnya? Ia tipe anak yang baik, yang bekerja terus, setia tinggal di tempat. Orang seperti ini dalam gagasan orang banyak tentu mendapat pahala. Sekali lagi orang tergoda menganggap keberuntungannya sebagai pahala dan si anak sulung itu sendiri memang berpikir dalam ukuran-ukuran itu. Ia mengeluh bahwa tak pernah mendapat kesempatan bersenang-senang walaupun bertahun-tahun melayani dan tak pernah melanggar perintah (ayat 29). Dan ketika si bungsu yang kembali itu dipestakan dan diberi sepatu, cincin, dan jubah kebesaran segala, wah, ini pahala atas dasar perbuatan apa? Kan anak itu pemboros dan bejat moralnya. Mestinya ia kena hukuman! Perumpamaan ini mengusik benak orang yang berpikir dalam perspektif teologi "hukuman dan pahala" seperti itu.

SI BUNGSU DAN KEGEMBIRAAN SANG AYAH

Ketika memutuskan untuk pulang, anak bungsu yang terlunta-lunta itu sebenarnya sudah siap bila nanti diperlakukan sebagai budak. Ia memang sudah kehilangan hak sebagai anak (ayat 19). Namun apa yang terjadi? Ketika melihat dari jauh anaknya ini datang kembali, sang ayah lari tergopoh-gopoh menyongsongnya. Bahkan sebelum anak itu sempat mengucap minta ampun, sang ayah sudah memeluk dan menciumnya (ayat 20). Dua hal ini tidak biasa. Masakan seorang tua yang terhormat seperti ayah itu berlari-lari? Mestinya paling banter ia hanya akan mengirim orang suruhan untuk menjemput. Masakan ia juga tidak membiarkan dulu anak itu mengutarakan rasa sesalnya terlebih dahulu (ayat 21)? Pembaca atau pendengar perumpamaan ini akan terhenyak dan berpikir. Dan di sinilah terletak warta perumpamaan itu. Kita diajak menyadari bahwa Tuhan yang diperkenalkan Yesus itu bertindak seperti sang ayah yang pengampun dan pemurah itu. Teologi "pendosa mesti dihukum" dan "orang baik mesti diberi pahala" tidak mencukupi sama sekali untuk memperkenalkan Tuhan yang seperti itu. Walau besar daya tariknya, teologi seperti itu tidak klop. Hanya akan membuat orang merasa terus-terusan menyesal seperti si bungsu, atau kesal melulu seperti si sulung.

Perasaan tersinggung orang-orang Farisi dan Ahli Kitab (ayat 1-3) didasarkan pada etos teologi yang disorot tajam tadi. Yesus sang utusan Tuhan bergaul dengan orang-orang yang tersisih dan dicap pendosa karena ia mau menghadirkan Tuhan sebagai ayah yang baik, bukan Tuhan yang baru mau mengampuni setelah menghukum sampai orang kapok. Tapi gambaran ini membuat orang baik-baik tidak tenteram lagi. Mereka tersengat melihat Yesus guru terhormat itu bergaul dengan para pemungut pajak. Kaum baik-baik itu memang menjadi bahan pembicaraan orang. Lho nyatanya ada seorang guru terkenal yang tak menjauhi pendosa yang akrab dengan kami-kami ini, tidak seperti orang-orang yang mencibirkan kami itu.

SANG AYAH DAN ANAK SULUNGNYA

Anak sulung itu marah dan tidak bersedia masuk ke dalam rumah ikut berpesta. Lalu apa yang terjadi? Ayahnya keluar menemuinya dan membujuknya (ayat 28). Ia bersikap sama seperti terhadap anak yang kembali tadi. Ayah itu pergi menemui yang membutuhkannya dan tidak diam menunggu di dalam rumah. Namun demikian si anak sulung tetap kurang senang dan mengutarakan kekesalannya. Ia merujuk adiknya bukan dengan kata "adikku itu", melainkan dengan "anakmu itu" (ayat 30 "ho huios sou" - nadanya sinis, dan mungkin ketus, lebih daripada terjemahan idiomatik Indonesia "anak bapak"). Menarik, dalam perumpamaan ini si anak sulung ini hanya tampil di luar rumah. Tidak pernah ia disebut ada di dalam rumah. Anak bungsu yang kembali tadilah yang bergerak dari luar ke dalam. Dan ayah mereka keluar masuk rumah untuk membawa masuk mereka! Lalu siapa yang sebenarnya menjadi anak yang sungguh? Bukankah ia yang ada di dalam rumah? Tetapi ayahnya tidak menegur anak sulungnya. Ia membujuknya dengan sabar "Nak!" (ayat 31) dan kemudian meyakinkannya bahwa anak sulung itu selalu bersama dengannya dan seluruh hartanya itu juga miliknya. Dengan demikian keberatan anak sulung itu tak lagi beralasan. Tapi ada satu hal lagi yang ingin ditambahkan. Ayah itu barusan ketambahan harta baru yang khusus, yakni "adikmu" (ayat 32 "ho adelphos sou") yang tadi mati - putus haknya sebagai anak - kini hidup kembali dan mau menjadi anak lagi, yang hilang dahulu kini kembali. Dengan memakai kata "adikmu" itu sang ayah sebenarnya ingin mengajak anak sulung itu berbagi harta baru, yakni kegembiraan menemukan kekayaan baru ini! Sang ayah ini tokoh yang secara lahir batin merdeka sepenuhnya. Ia tidak marah, ia tidak tersinggung, ia tidak menuntut. Tetapi ia memberi, mengajak dan bisa berbagi kegembiraan.

Kisah anak sulung ini sebenarnya bukan untuk menunjukkan betapa sempitnya pandangan hidupnya. Maka tak perlu dipakai menuduh-nuduh diri kita sendiri atau orang di sekitar kita. Yesus juga tidak memakainya untuk membuat karikatur orang Farisi dan Ahli Kitab. Ia mau mengajak mereka bernalar. Gambaran itu dipakai untuk menonjolkan perhatian sang ayah. Mengenal tokoh ini membuat orang bisa makin memikirkan kebesaran hati Tuhan.

Riwayat anak bungsu dan anak sulung tadi juga membantu mengerti kebesaran Tuhan. Ia mencintai si bungsu yang "pendosa" dan mengasihi si sulung yang "orang yang kaku hati" itu. Dia tidak duduk mengadili atau menghukum. Ia itu Tuhan yang tergopoh-gopoh mendatangi orang yang remuk hatinya. Tidak tahan Ia mendengar orang seperti itu menuturkan penyesalannya. Dipahaminya juga kenapa orang marah melihat Ia memperlakukan pendosa seperti anak. Ia tidak balik mencela. Ia berusaha bernalar dengan orang yang kurang puas itu. Lihat, kita mestinya gembira, kan mendapat harta tambahan, dan tambahan ini pemberianku bagimu - pahala yang kauinginkan sejak lama itu.

Salam hangat,

A. Gianto



Bagikan




Sabtu, 13 Maret 2010 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Sabtu, 13 Maret 2010
Hari Biasa Pekan III Prapaskah

"Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini" (Luk 18:13)

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, di masa tobat yang penuh rahmat ini bantulah kami untuk menyadari kesalahan dan kekurangan kami sendiri. Kasihanilah kami yang berdosa ini, agar menjadi orang yang benar di hadapan-Mu dan di depan sesama kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan kami.Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Hosea (6:1-6)

"Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan."

1 Umat Allah berkata, "Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. 2 Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya. 3 Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." 4 Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar. 5 Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi, Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku keluar seperti terang.6 Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 812
Ref. Kasihanilah, ya Tuhan, Kau lah pengampun yang rahim, dan belas kasih-Mu tak terhingga.
Ayat. (Mzm 51:3-4.18-19.20-21ab)
1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
2. Sebab Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; dan kalau pun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahan kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
3. Lakukanlah kerelaan hati-Mu kepada Sion, bangunlah kembali tembok-tembok Yerusalem! Maka akan dipersembahkan kurban sejati yang berkenan kepada-Mu kurban bakar dan kurban-kurban yang utuh.

Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (18:9-14)

"Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya, sebagai orang yang dibenarkan Allah."

9 Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain: 10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. 11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. 14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Yesus bersikap tegas, tajam dan jelas berhadapan dengan orang Farisi yang merasa diri benar dan memandang rendah orang lain. Perumpamaan yang dibuat-Nya menunjukkan sikap itu. Orang yang merasa diri benar dan memandang rendah orang lain justru tidak akan pernah mendapat tempat di hati-Nya. Ia menerima orang yang sadar akan kelemahan dan dosanya serta mengandalkan kekuatan-Nya. Yang mengandalkan kekuatan-Nya dengan rendah hati justru dibela dan dibenarkan oleh Yesus.

Dalam hidup kita, kita sering bersikap seperti orang Farisi. Kita merasa diri paling suci dari orang lain. Sikap seperti itu, justru menghambat kita untuk menyadari diri sebagai orang yang terbatas di hadapan Tuhan, yang penuh noda dosa dan kesalahan. Bukankah selayaknya setiap hari kita berseru: "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini?"

Pandanglah Yesus dengan penuh cinta dan kerendahan hati serta rasakanlah belas kasih dan kekuatan-Nya yang selalu membela setiap orang yang merendahkan diri di hadapan-Nya. Dalam keheningan katakanlah dengan rendah hati pada Bapa: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini!

Ya Yesusku, ya Tuhanku dan Allahku, kasihanilah aku orang berdosa ini. Jadikanlah aku hamba-Mu yang rendah hati. Amin.

Renungan Harian Mutiara Iman 2010


Bagikan

Jumat, 12 Maret 2010 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Jumat, 12 Maret 2010
Hari Biasa Pekan III Prapaskah, Hari Pantang

Doa Renungan

Allah Bapa sumber segala rahmat, curahkanlah selalu rahmat-Mu yang mulia itu ke dalam hati kami, agar hari ini kami dapat mencintai dan berbakti kepada-Mu, serta kepada sesama kami dengan segala kemampuan yang ada dalam diri kami. Sehingga kami jadi semakin layak dan pantas disebut sebagai murid-murid-Mu dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Hosea (14:2-10)

"Kami tidak akan berkata lagi "Ya Allah kami" kepada buatan tangan kami."

2 Beginilah firman Allah, "Bertobatlah, hai Israel, kepada Tuhan, Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu. 3 Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada Tuhan! katakanlah kepada-Nya: "Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.4 Asyur tidak dapat menyelamatkan kami; kami tidak mau mengendarai kuda, dan kami tidak akan berkata lagi: Ya, Allah kami! kepada buatan tangan kami. Karena Engkau menyayangi anak yatim." 5 Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka. 6 Aku akan seperti embun bagi Israel, maka ia akan berbunga seperti bunga bakung dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon hawar. 7 Ranting-rantingnya akan merambak, semaraknya akan seperti pohon zaitun dan berbau harum seperti yang di Libanon. 8 Mereka akan kembali dan diam dalam naungan-Ku dan tumbuh seperti gandum; mereka akan berkembang seperti pohon anggur, yang termasyhur seperti anggur Libanon. 9 Efraim, apakah lagi sangkut paut-Ku dengan berhala-berhala? Akulah yang menjawab dan memperhatikan engkau! Aku ini seperti pohon sanobar yang menghijau, dari pada-Ku engkau mendapat buah. 10 Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan Tuhan adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Akulah Tuhan, Allahmu, dengarkanlah suara-Ku.
Ayat. (Mzm 81:6c.8a.8bc-9.10-11ab.14.17)
1. Aku mendengar bahasa yang tidak kukenal, "Akulah yang telah mengangkat beban dari bahumu, dan membebaskan tanganmu dari keranjang pikulan; dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau.
2. Aku menjawab engkau dengan bersembunyi di balik badai, Aku telah menguji engkau dekat Meriba. Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, kiranya engkau mau mendengarkan Aku!
3. Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah orang asing. Akulah Tuhan Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.
4. Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik, dan dengan madu dari gunung batu, Aku akan mengenyangkannya.

Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Bertobatlah, sabda Tuhan, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:28b-34)

"Tuhan Allahmu itu Tuhan Yang Esa, kasihilah Dia dengan segenap jiwamu."

28b Sekali peristiwa, datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus dan bertanya kepada-Nya, "Perintah manakah yang paling utama?"29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. 30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. 31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." 32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. 33 Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."34 Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

"Hukum manakah yang paling utama?"
(Hos 14:2-10; Mrk 12:28b-34)


Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Setiap peraturan, hukum atau undang-undang hemat saya dibuat dan diundangkan atau diberlakukan atas dasar dan demi cintakasih, sehingga hidup bersama senantiasa dijiwai oleh cintakasih. Dengan kata lain cintakasih merupakan hukum pertama dan utama. Dalam warta gembira hari ini kita diingatkan dan diajak untuk saling mengasihi "dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu". Saling mengasihi yang demikian ini hemat saya dapat terjadi secara konkret dalam pasangan suami-isteri atau laki-laki dan perempuan yang saling mengasihi, yang antara lain ditandai dengan `hubungan seksual' sebagai wujud saling mengasihi dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan atau tenaga. Kita semua diciptakan oleh Allah dalam dan oleh kasih serta dengan kerjasama dari orangtua kita masing-masing, yang saling mengasihi, maka kita semua adalah `buah kasih' atau `yang terkasih'. Jika kita menyadari dan menghayati diri sebagai `buah kasih' atau `yang terkasih', hemat saya panggilan untuk saling mengasihi dengan mudah kita lakukan, karena bertemu dengan orang lain berarti `yang terkasih' bertemu dengan `yang terkasih', dan dengan demikian pasti saling mengasihi. Kita diingatkan juga bahwa dalam mengasihi hendaknya dengan `segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan atau tenaga', yang berarti dengan sepenuh hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Jika tidak sepenuhnya berarti sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh, maka sulit untuk mengasihi. Marilah saling menjaga dan membantu dalam usaha menyehatkan hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita, agar kita dapat saling mengasihi dengan baik.

"Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan TUHAN adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ." (Hos 14:10). Orang bijak dan benar memang senantiasa menelusuri jalan-jalan Tuhan. Jalan-jalan Tuhan belum tentu mulus bagaikan jalan tol bebas hambatan, tetapi pada umumnya jalan-jalan Tuhan sarat dengan tantangan, godaan dan hambatan, maka siapapun yang menelusuri jalan-jalan Tuhan harus berjuang dan berkorban. Sebagai contoh jalan Tuhan adalah `jujur', dimana ada rumor `orang jujur untuk sementara hancur, tetapi seterusnya atau selamanya mujur'. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata benar apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Kita semua tahu melalui aneka macam media bahwa mereka yang tidak jujur dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan/pekerjaan sungguh tergelincir, ketika kejujuran dikorek dengan berbagai cara. Maka kami berharap hendaknya kejujuran sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dan kemudian diteruskan, diperkembangkan dan diperdalam di sekolah-sekolah, tentu saja dengan teladan orangtua maupun guru/pendidik. Di sekolah-sekolah di tingkat apapun kami harapkan kejujuran ini menjadi perhatian khusus, antara lain diberlakukan `dilarang menyontek baik dalam ulangan maupun ujian'. Biarlah anak-anak atau peserta didik berjuang dan berkorban dalam rangka mewujudkan cita-cita, impian atau harapannya.

"Aku telah mengangkat beban dari bahunya, tangannya telah bebas dari keranjang pikulan; dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau; Aku menjawab engkau dalam persembunyian guntur, Aku telah menguji engkau dekat air Meriba. Dengarlah hai umat-Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, jika engkau mau mendengarkan Aku! Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah kepada allah asing." (Mzm 81:7-10)

Jakarta, 12 Maret 2010

Ignatius Sumarya, SJ


Bagikan

Kamis, 11 Maret 2010 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Kamis, 11 Maret 2010
Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Doa Renungan

Ya Bapa yang mahabaik, puji syukur kami panjatkan kepada-Mu atas kasih karunia yang kami rasakan hingga saat ini. Lewat sabda-Mu hari ini kami diingatkan agar senantiasa mempersenjatai diri kami dengan iman serta mengandalkan kuasa-Mu. Bapa anugerahkanlah kami rahmat iman yang luar biasa agar kami dapat mematahkan serangan setan dan orang-orang yang ingin menghancurkan umat-Mu. Penuhilah hati kami dengan kuasa Roh-Mu sendiri. Amin.

Nabi menggambarkan sikap bangsa Yahudi sebagai “tidak mau mendengarkan”, tidak mau memberi perhatian, “mengikuti rancangan hatinya yang jahat”, dan seterusnya. Itulah sikap-sikap yang bertegar hati dalam kesalahan. Tuhan mencela sikap-sikap semacam ini. Sebab, semuanya itu akan berakhir pada kebinasaan semata. (RUAH)

Pembacaan dari Kitab Yeremia (7:23-28)

"Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan."

Beginilah firman Tuhan, “Inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka: Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia! Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian, melainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat, dan mereka memperlihatkan punggungnya dan bukan mukanya. Sejak nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir sampai waktu ini, Aku mengutus kepada mereka hamba-hamba-Ku, para nabi, hari demi hari, terus-menerus. Tetapi mereka tidak mau mendengarkan kepada-Ku dan tidak mau memberi perhatian; malahan mereka menegarkan tengkuknya, berbuat lebih jahat daripada nenek moyang mereka. Sekalipun engkau mengatakan kepada mereka segala perkara ini, mereka tidak akan mendengarkan perkataanmu, dan sekalipun engkau berseru kepada mereka, mereka tidak akan menjawab engkau. Sebab itu, katakanlah kepada mereka: Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan, Allah mereka, dan yang tidak mau menerima pengajaran! Ketulusan mereka sudah lenyap, sudah musnah dari mulut mereka.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan PS 854
Ref.Singkirkanlah penghalang sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu.
Ayat. (Mzm 95:1-2.6-7.8-9)
1. Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan, bersorak-sorai bagi Gunung Batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorailah bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.

2. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, kita ini umat gembalaan-Nya dan kawanan domba-Nya.
3. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, janganlah bertegar hati seperti di Meriba, seperti waktu berada di Masa di padang gurun, ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat. Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, sabda Tuhan, sebab Aku ini pengasih dan penyayang.

Yesus mengusir setan dengan kuasa Allah. Para lawan-Nya tidak mau mengakui hal itu. Mereka melancarkan tuduhan palsu kepada-Nya, dengan mengatakan kuasa penyembuhan-Nya berasal dari Beelzebul. Mereka takut mengakui dan percaya. Orang yang tidak mau percaya cenderung mencari-cari alasan yang aneh untuk menghindari konsekuensi suara kebenaran dan panggilan pertobatan. (RUAH)

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (11:14-23)

"Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku."

Sekali peristiwa, Yesus mengusir dari seseorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata, “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula yang meminta suatu tanda dari surga kepada Yesus untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata, “Setiap Kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah pasti runtuh. Jikalau Iblis itu terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Nah, merekalah yang akan menjadi hakimmu! Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan bersenjata lengkap menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat daripadanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata yang diandalkannya, dan akan membagi-bagi rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku, dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Di zaman modern ini banyak orang yang sulit untuk mendengarkan orang lain, khususnya mereka yang mempunyai 'kekuasaan', 'kemapanan'. Anak-anak remaja sering menjerit karena tidak pernah didengarkan oleh orangtua mereka. Kebanyakan orang tua tidak sabar mendengarkan seluruh isi 'curhat' anak, mereka cenderung untuk meng'cut' ketika si anak baru mulai mengeluarkan isi hatinya. Banyak penguasa, pimpinan yang mempunyai kecenderungan seperti itu, memberikan telinga sebagian kecil untuk curahan hati rakyat dan bawahannya. Bagi kebanyakan orang tua, penguasa, pemimpin, hanya merekalah yang 'boleh berbicara' karena mereka lebih benar, lebih tahu dan lebih sibuk dari orang-orang yang datang padanya. Bagi mereka memberikan waktu untuk mendengarkan orang lain hanyalah membuang waktu mereka yang sangat berharga.

Hari ini Tuhan meminta kita untuk mendengarkan-Nya dan mengikuti semua perintah-Nya agar hidup kita berbahagia. Orang yang sulit mendengarkan orang lain yang kelihatan akan kesulitan untuk mendengarkan suara Tuhan yang tidak kelihatan. Apakah kita mau melatih diri untuk selalu mendengarkan sesama agar kita pun mempunyai kepekaan untuk mendengarkan Tuhan? (Mutiara Iman)

Doa Malam

Selamat malam Bapa, terimakasih atas berkat dan perlindungan-Mu yang boleh kami alami. Bapa hanya Engkaulah benteng hidup kami dan sumber kekuatan kami. Bantulah kami mematahkan segala serangan setan, dan bujuk rayunya. Jauhkanlah kami juga dari segala yang jahat. Lindungilah kami senantiasa di manapun kami berada. Amin.


RUAH dan Mutiara Iman


Bagikan

Tentang Lukas 12:49-53

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:49-53)

"Aku datang bukannya membawa damai, melainkan pertentangan."

Pada suatu ketika Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Aku datang melemparkan api ke bumi, dan betapa Kudambakan agar api itu selalu menyala! Aku harus menerima baptisan dan betapa susah hati-Ku sebelum hal itu berlangsung! Kalian sangka Aku datang membawa damai ke bumi? Bukan! Bukan damai, melainkan pertentangan! Karena mulai sekarang akan ada pertentangan antara lima orang dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, bapa melawan puteranya, dan putera melawan bapanya, ibu melawan puterinya, dan puteri melawan ibunya, ibu mertua melawan menantu, dan menantu melawan ibu mertuanya."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Pertanyaan:


Yesus pernah berkata, "Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bmi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua, dan dua melawan tiga....." (Luk 12:51-53). Apa maksud ayat-ayat ini? Bukankah Yesus datang untuk membawa damai?

Jawaban dari Romo Pidyarto, O.Carm*:

Ucapan Yesus ini sering membingungkan orang. Bukankah Dia itu Raja Damai seperti yang diramalkan oleh Yes 9:5? Bukankah Injil Lukas sendiri mengaitkan secara erat kedatangan Yesus ke dunia ini dengan damai (bdk. Luk 1:79; 2:14; 10:15; 19:38)?

Mengapa Luk 12:51-53 di atas mengatakan bahwa Yesus datang bukan untuk membawa damai, melainkan perpecahan dan perselisihan? Pertentangan di atas adalah semu. Sebab, sebenarnya Luk 12:51-53 tidak mau mengatakan bahwa Yesus datang dengan maksud memecahbelah umat manusia. Yesus justru menghendaki agar semua orang selamat dan menjadi satu di dalam diri-Nya (bdk. Yoh 17:11-24).

Hal ini sudah diramalkan dalam Luk 2:34, "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan" Mengapa? Sebab pewartaan Yesus dapat mengundang reaksi yang berbeda-beda. Ada orang mau menerima Yesus, tetapi ada pula yang menolak-Nya. Seorang menjadi Kristen kadang-kadang harus bertentangan dengan keluarganya yang tidak menerima Yesus. Ia kadang-kadang harus dikucilkan oleh keluarganya karena menjadi Kristen. Itulah maksud Luk 12:51-53.

Suatu perbandingan sebagai ilustrasi: Badu adalah seorang penceramah terkenal. Ia datang untuk memberikan ceramah tentang perdamaian. Tentu saja, ia datang untk menjelaskan topik itu sebaik mungkin supaya bisa dipaham oleh semua pendengar. Akan tetapi, setelah seminar selesai, ada sejumlah orang malah menjadi bingung. Hal ini sudah bisa diduga oleh Badu sebelum memberi ceramah. Jadi, ada perbedaan antara maksud hati si Badu yang baik dan kenyataannya.


*) Dalam Buku Rubrik Konsultasi Iman oleh Rm. H. Pidyarto, O.Carm

Jawaban dari Katolisitas.org:

Dalam Kitab Suci, ‘api’ sering digunakan untuk menggambarkan api kasih Allah terhadap manusia (lih. Ul 4:24; Kel 13:21-22, dll). Api kasih inilah yang dibicarakan di sini, sesuai juga dengan pernyataan kasih Allah ini, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16). Api kasih yang inilah yang menyebabkan Yesus menyerahkan nyawa-Nya bagi sahabat-sahabat-Nya (Yoh 15:13).

Maka dalam Injil Lukas ini, Yesus menyatakan keinginan-Nya yang besar untuk menyerahkan nyawa-Nya karena kasih-Nya kepada kita. seperti juga yang pernah dikatakan-Nya dalam Mrk 10:38-39, Yesus menyebut kematian-Nya sebagai baptisan, sebab Ia mengetahui bahwa Ia akan bangkit dari kematian-Nya dengan mulia. Pembaptisan kita maknanya adalah kita ‘ditenggelamkan’ di dalam kematian Kristus, di mana kita ‘mati’ terhadap dosa dan dilahirkan kembali di dalam kehidupan ilahi bersama Yesus (lih. Rom 6:4). Di dalam kehidupan yang baru ini, kita sebagai murid Kristus harus juga hidup dalam api Roh Kudus, seperti para rasul Yesus. Api Roh Kudus inilah yang merupakan pemenuhan janji Kristus atas para rasul (lih. Luk 3:16; Rom 5:5), dan api Roh Kudus inilah yang harus mendorong kita sebagai murid Kristus untuk mengasihi seperti Kristus mengasihi kita.

Tuhan telah datang ke dunia dengan membawa pesan kedamaian (lih. Luk 2:14) dan perdamaian (lih. Rom 5:11). Jika seseorang menentang pesan ini Kristus ini, dengan hidup di dalam dosa, maka ia melawan Kristus. Maka dengan kedatangan Yesus terdapat pertentangan antara mereka yang menerima Yesus dan ajaran-Nya, dan mereka yang menentang Kristus dan ajaran-Nya. Maka sepanjang hidup-Nya di dunia, Kristus adalah tanda pertentangan “a sign of contradiction“, seperti yang telah dinubuatkan oleh Simeon (lih. Luk 2:34). Yesus memperingatkan kepada para murid-Nya akan adanya pertentangan/ pemisahan yang akan menyertai pengabaran Injil (lih. Luk 6:20-23; Mat 10:24). Pertentangan ini adalah akibat dari tanggapan yang berbeda-beda terhadap ajaran Kristus. Pertentangan ini juga kita alami sekarang ini, di mana terdapat nilai-nilai yang berbeda, yang diajarkan oleh dunia dan yang diajarkan oleh Kristus. Namun Tuhan Yesus sudah memperingatkannya kepada kita, agar kita teguh memegang ajaran-ajaran-Nya.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org


Rabu, 10 Maret 2010 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Rabu, 10 Maret 2010
Hari Biasa Pekan III Prapaskah

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (Matius 5:17)

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahapengasih, tanamkanlah hukum cintakasih yang Kaubawa ke dalam hati kami. Datangkanlah Kerajaan-Mu di tengah-tengah keluarga dan masyarakat kami, agar kami dapat berbakti kepada-Mu dengan sepenuh hati dan dalam doa bersatu sebagai umat-Mu. Demi Kristus Yesus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Ulangan (4:1.5-9)

"Lakukanlah ketetapan-ketetapan itu dengan setia."

Di padang gurun seberang Sungai Yordan Musa berkata kepada bangsanya, "Hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya. Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaan dan akal budimu di mata bangsa-bangsa. Begitu mendengar segala ketetapan ini mereka akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi. Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya? Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum, yang kubentangkan padamu pada hari ini? Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidup. Beritahukanlah semuanya itu kepada anak-anakmu dan kepada cucu-cucumu serta cicitmu."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 863
Ref. Pujilah Tuhan, hai umat Allah, pujilah Tuhan, hai umat Allah!

Ayat. (Mzm 147:12-13.15-16.19-20)
1. Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anak yang ada padamu.
2. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari. Ia menurunkan salju seperti bulu domba dan menghamburkan embun beku seperti abu.
3. Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan dan hukum-hukum-Nya kepada Israel. Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.

Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Engkau mempunyai sabda kehidupan kekal.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:17-19)

"Siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi."

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sungguh, selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Taurat sekali pun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat-tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga. Tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

Orang akan senang jika larangan, aturan semakin sedikit. Rasanya bebas, merdeka, bisa apa saja. Benarkah demikian? Yesus tidak mengurangi Hukum Taurat, melainkan menggenapinya.

Pada bagian akhir Injil Matius, Yesus memberi jawaban atas pertanyaan orang-orang Farisi yang ditujukan kepada Yesus sehubungan dengan manakah hukum yang terutama dalam Hukum Taurat. Jawab Yesus: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." (Mat 22:37). Dengan kata lain, untuk mengasihi Tuhan Allah, tidak cukup hanya dengan akal budi saja, atau jiwa kita, atau segenap hati. Mengasihi Tuhan Allah harus dengan ketiganya: dengan hati, jiwa, dan akal budi. Itu mau mengatakan, kasihilah Tuhan Allahmu dengan keseluruhan dirimu!

Mengasihi dengan hati, bukan hanya perkara doa, meditasi, refleksi, dsb. Mengasihi dengan akal budi atau jiwa (psiche) tidak cukup hanya menambah macam-macam ilmu, bahkan tidak cukup mempelajari semua disiplin ilmu yang termasuk dalam jalur psikologi. "Dengan keseluruhan dirimu" berarti harus dengan segala usaha dan dengan kesungguhan. Jika demikian, tidak cukup menjalani aturan ini itu; taat pada aturan ini itu; hati dan keseluruhan budi hendaknya menyertai. Dengan demikian, kita tidak seperti robot-robot yang bergerak karena ada yang "memerintah", "memprogram".

Saatnya dalam keheningan ini kita melihat perilaku hidup kita bersama dengan orang lain, dengan Tuhan, dalam karya dan tanggung jawab kita. Apakah aku melakukan semua itu dengan keseluruhan diriku?

J. Kristanto, Pr
Inspirasi Batin 2010




Bagikan

Selasa, 09 Maret 2010 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Selasa, 09 Maret 2010
Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan”, demikian pesan perdamaian Paus Yohanes Paulus II memasuki Millenium Ketiga.

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahapengasih, Engkaulah yang mengatur seluruh hidup kami hari ini. Engkau mengajar kami agar tak henti-hentinya mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Buatlah hati kami ini lemah lembut dan panjang sabar sehingga kami dapat mengasihi dan mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kami. Semoga di masa prapaskah ini kami selalu mengamalkan karya cinta kasih-Mu. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Nubuat Daniel (3:25.34-43)

"Semoga kami diterima balik karena jiwa yang remuk redam dan roh yang rendah."

Tatkala dicampakkan ke dalam tanur api, Azarya berdiri dan berdoa; ia membuka mulut di tengah-tengah api itu, katanya, "Demi nama-Mu, ya Tuhan, janganlah kami Kautolak selamanya, dan janganlah Kaubatalkan perjanjian-Mu; janganlah Kautarik kembali daripada kami belas kasihan-Mu, demi Abraham kekasih-Mu, demi Ishak hamba-Mu, dan demi Israel, orang suci-Mu, yang kepadanya Engkau telah berjanji memperbanyak keturunan mereka menjadi laksana bintang-bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut. Ya Tuhan, jumlah kami telah menjadi paling kecil di antara sekalian bangsa, dan sekarang kami pun dianggap rendah di seluruh bumi oleh karena dosa kami. Dewasa ini pun tidak ada pemuka, nabi atau penguasa, tiada kurban bakaran atau kurban sembelihan, kurban sajian atau ukupan; tidak ada pula tempat untuk mempersembahkan buah bungaran kepada-Mu dan mendapat belas kasihan. Tetapi semoga kami diterima baik, karena jiwa yang remuk redam dan roh yang rendah, seolah-olah kami datang membawa kurban domba dan lembu serta ribuan anak domba tambun. Demikian hendaknya kurban kami di hadapan-Mu pada hari ini berkenan seluruhnya kepada-Mu. Sebab tidak dikecewakanlah mereka yang percaya kepada-Mu. Kini kami mengikuti Engkau dengan segenap jiwa dan dengan takwa kepada-Mu, dan wajah-Mu kami cari. Janganlah kami Kaupermalukan, tetapi perlakukanlah kami sesuai dengan kemurahan-Mu dan menurut besarnya belas kasihan-Mu. Lepaskanlah kami sesuai dengan perbuatan-Mu yang ajaib, dan nyatakanlah kemuliaan nama-Mu, ya Tuhan."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 25:4bc-5ab.6-7bc.8-9)
1. Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukkanlah lorong-lorong-Mu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan daku.
2. Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya Tuhan.
3. Tuhan itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum dan mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang bersahaja.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Solis. Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hati, sabda Tuhan, sebab Aku ini pengasih dan penyayang.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (18:21-35)

"Jika kamu tidak mau mengampuni saudaramu, Bapa pun tidak akan mengampuni kamu."

Sekali peristiwa Petrus datang kepada Yesus dan berkata, "Tuhan, sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya, "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Ketika ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunasi hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isteri dan segala miliknya untuk membayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah Dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain, yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskan segala hutang itu. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih, lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Maka raja itu menyuruh memanggil hamba pertama tadi dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat! Seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonnya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkan dia kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Demikianlah Bapa-Ku yang di surga akan berbuat terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan

Tidak jarang kita mengira diri paling benar dan paling berjasa; mengira telah melaksanakan semua kewajiban dengan sempurna. Kita menjejerkan bintang jasa dan penghargaan, dan tidak sadar bahwa yang kita perbuat belum apa-apa dibandingkan dengan apa yang diperbuat bagi kita. Estimasi dan apresiasi kita akan orang lain sering di bawah standar yang kita gunakan untuk diri sendiri. Kita royal bagi diri kita, tetapi kikir terhadap orang lain. Ukuran yang mesti kita gunakan bukan apa yang menjadi hak kita, melainkan apa kewajiban kita dan apa yang menjadi hak orang lain?

Tuhan sangat baik kepada kita, mengapa kita tidak bersikap lebih baik kepada orang lain? Perbuatan baik orang lain terhadap kita bukanlah terutama hak kita, melainkan seruan untuk lebih baik lagi kepada semua orang.

Tuhan Yesus, kebaikan-Mu tidak terbatas dan pengampunan-Mu tidak putus-putus. Berilah aku sifat murah hati dan berbelas kasih seperti Engkau. Amin.



Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Bagikan

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy