| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 18 Oktober 2010 Pesta Santo Lukas, Pengarang Injil

Senin, 18 Oktober 2010
Pesta Santo Lukas, Pengarang Injil

Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu --- Luk 12:31

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang mahakudus, Putera-Mu telah mengutus tujuh puluh orang murid-Nya untuk mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Bantulah kami pada hari ini agar dapat menjadi pewarta sabda-Mu, seperti Santo Lukas yang dengan berani mewartakan sabda-Mu melalui injilnya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Santo Paulus mendapatkan banyak kesulitan dengan tukang tembaga yang bernama Aleksander. Lebih mengenaskan lagi, Demas, muridnya, telah meninggalkannya. Sementara lkawan-kawan seperjuangan, Kraskas dan Titus, sedang tidak berada di dekatnya untuk memberikan hiburan. Di sinilah, Lukas, yang juga penulis Injil ketiga, menunjukkan kesetiaannya sebagai sahabat.

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius (2Tim 4:10-17b)

"Hanya Lukas yang tinggal dengan aku."

Saudaraku terkasih, Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia, sedang Titus ke Dalmatia. Hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia kemari, karena pelayanannya penting bagiku. Tikhikus telah kukirim ke Efesus. Jika engkau kemari, bawalah juga jubah yang kutinggalkan di Troas di rumah Karpus dan juga kitab-kitabku, terutama perkamen itu. Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat kejahatan terhadap aku. Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya. Hendaklah engkau juga waspada terhadap dia, karena dia sangat menentang ajaran kita. Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorang pun yang membantu aku; semuanya meninggalkan aku. -- Kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka. -- Tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya, dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Para kudus-Mu, ya Tuhan, memaklumkan Kerajaan-Mu yang semarak mulia.
Ayat.
(Mzm 145:10-13ab.17-18)
1. Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.
2. Mereka memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan memaklumkan kerajaan-Mu yang semarak mulia. Kerajaan-Mu ialah kerajaan abadi, pemerintahan-Mu lestari melalui segala keturunan.
3. Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 15:16)
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu supaya pergi dan menghasilkan buah, dan buahmu itu tetap.

Berdasarkan Kej 10, dalam dunia ini terdapat 70 bangsa. Maka perutusan ketujuhpuluh murid ini menunjukkan pesan Lukas tentang kegiatan misioner Gereja ke seluruh dunia. Perutusan berdua-dua dimaksudkan untuk menjamin bahwa yang mereka katakan tidak disangsikan oleh para pendengarnya (bdk.Mat 18,16). Orientasi perutusan selalu demi Kerajaan Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (10:1-9)

"Tuaian memang banyak, tetapi sedikitlah pekerjanya."


Pada suatu hari Tuhan menunjuk tujuh puluh murid, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka, "Tuaian memang banyak, tetapi sedikitlah pekerjanya. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian itu, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah! Camkanlah, Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalu kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu, 'Damai sejahtera bagi rumah ini.' Dan jika di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal padanya. Tetapi jika tidak, salammu itu akan kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Jika kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ, dan katakanlah kepada mereka, 'Kerajaan Allah sudah dekat padamu'."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus

Renungan

Lukas, pengarang Injil ketiga, menunjukkan panggilan hidup Kristiani. Panggilan kita bersama adalah membawa damai, sebagai tanda Kerajaan Allah yang telah datang. Apakah kita memiliki musuh? Apakah kita termasuk orang yang sulit memaafkan, lalu mendendam mendengkinya? Pendamai sejati adalah orang berani bersandar pada pengampunan Allah, sehingga menjadi pribadi yang mudah mengampuni.

KITAB INJIL LUKAS

Menceritakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang dijanjikan Tuhan untuk Israel dan seluruh umat manusia. Dalam bukunya ini Lukas menulis bahwa Yesus telah diberi tugas oleh Roh Kudus untuk menyiarkan Kabar Baik dari Tuhan kepada kaum miskin. Injil ini penuh dengan perhatian terhadap orang-orang dengan berbagai kebutuhan. Nampak pula suatu nada sukacita dalam buku Lukas ini, terutama pada pasal-pasal pertama mengenai kedatangan Yesus. Pada bagian penutupnya menceritakan terangkatnya Yesus ke surga. Kisah tentang pertumbuhan dan penyebaran agama Kristen setelah Yesus naik ke surga diceritakan juga oleh penulis kitab ini di dalam Kisah Para Rasul.

Menurut tradisi, Lukas adalah seorang dokter kafir tapi lembut serta baik hati, dan mengenal Kristus melalui pewartaan Rasul St. paulus. Setelah menjadi seorang Kristen, ia pergi menyertai Paulus ke berbagai tempat. Lukas merupakan seorang penolong yang banyak membantu Rasul Paulus dalam mewartakan iman. Kitab Suci menyebut Lukas sebagai "Tabib Lukas yang kekasih".

St. Lukas adalah penulis dua buah kitab dalam Kitab Suci, yaitu Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Lukas ingin menulis tentang Dia bagi umat Kristiani yang baru bertobat. Jadi, ia berbicara denagn mereka-mereka yang mengenal Yesus. Ia mencatat semua perbuatan Yesus yang mereka lihat dan Sabda Yesus yang mereka dengar. Menurut tradisi, Lukas memperoleh sebagian informasi penting dari Santa Perawan Maria sendiri. Bunda Maria merupakan orang yang tepat yang dapat menggambarkan secara jelas kedatangan malakat Gabriel kepadanya untuk menyampaikan Kabar Gembira. Bunda Maria-lah yang paling dapat menceritakan secara rinci kisah kelahiran Yesus di Betlehem serta pengungsian Keluarga Kudus ke Mesir.

Lukas juga menuliskan kisah tentang bagaimana para rasul mulai mewartakan Sabda Yesus setelah Ia kembali ke surga. Dalam kitab tulisan Lukas, Kisah Para Rasul, kita mengetahui bagaimana Gereja mulai tumbuh dan berkembang. Kita tidak tahu pasti bilamana atau di mana Lukas wafat. Ia merupakan salah seorang dari keempat penulis Injil. Dari Injil Lukas kita mengenal cinta serta belas kasih Yesus. Luangkan sedikit waktu hari ini untuk membaca dengan khidmat sebagian dari Injil yang ia tulis.

Kami bersyukur kepada-Mu ya Bapa, karena Engkau senantiasa memberi kami kekuatan untuk mewartakan sabda-Mu pada hari ini. Semoga apa yang kami wartakan hari ini menjadi bagian dari hidup kami juga. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

R U A H

Bacaan Harian 18-24 Oktober 2010

Senin, 18 Oktober: Pesta St. Lukas, Penginjil (M).
2Tim 4:10-17b; Mzm 145:10-13ab.17-18; Luk 10:1-9.

Dari tahun ke tahun, umat Katolik di negara kita kian bertambah. Namun, panggilan menjadi imam kian menurun. Maka, selain terus-menerus berdoa supaya Tuhan menyuburkan panggilan menjadi imam, kita sendiri sebagai murid Tuhan harus ikut terlibat dalam karya dan pelayanan untuk mengembangkan Kerajaan Allah. Keterlibatan kaum awam semakin dibutuhkan untuk ikut bekerja bagi Kerajaan Allah.

Selasa, 19 Oktober: Hari Biasa Pekan XXIX (H).

Ef 2:12-22; Mzm 85:9ab-14; Luk 12:35-38.

Berjaga-jaga berarti semakin memperkuat diri dengan iman yang dalam, harapan yang pasti, dan cinta yang ikhlas. Itu semua akan menjadi perisai yang dapat membuat kita bertahan dalam cobaan dan godaan, yang kemudian mengantar kita pada kehidupan yang berkelimpahan.

Rabu, 20 Oktober:Hari Biasa Pekan XXIX (H).

Ef 3:2-12; MT Yes 12:2-3.4bcd-6; Luk 12:39-48

Kewaspadaan berarti sikap selalu sadar diri, tidak hanyut dan terlena dengan arus dunia sekeliling. Berbekal dengan kewaspadaan, kita tahu apa yang harus kita buat di tengah cobaan dan godaan dunia. Untuk selalu waspada, kita perlu punya waktu hening: menatap diri, berkomunikasi dengan-Nya, menemukan langkah sesuai kehendak-Nya.

Kamis, 21 Oktober: Hari Biasa Pekan XXIX (H).

Ef 3:14-21; Mzm 33:1-2.4-5.11-12.18-19; Luk 12:49-53.

Yesus tidak menjanjikan damai dalam arti dunia. Menjadi murid Yesus bahkan bisa mendatangkan ’perang’ di mata dunia. Yesus menawarkan kebahagiaan sejati. Dan itu dapat kita peroleh dengan keberanian untuk melawan arus dunia. Dibutuhkan sikap tegas untuk berpegang pada jalan Yesus, kendati bisa menimbulkan ’perang’. Beranikah?

Jumat, 22 Oktober: Hari Biasa Pekan XXIX (H).

Ef 4:1-6; Mzm 24:1-4ab.5-6; Luk 12:54-59.

Dengan segala kemampuan teknologi, manusia mampu meramalkan keadaan bumi dan cuaca, lalu mempersiapkan segala sesuatu untuk mengantisipasinya. Tetapi terhadap satu hal yang pasti, manusia seringkali lupa: kehidupan hanyalah perjiarahan menuju tempat tinggal abadi. Apa yang sudah kita siapkan?

Sabtu, 23 Oktober: Peringatan Wajib St. Yohanes dari Capestrano, Imam (P).

Ef 4:7-16; Mzm 122:1-5; Luk 13:1-9.

Seperti pohon ara yang masih diberi waktu dan kesempatan untuk berbuah, kepada kita juga diberi waktu dan kesempatan untuk bertobat dan menghasilkan buah. Memang, tidak ada kata terlambat, tapi bukan berarti selalu boleh menunda. Sekarang waktunya sebelum tidak ada lagi waktu.

Minggu, 24 Oktober: Hari Minggu Biasa XXX (H).

Sir 35:12-14.16-18; Mzm 34:2-3.17-19.23; 2Tim 4:6-8.16-18; Luk 18:9-14.

Di hadapan Tuhan yang Mahatahu, tak perlulah kita bermegah diri atas segala yang telah kita buat bagi-Nya dan merasa lebih baik dari orang lain. Sikap yang terus-menerus harus dipupuk haruslah sikap yang menganggap diri kecil dan tak layak di hadapan-Nya dan karena itu selalu berusaha untuk hidup lebih baik.

SANTA MARGARETHA MARIA ALACOQUE, PERAWAN

Lahir pada tanggal 22 Juli 1647 di kota Burgundia, Perancis. Ayahnya seorang notaris. Pasangan saleh ini dikaruniai 7 orang anak, yang hampir semuanya mati dalam usia muda. Hanya Margaretha yang hidup agak lebih lama dan Tuhan punya suatu rencana khusus atas dirinya. Untuk memperkuat mental imannya dalam rangka rencana rahasia itu, Tuhan mencobai dia dengan berbagai peristiwa yang menekan batin. Ayahnya meninggal dan ibunya sakit keras. Sementara itu kesukaannya dalam kesunyian makin membawa dia ke dalam kebiasaan untuk berdoa lebih khusuk lagi. Besar cinta bakti dan hormatnya kepada Bunda Maria dan Tuhan Yesus yang hadir di dalam Sakramen Mahakudus. Sejak kecil ia dididik oleh Suster-suster Klaris di Charolles, Perancis. Dari usia 11-15 tahun, ia menderita sakit reumatik yang hebat sehingga terpaksa harus terus berbaring di atas tempat tidur. Semua peristiwa yang menimpa dirinya merupakan penyelenggaraan ilahi karena sesudah sembuh dari sakit itu, ia mengalami banyak penampakan Tuhan. Dalam penampakan-penampakan itu, Yesus biasanya tampak dalam keadaan bermahkota duri atau disalibkan. Pengalamannya akan penampakan itu seolah terus mendesak dia untuk memasuki cara hidup membiara demi bakti yang menyeluruh kepada Allah. Oleh karena itu, tahun 1671 ia masuk biara Visitasi di Paray le Monial. Di sini Tuhan menampakkan diri dan menyampaikan wahyu tentang devosi kepada Hati Kudus Yesus. Pada bulan Desember 1673, ia mendapat wahyu pertama berkenaan dengan penghormatan kepada Hati Kudus Yesus. Mulai saat itu hatinya sangat dipenuhi cinta ilahi Yesus. Selama 18 bulan Yesus terus-menerus menampakkan diri padanya untuk menjelaskan apa yang telah dikatakan-Nya pada wahyu pertama. Inilah ringkasan pesan Tuhan itu: "Orang harus menghormati Hati-Nya yang Mahakudus. Bentuk hati Yesus itu ialah sebuah hati manusia yang bermahkota duri, tergores luka, dengan api dan cahaya kemilau. Yesus mengatakan bahwa kendati Ia sungguh mencintai manusia, tetapi manusia membalas cinta-Nya dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Adalah tugas Margaretha untuk mengimbangi semua kelemahan dan kekurangan umat manusia. Margaretha harus seringkali menerima Komuni Kudus, teristimewa pada hari Jumat Pertama setiap bulan selama 9 bulan berturut-turut. Selain itu, ia harus berjaga di hadapan Sakramen Mahakudus pada setiap malam Jumat sebagai kenangan akan penderitaan-Nya dan pengkhianatan atas diri-Nya di Taman Getzemani pada hari Kamis Putih."

Pada Oktaf Hari Raya Tubuh Kristus tahun 1675, Tuhan sekali lagi menampakkan diri kepada Margaretha untuk memberikan kepadanya Wahyu Hati Kudus yang terakhir dan yang terpenting: "Ingatlah akan Hati-Ku yang begitu mencintai manusia hingga habis-habisan, bahkan menjadi lelah dan habis terbakar oleh cinta itu. Sebagai pengganti terima kasih, Aku menerima hanya sikap acuh tak acuh, ketidaksopanan, sikap dingin dan caci maki dari manusia."

Selanjutnya Margaretha memberi kesaksian tentang penampakan-penampakan Tuhan dalam menghormati Hati Kudus Yesus dan devosi khusus terhadap Hati Kudus sebagaimana diminta langsung oleh Yesus, tapi ternyata tidak ditanggapi secara serius dan tidak diakui oleh Gereja saat itu dalam kurun waktu yang cukup lama sesudah kematian Margaretha. Ia sendiri mendapat perlakuan yang kurang simpatik dari rekan-rekan susternya, karena mereka menganggap semua penampakan yang diceritakannya sebagai berita bohong belaka. Untunglah bahwa tidak semua rohaniwan bersikap demikian.

Dalam penyelenggaraan ilahi-Nya, Tuhan mengirim Pastor Claude de la Colombiera SJ menjadi Bapa Pengakuan untuk Suster-suster Visitasi di biara Paray le Monial. Dialah orang pertama yang menaruh perhatian besar kepada cerita-cerita Suster Margaretha tentang penampakan-penampakan Tuhan serta pesan-pesan-Nya itu. Beliau menunjukkan sikap simpatik dan memberi dukungan besar kepada Margaretha. Sepeninggal Suster Margaretha, pastor Claude, melalui tulisan-tulisan dan khotbah-khotbahnya di Inggris dan Perancis, menyebarluaskan berita penampakan-penampakan Tuhan yang dialami Sr. Margaretha. Seluruh umat tertarik pada peristiwa itu. Dan sejak itu mulai digalakkan devosi kepada Hati Kudus Yesus dan Jam Suci di hadapan Sakramen Mahakudus sebagaimana dipesankan Tuhan kepada Margaretha. Tak lama kemudian pada tahun 1765, Pesta Hati Kudus Yesus direstui oleh Sri Paus, dan Margaretha menjadi teladannya. Margaretha Maria Alacoque meninggal di biara Paray le Monial pada tanggal 17 Oktober 1690. Ia dinyatakan 'santa' tahun 1920.

Diambil dari : RUAH

Minggu, 17 Oktober 2010 Hari Minggu Biasa XXIX

Minggu, 17 Oktober 2010
Hari Minggu Biasa XXIX

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. --- 2Timotius 3:16

Pengantar

Bacaan hari ini meminta kita agar dalam doa kita janganlah semacam mendesak, memaksa Tuhan. Kita hendaknya sabar dan ulet dalam doa kita, dan permohonan kita itu akan dikabulkan, bila kita tunjang dengan kerja nyata kita. Tuhan tidak menyelamatkan tanpa kerja sama dari pihak manusia. Ia berada di pihak kita, tetapi Ia memerlukan bantuan orang. Maka kita masing-masing harus mendengarkan sabda Allah, agar dapat menemukan apa yang mau kita bicarakan bersama, dan bagaimana kita berdoa serta meraba-raba dapat mengatasi ketidak mampuan kita untuk percaya.

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahamurah, bila penderitaan dan cobaan menimpa diri kami, maka sering kami tak kuasa lagi, ragu-ragu dan seakan-akan lumpuh. Janganlah hendaknya meninggalkan kami, tetapi dampingilah kami. Perkenankanlah kami mendengar lagi, bahwa Engkau tak pernah menolak memberi bantuan kepada mereka yang benar-benar tak henti-hentinya berdoa kepada-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama DIkau dan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Keluaran (17:8-13)

"Apabila Musa mengangkat tangan, lebih kuatlah pasukan Israel."

Sekali peristiwa datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidin. Musa berkata kepada Yosua, "Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek! Aku sendiri, besok akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku." Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; sedangkan Musa dan Harun, dan Hur naik ke puncak bukit. Dan terjadilah hal berikut ini: Apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah pasukan Israel. Sebaliknya, apabila Musa menurunkan tangannya, Amaleklah yang lebih kuat. Tetapi, menjadi penatlah tangan Musa. Maka Harun dan Hur mengambil sebuah batu, meletakkannya di belakang Musa, supaya ia duduk di atasnya; lalu Harun dan Hur menopang kedua belah tangan Musa, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangan Musa tidak bergerak sampai matahari terbenam. Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 4/4, PS 805
Ref. Hanya Engkaulah Tuhan Allahku dan harapan untuk hidupku.
Ayat. (Mzm 121:1-2.3-4.5-6.7-8; R:lih. 2)
1. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolongan bagiku? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.
2. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sungguh, tidak akan terlelap dan tidak akan tertidur Penjaga Israel.
3. Tuhan penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak akan menyakiti engkau pada waktu siang, tidak pula bulan pada waktu malam.
4. Tuhan akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. Tuhan akan menjaga keluar masukmu dan sekarang sampai selama-lamanya.

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius (2Tim 3:14-4:2)

"Orang-orang kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."

Saudara terkasih, hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman akan Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian, orang-orang kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. Di hadapan Allah dan di hadapan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi pernyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya: Wartakanlah sabda Allah! Siap sedialah selalu, baik atau tidak waktunya. Nyatakanlah apa yang salah, tegur, dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = d, 2/2, PS 953
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Ibr 4:12; 2/4)
Sabda Allah itu hidup, kuat dan tajam. Ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (18:1-8)

"Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang berseru kepada-Nya."

Sekali peristiwa Yesus menyampaikan suatu perumpamaan kepada murid-murid-Nya untuk menegaskan bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Ia berkata, "Di sebuah kota itu ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati siapa pun. Dan di kota itu ada pula seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata, 'Belalah hakku terhadap lawanku!' Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi, kemudian ia berkata dalam hatinya, 'Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati siapa pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia supaya ia jangan terus-menerus datang dan akhirnya menyerang aku'." Lalu Tuhan berkata, "Camkanlah perkataan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan para pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka! Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia menemukan iman di bumi?"
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

BERDOA TANPA JEMU-JEMU - APA MAKSUDNYA?

Rekan-rekan yang budiman!

Perumpamaan di dalam Luk 18:1-8 sebetulnya disampaikan sebagai bahan pemikiran bagi para murid mengapa perlu "selalu" dan "tanpa jemu-jemu"-nya berdoa dan dalam arti mana. Perumpamaan ini berbicara mengenai seorang hakim yang "tak takut akan Allah dan tak menghormati siapapun" tetapi yang akhirnya bersedia memenuhi permohonan seorang janda agar perkara janda itu dibela olehnya. Hal itu dilakukannya agar tidak lagi terganggu oleh permintaan yang terus-menerus dari pihak janda tadi (ayat 1-5). Murid-murid diminta memikirkan yang dikatakan hakim yang tak adil itu (ayat 6 "Perhatikanlah...!" merujuk ke ayat 5). Kemudian ditegaskan, bila hakim seperti itu saja akhirnya mau mendengarkan permohonan yang terus-menerus disampaikan, apalagi Allah. Dia yang Mahamurah itu tentunya akan membela orang-orang yang mendekat kepadaNya - dalam bahasa Kitab Suci, orang-orang pilihanNya. Lagipula Ia tidak akan seperti membiarkan orang menunggu-nunggu, melainkan akan segera bertindak (ayat 7-8a). Jelas kiranya perumpamaan itu juga dimaksud menggambarkan kemurahan ilahi.

PERMINTAAN DALAM IMAN

Pada akhir petikan ini (ayat 8b) Yesus menambahkan, "Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, apakah ia akan mendapati iman di bumi?" Apakah maksud perkataan ini sehubungan dengan perumpamaan di atas?

Pertanyaan Yesus itu juga erat kaitannya dengan peristiwa kedatangan Kerajaan Allah yang dibicarakan dalam Luk 17:20-37 yang mendahului petikan ini. Ditandaskan di situ bahwa Kerajaan Allah datang "tanpa tanda-tanda lahiriah", maksudnya tanpa tanda-tanda yang menggetarkan. Kerajaan Allah sudah ada di tengah-tengah manusia (Luk 17:21) dan terjadi dalam kehadiran Yesus yang membawakan warta datangnya Kerajaan Allah di tengah-tengah umat manusia. Menerima warta ini berarti percaya, mengimani bahwa Kerajaan Allah menjadi ruang hidup yang baru. Ruang hidup inilah yang membuat orang-orang yang berlindung kepada Allah boleh merasa aman. Mereka itu menjadi orang-orang pilihanNya. Allah tidak mengulur-ulur waktu bila mereka berseru minta pertolongan. Mustahil Ia mendiamkan mereka yang siang-malam berseru kepadaNya. Sikap memohon dengan tak kenal putus asa itu ditampilkan sebagai sikap yang tumbuh dalam diri orang yang beriman. Bila dipadukan dengan keinginan untuk ikut serta dalam warta dibawakan Yesus sang Anak Manusia yang diutus Allah itu, maka doa ini amat besar kekuatannya. Seperti dalam Perjanjian Lama, Allah melihat penderitaan umatNya yang berseru kepadaNya dan Ia turun untuk memimpin mereka keluar dari penderitaan mereka (bdk. Kel 3:7-10; 6:5-7).

AJARAN AGAR TETAP MEMOHON?

Mengapa Yesus menegaskan perlunya berdoa tanpa jemu-jemu? Bukankah para murid sudah tahu? Bukankah mereka juga sudah cukup yakin bahwa Allah tidak akan melalaikan orang yang berseru kepadaNya? Perumpamaan ini sebaiknya juga didalami dengan cara yang mirip dengan yang dipakai dalam memahami kata-kata Yesus dalam Luk 17:6 yang menanggapi permintaan para murid agar iman mereka ditambah. Para murid sudah tahu bahwa iman itu memiliki kekuatan, justru karena itulah mereka minta tambahan iman. Dalam ulasan mengenai petikan itu dijelaskan bahwa Yesus sebenarnya bermaksud mengajak para murid menyadari bahwa iman bukan semata-mata kekuatan batin yang menakjubkan melainkan kesediaan menjalankan kehendak Bapa dengan penuh pengabdian seperti dilakukannya sendiri. Gagasan ini jelas dari pengajaran mengenai sikap seorang hamba dalam Luk 17:7-10. Begitu pula perumpamaan dalam Luk 18:1-8 sebaiknya dilihat bukan sebagai ajaran mengenai perlunya berdoa tanpa jemu-jemunya melainkan sebagai ajakan bagi para murid agar melandaskan doa mereka pada iman yang sesungguhnya, yakni kesiagaan serta pengabdian kepada kehendak Bapa.

Kisah kesembuhan sepuluh orang kusta Luk 17:11-19 juga dapat membantu. Dari sepuluh orang yang sembuh itu hanya orang Samaria sajalah yang kembali kepada Yesus sambil meluhurkan Allah. Ia mengenali Yesus yang sedang berjalan memenuhi kehendak Bapanya menjadikan Kerajaan Allah sebuah kenyataan di bumi ini. Orang Samaria tadi sebenarnya berbagi iman dengan Yesus sendiri. Baginya Anak Manusia yang disebut dalam Luk 18:8b telah datang dan mendapatinya penuh iman.

Bagaimana dengan kata-kata Yesus setelah mengajarkan doa Bapa Kami mengenai orang yang malam hari datang membangunkan sahabatnya dan tanpa malu-malu minta dipinjami tiga potong roti bagi tamunya (Luk 11:5-8, bdk. Mat 7:7-11)? Orang itu akhirnya dibukai pintu juga. Di situ diajarkan agar orang tanpa sungkan-sungkan memohon kepada Bapa yang ada di surga. Sikap demikian itu juga menjadi ungkapan iman.

MENARIK HIKMAT DARI KEHIDUPAN

Perumpamaan mengenai hakim yang tak adil ini mengingatkan pada perumpamaan mengenai bendahara yang tak jujur dalam Luk 16:1-9. Kedua tokoh itu ditampilkan sebagai orang yang wataknya tak lurus tapi dalam keadaan tertentu dapat menjalankan hal yang pada dirinya sendiri patut dipuji. Bendahara yang tak jujur itu dapat berlaku cerdik dan dengan demikian dapat menyelamatkan diri. Begitulah bendahara itu berhasil mengatasi keadaannya yang gawat. Anak-anak terang dapat belajar dari kesigapannya. Hakim yang akhirnya mau membela si janda dapat menjadi batu loncatan untuk mengerti kemurahan Allah. Demikianlah Yesus sang Guru itu berani memakai bahan dari kehidupan yang penuh liku-liku dan yang sering kelabu itu untuk menarik garis yang lurus dan terang. Tokoh-tokoh kompleks itu ada dalam kehidupan nyata. Kebijaksanaan seorang Guru seperti Yesus itu terletak dalam kemampuannya melihat sisi yang membawa orang dapat maju ke depan, bukan yang membuat orang menyerah dan putus harapan. Tersirat di dalam perumpamaan-perumpamaan itu ajakan untuk belajar menarik hikmat dari kenyataan hidup sehari-hari. Sekaligus diajarkan agar murid-murid tidak membiasakan diri berpikir dalam arah-arah yang sudah mapan belaka. Kebiasaan seperti itu sebenarnya hanya memberi rasa aman yang semu, bukan iman yang hidup.

MENUJU KE MASA DEPAN - DENGAN IMAN

MAR: Iman yang diharapkan ada di muka bumi bila Anak Manusia datang (Luk 18:8b) ialah iman yang dalam cara bicara orang zaman ini proaktif sifatnya, bukan reaktif atau bahkan pasif melulu.

WID: Benar. Iman bukan semata-mata keteguhan yang muncul untuk membenarkan atau menyalahkannya keadaan?

MAR: Warta Injil dapat juga diperdengarkan bagi keadaan sekarang. Ini nih di negara kita ini kan sedang terjadi pergantian kepemimpinan. Bagaimana sikap orang yang mengimani hadirnya Kerajaan Allah yang diumumkan oleh Yesus?

WID: Tentunya ia akan berusaha melihat arah-arah yang membawa ke perkembangan.

MAR: Saya rasa, ini dapat terjadi dengan secara proaktif berbuat menurut arah-arah tadi tanpa membiarkan diri dikeruhkan kecemasan atau impian ini atau itu belaka.

WID: Nah begitu kan! Usaha ini bisa membuahkan perbaikan, lagipula tak bergantung pada keadaan sesaat-sesaat. Ini namanya mengaktualkan warta Injil.

MAR: Jadi apa benar bila dikatakan keberanian iman itu perlu dibarengi perhitungan.

WID: Itu justru yang mematangkan iman.

MAR: Dan nanti pihak-pihak yang tadinya tidak banyak memikirkan pun akan ikut memperhitungkan?

WID: Itu baru terjadi bila appealnya ke penalaran!

MAR: ???

WID: Ingat apa yang dikatakan "dalam hati" oleh hakim tak adil tadi (Luk 18:4) - dan juga oleh bendahara yang tak jujur (Luk 16:3-4)? Bila memakai perhitungan nalar - "dalam hati" - mereka yang tidak termasuk kaum lurus itu pun dapat mengatasi keterbatasan mereka sendiri.

MAR: Kok tafsirnya sedemikian realistik.

WID: Tafsir kan tak usah mengawang-awang. Masa depan juga tidak terbangun di awang-awang sana. Perlu dititi dengan yang nyata-nyata dijalani.

Salam hangat,

A. Gianto

Sabtu, 16 Oktober 2010 Hari Biasa Pekan XXVIII

Sabtu, 16 Oktober 2010
Hari Biasa Pekan XXVIII

Dari pada-Mulah kiranya datang penghakiman. Mata-Mu kiranya melihat apa yang benar --- Mzm 17:2

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, terima kasih atas anugerah hidup yang telah Kaulimpahkan kepada kami. Bimbing dan sertailah kami agar kami semakin hormat dan mengakui bahwa Engkaulah satu-satunya Allah yang hidup dan mengakui Putera-Mu sebagai Juru Selamat kami serta Roh Kudus yang senantiasa menyertai hidup kami. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (1:15-23)

"Allah mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya dalam surga."

Saudara-saudara, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, akupun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di surga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 832.
Ref. Betapa megah nama-Mu, Tuhan, di seluruh bumi.
Ayat. (Mzm 8:4-5.6-7.8-9; R: 2a)
1. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau pasang. Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
2. Kauciptakan dia hampir setara dengan Allah, Kau mahkotai dengan kemuliaan dan semarak. Kauberi dia kuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kautundukkan dibawah kakinya.
3. Domba, sapi, dan ternak semuanya, hewan di padang dan margasatwa, burung di udara dan ikan di laut, dari semua yang melintasi arus lautan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat. Roh Kebenaran akan memberi kesaksian tentang Aku, dan kalian pun harus memberi kesaksian, sabda Tuhan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:8-12)

"Roh Kudus akan mengajarkan kepadamu apa yang harus kamu katakan."

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Barangsiapa mengakui Aku di depan manusia, akan diakui pula oleh Anak Manusia di depan para malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal pula di depan para malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni. Tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, tidak akan diampuni. Apabila kalian dihadapkan kepada majelis atau pemerintah, atau penguasa, janganlah kalian kuatir bagaimana dan apa yang harus kalian katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajarkan kepadamu apa yang harus kalian katakan."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Para martir kebanyakan punya pengalaman yang sama dalam mempertaruhkan hidup mereka. Ketika mereka ditentang oleh penguasa atau musuh yang mengancam, mereka dengan tegar menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan. Akibatnya, mereka disiksa bahkan dibunuh dengan cara yang sangat sadis.

Kesaksian iman demikianlah yang mengantar mereka masuk dalam kemuliaan Allah di surga, seperti yang disabdakan Yesus kepada kita, "Yang menerima Aku di depan banyak orang akan diterima di surga; yang menolak Aku akan ditolak di surga."

Apakah aku berani mengakui Yesus di depan orang lain, termasuk yang memusuhi kita? Apakah aku berani mengekspresikan imanku dalam kehidupan sehari-hari, tanpa menutupi kepada orang lain yang bertemu dengan aku? Puji Tuhan bila aku memang berani. Bila aku masih takut, mari datang kepada Yesus dan mohon keberanian untuk mengakui Dia, hidup sesuai dengan semanga-Nya di dunia ini.

Kami bersyukur kepada-Mu ya Bapa, karena Engkau senantiasa memberi kami kekuatan untuk mewartakan sabda-Mu pada hari ini. Semoga apa yang kami wartakan hari ini menjadi bagian dari hidup kami juga. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Renungan: Paul Suparno, SJ/IB 2007

SANTA TERESA DARI AVILA, PUJANGGA GEREJA (1515-1582)

Lahir tahun 1515. Ketika berumur 5 tahun dia mengajak kakak laki-lakinya pergi ke tanah orang-orang Moor di Afrika Utara (tanah orang Muslim), agar mereka berdua bisa menjadi martir Allah. Sekitar tahun 1524 mereka diam-diam meninggalkan rumah mereka akan tetapi ditemukan sang paman yang segera membawa mereka berdua kembali ke rumah. Saat berusia 16 tahun, ayahnya mengirim Teresa ke biara untuk memperbaiki tabiatnya. Saat itu banyak wanita yang tidak tahu harus melakukan apa dalam hidupnya sehingga mencoba hidup membiara. Teresa pun memiliki masalah dalam hidupnya. Dia sangat mudah tergelincir dalam kehidupan duniawi dan mengabaikan Allah. Selama bertahun-tahun dia nyaris tidak berdoa sama sekali dan berpura-pura rendah hati. Dia berpikir bahwa dia adalah seorang pendosa dan tidak layak menerima rahmat dari Tuhan. Tetapi menjauh dari doa sama seperti "seorang bayi yang menjauh dari susu ibunya, apa yang bisa diharapkan selain kematian?"

Ketika dia berusia 41 tahun, seorang imam meyakinkan dirinya untuk kembali berdoa, meskipun dia masih mendapat kesulitan dalam berdoa. Setelah dia mulai kembali berdoa, Allah memberinya kegembiraan spiritual berupa anugerah pengalaman mistis. Dalam buku-bukunya, dia menganalisa pengalaman-pengalaman itu. Dia tidak melihatnya sebagai karunia Allah tetapi sebagai cara Allah "memurnikan" dirinya. Beberapa kawan yang tidak menyukai apa yang terjadi dengannya berkesimpulan bahwa dia dipengaruhi iblis dan mengirimkan seorang imam Yesuit untuk memeriksanya. Namun Teresa yakin dan percaya bahwa itu semua dari Allah sebab pengalaman-pengalaman tersebut membawanya pada kedamaian, inspirasi, dan dorongan kekuatan. Pada usia 43 tahun, dia bertekad untuk mereformasi Ordo Karmel, mengembalikannya kepada cita-cita dasar: suatu tarekat kontemplatif yang sederhana dan didedikasikan pada hidup doa. Rencananya ditentang dan ia terancam inkuisisi (diadili di pengadilan agama Katolik). Teresa hanya dapat mempercayakan segalanya pada Allah. Ketika akhirnya dapat mengadakan pembaharuan, dia masih belum terlepas dari kesulitan.

Di biara St. Yusuf, dia menghabiskan banyak waktu menulis pengalaman hidupnya. Ia menulis, "Tetapi apakah yang aku ketahui. Aku hanyalah seorang wanita yang malang." Pihak inkuisisi menyukai tulisan Teresa dan membersihkan namanya. Pada usia 51 tahun, dia bermaksud menyebarluaskan gerakan reformasinya. Namun tantangan datang bertubi-tubi, khususnya yang datang dari para bruder dan biarawati. Dia dikatakan sebagai "tukang keluyuran pemberontak" oleh seorang nuncio (duta) Sri Paus. Teresa melihat segala kesulitan ini sebagai suatu publisitas. Segera dia mendapatkan sejumlah postulan (calon biarawati) yang ingin masuk biara reformasi yang dipimpinnya. Banyak orang memikirkan apa yang dikatakan oleh Teresa dan ingin belajar berdoa dari dirinya. Tidak lama kemudian idenya tentang doa menyebar tidak hanya ke seluruh wilayah Spanyol, tetapi seluruh Eropa.

Pada tanggal 4 Oktober, pada usia 67 tahun Teresa Avila wafat karena sakit yang dideritanya. Dia adalah pendiri tarekat OCD, tarekat Karmelit yang sudah direformasi (OCD = Order of Carmelite Discalced, Tarekat Karmelit Tanpa Alas Kaki). Pada tahun 1970 Sri Paus memproklamasikan Teresa sebagai Pujangga Gereja karena tulisan-tulisannya dan ajarannya tentang doa. Santa Teresa Avila adalah pelindung orang-orang yang menderita sakit kepala. Lambangnya adalah sebuah hati, panah, dan sebuah buku.


Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya. Tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya. 1Yoh 2:16-17



Diambil dari : RUAH

SANTA TERESA DARI AVILA, PUJANGGA GEREJA (1515-1582)

SANTA TERESA DARI AVILA, PUJANGGA GEREJA (1515-1582)

Lahir tahun 1515. Ketika berumur 5 tahun dia mengajak kakak laki-lakinya pergi ke tanah orang-orang Moor di Afrika Utara (tanah orang Muslim), agar mereka berdua bisa menjadi martir Allah. Sekitar tahun 1524 mereka diam-diam meninggalkan rumah mereka akan tetapi ditemukan sang paman yang segera membawa mereka berdua kembali ke rumah. Saat berusia 16 tahun, ayahnya mengirim Teresa ke biara untuk memperbaiki tabiatnya. Saat itu banyak wanita yang tidak tahu harus melakukan apa dalam hidupnya sehingga mencoba hidup membiara. Teresa pun memiliki masalah dalam hidupnya. Dia sangat mudah tergelincir dalam kehidupan duniawi dan mengabaikan Allah. Selama bertahun-tahun dia nyaris tidak berdoa sama sekali dan berpura-pura rendah hati. Dia berpikir bahwa dia adalah seorang pendosa dan tidak layak menerima rahmat dari Tuhan. Tetapi menjauh dari doa sama seperti "seorang bayi yang menjauh dari susu ibunya, apa yang bisa diharapkan selain kematian?"

Ketika dia berusia 41 tahun, seorang imam meyakinkan dirinya untuk kembali berdoa, meskipun dia masih mendapat kesulitan dalam berdoa. Setelah dia mulai kembali berdoa, Allah memberinya kegembiraan spiritual berupa anugerah pengalaman mistis. Dalam buku-bukunya, dia menganalisa pengalaman-pengalaman itu. Dia tidak melihatnya sebagai karunia Allah tetapi sebagai cara Allah "memurnikan" dirinya. Beberapa kawan yang tidak menyukai apa yang terjadi dengannya berkesimpulan bahwa dia dipengaruhi iblis dan mengirimkan seorang imam Yesuit untuk memeriksanya. Namun Teresa yakin dan percaya bahwa itu semua dari Allah sebab pengalaman-pengalaman tersebut membawanya pada kedamaian, inspirasi, dan dorongan kekuatan. Pada usia 43 tahun, dia bertekad untuk mereformasi Ordo Karmel, mengembalikannya kepada cita-cita dasar: suatu tarekat kontemplatif yang sederhana dan didedikasikan pada hidup doa. Rencananya ditentang dan ia terancam inkuisisi (diadili di pengadilan agama Katolik). Teresa hanya dapat mempercayakan segalanya pada Allah. Ketika akhirnya dapat mengadakan pembaharuan, dia masih belum terlepas dari kesulitan. Di biara St. Yusuf, dia menghabiskan banyak waktu menulis pengalaman hidupnya. Ia menulis, "Tetapi apakah yang aku ketahui. Aku hanyalah seorang wanita yang malang." Pihak inkuisisi menyukai tulisan Teresa dan membersihkan namanya. Pada usia 51 tahun, dia bermaksud menyebarluaskan gerakan reformasinya. Namun tantangan datang bertubi-tubi, khususnya yang datang dari para bruder dan biarawati. Dia dikatakan sebagai "tukang keluyuran pemberontak" oleh seorang nuncio (duta) Sri Paus. Teresa melihat segala kesulitan ini sebagai suatu publisitas. Segera dia mendapatkan sejumlah postulan (calon biarawati) yang ingin masuk biara reformasi yang dipimpinnya. Banyak orang memikirkan apa yang dikatakan oleh Teresa dan ingin belajar berdoa dari dirinya. Tidak lama kemudian idenya tentang doa menyebar tidak hanya ke seluruh wilayah Spanyol, tetapi seluruh Eropa.

Pada tanggal 4 Oktober, pada usia 67 tahun Teresa Avila wafat karena sakit yang dideritanya. Dia adalah pendiri tarekat OCD, tarekat Karmelit yang sudah direformasi (OCD = Order of Carmelite Discalced, Tarekat Karmelit Tanpa Alas Kaki). Pada tahun 1970 Sri Paus memproklamasikan Teresa sebagai Pujangga Gereja karena tulisan-tulisannya dan ajarannya tentang doa. Santa Teresa Avila adalah pelindung orang-orang yang menderita sakit kepala. Lambangnya adalah sebuah hati, panah, dan sebuah buku.

Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya. Tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya. 1Yoh 2:16-17



Diambil dari : RUAH

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy