Hari Minggu Biasa XXVI
ORANG KAYA DAN LAZARUS
Doa Renungan
Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, Engkau memperhatikan semua orang, tetapi terutama mereka yang tidak mendapat perhatian dari sesamanya. Kami mohon, janganlah kami tinggal berdiam diri melihat kelaliman atau ketidakadilan. Buatlah kami siap sedia membagikan cinta kasih-Mu kepada siapa saja. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.
Pembacaan dari Kitab Amos (6:1a.4-7)
"Yang duduk berjuntai dan bernyanyi akan pergi sebagai orang buangan."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 838.
Ref. Tuhan telah membebaskan dan menyelamatkan daku.
Ayat. (Mzm 146:7.8-9a.9b-10; R: 1b)
1. Dialah yang menegakkan keadilan bagi orang yang diperas, Tuhan memberi roti kepada orang-orang yang lapar, dan membebaskan orang-orang yang terkurung.
2. Tuhan membuka mata orang buta, Tuhan menegakkan orang yang tertunduk, Tuhan mengasihi orang-orang benar. Tuhan menjaga orang-orang asing.
3. Anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. Tuhan itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-menurun.
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius (6:11-16)
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 963.
Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (2Kor 8:9)
Yesus Kristus menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya oleh karena kemiskinan-Nya kamu menjadi kaya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (16:19-31)
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Minggu yang lalu penginjil Lukas mengajak kita untuk berefleksi dengan menggunakan harta benda duniawi secara bijaksana. Dalam Minggu ke XXVI ini, Tuhan Yesus mengajak kita untuk mengelola kekayaan duniawi dengan bijaksana agar kita tidak “terpisahkan” dengan Tuhan dan sesama. Penggunaan harta duniawi dengan bijaksana akan mendorong kita peka akan kebutuhan sesama dan membuat batin kita “tajam” untuk mendengar Sabda Tuhan.
Injil Lukas 16:19-13 memaparkan perumpamaan tentang seorang kaya raya tanpa nama dihadapkan dengan seorang miskin, seorang pengemis yang diberi nama Lazarus (artinya: bantuan dari Allah). Selama masih hidup, orang kaya ini mengetahui dengan jelas kebutuhan pengemis, Lazarus yang berada di pintu gerbang rumahnya tetapi ia tidak menyadari betapa seriusnya bahwa “SAAT INI DAN DI SINI” adalah saat untuk mempersiapkan hidup yang kekal. Harta kekayaan bukanlah hal yang menjauhkan orang kaya dari “pangkuan” Abraham tetapi pengelolaannya yang tidak dapat dipercaya.
Kekontrasan situasi hidup antara orang kaya dan Lazarus berbanding terbalik setelah mereka mati. “Kemudiaan matilah orang orang miskin itu, lalu dibawa malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati lalu dikubur” (ay. 22-23a). Setelah mati, orang kaya berada di “dunia bawah”, atau syeol. Ini adalah tempat dan situasai yang sungguh terpisah dari tempat kebahagiaan Abraham. Orang kaya ini dapat melihat Lazarus dari syeol dan tetap menganggap Lazarus sebagai hambanya. Pertama-tama, ia minta kepada Lazarus setetes air untuk mendinginkan lidahnya, kemudian ia meminta supaya pergi untuk mengingatkan saudara-saudarinya. Abraham menjelaskan kepada orang kaya, mengapa kenyataannya begitu terbalik. Meskipun orang kaya ini menyebut Abraham sebagai bapanya, ia hanyalah anak Abraham berdasarkan hubungan darah, bukan karena hubungan spiritual yang membuahkan keselamatan.
Orang kaya meminta Lazarus untuk mengingatkan saudara-saudarinya adalah tindakan yang baik tetapi SUDAH TERLAMBAT. Mereka telah memiliki Musa dan para nabi dan Sabda Allah yang telah dimaklumkan berabad-abad kepada Israel, SUDAH CUKUP. Pernyataan ini mengingatkan kembali ucapan Yesus mengenai hukum dan para nabi. Yesus berbicara dan mengingatkan orang-orang Farisi bahwa pelaksanaan lahiriah hukum dan ketelitian dangkal dalam pelaksanaan hukum tidak berarti mendengarkan Sabda Allah.
Saudara-saudari yang terkasih, mari kita mohon kepada Allah agar Ia berkenan membuat batin dan hidup kita peka akan Sabda-Nya dan mendorong kita untuk mengungkapkan kasih Allah kepada sesama kita.
“Kita harus hening sebelum dapat mendengarkan, kita harus mendengarkan sebelum dapat belajar, kita harus belajar sebelum dapat mempersiapkan, kita harus mempersiapkan sebelum dapat melayani, kita harus melayani sebelum dapat memimpin”.
Salam dan berkat,
Pastor L. Setyo Antoro, SCJ.