Selasa, 26 Oktober 2010 Hari Biasa Pekan XXX

Selasa, 26 Oktober 2010
Hari Biasa Pekan XXX

Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus -- Filipi 4.7

Doa Renungan

Allah Bapa kami sumber pengharapan sejati, taburkanlah sabda-Mu ke dalam hati kami agar tumbuhlah Kerajaan Allah tempat Engkau sendiri hadir dan merajai hidup kami hari ini. Semoga kami hari ini berkembang dalam segala ketekunan dan perbuatan baik, bertindak jujur kepada-Mu dan sesama. Kami serahkan segala apa yang kami rencanakan dan akan kami kerjakan hari ini ke dalam kekuatan-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa.

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Efesus (5:21-33)

"Rahasia ini sungguh besar! Yang kumaksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat."

Saudara-saudara, rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya. Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 841
Ref. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan.
Ayat. (Mzm 128:1-2.3.4-5; R:1)
1. Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
2. Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur yang ada di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di sekeliling mejamu!
3. Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan, orang laki-laki yang takwa hidupnya. Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion: boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 963
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya.
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (Mat 11:25)
Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri Kerajaan Kaunyatakan kepada orang sederhana.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (13:18-21)

"Biji itu tumbuh dan menjadi pohon."

Ketika mengajar di salah satu rumah ibadat, Yesus bersabda, "Kerajaan Allah itu seumpama apa? Dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya. Biji itu tumbuh dan menjadi pohon, dan burung-burung di udara bersarang di ranting-rantingnya." Dan Yesus berkata lagi, "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Kerajaan Allah itu seumpama ragi, yang diambil seorang wanita dan diaduk-aduk ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai seluruhnya beragi."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Theresia sungguh percaya bahwa Kerajaan Allah itu tumbuh dan berkembang. Ia seorang yang optimis dan gembira. Ia memulai hari dengan bersyukur kepada Tuhan dan bertanya kebaikan apa yang bisa dilakukannya hari ini. Di tempat kerja, ia berusaha memberi warna dengan bekerja sebaik-baiknya. Ia senang bekerja sama dengan orang-orang. Ia yakin, kalau keadilan dan kasih ditegakkan, Kerajaan Allah itu akan hadir dan berkembang.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita percaya bahwa Kerajaan Allah itu sungguh ada dan berkembang di dunia? Apakah kita ikut serta menjadi saksi bahwa Kerajaan Allah itu tumbuh seperti biji sesawi menjadi pohon besar yang menaungi banyak orang? Apa yang kita lakukan agar Kerajaan Allah semakin dialami manusia? Apakah kita telah membawa kegembiraan dan harapan bagi sesama? Apakah kita berusaha saling mengasihi dan mengampuni? Apakah kita selalu berlaku adil? Apakah kita berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya? Apakah kita telah membangun keluarga kita menjadi keluarga yang bahagia, rukun, dan damai? Jangan sampai justru kita yang merusak kehadiran Kerajaan Allah dengan sikap yang jauh dari kasih, adil, dan damai. Jangan sampai justru kita yang menabur benih-benih yang bertentangan dengan nilai-nilai Kerajaan Allah, misalnya kebencian, ketidakadilan, dan perpecahan.

Ya Allah, aku bersyukur akan hadir dan berkembangnya Kerajaan-Mu, yaitu Kerajaan kasih, keadilan, dan damai. Izinkanlah aku ikut serta menjadi pelaku bertumbuhnya Kerajaan-Mu di dunia ini. Amin.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Senin, 25 Oktober 2010 Hari Biasa Pekan XXX

Senin, 25 Oktober 2010
Hari Biasa Pekan XXX

Kesenangan adalah kesedihan yang terbuka bekasnya. Tawa dan airmata datang dari sumber yang sama. Semakin dalam kesedihan maka sang jiwa makin mampu menampung kebahagiaan ---

Doa Renungan

Ya Tuhan Yesus, hari ini Engkau memberi pengajaran kepada kami agar tidak selalu munafik dan mau membantu sesama kami yang sedang berkesusahan. Ini disebabkan karena kami terkadang tidak menyadari kemunafikan hati kami. Bimbinglah kami agar lebih mementingkan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Status sebagai anak-anak Allah terungkap dalam kata-kata, sikap dan tindak-tanduk. Sikap ramah, penuh kasih sayang dan saling mengampuni adalah cetusan nyata dari hidup para anak Allah. Modelnya adalah Kristus sebagai Putra Allah, yang telah lebih dulu mengasihi kita sampai tuntas. Status sebagai anak Allah menuntut pola hidup sebagai anak-anak terang.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (4:32-5:8)

"Hiduplah dalam cinta kasih seperti Kristus."

Saudara-saudara, hendaklah kalian bersikap ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih sayang dan saling mengampuni, sebagaimana Allah telah mengampuni kalian dalam Kristus. Sebab itu jadilah penurut Allah sebagai anak-anak kesayangan dan hiduplah dalam kasih sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kalian, dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai kurban dan persembahan yang harum mewangi bagi Allah. Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan, disebut saja pun jangan di antara kalian sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus; demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau sembrono, karena hal-hal itu tidak pantas. Sebaliknya ucapkanlah syukur! Ingatlah baik-baik: Orang sundal, orang cabul, atau orang serakah, artinya penyembah berhala, semua itu tidak mendapat bagian dalam kerajaan Kristus dan Allah. Janganlah kalian disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. Sebab itu janganlah kalian berkawan dengan mereka. Memang dahulu kalian adalah kegelapan, tetapi sekarang kalian adalah terang di dalam Tuhan. Karena itu hiduplah sebagai anak-anak terang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 1:1-2.3.4.6; R: 40:5a)
1.Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh; tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang malam merenungkannya.
2. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya, dan daunnya tak pernah layu; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
3.Bukan demikianlah orang-orang fasik; mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran; kuduskanlah kami dalam kebenaran.

Kebutaan orang yang legalistis (terpaku pada hukum) adalah kelumpuhannya menggunakan pikiran yang jernih. Fakta yang ada di depan mata kerapkali tidak dilihatnya sebagai satu kesempatan untuk berbuat baik, tetapi malah mendorongnya untuk kembali kepada huruf-huruf hukum. Ini justru menjadi kebutaan yang sangat parah. Itulah kemunafikan nyata!

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (13:10-17)

"Bukankah wanita keturunan Abraham ini harus dilepaskan dari ikatannya sekalipun pada hari Sabat?"

Pada suatu hari Sabat Yesus mengajar dalam salah satu rumah ibadat. Di situ ada seorang wanita yang telah delapan belas tahun dirasuk roh. Ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat wanita itu dipanggil-Nyalah dia. Lalu Yesus berkata, "Hai Ibu, penyakitmu telah sembuh." Kemudian wanita itu ditumpangi-Nya tangan, dan seketika itu juga ia berdiri tegak dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat itu gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. Lalu ia berkata kepada orang banyak, "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu dari hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat." Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya, "Hai orang-orang munafik, bukankah kalian semua melepaskan lembu dan keledaimu pada hari Sabat dan membawanya ke tempat minum? Nah, wanita ini sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis. Bukankah dia harus dilepaskan dari ikatannya itu karena dia keturunan Abraham?" Waktu Yesus berbicara demikian, semua lawan-Nya merasa malu, sedangkan orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia yang telah dilakukan-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Penyembuhan merupakan peristiwa penting yang menyertai pewartaan kabar gembira. Namun yang dilakukan Yesus hari ini berbenturan dengan tatanan hukum Sabat. Bagi Yesus, penderitaan adalah percikan cahaya untuk melihat hukum secara tajam. Hukum Sabat harus mengabdi cinta kasih, tempat bergantung seluruh hukum. Sanggupkah kita, di tengah begitu banyak aturan, melihat nilai cinta kasih yang mesti ditonjolkan?

R U A H

Bacaan Harian 25 - 31 Oktober 2010

Bacaan Harian 25 - 31 Oktober 2010

Senin, 25 Oktober: Hari Biasa Pekan XXX (H).
Ef 4:32 – 5:8; Mzm 1:1-4.6; Luk 13:10-17.
Dengan menyembuhkan orang pada hari Sabat, Yesus mengambil resiko untuk dikecam. Berbuat baik demi nilai-nilai kehidupan memang seringkali membawa resiko. Demi mencari aman, orang seringkali menghindar untuk berbuat baik dengan mengajukan banyak alasan.

Selasa, 26 Oktober: Hari Biasa Pekan XXX (H).
Ef 5:21-33; Mzm 128:1-5; Luk 13:18-21.
Kerajaan Allah seumpama biji sesawi yang kecil tetapi dapat bertumbuh menjadi pohon yang besar. Hal kecil yang kita lakukan dengan tekun demi Kerajaan Allah, pada saatnya akan menjadi begitu berguna dan berdampak bagi kebaikan. Kekuatannya terletak bukan pada diri kita, tetapi pada kuasa yang berasal dari Tuhan sendiri.

Rabu, 27 Oktober: Hari Biasa Pekan XXX (H).
Ef 6:1-9; Mzm 145:10-14; Luk 13:22-30.
Jalan menuju Kerajaan Allah itu sesak; sementara begitu banyak jalan lebar dan pintas yang tampak menawarkan yang indah-indah. Semua itu memang dihadirkan di hadapan kita untuk menguji kesetiaan dan ketekunan kita. Mampukah kita menghadapi tantangan itu?

Kamis, 28 Oktober: Pesta St. Simon dan Yudas, Rasul (M).
Ef 2:19-22; Mzm 19:2-5; Luk 6:12-19.
Sebagai pengikut Yesus, kita mungkin berusaha mengikuti ajaran-ajaran-Nya. Tetapi sanggupkah kita juga menjadi ‘rasul’ yang siap diutus mewartakan ajaran-Nya itu di manapun kita berada. Yesus bukan saja mau menyelamatkan diri kita sendiri-sendiri, tetapi Ia juga mau menyelamatkan semua yang lain. Untuk itu Ia membutuhkan kita sebagai pewarta kerajaan-Nya, menjadi penjala manusia.

Jumat, 29 Oktober: Hari Biasa Pekan XXX (H).
Flp 1:1-11; Mzm 111:1-6; Luk 14:1-6.
Berbuat baik haruslah menjadi napas kehidupan dan dilakukan setiap saat. Manusia seringkali terpaku pada berbagai macam aturan, omongan atau anggapan orang, bahkan resiko-resiko yang mungkin timbul, sehingga tidak berani untuk berbuat baik. Marilah kita mulai dari hal-hal kecil untuk tidak lelah dan tidak takut berbuat baik.

Sabtu, 30 Oktober: Hari Biasa Pekan XXX (H).
Flp 1:18b-26; Mzm 42:2-3.5bcd; Luk 14:1.7-11.
Seperti umumnya manusia, kita cenderung bertindak mencari pujian, mengutamakan diri, dan sombong akan kemampuan diri. Yesus hari ini mengajarkan untuk rendah hati. Rendah hati artinya rela dan siap sedia mengutamakan kepentingan orang lain, mendahulukan orang lain dan tidak selalu berpusat pada diri sendiri. Dengan sikap itulah kita ditinggikan oleh-Nya.

Minggu, 31 Oktober: Hari Minggu Biasa XXXI (H).
Keb 11:22 – 12:2; Mzm 145:1-2.8-11.13cd-14; 2Tes 1:11 – 2:2; Luk 19:1-10.
Perjumpaan Zakheus dengan Yesus telah membawa perubahan dalam dirinya, yaitu mau berbagi dan memulihkan hubungan baik dengan pihak lain. Maka, Yesus pun berkata: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.” Adakah perjumpaan kita dengan Yesus telah juga membawa perubahan dalam hidup kita. Seberapa jauh?

Surat Keluarga Bulan Oktober 2010

Jakarta, 10 Oktober 2010.

Kepada keluarga-keluarga kristiani
Se-Keuskupan Agung Jakarta
di tempat
Rata Penuh
Salam damai dalam kasih Keluarga Kudus Yesus, Maria dan Yosep.

Banyaknya tantangan dalam perkawinan dan hidup berkeluarga memanggil banyak orang untuk membuka mata lebar-lebar kepada semua usaha dan kemungkinan yang dapat memberikan pertolongan kepada pasangan yang sedang berada dalam kesukaran membangun relasi sebagai pasangan. Ada banyak orang maupun kelompok berdasarkan kesanggupannya masing-masing bisa ikut menolong banyak pasangan yang berjuang untuk mempertahkan perkawinan. Dalam banyak kesempatan saya selalu menegaskan, bahwa perkawinan yang bahagia merupakan buah dari usaha bahkan membutuhkan pengorbanan. Perkawinan yang bahagia bukan pertama-tama terletak pada perayaan perkawinan melainkan dalam perjalanan perkawinan itu sendiri. Di dalam perjalanan perkawinan, pasangan menempuh dinamika yang tak selalu berjalan mulus.

Saat-saat tertentu kebersamaan dengan pasangan merupakan hal yang amat dirindukan. Tetapi dapat terjadi pada saat tertentu kehadiran pasangan bisa dirasakan menganggu. Seorang pekerja kantoran yang begitu konsentrasi dalam menyelesaikan pekerjaannya – yang barangkali karena tuntutan target akan merasa terganggu oleh keinginan pasangan untuk berlibur atau makan bersama. Kenyataan-kenyataan tersebut menggambarkan jatuh-bangunnya usaha dalam membangun perkawinan yang bahagia. Relasi suami-isteri bisa menjadi rusak karena prasangka dan hilangnya harapan terhadap pasangan. Dalam situasi seperti dibutuhkan kehadiran orang lain, pihak ketiga yang bisa menemani pasangan untuk bersama berusaha memulihkan kembali relasi yang terganggu oleh karena prasangka. Kehadiran pihak ketiga tentu tak bermaksud mencari siapa salah dan siapa benar, melainkan untuk menolong dan mendampingi pasangan berusaha bersama-sama menjaga, memelihara, dan akhirnya memberikan makna terhadap perkawinan mereka.

Oleh karena perkawinan yang membutuhkan pendampingan sangat banyak, maka dalam karya mendampingi keluarga-keluarga diibutuhkan keterlibatan banyak orang. Salah satunya yang bisa saya sebutkan disini ialah pentingnya peran saksi perkawinan. Barangkali ada pasangan yang melihat peran saksi perkawinan hanya demi formalitas. Memang, keabsahan sebuah perkawinan menurut ketentuan Gereja, juga ditentukan oleh adanya dua orang saksi (bdk. Kan 1108 KHK 1983). Tetapi secara pastoral keberadaan saksi perkawinan diharapkan ikut mendampingi pasangan yang melangsungkan perkawinan. Dengan demikian saksi perkawinan tidak hanya sekedar memenuhi tuntutan demi formalnya perkawinan, tetapi juga ikut bertanggungjawab dalam menemani pasangan menempuh perjalanan perkawinan. Maka sangat diharapkan, bahwa yang menjadi saksi perkawinan ialah orang yang memang secara pribadi dekat atau kenal dengan pasangan.

Peran dan tanggungjawab saksi perkawinan meluas, tidak hanya pada pemenuhan permintaan karena Gereja mewajibkan, melainkan pada keikutsertaan dalam mendampingi dan menemani mereka yang menikah dalam hidup perkawinan. Itu berarti, ada dua peran saksi perkawinan. Pertama, pada saat perayaan perkawinan dilangsungkan. Peran ini bisa saya sebut sebagai peran formal atau peran hukum. Kedua, peran moral. Peran ini saya sebut juga sebagai peran pendampingan.

Terkait dengan peran yang pertama, sekali lagi, keberadaan saksi perkawinan memang sangat diperlukan demi keabsahan perkawinan yang dilangsungkan. Sebab perkawinan yang sah menurut Gereja ialah perkawinan yang dilangsungkan di hadapan pelayan resmi Gereja dengan dua orang saksi. Sedangkan terkait dengan peran yang kedua, keberadaan saksi perkawinan ikut serta dalam mendukung pasangan yang melangsungkan perkawinan. Saksi perkawinan membesarkan hati pada saat pasangan mengalami kesulitan. Dalam hal ini saksi perkawinan ikut membantu pasangan dalam perjalanan perkawinan untuk memaknai perkawinan mereka dalam terang iman.

Sampai jumpa pada edisi mendatang.
Salam dalam nama Keluarga Kudus, Yesus, Maria dan Yosep

Rm. Ignas Tari, MSF
Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta

Minggu, 24 Oktober 2010 Hari Minggu Biasa XXX

Minggu, 24 Oktober 2010
Hari Minggu Biasa XXX

Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan --- Luk 18:14b

Antifon Pembuka

Biarlah bersuka hati orang-orang yang mencari Tuhan! Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu.

Pengantar

Salah satu hal yang sering kita rasakan sebagai sesuatu yang tidak biasa, kaku, ialah berdoa. Kalau sedang tertimpa malapetaka atau mengalami kesulitan, mungkin masih dapat. Tetapi bila segalanya berjalan lancar, kerap kali lalu lupa, karena sedang tidak memerlukan pertolongan. Kata-kata Injil dan bacaan pertama hari ini kiranya akan menantang dan menyadarkan kita. Doa adalah keagungan manusia yang mengakui dirinya kecil dan lemah.

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahamulia dan mahakuasa, Engkau memperhatikan semua orang; mereka yang kesepian dan lemah selalu Kaubantu; para perantau dan pendosa tak Kaulupakan. Kami mohon, berilah kami keberanian untuk mengakui bahwa kami ini orang-orang berdosa. Lindungilah kami terhadap kesombongan yang mau menguasai hati kami, sehingga kami berkenan di hati-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama DIkau dan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh (35:12-14.16-18)

"Doa orang miskin menembusi awan."

Tuhan adalah hakim yang tidak memihak. Ia tidak memihak dalam perkara orang miskin, tetapi doa orang yang terjepit didengarkan-Nya. Jeritan yatim piatu tidak Ia abaikan, demikian pula jeritan janda yang mencurahkan permohonannya. Tuhan berkenan kepada siapa saja yang dengan sebulat hati berbakti kepada-Nya, dan doanya naik sampai ke awan. Doa orang miskin menembusi awan, dan ia tidak akan terhibur sebelum mencapai tujuannya. Ia tidak berhenti sebelum Yang Mahatinggi memandangnya, sebelum Yang Mahatinggi memberikan hak kepada orang benar dan menjalankan pengadilan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, mi = fis, 4/4, PS 816.
Ref. Tuhan mendengarkan doa orang beriman.
Ayat. (Mzm 34:2-3.17-18.19.23; R: 7a)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan akan mereka dari muka bumi. Apabila orang benar itu berseru-seru, Tuhan mendengarkan; dari segala kesesakannya mereka Ia lepaskan.
3. Tuhan itu dekat kepada orang yang patah hati, Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Tuhan membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya dan semua yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman.

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius (2Tim 4:6-8.16-18)

"Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran."

Saudara terkasih, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan, dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan. Hakim yang adil, pada harinya; bukan hanya kepadaku, tetapi juga kepada orang yang merindukan kedatangan-Nya. Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak ada seorang pun yang membantu aku; semuanya meninggalkan aku. Kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka. Tetapi, Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya, dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian, aku lepas dari mulut singa. Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di surga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/2, PS 958
Ref. Alleluya, alleluya, allelya, alleluya
Ayat. (2Kor 5:19)
Dalam Kristus Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya dan mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (18:9-14)

"Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang Farisi itu tidak."

Sekali peristiwa Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu adalah orang Farisi, dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: 'Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini! Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.' Tetapi, pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata, 'Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.' Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab, barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Antifon Komuni


Kristus mengasihi kita dan mengurbankan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan harum mewangi bagi Allah.


Renungan

DOANYA...KOK MANDUL, BAGAIMANA BISA KABUL YA?

Rekan-rekan yang baik!

Apa maksud perumpamaan mengenai orang Farisi dan pemungut cukai dalam Luk 18:9-14 ini? Disebutkan pada awal bahwa Yesus menyampaikan perumpamaan itu kepada beberapa orang yang "menganggap diri benar" serta "memandang rendah semua orang lain". Terasa adanya imbauan agar orang berani meninjau kembali gambaran tentang diri sendiri dan tentang sesama yang mewarnai hubungan dengan Tuhan dan , khususnya di sini, menentukan cara berdoa.

ORANG FARISI DAN PEMUNGUT CUKAI

Kedua tokoh dalam perumpamaan itu diceritakan sama-sama naik menuju ke Bait Allah "untuk berdoa", untuk menghadap Yang Mahakuasa dan membuka diri kepada-Nya, bercerita kepada-Nya, menyampaikan beban batin kepada-Nya. Satu hal sudah dapat kita peroleh dari kisah perumpamaan ini. Dia yang diam di tempat tinggi itu dapat didatangi. Dia ada di sana dan siap mendengarkan. Giliran bagi yang datang: apa yang dibawakan kepada-Nya itu sepadan dengan perhatian-Nya?

Marilah kita amati gerak-gerik orang Farisi itu. Ia memasuki Bait Allah dengan kepercayaan diri yang tebal dan penuh perhitungan. Dikatakan dalam ayat 11, ia "berdiri dan berdoa dalam hatinya". Dalam bahasa aslinya, maksudnya, ia "berhenti" di jalan masuk ke Bait Allah sambil merencanakan apa yang akan dikatakannya dalam doanya nanti. (Dalam teks Yunaninya "proseukheto" adalah imperfekt konatif, yakni bentuk untuk mengatakan perbuatan yang baru dirancang, belum sungguh dilakukan.) Disusunnya pokok-pokok yang nanti didoakannya. Kata-kata yang disebut dalam ayat 11-12 sebetulnya belum sungguh diucapkannya sebagai doa. Baru "sketsa"-nya dalam pikirannya walau sudah jelas ke mana arahnya. Ia bermaksud mengucap terima kasih kepada Yang Mahakuasa karena ia tidak bernasib sama dengan kaum pendosa. Ia merasa mendapat perlakuan istimewa dari-Nya sehingga tidak perlu menjadi perampok, penjahat, orang yang tak punya loyalitas, apalagi - boleh jadi sambil mengingat orang yang tadi dilihatnya - tidak seperti pemungut cukai yang mengkhianati bangsa sendiri dengan memeras bagi penguasa asing. Dalam doanya nanti ia juga bermaksud mengingatkan Tuhan bahwa ia berpuasa dua kali seminggu dan mengamalkan bagiNya sepersepuluh dari semua penghasilannya. Ia merasa telah memenuhi semua kewajibannya. Semua beres. Dan doa yang akan disampaikan nanti pasti akan menjadi doa yang meyakinkan Tuhan pula! Begitu pikirnya.

Bagaimana dengan si pemungut cukai? Ia "berdiri jauh-jauh". Ia juga berhenti, tapi berjauhan dari tempat orang Farisi tadi. Ia merasa tak pantas berada dekat dengan orang saleh itu. Apalagi mendekat ke Tuhan sendiri. Apakah ia juga mau merencanakan sebuah doa? Sulit, ia bahkan tidak berani memandang ke atas. Gagasan menghadap Yang Mahakuasa membuatnya gentar. Tidak seperti orang Farisi yang penuh kepercayaan diri itu. Meskipun merasa butuh menghadap ke Bait Allah, pemungut cukai itu tidak menemukan apa yang bisa disampaikannya nanti di sana. Ia tak punya apa-apa kecuali perasaan sebagai pendosa. Ia berulang kali menepuk dada dan minta dikasihani - ia yang pendosa itu.

Menurut sang Guru, pemungut cukai tadi pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Tuhan tetapi orang Farisi itu tidak. Mengapa? Kiranya pemungut cukai tadi telah benar-benar berseru kepada Tuhan dan Ia menjawab. Dalam seruannya ia menyediakan dirinya sebagai penerima belaskasihNya. Tidak demikian dengan orang Farisi tadi. Kemasan doa yang disiapkannya itu sarat dengan "aku..., aku..., aku....". Dirinya sendirilah yang menjadi pokok doanya. Tuhan semakin tidak mendapat tempat. Doanya mandul karena terlalu penuh dengan dirinya sendiri. Doa pemungut cukai itu kabul karena membiarkan diri dipenuhi belaskasih dari atas. Pokok doanya ialah Tuhan sendiri. Pembaca boleh ingat akan doa yang diajarkan Yesus sendiri. Doa Bapa Kami dalam bahasa mana saja berpokok pada Bapa. Orang yang berdoa tidak pernah menjadi pokok kalimat di mana pun dalam doa itu.

CATATAN LUKAS

Lukas memberi catatan ringkas yang besar artinya pada awal petikan ini. Dikatakannya bahwa Yesus menyampaikan perumpamaan ini "kepada beberapa orang yang menganggap diri benar dan merendahkan semua orang lain". Kiranya di kalangan umat pengarang Injil itu ada sekelompok orang yang yakin bahwa dengan menjalani serangkai tindakan kesalehan, mereka boleh merasa aman dan dekat kepada Tuhan. Tentu saja mereka ini bukan sekadar berpura-pura. Namun lambat laut timbul anggapan di antara mereka bahwa orang-orang lain jauh dari perkenan Tuhan. Orang-orang itu dianggap patut dijauhi. Mereka semakin tidak diterima sebagai sesama. Pendapat ini menjadi cara mengadili orang lain, menjadi cara memojokkan orang yang tidak disukai. Menjadi cara menjatuhkan hukuman sosial. Sulitnya kerap kali yang dicap demikian juga sudah pasrah menerimanya. Mereka merasa diri patut disingkiri. Syukurlah di dalam umat itu masih ada orang-orang yang mampu dan berani memikirkan apa hal ini boleh dibiarkan terus. Apa kehidupan itu ya harus seperti itu? Apa Yang Mahakuasa juga memperlakukan orang demikian? Mereka mencoba menerapkan bagaimana sikap Yesus Guru mereka dulu dalam menghadapi keadaan ini. Di situ terlihat ingatan akan Yesus dan ajarannya bukan hanya kenangan belaka melainkan Roh yang hidup dan mendewasakan batin. Inilah suara hati yang makin bersatu dengan Roh Kristus yang hidup dalam batin orang, juga pada zaman ini.

Pada akhir perumpamaan itu Lukas juga masih menyertakan perkataan Yesus, "...siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri akan ditinggikan" (ayat 14). Kata-kata ini sudah pernah muncul dalam Luk 14:11. Di sana diterapkan kepada keinginan orang untuk mendapatkan kehormatan di mata orang. Sekarang dalam perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai ini, kata-kata tadi diterapkan kepada orang yang mau meninggikan diri di hadapan Tuhan. Orang yang mencari kebesaran diri di mata orang banyak dan di hadirat Tuhan akan mengalami kekecewaan karena kenyataannya nanti jauh berbeda. Penghargaan yang mereka rasakan itu semu, tak bertahan lama karena mereka akan digeser kalau ada orang lebih penting datang, atau keliru sama sekali karena Tuhan tidak terkesan oleh omongan mengenai persembahan persepuluhan, mengenai puasa dua kali seminggu, apalagi oleh kecongkakan batin yang merendahkan orang lain.

MEMBAWAKAN KABAR GEMBIRA

Disarankan dalam ulasan mengenai orang yang berebut tempat terhormat di mata orang banyak (Luk 14:1.7-14) bahwa para murid diminta ikut mengusahakan tempat terhormat bagi sebanyak mungkin orang sehingga tidak hanya satu orang saja yang bakal mendapatkannya. Perumpamaan itu tidak dimaksud untuk mencela keinginan mendapatkan tempat yang terhormat. Yang mau diajarkan ialah agar para murid tak tinggal diam melihat orang berebut tempat paling terpandang. Semestinyalah mereka mencarikan tempat terhormat bagi tiap orang karena bagi tiap orang ada tempat yang terhormat. Bagaimana dengan perumpamaan orang Farisi yang mau mendapatkan kehormatan di mata Tuhan dengan merendahkan orang lain? Orang Farisi ini hanya melihat satu jalan saja mendapatkan perkenan dari atas. Ia sebetulnya membatasi kemerdekaan Tuhan. Para murid dan orang banyak sudah tahu sikap itu bukan sikap yang terpuji. Walaupun demikian perumpamaan ini bukanlah perumpamaan untuk mencela belaka, atau perumpamaan untuk mengukur doa mana yang betul doa mana yang kurang baik. Lalu? Yesus hendak mengajak berpikir bagaimana orang dapat sungguh mendapat perkenan Tuhan dan menjadi tinggi di dalam pandangan-Nya, bukan besar di mata sendiri atau di muka manusia.

Digambarkan dalam perumpamaan ini doa yang kabul dan doa yang mandul, doa yang tidak bisa didoakan dengan sungguh. Apa yang mesti dilakukan murid? Tentunya mereka diharapkan membantu orang-orang agar doa bisa sungguh didoakan. Inventarisasi kebaikan diri sendiri bukan bahan doa yang pantas disampaikan ke hadapan Tuhan. Masakan doa penuh dengan aku begini, aku begitu, aku bersih, tak seperti kaum penjahat itu! Jadi, doa pemungut cukai itu doa yang lebih baik? Marilah kita cermat membaca dan menafsirkannya. Tidak disebutkan demikian. Yang dikatakan, orang seperti pemungut cukai itu tadi pulang ke rumah dibenarkan. Rasa-rasanya pemungut cukai itu pun masih butuh belajar berdoa. Mengakui diri pendosa satu hal, menjalankan hal yang mengatasi keterbatasan ini masih bisa dikembangkan. Dan para murid diminta juga membantu orang-orang yang seperti itu. Murid-murid diutus memberi tahu mereka bahwa sikap mereka meminta belaskasih Tuhan itulah yang membuat hidup mereka berharga. Ini Kabar Gembira buat mereka. Bila orang-orang ini dapat mengalami Kabar Gembira lebih jauh, mereka pasti akan lebih berani mendekat kepada Dia yang Maharahim itu. Banyak orang di masa kini dapat merasa apa itu hidup dalam kedosaan, apa itu takut pada Tuhan, tetapi kurang melihat bahwa Ia juga Tuhan yang penuh kerahiman. Dan murid-murid boleh merasa ikut bahagia diajak mengajarkan kerahiman-Nya seperti Yesus sendiri pernah mengajarkannya kepada orang banyak.

Salam hangat
A. Gianto

Sabtu, 23 Oktober 2010 Pw St. Yohanes dr Kapestrano

Sabtu, 23 Oktober 2010
Pw St. Yohanes dr Kapestrano

Barangsiapa dapat memahami dirinya sendiri, ia akan dapat memahami semua orang. Jika ada yang mencintai orang lain, ia dapat mempelajari sesuatu tentang dirinya sendiri ---

Doa Renungan

Ya Tuhan, kerap kali kami tidak dapat menyadari segala kekurangan yang ada di dalam diri kami, sehingga kami juga sering menilai orang lebih jelek daripada kami. Bimbinglah kami hari ini, ya Tuhan, untuk melihat segala kekurangan kami terlebih dahulu dan mencoba bercermin dari kekurangan itu. Sebab Engkaulah Tuhan kami kini dan sepanjang masa. Amin.

Untuk membangun hidup dalam kasih, orang beriman perlu menyadari karisma dan peran yang diterima dari Roh yang sama. Saling menolong untuk mengembangkan kehidupan menjadi perutusan nyata dalam iman.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (4:7-16)

"Kristuslah kepada tubuh, dan daripadanya seluruh tubuh menerima pertumbuhannya."

Saudara-saudara, kepada kita masing-masing elah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Itulah sebabnya Kitab Suci berkata, "Tatkala naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia." Bukankah "Ia telah naik" berarti Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Dia yang telah turun itu Dialah pula yang telah naik jauh lebih tinggi daripada semua langit, untuk memenuhi segala sesuatu. Dialah juga yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pewarta Injil, gembala umat maupun pengajar; semuanya itu untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi tugas pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus. Dengan demikian akhirnya kita semua akan mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.Dengan demikian kita bukan lagi anak-anak kecil, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, atau oleh permainan palsu dalam kelicikan mereka yang menyesatkan. Sebaliknya dengan berpegang teguh pada kebenaran dalam kasih,kita bertumbuh dalam segala hal menuju Kristus Sang Kepala. Daripada-Nya seluruh tubuh menerima pertumbuhannya guna membangun diri dalam kasih; itulah tubuh yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Aku bersukacita, ketika orang berkata kepadaku, "Mari kita pergi ke rumah Tuhan."
Ayat. (Mzm 122:1-2.3-5)
1. Aku bersukacita, ketika orang berkata kepadaku, "Mari kita pergi ke rumah Tuhan." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem.
2. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, yakni suku-suku Tuhan.
3. Untuk bersyukur kepada nama Tuhan sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di Yerusalemlah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga Raja Daud.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Tuhan telah berfirman, "Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan kepada pertobatannya supaya ia hidup."

Pohon yang berbuah menjamin masa depan, sedangkan pohon yang mandul akan kehilangan kesempatan. Namun bukan buah banyak yang dituntut, melainkan buah yang bermutu. Tanpa buah yang bermutu, hidup manusia akan mengalami kehancuran. maka, kesempatan dan rahmat harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (13:1-9)

"Jikalau kalian semua tidak bertobat, kalian pun akan binasa dengan cara demikian."

Pada waktu itu beberapa orang datang kepada Yesus dan membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang dibunuh Pilatus, sehingga darah mereka tercampur dengan darah kurban yang mereka persembahkan. Berkatalah Yesus kepada mereka, "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kalian tidak bertobat, kalian semua pun akan binasa dengan cara demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya daripada semua orang lain yang tinggal di Yerusalem? Tidak! Kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kalian tidak bertobat, kalian semua pun akan binasa dengan cara demikian." Kemudian Yesus menceritakan perumpamaan ini, "Ada seorang mempunyai sebatang pohon ara, yang tumbuh di kebun anggurnya. Ia datang mencari buah pada pohon itu, tetapi tidak menemukannya. Maka berkatalah ia kepada pengurus kebun anggur itu, 'Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara itu, namun tidak pernah menemukannya. Sebab itu tebanglah pohon ini. Untuk apa pohon itu hidup di tanah ini dengan percuma?' Pengurus kebun anggur itu menjawab, "Tuan, biarkanlah pohon ini tumbuh selama setahun ini lagi. Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya. Mungkin tahun depan akan berbuah. Jika tidak, tebanglah!"
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Ibu Alex hidupnya menderita. Orang menganggap bahwa Ibu Alex menderita karena hidupnya jauh dari Tuhan. Usahanya kurang berhasil. Orang mengira karena ia jarang ke gereja. Apakah betul bahwa Tuhan menghukum mereka yang hidupnya jauh dari-Nya? Apakah benar bahwa Tuhan memberi rezeki melimpah kepada mereka yang rajin berdoa dan beribadah kepada-Nya? Apakah mungkin orang saleh dan dekat dengan Tuhan, ternyata hidupnya susah dan jauh dari kesan diberkati? Kata Yesus, mereka yang lebih menderita daripada kita, bukan berarti lebih berdosa daripada kita. Ada orang saleh dan baik yang hidupnya susah dan berat, padahal ia merasa sangat akrab dan dekat dengan Yesus secara pribadi. Sebaliknya, ada juga orang yang tampaknya berhasil dalam kehidupan, namun sama sekali ia tidak mengenal dan dekat Tuhan.

Apakah yang menentukan bahwa kita berhasil atau gagal? Apakah keberhasilan atau kegagalan akan memengaruhi relasi kita dengan Tuhan? Tentu, namun semoga pengaruhnya positif. Semoga apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita—entah sukses entah gagal, entah sakit entah sembuh—tetap membuat kita dekat dan tidak pernah meninggalkan Tuhan.

Ketika ada penderitaan, ya Tuhan, berilah aku kekuatan dan kesabaran. Ketika ada problem berat, janganlah biarkan aku takut untuk mencari-Mu dan mendapatkan pertolongan. Jangan biarkan aku putus asa, ya Tuhan. Amin.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Oase Rohani Ziarah Batin Orang Muda, Renungan dan Catatan Harian 2011

Oase Rohani

Penanggalan liturgi tahun 2011 A/I

[I]Orang Muda yang dikasihi Tuhan Yesus[/I],

Tahun 2011 menjadi lebih istimewa bagi kita karena bertepatan dengan digelarnya sebuah “pesta iman” bagi Orang Muda di seluruh dunia, yang diadakan tiga tahun sekali: World Youth Day, yang tahun ini diadakan pada tanggal 11-22 Agustus di Madrid, Spanyol.

Dalam pesan pastoralnya, Bapak Suci Benedictus XVI mengajak kita untuk membangun hidup di dalam iman yang kokoh kuat. Orang Muda harus “[i]berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh dalam iman [/i](bdk. Kol 2:7)” agar siap membarui, meremajakan, dan memberikan energi baru bagi Gereja.

Masa depan kehidupan manusia dan peradabannya turut ditentukan oleh peran serta Orang Muda. Merekalah yang akan menjadi pemimpin-pemimpin aneka komunitas dan institusi di masa depan. Menjadi pengambil keputusan penting. Juga menjadi pelaksana atas keputusan penting itu. Mereka turut menentukan tata dunia macam apa yang pantas bagi sebuah peradaban manusia modern namun selaras dengan rencana keselamatan Allah sendiri.

Gereja Katolik menaruh perhatian istimewa kepada Orang Muda. Sejak PBB menetapkan Tahun Pemuda Internasional pada tahun 1985, secara berkala Orang Muda Katolik dari seluruh dunia diundang berkumpul bersama Sri Paus, wakil Kristus di dunia ini, untuk merayakan sebuah pesta iman bersama dengan gaya Orang Muda juga. Almarhum Paus Yohanes Paulus II yang memprakarsai ini semua.

OASE ROHANI yang ada di tangan Anda ini merupakan sebuah usaha kecil untuk semakin mendekatkan Orang Muda dengan Yesus. Agar di tengah kesibukan studi dan menyiapkan masa depan, mereka berada tak jauh dari Yesus, Sang Sumber Air Kehidupan itu sendiri. Agar Orang Muda berani menyiapkan diri menjadi Spes Patriae et Ecclesiae (Harapan Gereja dan Tanah Air).
Selamat menikmati keheningan dan menemukan Sabda Tuhan melalui OASE ROHANI..!

Rm. Agustinus Surianto Himawan Pr
Direktur Penerbit & Toko Rohani OBOR

- Sekapur Sirih, OASE ROHANI 2011

catatan:
OASE ROHANI 2011 akan diluncurkan di Rapat Pleno Komisi Kepemudaan KWI, di Cimacan pada tanggal 29 Oktober 2010. Pesan sekarang juga, sebelum kehabisan! Pesanan online melalui http://www.obormedia.com/content/oase-rohani-2011-jilid-1

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy