| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Selasa, 17 Agustus 2010 Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia

Selasa, 17 Agustus 2010
Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia
St. Gregorius Thaumaturgos; St. Gregorius dr Tours



“Hormatilah semua orang, kasihanilah saudara-saudaramu, takutlah kepada Allah, hormatilah raja!” (1 Petrus 2: 17)

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa, kami berterimakasih kepada-Mu atas rahmat kemerdekaan yang telah Kauberikan kepada bangsa kami. Kami juga bersyukur atas alam yang indah dan negeri yang subur. Semoga kami dapat memanfaatkan anugerah-Mu ini dengan sebaik-baiknya. Bapa, bantulah kami agar senantiasa mensyukuri rahmat-Mu melalui karya dan usaha kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh (10:1-8)

"Para penguasa bertanggung jawab atas rakyatnya."

Pemerintah yang bijak menjamin ketertiban dalam masyarakat, pemerintah yang arif adalah yang teratur. Seperti para penguasa, demikian pula para pegawainya, seperti pemerintah kota, demikian pula semua penduduknya. Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya. Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya. Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seseorang, dan kepada para pejabat Tuhan mengaruniakan martabat. Janganlah pernah menaruh benci kepada sesamamu, apa pun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah. Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan, dan uang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 862
Ref. Kamu dipanggil untuk kemerdekaan; maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih.
Ayat. (Mzm 101:1ac.2ac.3a.6-7; R: Gal 5:13)
1. Ya, Tuhan, aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum-Mu. Aku hendak hidup tanpa cela. Aku hendak hidup dengan suci dalam rumahku, hal-hal yang jahat takkan kuperhatikan.
2. Mataku tertuju kepada rakyatku yang setia, supaya mereka tinggal bersama aku. Orang yang hidup dengan tidak bercela akan mendukung aku.
3. Orang yang melakukan tipu daya, tidak akan diam dalam rumahku. Orang yang berbicara dusta tidak bertahan di bawah pandanganku.

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (2:13-17)


"Berlakulah sebagai orang yang merdeka. "

Saudara-saudaraku yang terkasih, demi Allah, tunduklah kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, maupun kepada wali-wali yang ditetapkannya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan untuk mengganjar orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka, bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetap hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Luk 20:25)
Berikanlah kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:15-21)

"Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Sekali peristiwa orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama orang-orang Herodian bertanya kepada Yesus, "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Bolehkah membayar pajak kepada kaisar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka. Maka Ia lalu berkata, "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu!" Mereka membawa suatu dinar kepada Yesus. Maka Yesus bertanya kepada mereka, "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka, "Gambar dan tulisan kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka, "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Doa Renungan


Allah Bapa yang mahabaik, terima kasih atas kemerdekaan yang telah diperoleh bangsa Indonesia, bantulah kami untuk menjaga dan mengisinya, masih banyak celah dan ketidak adilan yang terasa, beban hidup semakin hari terasa semakin berat, kejujuran semakin menjauh dan menjadi langka, keberanian untuk berjuang melawan kebathilan semakin meredup, yang timbul dipermukaan hanya keberanian semu yang berakar pada kepentingan pribadi, ketulusan menjadi semu dan tersamar, atau lagi-lagi tersandung pada kepentingan pribadi dan kelompok.

Allah sumber kekuatan dan keadilan, Bantu kami untuk tegar dan senantiasa bangkit dan berjuang, Dalam mempertahankan kemerdekaan dan keadilan bagi seluruh manusia, tidak lagi terjajah oleh batasan teritori dan ras kebangsaan, tapi sungguh memperjuangkan keadilan dalam cinta kasih yang Dikau ajarkan, semoga bangsa Indonesia tetap mampu bersatu dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan sejati, kemerdekaan yang berasal dari sang maha pencipta. Berkat bantuan doa Bunda Maria dan semua orang kudus, kami serahkan seluruh diri kami kepada-Mu: Peliharalah kami dalam semangat kasih dan kesatuan dan dengarkan doa permohonan kami ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Renungan

Menjawab jebakan orang-orang Farisi, Yesus langsung merujuk pada gambar yang tertera dalam mata uang tersebut. ”Gambar dan tulisan siapakah ini?” Gambar tersebut menunjukkan kepemilikan dari benda tersebut. Dan selayaknya diserahkan kembali kepada pemiliknya. Logika yang sederhana, tetapi sarat dengan makna teologis. Lewat alur pikiran itu, Yesus mengajak pendengarnya menyadari bahwa mereka diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Kalau seandainya mereka diciptakan menurut gambar Allah, maka mereka harus menunjukkan dalam hidupnya bahwa mereka sungguh-sungguh adalah kepunyaan Allah dan hanya kepada Allah mereka layak membaktikan hidupnya.

Hari ini kita memperingati kemerdekaan bangsa kita. Dengan kemerdekaan ini, kita diajak untuk merenungkan dan menginsafi bahwa kita semua adalah anak-anak yang lahir dalam kebebasan dan putra-putri yang diciptakan menurut citra dan gambar Allah. Sebagai orang yang diciptakan menurut gambar Allah, kita adalah manusia-manusia yang bebas dan bermartabat. Seorang yang bermartabat adalah seorang warga negara yang baik. Semoga perayaan kemerdekaan ini menyadarkan kita akan siapa kita dan milik siapa kita agar kita menjadi orang Katolik yang sejati dan warga negara yang bermartabat.

Tuhan, aku bersyukur atas anugerah indah kebebasan yang Kauberikan kepada bangsa ini. Semoga aku semakin menyadari akan siapa diriku ini dan memberikan hidupku seluruhnya bagi kemuliaan nama-Mu dan kesejahteraan bangsaku. Amin.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Mitos hidup perkawinan: saling menerima kelemahan pasangan apa adanya

Dear all,

Dalam kesempatan memberikan salah satu materi kursus persiapan perkawinan, saya mengajukan pertanyaan pertama begini, "Apakah kaliah harus menerima kelemahan pasangan apa adanya?" Dengan penuh semangat mereka menjawab, "Pasti dong Romo! Masak sudah suami isteri nggak mau meneriman kelemahan pasangan!" Lalu saya tidak mengomentari, tapi saya bertanya lagi, "Sampai kapan kalian akan saling menerima kelemahan apa adanya?" Dengan mantap tanpa ragu ragu, mereka pun menjawab, "Yah pastilah kami mau menerima kelemahan sampai maut memisahkan Romo. Masakan kita sudah janji nikah, mau diingkari!"

Saya masih juga belum berkomentar, tapi memperdalam jawaban, "Kalau begitu, "Apa jaminan kalian, kok bisa mengatakan mampu saling menerima kelemahan pasangan sampai akhir hayat? Kalau orang hutang di pegadaian, jaminannya bisa sertifikat tanah, dsb. Kalau kalian bertekad mau menerima kelemahan "apa adanya", jaminannya apa? Pasangan itu lalu bekerut dahi. Namun mereka berusah menjawab, "Romo, jaminan kami ya percaya saja pada pasangan, dan ingat janji nikah!" Saya mulai menggugat jawaban mereka, "Ah apa benar, saya kok tidak yakin!! Coba sekarang kalau kenyataannya begini. Misalnya, kalau suamimu ini sering tidak bisa bangun malam, padahal sebagai ibu, kamu sudah capek, dan tidak bisabergantian jaga untuk ganti popok anakmu, apakah sebagai ibu, kamu akan diam saja atau mau protes atau marah?"Pihak calon isteri langsung saja spontan menjawab, "Yah kalau begitu, mana bisa Romo, pasti saya juga marah!' Saya langsung tertawa, sambil menyahut, "Nah, lho...baru saja tadi kalian bilang mau menerima kelemahan apa adanya, kok sekarang berbeda jawabanmu? Coba saya tanya pada calon suami nih, "Mas, kalau isterimu judes dan galak, selalu saja komentar dengan cara berpakaianmu, caramu makan, dsb, kira kira kamu terima apa nggak diperlakukan begitu oleh isterimu nanti?" Spontan, calon suami tadi langsung menyahut, "Romo, yah harapannya tidak seperti itu, tapi kalau terjadi, mana saya bisa terima kelemahan isteri saya!"

Saya lalu menanggapi jawaban mereka berdua, "Nah ternyata apa yang tadi kalian katakan tidak konsisten kan? Setelah dihadapkan pada contoh dan kenyataan yang akan terjadi, kalian sudah mengatakan "tidak bisa menerima kelemahan pasangan!" Jadi sebenarnya, mitos itu mesti diganti dengan cara pandang baru, bagaimana MENGUBAH PARADIGMA KITA TENTANG KELEMAHAN MANUSIA, Kelemahan yang dianggap sebagai gangguan yang menggelisahkan, membosankan dan mengecewakan, dipahami sebagai "SAAT SAAT ISTIMEWA PENUH RAHMAT TUHAN untuk tumbuh dan berkembang sebagai pasangan hidup

Contohnya begini: kalau isterimu judes, galak dan cerewet, itu kesempatan bagimu sebagai suami untuk "dinilai, dikritik dan ditunjukkan kesalahanmu" Jadi nanti kalau habis bekerja, kalau ada kesalahpahaman, tanyalah pada isterimu, "apa yang salah dalam diriku menurutmu, coba kamu nilai kerjaanku apa sudah baik apa belum!" Kalau, suamimu sering bangun terlambat karena tidur larut malam, atau tidak bisa bangun malam untuk berganti jaga, tanyakan pada suamimu, "Mas, kalau kamu bangun terlambat, saya belajar untuk memahami bagaimana kamu capek seharian sudah kerja. Tapi saya juga jadi ingin tahu, apa Mas keberatan dengan tanggung jawab untuk berganti jaga malam hari mengganti popok? Kalau keberatan, katakan, ya itulah resiko yang harus aku tanggung! Namun, alangkah senangnya, kalau Mas bisa bangun pagi, atau bisa berjaga malam! Tapi itu harapanku!" Isteri belajar untuk mempelakukan suami menjadi "diri sendiri". Demikian juga suami yang mengenal isterinya judes, ia tidak mau mengubahnya, melainkan menghargai dia dengan cara memberi kesempatannya menilai.

Dari berbagai pengamatan, setelah pandangan itu diterapkan, ternyata mengurangi banyak percecokkan dalam keluarga. Mereka bisa bergembira dalam hidup perkawinan, Tidak usah pusing saling mempersatukan perbedaan, melainkan mereka bisa sersan, serius tapi santai, menghadapi kelemahan satu sama lain.

Moga moga di tahun baru 2010 ini, makin banyak hidup perkawinan menjadi tanda kehadiran cinta Allah yang membebaskan orang untuk saling mengasihi.

warm regards
bslametlasmunadipr

Lahir: Magelang 17 Desember 1968

Tahbisan Imam: Purwokerto, 18 Juli 2001

Wafat: Jumat 13 Agustus 2010, jam 21.30

Tue Jan 5, 2010 1:39 am

Senin, 16 Agustus 2010 Hari Biasa Pekan XX

Senin, 16 Agustus 2010
Hari Biasa Pekan XX

Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Mat 19:21)

Doa Renungan

Ya Tuhan, syukur kepada-Mu atas rahmat kasih yang Engkau berikan kepada kami. Semoga hari ini kami dapat menjadi tanda kasih-Mu bagi orang yang kami jumpai. Jauhkanlah kami dari sikap untuk mementingkan diri sendiri melainkan bersedia membantu sesama kami yang membutuhkan pertolongan dari kami, sehingga hidup kami semakin menampakkan cinta-Mu sendiri. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Yehezkiel (24:15 - 24)

"Yehezkiel hendaknya menjadi lambang bagimu; hendaklah kalian melakukan seperti yang dilakukannya."

Tuhan bersabda kepadaku, "Hai anak manusia, lihat, Aku hendak mengambil dari padamu dia yang sangat kaucintai seperti yang kena tulah, tetapi janganlah meratap ataupun menangis dan janganlah mengeluarkan air mata. Diam-diam saja mengeluh, jangan mengadakan ratapan kematian; lilitkanlah destarmu dan pakailah kasutmu, jangan tutupi mukamu dan jangan makan roti perkabungan." Pada paginya aku berbicara kepada bangsa itu dan pada malamnya isteriku mati. Pada pagi berikutnya aku melakukan seperti diperintahkan kepadaku. Maka bangsa itu berkata kepadaku: "Tidakkah engkau bersedia memberitahukan kepada kami, apa artinya ini bagi kami, bahwa engkau melakukan demikian?" Lalu kujawab mereka: "Firman TUHAN sudah datang kepadaku: Katakanlah kepada kaum Israel: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Sesungguh-sungguhnya Aku akan menajiskan tempat kudus-Ku, kekuasaanmu yang kaubanggakan, kenikmatan bagi matamu dan bagi jiwamu; dan anak-anakmu lelaki dan perempuan yang kamu tinggalkan akan mati rebah oleh pedang. Kamu akan melakukan seperti yang kulakukan: Mukamu tidak akan kamu tutupi dan roti perkabungan tidak akan kamu makan, kepalamu pakai destar dan kakimu pakai kasut; dan kamu tidak akan meratap atau menangis. Tetapi kamu akan hancur lebur dalam hukumanmu, dan kamu akan mengeluh seorang kepada yang lain. Demikianlah Yehezkiel menjadi lambang bagimu; tepat seperti yang dilakukannya kamu akan lakukan. Kalau itu sudah terjadi maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan ALLAH.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Engkau telah melupakan Allah yang melahirkan dikau.
Ayat. (MT Ul 32:18-19.20.21)
1. Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau. Ketika Tuhan melihat hal itu, maka Ia menolak mereka, karena Ia sakit hati oleh anak-anaknya lelaki dan perempuan.
2. Ia berfirman: Aku hendak menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, dan melihat bagaimana kesudahan mereka, sebab mereka itu suatu angkatan yang bengkok, anak-anak yang tidak mempunyai kesetiaan.
3. Mereka membangkitkan cemburu-Ku dengan yang bukan Allah, mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan berhala mereka. Sebab itu Aku akan membangkitkan cemburu mereka dengan yang bukan umat, dan akan menyakiti hati mereka dengan bangsa yang bebal.

Bait Pengantar Injil do=bes, 2/2, PS 957
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. Berbahagialah yang hidup miskin terdorong oleh Roh Kudus, sebab bagi merekalah kerajaan Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (19:16-22)

"Jika engkau hendak sempurna, juallah segala milikmu dan berikanlah kepada orang-orang miskin.

Pada suatu hari ada seorang datang kepada Yesus dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakan-Nya
U. Sabda-Mu adalah jalan kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Bermula dari suatu keikhlasan pencarian akan apa yang bisa memberikan kepadanya hidup damai dan bahagia yang kekal. Namun, kisah itu berakhir dengan kesedihan. Ketika orang muda itu mendengar perkataan Yesus, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya yang harus ia berikan kepada orang-orang miskin jikalau ia ingin hidup sempurna bersama Dia.

Mengapa orang muda yang kaya itu bersedih? Bukankah dia harus bersukacita? Memang semakin banyak harta yang kita miliki, semakin kita susah dan sedih melepaskannya. Tanpa disadari, keterlekatan kita pada harta membuat kita sulit menerima kerajaan Allah. Kita mungkin bisa merasakan apa yang dirasakan pemuda itu. Pergulatan batinnya sungguh hebat. Di satu pihak, dia merindukan kehidupan yang bahagia dan damai, di lain pihak, dia ditantang untuk menjual seluruh harta miliknya dan hidup dalam ketidaknyamanan, serta ketidakpastian.

Apakah kerinduan hati kita yang paling dalam? Siapakah dan apakah yang memberi kepuasan akan kerinduan kita pada hidup yang damai dan bahagia? Bukankah Tuhan sudah cukup dalam hidup kita? ”Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan” (Ams15:16). Memiliki harta bukanlah dosa. Bagaimana kita menyikapinya itulah yang bisa membuat kita terjerumus dalam dosa (bdk. Sir 31:5–7).

Tuhan, Engkau sendiri yang memenuhi kerinduan hatiku yang paling dalam. Tidak ada harta yang bisa dibandingkan dengan kehadiran-Mu. Berikanlah aku sukacita yang dalam karena memiliki-Mu sebagai harta terindah dalam hidupku. Amin.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Bacaan Harian 16-22 Agustus 2010

Bacaan Harian 16-22 Agustus 2010

Senin, 16 Agustus 2010: Hari Biasa Pekan XX
Yeh 24:15-24; MT Ul 32:18-21; Mat 19:16-22
Mengikuti jalan Yesus tidaklah cukup hanya dengan menaati segala perintah dan hukum Allah secara lahiriah. Diperlukan sikap yang lepas bebas terhadap segala keterikatan lain dan menyerahkan serta menggantungkan hidup hanya pada Allah.

Selasa, 17 Agustus 2010: Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia (P).
Sir 10:1-8; Mzm 101:1a.2ac.3a.6-7; 1Ptr 2:13-17; Mat 22:15-21.
Catatan:
1. Menurut MAWI (sekarang KWI) 1972, Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dirayakan sebagai Hari Raya (Sollemnitas). Tetapi Uskup setempat dapat memindahkannya ke hari lain sekitar tanggal tersebut.
2. Tatalaksana Ekaristi, lihat: Seri Kristus Sekarang No. 4, Anggota Keluarga Allah, cetakan 1974, halaman 53.
Sebagai warga negara, apakah kita juga sudah peduli terhadap keadaan sekitar kita? Terhadap kebenaran dan keadilan? Terhadap penderitaan dan kesulitan masyarakat? Terhadap lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat? Sebagai orang katolik, kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang di tengah masyarakat.

Rabu, 18 Agustus 2010: Hari Biasa Pekan XX
Yeh 34:1-11; Mzm 23:1-6; Mat 20:1-16a.
Allah mengasihi manusia tanpa batas. Ia mengasihi setiap orang dengan cara-Nya sendiri dan dengan ukuran-Nya sendiri. Maka, janganlah kasih Allah itu kita batasi dengan ukuran kita. Syukurilah atas kasih-Nya yang boleh kita terima dan syukurilah pula setiap kasih yang keluar dari kerahiman-Nya untuk orang-orang lain. Semuanya gratis, tak ada ’biaya’ dari kita. Maka, tak ada alasan untuk iri hati!

Kamis, 19 Agustus 2010: Hari Biasa Pekan XX
Yeh 36:23-28; Mzm 51:12-15.18-19; Mat 22:1-14.
Allah telah mengundang kita untuk menikmati perjamuan abadi yang disediakan-Nya. Adakah kita sudah mempersiapkan diri untuk layak hadir dalam perjamuan itu? Saatnya akan tiba, perjamuan akan terbentang. Hanya orang-orang yang layak saja bisa duduk bersama-Nya dalam perjamuan itu. Baiklah kita segera 'mandi', lantas 'berpakaian rapi', supaya kalau waktu penjemputan tiba, kita pun siap dan layak hadir.

Jumat, 20 Agustus 2010: Peringatan Wajib St. Bernardus, Abas Pujangga Gereja (P).
Yeh 37:1-4; Mzm 107:2-9; Mat 22:34-40.
Yesus mengingatkan, dasar segala hukum adalah kasih kepada Allah dan kepada sesama. Namun, penghalangnya adalah tawaran dunia yang lebih menjanjikan, lebih mudah dirasakan, lebih memuaskan hati dan lebih nyata. Menjalankan kasih kepada Allah dan sesama memang tidak gampang, tetapi nyatanya itulah hukum yang utama!

Sabtu, 21 Agustus 2010: Peringatan Wajib St. Pius X, Paus (P).
Yeh 43:1-7a; Mzm 85:9ab-14; Mat 23:1-12.
Renungkan hal sederhana ini: Apakah tingkah dan tindakanku sudah sejalan dengan imanku? Kalau jawabannya ’Ya’, berbahagialah karena Kerajaan Surga dekat denganku. Tetapi kalau ’Tidak’, masih ada ’biaya yang harus aku keluarkan’ untuk sampai pada Kerajaan itu. Renungkanlah, berapa dan apa biayanya!

Minggu, 22 Agustus 2010: Hari Minggu Biasa XXI
Yes 66:18-21; Mzm 117:1-2; Ibr 12:5-7.11-13; Luk 13:22-30.
Menjadi murid Yesus bukan jaminan untuk diselamatkan. Hanya orang-orang yang sungguh menjalankan perintah-Nya saja yang ada dalam rangkulan keselamatan. Iman memang penting; tapi iman yang benar adalah iman yang nampak dalam perbuatan.

Tuhan pun menjawab...!

Tuhan,
Kalau boleh, aku memohon kepada-Mu
Anugerahkanlah seorang imam yang muda, gantheng, namun ramah,

Janganlah imam itu orang yang judes dan mudah marah kepada umatnya,
Kalau boleh imam itu orang yang pandai, tapi juga rendah hati.

Berilah kami seorang imam, yang pandai berkotbah, sehingga kami tidak ngantuk waktu misa, tapi juga dia imam yang bisa menyanyi merdu, jadi misa itu makin hikmat dan agung!

Kalau imam itu pandai bergaul, janganlah hanya bergaul dengan orang yang kaya, memberinya fasilitas yang mewah, tapi imam yang serba bisa bergaul dengan siapapun, dari anak-anak sampai orang tua dan kakek nenek!

Berilah kami imam yang mampu jadi pemimpin yang melayani berbagai macam ragam umat, ada yang mampu tapi tak mau, ada yang mau tapi tak mau, ada yang tidak mau dan tidak mampu.

Berilah kami imam yang hidupnya menghayati kemiskinan, dia lebih suka naik motor daripada mobil, meskipun harus kehujanan seperti umatnya yang miskin, dia tidak suka pakai baju yang mahal mahal harganya, dan syukur imam itu lebih suka pakai HP yang sederhana saja, tidak seperti BB

Berilah kami imam yang punya manegemen bagus, tapi dia tidak "sakleg" dan tahu menempatkan diri dan tahu bagaimana mengelola pekerjaan administratif dengan rapi!

Berilah kami imam yang pandai berkotbah, tapi juga kelakuannya bisa dicontoh oleh umat!

Seorang imam pun berdoa setelah tahbisannya,
Tuhan, berilah aku umat paroki yang bisa mengerti diriku, kalau aku lemah dan sering mudah marah. Berilah aku umat yang tidak mudah menuntut dan mudah komentar terhadap kotbah dan kebijakan yang kuambil.

Berilah aku umat yang pendiam namun penurut padaku, sehingga aku bisa merancang karya pastoral dengan baik.

Berilah aku umat yang murah hati, kalaupun ia kaya, ia tidak akan pelit untuk memberikan sumbangannya kepada Gereja.

Berilah aku umat yang tidak pernah menyalahkan diriku, juga kalau akupun memang salah, kumohon mereka dapat memaklumi aku!

Berilah aku umat yang rendah hati yang ramah, tidak galak dan judes, tapi hati yang lapang, bisa menerima sikapku yang kadang kadang kasar dan semaunya..!

Berilah aku umat sebanyak mungikin yang mampu dan mau bekerja untuk terlibat di Paroki, terutama sebagai anggota Dewan Paroki, namun mereka juga pribadi yang murah hati dan tidak suka hitung untung rugi dengan kerja kerasnya.

Berilah aku umat yang selalu memujiku dan mengatakan "Pastor baik banget!" agar hidupku semakin enjoy.

Berilah aku umat yang menghormati wibawaku, bahwa aku bukanlah orang sembarangan, tapi aku orang yang pantas dihormati. Aku bangga kalau ada umat yang takut padaku!

TUHAN pun MENJAWAB DOA UMAT DAN DOA PARA IMAM:
Umat-Ku dan para imam-Ku, bukankah kalian itu semua orang yang tidak sempurna? Namun kenapa, hai umat-Ku semuanya, kenapa kalian meminta seorang imam yang sempurna? Apakah adil, Aku memberikan imam yang sempurna untuk menjadi pemimpin parokimu, sementara kamu sendiri juga belum sempurna?

Hai para imam, bukankah kalian juga sama belum sempurna seperti Bapa sempurna di surga? Mengapa kalian semua juga menuntut umatmu menjadi sempurna seperti yang engkau pikirkan? Apakah adil, kalau aku mempercayakan kepadamu umat yang sempurna sementara dirimu tidak sempurna? Apalagi engkau malah bangga ditakuti umatmu? Janganlah engkau bangga bila orang takut padamu, justru kalau engkau membuat orang lain takut, perlulah engkau bertanya pada dirimu, adakah cinta dalam hidupmu?

Nah karena kalian semua, baik imam maupun umat belum sempurna, bertindaklah yang "ADIL", berkembanglah menuju kesempurnaan bersama-sama! Roh-Ku akan Ku-utus agar kalian semua mampu bekerjasama dengan baik!

Akhirnya seorang imam itu menyadari kekeliruannya, ia tertantang untuk berubah menjadi pribadi yang tidak lagi perfeksionis, tapi menjadi pribadi yang rendah hati. Begitu jugalah umatnya, dia tergerak untuk berubah menjadi pribadi yang ramah dan tidak mudah menghakimi imamnya.

Semoga esok hari ada banyak kejutan yang membuat hidup makin bergairah dan penuh harapan!

Warm regards!

Blasius Slamet Lasmunadi
Thu Jul 15, 2010 5:50 pm

Lahir: Magelang 17 Desember 1968

Tahbisan Imam: Purwokerto, 18 Juli 2001

Wafat: Jumat 13 Agustus 2010, jam 21.30

Minggu, 15 Agustus 2010 Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga

Minggu, 15 Agustus 2010
Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga

MASA DEPAN KEMANUSIAAN

Empat hal mengenai Maria dirumuskan sebagai ajaran iman dalam Gereja Katolik. Dua dari zaman para Bapa Gereja, yakni (1) Maria tetap Perawan, (2) Maria Theotokos - Maria mengandung dan melahirkan Tuhan Yesus, dan dua rumusan lainnya dari abad 19 dan 20 meskipun sudah dirayakan sejak berabad-abad sebelumnya, yaitu: (3) Maria dikandung tanpa noda dosa asal (dinyatakan sebagai ajaran iman tahun 1854) dan (4) Maria diangkat ke surga jiwa dan badan. Yang terakhir ini baru resmi dinyatakan sebagai bagian ajaran iman Gereja Katolik pada tahun 1950 meski sudah dirayakan di pelbagai tempat sejak abad ke-4.

MENEMUKAN YANG HILANG


Merayakan peristiwa Maria diangkat ke surga dapat menjadi ungkapan kepercayaan akan masa depan kemanusiaan sendiri. Pada satu saat nanti umat manusia akan kembali berada bersama dengan Tuhan di surga. Masa depan seperti ini bisa pula terjadi karena salah satu dari kemanusiaan, yakni Maria, sudah ada di sana dan kini ia melantarkan doa-doa permohonan dari yang biasa hingga yang amat khusus kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita acap kali menyadari bahwa Tuhan lebih mendengarkan kita - berkat Maria - daripada kita mendengarkanNya. Maria tahu jalan-jalan menyampaikan doa kita kepada Yang Maha Kuasa.

Diceritakan dalam Kitab Kejadian, manusia dan istrinya diusir dari Firdaus karena melanggar larangan memakan buah pengetahuan baik dan buruk. Ini dosa. Dosa membuat kemanusiaan merosot. Sebelumnya mereka akrab dengan dunia ilahi, dapat bercakap-cakap dengan Tuhan. Manusia merasa aman di hadapanNya. Tapi begitu mereka sadar telah melanggar larangannya mereka takut bertemu denganNya dan menyembunyikan diri. Rasa saling percaya rusak dan tidak lagi mereka dapat berdiam di Firdaus. Tuhan mengusir mereka dan bahkan menempatkan malaikat penjaga berpedang api agar mereka tak bisa mendekat ke pohon kehidupan. Manusia kini harus berjerih payah mencari makan agar hidup terus. Istrinya harus menderita tiap kali mau menjadi ibu. Dan penggoda mereka, ular, dikutuk jalan melata. Tapi juga dikatakan seorang keturunan perempuan yang diperdayakannya itu nanti akan meremukkan kepalanya. Ini semuanya ada dalam Kitab Kejadian 3, khususnya Kej 3:15.

Mari kita bayangkan kelanjutan yang tidak diceritakan dalam Alkitab, tapi bisa kita rasa-rasakan. Setelah mengusir manusia dari Firdaus, Tuhan pun mengatupkan pelupuk mata menghela nafas. Dan semua penghuni surga pun tertunduk diam. Seluruh Firdaus seperti berkabung. Suasana ini membuat Tuhan merasa kesepian. Suatu hari Ia mengambil keputusan untuk turun ke dunia mencari manusia yang sudah diusirNya. Maka Ia mengubah diri menjadi suara batin yang ada dalam diri manusia. Dengan demikian, manusia diam-diam dituntunNya melangkah, mungkin dengan jatuh bangun lewat lorong-lorong kembali ke Firdaus, lewat jalan lain yang tidak dijaga malaikat berpedang api. Begitulah Ia berharap satu ketika nanti manusia akan bisa berada kembali di surga mengusir suasana murung untuk selama-lamanya.

Hari ini dirayakan kembalinya satu dari keturunan yang telah terusir dari Firdaus tadi. Bukan itu saja. Dirayakan pulihnya suasana gembira di surga. Dirayakan kebesaran Tuhan yang dapat membawa kembali kemanusiaan ke sana. Dirayakan pula kemampuan manusia untuk bekerja sama dengan Tuhan. Dirayakan orang yang hidup tulus membiarkan diri dituntun suara batin. Dan lebih dari itu. Kandungan suara batinnya itu menjadi darah daging juga - menjadi manusia. Manusia pertama yang bangkit dari kematian dan naik ke surga. Yesus dan dia yang kini mengisi surga dengan kegembiraan. Dia itulah yang menuntun manusia kembali ke sana. Sebagai Guru. Sebagai Gembala yang baik. Sebagai Penyelamat. Tak mengherankan yang pernah membawanya masuk ke dunia ini dengan sendirinya ikut terbawa kembali ke surga. Dia itu Maria, ibu Yesus.

KIDUNG MAGNIFIKAT

Bacaan Injil pada perayaan hari ini (Luk 1:39-56) memuat dua bagian, yakni kisah Maria mengunjungi Elisabet (ay. 39-45) dan Kidung Pujian "Magnifikat" (ay. 46-55) yang berakhir dengan ay. 56 sebagai penutup kisah. Bagian pertama mengisahkan dua orang perempuan yang mendapati diri beruntung. Elisabet yang termasuk kaum yang kena aib karena tidak mengandung sampai usia senja kini akan melahirkan Yohanes Pembaptis. Dan dia yang masih ada dalam rahim itu melonjak kegirangan mendengar salam yang diucapkan Maria yang datang berkunjung. Maria sendiri harus melewati hari-hari tak enak memikirkan bagaimana menjelaskan keadaan dirinya kepada Yusuf, tunangannya. Ia bertanya kepada malaikat yang datang kepadanya, bagaimana mungkin semuanya terjadi. Jawab malaikat menunjuk pada peran Roh Kudus. Begitulah kisah yang disampaikan kepada kita oleh Lukas. Dan kelanjutannya kita ketahui. Maria membiarkan Roh Kudus bekerja dalam dirinya. Itu dia Tuhan yang mengubah diri menjadi suara hati manusia. Dan suara hatinya itu jugalah yang membuatnya berkata "Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu!"

Roh yang sama itu juga yang membuat Maria mengkidungkan pujian yang dibacakan hari ini. Kidung itu mulai pada ay. 46 dengan pujian bagi Tuhan yang turun untuk menyelamatkan. Ia membuat hidup ini berarti. Ia membuat penderitaan bermakna. Kemudian dalam ay. 48 terungkap pengakuan bahwa Tuhan menyayangi orang-orang yang kecil sehingga mereka menjadi besar di mata orang. Tak perlu kita tafsirkan ini sebagai teologi pembalikan nasib orang miskin jadi kaya dan orang kaya jadi melarat. Ayat itu mewartakan kebesaran Tuhan yang tidak takut berdekatan dengan orang kecil, bukan karena tindakan ini romantik, ideal, melainkan karena orang kecil itu dapat memberinya naungan dan mengurangi kesepiannya! Orang sederhana biasanya ingat Tuhan dan itu cukup membuatNya menemukan kembali secercah kegembiraan yang telah hilang dari surga dulu. Ini teologi sehari-hari.

Ayat-ayat selanjutnya, yakni 49-55, berupa pembacaan kembali sejarah terjadinya umat Israel. Ditekankan tindakan-tindakan hebat Tuhan yang membela orang-orang yang dikasihiNya di hadapan pihak-pihak yang mau menindas mereka. Puji-pujian yang terungkap dalam Magnifikat ini senada dengan ungkapan kegembiraan dan kepercayaan akan perlindungan ilahi seperti terdapat dalam Kidung Hana dalam 1Sam 2:1-10.

Sering ada anggapan bahwa penderitaan, kemelaratan, ketakberuntungan, aib, semuanya ini dikenakan sebagai hukuman bagi kesalahan. Juga dianggap bahwa hukuman bisa juga diturunkan kepada keturunan orang yang bersalah. Dosa menurun, hukuman berkelanjutan. Dalam Kidung Magnifikat pendapat seperti ini tidak diikuti. Malah ditegaskan bahwa Tuhan membela orang yang percaya kepadanya yang meminta pertolongan dariNya. Bagaimana dengan orang yang hidupnya beruntung, menikmati kelebihan, tidak kurang apa pun? Apakah mereka itu akan dikenai malapetaka? Kiranya bukan itulah yang dimaksud. Orang-orang yang beruntung dihimbau agar mengambil sikap seperti Tuhan sendiri, yakni memperhatikan mereka yang kurang beruntung. Sama sekali bertolak belakang bila orang membiarkan kekayaan, kedudukan, kepintaran membuat sesama yang kurang beruntung menjadi terpojok atau kurang mendapat kesempatan untuk maju. Inilah yang kiranya hendak disampaikan dalam ay. 52-53 yang mengatakan bahwa kaum congkak hati akan diceraiberaikan, orang berkedudukan akan direndahkan, orang kaya akan disuruh pergi dengan tangan hampa. Kidung Magnifikat mengajak orang-orang yang merasa beruntung diberkati oleh Tuhan dengan kelebihan bukan untuk menikmatinya, melainkan untuk memungkinkan sesama ikut beruntung. Di sini tidak ditawarkan sebuah teologi penjungkirbalikan nasib, melainkan pelurusan hakikat kehidupan sendiri.

Kepercayaan akan kebesaran Tuhan tidak bisa diterapkan begitu saja untuk memerangi ketimpangan sosial yang mengakibatkan adanya ketidakadilan yang melembaga. Namun demikian, kepercayaan ini dapat membuat manusia makin peka dan mencari jalan memperbaiki kemanusiaan sendiri. Keterbukaan kepada dimensi ilahi akan membuat orang makin lurus.

MENGHAYATI FIRMAN ILAHI

Dalam Injil bagi misa sore menjelang perayaan ini (Luk 11:27-28) disebutkan ada seorang perempuan yang menyebut bahagia ibu yang melahirkan Yesus (Luk 11:27). Yesus menambahkan, "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." Kata Indonesia "memelihara" ini dengan tepat mengutarakan kembali ungkapan aslinya yang memuat pengertian menjaga, menelateni, membesarkan. Agak disentuh teologi sabda seperti diutarakan dalam pembukaan Injil Yohanes. Yang menarik ialah adanya penekanan pada kegiatan pihak manusia. Dikatakan manusia memelihara sabda Allah. Berarti sabda itu juga bisa berkembang dalam diri manusia dan bahkan menjadi bagian kehidupannya. Maria ialah salah satu yang menjalankannya. Seperti diutarakan dalam Luk 1:38 "Terjadilah padaku menurut perkataanmu itu", sabda Allah yang dibawakan malaikat kepadanya menjadi kehidupan karena diterimanya dan dikandungnya. Dan Maria melahirkannya tadi dalam ujud manusia. Kata-kata Yesus yang diteruskan dalam Luk 11:28 tadi memperjelas apa artinya berbahagia karena bisa melahirkan dan membesarkannya. Maria berbahagia karena ia mendengarkan firman Allah serta memeliharanya.

Salam hangat,
A. Gianto

Minggu, 15 Agustus 2010 Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga

Minggu, 15 Agustus 2010
Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga

Sebab Tuhan telah memilih Sion, dan mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya, "Inilah tempat perisitirahatan-Ku untuk selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya." (Mzm 132:13-14)

Antifon Pembuka

Tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya, dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.

atau

Bergembiralah kita semua dalam Tuhan, berhari raya menghormati Santa Perawan Maria. Malaikat pun bersuka ria berpesta merayakan pengangkatannya dan memuji Putra Allah.

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, Engkau telah mengangkat Bunda Putra-Mu, Santa Perawan Maria yang tidak bernoda, dengan jiwa dan raganya ke dalam kemuliaan surga. Kami mohon dengan rendah hati, semoga hati dan budi kami selalu terarah kepada-Mu, agar kami pun pantas menikmati kemuliaan, yang telah Kauberikan kepadanya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepan-jang masa. Amin.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 840 (Vigili)
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku
Ayat. (Mzm 132:6-7.9-10.13-14; Ul: 8)
1. Dengarlah! Kami dengar tabut itu ada di Efrata, kami telah mendapati di padang Yaar. "Mari kita pergi ke tempat kediaman Tuhan, dan sujud menyembah pada tumpuan kaki-Nya!"
2. Biarlah imam-imam-Mu berpakaian kebenaran, dan biarlah bersorak-sorai orang-orang yang Kaukasihi! Demi Daud, hamba-Mu, janganlah Engkau menolak orang yang Kauurapi!
3. Sebab Tuhan telah memilih Sion, dan mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya, "Inilah tempat perisitirahatan-Ku untuk selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya."


Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, kanon, PS 960 (Vigili)
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 11:28)
Berbahagialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya.

Pembacaan dari Kitab Wahyu (11:19a; 12:1-6a.10ab)

"Seorang perempuan berselubungkan matahari dengan bulan di bawah kakinya."

Aku, Yohanes, melihat Bait Suci Allah yang di surga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu. Lalu tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya, dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Ia sedang mengandung. Dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan, ia berteriak kesakitan. Maka tampaklah suatu tanda lain di langit: Seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Ekornya menyapu sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkannya. Dan perempuan itu melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi. Tetapi tiba-tiba Anak itu direnggut dan dibawa lari kepada Allah dan ke hadapan tahta-Nya. Lalu perempuan itu lari ke padang gurun, di mana Allah telah menyediakan suatu tempat baginya. Kemudian aku mendengar suara yang nyaring di surga, “Sekarang telah tiba keselamatan, kuasa dan pemerintahan Allah kita! Sekarang telah tiba kekuasaan Dia yang diurapi Allah! Sebab para pendakwa yang siang malam mendakwa saudara-saudara kita di hadapan Allah, telah dilemparkan ke bawah!”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do=d, 2/2, PS 861
Ref. Segala keturunan akan menyebut aku bahagia
Ayat.
(Mzm 45:10-12.16 Ul:10d)
1. Dengarlah, hai puteri, lihatlah dan sendengkanlah telingamu, Lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! Biarlah raja menjadi bergairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya.
2. Di antara mereka yang disayangi terdapat puteri-puteri raja, di sebelah kananmu berdiri permaisuri berpakaian emas dari ofir.
3. Dengan sukacita dan sorak-sorai mereka dibawa, mereka masuk ke dalam istana raja.

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (15:20-26)

"Kristus sebagai buah sulung, sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya."

Saudara-saudara, Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Kemudian tibalah kesudahan, yaitu bilamana Kristus menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Kristus harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh terakhir, yang Ia binasakan ialah maut.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do=f, 2/2, PS No. 953
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat
Maria diangkat ke surga, para malaikat bergembira.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (1:39-56)

"Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan meninggikan orang-orang yang rendah."

Beberapa waktu sesudah kedatangan malaikat Gabriel, bergegaslah Maria ke pegunungan menuju sebuah kota di wilayah Yehuda. Ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya, dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring; “Diberkatilah engkau di antara semua wanita, dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Sungguh, berbahagialah dia yang telah percaya, sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana.” Lalu kata Maria, “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memerhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku, dan nama-Nya adalah Kudus.Rahmat-Nya turun temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya, dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya, dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” Kira-kira tiga bulan lamanya, Maria tinggal bersama dengan Elisabet, lalu pulang ke rumahnya.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

BERSAMA BUNDA MARIA MENGHAYATI HIDUP MENGGEREJA

Saudara-saudari yang dicintai Tuhan,
“Maria yang dipenuhi dengan rahmat Allah, menjawab tawaran Allah dengan seluruh keberadaannya. Tidak ada di dalam dirinya yang bukan merupakan suatu wujud pemberian diri, suatu penerimaan terhadap rencana-rencana Allah, dan suatu pilihan Allah. Dalam iman, Maria menghayati jawaban “YA” secara total karena kepercayaannya kepada Sabda. Maria membiarkan dirinya dibentuk oleh tangan Allah dan dipimpin Allah ke manapun pergi : Mesir, Nazaret, Kana, Golgota, dan ke Senakel dalam pengharapan akan Roh Kudus. Elizabeth dan komunitas perdana berbicara tentang Maria sebagai, “dia yang percaya.” Di dalam dia, Gereja melihat dirinya sebagai “komunitas orang beriman” (F.X. Kardinal Nguyen Van Thuan, “Kesaksian Pengharapan”). Bersama dengan Maria, kita yang sudah menjawab “ya” akan tawaran keselamatan Allah dalam hidup Tuhan Yesus ingin berbagi sukacita kepada sesama, seperti Maria berbagi sukacita dengan dan bersama Elizabeth (Lukas 1:39-56). Dalam Injil Lukas 1:26-38 dikisahkan bahwa malaikat Gabriel memberi warta kepada Maria dan akan mengandung seorang anak laki-laki yang akan dinamai Yesus. Bersama Yesus, Maria mengunjungi Elizabeth, “Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakaria dan memberi salam kepada Elizabeth” (ayat 39-40). Allah berjanji kepada Zakaria bahwa anaknya akan penuh dengan Roh Kudus. Saat Yesus dikandung oleh kekuatan Roh Kudus, Roh dapat menjadi aktif dalam diri orang lain. Yohanes menerima Roh dalam kehadiran

Yesus; Roh memenuhi Elizabeth dan kelak memenuhi Zakaria dan Simeon. Peristiwa ini melambangkan pemuliaan Yesus kelak, yang akan memberikan Roh Kudus kepada semua orang (Kis 2:33). Kedatangan Maria yang mengandung Yesus menyucikan keluarga Elizabeth dengan kehadiran Tuhan.

Perjumpaan Maria dengan Elizabeth membuahkan sukacita. Dan sukacita mendorong Maria dan Elizabeth untuk memuliakan Allah, “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya” (ayat 46-48). Kidung Maria ini (ayat 46-55) disebut MAGNIFICAT yang berisi kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama dan menunjuk kepada kedatangan Yesus. Kidung ini sangat kuat dipengaruhi oleh kidung yang dinyanyikan Hana, ibu nabi Samuel, sesudah kelahiran anaknya lewat campur tangan Allah (1 Sam 2:1-10). Kedua kidung melihat tindakan Allah sebagai bagian dari suatu proses panjang dari terlemparnya kebanggaan manusiawi dan menjunjung tinggi yang rendah.

“Gereja bukanlah sebuah perlengkapan, ia bukan sekedar institusi belaka, ia juga bukan hanya salah satu dari kenyataan sosiologis yang biasa. Gereja adalah seorang pribadi. Ia adalah seorang wanita. Ia adalah seorang ibu. Ia hidup. Pemahaman tentang Gereja dari sudut pandang Maria adalah suatu pemahaman yang paling kuat dan paling kontras dengan konsep Gereja sebagai lembaga yang sepenuhnya organisasi dan birokratis. Kita tidak dapat membuat Gereja; kita harus menjadi Gereja. Hanya iman yang membentuk keberadaan kita, bahwa kita adalah Gereja dan Gereja ada di dalam kita. Dan hanya menjadi seperti Maria, kita menjadi Gereja. Juga pada awal mulanya, Gereja tidak dibuat, tetapi dilahirkan. Ia dilahirkan ketika fiat muncul dari lubuk hati Maria. Inilah keinginan yang paling dalam dari Konsili : agar Gereja dibangun kembali di dalam hati kita. Maria menunjukkan kita jalan” (Kardinal Ratzinger).

Salam dan berkat
Pastor L. Setyo Antoro, SCJ.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy