APP KAJ 2010 Sub Tema IV: Membangun Hidup Baru (2 Kor 9: 6-12)

APP KAJ 2010
Sub Tema IV: Membangun Hidup Baru (2 Kor 9: 6-12)

Mewujudkan Komunitas yang Memberi

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (9:6-12)

6 Saudara-saudara, camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. 7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. 8 Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. 9 Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya." 10 Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; 11 kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami. 12 Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.


Konteks Bacaan

Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus (bab 8), Paulus berkisah tentang orang-orang Makedonia yang luar biasa dalam pelayanan kasih. Kendati mengalami cobaan berat dengan berbagai penderitaan, mereka murah hati dan memberi melampaui kemampuan mereka untuk orang-orang kudus yang mengalami penganiayaan dan penjarahan di Yerusalem (2 Kor 8: 1-5).

Dari kenyataan itu, Paulus menasehati jemaat Korintus supaya mereka yang kaya dalam banyak karunia rohani hendaknya juga kaya dalam pelayanan kasih. Paulus mengingatkan: “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” (2 Kor 8: 9).

Maka, Paulus meminta supaya rencana pengumpulan dana yang sudah dirintis sejak setahun lalu, hendaknya diwujudkan. Sebab, iman hendaknya membuat kaum beriman bertanggung jawab satu sama lain, sehingga ada keseimbangan. “Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.” (2 Kor 8: 14).

Untuk itulah Paulus kemudian mengutus Titus dengan disertai oleh dua saudara dari utusan jemaat untuk menyelesaikan pengumpulan dana dengan tujuan pelayanan kasih kepada sesama yang sedang membutuhkan pertolongan di Yerusalem. Paulus minta supaya umat Korintus menunjukkan bukti kasih mereka. Paulus menyatakan bahwa ia tahu kerelaan hati jemaat Korintus; dan karena itu ia sudah memegahkan mereka kepada orang-orang Makedonia yang telah terlebih dahulu mengulurkan tangan. Ia mengingatkan, jangan sampai kemegahan itu menjadi sia-sia, supaya ketika ia datang bersama orang-orang Makedonia kelak, semuanya sungguh-sungguh sudah siap.

Memberi dengan sukacita

Dengan latar belakang keadaan itu, kemudian Paulus menasehati jemaat Korintus supaya mereka memberi dengan kerelaan hatinya; jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Paulus kemudian meneguhkan bahwa orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Selain itu, pelayanan kasih itu juga bukan saja mencukupkan keperluan orang-orang kudus di Yerusalem, melainkan juga sebagai bentuk nyata ucapan syukur kepada Allah atas segala karunia yang sudah diterima (2 Kor 9: 12).

Perbuatan kasih yang mau berbagi kepada mereka yang membutuhkan pertolongan ini akan menyenangkan hati Allah. Maka Paulus menandaskan: “Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.” (2 Kor 9: 8).

Kisah Danau Galilea dan Laut Mati

“Perbuatan kasih membawa berkat” ini mengingatkan kita akan suatu kenyataan alam yang memberi pesan yang sama: Danau Galilea dan Laut Mati. Keduanya memiliki karakteristik yang sangat berbeda. Danau Galilea memperoleh air dari sungai Yordan dan mengalirkannya ke sungai-sungai kecil yang ada di sekitarnya. Hal ini membuat tanah di sepanjang aliran antara danau itu dengan sungai-sungai kecil menjadi subur. Air yang terus mengalir dan berganti membuat ikan-ikan hidup di sana dan dapat menjadi sumber mata pencaharian bagi nelayan-nelayan yang hidup dari danau itu. Sebaliknya, Laut Mati memperoleh air dari Sungai Yordan tetapi tidak mengalirkannya kembali ke mana pun juga. Semuanya ditampung untuk diri sendiri. Kita semua tahu, tidak ada kehidupan di Laut Mati. Karena kadar garam yang terlalu tinggi, tidak ada tumbuhan maupun ikan-ikan yang dapat hidup disana

Kenyataan alam ini semakin meneguhkan bahwa semua rahmat dan berkat yang kita peroleh pada hakekatnya adalah mengandung panggilan untuk menjadi saluran berkat bagi orang-orang yang membutuhkan pertolongan, yang ‘dihadirkan’ atau ‘dikirim’ Tuhan di sekitar kita. Ini sekaligus juga adalah ‘training ground’ untuk memurnikan iman kita, teristimewa ketaatan menjalankan tugas perutusan untuk menghadirkan kasih Kristus di tengah kehidupan.

Bagaimana Umat Basis Kita

Lantas, dalam kaitan dengan umat basis kita, sebagai himpunan murid-murid Kristus, sudah barang tentu tidak boleh berhenti pada kegiatan-kegiatan pendalaman iman dan persaudaraan. Bapak Uskup kita pernah berpesan: “Jangan sampai ada satu warga lingkungan yang sedang mengalami kesulitan hidup, kita sama sekali tidak tahu dan tidak mau tahu.” Komunitas yang berpusat pada Kristus seyogyanya memancarkan kasih Kristus itu sendiri kepada orang-orang sekitar yang membutuhkan pertolongan, apalagi kalau itu warga sendiri.

Hanya dengan begitulah umat basis ‘berdaya dan berkualitas’ bukan saja untuk membangun dirinya sendiri tetapi juga mampu menjadi saksi Kristus di tengah kehidupan nyata sesamanya. Uluran tangan dan pelayanan kasih kepada sesama yang berbeban adalah wujud nyata iman kita akan Kristus. Bukankah rasul Yakobus mengingatkan: “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” (Yak 2: 17)

Maka, dalam masa Prapaskah ini, baik jika lingkungan-lingkungan secara khusus mewujudkan suatu aksi nyata yang sungguh berguna bagi orang-orang miskin dan berbeban yang ada di sekitar kita. Aksi nyata itu hendaknya melibatkan sebanyak mungkin umat, bukan pertama-tama dalam hal dana, tetapi terutama juga hati, pikiran dan tenaga. Pada minggu keempat masa Prapaskah ini, selayaknya lingkungan sudah melakukan ‘action’ dan tidak hanya berkutat pada pendalaman iman ataupun diskusi semata.

Kita memang perlu terus merenungkan: mau jadi Danau Galilea yang mengalirkan berkat kepada dunia sekitar atau mau jadi Laut Mati yang tidak punya kehidupan? Nah, masihkah ‘duduk diam’?


oleh M. Muliady Wijaya, www.reginacaeli.org


Bagikan

Selasa, 16 Maret 2010 Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

Selasa, 16 Maret 2010
Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

"Jangan berbuat dosa lagi supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (Yeh 47:1-9.12; Yoh 5:1-16)

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang mahapengasih, semua orang yang merasa lemah dan menderita menemukan kekuatan dan hiburan pada-Mu. Sembuhkanlah kami dari segala penyakit dan jadilah pada kepercayaan kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yehezkiel (47:1-9.12)

"Saya melihat air mengalir dari dalam Bait Suci; ke mana saja air itu mengalir, semua yang ada di sana hidup."

Kata nabi: Seorang malaikat membawa aku ke pintu Bait Suci, dan sungguh, ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci, dan mengalir menuju ke timur: sebab Bait Suci juga menghadap ke timur. Air itu mengalir dari bawah bagian samping kanan dari Bait Suci, sebelah selatan mezbah. Lalu malaikat itu menuntun aku keluar melalui pintu gerbang utara, dan dibawanya aku berkeliling dari luar menuju gerbang yang menghadap ke timur. Sungguh, air itu membual dari sebelah selatan. Lalu malaikat itu pergi ke arah timur dan memegang tali pengukur di tangannya. Ia mengukur seribu hasta, dan menyuruh aku masuk ke dalam air itu; dalamnya sampai di pergelangan kaki. Ia mengukur seribu hasta lagi, dan menyuruh aku masuk sekali lagi ke dalam air itu; sekarang sudah sampai di lutut. Kemudian ia mengukur seribu hasta lagi, dan menyuruh aku ketiga kalinya masuk ke dalam air itu; sekarang sudah sampai di pinggang. Sekali lagi ia mengukur seribu hasta, dan sekarang air itu sudah menjadi sungai di mana aku tidak dapat berjalan lagi, sebab air itu sudah meninggi sehingga orang dapat berenang; suatu sungai yang tidak dapat diseberangi lagi. Lalu malaikat itu berkata kepadaku, "Sudahkah engkau lihat, hai anak manusia?" Kemudian ia membawa aku kembali menyusur tepi sungai itu. Dalam perjalanan pulang, sungguh, sepanjang tepi sungai itu ada amat banyak pohon, di sebelah sini dan di sebelah sana. Malaikat itu berkata kepadaku, "Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di laut Asin, maka air laut yang mengandung banyak garam itu menjadi tawar. Ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk yang berkeriapan di dalamnya akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar, dan ke mana saja sungai itu mengalir, semua yang ada di sana hidup. Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis. Tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 847
Ref. Tuhan penjaga, dan benteng perkasa, dalam lindungan-Nya aman sentosa.
Ayat. (Mzm 46:2-3.5-6.8-9)
1. Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut.
2. Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi.
3. Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Pergilah, pandanglah pekerjaan Tuhan, yang mengadakan pemusnahan di bumi.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (5:1-16)

"Orang itu disembuhkan seketika."

Pada hari raya orang Yahudi, Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem, dekat pintu Gerbang Domba, ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; serambinya ada lima, dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit. Orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu. Barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya. Ada di situ seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di sana, dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya, "Maukah engkau sembuh?" Jawab orang sakit itu kepada-Nya, "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu, apabila airnya mulai goncang; dan sementara aku sendiri menuju kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Kata Yesus kepadanya, "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu, lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu, "Hari ini hari sabat, dan tidak boleh engkau memikul tilammu." Akan tetapi ia menjawab mereka, "Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah." Mereka bertanya kepadanya, "Siapakah orang itu yang berkata kepadamu; Angkatlah tilammu dan berjalanlah?" Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian, ketika bertemu dengan dia dalam Bait Allah, Yesus lalu berkata kepadanya, "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." Orang itu keluar, lalu menceritakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.


Renungan

Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Menderita sakit lumpuh selama tiga puluh delapan tahun kiranya sungguh sangat menderita. Pada hari Sabat Yesus menyembuhkan orang tersebut dan menimbulkan kemarahan orang-orang Yahudi, karena Yesus maupun orang yang disembuhkan tersebut dinilai melanggar peraturan. Kasih memang mengatasi atau mendasari aneka macam peraturan, maka yang terutama dan utama adalah kasih bukan peraturan. Pelaksanaan peraturan yang begitu disiplin dan ketat memang sering melupakan atau mengesampingkan kasih. Hukum rimba pada umumnya menyingkirkan atau mengabaikan yang sakit dan lemah, dan hanya yang kuat memiliki kemungkinan untuk beruntung. Bertindak dalam dan oleh kasih sering harus berani melawan arus dengan resiko dibenci dan diancam oleh orang-orang tertentu yang bermental legalistis. Namun kasih sungguh dapat menyembuhkan, dan hal itulah yang dilakukan oleh Yesus ketika Ia menyembuhkan orang yang lumpuh, dan kepada orang yang telah disembuhkan Ia berpesan : "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk". Pesan Yesus ini mungkin juga terarah kepada kita semua, yang telah disembuhkan dari aneka macam bentuk penyakit, maka marilah jika kita telah sembuh dari penyakit kemudian hidup baik dan berbudi pekerti luhur, hidup yang dijiwai dan didasari oleh kasih. Percayalah bahwa jika hidup saling mengasihi, maka tidak akan terjadi sesuatu yang buruk dalam kehidupan bersama kita.

"Ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup" (Yeh 47:9). Air memang menjadi sumber kehidupan bagi seluruh ciptaan Tuhan: manusia, binatang dan tanaman atau tumbuh-tumbuhan. Dalam berbagai agama air juga menjadi symbol untuk penyucian atau pembersihan diri, sehingga orang yang telah disucikan, diberkati dengan air suci, menjadi bergairah dan gembira. Karena keserakahan dan kesombongan sementara orang, di beberapa tempat di dunia ini mengalami kesulitan air bersih. Apa yang dikatakan oleh Yehezkiel, sebagaimana saya kutipkan di atas, kiranya mengajak kita semua untuk menjaga dan merawat sumber-sumber air bersih, antara lain menjaga dan merawat aneka jenis tanaman, entah di pegunungan atau dataran rendah. Marilah kita tingkatkan dan perluas gerakan penghijauan lahan, tanah-tanah kering dan bukit-bukit gundul. Kami juga menyayangkan terjadinya komersialisasi air tanah atau sumber air bersih di beberapa tempat di Indonesia masa kini, sehingga terjadi kekeringan di beberapa tempat, yang semua menerima aliran air secara gratis atau cuma-cuma. Komersialisasi air dalam kemasan botol plastik yang marak saat ini hemat saya telah mencemari lingkungan, antara lain dengan memonopoli sumber air dengan uangnya sehingga menimbulkan debu beterbangan di sana-sini, dan sampah plastik (botol) yang merusak tanah. Dengan kata lain boleh dikatakan bahwa komersialisasi air rasanya membuat orang semakin menderita. Moga-moga air sebagai anugerah Tuhan tidak dikomersielkan dengan serakah tanpa perhitungan. Keserakahan mengkomsumsi air masa kini berarti berdosa terhadap anak-cucu atau generasi penerus.

"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi" (Mzm 46:2-3.5-6)

Jakarta, 16 Maret 2010


Ign Sumarya, SJ



Bagikan

Bacaan Harian 15 - 21 Maret 2010

Bacaan Harian 15 - 21 Maret 2010

Senin, 15 Maret 2010 : Hari Biasa Pekan IV Prapaskah (U)
Yes. 65:17-21; Mzm. 30:2,4,5-6,11-12a,13b; Yoh. 4:43-54.
Camkanlah, iman pegawai istana sebagai seorang bapak keluarga, telah membawa keselamatan bagi seluruh keluarganya. Maka, jika Anda adalah seorang bapak yang mau seluruh keluarga Anda selamat, mulailah dari diri Anda untuk sungguh-sungguh percaya pada Yesus. Kepercayaan Anda sebagai kepala keluarga akan mendatangkan rahmat bagi keluarga Anda.

Selasa, 16 Maret 2010 : Hari Biasa Pekan IV Prapaskah (U)
Yeh. 47:1-9,12; Mzm. 46:2-3,5-6,8-9; Yoh. 5:1-16.
Yesus bertanya kepada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun sakit, yang berbaring di tepi kolam Betsaida: ”Maukah engkau sembuh?” Seringkali kita begitu lama mengalami ’sakit’ karena kita tidak berkemauan untuk sembuh. Maukah Anda sungguh ’sembuh’? Ayo jangan terus berbaring. Angkat tilam dan berjalanlah!

Rabu, 17 Maret 2010 : Hari Biasa Pekan IV Prapaskah (U)
Yes. 49:8-15; Mzm. 145:8-9,13cd-14,17-18; Yoh. 5:17-30.
Seringkali orang begitu mudah berbuat jahat, tanpa rasa takut akan situasi penghakiman terakhir. Yang dicari sekedar hidup seturut bahagia dunia pada saat ini. Sementara itu, orang yang terus berbuat baik, seringkali juga bertanya-tanya tentang keadilan Tuhan. Yang pasti Yesus adalah Hakim yang adil. Ia berjanji: mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. Biarlah mata kita selalu terarah pada hidup yang kekal.

Kamis, 18 Maret 2010 : Hari Biasa Pekan IV Prapaskah (U)
Kel. 32:7-14; Mzm. 106:19-20,21-22,23; Yoh. 5:31-47.
Orang yang melihat pekerjaan-pekerjaan Yesus melihat pekerjaan Bapa karena Yesus dan Bapa adalah satu. Allah kita satu dengan tiga pribadi. Ia adalah Bapa, Sahabat, dan Pembela yang selalu menuntun kita.

Jumat, 19 Maret 2010 : HARI RAYA S. YUSUF, SUAMI SP. MARIA (P)
2Sam. 7:4-5a,12-14a,16; Mzm. 89:2-3,4-5,27,29; Rm. 4:13,16-18,22; Mat. 1:16,18-21,24a atau Luk. 2:41-51 .
Hari ini kita merayakan St. Yusuf, suami Santa Perawan Maria, bapak pemelihara Yesus. Yusuf adalah kepala keluarga yang telah menunaikan tanggung jawabnya. Dengan rendah hati, ia menerima Maria sebagai istrinya setelah melalui petunjuk Tuhan lewat mimpi. Ia juga membawa Maria dan bayi Yesus untuk mengungsi ke Mesir, demi menyelematkan mereka. Teladan St. Yusuf ini kiranya dapat menginspirasi seluruh bapak-bapak untuk dapat menjadi kepala keluarga yang mendatangkan keselamatan bagi seluruh keluarga.

Sabtu, 20 Maret 2010 : Hari Biasa Pekan IV Prapaskah (U)
Yer. 11:18-20; Mzm. 7:2-3,9bc-10,11-12; Yoh. 7:40-53.
Kendati orang banyak merasakan kuasa Sabda Yesus, mereka tetap tegar hati untuk dapat menerima-Nya. Bahkan mereka bersepakat untuk membunuh-Nya. Tetapi Yesus tak pernah surut untuk terus mewartakan Kerajaan Allah, meskipun akhirnya harus menanggung penderitaan dan wafat di kayu salib. Lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita sering berpikir untuk menyerah menjadi ’pewarta’-Nya karena kesulitan dan masalah yang kita hadapi?

Minggu, 21 Maret 2010 : HARI MINGGU PRAPASKAH V (U)
Yes. 43:16-21; Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6; Flp. 3:8-14; Yoh. 8:1-11.
Alangkah mudahnya kita menghakimi orang lain dan merasa diri benar. Padahal sering kita tak tahu apa yang sesungguhnya menyebabkan seseorang bertingkah laku tertentu. Mungkin jadi, dalam situasi seperti orang tersebut, kita bisa melakukan yang sama. Menghakimi orang lain tak menambah kebaikan sexdikit pun pada diri kita. Yesus mengingatkan: ”Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu itu kepada perempuan itu.”




Bagikan

Senin, 15 Maret 2010 Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

Senin, 15 Maret 2010
Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

"Pergilah, anakmu hidup!"

Doa Renungan

Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang hidup, perbaharuilah iman kami yang sering hampir mati, agar hari ini kami dapat melihat dengan jelas tanda-tanda keselamatan-Mu yang bekerja secara nyata dalam hidup kami. Dengan demikian kami juga sanggup mewujudkan kasih-Mu secara nyata dalam setiap tindakan dan perkataan kami. Sebab Engkaulah Tuhan pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yesaya (65:17-21)

"Tidak ada kedengaran lagi bunyi tangisan dan bunyi erang."

Beginilah firman Allah, "Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru! Hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi di dalam hati. Bergiranglah dan bersorak-sorai untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan. Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorai, dan penduduknya penuh kegirangan. Aku akan bersorak-sorai karena Yerusalem dan bergirang karena umat-Ku; di dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi tangisan, dan bunyi erang pun tidak. Di situ tidak akan ada lagi bayi yang hidup beberapa hari atau orang tua yang tidak mencapai umur suntuk. Sebab siapa yang mati pada umur seratus tahun masih akan dianggap muda, dan siapa yang tidak mencapai umur seratus tahun akan dianggap kena kutuk. Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya juga; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya juga."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas.
Ayat. (Mzm 30:2.4.5-6.11-12a.13b)
1. Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak membiarkan musuh-musuhku bersukacita atas diriku. Tuhan, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur.
2. Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihani oleh-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan menjelang pagi ada sorak-sorai.
3. Dengarlah, Tuhan, dan kasihanilah aku! Tuhan, jadilah penolongku! Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari. Tuhan, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian Allah akan menyertai kamu.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (4:43-54)

"Lihat anakmu hidup."

Sekali peristiwa, Yesus berangkat dari Samaria dan pergi ke Galilea. Sebab Ia sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Setelah Yesus tiba di Galilea, orang-orang Galilea pun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan Yesus di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiri pun turut ke pesta itu. Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, yang anaknya sedang sakit. Ketika pegawai itu mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya, lalu meminta supaya Yesus datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya, "Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya." Pegawai istana itu berkata kepada-Nya, "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati." Kata Yesus kepadanya, "Pergilah, anakmu hidup!" Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka, "Kemarin siang pukul satu demamnya hilang." Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya, "Anakmu hidup." Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya. Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

Saudara-saudari yang dicintai oleh Tuhan, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

- Sehat dan sakit erat kaitannya dengan beriman dan kurang/tidak beriman. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga cara hidup dan cara bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, mentaati dan melaksanakan aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusannya. Maka pegawai istana menghadap Yesus, Tuhan, mohon penyembuhan bagi anaknya yang sakit, hampir mati, dan Yesus pun menanggapi Pergilah, anakmu hidup. Pegawai istana pergi kepada Tuhan dan kemudian diminta pergi kepada anaknya, apa artinya semua ini? Hal itu berarti hidup doa/rohani tak terpisahkan dari hidup sehari-sehari yang mengerahkan tenaga dan waktu. Ora et labora, berdoa dan bekerja, bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan tetapi tak dapat dipisahkan. Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: apakah kita sedang sakit, dalam keadaan sakit (sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi, sakit tubuh?), jika memang sedang sakit marilah kita berobat atau bertobat. Dengan jujur kiranya kita semua harus mengakui dan menghayati diri sebagai yang sedang sakit, mungkin tidak 100 % sakit, maka marilah kita bersama-sama dan saling membantu untuk meningkatkan dan memperdalam integrasi hidup rohani/doa dan kerja atau kesibukan kita. Dengan kata lain dalam masa Prapaskah ini kami mengajak kita semua untuk semakin tekun dan rajin serta setia baik dalam berdoa maupun bekerja alias melaksanakan tugas pekerjaan sehari-hari.

- "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati (Yes65:17). Tuhan tidak akan mengingat-ingat lagi kesalahan dan dosa-dosa kita masa lalu, maka sebagai orang beriman kita dipanggil juga untuk tidak mengingat-ingat kesalahan, dosa dan kekurangan orang lain maupun diri kita sendiri, dengan kata lain di dalam hidup sehari-hari hendaknya kita senantiasa berpedoman pada positive thinking, berpikiran positif. Dengan dan dalam berpikiran positif kita berarti senantiasa melihat dan mengimani apa yang baik, indah, mulia dan luhur baik dalam diri kita masing-masing maupun sesama atau saudara-saudari kita. Dengan demikian kita akan hidup sehat, segar bugar, panjang usia, sebagaimana tertulis dalam kitab Yesaya Di situ tidak akan ada lagi bayi yang hanya hidup beberapa hari atau orang tua yang tidak mencapai umur suntuk, sebab siapa yang mati pada umur seratus tahun masih akan dianggap muda (Yes65:20). Memang hal ini tidak hanya karena usaha dan jerih payah kita saja, melainkan juga karena anugerah dan rahmat Tuhan. Sebagai usaha dan jerih payah kita antara lain dapat berupa usaha untuk hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan sesuai pedoman empat sehat lima sempurna, berolahraga dan beristirahat secara teratur. Maka kami berharap kepada para orangtua yang memiliki anak-anak balita atau remaja untuk memperhatikan hal tersebut, dan tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua sendiri. Biasakan makan dan minum sesuai pedoman kesehatan, berolahraga yang murah dan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, antara lain berjalan kaki cepat atau lari-lari.

"Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku. TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai" (Mzm 30:24-6)

Jakarta, 15 Maret 2010

Ignatius Sumarya, SJ

Minggu, 14 Maret 2010 Hari Minggu Prapaskah IV

Minggu, 14 Maret 2010
Hari Minggu Prapaskah IV

Allah mendamaikan kita dengan diri-Nya lewat Kristus.


Pengantar

Dalam masa persiapan Paska ini Injil menceriterakan perumpamaan anak yang hilang, tentang cinta dan belas kasih ilahi. Pesan Paulus agar kita berdamai dengan Tuhan tidak boleh kita lewati. Sebab Tuhan juga memperhatikan kita. Kita pun dikehendaki-Nya, untuk dibimbing lewat padang pasir dosa-dosa kita menuju tanah perjanjian dan Paska Putera-Nya.

Doa Renungan


Allah Bapa yang maharahim, Engkau takkan menolak siapa pun, yang datang menghadap mohon ampun. Kami mohon, semoga sabda-Mu memperbaharui perjanjian tempat kami menemukan hidup. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yosua (5:9a.10-12)

"Umat Allah memasuki tanah yang dijanjikan, dan merayakan Paskah."

Sekali peristiwa, setelah Yosua selesai menyunatkan seluruh bangsa, berfirmanlah Tuhan kepada Yosua, "Hari ini telah Kuhapuskan cela Mesir daripadamu." Sementara berkemah di Gilgal, orang Israel itu merayakan Paskah pada hari yang keempat belas bulan itu, pada waktu petang, di dataran Yerikho. Lalu pada hari sesudah Paskah mereka makan hasil negeri itu, yakni roti yang tidak beragi dan bertih gandung, pada hari itu juga. Pada keesokan harinya, setelah mereka makan hasil negeri itu, manna tidak turun lagi. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 857
Ref. Kecaplah betapa sedapnya Tuhan. Kecaplah betapa sedapnya Tuhan.
Ayat.
(Mzm 89:2-3.4-5.27.29; R:37)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
3. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

Bacaan Kedua

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (5:17-21)

"Allah mendamaikan kita dengan diri-Nya lewat Kristus."

17 Saudara-saudara, barangsiapa ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru. Yang lama telah berlalu, dan sungguh, yang baru sudah datang. 18 Semuanya ini dari Allah yang telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dengan perantaraan Kristus dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. 19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya lewat Kristus tanpa memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. 20 Jadi kami ini adalah utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: Berilah dirimu didamaikan dengan Allah. 21 Kristus yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Baiklah aku kembali kepada bapaku dan berkata, "Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan Bapa." (Luk 15:18)

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (15:1-13.11-32)

"Saudaramu ini telah mati, tetapi hidup kembali."

Pada waktu itu para pemungut cukai dan orang-orang berdosa datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan



TENTANG "SI ANAK HILANG": PAHALA DAN HUKUMAN?

Rekan-rekan yang baik!
Perumpamaan tentang si anak hilang dalam Luk 15:11-32 sudah sering didengar. Gagasan pokoknya ialah kebaikan Tuhan terhadap siapa saja, lebih-lebih terhadap pendosa yang mau mendekat kepada-Nya.

Perumpamaan ini diceritakan guna menanggapi gerundelan kaum Farisi dan Ahli Kitab yang melihat Yesus bergaul dengan para pemungut pajak dan pendosa lainnya seperti disebut dalam Luk 15:1-3 yang ikut dibacakan hari ini.

Ada seorang ayah yang mempunyai dua orang anak lelaki. Yang bungsu meminta bagian miliknya untuk mulai hidup di perantauan. Ia hanya berfoya-foya dan ketika ada kelaparan ia jatuh melarat dan terpaksa hidup tak pantas sebagai budak. Akhirnya ia memutuskan kembali. Ketika melihat anaknya dari kejauhan, sang ayah lari menjemputnya. Ia menyuruh orang-orang untuk memberinya jubah yang terbaik, cincin, dan sepatu - tanda ia diakui kembali sebagai anak, bukan diterima sebagai budak yang tak mengenakan hal-hal itu. Kedatangannya kembali juga dipestakan. Sementara itu anaknya yang sulung pulang dari ladang dan mendengar hal ihwal pesta itu. Ia tidak puas dan tak mau masuk ke rumah ikut pesta. Tetapi ayahnya keluar membujuknya. Anak sulung itu mengutarakan alasannya mengapa ia marah. Bertahun-tahun ia bekerja tanpa melanggar perintah tapi tak satu kali pun mendapat kesempatan bersuka ria dengan teman-temannya. Dan kini bagi anak pemboros dan tak berbakti itu ada pesta besar! Ayahnya membujuknya, anak sulung itu toh selalu ada bersamanya dan semua miliknya juga kepunyaannya.

Perumpamaan ini diceritakan bukan untuk membuat orang bertobat seperti si anak hilang, atau agar kita tidak bersikap iri seperti si anak sulung. Perumpamaan biasanya diceritakan untuk mengajak berpikir mengenai hal-hal yang lebih dalam, bukan mengenai hal-hal yang bisa dikenakan begitu saja ke dunia sekitar, bukan pula untuk dituduhkan diam-diam dalam hati sekalipun.

WAJAH BARU DARI KISAH LAMA

Kisah saudara tua yang dengki akan kemujuran adiknya bukan hal yang baru bagi pendengar Kitab Suci pada zaman itu. Ada kisah Kain dan Abel, kisah Esau anak sulung Israel dan Yakub adiknya, ada kisah Yusuf dan saudara-saudara tuanya. Saudara tua umumnya ditampilkan sebagai tokoh konyol sedangkan yang muda tokoh yang beruntung. Perumpamaan anak hilang ini memang memakai motif kisah yang sudah dikenal itu. Tetapi arah kisahnya berbeda dengan yang biasa dikenal. Walaupun akhirnya anak yang bungsu mujur, anak yang sulung tidak kehilangan haknya seperti halnya Kain, Esau atau saudara-saudara tua Yusuf. Kehadiran kembali yang bungsu tidak menggeser yang sulung. Mengapa begitu? Karena sang ayah tidak membeda-bedakan kedua anaknya itu kendati perasaan anaknya yang sulung lain. Juga si bungsu yang kembali itu sebenarnya merasa sudah tak pantas menjadi anak lagi dan malah minta diperlakukan sebagai budak saja. Tapi persepsi masing-masing mereka ini akan diluruskan. Marilah kita dekati

TEOLOGI "HUKUMAN DAN PAHALA"?

Bila orang melakukan kesalahan, maka layak ia terkena hukuman. Atas dasar prinsip itu, kebaikan mestinya mendatangkan pahala. Tanpa kita sadari gagasan ini sering mendasari cara memandang kejadian-kejadian dan melandasi penilaian terhadap orang lain. Perumpamaan ini disampaikan untuk menyorotinya.

Apa kesalahan atau dosa si anak bungsu di mata abangnya dan di mata si bungsu itu sendiri? Ia dianggap bersalah karena tidak berlaku sebagai anak yang baik yang tinggal di dusun untuk meneruskan pekerjaan ayahnya membantu mengerjakan ladang. Ia pergi menuruti keinginannya sendiri. Ia jadi anak yang tak berbakti, lain daripada anak yang sulung. Lalu apa yang terjadi terhadap anak yang tak berbakti? Terhukum? Anak bungsu tadi memang mengalami nasib malang. Ini akibat kesalahannya? Pendengar atau pembaca akan tergoda melihat kelakuannya berfoya-foya di luar negeri sebagai penyebab kemelaratannya. Juga kelakuan tak berbakti kepada ayahnya membuatnya terhukum. Tetapi sebenarnya kemalangan si anak bungsu ditampilkan bukan sebagai hukuman dari atas, bukan pula konsekuensi keteledoran sendiri, melainkan akibat keadaan yang tak bisa dikontrol, yakni bencana kelaparan (ayat 14). Pencerita ulung seperti Lukas sengaja menampilkan hal penting seolah-olah sebagai unsur tambahan. Pembaca dibiarkan terkecoh pikiran-pikirannya sendiri, tapi nanti akan dituntunnya kembali. Bagaimana dengan abangnya? Ia tipe anak yang baik, yang bekerja terus, setia tinggal di tempat. Orang seperti ini dalam gagasan orang banyak tentu mendapat pahala. Sekali lagi orang tergoda menganggap keberuntungannya sebagai pahala dan si anak sulung itu sendiri memang berpikir dalam ukuran-ukuran itu. Ia mengeluh bahwa tak pernah mendapat kesempatan bersenang-senang walaupun bertahun-tahun melayani dan tak pernah melanggar perintah (ayat 29). Dan ketika si bungsu yang kembali itu dipestakan dan diberi sepatu, cincin, dan jubah kebesaran segala, wah, ini pahala atas dasar perbuatan apa? Kan anak itu pemboros dan bejat moralnya. Mestinya ia kena hukuman! Perumpamaan ini mengusik benak orang yang berpikir dalam perspektif teologi "hukuman dan pahala" seperti itu.

SI BUNGSU DAN KEGEMBIRAAN SANG AYAH

Ketika memutuskan untuk pulang, anak bungsu yang terlunta-lunta itu sebenarnya sudah siap bila nanti diperlakukan sebagai budak. Ia memang sudah kehilangan hak sebagai anak (ayat 19). Namun apa yang terjadi? Ketika melihat dari jauh anaknya ini datang kembali, sang ayah lari tergopoh-gopoh menyongsongnya. Bahkan sebelum anak itu sempat mengucap minta ampun, sang ayah sudah memeluk dan menciumnya (ayat 20). Dua hal ini tidak biasa. Masakan seorang tua yang terhormat seperti ayah itu berlari-lari? Mestinya paling banter ia hanya akan mengirim orang suruhan untuk menjemput. Masakan ia juga tidak membiarkan dulu anak itu mengutarakan rasa sesalnya terlebih dahulu (ayat 21)? Pembaca atau pendengar perumpamaan ini akan terhenyak dan berpikir. Dan di sinilah terletak warta perumpamaan itu. Kita diajak menyadari bahwa Tuhan yang diperkenalkan Yesus itu bertindak seperti sang ayah yang pengampun dan pemurah itu. Teologi "pendosa mesti dihukum" dan "orang baik mesti diberi pahala" tidak mencukupi sama sekali untuk memperkenalkan Tuhan yang seperti itu. Walau besar daya tariknya, teologi seperti itu tidak klop. Hanya akan membuat orang merasa terus-terusan menyesal seperti si bungsu, atau kesal melulu seperti si sulung.

Perasaan tersinggung orang-orang Farisi dan Ahli Kitab (ayat 1-3) didasarkan pada etos teologi yang disorot tajam tadi. Yesus sang utusan Tuhan bergaul dengan orang-orang yang tersisih dan dicap pendosa karena ia mau menghadirkan Tuhan sebagai ayah yang baik, bukan Tuhan yang baru mau mengampuni setelah menghukum sampai orang kapok. Tapi gambaran ini membuat orang baik-baik tidak tenteram lagi. Mereka tersengat melihat Yesus guru terhormat itu bergaul dengan para pemungut pajak. Kaum baik-baik itu memang menjadi bahan pembicaraan orang. Lho nyatanya ada seorang guru terkenal yang tak menjauhi pendosa yang akrab dengan kami-kami ini, tidak seperti orang-orang yang mencibirkan kami itu.

SANG AYAH DAN ANAK SULUNGNYA

Anak sulung itu marah dan tidak bersedia masuk ke dalam rumah ikut berpesta. Lalu apa yang terjadi? Ayahnya keluar menemuinya dan membujuknya (ayat 28). Ia bersikap sama seperti terhadap anak yang kembali tadi. Ayah itu pergi menemui yang membutuhkannya dan tidak diam menunggu di dalam rumah. Namun demikian si anak sulung tetap kurang senang dan mengutarakan kekesalannya. Ia merujuk adiknya bukan dengan kata "adikku itu", melainkan dengan "anakmu itu" (ayat 30 "ho huios sou" - nadanya sinis, dan mungkin ketus, lebih daripada terjemahan idiomatik Indonesia "anak bapak"). Menarik, dalam perumpamaan ini si anak sulung ini hanya tampil di luar rumah. Tidak pernah ia disebut ada di dalam rumah. Anak bungsu yang kembali tadilah yang bergerak dari luar ke dalam. Dan ayah mereka keluar masuk rumah untuk membawa masuk mereka! Lalu siapa yang sebenarnya menjadi anak yang sungguh? Bukankah ia yang ada di dalam rumah? Tetapi ayahnya tidak menegur anak sulungnya. Ia membujuknya dengan sabar "Nak!" (ayat 31) dan kemudian meyakinkannya bahwa anak sulung itu selalu bersama dengannya dan seluruh hartanya itu juga miliknya. Dengan demikian keberatan anak sulung itu tak lagi beralasan. Tapi ada satu hal lagi yang ingin ditambahkan. Ayah itu barusan ketambahan harta baru yang khusus, yakni "adikmu" (ayat 32 "ho adelphos sou") yang tadi mati - putus haknya sebagai anak - kini hidup kembali dan mau menjadi anak lagi, yang hilang dahulu kini kembali. Dengan memakai kata "adikmu" itu sang ayah sebenarnya ingin mengajak anak sulung itu berbagi harta baru, yakni kegembiraan menemukan kekayaan baru ini! Sang ayah ini tokoh yang secara lahir batin merdeka sepenuhnya. Ia tidak marah, ia tidak tersinggung, ia tidak menuntut. Tetapi ia memberi, mengajak dan bisa berbagi kegembiraan.

Kisah anak sulung ini sebenarnya bukan untuk menunjukkan betapa sempitnya pandangan hidupnya. Maka tak perlu dipakai menuduh-nuduh diri kita sendiri atau orang di sekitar kita. Yesus juga tidak memakainya untuk membuat karikatur orang Farisi dan Ahli Kitab. Ia mau mengajak mereka bernalar. Gambaran itu dipakai untuk menonjolkan perhatian sang ayah. Mengenal tokoh ini membuat orang bisa makin memikirkan kebesaran hati Tuhan.

Riwayat anak bungsu dan anak sulung tadi juga membantu mengerti kebesaran Tuhan. Ia mencintai si bungsu yang "pendosa" dan mengasihi si sulung yang "orang yang kaku hati" itu. Dia tidak duduk mengadili atau menghukum. Ia itu Tuhan yang tergopoh-gopoh mendatangi orang yang remuk hatinya. Tidak tahan Ia mendengar orang seperti itu menuturkan penyesalannya. Dipahaminya juga kenapa orang marah melihat Ia memperlakukan pendosa seperti anak. Ia tidak balik mencela. Ia berusaha bernalar dengan orang yang kurang puas itu. Lihat, kita mestinya gembira, kan mendapat harta tambahan, dan tambahan ini pemberianku bagimu - pahala yang kauinginkan sejak lama itu.

Salam hangat,

A. Gianto



Bagikan




Sabtu, 13 Maret 2010 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Sabtu, 13 Maret 2010
Hari Biasa Pekan III Prapaskah

"Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini" (Luk 18:13)

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, di masa tobat yang penuh rahmat ini bantulah kami untuk menyadari kesalahan dan kekurangan kami sendiri. Kasihanilah kami yang berdosa ini, agar menjadi orang yang benar di hadapan-Mu dan di depan sesama kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan kami.Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Hosea (6:1-6)

"Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan."

1 Umat Allah berkata, "Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. 2 Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya. 3 Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." 4 Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar. 5 Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi, Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku keluar seperti terang.6 Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 812
Ref. Kasihanilah, ya Tuhan, Kau lah pengampun yang rahim, dan belas kasih-Mu tak terhingga.
Ayat. (Mzm 51:3-4.18-19.20-21ab)
1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
2. Sebab Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; dan kalau pun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahan kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
3. Lakukanlah kerelaan hati-Mu kepada Sion, bangunlah kembali tembok-tembok Yerusalem! Maka akan dipersembahkan kurban sejati yang berkenan kepada-Mu kurban bakar dan kurban-kurban yang utuh.

Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (18:9-14)

"Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya, sebagai orang yang dibenarkan Allah."

9 Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain: 10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. 11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. 14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Yesus bersikap tegas, tajam dan jelas berhadapan dengan orang Farisi yang merasa diri benar dan memandang rendah orang lain. Perumpamaan yang dibuat-Nya menunjukkan sikap itu. Orang yang merasa diri benar dan memandang rendah orang lain justru tidak akan pernah mendapat tempat di hati-Nya. Ia menerima orang yang sadar akan kelemahan dan dosanya serta mengandalkan kekuatan-Nya. Yang mengandalkan kekuatan-Nya dengan rendah hati justru dibela dan dibenarkan oleh Yesus.

Dalam hidup kita, kita sering bersikap seperti orang Farisi. Kita merasa diri paling suci dari orang lain. Sikap seperti itu, justru menghambat kita untuk menyadari diri sebagai orang yang terbatas di hadapan Tuhan, yang penuh noda dosa dan kesalahan. Bukankah selayaknya setiap hari kita berseru: "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini?"

Pandanglah Yesus dengan penuh cinta dan kerendahan hati serta rasakanlah belas kasih dan kekuatan-Nya yang selalu membela setiap orang yang merendahkan diri di hadapan-Nya. Dalam keheningan katakanlah dengan rendah hati pada Bapa: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini!

Ya Yesusku, ya Tuhanku dan Allahku, kasihanilah aku orang berdosa ini. Jadikanlah aku hamba-Mu yang rendah hati. Amin.

Renungan Harian Mutiara Iman 2010


Bagikan

Jumat, 12 Maret 2010 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Jumat, 12 Maret 2010
Hari Biasa Pekan III Prapaskah, Hari Pantang

Doa Renungan

Allah Bapa sumber segala rahmat, curahkanlah selalu rahmat-Mu yang mulia itu ke dalam hati kami, agar hari ini kami dapat mencintai dan berbakti kepada-Mu, serta kepada sesama kami dengan segala kemampuan yang ada dalam diri kami. Sehingga kami jadi semakin layak dan pantas disebut sebagai murid-murid-Mu dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Hosea (14:2-10)

"Kami tidak akan berkata lagi "Ya Allah kami" kepada buatan tangan kami."

2 Beginilah firman Allah, "Bertobatlah, hai Israel, kepada Tuhan, Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu. 3 Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada Tuhan! katakanlah kepada-Nya: "Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.4 Asyur tidak dapat menyelamatkan kami; kami tidak mau mengendarai kuda, dan kami tidak akan berkata lagi: Ya, Allah kami! kepada buatan tangan kami. Karena Engkau menyayangi anak yatim." 5 Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka. 6 Aku akan seperti embun bagi Israel, maka ia akan berbunga seperti bunga bakung dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon hawar. 7 Ranting-rantingnya akan merambak, semaraknya akan seperti pohon zaitun dan berbau harum seperti yang di Libanon. 8 Mereka akan kembali dan diam dalam naungan-Ku dan tumbuh seperti gandum; mereka akan berkembang seperti pohon anggur, yang termasyhur seperti anggur Libanon. 9 Efraim, apakah lagi sangkut paut-Ku dengan berhala-berhala? Akulah yang menjawab dan memperhatikan engkau! Aku ini seperti pohon sanobar yang menghijau, dari pada-Ku engkau mendapat buah. 10 Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan Tuhan adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Akulah Tuhan, Allahmu, dengarkanlah suara-Ku.
Ayat. (Mzm 81:6c.8a.8bc-9.10-11ab.14.17)
1. Aku mendengar bahasa yang tidak kukenal, "Akulah yang telah mengangkat beban dari bahumu, dan membebaskan tanganmu dari keranjang pikulan; dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau.
2. Aku menjawab engkau dengan bersembunyi di balik badai, Aku telah menguji engkau dekat Meriba. Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, kiranya engkau mau mendengarkan Aku!
3. Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah orang asing. Akulah Tuhan Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.
4. Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik, dan dengan madu dari gunung batu, Aku akan mengenyangkannya.

Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Bertobatlah, sabda Tuhan, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:28b-34)

"Tuhan Allahmu itu Tuhan Yang Esa, kasihilah Dia dengan segenap jiwamu."

28b Sekali peristiwa, datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus dan bertanya kepada-Nya, "Perintah manakah yang paling utama?"29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. 30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. 31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." 32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. 33 Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."34 Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

"Hukum manakah yang paling utama?"
(Hos 14:2-10; Mrk 12:28b-34)


Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Setiap peraturan, hukum atau undang-undang hemat saya dibuat dan diundangkan atau diberlakukan atas dasar dan demi cintakasih, sehingga hidup bersama senantiasa dijiwai oleh cintakasih. Dengan kata lain cintakasih merupakan hukum pertama dan utama. Dalam warta gembira hari ini kita diingatkan dan diajak untuk saling mengasihi "dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu". Saling mengasihi yang demikian ini hemat saya dapat terjadi secara konkret dalam pasangan suami-isteri atau laki-laki dan perempuan yang saling mengasihi, yang antara lain ditandai dengan `hubungan seksual' sebagai wujud saling mengasihi dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan atau tenaga. Kita semua diciptakan oleh Allah dalam dan oleh kasih serta dengan kerjasama dari orangtua kita masing-masing, yang saling mengasihi, maka kita semua adalah `buah kasih' atau `yang terkasih'. Jika kita menyadari dan menghayati diri sebagai `buah kasih' atau `yang terkasih', hemat saya panggilan untuk saling mengasihi dengan mudah kita lakukan, karena bertemu dengan orang lain berarti `yang terkasih' bertemu dengan `yang terkasih', dan dengan demikian pasti saling mengasihi. Kita diingatkan juga bahwa dalam mengasihi hendaknya dengan `segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan atau tenaga', yang berarti dengan sepenuh hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Jika tidak sepenuhnya berarti sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh, maka sulit untuk mengasihi. Marilah saling menjaga dan membantu dalam usaha menyehatkan hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita, agar kita dapat saling mengasihi dengan baik.

"Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan TUHAN adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ." (Hos 14:10). Orang bijak dan benar memang senantiasa menelusuri jalan-jalan Tuhan. Jalan-jalan Tuhan belum tentu mulus bagaikan jalan tol bebas hambatan, tetapi pada umumnya jalan-jalan Tuhan sarat dengan tantangan, godaan dan hambatan, maka siapapun yang menelusuri jalan-jalan Tuhan harus berjuang dan berkorban. Sebagai contoh jalan Tuhan adalah `jujur', dimana ada rumor `orang jujur untuk sementara hancur, tetapi seterusnya atau selamanya mujur'. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata benar apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Kita semua tahu melalui aneka macam media bahwa mereka yang tidak jujur dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan/pekerjaan sungguh tergelincir, ketika kejujuran dikorek dengan berbagai cara. Maka kami berharap hendaknya kejujuran sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dan kemudian diteruskan, diperkembangkan dan diperdalam di sekolah-sekolah, tentu saja dengan teladan orangtua maupun guru/pendidik. Di sekolah-sekolah di tingkat apapun kami harapkan kejujuran ini menjadi perhatian khusus, antara lain diberlakukan `dilarang menyontek baik dalam ulangan maupun ujian'. Biarlah anak-anak atau peserta didik berjuang dan berkorban dalam rangka mewujudkan cita-cita, impian atau harapannya.

"Aku telah mengangkat beban dari bahunya, tangannya telah bebas dari keranjang pikulan; dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau; Aku menjawab engkau dalam persembunyian guntur, Aku telah menguji engkau dekat air Meriba. Dengarlah hai umat-Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, jika engkau mau mendengarkan Aku! Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah kepada allah asing." (Mzm 81:7-10)

Jakarta, 12 Maret 2010

Ignatius Sumarya, SJ


Bagikan

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy