| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Renungan Injil Peringatan Arwah Semua Orang Beriman: Selasa, 02 November 2010

Renungan

Rekan-rekan!
Berikut ini sekadar ulasan mengenai ketiga petikan Injil yang lazim dibacakan dalam peringatan arwah semua orang beriman 2 November, yakni Yoh 6:37-40, Mat 25:31-46, dan Mat 5:1-12a. (Luk 23:33.39-43, yang bisa juga dibacakan pada hari ini, dibicarakan dalam ulasan Injil Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam tahun C.) Mari kita mulai dengan sekadar omong-omong dengan Yohanes sambil mengintip sanggar Matius.

MELIHAT TUHAN DALAM DIRI YESUS

Yoh 6:37-40 tampil sebagai kelanjutan peristiwa Yesus memberi makan 5.000 orang (Yoh 6:1-14). Orang-orang itu sedemikian bergairah dan bermaksud menjadikannya raja. Karena itu, Yesus menyingkir ke gunung seorang diri (Yoh 6:15). Pada malam harinya, dalam perjalanan di perahu ke Kapernaum, murid-murid mengalami prahara dan pada saat gawat ini mereka melihat Yesus berjalan di atas air. Mereka yang ketakutan karena prahara itu ditenangkan hatinya oleh Yesus yang selanjutnya menyertai perjalanan mereka dengan perahu sampai ke tujuan (Yoh 6:16-21). Keesokan harinya orang banyak menyusul ke Kapernaum (Yoh 6:22-24). Di situ Yesus mengajar mereka agar mengharapkan roti kehidupan yang dibawakan Anak Manusia (Yoh 6:27). Orang-orang minta agar mendapat roti yang memberi hidup kepada dunia ini (Yoh 6:34). Jawaban Yesus terdapat dalam petikan Yoh 6:37-40 yang intinya demikian: hendaknya mereka berusaha mengenal siapa Yesus sebenarnya dan tidak melamunkan yang bu*kan-bukan. Siapa dia sesungguhnya dan apa yang dibawakannya dapat dijelaskan dengan memahami isi ayat 40: Yesus datang sebagai utusan Tuhan yang paling tepercaya untuk memperkenalkan-Nya kepada semua orang dan mewartakan kehendak-Nya, yakni agar semua orang yang mempercayai Tuhan yang tampak dalam diri Yesus nanti mendapat hidup kekal. Tuhan sendiri menghendaki agar Yesus membangkitkan mereka nanti pada akhir zaman.

OMONG-OMONG DENGAN YOHANES

TANYA: Anda makin misterius ketika menceritakan Yesus berkata tentang dirinya sendiri "Barang*siapa melihat Anak dan mempercayainya akan beroleh hidup kekal".

YOHANES: Aku sebenarnya cuma mengikuti cara Yesus berbicara. Gagasan anak dan bapak itu dipakainya untuk mengungkapkan keakraban yang amat dalam dengan Tuhan. Jangan dikira Yesus mengklaim status kehormatan bagi diri sendiri.

TANYA: Lalu, tentang "mempercayainya", apa yang dimaksud?

YOHANES: Kalau ingat cara berpikir kami orang Semit, mempercayai dia maksudnya menerimanya dan merasa mantap dan tidak mempersoalkan tetek bengek lain dalam hubungan selanjutnya. Dia sendiri rupanya juga sudah menerima kami apa adanya dan tidak bertanya-tanya lagi. Jadi ada kecocokan, begitulah.

TANYA: Lalu, mengapa kemantapan itu kok tiba-tiba Anda hubungkan dengan hidup kekal?

YOHANES: Begini, pada saat tertentu dalam hidup ini, orang mulai berpikir dan mau tahu apa nanti sesudah meninggal semuanya ya habis begitu saja. Lha, apa ada kelanjutannya. Kalau ada, siapa yang mengurus? Apa hidup kelak itu memberi kebahagiaan atau malah membuat repot? Orang-orang pandai Perjanjian Lama mati-matian mencoba menemukan jawaban. Mereka tidak seberuntung kalian yang tinggal kutip Perjanjian Baru sana sini, beri garis bawah di sini di situ, buka ensiklopedi teologi ini itu. Orang dulu tidak tahu ada apa setelah hidup ini. Hati belum tenang sebelum mendengar sesuatu yang pasti dan yang membuat hati mantap. Katakan saja, pertanyaan itu mengusik batin siang malam. Nikodemus yang mahaguru ilmu agama itu bahkan tidak bisa tidur memikirkan perkara itu dan malam-malam datang mengetuk pintu Yesus. Itu kuceritakan dalam bab tiga, tapi eh, tadi kita sedang omong tentang apa ya?

TANYA: Kembali ke pembicaraan tentang hidup kekal, apakah ayat 40 dimaksud untuk menghibur orang yang terusik batinnya?

YOHANES: Benar! Itu amatan yang jitu, dan tolong, sampaikan hal itu kepada rekan-rekan. Ya, ya, ayat itu memuat penghiburan, bukan pemberitahuan tok.

TANYA: Apa kata-kata Yesus "aku akan membangkitkan**nya pada akhir zaman nanti" penghiburan bagi kita dan bagi mereka yang kita peringati itu?

YOHANES: Setuju. Boleh kutambah sedikit? Setelah Yesus mengatakan "Inilah kehendak Bapaku", ada dua kalimat yang menjelaskan apa kehendak Bapanya itu. Yang pertama tentang melihat Tuhan dalam diri Yesus yang sudah kita bicarakan di atas. Yang kedua tentang Yesus yang mem*bangkitkan orang pada akhir zaman. Kalimat kedua ini sering dimengerti sebagai janji Yesus membangkitkan orang, seperti tersirat dalam terjemahan Latin. Ini bukan maksud kalimat aslinya. Maksud aslinya begini: "[Bapaku juga menginginkan] agar aku membangkitkan [orang yang percaya] ...." Jadi, terjemahan LAI lebih baik daripada versi Latin dan versi lain yang memberi kesan seolah-olah Yesus mengucapkan janji. Tuhan mengutus Yesus juga dengan maksud agar ia mengajak orang ikut serta di dalam hidup kekal yang sudah diperolehnya itu. Maka itu, orang-orang beriman yang kalian peringati niscaya berbagi kehidupan kekal dengan Tuhan sendiri. Itu kehendak-Nya. Itu penghiburan bagi semua orang.

PENGHAKIMAN TERAKHIR: Mat 25:31-46

Matius menayangkan ajaran Yesus mengenai Penghakiman Terakhir dalam gambaran yang dapat menyapa perhatian banyak orang. Di situ orang baik akan mendapat pahala dan orang yang tidak berbuat baik terhukum dengan sendirinya. Ayat 35-36 menegaskan bahwa berbuat baik kepada sesama berarti berbuat baik kepada Tuhan sendiri. Guna mendalaminya baiklah diperiksa konteks dalam Injil Matius sendiri.

Pembicaraan mengenai Penghakiman Terakhir ini ditaruh dalam rangkaian "khotbah" Yesus mengenai akhir zaman dalam Mat 24-25. Tanda-tandanya dijelaskan dalam Mat 24:1-28 sebagai hilangnya rasa terjamin beragama (dilambangkan dengan keruntuhan Bait Allah), merajalelanya penderitan, tiadanya damai, munculnya banyak Mesias palsu. Kemudian sikap yang sepatutnya dipegang dirincikan dalam Mat 24:29-51 sebagai sikap mewaspadai gelagat dan tetap berjaga-jaga.

Uraian mengenai Penghakiman Terakhir didahului dua perumpamaan. Yang pertama, Mat 25:1-13, perumpamaan lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana. Maksudnya agar orang mengambil sikap seperti gadis yang bijaksana yang berbekal barang yang bakal diperlukan, bukan hanya maksud baik saja. Orang diimbau memakai akal sehat dan meninggalkan sikap nekad-nekadan saja. Yang kedua, Mat 25:13-30, perumpamaan tentang talenta. Digambarkan di situ bahwa kelirulah beranggapan bahwa Tuhan itu njlimet memperhitungkan sampai barang terkecil pun. Yang benar, Dia itu Tuhan yang menghargai upaya manusia. Ia itu Tuhan yang membiarkan diri diperkaya dan diperhatikan. Dan bila terjadi, Ia akan berbagi kelimpahan dengan manusia.

Kedua pokok di atas memanusiakan gambaran Penghakiman Terakhir. Diajarkan bagaimana orang bisa tahu bahwa yang dikerjakan bagi sesama nanti dijadikan ukuran masuk surga atau masuk neraka. Kebijaksanaan dan akal sehat menjadi penuntun yang baik ke arah pertanggungjawaban terakhir nanti. Kita juga diajak agar nanti bisa mengatakan kita juga telah memperkaya Tuhan dan telah berbuat baik kepada-Nya.

Matius tidak bermaksud memberi kursus kilat naik ke surga atau mengajarkan rambu-rambu menjauhi neraka. Warta petikan Matius mengenai Penghakiman Terakhir sebaiknya dibaca bersama dengan warta tentang Tuhan yang mengajak orang ikut makmur dan ikut dalam kegembiraan pesta pernikahan. Matius mengimbau agar orang menyadari bahwa pengalaman sehari-hari bisa membawa orang makin peka melihat kapan, di mana, dalam wujud apa akhir zaman muncul dan oleh karenanya bisa mengambil sikap yang cocok. Memperingati orang yang sudah mendahului berarti merayakan kebesaran Tuhan yang bermaksud baik.

SABDA BAHAGIA: Mat 5:1-12a

(Uraian lebih rinci tentang Sabda Bahagia dapat dilihat dalam ulasan Injil hari raja semua orang kudus 1 November 2007.) Petikan ini memuat delapan Sabda Bahagia yang dikenakan kepada semua orang (ay. 3-10) dan satu Sabda Bahagia yang khusus ditujukan kepada para murid (ay. 11) dan dilanjutkan dengan seruan agar para murid tetap bersuka cita (ay. 12a).

Dalam ayat 1-2 diceritakan ketika Yesus melihat orang banyak, ia naik ke bukit dan duduk untuk mulai mengajar para murid. Apa arti "mengajar" di sini? Bukan mengajar dalam arti menyuruh orang melakukan sesuatu atau memberi tambahan pengetahuan. Yesus mengajar agar pendengarnya makin memahami pengalaman rohani mereka sendiri, yakni pengalaman:

- Tidak memiliki tumpuan harapan apa pun selain Tuhan sendiri (ay. 3 "miskin"; ay. 4 "berduka cita"; ay. 5 "lemah lembut"),

- Ingin menjalankan kehendak Tuhan (ay. 6 "lapar dan haus akan hal yang lurus"; ay. 8 "berhati bersih"),

- Ingin semakin menghadirkan-Nya kepada sesama (ay. 7 "berbelaskasihan"; ay. 9 "pencinta damai"),

- Menderita dimusuhi kekuatan-kekuatan jahat (ay. 10 "dikejar-kejar karena bertindak lurus").

Pengalaman ini dapat dihayati semua orang yang memberi ruang pada kehadiran Yang Ilahi. Pengalaman ini juga melampaui batas-batas agama. Kemudian, secara khusus kepada murid-muridnya, Yesus menambahkan Sabda Bahagia ke sembilan, yakni yang menyangkut pengalaman dimusuhi orang karena menjadi muridnya (ay. 11). Hati mereka dibesarkan (ay. 12a "bersukacitalah karena besar pahalamu di surga").

Mereka yang mendalami ajaran itu akan makin mengenali liku-liku kehidupan rohani dan pergulatan di dalamnya. Hidup yang terarah kepada Yang Ilahi itu membawa kebahagiaan. Di situlah ditemukan makna "berbahagia".

Orang-orang yang mendahului kita kini sudah lebih dekat dengan Yang Ilahi. Mereka itu juga yang lebih memahami apa itu memiliki Kerajaan Surga dan hidup sebagai anak-anak Allah. Dalam arti ini, mereka itu menjadi jaminan masa depan kita juga.

Salam,
A. Gianto

Renungan Injil Hari Semua Orang Kudus: Senin, 01 November 2010

Renungan

Injil Hari Raya Semua Orang Kudus 1 November 2010 ini diangkat dari kumpulan "Sabda Bahagia" menurut Injil Matius (Mat 5:1-12a). Di situ didapati delapan Sabda Bahagia yang ditujukan kepada semua orang (ay. 3-10) serta satu Sabda Bahagia yang khusus diucapkan bagi para murid (ay. 11) dan dilanjutkan dengan seruan agar mereka tetap bersuka cita (ay. 12a). Di situ harapan tiap orang dilambungkan jauh-jauh ke depan tanpa meninggalkan kehidupan yang dialami sehari-hari. Disebutkan dalam ay. 1-2, ketika Yesus melihat orang banyak, ia naik ke bukit dan mengajar agar para pendengarnya semakin memahami diri mereka. Sabda Bahagia juga dapat membantu kita membaca pengalaman kita sekarang ini juga.

"BERBAHAGIALAH...!"

Tiga Sabda Bahagia (Mat 5:3-5) menegaskan bahwa orang dapat disebut berbahagia karena tumpuan harapan dalam hidupnya ialah Tuhan sendiri. Gagasan "miskin" dalam ay. 3 ialah kebersahajaan batin, oleh karenanya diberi penjelasan "di hadapan Allah". Dapat dicatat, penjelasan tambahan itu tidak terdapat di dalam Sabda Bahagia menurut Luk 6:20 karena yang ditekankan Lukas ialah orang yang betul-betul yang kekurangan secara material, orang yang tak bisa mencukupi kebutuhan hidup yang kini diperhatikan oleh para pengikut Yesus yang bersedia berbagi keberuntungan dengan mereka. Kemudian ay. 4 menyebut berbahagia orang yang "berduka cita", maksudnya orang yang hanya akan dapat terhibur oleh kesadaran bahwa Tuhan tetap berada di dekat kendati orang mengalami kesulitan. Termasuk di sini sikap tidak berpihak pada kekerasan yang terungkap dalam ay. 5 sebagai "lemah lembut".

Selanjutnya ada dua Sabda Bahagia (Mat 5: 6 dan 8) yang menyebut keinginan untuk menjalankan kehendak Tuhan sebagai hal yang membahagiakan, seperti terungkap dalam ay. 6 sebagai yang "lapar dan haus akan hal yang lurus" dan dalam ay. 8 sebagai yang "berhati bersih". Ungkapan terakhir ini dipetik dari gaya bahasa Ibrani (lihat misalnya Mzm 24:4) dan artinya ialah mampu berpikir secara jernih, berbudi jernih. Orang yang demikian ini tidak gampang dipengaruhi keinginan-keinginan yang menjauhkannya dari Tuhan. Jadi bukan sekedar ajaran agar menjauhi nafsu-nafsu yang biasanya disebut kotor.

Dua Sabda Bahagia yang lain (Mat 5: 7 dan 9) menegaskan bahwa upaya menghadirkan Tuhan kepada sesama menjadi kegiatan yang mendatangkan kebahagiaan. Upaya ini ditegaskan dalam ay. 7 sebagai "berbelaskasihan" dan dalam ay. 9 sebagai "pencinta damai". Hasrat menghadirkan kebaikan Tuhan kepada orang lain ini karena orang sadar akan perlunya saling mendukung dan sikap pendamai.

Tidak disangkal adanya kesulitan, seperti jelas dari Mat 5:10-12. Orang yang nyata-nyata hidup dalam kerangka di atas sering menderita dimusuhi, seperti terungkap dalam ay. 10 "dikejar-kejar karena bertindak lurus". Kemudian secara khusus kepada murid-muridnya Yesus menambahkan Sabda Bahagia yang ke sembilan, yakni yang menyangkut pengalaman dimusuhi orang karena menjadi muridnya (ay. 11). Pengharapan mereka dibesarkan (ay. 12a "bersuka citalah karena besar pahalamu di surga").

Tiap pengalaman di atas dapat dihayati semua orang yang memberi ruang bagi Yang Ilahi. Dapat pula dikatakan pengalaman ini juga melampaui batas-batas agama. Mereka yang mendalami makna Sabda Bahagia dapat semakin mengenali liku-liku kehidupan rohani dan pergulatan di dalamnya. Hidup yang terarah kepada Yang Ilahi itu membawa kebahagiaan. Di situlah ditemukan makna "berbahagia".

SABDA BAHAGIA DALAM INJIL

Sabda Bahagia disampaikan Matius sebagai pembukaan khotbah panjang Yesus dalam Mat 5-7. Ada lima rangkaian khotbah seperti itu, yakni Mat 5-7 (Khotbah di Bukit); 10 (pedoman hidup bagi pewarta Kerajaan Surga); 13 (penjelasan mengenai Kerajaan Surga); 18 (pengajaran bagi para murid dalam hidup bersama); 23-25 (uraian di Bukit Zaitun tentang kedatangan Kerajaan Surga pada akhir zaman). Di antara kumpulan yang satu dengan yang berikutnya ditaruh kisah mengenai tindakan Yesus, mukjizat dan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan para murid.

Kelima kumpulan itu tersusun dengan cara yang unik. Yang terakhir berlatarkan pengajaran di bukit Zaitun. Latar ini mengingatkan pada kumpulan pertama yang berlatarkan sebuah bukit pula. Tentang ini akan dibicarakan lebih lanjut. Kemudian kumpulan keempat, yakni yang menyangkut kehidupan para murid, erat berhubungan dengan yang kedua, yakni pedoman hidup bagi para murid-murid Yesus yang akan meneruskan menjadi pewarta Kerajaan Surga. Kumpulan ketiga menyoroti Kerajaan Surga, warta paling pokok yang dibawakan Yesus. Penyusunan secara "konsentrik" seperti ini dapat menjadi pegangan mendalami masing-masing kumpulan itu. Demi mudahnya, kumpulan yang pertama (Mat 5-7) sebaiknya dilihat dalam hubungannya dengan warta pokok, yakni Kerajaan Surga (Mat 13) dan apa kenyataannya yang penuh nanti pada akhir zaman (Mat 23-25). Dan dengan demikian para murid akan siap menghayati pedoman hidup secara orang-perorangan (Mat 10) maupun dalam kebersamaan (Mat 18).

Upaya mendalami Sabda Bahagia sebagai pembukaan kumpulan yang pertama dapat menciptakan hubungan guru-murid dengan Yesus. Dan bila terjadi orang akan merasa tertuntun mendekat kepada kenyataan hadirnya Yang Ilahi di antara manusia juga. Hubungan ini akan mendekatkan orang pada kenyataan Kerajaan Surga di dunia dan kepenuhannya kelak di akhir zaman. Dengan demikian dapat juga menjadi pangkal berharap ikut menikmati kenyataan itu.

MENGAJAR DI SEBUAH BUKIT

Injil Matius ditulis bagi orang-orang yang mengenal akrab alam pikiran Perjanjian Lama. Intinya, yakni diturunkannya Taurat kepada Musa di Sinai. Bagi umat Perjanjian Lama, Taurat berisi ajaran kehidupan dalam bentuk pedoman, petunjuk, tatacara ibadat, hukum yang bila dijalani dengan jujur dan ikhlas akan membuat mereka menjadi dekat pada Tuhan dan menjadi umat yang dilindungiNya. Dengan latar inilah Matius mengisyaratkan kepada pembacanya bahwa Yesus kini menjalankan peran Musa. Yesus membawakan petunjuk, ajaran, kebijaksanaan yang bila dihayati akan membuat orang menjadi bagian dari umat yang baru pewaris Kerajaan Surga.

Memang ada beberapa perbedaan mencolok di antara penampilan Musa dan Yesus. Di Sinai dulu Musa sedemikian jauh. Awan meliputi pucuk gunung tempat Musa memperoleh Firman ilahi. Tak ada yang berani mendekat karena kebesaran ilahi sedemikian menggentarkan. Sekarang Yesus tampil sebagai tokoh yang dekat dengan orang banyak. Matius memang sengaja menampilkannya sebagai kenyataan dari "Tuhan menyertai kita" - Imanuel. Kini bukan lagi awan yang menggentarkan, melainkan kemanusiaan Yesus-lah yang menyelubungi kebesaran ilahi sehingga orang banyak dapat datang mendekat. Tempat pengajaran diturunkan tidak lagi digambarkan sebagai gunung yang tinggi yang hanya bisa didaki Musa sendirian. Bukit tempat menyampaikan pengajarannya terjangkau oleh orang banyak dan bahkan mereka dapat langsung mendengarkannya. Bagaimanapun juga, tetap ditegaskan, tempat yang mudah tercapai ini menjadi tempat keramat juga, seperti puncak Sinai dulu. Namun kekeramatan yang dekat - bukan yang sulit terjangkau.

Nanti menjelang akhir kehidupannya, Yesus masih memberi pengajaran kepada murid-muridnya di sebuah bukit pula, di bukit Zaitun. Kita boleh ingat akan Musa di gunung Nebo, memandang ke barat ke Tanah Terjanji. Ia sendiri tidak akan memasukinya. Yosua-lah yang akan memimpin umat ke sana. Peristiwa ini besar maknanya bagi pembaca Injil Matius. Nama Yesus dalam bentuk Ibraninya sama persis dengan nama Yosua penerus Musa tadi. Dengan demikian disarankan bahwa Yesus bakal memimpin orang banyak memasuki negeri baru yang dijanjikan, yakni Kerajaan Surga.

WARTA
Sabda Bahagia dalam Injil menggambarkan apa yang nyata-nyata dialami dan terjadi di antara orang-orang yang hidup mengikuti Yesus, bukan mengajarkan hal-hal yang mesti dilakukan. Dengan perkataan lain, Sabda Bahagia itu sifatnya deskriptif, bukan preskriptif. Beberapa contoh lain dari Sabda Bahagia selain yang sedang dibicarakan ialah Mzm 1:1; 32:1-2; 144:15; Mat 11:6; 13:16; 16:17; Luk 6:20; 11:28; 12:37; Yoh 20:29; 1 Pet 4:14. Sabda Bahagia bukanlah kata-kata yang memiliki daya untuk mengadakan sesuatu, seperti "berkat", juga bukan serangkai resep hidup bahagia. Sabda Bahagia menunjukkan apa yang terjadi bila orang berada dalam keadaan yang digambarkan di situ. Pendengar diajak memikirkan lebih lanjut dan mengambil sikap-sikap baru. Dengan demikian Sabda Bahagia bukan mengajarkan "yang itu-itu" saja. Sabda itu tetap menyapa.

Sabda Bahagia sebaiknya juga dibaca dengan menengok ke depan, yakni ke pengajaran Yesus mengenai Penghakiman Terakhir dalam Mat 25:31-46. Kedua bahan ini membingkai seluruh pengajaran Yesus. Kedua-duanya diberikan pada sebuah bukit. Kedua-duanya membicarakan siapa-siapa yang bakal memiliki Kerajaan Surga, yang dapat memasuki kebahagiaan kekal. Dalam Mat 25:35-36 ditegaskan bahwa berbuat baik kepada sesama berarti berbuat baik kepada Tuhan sendiri. Yesus memanusiakan gambaran Penghakiman Terakhir. Diajarkan bagaimana orang bisa mengerti bahwa yang dikerjakan bagi sesama nanti dijadikan batu uji masuk surga. Kebijaksanaan dan akal sehat menjadi penuntun yang baik ke arah pertanggungjawaban terakhir nanti. Orang dihimbau sejak kini agar nanti bisa mengatakan kita juga telah memperkaya Tuhan dan telah berbuat baik kepada-Nya. Sabda Bahagia menggambarkan keadaan batin dan sikap hidup mereka yang nanti pada akhir zaman akan dapat mengatakan bahwa telah berbuat banyak bagi sesama. Dan Tuhan akan mengatakan itu semua dikerjakan bagi-Nya. Mereka yang demikian akan betul-betul dapat disebut "Berbahagia"! Dan mereka inilah orang-orang kudus yang dirayakan pada hari Minggu ini.


Salam hangat,
A. Gianto

Bacaan Harian 1 - 7 November 2010

Senin, 1 November 2010: Hari Raya Semua Orang Kudus (P).
Why 7:2-4.9-14; Mzm 24:1-4ab.5-6; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a.

Catatan:

1. Dalam rangka “Hari Raya Mengenang Arwah Semua Orang Beriman” (tgl. 2 Nopember besok), setiap orang kristen dapat memperoleh indulgensi penuh bagi orang yang sudah meninggal.

2. Caranya: mengunjungi makam dan/atau mendoakan arwah yang sudah meninggal,
Yang menjalankan setiap hari dari tgl. 01 s.d 08 Nopember memperoleh indulgensi penuh;
Yang menjalankan pada hari-hari lain, memperoleh indulgensi sebagian.

Pada Hari Raya Semua Orang Kudus ini, kita semua diingatkan bahwa kita dipanggil untuk menjadi kudus dengan setia menjalankan tugas perutusan kita, yaitu menghadirkan Kristus dalam hidup kita sehari-hari dimana pun juga. Pekerjaan ini tidak mudah. Ada banyak tantangan dan godaan. Namun, semua orang kudus yang kita rayakan hari ini menjadi teladan dan sekaligus menjadi dorongan bagi kita untuk mengusahakannya dengan bantuan rahmat Allah


Selasa, 2 November 2010 Peringatan Arwah Semua Orang Beriman (U/T).
2Mak 12:43-46; Mzm 130:1-6a.6-8; 1Kor 15:12-34; Yoh 6:37-40.


Hari ini kita diajak untuk mengenang dan mendoakan anggota keluarga, sahabat dan kenalan yang telah meninggal. Sekaligus dengan itu, kita juga kembali diingatkan supaya memikirkan juga hidup kita sendiri. Yesus berjanji, semua yang diberikan kepada-Nya akan datang kepada-Nya; dan barangsiapa datang kepada-Nya, ia tidak akan dibuang. Maka, sebelum datang waktu kita menghadap ke haribaan-Nya, marilah kita sungguh-sungguh datang kepada-Nya. Inilah bentuk nyata berjaga-jaga dengan pinggang berikat dan pelita menyala, karena kita tak tahu kapan waktu kita tiba.

Rabu, 3 November 2010 Hari Biasa Pekan XXXI (H).
Flp 2:12-18; Mzm 27:1.4.13-14; Luk 14:25-33.


Sebagai manusia kita cenderung untuk memilih yang 'enak' dan sesuai selera. Itulah yang kerap kali menghalangi kita untuk sungguh-sungguh mengikuti Yesus. Yesus mengingatkan, untuk mengikuti Dia kita harus sungguh siap mengutamakan kehendak-Nya. Itu seringkali menuntut sikap menyangkal diri dan kemauan untuk memanggul salib.


Kamis, 4 November 2010 Peringatan Wajib St. Karolus Borromeus, Uskup (P).
Flp 3:3-8a; Mzm 105:2-7; Luk 15:1-10.


Panggilan menjadi murid Kristus adalah tidak membiarkan satu domba pun hilang. Tengoklah di sekitar kita, adakah domba-domba yang terlepas dari Sang Gembala? Yesus mengajak kita untuk juga menjadi gembala yang baik yang tidak tinggal diam terhadap domba yang hilang. Waktunya untuk bertindak!


Jumat, 5 November 2010 Jumat Pertama (P).
Flp 3:17 – 4:1; Mzm 122:1-5; Luk 16:1-8.


Kalau anak-anak dunia, seperti bendahara yang tidak jujur itu, cerdik mempersiapkan masa depannya dan mendapatkan pujian dari Yesus, maka Yesus menghendaki anak-anak terang bertindak lebih cerdik lagi untuk mempersiapkan masa depan dan kebahagiaan abadi. Lalu, sudah cerdikkah kita dalam mempersiapkan masa depan kita atau kita membiarkan diri tertelan dunia terus-menerus?


Sabtu, 6 November 2010 Hari Biasa Pekan XXXI (H).
Flp 4:10-19; Mzm 112:1-2.5-6.8a-9;Luk 16:9-15.

Yesus meminta kita untuk mengikat persahabatan dengan mamon yang tidak jujur, memperlakukannya sebagai harta yang bersifat sementara, tanpa membiarkan diri kita dibelenggu dan diperhamba olehnya. Kita harus menjadi tuan atas mamon dan tetap mengarahkan hidup pada harta yang sejati yang dijanjikan Yesus di surga.


Minggu, 7 November 2010 Hari Minggu Biasa XXXII (H).
2Mak 7:1-2.9-14; Mzm 17:1.5-6.8b.15; 2Tes 2:16 – 3:5; Luk 20:27-38 (Luk 20:27.34-38).

Kita seringkali berusaha memahami Allah dengan nalar kita. Kita menuntut hal-hal jelas yang dapat memuaskan akal budi kita. Kalau begini halnya, kita akan mengalami kesulitan untuk sungguh-sungguh beriman dan berserah pada rancangan dan kehendak-Nya. Padahal, iman seringkali menjadi kondisi awal untuk datangnya rahmat Allah.

Senin, 01 November 2010 Hari Raya Semua Orang Kudus

Senin, 01 November 2010
Hari Raya Semua Orang Kudus

Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun temurun. -- Mzm 89:1

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, dalam Perayaan Hari Semua Orang Kudus ini kami kenangkan semua orang kudus yang mengimani dan mempercayakan dirinya kepada cinta kasih-Mu entah mereka itu terkenal entah tidak. Dengan para kudus itu kami telah Kau perkenankan dalam umat-Mu, dalam Gereja-Mu. Maka kami mohon dengan perantaraan mereka penuhilah doa keinginan kami dan perkenankanlah kami ikut serta dilimpahi belas kasih-Mu. Demi Yesus Kristus Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.

Allah akan menganugerahkan keselamatan kepada orang-orang pilihan-Nya. Mereka adalah orang-orang yang telah ikut menderita bersama Anak Domba. Pengorbanan orang beriman akan senantiasa diperhitungkan oleh Tuhan.

Pembacaan dari Kitab Wahyu (7:2-4.9-14)

"Aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya, mereka terdiri dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa"

Aku, Yohanes, melihat seorang malaikat muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup. Dengan suara nyaring ia berseru kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya, "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!" Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel. Kemudian dari pada itu aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya, dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa. Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih, dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dengan suara nyaring mereka berseru, "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta, dan bagi Anak Domba!" Dan semua malaikat berdiri mengelilingi takhta, tua-tua dan keempat makhluk yang ada disekeliling takhta itu. Mereka tersungkur di hadapan takhta itu dan menyembah Allah sambil berkata, "Amin! Puji-pujian dan kemuliaan, hikmat dan syukur, hormat, kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin! "Seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku, "Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu, dan dari manakah mereka datang?" Maka kataku kepadanya, "Tuanku, Tuan mengetahuinya!" Lalu ia berkata kepadaku, "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar! Mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 841
Ref. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan

Ayat. (Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6)
1. Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya, jagat dan semua yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan, dan menegakkan di atas sungai-sungai.
2. Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan dan tidak bersumpah palsu.
3. Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah, penyelamatnya. Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.

Anugerah terbesar yang dianugerahkan kepada orang beriman adalah martabat sebagai anak Allah. Martabat inilah yang memungkinkan orang mengambil bagian dalam hidup Allah. Tinggal bersama Allah dalam kemuliaan-Nya.

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (3:1-3)

"Kita akan melihat Kristus dalam keadaan-Nya yang sebenarnya."

Saudara-saudara terkasih, lihatlah, betapa besar kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita sungguh anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang terkasih, sekarang kita ini sudah anak-anak Allah, tetapi bagaimana keadaan kita kelak belumlah nyata. Akan tetapi kita tahu bahwa, apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, ia menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.
Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 11:28)
Datanglah pada-Ku, kamu semua yang letih dan berbeban berat. Aku akan membuat lega.

Kebahagiaan yang sejati itu hanya pada Allah, maka kebahagiaan itu berasal dari Allah dan dianugerahkan oleh Allah sendiri. Maka hanya orang-orang yang sungguh percaya kepada Allah saja yang akan sungguh-sungguh hidup bahagia.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:1-12a)

"Bersukacita dan bergembiralah, karena besarlah ganjaranmu di surga."

Sekali peristiwa ketika melihat banyak orang yang datang, Yesus mendaki lereng sebuah bukit. Setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya. Lalu Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, katanya, "Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hati, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, jika demi Aku kamu dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat; bersukacita dan bergembiralah, karena besarlah ganjaranmu di surga."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Kebahagiaan menjadi kerinduan tiap orang. Yesus menawarkan kebahagiaan abadi yang tidak akan berakhir. Kebahagiaan Yesus ini tuntutannya sangat berat. Dibutuhkan semangat rendah hati dan mau menerima salib: dicela, difitnah, dianiaya, dan ditolak karena nama Yesus. Sudahkah aku mampu menanggungnya dengan penuh tanggung jawab?

Doa Malam

Puji syukur kepada-Mu ya Bapa, atas kasih dan penyertaan-Mu, sehingga kami dapat mengakhiri kegiatan hari ini. Semoga perbuatan kami berkenan kepada-Mu dan menjadi pujian akan keagungan dan keluhuran nama-Mu. Terpujilah Engkau Bapa Putra dan Roh Kudus kini dan selamanya. Amin.


RUAH

Minggu, 31 Oktober 2010 Hari Minggu Biasa XXXI

Minggu, 31 Oktober 2010
Hari Minggu Biasa XXXI

PERJUMPAAN YANG MEMERDEKAKAN

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. --- Amsal 17:17

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, dengan penuh kasih sayang Engkau memerintah segala sesuatu yang hidup dan tiada satu pun yang Kaubenci. Meski kami bukan apa-apa, namun Kaupanggil kepada-Mu. Tegakkanlah kami, bila kami bungkuk karena beban dosa, dan papahlah kami bila mau jatuh. Berilah kami kesempatan untuk memulihkan segala sesuatu yang menyebabkan orang lain rugi. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Kebijaksanaan (11:22-12:2)

"Semua orang Kaukasihani, sebab Engkau mengasihi segala yang ada."

Tuhan, laksana sebutir debu di atas neraca, atau seperti embun pagi yang jatuh ke bumi, demikianlah seluruh jagat di hadapan-Mu. Tetapi, justru karena Engkau berkuasa atas segala sesuatu, maka semua orang Kaukasihani, dan dosa manusia tidak Kauperhatikan supaya mereka bertobat. Sebab, Engkau mengasihi segala yang ada, dan tidak benci kepada barang apa pun yang telah Kaubuat. Sebab, andaikata sesuatu Kaubenci, niscaya tidak Kauciptakan. Bagaimana sesuatu dapat bertahan jika tidak Kaukehendaki, atau bagaimana dapat tetap terpelihara kalau tidak Kaupanggil? Engkau menyayangkan segala-galanya sebab semua itu milik-Mu, ya Penguasa penyayang hidup! Roh-Mu yang baka ada di dalam segala sesuatu. Dari sebab itu, orang-orang yang jatuh Kauhukum berdikit-dikit. Mereka Kautegur dengan mengingatkan dalam hal mana mereka sudah berdosa, supaya setelah menjauhi kejahatan itu mereka percaya kepada Dikau, ya Tuhan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 836.
Ref. Segala bangsa bertepuk tanganlah berpekiklah untuk Allah raja semesta.
Ayat. (Mzm 145:1-2.8-9.10-11.13cd-14; R:1)
1. Aku hendak mengagungkan Dikau, ya Allah, ya Rajaku, aku hendak memuji nama-Mu untuk selama-lamanya. Setiap hari aku hendak memuji Engkau dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya.
2. Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Tuhan itu baik kepada semua orang, penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.
3. Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.
4. Tuhan itu setia dalam segala perkataan-Nya, dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. Tuhan itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk.

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Tesalonika (1:11 - 2:2)

"Semoga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu, dan kamu di dalam Dia."

Saudara-saudara, kami senantiasa berdoa untuk kamu supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik, dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu. Dengan demikian, nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu, dan kamu di dalam Dia, sesuai dengan kasih karunia Allah kita dan Tuhan kita Yesus Kristus. Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan berkumpulnya kita dengan Dia, kami minta kepadamu, Saudara-saudara, jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh maupun oleh kabar atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956.
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 3:16)
Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. ==>Alleluya....

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (19:1-10)

"Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Sekali peristiwa Yesus memasuki kota Yerikho dan berjalan melintasi kota itu. Di situ ada seorang kepala pemungut cukai yang amat kaya bernama Zakheus. Ia berusaha melihat orang apakah Yesus itu, tetapi tidak berhasil karena orang banyak, sebab ia berbadan pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika sampai di tempat itu, Yesus melihat ke atas dan berkata, "Zakheus, segeralah turun! Hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi, semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya, "Ia menumpang di rumah orang berdosa!" Tetapi, Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan, "Tuhan, separo dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin, dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Kata Yesus kepadanya, "Hari ini telah terjadi keselamatan atas rumah ini, karena orang ini pun Anak Abraham. Sebab, Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Hidup adalah anugerah paling dasar dari Allah untuk kita masing-masing. Dan pengampunan adalah anugerah dari kerahiman Allah yang paling kita butuhkan terus menerus. Kalau dosa, kealpaan, dan kelupaan kita begitu banyak ibarat pasir di pantai. Kerahiman, pengampunan Allah itu ibarat samudera. Pengampunan dari Allah ini sering disebut sebagai pembenaran atau pendamaian. Paulus mengajarkan, “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasehati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah” (2 Kor 5:19-20).

Kerahiman Allah yang menjelma dalam Kristus, nampak dalam reaksi hati-Nya, yang tergerak oleh belaskasihan terhadap si kusta, banyak orang sakit, orang banyak yang haus akan pengajaran-Nya. Hal yang sangat mengesankan ialah pengampunan yang diberikan oleh Yesus itu. Yesus MELUPAKAN kesalahan/dosa yang telah lampau dan MEMBANGKITKAN kerinduan/semangat untuk menanggapinya dengan cinta kasih. Orang menyebut bahwa kerahiman Yesus itu MEMERDEKAKAN. Peristiwa ini nampak dalam peristiwa PERJUMPAAN ZAKHEUS DENGAN YESUS (Luk 19:1-10).

Saudara-saudari yang dicintai Tuhan,

Ceritera tentang Zakheus adalah ceritera khas Injil Lukas. Dengan ceritera ini, Lukas bermaksud untuk meringkas secara dramatis beberapa tema kunci perihal MENJADI murid, sementara Yesus mendekati Yerusalem. Zakheus adalah seorang kaya dan kemungkinan besar sangat kaya sebagai “kepala wilayah” dari para pemungut cukai. Akibatnya, pemimpin Yahudi memandang dia sebagai “kepala para pendosa” yang bertanggung jawab atas segala kejahatan yang terkait dengan kegiatan semua pngumpul cukai di tengah masyarakat Yahudi. Dalam situasi ini, tindakan Yesus sungguh berbeda dari sikap para pemimpin Yahudi. Yesus mengambil inisiatif, Ia menyapa Zakheus.

YESUS ADALAH GEMBALA YANG MENCARI DOMBA YANG HILANG.

Walaupun mempunyai reputasi yang jelek, Zakheus adalah sosok pribadi yang menarik. Melalui perjumpaan yang singkat dengan Yesus, sifat-sifat yang mendekati sifat-sifat Petrus muncul. Zakheus spontan dan mudah bertindak, melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang luar biasa. Ada kejujuran dalam peristiwa ini. Meskipun ia memiliki kedudukan dan jabatan yang penting, hal ini tidak menghalangi dia untuk memanjat pohon dan tidak menghalangi dia untuk mengakukan kesalahannya secara public dan menunjukkan pertobatannya. Yesus mengambil prakarsa dalam pertobatan ini. Yesus mengatakan bahwa ia adalah anak Abraham, meskipun dia adalah pemungut cukai. Ia hendaknya jangan dikucilkan karena kagagalannya melainkan dibantu untuk menemukan jalannya kembali kepada komunitasnya. Kasih Yesus terhadapnya telah membangkitkan kemungkinan-kemungkinan baru untuk kasih dan pelayanan. Bagaimakah sikapku terhadap saudara-saudari yang berdosa, lemah, dan melakukan kesalahan?

Salam dan berkat

Pastor L. Setyo Antoro, SCJ .

Sabtu, 30 Oktober 2010 Hari Biasa Pekan XXX

Sabtu, 30 Oktober 2010
Hari Biasa Pekan XXX

Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? -- 1Kor 3:16

Doa Renungan

Tuhan Yesus Kristus, dalam Injil pada hari ini Engkau mengajar dan menunjukkan jalan kehidupan yang harus kami tempuh untuk mencapai kerendahhatian. Engkau mengingatkan bahwa hidup kami tidak diletakkan pada harga diri, penghargaan, dan kekuasaan. Semua itu dapat hilang begitu saja dan kami dapat menderita karenanya. Semoga pengajaran-Mu pada hari ini membuka mata dan hati kami agar mampu meletakkan hidup kami atas kerendahhatian di mana kami menyadari kelemahan kami dan senantiasa bersandar pada-Mu. Bantulah kami selalu agar dalam hidup ini kami selalu percaya pada-Mu, Allah satu-satunya yang sempurna. Buatlah kami puas dengan memiliki Engkau dalam hidup kami ini agar kami tak merasa kekurangan suatu pun. Karena Engkaulah yang kekal dan sempurna untuk selamanya. Amin.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi (1:18b-26)

"Bersukacita dalam iman."

Saudara-saudara, aku akan tetap bersukacita, karena aku tahu, bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus. Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus--itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman, sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/2, PS 843.
Ref. Jiwaku haus pada-Mu, Tuhan ingin melihat wajah Allah.
Ayat. (Mzm 42:3.5bcd; R: 42:2, 2/4)
1. Jiwaku haus akan Allah akan Allah yang hidup! Bilakah tiba saatnya aku boleh datang melihat Allah.
2. Ku terkenang, ketika berjalan maju di tengah kepadatan manusia, melangkah menuju ke rumah Allah di tengah sorak-sorai dan nyanyian syukur.

Bait Pengantar Injil, d6 = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (1Yoh 2:5)
Sempurnalah cinta Allah dalam hati orang yang mendengarkan sabda Kristus.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:1.7-11)

"Barangsiapa meninggikan diri, akan direndahkan; dan barangsiapa merendahkan diri, akan ditinggikan."

Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Kata Yesus, ”Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Apa yang kita cari dalam kehidupan kita? Apa yang sungguh kita usahakan? Apakah kita mencari kesuksesan dan nama baik? kedudukan dan status yang tinggi? Apakah kita mencari popularitas? Jangan sampai sebagai murid-murid Tuhan, kita pun ikut arus dunia yang hanya mengejar kesuksesan pribadi, popularitas, dan kehormatan yang semu.

Semoga kita semua belajar menjadi orang yang rendah hati, mendahulukan orang lain, serta mengusahakan kebaikan bagi sesama. Semoga kita memberi yang terbaik bagi sesama tanpa pamrih dan mencari pujian. Jangan sampai kita mencari kedudukan, bahkan dalam kehidupan kita di tengah-tengah murid Kristus yang lain. Jangan sampai kita menjadikan Gereja tempat mencari status dan kedudukan. Jangan sampai kita lupa menjadi orang yang rendah hati.

Ya Tuhan, ajarilah aku menjadi orang yang rendah hati, yang mendahulukan kepentingan orang lain, yang mengusahakan kesejahteraan bagi sesama. Jauhkanlah diriku dari sikap sombong dan meninggikan diri. Amin.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Teologi kemakmuran: ajaran gampang tapi salah!

Berikan sumbangan, maka engkau akan menerima kembali berlipat ganda.

Seruan untuk memberikan sumbangan finansial kepada misi evangelisasi dengan
iming-iming untuk mendapatkan kembali apa yang diberikan secara berlipat ganda, seperti yang sering didengungkan oleh para televangelists

Dalam artikel ini, kita akan melihat latar belakang dari teologi kemakmuran, pengaruh materialisme pada teologi kemakmuran. Lebih lanjut kita akan menelaah bahwa teologi seperti ini justru bertentangan dengan: 1) Alkitab, 2) jemaat perdana, 3) kehidupan para santa-santo, 4) akal sehat, 5) dimensi eskatologi. Dan pada akhirnya, kita akan melihat tentang apakah sebenarnya yang dimaksud dengan “hidup berkelimpahan“, yang sering didengung-dengungkan oleh banyak orang, terutama oleh penganut teologi kemakmuran. Dengan memahami makna “hidup berkelimpahan” secara benar, maka kita dapat menempatkan nilai-nilai kekristenan dan semangat Injil di tempat yang semestinya. Yaitu, hidup berkelimpahan ini terutama menyangkut hal spiritual dan mengarah pada tujuan akhir manusia, yaitu persatuan abadi dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga, tanpa melihat apakah orang tersebut kaya maupun miskin secara jasmani.

I. Definisi dan sejarah teologi kemakmuran

1. Latar belakang teologi kemakmuran.

Teologi kemakmuran mulai dipopulerkan di Amerika pada waktu belakangan ini, terutama dengan menjamurnya televangelist yang cukup populer, dengan gaya penginjilan yang khas dan berapi-api. Secara prinsip, teologi kemakmuran mengajarkan bahwa Tuhan tidak hanya memberikan berkat spiritual, namun terutama adalah berkat kesehatan dan kekayaan. Dan kerap kali kesehatan dan kekayaan dapat diterima sebagai akibat dari tindakan menabur (seeding), yaitu dengan memberikan perpuluhan. Bahkan dikatakan bahwa kekayaan adalah suatu tanda bahwa akan kasih Tuhan kepada umat-Nya.

Kita dapat melihat akan beberapa pernyataan dari beberapa televangelist maupun pendeta-pendeta terkenal, salah satunya adalah Joel Osteen yang mengatakan di salah satu kotbahnya:

Bagaimana untuk hidup dalam kemenangan total? Yesus yang mati, telah bangkit pada hari ke-tiga. Yesus berkata “karena saya hidup, maka engkau juga akan memperoleh kehidupan.” Diinterpretasikan bahwa Yesus menginginkan kita semua untuk mendapatkan hidup yang berkelimpahan: hidup yang bukan dipenuhi dengan kebiasaan buruk, bukan hidup yang biasa-biasa saja. Bukan kemenangan setengah-setengah, di mana kita mempunyai keluarga yang baik, kesehatan yang baik, namun senantiasa mempunyai masalah dengan masalah keuangan. Ini bukanlah kemenangan yang total. Kalau Tuhan melakukan sesuatu di satu area, Dia akan melakukan juga di area yang lain. Orang yang mengalami masalah kesehatan dan menerimanya sebagai sebuah salib, adalah tidak benar, karena Yesus telah membayar semuanya, sehingga kita dapat bebas secara total – yang berarti bebas dari kebiasaan buruk maupun kecanduan, bebas dari ketakutan dan kekuatiran, bebas dari kemiskinan dan kekurangan, bebas dari kerendahan diri. Karena Yesus telah membayar harga agar kita bebas, maka kita harus bebas secara total. Untuk dapat bebas, maka kita harus tahu siapa diri kita, yang adalah anak-anak Allah, yang bukan orang-orang yang biasa, telah direncanakan oleh Allah sebagai pemenang, yang mempunyai kesehatan yang baik, dan juga banyak uang untuk membayar tagihan-tagihan, …

Kalimat-kalimat di atas adalah merupakan gambaran tentang teologi kemakmuran, yang ingin mengedepankan kesuksesan dan kemakmuran di dunia ini, seperti: relasi sesama yang baik, keluarga yang baik, punya harga diri yang baik, kesehatan yang baik, dan juga mempunyai kekayaan – sebagai manifestasi dari kebebasan yang total, yang seolah-olah ditawarkan oleh Yesus, karena Yesus telah membayar lunas seluruhnya. Dikatakan, dengan pengorbanan Kristus, maka seluruh umat Allah harus hidup dalam kelimpahan, termasuk dalam urusan kesehatan dan kekayaan. Namun, apakah benar bahwa pesan ini adalah sesuai dengan semangat Injil?

2. Pengaruh materialisme terhadap teologi kemakmuran.

Kalau kita melihat secara lebih cermat, maka kita dapat melihat bahwa materialisme yang melanda dunia ini mempengaruhi teologi kemakmuran. Dunia yang dilanda materialisme – paham di mana kesuksesan, kehormatan dan kemampuan seseorang menjadi parameter apakah seseorang menjadi berharga atau tidak, masuk ke dalam teologi kemakmuran. Hal ini dapat dibuktikan dengan perkembangan teologi kemakmuran yang baru marak di abad ke-20 ini, di mana materialisme melanda dunia dalam segala bidang.

Materialisme – paham yang percaya bahwa yang benar-benar ada adalah sesuatu yang bersifat materi – memberikan pengaruh kepada teologi kemakmuran. Rahmat Allah yang terbesar – yaitu janji akan kebahagiaan Sorgawi – direduksi menjadi kebahagiaan yang bersifat duniawi dan bersifat material, seperti rumah, kesehatan, kekayaan. Dengan demikian, efek dari pengorbanan Kristus di kayu salib direduksi menjadi kebahagian semu yang ada di dunia ini. Alasan untuk mendapatkan kebahagiaan material yang dibayar dengan pengorbanan Kristus, rasanya menjadi terlalu murah dan terlihat menjadi kesia-siaan, karena memang Kristus bukan datang ke dunia untuk memberikan kebahagiaan duniawi namun kebahagiaan sorgawi. Mari kita membandingkan teologi kemakmuran dengan prinsip-prinsip Alkitab.

II. Teologi kemakmuran salah dalam menangkap pesan Alkitab dan tidak didukung oleh kesaksian jemaat perdana.

1. Teologi kemakmuran bertentangan dengan Alkitab.

a. Memang ada bagian di Alkitab yang menyatakan bahwa Tuhan akan memberikan kemakmuran bagi orang-orang pilihan-Nya. Dikatakan “Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.” (Ul 8:18). Kita juga melihat bagaimana kitab Amsal mengatakan “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” (Ams 10:22).

b. Namun di satu sisi, Alkitab juga mengatakan bahwa penderitaan – kurangnya kekayaan dan kesehatan – bukan sebagai bukti bahwa Allah tidak mengasihi umat-Nya. Kita melihat di kitab Ayub, di mana diceritakan bahwa Ayub yang saleh dan jujur serta takut akan Tuhan (lih. Ay. 1:1), tertimpa bencana. Dia kehilangan semua yang dimilikinya, termasuk kekayaannya, ternaknya, termasuk keluarganya, dan juga kesehatannya. Dan teman-teman Ayub mempergunakan teologi kemakmuran, dengan mengatakan “7 Camkanlah ini: siapa binasa dengan tidak bersalah dan di manakah orang yang jujur dipunahkan? 8 Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga.” (Ay. 4:7-8). Teman-teman Ayub melihat bahwa kesengsaraan Ayub adalah sebagai akibat dari dosa-dosanya, karena dalam pemikiran mereka, Allah akan memberikan kelimpahan materi, kesehatan yang baik, serta kehidupan keluarga yang baik, bagi orang-orang yang menjalankan perintah Allah. Namun, pemikiran ini tidak dibenarkan oleh Allah (lih. Ay 42:7). Dari kitab Ayub ini, kita sebetulnya melihat dimensi lain dari penderitaan, yang bukan sebagai hukuman atas dosa, namun sebagai penderitaan yang innocent, yang selayaknya diterima sebagai suatu misteri.[1] Paus Yohanes Paulus II dalam ensiklik Salvific Doloris, menyingkapkan penderitaan sebagai kesempatan untuk pertobatan, yang membangun kebaikan dari orang yang mengalaminya.[2] Dengan demikian, pengajaran teologi kemakmuran, yang melihat bahwa penderitaan fisik (jasmani maupun kemiskinan) sebagai sesuatu yang salah, seolah menutup adanya rahmat Allah yang dapat bekerja secara istimewa kepada orang-orang yang sedang mengalami penderitaan fisik.

Walaupun Kristus mengatakan “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mt 6:33), yang sering menjadi ayat andalan dari teologi kemakmuran, namun di ayat-ayat yang lain, Kristus juga memperingatkan para murid untuk berhati-hati terhadap bujukan mamon. Dikatakan “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Mt 6:24). Bahkan ditegaskan sekali lagi “Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Lk 18:25). Dengan demikian, penekanan bahwa Tuhan pasti akan memberikan berkat-berkat material sebagai tanda kasih-Nya kepada umat manusia, tidaklah menyampaikan kebenaran penuh akan pesan Kristus. Hal ini bahkan dapat menyesatkan, terutama jika Kristus kemudian seolah digambarkan sebagai tokoh semacam ’sinterklas’ yang membagi- bagi hadiah.

2. Teologi kemakmuran bertentangan dengan kehidupan jemaat perdana.

Kalau kita menganalisa sejarah kekristenan, maka kita akan dapat melihat bahwa pada masa awal kekristenan, bukan kekayaan materi dan kesehatan yang baik, yang mereka dapatkan, namun justru dikejar-kejar oleh penguasa. Kita dapat melihat contoh mulai dari Yesus yang akhirnya meninggal di kayu salib, para rasul yang juga menderita dan mati dalam penganiayaan, para jemaat perdana yang juga menderita dan banyak yang meninggal dalam mempertahankan iman mereka. Tubuh mereka bukannya mendapat kesehatan yang baik, namun sering berakhir pada perut singa-singa yang buas. Mereka inilah yang dengan setia memegang dan menjalankan pengajaran Kristus sampai pada titik mengorbankan diri mereka. Mereka mencintai kebenaran yang diwartakan oleh Kristus lebih daripada harta kekayaan mereka, melebihi tubuh mereka dan melebihi nyawa mereka. Bahkan dikatakan bahwa Gereja dibangun di atas darah para martir.

3. Teologi kemakmuran bertentangan dengan kehidupan para santa-santo.

Kalau kita mempelajari kehidupan para santa-santo, maka kita melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang dipakai oleh Tuhan dengan begitu luar biasa. Mereka senantiasa bekerjasama dengan rahmat Tuhan, sehingga menghasilkan buah-buah yang limpah, dalam membawa banyak orang kepada Tuhan, melalui doa- doa dan karya kerasulan mereka. Namun, apakah mereka mempunyai kesehatan yang baik serta kekayaan yang berlimpah? Mayoritas dari kehidupan para santa-santo diwarnai dengan begitu banyak penderitaan. Namun demikian mereka tetap memiliki keberanian untuk mengasihi Kristus dalam kondisi tersulit apapun. Kita melihat Santo Fransiskus dari Asisi, yang meninggalkan kekayaannya demi untuk mengikuti Kristus secara lebih total. Dia menjadi santo yang besar dalam sejarah Gereja, bukan karena kekayaannya, namun karena keberaniannya dalam mengikuti Kristus, termasuk dalam hal kemiskinan, kemurnian dan ketaatan. Lihatlah kehidupan Santo Thomas Moore dari Inggris, yang memilih kehilangan keluarga, kekayaan dan jiwanya untuk tetap setia pada Kristus dengan setia terhadap pengajaran Gereja Katolik.

4. Teologi kemakmuran bertentangan dengan akal sehat.

Kalau kasih Kristus kepada umat-Nya diukur dari seberapa banyak umat-Nya menerima berkat finansial, maka sungguh sangat disayangkan, dan bahkan tidak sesuai dengan akal sehat. Bayangkan nasib dari begitu banyak penduduk miskin di dunia. Menurut data tahun 2001, ada 1,1 milyar orang masuk dalam garis kemiskinan yang ekstrim dan 2,7 milyar masuk dalam garis kemiskinan, yang hidup kurang dari US$ 2 (Rp 18,000) per hari. Ini berarti ada sekitar 40% dari populasi dunia berada di bawah garis kemiskinan. Bahkan dikatakan bahwa 6 juta anak-anak meninggal setiap tahun atau sekitar 17,000 meninggal setiap hari. Kalau kekayaan material adalah identik dengan kasih Tuhan, maka bagaimana mungkin, kita dapat mengatakan bahwa Tuhan tidak mengasihi orang-orang miskin dan anak-anak yang meninggal setiap hari karena kemiskinan? Bagaimana mungkin bahwa Tuhan pilih kasih dan memberikan hukuman kepada mereka yang hidup dalam kemiskinan, dan sebagian bukanlah akibat kesalahan mereka sendiri…

5. Teologi kemakmuran menghilangkan dimensi eskatologi.

Dengan memberikan penekanan pada kemakmuran material di dunia ini, maka teologi kemakmuran secara tidak langsung mengaburkan dimensi eskatologi – yaitu yang berhubungan dengan akhir zaman. Penekanan yang terlalu banyak akan kebahagiaan material dari teologi kemakmuran membuat seseorang berfokus pada apa yang terjadi di dunia ini dan mengaburkan apa yang menjadi tujuan akhir dari seorang Kristen, yaitu berkumpul bersama dengan Allah untuk selamanya di dalam Kerajaan Sorga.
Kita tahu bahwa seorang Kristen hidup di dunia ini, namun bukan dari dunia ini. Seorang Kristen harus mempunyai kesadaran bahwa apa yang dialami di dunia ini hanyalah bersifat sementara, karena pada saatnya nanti ketika kemah kita di dunia ini dibongkar, maka Allah telah menyediakan tempat kediaman abadi di Sorga (lih. 2Kor 5:1). Seorang Kristen harus tahu bahwa kebahagiaan sejati bukanlah kebahagiaan material, namun kebahagiaan spiritual, yang akan diterima dan dialami secara penuh pada saat kita masuk dalam Kerajaan Sorga.

III. Arti yang sesungguhnya dari “hidup berkelimpahan“.

Kalau teologi kemakmuran menekankan kemakmuran material, maka sebenarnya tidak ada yang salah dengan kata “kemakmuran“, namun yang menjadi masalah adalah penekanan kemakmuran pada hal-hal yang bersifat material. Yesus sendiri menginginkan agar umat-Nya hidup dalam kelimpahan, sehingga Dia mengatakan “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yoh 10:10). Rasul Paulus menekankan hidup yang berkelimpahan, namun bukan berkelimpahan dari sisi material, namun berkelimpahan dalam kasih karunia (lih. Rm 5:20; Ef 2:7) dan oleh kekuatan Roh Kudus, kita dapat hidup berlimpah-limpah dalam pengharapan (lih. Rm 15:13), serta kelimpahan akan iman, kebajikan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih (lih. 2Pet 1:6-8).

Dengan demikian, kita melihat bahwa kasih karunia Allah dicurahkan secara melimpah kepada umat yang terus bekerjasama dengan rahmat Allah. Namun, Yesus sendiri tidak pernah menjanjikan kelimpahan material. Dia mengatakan kepada para murid yang telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Yesus “Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.” (Mt 19:29). Apakah “seratus kali lipat” adalah merupakan janji untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat material (harta, kedudukan, kesehatan, dll) ataukah sesuatu yang bersifat spiritual? Untuk melihat ini, maka kita dapat melihat apa yang terjadi pada para rasul. Apakah para rasul mendapatkan kekayaan? Tidak sama sekali. Bahkan, semua rasul mendapatkan penderitaan dan kematian karena mengikuti dan mengajarkan kebenaran Kristus. Namun, di tengah-tengah penderitaan mereka, mereka tetap menerima rahmat yang berkelimpahan, yaitu rahmat spiritual – kegembiraan dalam menghadapi penderitaan dan rahmat pengharapan yang tak pernah surut, karena percaya akan janji Kristus.

Dengan demikian, makna dari hidup berkelimpahan sebagai rahmat yang mengalir sebagai orang yang percaya dan senantiasa bekerjasama dengan rahmat Allah adalah senantiasa bermakna spiritual, entah orang tersebut kaya maupun miskin. Dengan demikian, hidup berkelimpahan terbuka bagi siapa saja, baik bagi yang kaya maupun yang miskin, yang berarti Tuhan memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang. Bahkan orang-orang yang miskin mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan hidup yang berkelimpahan, karena mereka adalah orang-orang yang senantiasa mengandalkan belas kasih Tuhan. Dikatakan “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mt 5:3) Dengan memberikan penekanan bahwa hidup berkelimpahan adalah sesuatu yang bersifat spiritual, maka umat Allah akan senantiasa berfokus pada sesuatu yang spiritual dan mengarahkan pandangan pada tujuan akhir, yaitu persatuan abadi dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga.

Kesimpulan:

Dari pemaparan di atas, maka terlihat bahwa teologi kemakmuran adalah teologi yang berfokus pada sesuatu yang bersifat material dan sementara, yang bertentangan dengan pesan Kristus sendiri – yang senantiasa mengutamakan rahmat spiritual dan tujuan akhir dari manusia, yaitu persekutuan abadi dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga. Dengan demikian, teologi kemakmuran terlalu menyederhanakan – mungkin lebih tepatnya membelokkan – pesan Injil. Teologi kemakmuran menjadi sangat berbahaya di tengah-tengah kehidupan yang didominasi oleh materialisme, karena seolah-olah mereka mendapatkan pembenaran dari orientasi mereka ke hal-hal yang bersifat material.

Para Bapa Gereja dan jemaat Kristen awal, tidak pernah mengajarkan tentang penekanan terhadap kemakmuran jasmani. Sebaliknya, yang diajarkan mereka adalah untuk menunjukkan kasih kita kepada Tuhan sampai ke titik darah penghabisan: menyebarkan Injil meski di dalam keadaan kekurangan dan penganiayaan, dan bahkan berani menyerahkan nyawa demi mempertahankan iman.

Sesuatu yang perlu direnungkan adalah buah- buah dari pengajaran Teologi sukses itu. Apakah umat jadi mau prihatin dan lebih berbelas kasih kepada sesama, atau malah cenderung menjadi sombong, dan menganggap bahwa orang miskin itu ‘layak’ miskin karena dosa mereka, sehingga mereka tidak diberkati? Bukankah ini namanya menghakimi? Hubungannya dengan Tuhan bisa seperti hubungan ‘dagang’, seolah mau memberi sekian persen penghasilan dengan harapan menerima berlipat ganda dari Tuhan, semacam investasi saja. Belum lagi kalau Teologi ini membuat umat menjadi terikat dengan kenikmatan materi, dan ini sudah pasti tidak sesuai dengan ajaran Kitab Suci, sebab malah dikatakan bahwa uang adalah akar dari segala kejahatan (1 Tim 6:10); atau bahkan Tuhan Yesus mengajarkan agar menjadi sempurna seseorang dipanggil untuk memberikan semua harta miliknya kepada orang miskin dan kemudian mengikuti Dia (Mat 19:21).

Selayaknya kita mengingat bahwa Tuhan Yesus sendiri memilih untuk lahir sebagai orang miskin, untuk mengajarkan kepada kita untuk hidup ‘miskin di hadapan Allah’ (Mat 5:3). Semoga kita sebagai murid- murid Kristus dapat diberi kebijaksanaan untuk menilai mana ajaran yang berasal dari Tuhan, dan mana yang bukan. Dan agar jangan sampai kita memilih- milih ajaran, yang mudah dan enak didengar kita terima, tetapi yang sulit kita tolak. Kita harus berdoa agar kita dimampukan oleh Tuhan untuk melaksanakan “segala sesuatu yang diperintahkan oleh-Nya” (lih, Mat 28:20) dan bukan untuk memilih- milih ajaran sesuai dengan kehendak sendiri.

CATATAN KAKI:
  1. Paus Yohanes Paulus II, Salvifici Doloris, 11 []
  2. ibid, 13 []
Ditulis: Stefanus Tay di: www.katolisitas.org

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy