| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Selasa, 05 Oktober 2010 Hari Biasa Pekan XXVII

Selasa, 05 Oktober 2010
Hari Biasa Pekan XXVII

Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat --- Mat 10:7

Doa Renungan

Ya Tuhan hari ini Engkau memberikan teladan lewat Maria dan Marta yang melayani Engkau di rumah mereka. Anugerahkanlah kepadaku sikap mendengarkan Engkau lewat hal yang sederhana, yang seringkali aku sepelekan dan hanya terpukau akan hal yang luar biasa. Banyak hal yang kurang dalam diriku ya Yesus, maka dari itu tambahkanlah iman dan semangat kami pada hari ini. Amin.

Pertemuan Paulus dengan Yesus yang bangkit telah mengubah hidupnya. Mengubah wawasan dan arah hidupnya dalam mengimani Yesus sebagai jalan keselamatan semua orang. Dan pengalaman iman seperti inilah yang mengantar Paulus menjadi rasul-Nya.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia (1:13-24)

"Allah berkenan menyatakan Anak-Nya dalam diriku agar aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa."

Saudara-saudara, kalian tentu telah mendengar tentang hidupku dalam agama Yahudi dulu. Tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Dalam agama Yahudi itu aku jauh lebih maju dari banyak teman sebaya di antara bangsaku, karena aku sangat rajin memelihara adat-istiadat nenek moyangku. Tetapi Allah telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh karena kasih karunia-Nya. Ia berkenan menyatakan Anak-Nya dalam diriku, agar aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa lain. Pada waktu itu sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia. Aku juga tidak pergi ke Yerusalem untuk mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku. Tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik. Baru tiga tahun kemudian aku pergi ke Yerusalem untuk menemui Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya. Tetapi rasul-rasul yang lain tak seorang pun yang kulihat, kecuali Yakobus, saudara Tuhan Yesus. Di hadapan Allah kutegaskan: Apa yang kutulis kepadamu ini benar, aku tidak berdusta. Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia. Tetapi aku tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea. Mereka hanya mendengar, bahwa orang yang dahulu menganiaya mereka sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya. Dan mereka memuliakan Allah karena aku.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 2/4, PS 830
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu, Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan.
Ayat. (Mzm 139:1-3.13-14ab.14c-15; R:13b)
1. Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku. Engkau mengetahui apakah aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku kalau aku berjalan atau berbaring segala jalanku Kaumaklumi.
2. Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, Engkaulah yang menenun aku dalam kandunagn ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena misteri kejadianku; ajaiblah apa yang Kaubuat.
3. Jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aaku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Berbahagialah yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya.

Pertemuan pribadi yang mencerminkan kasih dan perhatian besar bisa menjadi menegangkan. Ada yang menjadi sibuk, tapi ada pula yang tenang mendengarkan. Mendengarkan sabda Yesus dan menerima pribadi-Nya hendaknya menjadi prioritas utama hidup orang beriman.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (10:38-42)

"Marta menerima Yesus di rumahnya. Maria telah memilih bagian yang terbaik."

Dalam perjalanan ke Yerusalem Yesus dan murid-murid-Nya tiba di sebuah kampung. Seorang wanita bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Wanita itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria itu duduk di dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan sabda-Nya. Tetapi Marta sangat sibuk melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata, "Tuhan, tidakkah Tuhan peduli, bahwa saudariku membiarkan daku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Yesus menjawabnya, "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, padahal hanya satu saja yang perlu. Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Di paroki ada berbagai jenis orang. Ada yang ke sana kemari sibuk melayani. Ada yang tidak aktif sama sekali. Ada yang hanya muncul kalau ada kegiatan doa dan yang lain hanya muncul kalau ada pesta dan makanan. Banyak orang tidak mau menjadi pengurus. Sebagian besar senang menjadi anggota saja. Susah mencari orang yang mau menjadi ketua.

Kata Yesus, kita jangan khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Apakah kita bisa memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil dari kita? Setiap orang mempunyai talenta dan bakatnya masing-masing. Tidak semua harus sama peran dan tanggung jawabnya.

Apakah kita sudah memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil dari kita? Apakah kita sudah melayani tanpa pamrih dan tanpa mengeluh? Apakah kita melayani dengan tulus tanpa menyalahkan orang lain yang hanya diam saja? Apakah kita sering menganggap remeh orang yang hanya berdoa saja? Siapa tahu yang rajin berdoa juga telah memilih bagiannya yang terbaik. Apakah aku sungguh dengan rela mau melayani tanpa membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain?

Ya Tuhan, ajarilah aku untuk duduk diam mendengarkan diri-Mu. Ajarilah aku juga melayani dengan tulus, gembira, tanpa pamrih, dan tanpa mengeluh; jangan sampai aku hanya menyalahkan orang lain. Amin.


R U A H & Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Fransiskus Assisi Pencinta Damai dan Pelindung Pelestarian Alam

St. Fransiskus dari Assisi

Dalam buku Fioretti, ada sebuah kisah tentang St. Fransiskus yang memperdamaikan penduduk kota Gubbio dengan seekor serigala yang ganas.

Pada waktu itu, di kota Gubbio hiduplah seekor serigala yang amat besar, lagi mengerikan dan ganas. Ia bukan saja memakan binatang-binatang, tetapi juga manusia. Semua penduduk kota itu hidup dalam ketakutan dan tidak berani pergi sendirian. Melihat situasi yang demikian St. Fransiskus merasa kasihan, sehingga ia ingin mendamaikan serigala itu dengan penduduk kota Gubbio, sekalipun mereka melarangnya pergi.

Ketika Fransiskus memasuki daerah serigala itu bersama-sama sahabatnya, ia membuat tanda salib dan menaruh kepercayaan sepenuh-penuhnya pada Allah. Ketika saudara-saudara lain tidak mau pergi lebih jauh lagi, St. Fransiskus berjalan terus menuju tempat serigala itu bersarang. Ketika serigala itu melihat Fransiskus, maka ia pun menyerbu ke arahnya dengan cakar-cakar yang terbuka. Ketika ia mendekat, St. Fransiskus membuat tanda salib di atasnya dan menyapanya, “Kemarilah saudara Serigala. Demi nama Kristus aku memerintahkan kepadamu jangan menyerang aku”. Dan aneh bin ajaib, begitu St. Fransiskus membuat tanda salib, serigala yang ganas itu pun memasukkan cakar-cakarnya kembali. Ia menaati perintah St. Fransiskus dan datang membaringkan diri di kaki St. Fransiskus dengan lembut seperti seekor anak domba.

Kemudian St. Fransiskus mengajak Serigala itu membuat suatu perjanjian dengan penduduk kota Gubbio. Dari pihak Serigala, ia harus berjanji bahwa ia takkan mengganggu dan melakukan kejahatan dengan penduduk kota Gubbio lagi. Dari pihak penduduk kota Gubbio, mereka berjanji, akan menyediakan makanan yang dibutuhkan serigala itu setiap hari. Dan sebagai jaminan bahwa perjanjian itu akan dilaksanakan dan ditepati, maka St. Fransiskus mengulurkan tangannya, dan serigala itu mengangkat kaki depannya dan menempatkannya dengan lembut dalam tangan St. Fransiskus, sebagai bukti kesetiaannya.

Fransiskus Pencinta Damai dan Pelindung Kelestarian Alam

Dari kisah di atas dapat diketahui, bahwa St. Fransiskus memang sungguh-sungguh seorang yang mencintai kehidupan damai dan hidup bersaudara dengan semua makhluk ciptaan.

Bahwa St. Fransiskus dikenal luas sebagai pencinta damai dapat dibuktikan dalam pertemuan para pemimpin agama sedunia yang diadakan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 27 Oktober 1986. Pada waktu itu pertemuan tidak diadakan di kota Roma ataupun kota besar yang lain, melainkan di kota Assisi. Di sana pertama kalinya semua pemimpin agama sedunia bersatu dalam doa untuk perdamaian dunia.

Mengapa kota Assisi yang dipilih? Karena mereka tahu bahwa St. Fransiskus Assisi adalah pelopor perdamaian bagi semua agama. St. Fransiskus Assisi juga dikenal sebagai pelindung kelestarian alam, terbukti dengan dikukuhkannya beliau oleh Paus Yohanes Paulus II, sebagai “Pelindung Pemeliharaan Kelestarian Lingkungan Hidup”, pada tanggal 29 November 1979.

Melihat kehidupan St. Fransiskus yang dipenuhi dengan damai dan cinta akan lingkungan hidup, mungkin timbul pertanyaan di hati kita. Bagaimana St. Fransiskus sungguh dapat hidup damai dengan semua orang dan semua makhluk? Sumber-sumber inspirasi manakah yang ia gali sehingga ia dapat hidup harmonis dengan seluruh ciptaan?

Semua pertanyaan ini sumbernya hanya pada satu pribadi yang agung dan karismatis, yakni Yesus Kristus, Tuhan kita yang kisah hidup dan pandangan-pandangan-Nya dapat kita kenal melalui Kitab Suci. Kalau St. Fransiskus dikenal sebagai pencinta damai, maka ia belajar hidup dalam damai itu dari Yesus.

Pertama, Fransiskus tentu belajar dari ucapan yang penting dan fundamental dari Yesus yang bangkit – seperti kita dengarkan dalam Injil Yohanes – “Damai sejahtera bagi kamu!” (Yoh 20:19; 21). Jadi dari teks ini Fransiskus tentu menyadari bahwa sumber kedamaian sejati itu datangnya dari Tuhan.

Kedua, Fransiskus tentu memahami juga, bahwa di dalam Yesus lah surga dan bumi diperdamaikan dan dipersatukan kembali dengan Allah yang mahakuasa (SurOr 13; bdk. Kol 1:20).

Ketiga, Fransiskus tentunya dipengaruhi oleh Sabda Bahagia yang berkata, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat 5:9). Orang yang membawa damai ini oleh Fransiskus ditafsirkan sebagai “orang yang dalam segala penderitaannya di dunia ini tetap memelihara kedamaian dalam jiwa dan raganya demi cinta kasih kepada Tuhan kita Yesus Kristus” (Pth XV).

Kalau St. Fransiskus dikenal sebagai pelindung kelestarian lingkungan hidup, maka gelar ini dikenakan kepadanya karena selama hidupnya ia sungguh-sungguh bersikap sebagai Saudara terhadap seluruh alam ciptaan. Dan puncak dari doa dan semua tulisan St. Fransiskus, nampak dalam “Kidung Saudara Matahari”, di mana semua makhluk ciptaan, ia undang untuk bersyukur dan memuji Allah.Bahwa Fransiskus dapat hidup bersaudara dengan seluruh alam ciptaan ini: matahari, bulan. Bintang, angin, air, api dan ibu pertiwi (tanah), semua itu karena Fransiskus dapat melihat kehadiran Kristus dalam seluruh ciptaan. Kehadiran Kristus dalam ciptaan ini sudah ditegaskan oleh Paulus, “Sebab dalam Kristus telah diciptakan segala sesuatu, baik di angkasa maupun di bumi: baik yang kelihatan maupun yang tak kelihatan, singgasana, kerajaan, pemerintah dan penguasa. Segala sesuatu diciptakan dengan perantaraan-Nya dan untuk Dia” (Kol 1:16).

Jika seluruh ciptaan bersaudara, maka itulah hasil karya penyelamat yang memperdamaikan segala-galanya dalam diri-Nya. Kalau makhluk-makhluk dilihat sebagai saudara-saudari yang disatukan secara akrab, hal itu terjadi, karena Kristus menerima semua makhluk ke dalam cinta-Nya yang tak kenal batas. Walaupun ciptaan amat besar dan luas, namun dalam pandangan Fransiskus semua disatukan dalam cinta yang sama, “karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia telah nyata.” (Tit 2:11).

Menuju Hidup dalam Damai dan Cinta akan Alam

Menjadi seorang pembawa damai dan seorang yang memperjuangkan kelestarian alam seperti St. Fransiskus pada dunia dewasa ini masih sangat relevan.

Coba saja faktanya kita lihat. Pilkada di beberapa daerah di Indonesia menuai konflik: bentrokan antar pendukung dan perusakan fasilitas-fasilitas umum. Di tingkat internasional konflik Israel dan Palestina yang telah berlangsung bertahun-tahun sampai sekarang juga belum menemukan solusinya. Tambahan runyam situasi di Pakistan dengan dibunuhnya Benazir Bhutto di Pakistan, 27 Desember 2007.
Di bidang lingkungan hidup, kita juga tahu, bahwa Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003].”

Di tengah situasi yang mengancam perdamaian dan kelestarian lingkungan ini, baik dalam skala kecil dalam rumah tangga kita masing-masing, di komunitas kita, maupun dalam lingkungan masyarakat kita, kita sebagai orang beriman diundang menjadi pembawa damai dan pencipta kelestarian lingkungan.Bagaimana tugas perutusan ini dapat kita wujudkan?

Pertama, kita sendiri harus mengalami diri kita didamaikan dengan Tuhan. Artinya dalam kehidupan kerohanian kita, kita sendiri harus mengalami bahwa aku dikasihi Tuhan; bahwa dosa-dosaku telah ditebus oleh-Nya di kayu salib; bahwa Dia selalu menyertai aku dalam seluruh hidupku. Sehingga dalam hidupku aku merasa aman dalam tangan Tuhan. Dan untuk dapat mencapai pengalaman iman yang menyembuhkan, mengutuhkan dan mendamaikan ini, kita harus sungguh berserah diri kepada Tuhan.

Kedua, kita harus mendengarkan apa yang dikatakan St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma, “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang.” (Rm 12:18). Apa artinya kata-kata Paulus ? Artinya Paulus menyadari, bahwa hidup dalam perdamaian bersama orang lain itu tidaklah mudah. Kita memang ingin hidup dalam damai, tetapi selalu ada saja hal yang membuat kita kemudian menjadi jengkel, marah, dan kemudian mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati, dan kemudian kita menjadi menyesal lagi. Namun di tengah kesulitan untuk menciptakan perdamaian ini kita tidak boleh menyerah. Dalam situasi apapun sedapat-dapatnya kita diminta berjuang untuk hidup berdamai dengan orang lain. Prinsip di sini yang dapat kita pegang – menurut Paulus adalah – “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Rm 12:21)

Ketiga, untuk bisa hidup menghargai sesama ciptaan, baik binatang maupun tumbuhan, kita harus mampu seperti St. Fransiskus melihat makhluk ciptaan dari sudut pandang Allah sendiri. Chesterton ketika mengomentari “Kidung Saudara Matahari“ karya St. Fransiskus mengatakan kepada kita, “Fransiskus dalam pengalaman mistik telah membuat “salto” dengan memandang semua ciptaan dari pihak Allah, dan sesudahnya, ia kembali ke dunia ini dan sejak saat itu, ia melihat dan mengalami semua makhluk dalam bentuk abadi dan sempurna.”

Marilah bersama St. Fransiskus, kita ciptaan perdamaian di rumah kita, tempat kita bekerja, dan di manapun kita berada; marilah kita hormati juga segala makhluk ciptaan lain, kita pelihara lingkungan hidup kita, sehingga dunia kita semakin menjadi harmonis dan indah, karena kita semua memantulkan keindahan pencipta kita, yakni Yesus Kristus Tuhan kita. Semoga.

F. Cahyo W./ pontianak.kapusin.org

Senin, 04 Oktober 2010 Pesta St. Fransiskus dari Assisi

Senin, 04 Oktober 2010
Pesta St. Fransiskus dari Assisi

Mulailah dengan menyelesaikan pekerjaan yang anda butuhkan, lalu yang anda inginkan, dan barulah yang anda cita-citakan --- St. Fransiskus dari Assisi

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang penuh kasih sayang, Engkau selalu menghendaki yang baik bagi manusia, bukan yang jahat, Engkau tak hendak menyerahkan kami kepada penderitaan dan maut, tetapi memperuntukkan kami bagi kebahagiaan. Kami mohon, berilah kami nafas kehidupan baru, bila tertimpa oleh kesesakan, kuatkanlah mereka yang saat ini sedang menderita sakit, dan menghadapi bencana. Semoga bersama Kristus para penderita dan korban bencana dapat menghadapinya dengan sabar. Bangkitkanlah kami semua untuk kehidupan bersama Engkau. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persekutuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa. Amin.

Santo Paulus menegur umat Galatia, karena menerima ‘Injil yang lain’, yaitu ‘kabar gembira’ yang hanya untuk memuaskan perasaan manusiawi mereka. Sejatinya, itu bukan kabar gembira. Kabar gembira sejati selalu bertitik tolak dan tertuju kepada kegembiraan Allah, yakni warta keselamatan, yang merupakan buah dari penebusan Yesus Kristus.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia (1:6-12)

"Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kalian terima, terkutuklah dia."

Saudara-saudara, aku heran, bahwa kalian begitu cepat berbalik dari Allah, yang telah memanggil kalian oleh kasih karunia Kristus, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil; hanya ada orang-orang yang mengacaukan kalian dan yang bermaksud memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi seandainya kami sendiri atau pun seorang malaikat dari surga mewartakan kepada kalian suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi, "Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kalian terima, terkutuklah dia." Jadi bagaimana sekarang? Adakah aku mencari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah aku mencoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencari perkenanan manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku menerimanya bukan dari manusia, dan bukan pula manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh pernyataan Yesus Kristus.
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan selalu ingat akan perjanjian-Nya.
Ayat. (Mzm 111:1-2.7-10c)
1. Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan di tengah jemaat. Besarlah perbuatan-perbuatan Tuhan, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.
2. Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh; perintah-Nya lestari untuk selama-lamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran.
3. Ia memberikan kebebasan kepada umat-Nya, Ia menetapkan perjanjian untuk selama-lamanya; kudus dan dahsyatlah nama-Nya! Dia akan disanjung sepanjang masa.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952.
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 13:34)
Perintah baru Kuberikan kepadamu, sabda Tuhan; yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.


Candu yang berbahaya bagi orang yang belajar Kitab Suci adalah rasa diri paling benar. Ahli Taurat ini bertanya kepada Yesus hanya untuk mencobai Dia, dan membenarkan dirinya sendiri. Mereka paham hukum kasih, tetapi tidak mau melaksanakannya. Mereka tahu mengajarkan kasih, tetapi tidak mau menghayatinya. Perintah Yesus jelas, “Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (10:25-37)

"Siapakah sesamaku?"

Pada suatu ketika, seorang ahli kitab berdiri hendak mencobai Yesus, "Guru, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya, "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu. Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya, "Benar jawabmu itu. Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata lagi, "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab Yesus, "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu. Ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datanglah ke tempat itu seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasih. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya, 'Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali.' Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu, "Orang yang telah menunjukkan belas kasih kepadanya." Yesus berkata kepadanya, "Pergilah, dan lakukanlah demikian!"
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Hidup kita hari ini hendaknya kita arahkan kepada kepentingan sesama. Sesama kita adalah orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita, yang kita jumpai dalam perjalanan (perziarahan) hidup kita hari ini. Allah mempertemukan kita dengan mereka. Itulah peluang besar yang diberikan Allah kepada kita untuk menabung tindakan belas kasih. Perintah Yesus sangat jelas, “Pergilah, dan lakukanlah demikian!”

Tuhan,
Jadikanlah aku pembawa damai.
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kecemasan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Tuhan,
Semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur.
Memahami daripada dipahami
Mencintai daripada dicintai.
Sebab dengan memberi aku menerima,
Dengan mengampuni aku diampuni,
Dengan mati suci aku bangkit lagi untuk hidup selama-lamanya.
Amin.

R U A H & St Fransiskus dari Assisi

Minggu, 03 Oktober 2010 Hari Minggu Biasa XXVII

Minggu, 03 Oktober 2010
Hari Minggu Biasa XXVII

TENTANG IMAN DAN BERIMAN

Pengantar

Orang yang mau mengikuti jejak Kristus secara konsekuen, kerap kali mengalami kesulitan: diejek, dihina, ditindas. Paulus menasihatkan, bahwa yang penting harus bertahan dengan ulet dan tidak malu mengakui Injil dan imannya. Tuhan tidak begitu mementingkan realisasi sukses dan pehitungan-perhitungan kita. Yang penting ialah bertahan dalam iman. Semoga kekuatan Roh Kudus yang berada di tengah-tengah kita menjiwai iman kita.

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, segala yang baik berasal daripada-Mu, dan kami Kaudorong untuk berbuat baik selalu. Siapakah kami ini, maka sampai-sampai kami berani mempersalahkan Dikau atas setiap kelaliman? Buanglah kepicikan hati kami jauh-jauh, dan buatlah iman kami berkembang dengan suburnya. Tunjukkanlah bahwa di mana pun Engkau beserta kami. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, kini, dan sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Nubuat Habakuk (1:2-3; 2:2-4)

"Orang benar akan hidup berkat imannya."

Tuhan, berapa lama lagi aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu 'Penindasan!' tetapi tidak Kautolong? Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku menyaksikan kelaliman? Ya, aniaya dan keekerasan ada di depan mataku, perbantahan dan pertikaian terjadi di sekitarku. Lalu Tuhan menjawab aku, demikian, "Catatlah penglihatan ini, guratlah pada loh batu agar mudah terbaca. Sebab, penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi segera akan terpenuhi dan tidak berdusta. Bila pemenuhan tertunda, nantikanlah, akhirnya pasti akan datang, dan tidak batas! Sungguh, orang sombong tidak lurus hatinya, tetapi orang benar akan hidup berkat imannya."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = es, 4/4, PS 854.
Ref. Singkirkanlah penghalang sabda-mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu.
Ayat. (Mzm 96:1-2.6-7.8-9; R: 8)
1. Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan, bersorak-sorai bagi Gunung Batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan lagu syukur, bersorak-sorailah bagi-Nya dengan nyanyian Mazmur.
2. Masuklah, mari kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita; kita ini umat gembalaan-Nya serta kawanan domba-Nya.
3. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, jangan bertegar hati seperti di Meriba, seperti waktu berada di Masa di padang gurun, ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius (2Tim 1:6-8.13-14)

"Janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita."

Saudaraku terkasih, aku memperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu berkat penumpangan tanganku. Sebab, Allah memberi kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban. Jadi, janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita, dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Tuhan. Tetapi, berkat kekuatan Allah, ikutlah menderita bagi Injil-Nya! Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dariku sebagai contoh ajaran yang sehat, dan lakukanlah itu dalam iman serta kasih Kristus Yesus. Berkat Roh Kudus yang diam di dalam kita, peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, Kanon, PS 960.
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (1 Petrus 1:25)
Firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya; inilah firman yang disampaikan Injil kepada-Mu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (17:5-10)

"Sekiranya kamu mempunyai iman!"

Sekali peristiwa, setelah Yesus menyampaikan beberapa nasihat, para rasul berkata kepada-Nya, "Tuhan, tambahkanlah iman kami!" Tetapi, Tuhan menjawab, "Sekiranya kamu memiliki iman sebesar biji sesawi, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini, 'Terbantulah engkau dan tertanamlah di dalam laut' dan pohon itu akan menuruti perintahmu." Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu waktu i pulang dari ladang 'Mari segera makan'? Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu 'Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai aku selesai makan dan minum; dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum? Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata, "Kami ini hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

TENTANG IMAN DAN BERIMAN

Luk 17:5-10 memuat dua pokok pembicaraan. Yang pertama, ayat 5-6, menyebutkan permintaan para murid agar iman mereka ditambah serta reaksi Yesus terhadap permintaan ini. Yang kedua, ayat 7-10, berisi ajaran agar murid-murid bersikap sebagai hamba yang tak mengenal istirahat dan tidak memikirkan jasa sendiri. Untuk mengerti hubungan di antara kedua bagian itu dan maksud seluruh petikan, marilah kita lihat konteksnya, yaitu beberapa nasihat dalam Luk 17:1-4 yang mendahului petikan ini. Dalam ayat 1 ditampilkan perkataan Yesus bahwa mustahil tidak akan ada hal yang membuat orang berbuat salah. Yesus tampil realistis dan dapat memahami bila orang jatuh ke dalam dosa. Inilah sisi lain pengajarannya yang di sana sini sering terdengar keras dan banyak tuntutannya. Tapi dalam ayat berikutnya ia bersikap tegas terhadap orang yang menyebabkan sesama jatuh ke dalam dosa, terutama yang lemah: "Lebih baik baginya jika sebuah batu giling diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke laut daripada menyebabkan orang-orang kecil ini berbuat dosa!" Selanjutnya dalam ayat 3-4 diberikan nasihat agar para murid menegur orang yang bersalah dan bila menyesal, hendaknya ia dimaafkan sepenuhnya. Tentu saja untuk menerima semua ajaran ini para murid merasa butuh memiliki pegangan yang kuat, paling tidak untuk menaklukkan diri. Untuk itu mereka meminta tambahan iman seperti terungkap dalam ayat 5 yang menjadi awal petikan yang dibacakan hari ini.

MENGAPA MINTA IMAN DITAMBAH?

Para rasul mohon agar iman mereka ditambah. Jawaban Yesus dalam ayat 6 rasanya tidak langsung menanggapi. Ia malah membuat perbandingan. Dikatakannya, jika iman mereka itu besarnya hanya seperti biji sesawi saja - jadi amat kecil - niscaya mereka sudah akan mampu mengerjakan hal-hal yang luar biasa seperti menyuruh pohon ara tercabut dan pindah ke dasar lautan. Apa maksudnya? Acap kali kata-kata Yesus ini dimengerti sebagai gambaran betapa besarnya daya iman. Tidak disangkal bahwa iman memiliki kekuatan luar biasa. Tetapi itukah yang hendak disampaikannya? Bila dipikirkan, akan terasa aneh bahwa Yesus berbicara demikian. Rasul-rasul kan sudah tahu betapa besarnya daya iman. Kita pun tahu. Justru karena itulah mereka minta imannya ditambah. Apa perlunya mereka diberi tahu mengenai besarnya kekuatan iman?

Pembicaraan para rasul dengan Yesus sebaiknya dimengerti dalam rangka pembicaraan antara guru dan murid pada zaman itu. Dalam menanggapi masalah yang diajukan murid, seorang guru akan mencerahkan persoalannya terlebih dahulu sebelum memberi jawaban. Yesus sebenarnya mau mengatakan, "Kalian ini punya anggapan bahwa iman berurusan dengan kemampuan melakukan hal-hal yang menakjubkan. Kalau hanya itu, tak perlu menginginkan iman yang besar. Yang besarnya cuma seukuran biji sesawi pun sudah bisa menjalankan yang mustahil.." Dengan lain kata Yesus mengajak murid-murid makin menyadari bahwa iman itu terutama bukan kesaktian yang bisa dipakai menjalankan hal-hal yang spektakuler. Iman jangan pula dilihat sebagai semata-mata sebagai kekuatan batin untuk menundukkan diri sendiri. Tersirat anjuran agar tidak melihat iman dengan ukuran-ukuran seperti itu.

Kembali ke konteks di dalam Luk 17:1-4. Peringatan agar jangan menyebabkan orang jatuh ke dalam dosa dan ajakan agar mengampuni setulus-tulusnya memang terasa gampang tapi sulit dijalankan. Maka para murid berpikir, untuk itu perlu iman besar. Tetapi jawaban Yesus justru menyangkal penalaran seperti itu. Lalu apa pengertian Yesus mengenai iman?

BAGAIMANA BERIMAN ITU?

Jelas bukan menyandarkan diri pada kesaktian atau jimat. Bahkan bukan pula kebesaran hati dalam mengampuni atau kewaspadaan untuk tidak membuat orang berdosa. Lalu bagaimana penjelasannya? Jawaban hanya bisa kita temukan bila kita ingat perjalanan Yesus dari awal hingga akhir. Paling tidak begitulah cara Injil Lukas menyampaikannya. Yesus sendiri menemukan imannya dengan berada tetap pada jalannya hingga sampai ke tujuan perjalanan itu. Kunci untuk memahaminya terletak pada penampakan di gunung. Di situ Musa dan Elia berbicara dengan Yesus mengenai "tujuan perjalanan"-nya (Yunaninya "exodos"; Luk 9:31) yang akan digenapinya di Yerusalem.

Kemudian ketika ia bergulat dengan dirinya sendiri di Getsemani ia meminta agar piala itu diambil darinya. Dengan kata lain, ia sampai meminta agar ia tak usah terus hingga ke akhir perjalanan dan melewati penderitaan ditolak orang-orang yang didatanginya, dihukum, dan mati disalib. Namun terlebih dahulu ia mengatakan, asal semua itu kehendak Bapanya, bukan kehendaknya (Luk 22:42).

Kedua peristiwa itu membantu kita mengerti apa iman itu dalam kehidupan Yesus, yakni menuruti kehendak Bapanya sampai akhir, menaruh kehendak Bapa di atas segala sesuatu. Dan dengan itu ia memperoleh kekuatan untuk berjalan terus sampai akhir. Nanti pada saat ia menghembuskan nafas terakhir, ia berseru menyerahkan nyawanya kepada Bapanya (Luk 23:46). Inilah kenyataan orang beriman yang sejati. Bukan barang spektakuler dalam pandangan orang banyak. Malah bagi orang-orang yang lewat di hadapan salib, nasibnya itu mengenaskan belaka. Tetapi di situlah iman hidup. Di situlah kesetiaan mengikuti kehendak Yang Mahakuasa yang dipanggil Bapa itu menunjukkan kekuatan yang sesungguhnya.

Yesus mengamalkan seluruh hidupnya untuk membuat manusia tidak gampang dibawahkan ke kedosaan, juga yang paling lemah sekalipun tidak gampang menyerah kepada kedosaan. Sampai akhir hayatnya ia menunjukkan apa itu pengampunan Allah terhadap manusia. Inilah sumber kekuatannya. Begitulah ia juga membaharui kemanusiaan menjadi yang tahan banting dosa dan kuat mengampuni. Dalam bahasa sekarang, tahan menghadapi pelbagai kontradiksi dalam hidup ini dan sedia mengupayakan rekonsiliasi. Jika para murid meminta tambahan iman yang begini ini maka mereka ada di jalan yang benar, ada di jalan yang sedang ditempuh Yesus sendiri. Ini juga pengajaran bagi kita.

"HAMBA-HAMBA YANG TAK BERGUNA" - APA ARTINYA?

Dalam bagian kedua petikan ini, yaitu Luk 17:7-10 Yesus memberi petunjuk kepada murid-muridnya agar hidup sebagai hamba yang selalu siap menjalankan tugas yang diberikan tuannya. Yesus sendiri menjalani hidup yang sepenuhnya mengiakan yang dikehendaki Bapanya seperti seorang hamba yang siap menjalankan perintah tuannya. Tidak ada istirahat, bahkan setelah menyelesaikan sebuah tugas. Setelah selesai membajak ia disuruh menyediakan makanan bagi tuannya. Baru sesudah itu ia sendiri dapat makan dan minum (ayat 7-8). Hamba itu juga tak usah mengharapkan ucapan terima kasih karena telah menjalankan tugasnya. Sebaliknya ia harus merasa dirinya "tak berguna". Semua yang dilakukannya hanya demi tugas (ayat 8-10).

Menimbang teks aslinya, "hamba-hamba yang tidak berguna" (Luk 17:20) sebetulnya lebih cocok bila dialihbahasakan "hamba-hamba yang tidak dibutuhkan". Maksudnya, sang majikan sebetulnya tidak membutuhkan mereka, semua pekerjaan bisa terjadi dan berjalan dengan baik tanpa hamba-hamba itu. Tetapi toh sang majikan membiarkan mereka menjalankan sesuatu baginya. Inilah upah para hamba itu: mendapat kesempatan menyelesaikan urusan majikan, melayaninya, dan berada di dekatnya, walaupun dia tidak membutuhkannya. Di situlah kebahagiaan para hamba itu tadi. Jadi sebetulnya tidak tepat bila diartikan kebahagiaan di Kerajaan Allah itu jangan dianggap upah bagi jasa perbuatan baik.... menghamba Tuhan itu tak usah mengharapkan ganjaran. Kedengarannya bagus, tapi kurang cocok dengan dunia kehidupan yang terpantul dalam teks-teks Injil. Dalam alam pikiran injili, hamba ya tentu mengharapkan ganjaran. Dan ganjaran biasa diperoleh dengan menjalankan sesuatu. Yang tidak berbuat apa-apa malah kehilangan kesempatan. Namun warta injil meluaskan gagasan tadi dengan menekankan kebesaran sang majikan, yaitu kesukaannya mengajak hamba-hambanya yang tetap menjalani kehambaan agar mereka berada dekat dengannya, agar bisa ikut berbagi kebesarannya. Ini ganjaran dalam arti yang baru baik bagi si hamba dan bagi sang majikan. Dan perkara inilah yang disiarkan sebagai kabar gembira injili, antara lain dalam petikan Injil kali ini.

Para rasul diajak berpikir mengenai apa itu pelayanan iman. Pelayanan ini tidak ada selesainya dan si pelayan sendiri akhirnya mesti mengaku sebagai "orang tak berguna" (ayat 10). Jelas mengapa dalam menanggapi permintaan para rasul agar iman mereka ditambah, Yesus mengetengahkan bahwa yang penting bukanlah berusaha memperoleh sukses dengan kekuatan yang ada pada mereka, tetapi sebaiknya menjadi pelayan yang membaktikan diri sepenuhnya kepada tugas mereka. Ajakan Yesus ini ajakan untuk tetap hidup dalam dunia nyata dan bukan dunia idam-idaman yang spektakuler.

Diterapkan dalam hidup menggereja, maka pelayanan pastoral yang dijiwai dengan ajakan ini ialah pelayanan yang memperhatikan kenyataan-kenyataan yang dialami umat setempat. Yang Mahakuasa berbicara lewat isyarat-isyarat zaman. Menjalankan tugas pelayanan juga berarti menemukan secara kreatif jalan-jalan baru yang makin dapat membuat pelayanan makin hidup dan makin peka menanggapi tanda-tanda yang datang dari atas sana. Kepekaan inilah kekuatan iman yang sebenarnya. Kekuatan ini jugalah yang membuat orang tetap berada pada jalan yang sama dengan jalan yang ditempuh Yesus, pada "exodos"-nya. Di sini dipakai gambaran Perjanjian Lama, yaitu keluar dari perbudakan di Mesir agar dapat mengabdi Allah dengan merdeka. Exodos Yesus itu bertujuan membawa manusia keluar dari kekuatan-kekuatan yang mengurungnya sehingga manusia makin dapat menjadi gambar dan rupa Tuhan yang sungguh.

Salam hangat,
A. Gianto

Santo Fransiskus dari Assisi

Asalnya dari negeri Itali. Hidupnya di negeri itu juga. Bertabiat riang Fransiskus itu! Makin banyak keramaian, makin senanglah ia! Pikimya, Tiada yang lebih menyenangkan hati manusia daripada pesta.

Dan pesuruh Raja Besar ini semasa mudanya beruang cukup. Ayah ibunya sangat kaya! Tokonya bagus lagi besar! Penduduk kota Assisi, serta dusun-dusun sekelilingnya semuanya menjadi langganan toko itu!

Oleh sebab itu, Fransiskus berpakaian yang indah-indah dan mahal-mahal.

“Seperti seorang bangsawan,” kata orang bila bertemu di jalan raya.

Pemuda-pemuda di kota Assisi senang melihat Fransiskus. Fransiskus tidak kikir, amat berguna diangkat teman olehnya!

Siang hari Fransiskus menolong ayahnya di toko yang laku itu! Tetapi waktu petang, bila toko ditutup, Fransiskus pesiar. Teman-temannya telah menanti. Ada yang bermain mandoline, ada yang bermain biola. Dan Fransiskus harus menyanyi. Fransiskus pandai sekali benyanyi. Ia bernyanyi bermacam-macam lagu, riang gembira! Sampai jauh tengah malam mereka berpesta dan Fransiskus yang membelikan makanan dan minuman yang lezat!

Pada suatu hari perang pecah. Musuh akan menyerang kota Assisi. Fransiskus bersama-sama teman-temannya mempertahankan kotanya. Tetapi ... tiada berhasil! Mereka tertawan, dikurung dalam bilik penjara kecil lagi gelap, setahun lamanya.

Tentu kalian berpikir, sekarang Fransiskus bersusah hati. O tidak, malah sebaliknya, Fransiskus masih bersuka hati. Sepanjang hari Fransiskus benyanyi sambil mengharap waktu ia bebas pula.

Teman-temannya marah dan berkata, “Heran aku, Fransis­kus, kau masih suka bemyanyi!”

Tetapi Fransiskus tertawa dan meniawab, “Jangan putus asa, tuankul”

Sesudah bebas, Fransiskus berpesta pula seperti semula sampai perang berkobar lagi, dan Fransiskus turut berperangkan mencapai gelar “Ksatria.” Ya begitu kehendaknya. Dan begitu cita-cita ayahnya, tetapi tiada begitu Kehendak Tuhan.

Pada suatu malam Fransiskus bermimpi. Ajaib benar mimpinya! Fransiskus melihat sebuah bilik, luas sekali. Pada dindingnya tampak berupa-rupa perisai. Fransiskus sedang asyik melihat perisai itu.

Tiba-tiba terdengar suara, “Fransiskus kembali ke rumah! Mengapa engkau mengabdi pelayan? Bukankah Yang Empunya Tuhan?”

Fransiskus terjaga dan termenung. Keesokan harinya ia berangkat, pulang pula.

Penduduk kota Assisi amat heran! Demikian pula teman-temannya.

“Mengapa lekas sekali kembali, Fransiskus? Sudahkah mencapai gelar “Ksatria” kau? Takutkah engkau, tertawan lagi?”

Fransiskus tidak menjawab sepatah kata jua pun. Apa pula gunanyal Mereka tak akan mengerti. Fransiskus sendiri juga tidak mengerti, mimpi ajaib itul Lagipula, keadaannya berubah! Suara itu tak dapat dilupakannya. Fransiskus telah jemu berpesta. Uang yang dulu dipakainya untuk pesiar, sekarang diberikannya ker kepada yang miskin. Fransiskus, yang dulu gemar mengunjungi keramaian, sekarang mencari tempat sunyi supaya sempat berdoa. Lambat laun teman-temannya pergi.

“Aneh benar si Fransiskus itu!” kata mereka.

Dan Fransiskus, tidak mempedulikan hal itu, karena, suatu malam terdengar lagi suara ajaib itu!

Serunya, “Fransiskus, Fransiskus, jika engkau kasih padaKu, cobalah hidup miskin seperti Aku!”

Keesokan harinya Fransiskus tak mau lagi mengenakan pakaiannya yang indah-indah. Ia memakai baju serupa goni dan di pinggangnya, ialah tali yang diberi simpul. Fransiskus yang dulu memakai sepatunya yang bagus, digantinya oleh sandal yang amat murah harganya. Demikian Fransiskus yang tadinya kaya raya, mengembara.

Berjalan kaki ia pergi ke mana-mana, sambil mengajar tentang Yesus Kristus, yang mati pada kayu salib untuk menebus dosa kita. Teman-temannya, yang dulu mengerumuni sebagai semut, sekarang menertawakan! Kanak-kanak, yang tiada berpikir, melemparinya dengan batu. Ya, tiap-tiap hari Fransiskus dicaci maki tetap tetap sabar. Malahan, hatinya girang karena ia boleh menderita sengsara karena Kristus, Sang Penebus.

Ayahnya, Pietro Bernardone merasa dihinakan. Mula-mula Fransiskus dibujuk, kemudian dipaksa kembali ke rumah. Akhirnya, karena tidak berhasil ia amat sangat marah! Fransiskus disumpahinya. Pietro Bernardone tidak mau mengenal lagi anaknya.

Fransiskus berduka cita, tetapi apa boleh buatl Sudah terang baginya, begitu Kehendak Tuhan, yang telah memanggilnya.

Kalau Fransiskus lapar, ia mengemis sepotong roti dari rumah yang satu ke rumah yang lain. Uang tidak mau diterimanya. Kalau haus, Fransiskus hanya minum air jernih saja. Tidak karena malas, lebih suka mengemis daripada bekerja! Fransiskus rajin bekerja sebagai tukang batu, memperbaiki gedung-gedung gereja yang rusak, dengan tidak minta upah.

Katanya, “Peluhku sudah kujual kepada Yang Mahamulia!”

Petang, waktu beristirahat, Fransiskus berdoa sampai jauh tengah malam.

Acap kali terdengar keluhnya, “Tuhanku, ya Kaulah kekayaanku!”

Atau di atas sebuah bukit ia berlutut, di bawah kayu salib lengkap dengan patung Sang Penebus.

Berulang-ulang ia menepuk dada, berbungkuk ke tanah sambil berseru, “Ah, Yang Terkasih tidak dikasihi!”

Tidak lama orang insyaf, bahwa Fransiskus itu bukan hendak menarik perhatian orang. Fransiskus itu terdorong sesuatu yang luar biasa. Tuhan sendiri menyuruhnya berbuat demikian, supaya manusia sadar. Sadar akan salahnya! Sadar akan sombongnyal Sadar, dan kembali akan mengabdi Tuhan!

Penduduk kota Assisi datang, mendengarkan khotbah Fransiskus. Pesuruh Raja Besar. Serempak mereka tertarik padanya. Bila Fransiskus bercerita tentang Tuhan di surga, tiada mata yang tinggal kering.

Dan Fransiskus terus berceritera tentang Tuhan yang menciptakan bunga-bunga yang indah-indah. Tentang berupa-rupa burng yang berkicau sepanjang hari, untuk berterima kasih. Berterima kasih kepada Tuhan yang Mahabaik! Akhirnya Fransiskus memohon supaya orang jangan berdosa lagi. Dan para pendengar berjanji. Mereka tak dapat menolak permintaan Fransiskus, Pesuruh Raja Besar! Ada juga yang ingin meniru Fransiskus! Hidup miskin, karena Sang Penebus.

Mereka, yang telah dicoba dan diterima Fransiskus, berbuat seperti Pesuruh Raja Besar.

Kekayaannya diberikan kepada para miskin, lalu mengenakan seragam biarawan Fransiskus. Sejenis baju panjang lagi longgar dibuat daripada goni. Ikat pinggangnya sepotong tali yang bersimpul. Demikian terjadi biara penganut Santo Fransiskus. Sekarang masih terkenal di mana-mana.

Makin lama, makin bertambah kesucian Fransiskus. Dan Tuhan akan menganugerahi kesetiaan abdinya. Fransiskus gemar sekali sembahyang pada malam hari. Acap kali waktu petang ia mendaki gunung Alverna akan berdoa.

Gunung Alverna itu curam, penuh ngarai dan tebing batu. Tiada pemandangan yang menyenangkan, melainkan mengerikan. Jarang seorang manusia datang ke gunung itu. Tetapi oleh karena itu juga, Fransiskus senang berdoa di tempat yang sunyi itu.

Pada suatu malam gelap gulita, sedang Fransiskus berlutut di batu keras, gunung Alverna guncang. Saat itu juga langit terbelah halilintar, yang seakan-akan turun ke puncak gunung Alverna. Fransiskus terkejut ... melihat ke atas, ... dan ... dalam terang halilintar itu tampak olehnya seorang Manusia terpaku pada kayu salib. Tampak sayap yang amat besar bersinar menutupi Badannya.

Sebelum Fransiskus dapat bertanya apa artinya, sejenis api dari dalam kayu salib itu menembus badan Santo Fransiskus. la merasa sakit, sebagai terpaku pula pada kayu salib. Beberapa menit kemudian, pemandangan ajaib itu lenyap. Tetapi sakit itu tinggal. Fransiskus telah tertembus seperti Sang Penebus. Pada kakinya, pada tangannya, pada badannya, kelihatan lubang dalam dan berdarah. Selama hidup, Fransiskus mempunyai tanda salib itu.

Alangkah sakitnya! ... Alangkah sucinya Santo Fransiskus, yang patut menerima tanda luka Sang Penebus!

Barangkali kalian sudah pernah mendengar, bahwa Santo Fransiskus disebut “Pelindung Binatang”.

Kata orang lambangnya, “Akungilah binatangl”

Itu salah sangka, tetapi ada juga sebabnya.

Santo Fransiskus akung kepada Tuhan dan karena ia akung kepada segala makhluk. Berupa-rupa ceriteranya hal itu. Di antaranya salah satu cerita ini.


http://sienaviena.multiply.com

Sabtu, 02 Oktober 2010 Pw. Para Malaikat Pelindung

Sabtu, 02 Oktober 2010
Pw. Para Malaikat Pelindung

Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya -- Yesaya 32:17

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang kekal dan kuasa, saat ini kami akan menyusuri jalan kehidupan kami. Bantulah kami menjalaninya sesuai dengan sabda-Mu yang Engkau berikan kepada kami hari ini, yaitu agar kami menjadi percaya kepada-Mu seutuhnya seperti anak kecil yang menyambut-Mu apa adanya. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Keluaran (23:20-23a)

"Malaikat-Ku akan berjalan di depanmu."

Inilah firman Tuhan, "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. Jagalah dirimu di hadapannya dan dengarkanlah perkataannya, janganlah engkau mendurhaka kepadanya, sebab pelanggaranmu tidak akan diampuninya, sebab nama-Ku ada di dalam dia. Tetapi jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan perkataannya, dan melakukan segala yang Kufirmankan, maka Aku akan memusuhi musuhmu, dan melawan lawanmu. Sebab malaikat-Ku akan berjalan di depanmu."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan,
Ref. Malaikat-malaikat akan diperintahkan-Nya untuk menjaga engkau di segala jalanmu.
Ayat. (Mzm 91:1-2.3-4.5-6.10-11)
1. Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai."
2. Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok.
3. Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang.
4. Malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Pujilah Tuhan, hai segala tentara-Nya, muliakanlah Dia, hai para hamba yang melakukan kehendak-Nya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (18:1-5.10)

"Malaikat mereka di surga selalu memandang wajah Bapa-Ku di surga."

Sekali peristiwa datanglah murid-murid kepada Yesus dan bertanya, "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata, "Aku berkata kepadamu: Sungguh, jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Malaikat mereka ada di surga, dan selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan


Setiap orang selalu terpesona dengan anak kecil, apalagi bayi kecil. Bayi kecil menggambarkan kemurnian, keutuhan, kepasrahan, dan keindahan. Memandangi bayi kadang membuat kita iri, tepatnya rindu menjadi seperti bayi lagi. Malaikai-malaikat juga adalah seperti bayi yang memandang wajah orangtuanya, memandang wajah Bapa di surga.

Apakah kita percaya akan malaikat? Apakah kita ingin menjadi malaikat bagi orang lain? Malaikat adalah dia yang membawa kabar gembira dari Allah. Menjadi malaikat berarti menjadi utusan Allah. Tengoklah orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan bantuan. Maukah kita mengulurkan tangan dan menjadi saluran kasih Allah bagi mereka? Maukah kita membawa dan menjadi kabar gembira bagi mereka, khususnya mereka yang menderita?

Ya Tuhan, terima kasih atas para malaikat yang sudah Kauutus membawa kabar gembira. Utuslah aku juga menjadi malaikat bagi sesamaku. Amin.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Santa Teresia dari kanak-kanak Yesus (1873-1897)


Santa Teresia dari kanak-kanak Yesus (1873-1897)

Pada April 1896, 18 bulan sebelum wafatnya akibat serangan TBC, Teresa biarawati Karmelit dari biara Lisieux, mencoba tetap berkorespondensi dengan beberapa orang. Bahkan ia masih sempat melanjutkan karya refleksi autobiografinya dan juga beberapa suratnya yang sangat menyentuh. Salah satu surat tersebut menjadi indikator mengapa biarawati yang masih muda ini, meski tidak memiliki pendidikan teologis secara formal, diangkat menjadi Pujangga Gereja satu abad setelah wafatnya, oleh Sri Paus Yohanes Paulus II. Teresa kecil, seorang gadis sederhana yang membawa dampak besar bagi Gereja Katolik di abad ke-20 lewat tulisan-tulisannya.

Marie Francoise Therese Martin lahir tanggal 2 Januari 1873 di kota Alencon, Normandy, Perancis. Dia adalah anak bungsu dari 9 bersaudara -- 4 orang meninggal dari pasangan Louis Martin dan Zelie Guerin. Keduanya pernah ingin bergabung dengan komunitas religius sebelum mereka akhirnya menikah. Maka jangan heran jika semua anak mereka kelak bergabung dengan berbagai komunitas religius. Dalam autobiografi spiritualnya "Story of a Soul", Teresa menulis dia dibentuk dalam keluarga dimana kisah hidup orang-orang kudus adalah dasar pendidikan dan sumber penghiburan. Dia telah mendedikasikan hidupnya untuk suatu kehidupan religius sejak ia masih sangat kecil. "Sejak umur tiga tahun, aku mulai tidak menolak apa pun yang Tuhan minta dariku," demikian tulisnya. Bagian pertama hidupnya, saat ibunya wafat ketika ia berumur empat tahun dan dia memilih kakak perempuannya Pauline sebagai "ibunya yang kedua". (Nantinya Pauline akan menjadi ibu kepala biara di komunitasnya di Lisieux, dimana dia membantu mempercepat kanonisasi Teresa).

Bagian kedua hidupnya, adalah saat yang penuh kesulitan bagi gadis kecil yang sensitif ini. Pada natal tahun 1886, Teresa mengalami pertobatan yang mencetuskan bagian ketiga dari hidupnya kelak. "Aku menerima rahmat untuk meninggalkan masa kecilku, rahmat pertobatan...bagian yang paling indah dan paling dipenuhi oleh rahmat dari surga." (Story of a Soul, pasal 5). Sejak itu, keinginan terbesar Teresa adalah mengikutijejak kakaknya, menjadi biarawati. Pada November 1887, Teresa dan kakak perempuannya, Celine serta ayahnya berziarah ke Italia. Mereka diterima dalam suatu audiensi dengan Sri Paus Leo XIII. Teresa mencium kaki Sri Paus dan meminta agar Sri Paus mengijinkan dirinya bergabung dengan tarekat Karmelit pada usia 15 tahun. Meski diminta untuk menunggu sampai usianya mencukupi toh Teresa berkeras hati. Akhirnya, pada April 1888, Therese Martin diterima masuk ke biara Karmel di Lisieux sebagai seorang postulan. Dia menghabiskan sisa hidupnya yang kurang dari 10 tahun dalam biara itu. Pada Januari 1889 dia menjadi seorang novis, dan akhirnya tanggal 8 September 1890, dia melakukan profesi penuh sebagai anggota komunitas Karmelit, dan memilih nama Sr. Therese dari kanak-kanak Yesus dan Wajah Suci.

Pada tahun 1894, ayahnya wafat setelah menderita sakit keras dan kakaknya Pauline yang telah menjadi kepala biara dan berganti nama Mother Agnes, menyuruhnya untuk menuliskan memori masa kecilnya. Inilah awal mula buku "Story of a Soul". Tulisan ini terdiri dari tiga manuskrip yang terpisah, 8 pasal dari manuskrip A ditulis antara Desember 1894-Januari 1896. 9 pasal manuskrip B menyangkut panggilan kasih, ditulis bulan September 1896. Pasal 10-11 manuskrip C ditulis bulan Juni 1897 menjelaskan hari-hari terakhir hingga wafatnya pada Oktober 1897. Pada pencobaan yang dialaminya ini, Teresa kehilangan rasa kehadiran Allah dan dia tinggal di tengah-tengah kegelapan dimana segala rasa sukacita meninggalkannya. Pasal-pasal terakhir dari Story of a Soul ini merupakan inti dari pesan-pesan Teresa.

Kebijaksanaan yang begitu mendalam dari tulisan-tulisannya merupakan sumber penting bagi Gereja Katolik. Kekhasan ekspresi Therese akan Injil, pada intinya sesuai dengan makna mendasar dari ke-Kristen-an dalam kesederhanaan dan keterusterangannya. Esensi dari ajaran-ajaran Therese adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada kasih Allah. Suatu penyerahan yang membentuk dasar hidup bagi penyebaran pesan-pesan kasih Allah lewat semangat misionaris dan kasih melalui pewartaan fisik dari Injil atau doa-doa serta dukungan pribadi terhadap para misionaris. Gambaran "rasa kecil" yang digunakannya di sepanjang tulisannya; bunga kecil, burung kecil, dsb mungkin tampak sentimentil bagi sementara orang, tapi hal ini harus dimengerti lewat ayat Injil, "Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga" (Mat 18:3). Cara kecilnya tidak ditandai oleh kekerdilan rasa takut, melainkan kebesaran kasih.

Dalam "Story of a Soul" dia berseru, "Oh! Meskipun aku kecil, aku ingin menerangi jiwa-jiwa seperti yang dilakukan oleh para nabi dan pujangga Gereja." St. Therese Lisieux adalah salah satu Santa yang paling populer dan disukai banyak orang sepanjang abad ke-20. Ia dikanonisasi pada tanggal 17 Mei 1925. Sri Paus Yohanes Paulus II memproklamasikannya sebagai Pujangga Gereja, wanita ketiga yang mendapat gelar kehormatan ini, pada tanggal 20 Oktober 1997 dalam suratnya yang berjudul "Divini amoris scientia".


Diambil dari: RUAH

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy