| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Kamis, 25 Maret 2010 Hari Raya Kabar Sukacita

Kamis, 25 Maret 2010
Hari Raya Kabar Sukacita

Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu

Yes 7: 10-14; 8:10; Ibr 10:4-10; Luk 1:26-38

Dalam berbagai kesempatan menilpon beberapa orang, ada satu dua orang yang dengan spontan menjawab tilpon saya sungguh mengesan dan menyentuh hati saja. Begitu mendengarkan suara panggilan saya via tilpon orang tersebut menanggapi: “Matur nuwun Romo, wonten dhawuh” (Terima kasih Romo, ada perintah). Orang tersebut begitu siap sedia untuk dimintai tolong apapun atau secara kasar diperintah apapun. Bukankah hal itu sungguh menggembirakan, dan jawaban macam itu senada dengan tanggapan atau jawaban Bunda Maria atas sapaan dan penjelasan malaikat dengan berkata: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.". Bunda Maria adalah teladan umat beriman, maka marilah sebagai umat beriman kita mawas diri dengn bantuan tanggapan Bunda Maria atas sapaan malaikat tersebut.

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Luk 1:38)

Tanggapan Maria atas sapaan Tuhan melalui malaikat-Nya ini kiranya merupakan bentuk penghayatan keutamaan ‘ketaatan’, dan memang hemat saya siapapun yang unggul dalam penghayatan ketaatan juga merupakan kabar sukacita, kabar baik atau kabar gembira. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri perihal penghayatan ketaatan, yang sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan, mengingat dan memperhatikan masih begitu marak aneka macam bentuk pelanggaran peraturan alias ketidak-taatan terhadap aneka aturan dan tatanan hidup bersama. Jika kita mencermati apa yang terjadi di jalanan nampak sekali bahwa masih cukup banyak para pengendara atau sopir maupun pejalan kaki yang tidak mentaati aneka aturan atau rambu-rambu lalu lintas. Apa yang terjadi di jalanan hemat saya merupakan cermin kwalitas masyarakat atau bangsa.

Di dalam etika dikenal adanya tiga tingkatan norma atau nilai, yaitu: norma sopan santun, norma hukum dan norma moral. Yang pertama-tama kita kenal dan hayati rasanya adalah norma sopan santun, yang kita terima melalui orangtua kita masing-masing. Norma sopan santun berlaku bagi wilayah atau kelompok tertentu dan tidak jelas seberapa jauh dan lebarnya wilayah alias tidak ada batas jelas. Sedangkan norma hukum dikenal kemudian ketika kita mulai hidup bersama dengan orang lain, di luar keluarga. Norma hukum berlaku untuk wilayah atau daerah tertentu dan terbatas untuk wilayah atau daerah tersebut. Norma moral, yaitu baik atau buruk, berlaku secara universal atau umum, dimana saja dan kapan saja. Mentaati atau melaksanakan norma-norma tersebut dengan baik sungguh merupakan kabar baik, kabar gembira bagi orang lain.

Ketaatan Maria kepada kehendak atau panggilan Tuhan bersifat moral atau spiritual, dan menurut kami merupakan keutamaan tertinggi, karena mengandaikan yang bersangkutan sungguh berbudi pekerti luhur atau cerdas secara spiritual. Pribadi yang bersangkutan telah sampai pada penghayatan ‘contemplativus in actione’, menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Tuhan. .Ia akrab dengan sabda-sabda Tuhan, bergaul mesra dengan Tuhan, yang mahasegalanya, sehingga mau tidak mau yang bersangkutan akan dikuasai atau dirajai alias senantiasa melaksanakan atau menghayati perintah-perintah Tuhan. Taat kepada kehendak atau perintah Tuhan berarti juga rendah hati serta senantiasa bersikap melayani yang lain, siapapun juga. Di mana ia berada atau kemana ia pergi senantiasa berusaha melayani dan membahagiakan atau menggembirakan yang lain, maka dirinya sendiri sungguh merupakan kabar baik atau kabar gembira. Kita semua dipanggil untuk meneladan Bunda Maria, maka marilah kita saling melayani dan membahagiakan, sehingga kebersamaan hidup kita otomatis merupakan kabar gembira.

"Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.” (Ibr 10:9-10)

Kutipan dari surat Ibrani di atas ini menunjuk pada ketaatan Yesus, sebagaimana dikatakan oleh Paulus kepada umat di Filipi :” Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Fil 2:5-7). Marilah kita meneladan Yesus, sebagaimana dikatakan dalam surat Ibrani di atas : ”Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendakMu”.

Marilah kemanapun pergi atau dimanapun berada kita senantiasa melakukan kehendak Tuhan, dan hal ini secara konkret berarti senantiasa mentaati dan melaksanakan aneka aturan atau tatanan yang berlaku dan terkait dengan hidup dan kesibukan kita masing-masing, sehingga kita bersih dan bebas serta tidak melakukan pelanggaran apapun. Hari Raya Kabar Sukacita ini kita rayakan di hari-hari terakhir dalam rangka mawas diri selama Masa Prapaskah, maka baiklah saya mengajak kita semua untuk mawas diri apakah setelah berpartisipasi dalam kegiatan Prapaskah, pantang dan puasa atau matiraga kita mampu semakin mengenali diri, sebagai yang terpanggil dan telah dibaptis. Sejauh mana kita merasa telah atau tergerak untuk mempersembahkan seluruh tubuh kita kepada Tuhan. Mentaati sepenuhnya aturan atau tatanan hidup memang juga berarti mempersembahkan tubuh kita, mengerahkan seluruh tenaga, waktu, perhatian dst.. pada pelaksanaan aturan atau tatatan hidup, sehingga kita akan menjadi pribadi yang terbiasa untuk taat dan melayani.

“Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes 7: 14). Hidup taat dan melayani akan melahirkan keutamaan-keutamaan yang menyelamatkan dan membahagiakan. Sebagaimana melalui lambung Yesus, yang tergantung di kayu, yang ditusuk tombak dan dari HatiNya keluar darah dan air segar, lambang sakramen-sakramen Gereja yang menyelamatkan, kami berharap melalui cara hidup dan cara bertindak kita juga ‘lahir’ atau keluar keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan. Kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan atau kerja bersama dapat menjadi teladan dalam hal ketaatan dan melayani, sehingga mereka yang terpengaruh juga tergerak untuk taat dan melayani. Semoga kebersamaan hidup dan kerja kita dimanapun dan kapanpun melahirkan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan, sehingga kita semua terus tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas spiritual, menjadi pewarta-pewarta kabar baik dimana saja dan kapan saja.

“Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemusnahan di bumi, yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereta-kereta perang dengan api! "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" (Mzm 46:9-11)


Ignatius Sumarya, SJ





Bagikan

Kamis, 25 Maret 2010 HARI RAYA KABAR SUKACITA

Kamis, 25 Maret 2010
Hari Raya Kabar Sukacita

"Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau ... --- Yer 33:3

Doa Renungan

Allah Bapa yang kekal dan kuasa, hari ini Engkau memberi kabar gembira kepada kami umat manusia melalui Bunda Maria, wanita yang terpuji dari antara wanita. Bantulah kami hari ini mengimani Yesus Kristus yang sungguh Allah sungguh manusia, sehingga hidup kami pun ditandai oleh sukacita ilahi untuk selama-lamanya. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yesaya (7:10-14; 8:10)

"Seorang perempuan muda akan mengandung."

Tuhan berfirman kepada Raja Ahas, "Mintalah suatu pertanda dari Tuhan, Allahmu, entah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah, entah sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas." Tetapi Ahas menjawab, "Aku tidak mau minta! Aku tidak mau mencobai Tuhan!" Lalu berkatalah Nabi Yesaya, "Baiklah! Dengarkanlah, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga? Sebab itu, Tuhan sendirilah yang akan memberikan suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamai Dia Imanuel, artinya: Allah menyertai kita."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 850
Ref. Ya Tuhan, aku datang melakukan kehendak-Mu.
Ayat. (Mzm 40:7-8a.8b-9.10-17)
1. Kurban dan persembahan tidak Kauinginkan, tetapi Engkau telah membuka telingaku; kurban bakar dan kurban silih tidak Engkau tuntut, lalu aku berkata, "Lihatlah, Tuhan, aku datang!"
2. Dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku: "Aku senang melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada di dalam dadaku."
3. Aku mengabarkan keadilan di tengah jemaat yang besar, bibirku tidak kutahan terkatup; Engkau tahu itu, ya Tuhan.
4. Keadilan-Mu tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan dan keselamatan-Mu kubicarakan, kasih dan kebenaran-Mu tidak kudiamkan, tapi kuwartakan kepada jemaat yang besar.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (10:4-10)

"Lihatlah Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu."

Saudara-saudara, tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa. Karena itu ketika Kristus masuk ke dunia, Ia berkata, "Kurban dan persembahan tidak Engkau kehendaki. Sebagai gantinya Engkau telah menyediakan tubuh bagiku. Kepada kurban bakaran dan kurban penghapus dosa Engkau juga tidak berkenan. Maka Aku berkata: Lihatlah, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allahku." Jadi mula-mula Ia berkata, "Engkau tidak menghendaki kurban dan persembahan; Engkau tidak berkenan akan kurban bakaran dan kurban penghapus dosa -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat. -- Dan kemudian Ia berkata, "Lihat, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Jadi yang pertama telah Ia hapuskan untuk menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil
Firman telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya. (Yoh 1:14ab)

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (1:26-38)

"Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki."

Dalam bulan yang keenam Allah mengutus Malaikat Gabriel ke sebuah kota di Galilea, bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika masuk ke rumah Maria, malaikat itu berkata, "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya, "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku tidak bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya, "Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya, dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Maka kata Maria, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Luk 1:16-38: Kebebasan dalam Iman

Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Maria Menerima Kabar dari Malaikat Tuhan. Peristiwa ini dirayakan oleh Gereja secara khusus karena peristiwa itu adalah “awal” dari peristiwa inkarnasi yang berarti karya keselamatan Allah bagi manusia. Dikatakan “awal” karena peristiwa Sabda menjadi manusia berawal saat Maria menyatakan kesediaan dan persetujuannya. Dan semenjak itu pula Maria disebut Bunda Allah. Namun dibalik peristiwa yang sangat populer itu sebenarnya terdapat pergumulan yang hebat di hati Maria.

Kabar malaikat “sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” yang bagi pembaca Injil dan Gereja saat ini sering disebut kabar sukacita itu, bagi Maria pribadi bukan sekedar kabar sukacita melainkan juga kabar yang menuntut pilihan, sekaligus mengandung resiko.

Maria menerima kabar malaikat itu dalam kebebasan dan iman. Allah tidak memaksa Maria untuk menerima Sabda Allah dalam rahimnya. Allah meminta kesediaan Maria untuk menerima Sang Sabda itu dalam rahimnya dan melahirkannya. Maria sadar bahwa kesediaannya menerima Sang Sabda mengandung resiko. Awalnya ia merasa ragu-ragu dan berkata kepada malaikat Tuhan itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Namun saat ia merasa yakin dan siap menganggung resiko dari kesediaannya, Maria menyatakan imannya: “Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataanMu.” Maria percaya Allah Yang Mahatahu telah memilih dia karena Allah menganggap Maria layak untuk menerima kabar gembira itu.


Allah menganugerahi kita kebebasan. Kebebasan itu adalah salah satu wujud keserupaan manusia dengan Allah. Dengan kebebasan itu kita dapat memilih melakukan kebenaran ataukah kejahatan. Allah tak pernah memaksa kita. Ia sangat menghargai kebebasan kita untuk menentukan pilihan hidup. Selama ini, Bagaimanakah aku menggunakan kebebasanku? Apakah kebebasan itu aku pergunakan untuk mengembangkan hidupku, ataukah sebaliknya menghancurkan hidupku?


Maria adalah teladan pribadi yang menggunakan kebebasannya dengan baik. Ia juga seorang yang beriman. Ia percaya bahwa yang dialaminya adalah rencana atau kehendak Allah. Oleh karena semuannya itu adalah kehendak Allah, maka Ia percaya bahwa Allah tidak akan meninggalkan dia di saat-saat hamil yang penuh resiko ini. Apakah aku mengimani rencana Allah atas hidupku? Beranikah aku menanggung resiko yang buruk demi melaksanakan Sabda Allah?


Selamat Hari Raya Kabar Sukacita!



Romo. Bastian Wawan, CM.
http://diamsejenak.wordpress.com/2008/03/31/renungan-senin-31-maret-2008/

Bagikan

Rabu, 24 Maret 2010 Hari Biasa Pekan V Prapaskah

Rabu, 24 Maret 2010
Hari Biasa Pekan V Prapaskah

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga." --- Mat 5:3

Doa Renungan

Tuhan Allah kami, ajarilah kami hari ini melakukan apa yang benar di hadapan-Mu. Bukalah hati dan pikiran kami agar mampu melakukan segala pekerjaan dan melaksanakan apa yang diajarkan oleh Putera-Mu. Sehingga kelak kami menjadi anak-anak yang merdeka dalam iman dan memperoleh kehidupan yang abadi bersama-Mu dalam Kerajaan Surga. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Nubuat Kitab Daniel (3:14-20.24-25.28)

"Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya."

Sekali peristiwa berkatalah Nebukadnezar, raja Babel, kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego, "Apakah benar, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Sekarang, jika kamu bersedia, demi mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah kamu menyembah patung yang kubuat ini! Tetapi jika kamu tidak menyembah, seketika itu juga kamu akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?" Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab, "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada Tuanku dalam hal ini. Jika Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami, Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya Raja. Tetapi seandainya tidak, hendaklah Tuanku mengetahui, bahwa kami tidak akan memuja dewa Tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang Tuanku dirikan itu." Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar. Air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa. Kepada beberapa orang yang sangat kuat di antara tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego, dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu. Tetapi terkejutlah Raja Nebukadnezar, lalu bangun dengan segera. Berkatalah ia kepada para menterinya, "Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?" Jawab mereka kepada raja, "Benar, ya Raja!" Kata raja, "Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu. Mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!" Maka berkatalah Nebukadnezar, "Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh, dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya tetapi melanggar titah raja, yang menyerahkan tubuh mereka karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah mana pun kecuali Allah mereka."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ayat. (Dan 3:52.53.54.55.56)
P. Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah leluhur kami.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus.
U Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau dalam bait-Mu yang mulia dan kudus.
U Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
I. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau di bentangan langit.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik dan menghasilkan buah dalam ketekunan.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (8:31-42)

"Apabila Anak memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, maka kamu benar-benar murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Jawab mereka, "Kami adalah keturunan Abraham, dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Kata Yesus kepada mereka, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa, dan hamba tidak tetap tinggal di rumah; yang tetap tinggal dalam rumah adalah anak. Tetapi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka. Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku, karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, seperti halnya kamu melakukan apa yang kamu dengar dari Bapamu." Jawab mereka kepada-Nya, "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka, "Sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku: Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah! Pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka, "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah." Kata Yesus kepada mereka, "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Kalau kita menyukai seseorang, kita akan cenderung membelanya kendati duduk persoalan dan perkara belum jelas. Bila kita kurang menyukai seseorang, kita amat sulit melihat kebaikan atau niat baiknya; kita tergoda untuk bersikap tertutup terhadap seluruh keterangan yang membela atau mengingatkan kebaikannya.

Adakalanya kita membutakan diri sendiri karena tidak mau melihat hal yang sebenarnya. Kadang-kadang kita terlalu takut untuk berubah demi kebaikan dan kita merasa tidak siap untuk melepaskan sesuatu yang kurang baik dan sudah sempat mengikat kita.

Kita harus belajar melihat dengan jernih walaupun kurang kita suka dan berdasarkan pandangan yang jernih kita dapat menolong orang lain untuk melihat dengan jernih juga. Beranilah mengatakan kebenaran tanpa bimbang dan jangan takut dengan imbas yang akan kita tuai akibat kita mengungkap hal yang nyata terjadi.

Tuhan Yesus, sembuhkanlah aku agar aku berani melihat apa yang semestinya aku lihat. Anugerahkalah kepadaku cara memandang yang tidak menghakimi. Amin.


Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian


Bagikan

Selasa, 23 Maret 2010 Hari Biasa Pekan V Prapaskah


Selasa, 23 Maret 2010
Hari Biasa Pekan V Prapaskah

Janganlah perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik..., supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia" --- Ef 4:29

Doa Renungan

Ya Allah, segala pujian dan hormat kami sampaikan pada-Mu pada awal hari yang baru ini. Ajarilah kami untuk semakin percaya bahwa Yesus adalah putera-Mu yang Kauutus sebagai penyelamat kami, agar daripada-Nya kami beroleh kehidupan yang kekal. Bantulah kami agar bertindak sesuai dengan apa yang Kaumau. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Bilangan (21:4-9)

"Setiap orang yang terpagut ular, jika ia memandang ular tembaga itu, ia akan tetap hidup."

Ketika umat Israel berangkat dari Gunung Hor, mereka berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom. Bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa, "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air! Kami telah muak akan makanan hambar ini!" Lalu Tuhan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel itu mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata, "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan Tuhan dan engkau; berdoalah kepada Tuhan supaya dijauhkan ular-ular ini dari kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa, "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang. Maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu.
Ayat (Mzm 102:2-3.16-18.19-21)
1. Tuhan, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu. Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku!
2. Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semoga raja bumi menyegani kemuliaan-Mu, bila Engkau sudah membangun Sion, dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Mu; bila Engkau mendengarkan doa orang-orang papa, dan tidak memandang hina doa mereka.
3. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab Ia telah memandang dari tempat-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari surga ke bumi.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Benih itu adalah Sabda Tuhan, penaburnya adalah Kristus. Setiap orang yang menemukan Dia, akan hidup selama-lamanya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (8:21-30)

"Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu bahwa Akulah Dia."

Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada orang banyak, "Aku akan pergi, dan kamu akan mencari Aku; tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang Yahudi itu, "Apakah Ia mau bunuh diri, dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?" Lalu Yesus berkata kepada mereka, "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Maka kata mereka kepada-Nya, "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka, "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu. Akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar daripada-Nya itulah yang Kukatakan kepada dunia." Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus, "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia yang telah mengutus Aku, menyertai Aku! Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Bagi siapapun yang percaya kepada Yesus, ketika semakin mengenal-Nya maka juga semakin percaya kepada-Nya, sebaliknya bagi yang tidak percaya pasti akan semakin tidak mengerti dan tidak percaya kepada-Nya. Kita kiranya termasuk dalam jajaran orang yang percaya kepada Yesus, maka kami harapkan setelah sekian lama kita mawas diri , sejak hari Rabu Abu, berarti kita semakin percaya kepada-Nya, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin beriman. Tentu saja secara konkret juga semakin giat, rajin, tekun, cekatan dan cermat dalam melaksanakan aneka macam tugas dan pekerjaan, sehingga mereka yang menyaksikan cara hidup dan cara bertindak kita juga semakin tergerak untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin beriman. Hendaknya kita juga semakin menyadari dan menghayati bahwa diri kita `berasal dari atas', gambar dan citra Allah di dunia ini. Kita juga meneladan Yesus, yang mendengarkan perintah, ajaran, petunjuk `dari atas' dan kemudian meneruskannya ke dunia, kepada sesama manusia. Kita semakin hidup dan bertindak sesuai dengan karisma atau spiritualitas, yang telah kita pelajari dan coba hayati, dan kemudian menyebarluaskan spiritualitas tersebut kepada sesama, entah melalui cara bertindak maupun kata-kata atau wacana. Melalui dan dengan cara hidup dan cara bertindak kita kami berharap semakin membuat banyak orang percaya kepada Tuhan, semakin beriman.

"Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." (Bil 21:7-8). Kutipan ini kiranya mengarah pada Yang Tersalib, Yesus yang mempersembahkan diri dan wafat di kayu salib demi keselamatan atau kebahagiaan dunia. Marilah kita meneladan Musa, yang berdoa untuk seluruh bangsa, yang sedang dalam perjalanan menuju tanah terjanji. Kita semua juga masih berada di perjalananan dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan aneka tugas pengutusan dan pekerjaan, dan di perjalanan kiranya kita harus menghadapi aneka godaan dan rayuan setan dalam berbagai bentuk. Marilah kita saling mendoakan dan mengarahkan diri kepada Yang Tersalib: pandang dan nikmati Dia yang tergantung di kayu salib. Mohonlah kekuatan dari Yang Tersalib dalam rangka mengatasi dan menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, godaan dan rayuan untuk berbuat jahat, dst.. Kami juga mengingatkan kita semua akan pentingnya hidup doa sebagai orang beriman atau beragama; hendaknya jangan melupakan berdoa setiap hari dalam dan melalui berbagai kesempatan. Secara khusus kepada mereka yang akan mengadakan perjalanan, kami harapkan sebelum melangkah atau berjalan berdoa lebih dahulu, mohon perlindungan dan pendampingan Tuhan agar selamat sampai tujuan. Entah pengemudi maupun penumpang kami harapkan berdoa, entah sendiri maupun bersama, sebelum mengadakan perjalanan.


Jakarta, 23 Maret 2010


Ignatius Sumarya, SJ



Bagikan

Senin, 22 Maret 2010 Hari Biasa Pekan V Prapaskah

Senin, 22 Maret 2010
Hari Biasa Pekan V Prapaskah

Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau --- Yes 43:1.4

Doa Renungan

Allah Bapa di surga, kami bersyukur atas kepercayaan-Mu memberi hidup kepada kami pada hari ini. Lindungi dan berkati apa yang kami lakukan pada hari ini, tuntunlah hati dan pikiran kami dengan Roh Kudus serta Roh Kebijaksanaan-Mu. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Nubuat Daniel (Singkat: 13:41c-62)

"Sungguh, aku rela mati, meskipun aku tidak melakukan suatu pun dari yang mereka tuduhkan."

Pada waktu itu Suzana dijatuhi hukuman mati atas tuduhan berbuat serong. Maka berserulah Suzana dengan suara nyaring, "Allah yang kekal, yang mengetahui apa yang tersembunyi, dan mengenal sesuatu sebelum terjadi, Engkau pun tahu, bahwa mereka itu memberikan kesaksian palsu terhadap aku. Sungguh, aku mati, meskipun aku tidak melakukan sesuatu pun dari yang mereka dustakan tentang aku." Maka Tuhan mendengarkan suaranya. Ketika Suzana dibawa ke luar untuk dihabisi nyawanya; Allah membangkitkan roh suci dalam diri seorang anak muda, Daniel namanya. Anak muda itu berseru dengan suara nyaring, "Aku tidak bersalah terhadap darah perempuan itu!" Maka segenap rakyat berpaling kepada Daniel, katanya, "Apa maksudnya kata-katamu itu?" Daniel pun lalu berdiri di tengah-tengah mereka. Katanya, "Demikian bodohkah kamu, hai orang Israel? Adakah kamu menghukum seorang puteri Israel tanpa pemeriksaan dan tanpa bukti? Kembalilah ke tempat pengadilan, sebab kedua orang itu memberikan kesaksian palsu terhadap perempuan ini!" Maka bergegaslah rakyat kembali ke tempat pengadilan. Orang tua-tua berkata kepada Daniel, "Kemarilah, duduklah di tengah-tengah kami dan beritahukanlah kami sebab Allah telah menganugerahkan kepadamu martabat orang tua-tua." Lalu kata Daniel kepada orang yang ada di situ, "Pisahkanlah kedua orang tua-tua tadi jauh-jauh, maka mereka akan diperiksa." Setelah mereka dipisahkan satu sama lain, Daniel memanggil seorang di antara mereka dan berkata kepadanya, "Hai engkau yang sudah beruban dalam kejahatan, sekarang engkau ditimpa dosa-dosa yang dahulu telah kauperbuat dengan menjatuhkan keputusan-keputusan yang tidak adil, dengan menghukum orang yang tidak bersalah dan melepaskan orang yang bersalah, meskipun Tuhan telah berfirman: Orang yang tak bersalah dan orang benar janganlah kaubunuh. Oleh sebab itu, jikalau engkau sungguh-sungguh melihat dia, katakanlah: Di bawah pohon apakah telah kaulihat mereka bercampur?" Sahut orang tua-tua itu, "Di bawah pohon mesui!" Kembali Daniel berkata, "Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri! Sebab malaikat Allah telah menerima firman dari Allah untuk membela engkau!" Setelah orang itu disuruh pergi, Daniel pun lalu menyuruh bawa yang lain kepadanya. Kemudian berkatalah Daniel kepada orang itu, "Hai keturunan Kanaan dan bukan keturunan Yehuda, kecantikan telah menyesatkan engkau dan nafsu birahi telah membengkokkan hatimu. Kamu sudah biasa berbuat begitu dengan puteri-puteri Israel, dan mereka pun terpaksa menurut kehendakmu karena takut. Tetapi puteri Yehuda ini tidak mau mendukung kefasikanmu! Oleh sebab itu katakanlah kepadaku: Di bawah pohon apakah telah kaudapati mereka bercampur?" Sahut orang tua-tua itu, "Di bawah pohon berangan!" Kembali Daniel berkata, "Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri. Sebab malaikat Allah sudah menunggu-nunggu dengan pedang terhunus untuk membahan engkau, supaya engkau binasa!" Maka berserulah seluruh himpunan itu dengan suara nyaring. Mereka memuji Allah yang menyelamatkan siapa saja yang berharap kepada-Nya. Serentak mereka bangkit melawan kedua orang tua-tua itu, sebab Daniel telah membuktikan dengan mulut mereka sendiri bahwa mereka telah memberikan kesaksian palsu. Lalu mereka diperlakukan sebagaimana mereka sendiri mau mencelakakan sesamanya. Sesuai dengan Taurat Musa kedua orang itu dibunuh. Demikian pada hari itu diselamatkan darah yang tak bersalah.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 849
Ref. Tuhanlah gembalaku, tak'kan kekurangan aku
Ayat. (Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6)
1. Tuhanlah gembalaku, aku takkan berkekurangan. Ia membaringkan daku di padang rumput yang hijau. Ia membimbing aku ke air yang tenang, dan menyegarkan daku.
2. Ia menuntun aku di jalan yang lurus, demi nama-Nya yang kudus. Sekalipun berjalan dalam lembah yang kelam, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku. Tongkat gembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Engkau menyediakan hidangan bagiku di hadapan segala lawanku. Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak, pialaku penuh berlimpah.
4. Kerelaan dan kemurahan-Mu mengiringi aku seumur hidupku. Aku akan diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa.

Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan kepada pertobatannyalah Aku berkenan, supaya ia hidup.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (8:1-11)

"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini."

Sekali peristiwa Yesus pergi ke bukit Zaitun. Dan pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Yesus duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada Yesus seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah, lalu berkata kepada Yesus, "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari dengan batu perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapatmu tentang hal ini?" Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Yesus, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis di tanah dengan jari-Nya. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Yesus membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu, yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya, "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya, "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus, "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus

Renungan

"Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku kamu mengenal juga Bapa-Ku."

Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Ketegangan antara Yesus dan orang-orang Farisi yang tidak percaya kepadanya semakin panas, dan mereka ingin menangkap-Nya tetapi tak mungkin "karena saat-Nya belum tiba". Mereka tidak percaya dan mengenal Yesus sebagai Mesias, maka semakin Yesus menyatakan jati Diri-Nya mereka semakin tidak tahu. Maka baiklah kita mawas diri "apakah kita mengenal Yesus dan Bapa di sorga". Mengenal Yesus berarti bergaul akrab dengan-Nya, dan karena Dia Allah maka bagaimanapun juga kita akan dikuasai-Nya, serta mau tidak mau harus mentaati sabda-sabda-Nya dan meneladan cara hidup dan cara bertindak-Nya. Dengan mengenal-Nya kita hidup dan berjalan di dalam terang, sehingga melalui cara hidup dan cara bertindak kita dapat menerangi mereka yang barada di dalam kegelapan. Kita adalah saksi-saksi Yesus, Sang Terang Dunia sejati. Menjadi saksi terang berarti senantiasa mewartakan kebenaran-kebenaran, maka untuk itu mau tidak mau pasti akan menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah dari mereka yang kurang atau tidak beriman. Kita diharapkan menyikapi segala sesuatu tidak menurut ukuran manusia, melainkan menurut ukuran Tuhan, tidak hanya berhenti pada ukuran manusia, melainkan sampai ke yang ilahi/spiritual. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua: marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan spiritualitas atau charisma pendiri oorganisasi atau paguyuban kita, entah sebagai imam, bruder, suster atau awam. Secara umum, sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus diharapkan semakin kristiani, sehingga dengan dan dalam semangat iman kristiani kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

"Maka berseru-serulah seluruh himpunan itu dengan suara nyaring. Mereka memuji Allah yang menyelamatkan siapa saja yang berharap kepada-Nya. Serentak mereka bangkit melawan kedua orang tua-tua itu, sebab Daniel telah membuktikan dengan mulut mereka sendiri bahwa mereka telah memberikan kesaksian palsu. Lalu mereka diperlakukan sebagaimana mereka sendiri mau mencelakakan sesamanya" (Dan 13:60-61). Dengan cerdas dan berani Daniel berhasil membongkar kedok dan kebohongan `kedua orang tua-tua', yang tidak lain adalah tokoh-tokoh hidup bermasyarakat pada zamannya. Daniel berhasil mendobrak kesaksian palsu. Pada masa kini kiranya kita butuh `Danel-Daniel', orang-orang cerdas dan berani membongkar aneka kepalsuan dan kebohongan yang masih marak di dalam kehidupan bersama. Memang keberanian dan kecerdasan macam itu pada umumnya ada dalam diri para mahasiswa-mahasiswi yang baik, cerdas, jujur dan berani, maka kami berharap rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi atau generasi muda hendaknya tetap cerdas, berani dan rendah hati menyuarakan kebenaran-kebenaran dalam rangka mendobrak kebohongan dan kepalsuan. Secara khusus kami juga berharap semoga di dalam berbagai proses pengadilan yang terjadi sungguh diperjuangkan kebenaran-kebenaran; semoga kebenaran memang atas uang dan kedudukan. Entah para hakim, jaksa maupun pembela kami dambakan sungguh menjadi pejuang dan pembela kebenaran-kebenaran; demikian juga rekan-rekan yang berada di jajaran Polri. Semoga mereka yang kaya akan uang atau harta benda juga tidak mudah memberi uang pelicin atau sogokan demi keuntungan diri sendiri.

Jakarta, 22 Maret 2010

Ignatius Sumarya, SJ


Bagikan

Bacaan Harian 22 - 28 Maret 2010

Bacaan Harian 22 - 28 Maret 2010

Senin, 22 Maret 2010: Hari Biasa Pekan V Prapaskah (U).
Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-62 (Dan 13:41c-62); Mzm 23:1-6; Yoh 8:12-20.
Yesus adalah terang dunia. Kalau kita hidup di dalam Dia, kita tidak akan berjalan di dalam kegelapan, karena kita mempunyai terang hidup. Rindu mengalami hidup yang terang? Hiduplah sungguh-sungguh dalam Dia dan andalkanlah Dia. Pantas kita renungkan: sudahkah Yesus sungguh bertakhta dan memerintah dalam hidupku?

Selasa, 23 Maret 2010: Hari Biasa Pekan V Prapaskah (U).
Bil 21:4-9; Mzm 102:2-3.16-21; Yoh 8:21-30.
Yesus datang membawa keselamatan yang berasal dari Bapa. Ia ingin manusia percaya kepada-Nya dan kepada Dia yang telah mengutus-Nya. Ia juga ingin agar manusia bangkit dari dosa dan berjalan bersama-Nya, dalam untung dan malang, hidup dalam Kerajaan Allah. Dalam keadaan apa pun, marilah kita menaruh percaya pada campur tangan-Nya yang ajaib dalam hidup kita. Ia pasti menepati janji-Nya.

Rabu, 24 Maret 2010: Hari Biasa Pekan V Prapaskah (U).
Dan 3:14-20.24-25.28; MT Dan 3:52-56; Yoh 8:31-42.
Firman yang telah ditaburkan kepada kita begitu sulit berakar, bertumbuh, dan berbuah. Hari ini Yesus mengingatkan kita, bahwa kita benar-benar adalah murid-Nya kalau kita hidup dalam firman-Nya. Dengan cara seperti itulah kita akan mengetahui kebenaran yang akan memerdekakan kita. Kalau kita tidak mau terus-menerus menjadi budak dosa, agaknya tak ada jalan lain: mulailah menjadi pelaku firman-Nya.

Kamis, 25 Maret 2010: Hari Raya Kabar Sukacita (P).
Yes 7:10-14 – 8:10; Mzm 40:7-11; Ibr 10:4-10; Luk 1:26-38.
Hari Raya Kabar Sukacita, yang jatuh tepat 9 bulan sebelum hari Natal, mengajak kita merenung tentang ketaatan seorang perawan sederhana yang bernama Maria. ”Jadilah padaku menurut perkatanmu itu.” Ia tidak memaksakan rencananya sendiri. Ia juga tidak bertanya tentang apa yang akan diterimanya. Dalam ketaatannya pada rencana Allah, ia berserah total untuk menjadi ’alat’ Tuhan.

Jumat, 26 Maret 2010: Hari Biasa Pekan V Prapaskah (U).
Yer 20:10-13; Mzm 18:2-7; Yoh 10:31-42.
Saat ini Allah ingin bekerja untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik-Nya melalui kita yang adalah alat-alat-Nya. Dengan pekerjaan-pekerjaan baik yang kita lakukan, kita menghadirkan Allah yang penuh kasih. Kendati tidak semua orang menyambut baik pekerjaan-pekerjaan baik itu, hal itu tak perlu menyurutkan kita untuk terus melakukan kebaikan yang mendatangkan sukacita dan kebahagiaan bagi sesama.

Sabtu, 27 Maret 2010: Hari Biasa Pekan V Prapaskah (U).
Yeh 37:21-28; MT Yer 31:10-12ab.13; Yoh 11:45-56.
Seperti imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, seringkali kita juga tidak siap menerima kenyataan ada orang yang lebih diterima, lebih populer, lebih mampu dari diri kita. Lalu muncullah rasa iri dan dengki. Kita lupa bahwa Kerajaan Allah tidak bisa dikalahkan; kebaikan dan kebenaran tak dapat disembunyikan. Waktu memang terus berjalan, tetapi akan tiba juga saat di mana perbuatan atas dasar iri dan dengki akan berujung pada keterpurukan yang lebih dalam.

Minggu, 28 Maret 2010: Hari Minggu Palma Mengenang Sengsara Tuhan (M). Pemberkatan daun palma dan perarakan.
Bacaan Perarakan Lukas 19:28-40.
Bacaan Ekaristi: Yes 50:4-7; Mzm 22:8-9.17-18a.19-20.23-24; Flp 2:6-11; Luk 22:14 – 23:56 (Luk 23:1-49).
Dalam kisah sengsara Yesus, kita menonton begitu banyak peran yang dimainkan oleh berbagai macam tokoh: ada ahli Taurat yang berpegang buta pada peraturan, ada imam-imam kepala yang takut posisi mereka terancam, ada Pilatus yang mau cari aman, dan ada orang banyak yang mengikuti arus dan mudah terhasut. Semuanya sepakat untuk ’menyalibkan’ Yesus. Saat ini, mungkin jadi kita juga memainkan salah satu peran itu untuk terus membuat Yesus menderita. Sikap yang bagaimanakah yang paling dominan dalam diri kita yang membuat Yesus terus tersalib?


Bagikan

Minggu, 21 Maret 2010 Hari Minggu Prapaskah V

Minggu, 21 Maret 2010
Hari Minggu Prapaskah V

Barangsiapa di antara kamu tidak berdoa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini. (Yoh 8:1-11)

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang mahabaik, Engkau mengenal kami sebagaimana adanya dan tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Mu. Namun Engkau tidak mau menghakimi kami dan selalu mau mengampuni. Berilah kami hati yang remuk redam, yang menyesali dosa. Maka kami akan mendengar sabda pengampuan-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yesaya (43:16-21)

"Aku hendak membuat sesuatu yang baru dan Aku akan memberi minum umat pilihan-Ku."

Beginilah firman TUHAN, yang telah membuat jalan melalui laut dan melalui air yang hebat, yang telah menyuruh kereta dan kuda keluar untuk berperang, juga tentara dan orang gagah--mereka terbaring, tidak dapat bangkit, sudah mati, sudah padam sebagai sumbu--, firman-Nya: "Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara. Binatang hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, sebab Aku telah membuat air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku; umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku
Demikianlah sabda Tuhan.

Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 830
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu, Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan.
Ayat. (Mzm 126:1-2ab.2cd-3.4-5.6)
1. Ketika Tuhan memulihkan keadaan Sion, kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tawa ria, dan lidah kita dengan sorak-sorai.
2. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa, "Tuhan telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.
3. Pulihkanlah kepada kami, ya Tuhan, seperti memulihkan batang air kering di tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
4. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi (3:8-14)

"Oleh karena Kristus aku telah melepaskan segala sesuatu, sambil membentuk diri menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya."

Saudara-saudara, segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Berbaliklah kepada-Ku dengan sepenuh hatimu, sabda Tuhan, sebab Aku mahapengasih dan penyayang. (Yl 2:12-13)

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (8:1-11)

"Barangsiapa di antara kamu tidak berdoa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini."

Sekali peristiwa Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Rekan-rekan yang baik!
Kebanyakan para ahli tafsir beranggapan bahwa kisah perempuan pezinah dalam Yoh 8:1-11 yang dibacakan pada hari Minggu Prapaskah V/C mula-mulanya tidak termasuk Injil Yohanes meskipun tak disangkal asalnya dari tradisi mengenai kehidupan Yesus juga. Kisah ini tidak termuat di dalam naskah-naskah tertua Injil Yohanes dalam bahasa Yunani. Juga dari segi gaya bahasa ada perbedaan. Misalnya, Yohanes biasa menyebut "orang banyak" dengan kata Yunani "okhlos", bukan "laos" seperti di sini. Kata untuk "pagi-pagi" biasanya "prooi", tapi di sini dipakai "orthrou". Nama "Bukit Zaitun" tidak dijumpai dalam Injil Yohanes kecuali di sini. Juga ahli Taurat tidak disebut musuh Yesus selain di sini.

Baru pada abad ke-4 kisah perempuan berzinah itu mulai didapati di dalam naskah-naskah Kitab Suci Yunani. Tetapi kisah itu agaknya sudah dikenal sebelumnya di kalangan Gereja Latin di Barat dan termasuk bahan bacaan selama liturgi. Oleh karenanya tidak mengherankan bila menjadi bagian Injil. Biasanya tempatnya di antara Yoh 7:52 dan 8:12, boleh jadi untuk menyiapkan pembaca agar mengerti kata-kata Yesus nanti dalam Yoh 8:15 "Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorang pun." Tapi ada pula beberapa naskah yang menaruhnya sebagai tambahan di bagian belakang Injil Yohanes. Karena teks ini telah lama diterima sebagai bagian dari Injil Yohanes dalam liturgi, wajarlah bila kita mendalaminya seperti bagian Injil juga.


BUKIT ZAITUN, BAIT ALLAH, DAN PENYALIBAN

Peristiwa yang sedang dibicarakan ini terjadi di dalam minggu terakhir kehidupan Yesus. Selama waktu itu dari pagi hingga sore ia berada di Yerusalem tetapi malam hari dilewatkannya di Bukit Zaitun, di sebelah timur kota, bersama murid-muridnya. Seperti disebutkan dalam Mrk 11:11, setelah meninjau Bait Allah, Yesus bersama dua belas muridnya ke Betania pada sore hari, yaitu sebuah perkampungan di sisi timur Bukit Zaitun. (Bukan Betania di seberang sungai Yordan yang disebut dalam Yoh 1:28.)

Latar di atas membuat peristiwa yang dibacakan hari ini berhubungan erat dengan penyaliban dan kebangkitan Yesus. Dia yang tidak menjatuhkan hukuman kepada pendosa yang dihadapkan kepadanya itu sama dengan dia yang nanti wafat di kayu salib menanggung dosa-dosa orang lain dan kemudian bangkit - tidak lagi tertindih dosa dan hukuman. Yang bersedia menerima warta ini bakal ikut mendapat kekuatan untuk tidak membiarkan diri terus ditindih dosa dan hukuman, dengan kata lain, untuk sungguh bertobat.

Peristiwa yang dibacakan hari ini terjadi di dalam Bait Allah, pusat kekayaan spiritual. Ke sanalah orang-orang berkiblat, di situlah orang bertanya, di tempat inilah diberikan jawaban dari Tuhan. Dan jawaban ini berujud manusia yang dapat dikenali, dapat diajak berdialog, dapat dibayang-bayangkan. Tetapi juga bisa dijauhi, dimusuhi, dan dibunuh. Kehadiran Tuhan seperti ini membuat orang perlu berpikir lebih dalam.

MENULIS DI TANAH?

Dalam ayat 6 dipakai kata Yunani "kategraphen" yang artinya "ia mencatat", bukan sekedar menulis, yang memang muncul dalam ayat 8 sebagai "egraphen". Dalam kedua ayat itu ada keterangan "di tanah", artinya, bisa dilihat siapa saja, tidak ditutup-tutupi. Pertanyaan kita, apakah Yesus betul-betul mencatat dan menulis sesuatu? Dan apa itu? Tidak dilaporkan apa yang ditulis Yesus di tanah. Ada yang menafsirkan bahwa dalam ayat 6 dan 8 ia menuliskan kata-kata yang nanti diucapkannya dalam ayat 7, yaitu "Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Ada pelbagai upaya tafsir. Ada yang merujuk pada tatacara Romawi yang mewajibkan ketua pengadilan menulis terlebih dahulu keputusan yang bakal diucapkannya. Bila begitu maka kata-kata dalam ayat 7 itulah keputusan yang dimintakan para ahli Taurat dan orang Farisi. Walaupun tidak lebih dari sekadar dugaan belaka, penjelasan ini menarik.

Kedua katakerja Yunani dalam ayat 6 tadi ada dalam bentuk yang biasanya dipakai membicarakan kejadian yang sedang berlangsung di masa lampau. (Istilah tatabahasa Yunani ialah bentuk imperfekt). Tapi bentuk ini juga tak jarang menandakan tindakan yang tidak utuh terjadi, bahkan sering digunakan untuk membicarakan perbuatan yang hanya diniatkan belaka. Dalam pemakaian seperti itu maka ayat 6 sebetulnya mengatakan "(Yesus membungkuk,) siap mencatat di tanah" dan ayat 8 "(Lalu ia membungkuk lagi) mau menulis". Jadi ia belum mencatat atau menulis apapun. Dalam tatabahasa Yunani bentuk ini dinamai "imperfekt konatif" ("imperfekt coba-coba"). Contoh lain, Luk 5:6, ketika tangkapan ikan banyak, "jala mereka hampir koyak (dierreesseto)". Jala tidak koyak betul-betul sehingga ikan-ikannya tidak lepas kembali! Menurut Yoh 21:11 jala memang tidak koyak. Mrk 15:23, sebelum menyalibkan Yesus, disebutkan "mereka bermaksud memberinya (edidoun) anggur yang dicampur mur, tetapi Yesus menolaknya." Anggur tidak benar-benar diberikan, karena jelas dikatakan di situ Yesus menolaknya. Ada banyak lagi contoh imperfekt konatif seperti itu.

Secara ringkas, tidak bisa dikatakan bahwa Yesus benar-benar mencatat atau menulis sesuatu. Juga tidak bisa dikatakan Yesus tidak menggubris para ahli Taurat dan orang Farisi yang datang kepadanya. Sebaliknya, pencerita malahan menyarankan bahwa Yesus siap mencatat dan menulis bila memang ada yang patut dituliskan saat itu. Penjelasan ini ada hubungannya dengan perubahan postur tubuh Yesus. Dari duduk mengajar, Yesus membungkuk mencatat dan menulis. Apa artinya? Dengan perubahan postur tubuh itu ia hendak menunjukkan bahwa ia mau mencatat dan menuliskan kebijaksanaan para ahli Kitab dan orang Farisi bila mereka memang memiliki sesuatu yang dapat diajarkan. Tapi para ahli Taurat dan orang Farisi itu tidak berani menerima peralihan peran itu. Bahkan mereka "terus menerus bertanya kepadanya" (ayat 7).

Pada saat itulah Yesus bangkit berdiri lalu berkata, "Siapa saja di antara kamu tidak berdosa hendaklah ia yang pertama yang melemparkan batu kepada perempuan ini" (ayat 7). Segera sesudah berkata demikian ia membungkuk lagi dan siap menulis di tanah, supaya bisa dilihat semua yang hadir. Sekali lagi ia meminta mereka mengajarkan apa yang bisa ia tuliskan, ia siap untuk itu. Apa yang terjadi? Satu per satu mereka pergi meninggalkan tempat itu, mulai dari yang paling senior. Yesus tidak menyaingi para ahli Taurat dan orang Farisi atau mengecilkan peran mereka. Ia justru minta mereka menunjukkan apa mereka dapat mengajarkan sesuatu yang patut dicatat dan ditulis bagi orang banyak. Ternyata tak ada seorang pun yang tampil. Mengapa? Di hadapan orang yang tulus hati ini, suara hati ahli Taurat dan orang Farisi itu sendiri tidak mengizinkan mereka mengajarkan hukuman atau tindakan keras yang mempersyaratkan kebersihan diri sendiri dulu.

MENGAJAK KEDUA BELAH PIHAK BERGANTI HALUAN

Dalam cerita ini dua kali Yesus berbicara mengenai "dosa". Yang pertama kepada para ahli Taurat dan orang Farisi (ayat 7), yang kedua kalinya kepada perempuan yang dihadapkan kepadanya (ayat 11). Dua kali pula Yesus "bangkit berdiri" dan mulai menyapa masing-masing pihak (ayat 7 dan 10). Begitulah cara pencerita menunjukkan Yesus memberi perlakuan yang sama baik kepada perempuan tadi maupun kepada para ahli Taurat dan orang Farisi. Ironis, kaum terpandang itu sebetulnya tidak lebih baik dari pada orang yang mereka anggap pendosa yang patut dihukum mati. Pernyataan Yesus bahwa siapa yang tak berdosa hendaknya melempar batu pertama mengikis habis perbedaan yang boleh jadi disembunyi-sembunyikan. Di hadapan utusan Tuhan yang sedang menampilkan kewibawaannya mengajar di Bait Allah ini semua orang sama, sama berdosanya. Pengadilan dengan pikiran manusia saja tidak mencukupi. Semua orang membutuhkan kerahiman Tuhan.

Yesus meminta kepada para penuduh agar melihat apakah mereka sendiri tanpa dosa. Mereka perlu memeriksa diri, menengok ke belakang. Kepada perempuan itu Yesus mengatakan "mulai sekarang" jangan lagi berdosa. Ada pandangan ke masa depan. Pembaca yang menyelami kisah ini akan melihat bahwa baik para ahli Taurat dan orang Farisi maupun perempuan itu sama-sama diajak melepaskan jalan hidup mereka yang lama, yang menindih diri mereka sendiri, agar dapat menempuh arah baru.

Pengalaman perempuan itu membawanya ke jalan baru yang dijanjikan Tuhan dalam nubuat yang diucapkan di dalam bacaan pertama Yes 43:16-21. Setelah membebaskan umatNya dari pembuangan di Babel, Tuhan memperkenalkan diri sebagai Dia yang pernah menuntun keluar umatNya (keluar dari Mesir) lewat laut dan menghancurkan pengejar-pengejar mereka (ayat 16-17). Ditegaskan agar mereka kini tak usah lagi mengungkit-ungkit perkara lama (ayat 18) tetapi hendaknya melihat hal baru yang dibuat Tuhan, yakni jalan di padang gurun (ayat 19) di situ ia membuat air memancar di padang gurun untuk memberi minum umat pilihanNya (ayat 20). Mereka akan memberitakan kemasyhuranNya bersama-sama dengan ciptaan lain yang ikut menerima kebaikannya (ayat 21). Dalam bacaan kedua (Fil 3:8-14) Paulus bersaksi, setelah menemukan Kristus Kebenaran Sejati itu, ia menganggap semua hal lain tidak banyak artinya lagi. Ia merasa telah ditangkap oleh kebenaran itu. Ia juga telah melupakan yang ada di belakang dan sekarang mau berlomba-lomba mendekat ke hadirat Yang Ilahi. Perempuan tadi pergi dan berganti cara hidup, para penuduhnya juga satu demi satu meninggalkan pandangan mereka sendiri, Paulus juga melepaskan dirinya yang lama. Mereka semua ini telah bertemu dengan Dia yang menerangi relung-relung gelap dan meluruskan hati. Inilah peristiwa menggembirakan yang boleh diharapkan dalam menyongsong Minggu Suci sepekan lagi.

Tambahan. Ada beberapa pertanyaan dari pembaca mengenai Yoh 8:1-11:

TANYA: Bagaimana sih kok pendosa zinah dilepas begitu saja dan habis perkara? Apa tidak aneh?

JAWAB: Memang akan kurang masuk akal bila petikan itu dibaca sebagai peristiwa pengadilan. Tetapi peristiwa yang dikisahkan bukan pengadilan .(Tidak seperti pengadilan Yesus di hadapan Mahkamah Agama nanti yang memang pengadilan). Penghakiman tidak dijalankan di Bait Allah. Yang dilakukan di situ ialah ibadat, perlindungan, dan pengajaran dalam ujud dialog atau simposium atau seminar para ahli agama. Nah dalam suatu seminar seperti itu tampillah guru-guru ternama seperti Yesus, ahli Taurat & orang Farisi, dan perempuan pezinah yang mereka datangkan sebagai narasumber otentik bagi studi kasus mereka. Dalam kesempatan ini ada juga banyak pengikut dan murid yang dalam Yoh 8:2 disebut "orang banyak/rakyat". Mereka belajar dari kepintaran guru-guru tadi. Karena situasi ini bukan situasi pengadilan dan bukan tindak lanjut penggerebekan tempat zina, tidak ada risiko bahwa perempuan itu akan betul-betul dilempari batu menurut hukum rajam seperti termaktub dalam Ul 22:21-24. Namun demikian, seminar itu bukan sekadar anggar kata mengenai perzinahan dengan tiga profesor kondang yang bila selesai ya bubar, lalu orang ambil piagam untuk dapatkan kredit guna kenaikan pangkat. Peristiwa itu langsung berdampak pada sikap hidup masing-masing peserta. Yesus berhasil menghadapkan ahli Taurat dan orang Farisi ke suara batin mereka sendiri seperti dijelaskan dalam ulasan di atas. Dan ini terjadi di Bait Allah, bukan di ruang pengadilan. Hal ini penting disadari penafsir. Dalam pengadilan yang sungguh, juga di kalangan orang Yahudi dulu, perasaan hakim, penuduh, pembela tidak bisa berperan langsung. Para anggota Sanhedrin yang mendakwa Yesus menghujat memang tidak bisa lain kecuali mendakwa menurut hukum mereka. Jadi peristiwa kali ini bukan kisah pengadilan pezinah melainkan kisah penjernihan suara hati manusia dalam rangka menyiapkan diri memahami peristiwa paskah Yesus nanti. Maka hal yang disebut dalam ayat 2 bahwa peristiwa ini terjadi di Bait Allah dan dalam rangka pengajaran amat penting bagi penafsiran warta petikan ini.

TANYA: Apa "melempari dengan batu" (Yoh 8:5 dan 7) itu sama dengan praktek "hukum rajam"?

JAWAB: Ancaman dirajam sampai mati termaktub dalam Taurat, juga dalam kasus perzinahan, lihat Ul 22:21-24, bandingkan Yehezkiel 16:40 23:47. Beberapa tindak pidana lain juga dikenai sanksi rajam sampai mati: menyembah berhala: Ul 13:10 17:5; menghujat Tuhan Im 24:14 bdk. Yoh 10:33; mengorbankan anak: Im 20:2; praktek jalangkungan & nini thowokan Im 20:27; melanggar hari Sabat: Bil 15:32-36 dan beberapa kasus lain. Namun apakah ancaman hukuman mati dengan rajam bisa divoniskan begitu saja dan sungguh dieksekusikan adalah perkara lain. Pertama-tama boleh dicatat bahwa bagi orang Yahudi dari zaman ke zaman hukum kasuistik ("bagi perkara X, hukumnya Y") dalam Taurat lebih berfungsi sebagai sumber "berteologi" dan tidak diberlakukan begitu saja sebagai pasal-pasal hukum KUHP. Mereka memiliki semacam KUHP yang rinci yang dijabarkan dari Taurat, dan kemudian dikenal antara lain dengan nama Misyna. Hukum-hukum yang ada di dalamnya perlu dipelajari dengan komentar para yurist mereka. Di situ ada aturan-aturan rumit cara mempidana orang. Ada peraturan yang tidak memudahkan orang bisa dikenai hukuman begitu saja. (Misalnya hanya bila tertangkap basah, mesti ada lebih dari satu saksi, dst.) Juga ada beberapa aturan pelaksanaan atau eksekusi dengan tenggang waktu cukup lama agar memungkinkan pengampunan pada hari raya tertentu.

Dalam pelbagai masyarakat di pelbagai kebudayaan, ancaman atau sanksi hukuman yang amat keras sering tidak dijalankan harfiah. Ini memiliki dampak pada teologi. Nabi-nabi Perjanjian Lama dulu berbicara mengenai ketaksetiaan Israel yang ipso facto mestinya mendatangkan kehancuran umat (=putusan hukuman mati), tetapi belas kasihan Tuhan menyelamatkan umat dari kehancuran total. Di Firdaus difirmankan, bila makan buah pengetahuan baik dan buruk akan mati seketika. Tetapi Hawa dan suaminya tidak mati seketika walaupun makan buah itu. Kesimpulan teologis yang bisa ditarik pembaca: Tuhan berbelaskasihan sehingga hukuman yang ditetapkanNya sendiri diubah-Nya menjadi "nasib" ular, wanita dan lelaki dan pengusiran dari Firdaus pada akhir Kej 3. Tetapi, sebelum itu, perhatikan Kej 3:21, Tuhan yang baru saja menjatuhkan firman kutukan tadi itu tiba-tiba berubah menjadi penuh perhatian kembali kepada manusia. Ia membuatkan manusia dan istrinya pakaian dari kulit binatang dan "mengenakannya kepada mereka", artinya, ia mengukur persis persis bahu, dada, lengan, pinggul ke bawah, sehingga pakaian kulit binatang itu tidak kedodoran.

TANYA: Ada yang pernah mendengar penjelasan sbb.: ".....batu yang dilempar itu bukan batu besar, tapi batu kecil-kecil. Batu tersebut tidak ditujukan ke badan/tubuh si wanita, melainkan dilempar ke depannya. Orang yang yang melempar batu menyatakan setuju wanita itu harus dihukum mati dan dibawa ke penguasa Romawi agar hukuyman disahkan. Jadi batu itu sebagai alat menghitung (seperti voting)." Bagaimana pendapat Romo tentang tafsiran ini?

JAWAB: Tafsir itu akibat kerancuan degan praktek "membuang undi" dalam meramal atau mengundi barang yang dadunya bisa dibayangkan besarnya seperti kerikil...! Memang lembaga peradilan Yahudi pada zaman Yesus tak berhak menjatuhkan hukuman mati. Bila menurut hukum mereka memang harus dikenai pidana mati,maka perlu dibawa dan disahkan oleh penguasa Romawi (lihat juga Yoh 18:31). Tidak dikenal praktek pungut suara di Bait Allah, kalau toh mau dijajaki pendapat para tetua maka akan dilakukan di mahkamah,tidak di Bait Allah.



Salam hangat,
A. Gianto





Bagikan

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy