| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Tujuh cara mematikan ide kreatif team kerja dan cobalah Tujuh langkah itu jadikan langkah yang positif:

Dear all,

Salah satu kekhasan pemimpin yang baik, justru harus mengenal, kapan kita bisa mematikan ide kreatif seorang teman atau team kerjamu. Dengan mengenal caranya, engkau akan menemukan cara baru untuk menyuburkan ide kreatif dari anggota team kerjamu! Caranya mudah untuk mematikan ide anggota team kerjamu:

1. Janganlah menatap matanya, tetapi lihatlah barang di sekitarnya, atau tunduk saja saat dia mengajak engkau bicara!

2. Katakanlah padanya, "Siapa yang tanya, penting apa idemu buatku?"

3. Tempatkanlah ide temanmu itu dengan cara "brainstorming": Emang idemu itu satu-satunya yang benar apa? Masih banyak ide bagus lainnya daripada idemu sendiri! Misalnya temanmu sedang menampilkan ide kreatifnya untuk menghias dekorasi manten. Dia membuat dekorasi manten yang bernuansa pegunungan lengkap dengan air terjunnya. Kalau engkau mau mematikan idenya, katakan saja, "Emang kamu sendiri apa yang punya ide seperti itu, aku pun punya, tapi aku nggak suka pamer seperti dirimu!"

4. Ber-SMS-lah terus selama dia berbicara, dan cukup tanggapi dengan kata, "Oh iya, baguslah! Ehmm Begitu...?"

5. Setiap kali dia berbicara tentang idenya, Anda tidak perlu tanya tentang idenya yang bagus dan kreatif, tapi ajukanlah terus ceritamu sendiri untuk menandingi idenya! Misalnya temanmu sedang punya ide untuk membuat gerakan penghijauan di tanah bukit yang tandus. Temanmu mengajukan usul untuk tanam pohon Jambu Mete. Kamu tidak perlu tanya, kenapa mesti Jambu Mete, tapi langsung saja katakan idemu yang baru. Aku yakin ideku lebih baik, tidak perlu tanam jambu mete, tapi tanamlah pohon beringin, pasti tumbuh subur, dan air akan terserap banyak. Emang pohon jambu mete bisa menjamin tanah jadi subur, apa?

6. Cobalah Anda selalu mencari kata-kata yang dia lontarkan, dan alihkanlah kata kata kunci menjadi titik tolak untuk tertawa. Misalnya, temanmu bicara, "Jadilah sumur yang dicari ember, jangan jadi ember yang mencari sumur terus!" Alihkanlah ide temanmu itu dengan membelokkan kata "ember". "Ya jelas saja, jangan jadi embeeeer...!! Itu sih saya sudah tahu, nggak usah sok menasihati deh...!!"

7. Tertawalah Anda saat Anda menanggapi idenya. Dia mengemukakan ide "Fund Raising". Mudah saja, untuk meningkatkan uang saku mahasiswa, "Anda tidak perlu cari uang, tapi cukuplah mengurangi jatah rokok, dari sebungkus sehari, jadikanlah sebungkus untuk 12 hari! Uang yang biasa untuk beli rokok sebungkus per hari, masukkanlah ke celengan!" Tanggapilah usul itu dengan tertawa, "Ha ha ha ha, biasalah orang yang tidak pernah ngerokok itu tahunya cuma teori, emang enak apa orang nggak merokok, sakit dan pusing Mas...jadi nggak usah deh...fund raising dengan cara matiraga begituan...kuno...!!

Sekarang, setelah tahu 7 cara yang mudah untuk mematikan ide kreatif anggota team kerjamu, cobalah 7 langkah itu jadikan langkah yang positif:

1. Tataplah wajah dan pandangannya saat dia berbicara serius untuk menceritakan gagasannya yang kreatif! Janganlah mencoba untuk memindahkan pandanganmu ke tempat lain.

2. Katakan kepadanya, "Apapun pendapatmu, pasti akan memperkaya team kerja kita, ayo ceritakan saja, siapa tahu berguna untuk kinerja kita!"

3. Janganlah membuat brainstorming yang menempatkan idenya itu seolah-olah ide yang terjelek, melainkan buatlah brainstorming yang menempatkan idenya itu berkaitan dengan ide ide orang terkenal, ide ide orang pinter lainnya sehingga ia merasa diteguhkan, idenya itu sungguh memang bisa dipertanggungjawabkan.

4. Simpanlah HP-mu, dan tidak perlu angkat telp atau ber SMS ria saat diajak bicara. Tunjukkanlah bahwa orang itu dan idenya sangat penting untuk kinerja teammu.

5. Berusahalah untuk memperdalam ide kreatif yang sudah dilontarkan anggota team kerja, dan tidak perlu memperdebatkan idenya itu dengan idemu sendiri, melainkan terulah bertanya, sambil mencari referensi yang bagus, sehingga ia merasa idenya terdukung.

6. Janganlah membelokkan kata kata kunci sebagai bahan untuk "guyonan" atau "bercanda", karena engkau akan dinilai sebagai pribadi yang suka meremehkan. Namun cobalah merumuskan kata kata kunci itu dan ulangilah di depan dia, agar dia merasakan gagasannya itu sangat penting.

7. Janganlah tertawa, bila dia sedang bicara, melainkan dengarkanlah dengan baik gagasannya yang bagus itu, lalu carilah nilainya yang positif, jangan mencari sisi negatifnya dulu. Semua gagasan akan punya kelebihan dan kelemahan, tapi carilah positifnya dulu!

Semoga ada banyak pemimpin yang tahu menghargai anggota team kerjanya, sehingga ada banyak orang tertantang untuk tumbuh dan berkembang menjadi dirinya sendiri!

Warm regards!
bslametlasmunadipr

Lahir: Magelang 17 Desember 1968

Tahbisan Imam: Purwokerto, 18 Juli 2001

Wafat: Jumat 13 Agustus 2010, jam 21.30

Sun Jan 10, 2010 10:25 pm


Kamis, 19 Agustus 2010 Hari Biasa Pekan XX

Kamis, 19 Agustus 2010
Hari Biasa Pekan XX
St. Yohanes Eudes; St. Ludovikus; Ezekhiel Moreno; Guerikus Abas

"Aku akan memberikan kepadamu satu hati yang baru dan akan menempatkan roh yang baru di dalammu." (Yeh 36:26)

Doa Renungan

Allah Bapa, syukur kepada-Mu atas kasih karunia dan perlindungan yang Kauberikan pada kami. Syukur pula atas firman-Mu yang mengajar kami agar selalu siap menghadiri pesta-Mu. Kami sadar bahwa hidup kami di dunia ini hanyalah sementara. Bantulah kami Bapa, agar kami dapat mempersiapkan hidup kami dengan sebaik-baiknya. Ajarilah kami juga untuk mengenakan pakaian pesta yang baru dengan memperbaharui hati kami agar kelak kami Kau ikutsertakan dalam perjamuan-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Yehezkiel (36:23-28)

"Kalian akan Kuberi hati dan Roh yang baru di dalam batinmu."

Tuhan bersabda kepadaku, "Katakanlah kepada kaum Israel: Aku akan menguduskan nama-Ku yang besar yang sudah dinajiskan di tengah bangsa-bangsa, dan yang kamu najiskan di tengah-tengah mereka. Dan bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, demikianlah firman Tuhan ALLAH, manakala Aku menunjukkan kekudusan-Ku kepadamu di hadapan bangsa-bangsa. Aku akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu. Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. Dan kamu akan diam di dalam negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu dan kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan do = as, 4/4, PS 826
Ref. Curahkan rahmat dalam hatiku ciptakan hati dan semangat baru.
Ayat. (Mzm 51:12-15.18-19: R:12a)
1. Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan baharuilah semangat yang teguh dalam batinku. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!
2. Berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu, dan teguhkanlah roh yang rela dalam diriku. Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang durhaka supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.
3. Tuhan, Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; dan kalau pun kupersembahkan kurban bakaran Engkau tidak menyukainya. Persembahanku kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat: Hari ini janganlah bertegar hati, tetapi dengarkanlah sabda Tuhan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:1-14)

"Undanglah setiap orang yang kalian jumpai ke pesta nikah ini"

Pada suatu ketika Yesus berbicara kepada para imam kepala dan pemuka rakyat dengan memakai perumpamaan. Ia bersabda, "Hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan nikah itu tetapi mereka tidak mau datang. Raja itu menyuruh pula hamba-hamba lain dengan pesan, 'Katakanlah kepada para undangan: Hidanganku sudah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih. Semuanya telah tersedia. Datanglah ke perjamuan nikah ini.' Tetapi para undangan itu tidak mengindahkannya. Ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap para hamba itu, menyiksa dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu. Ia lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Kemudian ia berkata kepada para hamba, 'Perjamuan nikah telah tersedia, tetapi yang diundang tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kalian jumpai di sana ke perjamuan nikah ini. Maka pergilah para hamba dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan nikah itu dengan tamu. Ketika raja masuk hendak menemui para tamu, ia melihat seorang tamu yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya, 'Hai Saudara, bagaimana Saudara masuk tanpa berpakaian pesta?' Tetapi orang itu diam saja. Maka raja lalu berkata kepada para hamba, 'Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap; di sana akan ada ratap dan kertak gigi.' Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

Kerajaan Allah merupakan suatu rahmat; bukan rahmat murahan yang diberikan begitu saja, tetapi menuntut suatu tanggung jawab yang begitu besar. Dalam menanggapi undangan Allah kita dituntut untuk "berpakaian pesta" karena kita yang terpanggil belum tentu akan terpilih. Jadi, sudah seharusnya kita berpenampilan sebaik mungkin ketika menghadap Allah.

Santo Paulus kepada umat di Kolose berbicara tentang pakaian yang layak dikenakan sebagai umat pilihan Allah, yaitu belas kasih, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran, serta yang paling penting dari semuanya adalah kasih (bdk. Kol 3:12–14).

Semoga dengan mempraktikkan keutamaan-keutamaan ini, kelak kita diperkenankan menikmati sukacita pesta kehidupan kekal.

Tuhan, semoga aku selalu mengenal dan merasakan sukacita tinggal dalam hadirat-Mu dan bertumbuh dalam harapan akan menatap Engkau dalam kerajaan-Mu yang tak berakhir. Amin.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Surat Gembala Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 2010

“Hiduplah sebagai orang merdeka !”
(1 Ptr. 2:16)

(dibacakan pada perayaan Ekaristi atau ibadat umat
pada Hari Raya Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 2010)


Saudari-saudaraku terkasih dalam Tuhan,

Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia dirayakan sebagai Hari Raya (Solemnitas) dalam liturgi Gereja. Dengan demikian, Hari Kemerdekaan yang kita rayakan dalam liturgi itu menjadi alasan kita untuk bersyukur kepada Allah, dengan disatukan dalam Doa Syukur Agung atas pemerdekaan yang dilakukan oleh Kristus melalui hidup, wafat dan kebangkitan-Nya. Dalam terang firman, peristiwa pemerdekaan tersebut dapat kita maknai sebagai peristiwa syukur, dan sekaligus sebagai saat tepat untuk mawas diri dan berbenah, agar kita hidup sebagai orang yang sungguh merdeka, selaras dengan nasihat santo Petrus “Hiduplah sebagai orang merdeka !” (1 Ptr. 2:16)


Peristiwa Bangsa Bagian Dari Sejarah Keselamatan

Pada bulan Agustus bangsa Indonesia mengalami peristiwa sangat menentukan, ketika diproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam terang iman dapatlah dikatakan bahwa peristiwa bangsa itu merupakan bagian dari sejarah keselamatan bangsa Indonesia. Selama itu, kerap kita alami krisis multidimensional yang menyangkut kehidupan bangsa ini. Namun, setiap kali pula krisis itu mengantar kita pada penegasan terhadap kesepakatan kita untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia di atas dasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dengan semangat “Bhinneka Tunggal Ika.”

Dewasa ini, setelah 65 tahun proklamasi kemerdekaan itu, krisis multidimensional yang kita alami dalam dekade terakhir telah mengantar kita untuk menegaskan lagi 4 pilar yang menopang kelestarian kehidupan bangsa, yaitu Pancasila, UUD 1945, dasar bangunan NKRI, dan kearifan hidup bersama “Bhinneka Tunggal Ika”. Selama itu pula, dapat kita temukan keprihatinan-keprihatinan kita yang mencemaskan, namun sekaligus titik-titik terang yang menjadi harapan bagi kita untuk tidak berputus asa.


Keprihatinan dan Harapan

Keprihatinan mendasar mencemaskan kita semua, bilamana cita-cita keutuhan bangsa dalam kenyataan keberagaman dewasa ini berada di ujung tanduk; ketika kita kenali ada usaha sistematis untuk mengganti dasar negara ini dengan dasar yang berbeda dari semangat proklamasi 1945, yang disertai dengan tindak kekerasan memaksakan kehendak secara terang-terangan dalam ruang publik Negara Pancasila ini. Kebebasan beragama yang dijamin oleh UUD 1945, Ps. 29 tidak disadari menjadi hak azasi yang perlu diperjuangkan bersama sebagai warga bangsa ini. Karena itu, tentu tidak mudah warga masyarakat yang berbeda-beda agama ini menaruh penghormatan yang tulus satu sama lain.

Keprihatinan juga muncul berkaitan dengan kenyataan kemiskinan di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010, meskipun berkurang dibandingkan dengan Maret 2009 tercatat sebesar 32,53 juta jiwa (14,15%) dari jumlah pendudukan Indonesia 238 juta menurut sensus tahun 2010. Memang ada data kuantitatif seperti itu, tetapi dalam kenyataan hidup sehari-hari angka kemiskinan itu hidup dalam kisah gadis kecil, Sitti (bukan nama sebenarnya). Orang tua dari anak perempuan dari keluarga miskin tetangga kita itu tidak mampu memberinya makan sehari-hari. Kalau demikian, bisa kita duga bahwa bila kebutuhan dasar untuk makan saja tidak terpenuhi, apalagi kebutuhan lain, misalnya untuk pendidikan, tempat tinggal dan tempat belajar yang memadai, serta kebutuhan akan pakaian yang dikenakannya. Anak-anak yang senasib dengan Sitti jumlahnya banyak di sekitar kita.

Keprihatinan-keprihatinan tersebut diperparah oleh kondisi penyakit bangsa yang sulit disembuhkan, seperti korupsi yang seperti kanker ganas merusak seluruh jaringan kehidupan bangsa ini. Dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (4/8/2010) Indonesia Corruption Watch memaparkan bahwa tren korupsi semester I, dari 1 Januari hingga 30 Juni 2010 meningkat dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Keuangan daerah tercatat sebagai sektor yang paling rentan dikorupsi (KOMPAS, 5 Agustus 2010, hal. 1). Bahkan diberitakan bahwa dilihat dari jumlah kasusnya Provinsi Jawa Barat berada di urutan kedua sesudah Sumatra Utara (Pikiran Rakyat, 5 Agustus 2010, hal. 1).

Keprihatinan-keprihatinan yang berhadapan dengan kenyataan hidup bermasyarakat dan berbangsa bisa saja mengantar kita menuju titik tanpa harapan, ketika menemukan keredupan bahkan kegelapan yang mencekam. Kendati keprihatinan-keprihatinan tersebut, iman kita kepada Allah, yang adalah Gembala Sejarah Bangsa, tetap saja menjadi dasar bagi umat beriman untuk berharap akan masa depan yang lebih baik. Arah Dasar Keuskupan Bandung, 2010-2014 menegaskan, bahwa, “Dalam keberagaman etnik dan budaya, kita menegaskan diri 100 % Indonesia dan 100 % Katolik untuk membangun persaudaraan yang dijiwai semangat silih asih, silih asuh, dan silih asah dalam menumbuh-kembangkan nilai-nilai kristiniani agar meresap bagaikan garam, mengubah bagaikan ragi, dan menyinari bagai terang ke berbagai bidang kehidupan.”


Agustus Bulan Ajaran Sosial Gereja

Kehadiran kita sebagai orang beriman hendaknya selalu menjadi kehadiran yang membawa pengharapan dan suka cita. Untuk itulah kiranya, perlu selalu dirumuskan ulang kabar sukacita yang bersumber pada Injil Kerajaan Allah agar kabar sukacita itu tetapi relevan pada zaman kita. Ajaran Sosial Gereja, atau ASG, yang dimulai dengan Rerum Novarum tahun 1891 merupakan Injil yang diterapkan untuk situasi zaman yang selalu berubah karena hal-hal baru muncul. Hal-hal baru selalu muncul, baik pada tingkat global internasional, maupun pada tingkat lokal, dalam tanda-tanda zaman yang harus kita tangkap, kita kritisi, dan kita maknai dalam terang Injil. Agar dinamika aksi – refleksi – aksi secara berkesinambung terjadi itulah maka Agustus dijadikan Bulan Ajaran Sosial Gereja, sehingga peristiwa bangsa Indonesia, 17 Agustus, dapat dimaknai sebagai bagian dari sejarah keselamatan, ketika Allah kita akui bersama sebagai Gembala Sejarah Bangsa Indonesia juga.

Kita adalah pewaris-pewaris kemerdekaan yang mendapat mandat dari Tuhan untuk mengisi kemerdekaan itu dengan hidup sebagai orang merdeka. Pada Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia ini ingin saya ulangi pesan santo Petrus, “Hiduplah sebagai orang merdeka !” (1 Ptr. 2 : 16). Sekali merdeka, tetap merdeka !

Dirgahayu Republik Indonesia !



Salam, doa ‘n Berkat Tuhan,

Bandung, 5 Agustus 2010

+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Bandung

http://pujasumarta.multiply.com/journal/item/236/SURAT_GEMBALA_HARI_RAYA_KEMERDEKAAN_REPUBLIK_INDONESIA_17_Agustus_2010

Amanat Pada Upacara Bendera Merah Putih di halaman Gereja Santo Petrus Katedral, Bandung

AMANAT PADA UPACARA PENGIBARAN
BENDERA MERAH PUTIH

Selasa, 17 Agustus 2010

Di halaman Gereja Santo Petrus Katedral, Bandung


Saudari-saudara sebangsa dan setanah air,

Hari ini, 17 Agustus 2010, seluruh bangsa Indonesia bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah menyertai perjalanan sejarah bangsa kita, 65 tahun merdeka. Kebanyakan dari kita yang hadir pada upacara ini tidak menyaksikan peristiwa bersejarah itu, 65 tahun yang lalu, namun kita boleh bersyukur masih dapat kita dengarkan kesaksian beberapa saudari-saudara kita yang mengalami peristiwa itu, dan bahkan menjadi saksi mata. Karena itulah upacara pengibaran bendera pada tanggal 17 Agustus menjadi penting sebagai kesempatan bagi kita untuk menyadari peran kita sebagai pewaris-pewaris kemerdekaan. Kepada kitalah diwariskan oleh para pendiri bangsa ini nilai-nilai pemersatu bangsa yaitu Pancasila, yang menjadi sumber inspirasi bagi pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia, berdasarkan UUD 1945 dan kearifan Nusantara Bhinneka Tunggal Ika.

Hari Raya Kemerdekaan Indonesia menjadi kesempatan emas bagi seluruh bangsa Indonesia untuk penegasan kembali bahwa kemerdekaan adalah hak seluruh bangsa, dan sekaligus menjadi kewajiban kitalah mengisi kemerdekaan itu dengan penuh tanggungjawab. Tantangan besar dan ancaman ada di hadapan kita, namun janganlah semua itu menyurutkan perjuangan kita, karena kita yakin Tuhan telah memulai pekerjaan baik di antara kita, Ia tetap bekerja bersama kita, dan Ia pula yang akan menyelesaikannya.

Pada pundak kita ada tanggungjawab sejarah yang harus kita emban bersama seluruh bangsa untuk membangun persaudaraan sejati di antara sesama warga bangsa. Semoga berkat Tuhan menjadi daya kekuatan bagi kita untuk membangun bangsa kita semakin merdeka, dan berkenan kepada Tuhan.

Sekian dan terimakasih.

Bandung, 17 Agustus 2010

+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Bandung

Juga dapat dibaca di: http://pujasumarta.multiply.com/journal/item/240/Amanat_Pada_Upacara_Pengibaran_Bendera_Merah_Putih_17_Agustus_2010

Rabu, 18 Agustus 2010 Hari Biasa Pekan XX

Rabu, 18 Agustus 2010
Hari Biasa Pekan XX
Sta. Helena; Sta. Beatrix da Silva de Meneses;
B. Angelus Agustinus Mazzinghi

Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia -- Yoh 1:16

Doa Renungan

Allah Bapa yang maha pengasih , syukur atas kasih karunia yang boleh kami rasakan hari ini. Juga atas sabda-Mu yang mengingatkan kami untuk senantiasa bermurah hati kepada siapa saja. Buatlah kami menjadi perpanjangan tangan-Mu di dalam kehidupan kami terutama untuk membantu mereka yang berkekurangan. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin

Pembacaan dari Kitab Yehezkiel (34:1-11)

"Aku akan melepaskan domba-domba-Ku dari mulut mereka sehingga seterusnya tidak lagi menjadi mangsanya."

Tuhan bersabda kepadaku, "Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman. Dengan demikian mereka berserak, oleh karena gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di hutan. Domba-domba-Ku berserak dan tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah itu domba-domba-Ku berserak, tanpa seorangpun yang memperhatikan atau yang mencarinya. Oleh sebab itu, hai gembala-gembala, dengarlah firman TUHAN: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, sesungguhnya oleh karena domba-domba-Ku menjadi mangsa dan menjadi makanan bagi segala binatang di hutan, lantaran yang menggembalakannya tidak ada, oleh sebab gembala-gembala-Ku tidak memperhatikan domba-domba-Ku, melainkan mereka itu menggembalakan dirinya sendiri, tetapi domba-domba-Ku tidak digembalakannya-- oleh karena itu, hai gembala-gembala, dengarlah firman TUHAN: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku sendiri akan menjadi lawan gembala-gembala itu dan Aku akan menuntut kembali domba-domba-Ku dari mereka dan akan memberhentikan mereka menggembalakan domba-domba-Ku. Gembala-gembala itu tidak akan terus lagi menggembalakan dirinya sendiri; Aku akan melepaskan domba-domba-Ku dari mulut mereka, sehingga tidak terus lagi menjadi makanannya. Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2/4 PS 646/ 849
Ref. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ayat (Mzm 23:1-a.3b-4.5-6; R:1)
1. Tuhanlah gembalaku, aku takkan berkekurangan. Ia membaringkan daku di padang rumput yang hijau. Ia membimbing aku ke air yang tenang, dan menyegarkan daku.
2. Ia menuntun aku di jalan yang lurus, demi nama-Nya yang kudus. Sekalipun berjalan dalam lembah yang kelam, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku. Tongkat gembalaanmu, itulah yang menghibur aku.
3. Engkau menyediakan hidangan bagiku di hadapan segala lawanku. Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak, pialaku penuh berlimpah.
4.Kerelaan dan kemurahan-Mu mengiringi aku seumur hidupku. Aku akan diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat.
Sabda Allah itu hidup dan penuh daya, menguji pikiran dan segala maksud hati.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (20:1-16a)

"Iri hatikah engkau, karena aku murah hati?"

Sekali peristiwa Yesus mengemukakan perumpamaan berikut kepada murid-murid-Nya, "Hal Kerajaan Surga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan mereka pun pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi mereka pun menerima masing-masing satu dinar juga. Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Dalam perikop Injil hari ini diceritakan sudah lima kali tuan itu keluar mencari pekerja dengan mempekerjakan mereka pada jam-jam yang berbeda. Yang pertama bekerja mengeluh karena menerima bayaran yang sama dengan yang terakhir. Namun, pantaskah mereka mengeluh? Yesus pun menjawab keluhan orang-orang yang memulai pekerjaan lebih dulu, ”Iri hatikah engkau, karena aku murah hati?”

Perumpamaan ini mengingatkan kita bahwa Kerajaan Allah itu adalah suatu anugerah, suatu pemberian. Ganjaran itu milik Allah dan Dia memiliki kebebasan untuk menganugerahkannya kepada siapa pun dan bagaimana pun caranya. Kita hanyalah pekerja di ladang-Nya dan tidak pantas menuntut ganjaran. Kita hanya diminta untuk bekerja dengan sungguh atas dasar kasih dan dengan penuh sukacita. Ganjaran itu adalah urusan Tuhan.

Tuhan, semoga aku dapat melayani dengan sukacita, bukan mengejar berapa banyak yang akan kudapatkan, tetapi berapa banyak yang bisa kuberikan. Amin.


Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Selasa, 17 Agustus 2010 Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia

Selasa, 17 Agustus 2010
Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia
St. Gregorius Thaumaturgos; St. Gregorius dr Tours



“Hormatilah semua orang, kasihanilah saudara-saudaramu, takutlah kepada Allah, hormatilah raja!” (1 Petrus 2: 17)

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa, kami berterimakasih kepada-Mu atas rahmat kemerdekaan yang telah Kauberikan kepada bangsa kami. Kami juga bersyukur atas alam yang indah dan negeri yang subur. Semoga kami dapat memanfaatkan anugerah-Mu ini dengan sebaik-baiknya. Bapa, bantulah kami agar senantiasa mensyukuri rahmat-Mu melalui karya dan usaha kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh (10:1-8)

"Para penguasa bertanggung jawab atas rakyatnya."

Pemerintah yang bijak menjamin ketertiban dalam masyarakat, pemerintah yang arif adalah yang teratur. Seperti para penguasa, demikian pula para pegawainya, seperti pemerintah kota, demikian pula semua penduduknya. Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya. Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya. Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seseorang, dan kepada para pejabat Tuhan mengaruniakan martabat. Janganlah pernah menaruh benci kepada sesamamu, apa pun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah. Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan, dan uang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 862
Ref. Kamu dipanggil untuk kemerdekaan; maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih.
Ayat. (Mzm 101:1ac.2ac.3a.6-7; R: Gal 5:13)
1. Ya, Tuhan, aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum-Mu. Aku hendak hidup tanpa cela. Aku hendak hidup dengan suci dalam rumahku, hal-hal yang jahat takkan kuperhatikan.
2. Mataku tertuju kepada rakyatku yang setia, supaya mereka tinggal bersama aku. Orang yang hidup dengan tidak bercela akan mendukung aku.
3. Orang yang melakukan tipu daya, tidak akan diam dalam rumahku. Orang yang berbicara dusta tidak bertahan di bawah pandanganku.

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (2:13-17)


"Berlakulah sebagai orang yang merdeka. "

Saudara-saudaraku yang terkasih, demi Allah, tunduklah kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, maupun kepada wali-wali yang ditetapkannya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan untuk mengganjar orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka, bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetap hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Luk 20:25)
Berikanlah kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:15-21)

"Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Sekali peristiwa orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama orang-orang Herodian bertanya kepada Yesus, "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Bolehkah membayar pajak kepada kaisar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka. Maka Ia lalu berkata, "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu!" Mereka membawa suatu dinar kepada Yesus. Maka Yesus bertanya kepada mereka, "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka, "Gambar dan tulisan kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka, "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Doa Renungan


Allah Bapa yang mahabaik, terima kasih atas kemerdekaan yang telah diperoleh bangsa Indonesia, bantulah kami untuk menjaga dan mengisinya, masih banyak celah dan ketidak adilan yang terasa, beban hidup semakin hari terasa semakin berat, kejujuran semakin menjauh dan menjadi langka, keberanian untuk berjuang melawan kebathilan semakin meredup, yang timbul dipermukaan hanya keberanian semu yang berakar pada kepentingan pribadi, ketulusan menjadi semu dan tersamar, atau lagi-lagi tersandung pada kepentingan pribadi dan kelompok.

Allah sumber kekuatan dan keadilan, Bantu kami untuk tegar dan senantiasa bangkit dan berjuang, Dalam mempertahankan kemerdekaan dan keadilan bagi seluruh manusia, tidak lagi terjajah oleh batasan teritori dan ras kebangsaan, tapi sungguh memperjuangkan keadilan dalam cinta kasih yang Dikau ajarkan, semoga bangsa Indonesia tetap mampu bersatu dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan sejati, kemerdekaan yang berasal dari sang maha pencipta. Berkat bantuan doa Bunda Maria dan semua orang kudus, kami serahkan seluruh diri kami kepada-Mu: Peliharalah kami dalam semangat kasih dan kesatuan dan dengarkan doa permohonan kami ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Renungan

Menjawab jebakan orang-orang Farisi, Yesus langsung merujuk pada gambar yang tertera dalam mata uang tersebut. ”Gambar dan tulisan siapakah ini?” Gambar tersebut menunjukkan kepemilikan dari benda tersebut. Dan selayaknya diserahkan kembali kepada pemiliknya. Logika yang sederhana, tetapi sarat dengan makna teologis. Lewat alur pikiran itu, Yesus mengajak pendengarnya menyadari bahwa mereka diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Kalau seandainya mereka diciptakan menurut gambar Allah, maka mereka harus menunjukkan dalam hidupnya bahwa mereka sungguh-sungguh adalah kepunyaan Allah dan hanya kepada Allah mereka layak membaktikan hidupnya.

Hari ini kita memperingati kemerdekaan bangsa kita. Dengan kemerdekaan ini, kita diajak untuk merenungkan dan menginsafi bahwa kita semua adalah anak-anak yang lahir dalam kebebasan dan putra-putri yang diciptakan menurut citra dan gambar Allah. Sebagai orang yang diciptakan menurut gambar Allah, kita adalah manusia-manusia yang bebas dan bermartabat. Seorang yang bermartabat adalah seorang warga negara yang baik. Semoga perayaan kemerdekaan ini menyadarkan kita akan siapa kita dan milik siapa kita agar kita menjadi orang Katolik yang sejati dan warga negara yang bermartabat.

Tuhan, aku bersyukur atas anugerah indah kebebasan yang Kauberikan kepada bangsa ini. Semoga aku semakin menyadari akan siapa diriku ini dan memberikan hidupku seluruhnya bagi kemuliaan nama-Mu dan kesejahteraan bangsaku. Amin.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Mitos hidup perkawinan: saling menerima kelemahan pasangan apa adanya

Dear all,

Dalam kesempatan memberikan salah satu materi kursus persiapan perkawinan, saya mengajukan pertanyaan pertama begini, "Apakah kaliah harus menerima kelemahan pasangan apa adanya?" Dengan penuh semangat mereka menjawab, "Pasti dong Romo! Masak sudah suami isteri nggak mau meneriman kelemahan pasangan!" Lalu saya tidak mengomentari, tapi saya bertanya lagi, "Sampai kapan kalian akan saling menerima kelemahan apa adanya?" Dengan mantap tanpa ragu ragu, mereka pun menjawab, "Yah pastilah kami mau menerima kelemahan sampai maut memisahkan Romo. Masakan kita sudah janji nikah, mau diingkari!"

Saya masih juga belum berkomentar, tapi memperdalam jawaban, "Kalau begitu, "Apa jaminan kalian, kok bisa mengatakan mampu saling menerima kelemahan pasangan sampai akhir hayat? Kalau orang hutang di pegadaian, jaminannya bisa sertifikat tanah, dsb. Kalau kalian bertekad mau menerima kelemahan "apa adanya", jaminannya apa? Pasangan itu lalu bekerut dahi. Namun mereka berusah menjawab, "Romo, jaminan kami ya percaya saja pada pasangan, dan ingat janji nikah!" Saya mulai menggugat jawaban mereka, "Ah apa benar, saya kok tidak yakin!! Coba sekarang kalau kenyataannya begini. Misalnya, kalau suamimu ini sering tidak bisa bangun malam, padahal sebagai ibu, kamu sudah capek, dan tidak bisabergantian jaga untuk ganti popok anakmu, apakah sebagai ibu, kamu akan diam saja atau mau protes atau marah?"Pihak calon isteri langsung saja spontan menjawab, "Yah kalau begitu, mana bisa Romo, pasti saya juga marah!' Saya langsung tertawa, sambil menyahut, "Nah, lho...baru saja tadi kalian bilang mau menerima kelemahan apa adanya, kok sekarang berbeda jawabanmu? Coba saya tanya pada calon suami nih, "Mas, kalau isterimu judes dan galak, selalu saja komentar dengan cara berpakaianmu, caramu makan, dsb, kira kira kamu terima apa nggak diperlakukan begitu oleh isterimu nanti?" Spontan, calon suami tadi langsung menyahut, "Romo, yah harapannya tidak seperti itu, tapi kalau terjadi, mana saya bisa terima kelemahan isteri saya!"

Saya lalu menanggapi jawaban mereka berdua, "Nah ternyata apa yang tadi kalian katakan tidak konsisten kan? Setelah dihadapkan pada contoh dan kenyataan yang akan terjadi, kalian sudah mengatakan "tidak bisa menerima kelemahan pasangan!" Jadi sebenarnya, mitos itu mesti diganti dengan cara pandang baru, bagaimana MENGUBAH PARADIGMA KITA TENTANG KELEMAHAN MANUSIA, Kelemahan yang dianggap sebagai gangguan yang menggelisahkan, membosankan dan mengecewakan, dipahami sebagai "SAAT SAAT ISTIMEWA PENUH RAHMAT TUHAN untuk tumbuh dan berkembang sebagai pasangan hidup

Contohnya begini: kalau isterimu judes, galak dan cerewet, itu kesempatan bagimu sebagai suami untuk "dinilai, dikritik dan ditunjukkan kesalahanmu" Jadi nanti kalau habis bekerja, kalau ada kesalahpahaman, tanyalah pada isterimu, "apa yang salah dalam diriku menurutmu, coba kamu nilai kerjaanku apa sudah baik apa belum!" Kalau, suamimu sering bangun terlambat karena tidur larut malam, atau tidak bisa bangun malam untuk berganti jaga, tanyakan pada suamimu, "Mas, kalau kamu bangun terlambat, saya belajar untuk memahami bagaimana kamu capek seharian sudah kerja. Tapi saya juga jadi ingin tahu, apa Mas keberatan dengan tanggung jawab untuk berganti jaga malam hari mengganti popok? Kalau keberatan, katakan, ya itulah resiko yang harus aku tanggung! Namun, alangkah senangnya, kalau Mas bisa bangun pagi, atau bisa berjaga malam! Tapi itu harapanku!" Isteri belajar untuk mempelakukan suami menjadi "diri sendiri". Demikian juga suami yang mengenal isterinya judes, ia tidak mau mengubahnya, melainkan menghargai dia dengan cara memberi kesempatannya menilai.

Dari berbagai pengamatan, setelah pandangan itu diterapkan, ternyata mengurangi banyak percecokkan dalam keluarga. Mereka bisa bergembira dalam hidup perkawinan, Tidak usah pusing saling mempersatukan perbedaan, melainkan mereka bisa sersan, serius tapi santai, menghadapi kelemahan satu sama lain.

Moga moga di tahun baru 2010 ini, makin banyak hidup perkawinan menjadi tanda kehadiran cinta Allah yang membebaskan orang untuk saling mengasihi.

warm regards
bslametlasmunadipr

Lahir: Magelang 17 Desember 1968

Tahbisan Imam: Purwokerto, 18 Juli 2001

Wafat: Jumat 13 Agustus 2010, jam 21.30

Tue Jan 5, 2010 1:39 am

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy