Hari Kamis Putih, Mengenang Perjamuan Tuhan
Yesus mengasihi mereka tanpa batas
Pengantar
Pada Hari Kamis Putih, gereja secara khusus mengenangkan lima Misteri Iman kita. Misteri pertama adalah Yesus membasuh kaki para Rasul-Nya. Dengan tindakan-Nya ini Yesus hendak mengajarkan kepada kita untuk melayani sesama dengan rendah hati. Kedua, Yesus bersabda bahwa kita harus saling mengasihi seperti Ia telah mengasihi kita. Misteri ketiga, yang merupakan rahmat terbesar dari semua rahmat yang telah Yesus berikan kepada kita, ialah Perayaan Misa: menerima Tubuh, Darah, Jiwa serta Ke-Allahan Yesus dalam Komuni Kudus. Pada Perjamuan Malam Terakhir Yesus juga meletakkan dasar Sakramen Imamat, Ordo-ordo Kudus. Yesus memilih para rasul-Nya sebagai imam-imam dan uskup-uskup pertama, serta memberi mereka kuasa untuk mempersembahkan kurban Misa.
Doa Renungan
Allah Bapa kami yang maha pengasih dan maha penyayang, hari ini kami Kauperkenankan untuk merayakan perjamuan-Mu yang mahakudus. Perjamuan cinta kasih ini dianugerahkan Kristus pada malam Ia menyerahkan diri, kepada Gereja-Nya sebagai korban baru sepanjang masa. Hari ini, kami inin menegaskan komitmen kami, mengikuti jalan salib dan derita-Mu, yang tidak lain jalan kasih-Mu yang menyelamatkan. Semoga dengan ikut ambil bagian dalam perjamuan-Mu, kami Kaumampukan, berani sebagai pelaku kabar gembira dimanapun kami berada. Dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup, berkuasa, kini dan sepanjang masa.
Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Keluaran (12:1-8.11-14)
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan PS 856
Ref. Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu. Inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagimu. Lakukanlah ini akan peringatan kepada-Ku.
Ayat.(Mzm 116:12-13.15-16bc.17-18; R: lh. 1Kor 10: lh.16; do=g 2/4;3/4)
1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.
2. Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Ya Tuhan, aku hamba-Mu; aku hamba-Mu, anak dari sahaya-Mu. Engkau telah melepaskan belengguku.
3. Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya.
Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (11:23-26)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal. (Mzm 95:8ab)
Solis.
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu. (Yohanes 13:34)
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (13:1-15)
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Rekan-rekan sekalian!
Pada hari Kamis Putih dibacakan kisah pembasuhan kaki para murid (Yoh 13:1-15). Tindakan ini dimengerti Petrus sebagai ungkapan merendah dari gurunya di hadapan para murid. Yesus meluruskan pendapat Petrus tadi sambil mengajarkan hal yang lebih dalam lagi. Hanya dalam Injil Yohanes sajalah dikisahkan tindakan Yesus membasuh kaki para murid. Memang orang biasa membasuh kaki sendiri sebelum masuk ke ruang perjamuan sebagai ungkapan mau ikut pesta dengan bersih. Hanya tamu yang amat dihormati saja, misalnya seorang guru atau orang yang dituakan, akan dibasuh kakinya. Dan bila dilakukan, akan dijalankan sebelum perjamuan mulai. Hanya pelayan rumah sajalah yang melakukan pembasuhan kaki tetamu, bukan tuan rumah. Injil Yohanes mengubah dan bahkan membongkar peran-peran tadi.
Yesus sang Guru dan tuan rumah itu kini membasuh kaki para muridnya, para tamunya. Apakah dengan demikian hendak disampaikan ia menjalankan peran sebagai hamba, hamba yang diutus dari atas sana, dari Allah sendiri? Menarik. Ini bisa menjadi dasar spiritualitas pengabdian sang hamba yang terungkap dalam syair-syair Ebed Yahwe (Yes 42:1-4; 49:1-6; 50:4-11, terutama 52:13-53:12). Tetapi tak usah kita tergesa-gesa ke sana. Mari kita amati lebih lanjut terlebih dahulu peristiwa yang dikisahkan Yohanes. Pembasuhan ini terjadi selama perjamuan sendiri, bukan sebelum, seperti lazim dilakukan orang. Tidak biasa. Boleh jadi Yohanes memang sengaja ingin menyampaikan hal-hal yang tidak lazim sehingga pembacanya mulai memikir-mikirkan apa gerangan maksudnya. Bila begitu, pembasuhan kaki di sini boleh jadi bukan ditampilkan sebagai tanda memasuki perjamuan dengan kaki bersih, atau ungkapan pengabdian serta kerendahan hati yang membasuh, melainkan guna menandai hal lain. Apa itu? Baiklah didekati kekhususan Yohanes dalam mengisahkan kejadian-kejadian terakhir dalam hidup Yesus.
Yohanes menceritakan hari-hari terakhir Yesus dengan cara yang agak berbeda dengan ketiga Injil lainnya. Dalam Injil Markus, Matius dan Lukas, kedatangan Yesus ke Yerusalem mengawali peristiwa-peristiwa yang membawanya masuk ke dalam penderitaan, kematian dan kebangkitannya nanti, termasuk di dalamnya perjamuan Paskah. Yohanes lain. Kedatangan Yesus ke Yerusalem dan pembersihan Bait Allah dipisahkan dari peristiwa salib dan kebangkitan. Bagi Yohanes, serangkaian kejadian yang berakhir dengan kebangkitan itu justru berawal pada perjamuan malam terakhir. Berbeda juga dengan ketiga Injil lainnya, perjamuan ini bukan perjamuan Paskah, melainkan perjamuan malam yang diadakannya sebelum Paskah. Bagi Yohanes, Paskah yang baru akan terjadi dalam ujud pengorbanan Yesus di salib.
Ditekankan oleh Yohanes bahwa Yesus sungguh menyadari dirinya "datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah" (ay. 3). Karena itu mereka yang mengenalnya akan mengenali Yang Ilahi dari dekat. Ini semua diajarkan Yesus kepada para murid terdekat pada perjamuan malam terakhir itu dengan membasuh kaki mereka. Dia yang sadar berasal dari Allah dan sedang kembali menuju kepadaNya ingin menunjukkan bahwa orang-orang terdekat itu sedemikian berharga, sedemikian terhormat.
Lebih dari itu, ia ingin berbagi "asal dan tujuan" - dari siapa dan menuju ke siapa - dengan orang-orang yang paling dekat ini. Inilah yang dimaksud dengan mengasihi "sampai pada kesudahannya" (ay. 1). Tidak setengah-setengah melainkan sampai saat tujuan kedatangannya terlaksana, yakni membawa manusia ke dekat Allah, pengasal terang dan kehidupan sendiri. Berbagi asal dan tujuan itu cara Yohanes mengutarakan bagaimana Yesus berbagi kehidupan seutuh-utuhnya dengan pengikut-pengikutnya. Sekaligus terasa ada ajakan bahwa mengikuti Yesus bukan sekadar menyertainya sebentar-sebentar, dari sini sampai situ, melainkan dari awal hingga akhir. Justru dengan demikian manusia akan menjadi manusia sempurna.
Petrus terheran-heran dan tak bisa menerima gurunya membasuh kakinya. Murid yang serba spontan ini melihat gurunya melakukan tindakan merendah. Hanya itulah yang dilihatnya. Ia terlalu berakar dalam kerohaniannya sendiri. Yang hendak diberikan Yesus ialah sesuatu yang baru yang belum berkembang dalam diri para pengikutnya, bahkan yang paling dekat seperti Petrus sendiri. Yesus mengatakan bahwa kelak ia akan mengerti walaupun kini belum menangkapnya (ay. 6-7). Petrus belum puas dan bersikeras menolak dibasuh kakinya oleh gurunya itu. Mari kita dengar penjelasan Yesus sendiri kepada Petrus dan kepada siapa saja yang merasa seperti Petrus di hadapan Yesus sore ini.
Yesus menjelaskan, "Jikalau aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam aku." (ay. 8). Dia yang sadar bahwa "asal dan tujuan"-nya ialah Allah sendiri itu (ay. 3) kini hendak berbagi kehidupan dengan para murid! Bila asal dan akhir itu Allah sendiri, tentunya yang dimaksud ialah Allah sumber terang, sumber kehidupan. Utusannya datang ke dunia yang masih berada dalam ancaman kuasa gelap untuk membawa kembali orang-orang yang dekat padanya kembali ke sumber terang, kepada Allah, ke sumber kehidupan sendiri. Bila bisa dipakai istilah dalam budaya rohani Nusantara, maka berbagi "sangkan paran" kehidupan yang dilakukan Yesus menjadi jalan keselamatan bagi manusia.
Yesus juga menegaskan bahwa pembasuhan kaki dengan makna seperti di atas itu disampaikan sebagai teladan bagi para murid, agar mereka berbuat seperti itu satu sama lain (ay. 15), dengan maksud saling berbagi pengertian "dari mana dan ke mananya hidup ini", pengertian yang sudah mulai diterima dari perjumpaan dengan sang Guru kehidupan tadi. Inilah bekal kehidupan orang-orang yang percaya bahwa Yesus itu datang dari Allah dan pulang kepadaNya setelah berhasil memperkenalkan siapa Allah itu sesungguhnya. Bila demikian, rasa-rasanya memang ada sesuatu yang lebih dalam yang hendak dicapai dengan sikap saling melayani.
Boleh dikatakan, saat itulah lahir kumpulan orang yang hidup berbekal sikap Yesus yang menganggap sesama sedemikian berharga sehingga pantas dilayani dan dihormati. Inilah Gereja dalam ujudnya yang paling rohani, paling spiritual. Dalam arti inilah Gereja berbagi "asal dan tujuan" dengan Yesus sendiri. Kehidupan Gereja yang berpusat pada ekaristi baru bisa utuh bila dihidupi oleh bekal yang diberikan Yesus tadi. Hanya dengan cara itu Gereja akan tetap memiliki integritas. Memang kaum beriman masih berada di dunia, masih berada dalam kancah pergulatan dengan kekuatan-kekuatan gelap, tetapi arahnya jelas, ke asal dan tujuan tadi: ke sumber terang sendiri bersama dengan dia yang diutus olehNya.
Karena itu tak perlu heran bila para murid tidak semuanya bersih. Yesus berkata dalam ay. 11 "Tidak semua kamu bersih." Kata-kata itu tak usah ditangkap sebagai celaan atau peringatan melainkan sebagai pengakuan bahwa masih ada kekuatan-kekuatan gelap yang dapat menyesatkan orang yang berkehendak baik sekalipun. Kekuatan ini menghalangi orang untuk melihat dan mendalami "dari mana dan ke mananya" hidup ini. Tetapi nanti pada saat ia kembali kepada Allah, kekuatan ilahi akan tampil dengan kebesarannya dan saat itu jelas kekuatan-kekuatan gelap tidak lagi menguasai meskipun tetap dapat menyakitkan. Penderitaan tidak akan memporakperandakan kumpulan orang-orang yang percaya kepadanya. Malah menguatkan harapan. Inilah yang diajarkan pada hari ini.
Salam hangat,
A. Gianto
Di dalam perjamuan-perjamuan pada umumnya tuan rumah atau yang mengundang berpakaian rapi dan menarik sambil menerima dan menyapa para undangan dengan senyuman. Selama perjamuan tuan rumah pada umumnya juga tidak bekerja keras atau melayani makanan dan minuman secara langsung kepada para tamu undangan. Yang sibuk melayani makanan dan minuman adalah para pelayan, entah sosial atau pekerja dari usaha `catering' tertentu. Dengan kata lain aneka urusan kebutuhan selama pesta pada umumnya tidak ditangani langsung oleh si pemilik pesta/pengundang, tetapi oleh para pekerja khusus. Hari ini kita kenangkan perjamuan malam yang diselenggarakan oleh Yesus bagi para rasul atau murid-murid-Nya; Yesus sebagai pemimpin pesta atau pengundang. Ia sendiri yang melayani secara langsung dalam hal makanan dan minuman, bahkan Ia membasuh kaki para rasul satu persatu dengan penuh pelayanan dan kerendahan hati. Setelah selesai melayani para rasul Ia berpesan: "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu" (Yoh 13:14-15) . Pesan ini kiranya juga terarah bagi kita semua yang beriman kepada-Nya, maka marilah kita renungkan, kenangkan dan hayati dalam hidup bersama kita dimanapun dan kapanpun.
"Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu" (Yoh 13:14-15)
Kaki adalah anggota tubuh yang paling bawah, jika tanpa alas kaki berarti langsung bersentuhan dengan tanah, maka boleh dikatakan sebagai anggota tubuh yang paling kotor. Kaki juga harus menanggung beban seluruh tubuh serta membuat orang bermalas-malasan alias kaki tak mau bergerak atau dinamis alias kaki senantiasa bergerak dengan cepat dan cekatan. "Membasuh kaki" berarti memperhatikan saudara-saudari kita yang berada paling bawah: pemimpin kepada rakyat, orangtua kepada anak-anak, guru kepada para peserta didik, tuan rumah kepada para pembantu, manajer perusahaan kepada para pekerja dst.. ; memperhatikan dengan penuh pelayanan dan kerendahan hati.
Melayani berarti membahagiakan yang dilayani. Seorang pelayan yang baik pada umumnya memiliki cirikhas: rendah hati, ceria, gembira, cekatan, tidak mengeluh/menggerutu ketika sedang melayani, siap-sedia menerima tugas apapun, dst.. Pelayan baik senantiasa berusaha secara optimal jangan sampai mengecewakan atau membuat marah yang dilayani. Kita semua dipanggil untuk saling melayani dan membahagiakan, lebih-lebih atau terutama terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan atau yang kurang memperoleh perhatian. Hemat saya hal ini perlu dihayati atau dilakukan dalam komunitas basis seperti dalam keluarga, komunitas biara, kantor atau tempat kerja, dimana setiap hari kita memboroskan waktu, tenaga dan perhatian kita. Para pemimpin, orangtua, atasan, manajer, dst..hendaknya memberi teladan seperti Yesus telah memberi teladan kepada para rasul. Di dalam keluarga hemat saya para ibu pada umumnya telah berusaha melayani semua anggota keluarganya, maka baiklah anggota keluarga yang lain melakukan yang sama.
"Membasuh kaki" berarti membersihkan, maka dipanggil untuk saling membasuh kaki juga berarti saling membersihkan satu sama lain, meneladan Tuhan yang "menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27). Dengan kata lain kita dipanggil untuk senantiasa saling berpikir positif, saling mengutamakan apa yang baik, luhur, mulia dan benar yang ada dalam diri kita masing-masing. Sebagaimana seorang pelayan senantiasa bersikap baik, penuh hormat dan kasih terhadap yang dilayani, demikian juga kita dipanggil untuk saling berbuat baik, saling menghormati dan mengasihi. Sikap yang demikian ini kiranya juga terjadi dalam suatu perjamuan atau pesta dimana masing masing orang berusaha menghadirkan diri sedemikian rupa, sehingga menarik, mempesona dan memikat orang lain. Marilah kita saling menghadirkan diri sedemikian rupa, sehingga kita saling mempesona, manarik dan memikat.
"Setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang " (1Kor 11:26)
Pada hari ini kita kenangkan juga Perayaan Ekaristi, yang pada pertama kali kita imani diselenggarakan oleh Yesus dalam perjamuan terakhir bersama para rasul. Dalam perjamuan tersebut Yesus `memberikan tubuh dan darah-Nya sendiri' berupa roti dan anggur kepada para rasul. Setiap menghadiri Perayaan Ekaristi, kita semua yang telah boleh menerimanya, kita juga menerima `Tubuh dan Darah" Yesus Kristus dalam rupa roti dan anggur alias menerima komuni kudus. Paulus mengingatkan kita semua bahwa "setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang". Apa arti peringatan Paulus ini kepada kita semua?
Dengan menerima Tubuh Kristus atau komuni kudus kita dipanggil untuk `memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang', artinya mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui sesama atau saudara-saudari kita demi kebahagiaan dan keselamatan mereka. Kematian Tuhan adalah pengorbanan Diri Yesus di kayu salib, dimana Ia menjadi pengorban sekaligus korban demi keselamatan dan kebahagiaan seluruh dunia. Maka kita diharapkan tidak mengorbankan orang lain demi keuntungan atau kebahagiaan diri kita sendiri, tetapi siap sedia untuk berkorban bagi keselamatan dan kebahagiaan sesama atau saudara-saudari kita. Marilah kita hayati motto "solidaritas dan keberpihakan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan" dalam hidup bersama kita dimanapun dan kapanpun. Berpihak pada yang miskin dan berkekurangan hemat saya pasti harus berkorban dengan rendah hati dan semangat melayani.
Entah berapa kali kita telah menerima Tubuh Kristus atau menerima komuni kudus, mungkin tak ada seorangpun dari kita sempat menghitung. Maka saya mengajak kita semua mawas diri: dampak atau pengaruh apa dalam cara hidup dan cara bertindak kita setelah sekian kali menerima komuni kudus? Karena kita telah `makan dan minum Tubuh dan Darah Kristus', maka diharapkan cara hidup dan cara bertindak kita meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, yang datang untuk melayani bukan dilayani dengan menyerahkan Diri seutuhnya bagi keselamatan seluruh dunia/bangsa. Karena yang kita sambut atau terima adalah sama, yaitu Tubuh dan Darah Kristus, maka terjadilah persaudaraan atau persahabatan sejati di antara kita; kita hidup penuh dengan persaudaraan dan persahabatan. Pada malam hari ini pada umumnya juga diselenggarakan `tuguran', devosi kepada Sakramen Mahakudus, maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk berpartisipasi dalam `tuguran' ini sambil mengenangkan pemberian Diri Yesus bagi kita semua. Baiklah jika seluruh keluarga dapat bersama-sama berpartisipasi dalam `tuguran' ini.
Jakarta, 1 April 2010
Ign Sumarya, SJ
Bagikan