| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Bacaan Harian 04-10 Oktober 2010

Bacaan Harian 04-10 Oktober 2010
Harian: Tahun II; Mingguan: Tahun C

Senin, 04 Oktober: Pesta St. Fransiskus dari Asisi (P). Gal 1:6-12; Mzm 111:1-2.7-10c; Luk 10:25-37.
Menjadi sesama bagi orang lain, khususnya yang sedang mengalami penderitaan, lemah dan tersingkir, bukanlah pekerjaan mudah. Tetapi Yesus menginginkan iman bukan saja berpusat pada altar, tetapi berbuah dalam kehidupan nyata. Orang Samaria yang baik hati jauh lebih berarti ketimbang ahli taurat yang sibuk dengan Alkitab tapi lepas dari kehidupan nyata.

Selasa, 05 Oktober: Hari Biasa Pekan XXVII (H). Gal 1:13-24; Mzm 139:1-3.13-15; Luk 10:38-42.
Seringkali kita lebih sibuk dengan berbagai macam pelayanan, tetapi lupa 'mendengarkan' Yesus. Yesus memang butuh tangan-tangan yang bersedia melayani, tetapi pelayanan itu harus selalu bersumber dari Dia. Kalau tidak, bisa jadi unsur manusia dalam pelayanan lebih menguasai, dan lalu orang jadi mudah kecewa atau pun berselisih.

Rabu, 06 Oktober: Hari Biasa Pekan XXVII (H). Gal 2:1-2.7-14; Mzm 117:1-2; Luk 11:1-4.
Yesus mengajarkan kita berdoa dengan menyapa Allah sebagai Bapa. Ia juga mengajarkan supaya kita terlebih dahulu mengutamakan perkara-perkara Allah sebelum perkara-perkara kita. Maka, datanglah kepada Bapa kita, mohonlah pada-Nya, tetapi dasarkanlah segala permohonan itu pada perkara-perkara Bapa.

Kamis, 07 Oktober: Peringatan Wajib Sta. Perawan Maria Ratu Rosario (P). Gal 3:1-5; MT Luk 1:69-75; Luk 11:5-13.
Jangan pernah lelah untuk terus meminta kepada Bapa kita sendiri. Dia adalah Bapa kita yang pasti mendengar apa yang kita sampaikan. Tak ada satu pun doa yang kita panjatkan dengan sungguh-sungguh akan sia-sia. Dia pasti memenuhinya. Mungkin sekarang, mungkin nanti. Mungkin juga tak selalu sesuai dengan harapan kita. Yang pasti, indah dan baik buat kita. Dia adalah Allah yang peduli dan datang tepat pada waktunya untuk memberi yang kita butuhkan.

Jumat, 08 Oktober: Hari Biasa Pekan XXVII (H). Gal 3:7-14; Mzm 111:1-6; Luk 11:15-26.
Bila kita menyediakan tempat dalam hidup kita untuk bercokolnya iblis, maka iblis akan mengajak teman-temannya untuk pesta di dalam diri kita dan mereka akan semakin menguasai kita. Maka, sekecil apa pun tawaran iblis, harus kita tolak. Sekali terjerumus, bersiaplah untuk tenggelam.

Sabtu, 09 Oktober: Hari Biasa Pekan XXVII (H). Gal 3:22-29; Mzm 105:2-7; Luk 11:27-28.
Orang yang hanya digerakkan oleh keinginan-keinginan pribadinya adalah orang yang sedang merintis jalan menuju hutan belantara penuh kegelapan. Jangan biarkan diri kita tersesat! Pegang kompas Firman Allah dan ikuti, maka kita pasti akan sampai pada tempat yang terang, damai dan sukacita.

Minggu, 10 Oktober: Hari Minggu Biasa XXVIII (H). 2Raj 5:14-17; Mzm 98:1-4; 2Tim 2:8-13; Luk 17:11-19.
Dari sepuluh orang kusta yang disembuhkan hanya satu yang kembali dan mengucap syukur kepada Yesus. Iman seperti itulah yang menyembuhkan dengan sempurna. Bersyukurlah senantiasa untuk apa pun yang boleh kita alami, maka kita pasti akan mengalami kesembuhan total dari segala kesesakan.

Rabu, 06 Oktober 2010 Hari Biasa Pekan XXVII

Rabu, 06 Oktober 2010
Hari Biasa Pekan XXVII

Jikalau Tuhan berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itu pun didamaikan-Nya dengan dia --- Amsal 16:7

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang mahabaik, kami bersyukur kepada-Mu, karena Engkaulah sumber kehidupan semua orang di dunia. Semoga dalam segala tingkah laku kami terungkap rasa syukur kami atas cinta kasih, perhatian dan perlindungan-Mu, dan atas karya-Mu membentuk kami menjadi umat-Mu dan keluarga-Mu. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Adat istiadat (dan budaya) merupakan benih-benih dari Injil. Setiap bangsa memiliki budaya yang khas. Santo Paulus mengritik orang-orang Kristen Yahudi (termasuk para Rasul) yang memaksakan adapt istiadat ‘sunat’ bagi orang-orang Kristen non Yahudi. Ini adalah sikap Santo Paulus menghargai budaya bangsa lain, dan cara untuk membuka pintu pewartaan Injil lebih lebar.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia (2:1-2.7-14)

"Mereka melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku."

Saudara-saudara, empat belas tahun setelah dipilih Tuhan, aku pergi ke Yerusalem bersama dengan Barnabas, dan Titus pun kubawa serta. Aku pergi ke sana berdasarkan suatu pernyataan. Di sana aku membentangkan Injil yang kuberitahukan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, jangan sampai dengan percuma aku telah berusaha. Pada kesempatan itu aku berbicara tersendiri dengan orang-orang yang terpandang. Mereka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil bagi orang-orang tak bersunat, sama seperti kepada Petrus bagi orang-orang bersunat; maka mereka menjadi yakin. Sebab sebagaimana Tuhan telah memberi Petrus kekuatan untuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, demikian pula Ia memberi aku kekuatan untuk menjadi rasul bagi orang-orang yang tak bersunat. Mereka pun menjadi yakin mengenai kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku. Maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan daku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan. Semua setuju bahwa kami pergi kepada orang-orang yang tak bersunat, sedangkan mereka kepada orang-orang yang bersunat. Mereka hanya minta agar kami tetap mengingat orang-orang miskin; dan hal itu sungguh-sungguh kuusahakan. Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku terus terang menentang dia, karena ia salah. Sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat. Tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. Juga orang-orang Yahudi lain ikut berlaku munafik seperti dia, sehingga Barnabas sendiri terseret oleh kemunafikan mereka. Aku melihat, bahw kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil. Maka aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua, "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?"
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = f, 4/4, PS 827.
Ref. Pergi ke seluruh dunia, wartakanlah Injil!
Ayat. (Mzm 117:1bc.2)
1. Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
2. Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Kalian akan menerima roh pengangkatan menjadi anak; dalam roh itu kita akan berseru, 'Abba, ya Bapa.'

Seperti para Rasul, setiap pengikut Kristus diajak untuk senantiasa berani memulai lagi, khususnya dalam hal doa, “Tuhan, ajarilah kami berdoa”. Sebab doa bukan sekedar rumusan kata-kata, melainkan soal kedekatan hubungan personal. Ketika seseorang terjangkit penyakit ‘aku sudah maju hebat’ dalam hidup doa, sebenarnya dia telah kehilangan satu sesi kedekatan itu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (11:1-4)

"Tuhan, ajarilah kami berdoa."

Pada waktu itu Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya, "Tuhan, ajarlah kami berdoa sebagaimana Yohanes telah mengajar murid-muridnya." Maka Yesus berkata kepada mereka, "Bila kalian berdoa, katakanlah: 'Bapa, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu. Berilah kami setiap hari makanan yang yang secukupnya, dan ampunilah dosa kami sebab kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Hari ini Injil mengajarkan kepada kita bahwa pendoa sejati selalu berani memulai lagi, “Tuhan, ajarilah kami berdoa.” Kita bagaikan seorang murid yang tak henti-hentinya mau belajar lagi, mau memulai lagi. Sebab, doa merupakan seni membangun hubungan pribadi yang makin lama makin intensif (mendalam). Sanggupkah kita dengan sikap rendah hati menanggalkan rasa sudah hebat dalam pengalaman doa?

Ya Bapa, ajarilah aku berdoa kepada-Mu untuk kepentingan semua anak-Mu di dunia ini. Ajarilah aku juga berdoa dan mengampuni mereka yang menyakiti hatiku. Amin.

R U A H

Santo Fransiskus dari Assisi dengan Serigala

Dekat sebuah kota kecil dalam pegunungan adalah seekor serigala, amat besar, kuat lagi bagus. Sekalian orang takut akan serigala itul Binatang itu merampas peliharaan penduduk. Ya, serigala itu berani menyerang manusia juga. Tidak ada yang berani berjalan seorang diri. Sudah kerap kali para pemburu mencoba menembak serigala itu. Sia-sia belaka! Makin lama makin ganas serigala itu! Siang hari serigala itu berani menyerang rumah dan melarikan seekor kambing atau seorang anak kecil.

Karena putus asa, penduduk kota itu meminta tolong kepada santo Fransiskus.

“Barangkali Pesuruh Raja Besar punya akal,” kata mereka.

Fransiskus melipur orang yang bersusah itu.

Jawabnya, “Aku akan berunding dengan serigala itu!”

Fransiskus berangkat, menuju ke hutan. Baru saja melalui rumah yang terakhir di tepi kota, ... tiba-tiba serigala yang jahat datang melompat-lompat, mendekati Fransiskus. Semua yang ikut dengan Fransiskus, lari cerai berai ketakutan.

Tetapi Fransiskus berseru, “Mari sini, serigala! Atas Nama Yesus Kristus aku melarangmu menyakiti aku atau orang-orang yang lari itu!”

Lihatlah, heran sekali! Serigala jahat, yang tadinya sudah membuka mulutnya, menjadi sabar lagi lemah, seperti seekor anak kambing saja. Sambil mengibas-ngibaskan ekornya, binatang buas itu maju setapak demi setapak. Tepat di hadapan kaki Santo Fransiskus, ia berbaring di tanah.

“Serigala,” kata Fransiskus kemudian.

“Kesalahanmu sangat banyak. Kau tidak diizinkan Tuhan, membunuh orang dewasa dan memakan anak kecil. Selayaknya kau juga harus dibunuh sekarang. Semua orang benci kepadamu, serigala jahat. Tetapi aku tahu, kau berbuat begitu karena lapar. Jika kau berjanji tak akan berbuat jahat lagi, aku akan mengampunimu. Ingatlah, Tuhan tidak mengizinkanmu!”

Serigala mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Tetapi kau harus berjanji juga, serigala! Kau tidak boleh lagi mencuri kambing. Kalau kau lapar, pergilah berjalan, dari rumah yang satu ke rumah yang lain. Penduduk kota mau memberi makanan. Kau mau berdamai dengan manusia, serigala?”

Serigala itu menggesek-gesekkan kepalanya ke kaki Fransiskus seperti anjing yang setia.

“Baiklah! Sekarang mana kakimu. Tanda kau berjanji, letakkan kakimu, dalam tanganku.”

Sekarang penduduk kota itu, yang telah datang menonton, menyaksikan perjanjian aneh itu. Serigala yang amat ganas itu, meletakkan kaki mukanya ke dalam tangan Fransiskus.

“Mari, ikut aku!” kata Fransiskus.

Serigala ikut serta seperti anjing yang amat besar. Mereka pergi ke alun-alun. Di sana penduduk kota juga berjanji bahwa mereka akan selalu memberi makanan kepada serigala. Serigala itu dinamai “Gobio”.

Masih 2 tahun lamanya Gobio hidup. Tiap-tiap hari ia berjalan dari pintu yang satu ke pintu yang lain, untuk meminta makanannya. Ia tidak lagi menyakiti binatang atau manusia. Dan anak-anak berani bermain dengan Gobio, serigala jinak.

Ketika Gobio mati, ia ditangisi orang, yang sudah biasa menyayangi bintang itu.

Masih banyak sekali ceritera-ceritera tentang Santo Fransiskus Pesuruh Raja Besar.

Sebaiknya kalian mencari dan membaca kitab yang lebih tebal tentang Santo Fransiskus.

http://sienaviena.multiply.com/

Selasa, 05 Oktober 2010 Hari Biasa Pekan XXVII

Selasa, 05 Oktober 2010
Hari Biasa Pekan XXVII

Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat --- Mat 10:7

Doa Renungan

Ya Tuhan hari ini Engkau memberikan teladan lewat Maria dan Marta yang melayani Engkau di rumah mereka. Anugerahkanlah kepadaku sikap mendengarkan Engkau lewat hal yang sederhana, yang seringkali aku sepelekan dan hanya terpukau akan hal yang luar biasa. Banyak hal yang kurang dalam diriku ya Yesus, maka dari itu tambahkanlah iman dan semangat kami pada hari ini. Amin.

Pertemuan Paulus dengan Yesus yang bangkit telah mengubah hidupnya. Mengubah wawasan dan arah hidupnya dalam mengimani Yesus sebagai jalan keselamatan semua orang. Dan pengalaman iman seperti inilah yang mengantar Paulus menjadi rasul-Nya.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia (1:13-24)

"Allah berkenan menyatakan Anak-Nya dalam diriku agar aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa."

Saudara-saudara, kalian tentu telah mendengar tentang hidupku dalam agama Yahudi dulu. Tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Dalam agama Yahudi itu aku jauh lebih maju dari banyak teman sebaya di antara bangsaku, karena aku sangat rajin memelihara adat-istiadat nenek moyangku. Tetapi Allah telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh karena kasih karunia-Nya. Ia berkenan menyatakan Anak-Nya dalam diriku, agar aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa lain. Pada waktu itu sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia. Aku juga tidak pergi ke Yerusalem untuk mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku. Tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik. Baru tiga tahun kemudian aku pergi ke Yerusalem untuk menemui Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya. Tetapi rasul-rasul yang lain tak seorang pun yang kulihat, kecuali Yakobus, saudara Tuhan Yesus. Di hadapan Allah kutegaskan: Apa yang kutulis kepadamu ini benar, aku tidak berdusta. Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia. Tetapi aku tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea. Mereka hanya mendengar, bahwa orang yang dahulu menganiaya mereka sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya. Dan mereka memuliakan Allah karena aku.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 2/4, PS 830
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu, Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan.
Ayat. (Mzm 139:1-3.13-14ab.14c-15; R:13b)
1. Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku. Engkau mengetahui apakah aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku kalau aku berjalan atau berbaring segala jalanku Kaumaklumi.
2. Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, Engkaulah yang menenun aku dalam kandunagn ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena misteri kejadianku; ajaiblah apa yang Kaubuat.
3. Jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aaku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Berbahagialah yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya.

Pertemuan pribadi yang mencerminkan kasih dan perhatian besar bisa menjadi menegangkan. Ada yang menjadi sibuk, tapi ada pula yang tenang mendengarkan. Mendengarkan sabda Yesus dan menerima pribadi-Nya hendaknya menjadi prioritas utama hidup orang beriman.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (10:38-42)

"Marta menerima Yesus di rumahnya. Maria telah memilih bagian yang terbaik."

Dalam perjalanan ke Yerusalem Yesus dan murid-murid-Nya tiba di sebuah kampung. Seorang wanita bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Wanita itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria itu duduk di dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan sabda-Nya. Tetapi Marta sangat sibuk melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata, "Tuhan, tidakkah Tuhan peduli, bahwa saudariku membiarkan daku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Yesus menjawabnya, "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, padahal hanya satu saja yang perlu. Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Di paroki ada berbagai jenis orang. Ada yang ke sana kemari sibuk melayani. Ada yang tidak aktif sama sekali. Ada yang hanya muncul kalau ada kegiatan doa dan yang lain hanya muncul kalau ada pesta dan makanan. Banyak orang tidak mau menjadi pengurus. Sebagian besar senang menjadi anggota saja. Susah mencari orang yang mau menjadi ketua.

Kata Yesus, kita jangan khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Apakah kita bisa memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil dari kita? Setiap orang mempunyai talenta dan bakatnya masing-masing. Tidak semua harus sama peran dan tanggung jawabnya.

Apakah kita sudah memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil dari kita? Apakah kita sudah melayani tanpa pamrih dan tanpa mengeluh? Apakah kita melayani dengan tulus tanpa menyalahkan orang lain yang hanya diam saja? Apakah kita sering menganggap remeh orang yang hanya berdoa saja? Siapa tahu yang rajin berdoa juga telah memilih bagiannya yang terbaik. Apakah aku sungguh dengan rela mau melayani tanpa membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain?

Ya Tuhan, ajarilah aku untuk duduk diam mendengarkan diri-Mu. Ajarilah aku juga melayani dengan tulus, gembira, tanpa pamrih, dan tanpa mengeluh; jangan sampai aku hanya menyalahkan orang lain. Amin.


R U A H & Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Fransiskus Assisi Pencinta Damai dan Pelindung Pelestarian Alam

St. Fransiskus dari Assisi

Dalam buku Fioretti, ada sebuah kisah tentang St. Fransiskus yang memperdamaikan penduduk kota Gubbio dengan seekor serigala yang ganas.

Pada waktu itu, di kota Gubbio hiduplah seekor serigala yang amat besar, lagi mengerikan dan ganas. Ia bukan saja memakan binatang-binatang, tetapi juga manusia. Semua penduduk kota itu hidup dalam ketakutan dan tidak berani pergi sendirian. Melihat situasi yang demikian St. Fransiskus merasa kasihan, sehingga ia ingin mendamaikan serigala itu dengan penduduk kota Gubbio, sekalipun mereka melarangnya pergi.

Ketika Fransiskus memasuki daerah serigala itu bersama-sama sahabatnya, ia membuat tanda salib dan menaruh kepercayaan sepenuh-penuhnya pada Allah. Ketika saudara-saudara lain tidak mau pergi lebih jauh lagi, St. Fransiskus berjalan terus menuju tempat serigala itu bersarang. Ketika serigala itu melihat Fransiskus, maka ia pun menyerbu ke arahnya dengan cakar-cakar yang terbuka. Ketika ia mendekat, St. Fransiskus membuat tanda salib di atasnya dan menyapanya, “Kemarilah saudara Serigala. Demi nama Kristus aku memerintahkan kepadamu jangan menyerang aku”. Dan aneh bin ajaib, begitu St. Fransiskus membuat tanda salib, serigala yang ganas itu pun memasukkan cakar-cakarnya kembali. Ia menaati perintah St. Fransiskus dan datang membaringkan diri di kaki St. Fransiskus dengan lembut seperti seekor anak domba.

Kemudian St. Fransiskus mengajak Serigala itu membuat suatu perjanjian dengan penduduk kota Gubbio. Dari pihak Serigala, ia harus berjanji bahwa ia takkan mengganggu dan melakukan kejahatan dengan penduduk kota Gubbio lagi. Dari pihak penduduk kota Gubbio, mereka berjanji, akan menyediakan makanan yang dibutuhkan serigala itu setiap hari. Dan sebagai jaminan bahwa perjanjian itu akan dilaksanakan dan ditepati, maka St. Fransiskus mengulurkan tangannya, dan serigala itu mengangkat kaki depannya dan menempatkannya dengan lembut dalam tangan St. Fransiskus, sebagai bukti kesetiaannya.

Fransiskus Pencinta Damai dan Pelindung Kelestarian Alam

Dari kisah di atas dapat diketahui, bahwa St. Fransiskus memang sungguh-sungguh seorang yang mencintai kehidupan damai dan hidup bersaudara dengan semua makhluk ciptaan.

Bahwa St. Fransiskus dikenal luas sebagai pencinta damai dapat dibuktikan dalam pertemuan para pemimpin agama sedunia yang diadakan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 27 Oktober 1986. Pada waktu itu pertemuan tidak diadakan di kota Roma ataupun kota besar yang lain, melainkan di kota Assisi. Di sana pertama kalinya semua pemimpin agama sedunia bersatu dalam doa untuk perdamaian dunia.

Mengapa kota Assisi yang dipilih? Karena mereka tahu bahwa St. Fransiskus Assisi adalah pelopor perdamaian bagi semua agama. St. Fransiskus Assisi juga dikenal sebagai pelindung kelestarian alam, terbukti dengan dikukuhkannya beliau oleh Paus Yohanes Paulus II, sebagai “Pelindung Pemeliharaan Kelestarian Lingkungan Hidup”, pada tanggal 29 November 1979.

Melihat kehidupan St. Fransiskus yang dipenuhi dengan damai dan cinta akan lingkungan hidup, mungkin timbul pertanyaan di hati kita. Bagaimana St. Fransiskus sungguh dapat hidup damai dengan semua orang dan semua makhluk? Sumber-sumber inspirasi manakah yang ia gali sehingga ia dapat hidup harmonis dengan seluruh ciptaan?

Semua pertanyaan ini sumbernya hanya pada satu pribadi yang agung dan karismatis, yakni Yesus Kristus, Tuhan kita yang kisah hidup dan pandangan-pandangan-Nya dapat kita kenal melalui Kitab Suci. Kalau St. Fransiskus dikenal sebagai pencinta damai, maka ia belajar hidup dalam damai itu dari Yesus.

Pertama, Fransiskus tentu belajar dari ucapan yang penting dan fundamental dari Yesus yang bangkit – seperti kita dengarkan dalam Injil Yohanes – “Damai sejahtera bagi kamu!” (Yoh 20:19; 21). Jadi dari teks ini Fransiskus tentu menyadari bahwa sumber kedamaian sejati itu datangnya dari Tuhan.

Kedua, Fransiskus tentu memahami juga, bahwa di dalam Yesus lah surga dan bumi diperdamaikan dan dipersatukan kembali dengan Allah yang mahakuasa (SurOr 13; bdk. Kol 1:20).

Ketiga, Fransiskus tentunya dipengaruhi oleh Sabda Bahagia yang berkata, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat 5:9). Orang yang membawa damai ini oleh Fransiskus ditafsirkan sebagai “orang yang dalam segala penderitaannya di dunia ini tetap memelihara kedamaian dalam jiwa dan raganya demi cinta kasih kepada Tuhan kita Yesus Kristus” (Pth XV).

Kalau St. Fransiskus dikenal sebagai pelindung kelestarian lingkungan hidup, maka gelar ini dikenakan kepadanya karena selama hidupnya ia sungguh-sungguh bersikap sebagai Saudara terhadap seluruh alam ciptaan. Dan puncak dari doa dan semua tulisan St. Fransiskus, nampak dalam “Kidung Saudara Matahari”, di mana semua makhluk ciptaan, ia undang untuk bersyukur dan memuji Allah.Bahwa Fransiskus dapat hidup bersaudara dengan seluruh alam ciptaan ini: matahari, bulan. Bintang, angin, air, api dan ibu pertiwi (tanah), semua itu karena Fransiskus dapat melihat kehadiran Kristus dalam seluruh ciptaan. Kehadiran Kristus dalam ciptaan ini sudah ditegaskan oleh Paulus, “Sebab dalam Kristus telah diciptakan segala sesuatu, baik di angkasa maupun di bumi: baik yang kelihatan maupun yang tak kelihatan, singgasana, kerajaan, pemerintah dan penguasa. Segala sesuatu diciptakan dengan perantaraan-Nya dan untuk Dia” (Kol 1:16).

Jika seluruh ciptaan bersaudara, maka itulah hasil karya penyelamat yang memperdamaikan segala-galanya dalam diri-Nya. Kalau makhluk-makhluk dilihat sebagai saudara-saudari yang disatukan secara akrab, hal itu terjadi, karena Kristus menerima semua makhluk ke dalam cinta-Nya yang tak kenal batas. Walaupun ciptaan amat besar dan luas, namun dalam pandangan Fransiskus semua disatukan dalam cinta yang sama, “karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia telah nyata.” (Tit 2:11).

Menuju Hidup dalam Damai dan Cinta akan Alam

Menjadi seorang pembawa damai dan seorang yang memperjuangkan kelestarian alam seperti St. Fransiskus pada dunia dewasa ini masih sangat relevan.

Coba saja faktanya kita lihat. Pilkada di beberapa daerah di Indonesia menuai konflik: bentrokan antar pendukung dan perusakan fasilitas-fasilitas umum. Di tingkat internasional konflik Israel dan Palestina yang telah berlangsung bertahun-tahun sampai sekarang juga belum menemukan solusinya. Tambahan runyam situasi di Pakistan dengan dibunuhnya Benazir Bhutto di Pakistan, 27 Desember 2007.
Di bidang lingkungan hidup, kita juga tahu, bahwa Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003].”

Di tengah situasi yang mengancam perdamaian dan kelestarian lingkungan ini, baik dalam skala kecil dalam rumah tangga kita masing-masing, di komunitas kita, maupun dalam lingkungan masyarakat kita, kita sebagai orang beriman diundang menjadi pembawa damai dan pencipta kelestarian lingkungan.Bagaimana tugas perutusan ini dapat kita wujudkan?

Pertama, kita sendiri harus mengalami diri kita didamaikan dengan Tuhan. Artinya dalam kehidupan kerohanian kita, kita sendiri harus mengalami bahwa aku dikasihi Tuhan; bahwa dosa-dosaku telah ditebus oleh-Nya di kayu salib; bahwa Dia selalu menyertai aku dalam seluruh hidupku. Sehingga dalam hidupku aku merasa aman dalam tangan Tuhan. Dan untuk dapat mencapai pengalaman iman yang menyembuhkan, mengutuhkan dan mendamaikan ini, kita harus sungguh berserah diri kepada Tuhan.

Kedua, kita harus mendengarkan apa yang dikatakan St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma, “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang.” (Rm 12:18). Apa artinya kata-kata Paulus ? Artinya Paulus menyadari, bahwa hidup dalam perdamaian bersama orang lain itu tidaklah mudah. Kita memang ingin hidup dalam damai, tetapi selalu ada saja hal yang membuat kita kemudian menjadi jengkel, marah, dan kemudian mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati, dan kemudian kita menjadi menyesal lagi. Namun di tengah kesulitan untuk menciptakan perdamaian ini kita tidak boleh menyerah. Dalam situasi apapun sedapat-dapatnya kita diminta berjuang untuk hidup berdamai dengan orang lain. Prinsip di sini yang dapat kita pegang – menurut Paulus adalah – “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Rm 12:21)

Ketiga, untuk bisa hidup menghargai sesama ciptaan, baik binatang maupun tumbuhan, kita harus mampu seperti St. Fransiskus melihat makhluk ciptaan dari sudut pandang Allah sendiri. Chesterton ketika mengomentari “Kidung Saudara Matahari“ karya St. Fransiskus mengatakan kepada kita, “Fransiskus dalam pengalaman mistik telah membuat “salto” dengan memandang semua ciptaan dari pihak Allah, dan sesudahnya, ia kembali ke dunia ini dan sejak saat itu, ia melihat dan mengalami semua makhluk dalam bentuk abadi dan sempurna.”

Marilah bersama St. Fransiskus, kita ciptaan perdamaian di rumah kita, tempat kita bekerja, dan di manapun kita berada; marilah kita hormati juga segala makhluk ciptaan lain, kita pelihara lingkungan hidup kita, sehingga dunia kita semakin menjadi harmonis dan indah, karena kita semua memantulkan keindahan pencipta kita, yakni Yesus Kristus Tuhan kita. Semoga.

F. Cahyo W./ pontianak.kapusin.org

Senin, 04 Oktober 2010 Pesta St. Fransiskus dari Assisi

Senin, 04 Oktober 2010
Pesta St. Fransiskus dari Assisi

Mulailah dengan menyelesaikan pekerjaan yang anda butuhkan, lalu yang anda inginkan, dan barulah yang anda cita-citakan --- St. Fransiskus dari Assisi

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang penuh kasih sayang, Engkau selalu menghendaki yang baik bagi manusia, bukan yang jahat, Engkau tak hendak menyerahkan kami kepada penderitaan dan maut, tetapi memperuntukkan kami bagi kebahagiaan. Kami mohon, berilah kami nafas kehidupan baru, bila tertimpa oleh kesesakan, kuatkanlah mereka yang saat ini sedang menderita sakit, dan menghadapi bencana. Semoga bersama Kristus para penderita dan korban bencana dapat menghadapinya dengan sabar. Bangkitkanlah kami semua untuk kehidupan bersama Engkau. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persekutuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa. Amin.

Santo Paulus menegur umat Galatia, karena menerima ‘Injil yang lain’, yaitu ‘kabar gembira’ yang hanya untuk memuaskan perasaan manusiawi mereka. Sejatinya, itu bukan kabar gembira. Kabar gembira sejati selalu bertitik tolak dan tertuju kepada kegembiraan Allah, yakni warta keselamatan, yang merupakan buah dari penebusan Yesus Kristus.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia (1:6-12)

"Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kalian terima, terkutuklah dia."

Saudara-saudara, aku heran, bahwa kalian begitu cepat berbalik dari Allah, yang telah memanggil kalian oleh kasih karunia Kristus, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil; hanya ada orang-orang yang mengacaukan kalian dan yang bermaksud memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi seandainya kami sendiri atau pun seorang malaikat dari surga mewartakan kepada kalian suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi, "Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kalian terima, terkutuklah dia." Jadi bagaimana sekarang? Adakah aku mencari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah aku mencoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencari perkenanan manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku menerimanya bukan dari manusia, dan bukan pula manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh pernyataan Yesus Kristus.
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan selalu ingat akan perjanjian-Nya.
Ayat. (Mzm 111:1-2.7-10c)
1. Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan di tengah jemaat. Besarlah perbuatan-perbuatan Tuhan, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.
2. Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh; perintah-Nya lestari untuk selama-lamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran.
3. Ia memberikan kebebasan kepada umat-Nya, Ia menetapkan perjanjian untuk selama-lamanya; kudus dan dahsyatlah nama-Nya! Dia akan disanjung sepanjang masa.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952.
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 13:34)
Perintah baru Kuberikan kepadamu, sabda Tuhan; yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.


Candu yang berbahaya bagi orang yang belajar Kitab Suci adalah rasa diri paling benar. Ahli Taurat ini bertanya kepada Yesus hanya untuk mencobai Dia, dan membenarkan dirinya sendiri. Mereka paham hukum kasih, tetapi tidak mau melaksanakannya. Mereka tahu mengajarkan kasih, tetapi tidak mau menghayatinya. Perintah Yesus jelas, “Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (10:25-37)

"Siapakah sesamaku?"

Pada suatu ketika, seorang ahli kitab berdiri hendak mencobai Yesus, "Guru, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya, "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu. Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya, "Benar jawabmu itu. Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata lagi, "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab Yesus, "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu. Ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datanglah ke tempat itu seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasih. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya, 'Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali.' Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu, "Orang yang telah menunjukkan belas kasih kepadanya." Yesus berkata kepadanya, "Pergilah, dan lakukanlah demikian!"
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Hidup kita hari ini hendaknya kita arahkan kepada kepentingan sesama. Sesama kita adalah orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita, yang kita jumpai dalam perjalanan (perziarahan) hidup kita hari ini. Allah mempertemukan kita dengan mereka. Itulah peluang besar yang diberikan Allah kepada kita untuk menabung tindakan belas kasih. Perintah Yesus sangat jelas, “Pergilah, dan lakukanlah demikian!”

Tuhan,
Jadikanlah aku pembawa damai.
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kecemasan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Tuhan,
Semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur.
Memahami daripada dipahami
Mencintai daripada dicintai.
Sebab dengan memberi aku menerima,
Dengan mengampuni aku diampuni,
Dengan mati suci aku bangkit lagi untuk hidup selama-lamanya.
Amin.

R U A H & St Fransiskus dari Assisi

Minggu, 03 Oktober 2010 Hari Minggu Biasa XXVII

Minggu, 03 Oktober 2010
Hari Minggu Biasa XXVII

TENTANG IMAN DAN BERIMAN

Pengantar

Orang yang mau mengikuti jejak Kristus secara konsekuen, kerap kali mengalami kesulitan: diejek, dihina, ditindas. Paulus menasihatkan, bahwa yang penting harus bertahan dengan ulet dan tidak malu mengakui Injil dan imannya. Tuhan tidak begitu mementingkan realisasi sukses dan pehitungan-perhitungan kita. Yang penting ialah bertahan dalam iman. Semoga kekuatan Roh Kudus yang berada di tengah-tengah kita menjiwai iman kita.

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, segala yang baik berasal daripada-Mu, dan kami Kaudorong untuk berbuat baik selalu. Siapakah kami ini, maka sampai-sampai kami berani mempersalahkan Dikau atas setiap kelaliman? Buanglah kepicikan hati kami jauh-jauh, dan buatlah iman kami berkembang dengan suburnya. Tunjukkanlah bahwa di mana pun Engkau beserta kami. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, kini, dan sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Nubuat Habakuk (1:2-3; 2:2-4)

"Orang benar akan hidup berkat imannya."

Tuhan, berapa lama lagi aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu 'Penindasan!' tetapi tidak Kautolong? Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku menyaksikan kelaliman? Ya, aniaya dan keekerasan ada di depan mataku, perbantahan dan pertikaian terjadi di sekitarku. Lalu Tuhan menjawab aku, demikian, "Catatlah penglihatan ini, guratlah pada loh batu agar mudah terbaca. Sebab, penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi segera akan terpenuhi dan tidak berdusta. Bila pemenuhan tertunda, nantikanlah, akhirnya pasti akan datang, dan tidak batas! Sungguh, orang sombong tidak lurus hatinya, tetapi orang benar akan hidup berkat imannya."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = es, 4/4, PS 854.
Ref. Singkirkanlah penghalang sabda-mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu.
Ayat. (Mzm 96:1-2.6-7.8-9; R: 8)
1. Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan, bersorak-sorai bagi Gunung Batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan lagu syukur, bersorak-sorailah bagi-Nya dengan nyanyian Mazmur.
2. Masuklah, mari kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita; kita ini umat gembalaan-Nya serta kawanan domba-Nya.
3. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, jangan bertegar hati seperti di Meriba, seperti waktu berada di Masa di padang gurun, ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius (2Tim 1:6-8.13-14)

"Janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita."

Saudaraku terkasih, aku memperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu berkat penumpangan tanganku. Sebab, Allah memberi kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban. Jadi, janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita, dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Tuhan. Tetapi, berkat kekuatan Allah, ikutlah menderita bagi Injil-Nya! Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dariku sebagai contoh ajaran yang sehat, dan lakukanlah itu dalam iman serta kasih Kristus Yesus. Berkat Roh Kudus yang diam di dalam kita, peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, Kanon, PS 960.
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (1 Petrus 1:25)
Firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya; inilah firman yang disampaikan Injil kepada-Mu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (17:5-10)

"Sekiranya kamu mempunyai iman!"

Sekali peristiwa, setelah Yesus menyampaikan beberapa nasihat, para rasul berkata kepada-Nya, "Tuhan, tambahkanlah iman kami!" Tetapi, Tuhan menjawab, "Sekiranya kamu memiliki iman sebesar biji sesawi, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini, 'Terbantulah engkau dan tertanamlah di dalam laut' dan pohon itu akan menuruti perintahmu." Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu waktu i pulang dari ladang 'Mari segera makan'? Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu 'Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai aku selesai makan dan minum; dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum? Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata, "Kami ini hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

TENTANG IMAN DAN BERIMAN

Luk 17:5-10 memuat dua pokok pembicaraan. Yang pertama, ayat 5-6, menyebutkan permintaan para murid agar iman mereka ditambah serta reaksi Yesus terhadap permintaan ini. Yang kedua, ayat 7-10, berisi ajaran agar murid-murid bersikap sebagai hamba yang tak mengenal istirahat dan tidak memikirkan jasa sendiri. Untuk mengerti hubungan di antara kedua bagian itu dan maksud seluruh petikan, marilah kita lihat konteksnya, yaitu beberapa nasihat dalam Luk 17:1-4 yang mendahului petikan ini. Dalam ayat 1 ditampilkan perkataan Yesus bahwa mustahil tidak akan ada hal yang membuat orang berbuat salah. Yesus tampil realistis dan dapat memahami bila orang jatuh ke dalam dosa. Inilah sisi lain pengajarannya yang di sana sini sering terdengar keras dan banyak tuntutannya. Tapi dalam ayat berikutnya ia bersikap tegas terhadap orang yang menyebabkan sesama jatuh ke dalam dosa, terutama yang lemah: "Lebih baik baginya jika sebuah batu giling diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke laut daripada menyebabkan orang-orang kecil ini berbuat dosa!" Selanjutnya dalam ayat 3-4 diberikan nasihat agar para murid menegur orang yang bersalah dan bila menyesal, hendaknya ia dimaafkan sepenuhnya. Tentu saja untuk menerima semua ajaran ini para murid merasa butuh memiliki pegangan yang kuat, paling tidak untuk menaklukkan diri. Untuk itu mereka meminta tambahan iman seperti terungkap dalam ayat 5 yang menjadi awal petikan yang dibacakan hari ini.

MENGAPA MINTA IMAN DITAMBAH?

Para rasul mohon agar iman mereka ditambah. Jawaban Yesus dalam ayat 6 rasanya tidak langsung menanggapi. Ia malah membuat perbandingan. Dikatakannya, jika iman mereka itu besarnya hanya seperti biji sesawi saja - jadi amat kecil - niscaya mereka sudah akan mampu mengerjakan hal-hal yang luar biasa seperti menyuruh pohon ara tercabut dan pindah ke dasar lautan. Apa maksudnya? Acap kali kata-kata Yesus ini dimengerti sebagai gambaran betapa besarnya daya iman. Tidak disangkal bahwa iman memiliki kekuatan luar biasa. Tetapi itukah yang hendak disampaikannya? Bila dipikirkan, akan terasa aneh bahwa Yesus berbicara demikian. Rasul-rasul kan sudah tahu betapa besarnya daya iman. Kita pun tahu. Justru karena itulah mereka minta imannya ditambah. Apa perlunya mereka diberi tahu mengenai besarnya kekuatan iman?

Pembicaraan para rasul dengan Yesus sebaiknya dimengerti dalam rangka pembicaraan antara guru dan murid pada zaman itu. Dalam menanggapi masalah yang diajukan murid, seorang guru akan mencerahkan persoalannya terlebih dahulu sebelum memberi jawaban. Yesus sebenarnya mau mengatakan, "Kalian ini punya anggapan bahwa iman berurusan dengan kemampuan melakukan hal-hal yang menakjubkan. Kalau hanya itu, tak perlu menginginkan iman yang besar. Yang besarnya cuma seukuran biji sesawi pun sudah bisa menjalankan yang mustahil.." Dengan lain kata Yesus mengajak murid-murid makin menyadari bahwa iman itu terutama bukan kesaktian yang bisa dipakai menjalankan hal-hal yang spektakuler. Iman jangan pula dilihat sebagai semata-mata sebagai kekuatan batin untuk menundukkan diri sendiri. Tersirat anjuran agar tidak melihat iman dengan ukuran-ukuran seperti itu.

Kembali ke konteks di dalam Luk 17:1-4. Peringatan agar jangan menyebabkan orang jatuh ke dalam dosa dan ajakan agar mengampuni setulus-tulusnya memang terasa gampang tapi sulit dijalankan. Maka para murid berpikir, untuk itu perlu iman besar. Tetapi jawaban Yesus justru menyangkal penalaran seperti itu. Lalu apa pengertian Yesus mengenai iman?

BAGAIMANA BERIMAN ITU?

Jelas bukan menyandarkan diri pada kesaktian atau jimat. Bahkan bukan pula kebesaran hati dalam mengampuni atau kewaspadaan untuk tidak membuat orang berdosa. Lalu bagaimana penjelasannya? Jawaban hanya bisa kita temukan bila kita ingat perjalanan Yesus dari awal hingga akhir. Paling tidak begitulah cara Injil Lukas menyampaikannya. Yesus sendiri menemukan imannya dengan berada tetap pada jalannya hingga sampai ke tujuan perjalanan itu. Kunci untuk memahaminya terletak pada penampakan di gunung. Di situ Musa dan Elia berbicara dengan Yesus mengenai "tujuan perjalanan"-nya (Yunaninya "exodos"; Luk 9:31) yang akan digenapinya di Yerusalem.

Kemudian ketika ia bergulat dengan dirinya sendiri di Getsemani ia meminta agar piala itu diambil darinya. Dengan kata lain, ia sampai meminta agar ia tak usah terus hingga ke akhir perjalanan dan melewati penderitaan ditolak orang-orang yang didatanginya, dihukum, dan mati disalib. Namun terlebih dahulu ia mengatakan, asal semua itu kehendak Bapanya, bukan kehendaknya (Luk 22:42).

Kedua peristiwa itu membantu kita mengerti apa iman itu dalam kehidupan Yesus, yakni menuruti kehendak Bapanya sampai akhir, menaruh kehendak Bapa di atas segala sesuatu. Dan dengan itu ia memperoleh kekuatan untuk berjalan terus sampai akhir. Nanti pada saat ia menghembuskan nafas terakhir, ia berseru menyerahkan nyawanya kepada Bapanya (Luk 23:46). Inilah kenyataan orang beriman yang sejati. Bukan barang spektakuler dalam pandangan orang banyak. Malah bagi orang-orang yang lewat di hadapan salib, nasibnya itu mengenaskan belaka. Tetapi di situlah iman hidup. Di situlah kesetiaan mengikuti kehendak Yang Mahakuasa yang dipanggil Bapa itu menunjukkan kekuatan yang sesungguhnya.

Yesus mengamalkan seluruh hidupnya untuk membuat manusia tidak gampang dibawahkan ke kedosaan, juga yang paling lemah sekalipun tidak gampang menyerah kepada kedosaan. Sampai akhir hayatnya ia menunjukkan apa itu pengampunan Allah terhadap manusia. Inilah sumber kekuatannya. Begitulah ia juga membaharui kemanusiaan menjadi yang tahan banting dosa dan kuat mengampuni. Dalam bahasa sekarang, tahan menghadapi pelbagai kontradiksi dalam hidup ini dan sedia mengupayakan rekonsiliasi. Jika para murid meminta tambahan iman yang begini ini maka mereka ada di jalan yang benar, ada di jalan yang sedang ditempuh Yesus sendiri. Ini juga pengajaran bagi kita.

"HAMBA-HAMBA YANG TAK BERGUNA" - APA ARTINYA?

Dalam bagian kedua petikan ini, yaitu Luk 17:7-10 Yesus memberi petunjuk kepada murid-muridnya agar hidup sebagai hamba yang selalu siap menjalankan tugas yang diberikan tuannya. Yesus sendiri menjalani hidup yang sepenuhnya mengiakan yang dikehendaki Bapanya seperti seorang hamba yang siap menjalankan perintah tuannya. Tidak ada istirahat, bahkan setelah menyelesaikan sebuah tugas. Setelah selesai membajak ia disuruh menyediakan makanan bagi tuannya. Baru sesudah itu ia sendiri dapat makan dan minum (ayat 7-8). Hamba itu juga tak usah mengharapkan ucapan terima kasih karena telah menjalankan tugasnya. Sebaliknya ia harus merasa dirinya "tak berguna". Semua yang dilakukannya hanya demi tugas (ayat 8-10).

Menimbang teks aslinya, "hamba-hamba yang tidak berguna" (Luk 17:20) sebetulnya lebih cocok bila dialihbahasakan "hamba-hamba yang tidak dibutuhkan". Maksudnya, sang majikan sebetulnya tidak membutuhkan mereka, semua pekerjaan bisa terjadi dan berjalan dengan baik tanpa hamba-hamba itu. Tetapi toh sang majikan membiarkan mereka menjalankan sesuatu baginya. Inilah upah para hamba itu: mendapat kesempatan menyelesaikan urusan majikan, melayaninya, dan berada di dekatnya, walaupun dia tidak membutuhkannya. Di situlah kebahagiaan para hamba itu tadi. Jadi sebetulnya tidak tepat bila diartikan kebahagiaan di Kerajaan Allah itu jangan dianggap upah bagi jasa perbuatan baik.... menghamba Tuhan itu tak usah mengharapkan ganjaran. Kedengarannya bagus, tapi kurang cocok dengan dunia kehidupan yang terpantul dalam teks-teks Injil. Dalam alam pikiran injili, hamba ya tentu mengharapkan ganjaran. Dan ganjaran biasa diperoleh dengan menjalankan sesuatu. Yang tidak berbuat apa-apa malah kehilangan kesempatan. Namun warta injil meluaskan gagasan tadi dengan menekankan kebesaran sang majikan, yaitu kesukaannya mengajak hamba-hambanya yang tetap menjalani kehambaan agar mereka berada dekat dengannya, agar bisa ikut berbagi kebesarannya. Ini ganjaran dalam arti yang baru baik bagi si hamba dan bagi sang majikan. Dan perkara inilah yang disiarkan sebagai kabar gembira injili, antara lain dalam petikan Injil kali ini.

Para rasul diajak berpikir mengenai apa itu pelayanan iman. Pelayanan ini tidak ada selesainya dan si pelayan sendiri akhirnya mesti mengaku sebagai "orang tak berguna" (ayat 10). Jelas mengapa dalam menanggapi permintaan para rasul agar iman mereka ditambah, Yesus mengetengahkan bahwa yang penting bukanlah berusaha memperoleh sukses dengan kekuatan yang ada pada mereka, tetapi sebaiknya menjadi pelayan yang membaktikan diri sepenuhnya kepada tugas mereka. Ajakan Yesus ini ajakan untuk tetap hidup dalam dunia nyata dan bukan dunia idam-idaman yang spektakuler.

Diterapkan dalam hidup menggereja, maka pelayanan pastoral yang dijiwai dengan ajakan ini ialah pelayanan yang memperhatikan kenyataan-kenyataan yang dialami umat setempat. Yang Mahakuasa berbicara lewat isyarat-isyarat zaman. Menjalankan tugas pelayanan juga berarti menemukan secara kreatif jalan-jalan baru yang makin dapat membuat pelayanan makin hidup dan makin peka menanggapi tanda-tanda yang datang dari atas sana. Kepekaan inilah kekuatan iman yang sebenarnya. Kekuatan ini jugalah yang membuat orang tetap berada pada jalan yang sama dengan jalan yang ditempuh Yesus, pada "exodos"-nya. Di sini dipakai gambaran Perjanjian Lama, yaitu keluar dari perbudakan di Mesir agar dapat mengabdi Allah dengan merdeka. Exodos Yesus itu bertujuan membawa manusia keluar dari kekuatan-kekuatan yang mengurungnya sehingga manusia makin dapat menjadi gambar dan rupa Tuhan yang sungguh.

Salam hangat,
A. Gianto

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy