| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 27 Desember 2010 Pesta St Yohanes, Rasul Penginjil

Senin, 27 Desember 2010
Pesta St Yohanes, Rasul Penginjil

Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar <-->Mat 13:16

Doa Renungan

Allah Bapa penggerak dunia, Engkau mengutus Roh Kudus untuk menjadi semangat para murid Putra-Mu. Berilah juga kepadaku Roh-Mu agar aku pun beroleh semangat dan ketekunan dalam tugas dan pelayanan kami hari ini, dari permulaan hingga akhirnya. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami yang bersama Dikau dan dalam persatuan dengan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (1:1-4)

"Apa yang telah kami lihat dan kami dengar, itulah yang kami tuliskan kepada kamu."

Saudara-saudara terkasih, apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar dan kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan kami raba dengan tangan kami; yakni firman hidup, itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya! Dan sekarang kami bersaksi serta memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa, dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, yakni Yesus Kristus. Semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.
Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 836
Ref. Segala bangsa bertepuk tanganlah berpekiklah untuk Allah raja semesta.
Ayat. (Mzm 97:1-2.5-6.11-12)
1. Tuhan adalah Raja, biarlah bumi bersorak-sorai, biarlah banyak pulau bersukacita. Awan dan kekelaman ada di sekeliling-Nya, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.
2. Gunung-gunung luluh laksana lilin di hadapan Tuhan, di hadapan Tuhan semesta alam. Langit memberitakan keadilan-Nya dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
3. Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. Bersukacitalah karena Tuhan, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.

Bait Pengantar Injil, do = f, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. Allah, Tuhan kami, Engkau kami puji dan kami muliakan, kepada-Mu paduan para rasul bersyukur.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (20:2-8)

"Murid yang lain itu berlari lebih cepat daripada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur."

Pada hari Minggu Paskah, setelah mendapati makam Yesus kosong, Maria Magdalena berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus. Ia berkata kepada mereka, "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya, dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat daripada Petrus, sehingga ia lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka tibalah Simon menyusul dia, dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain, dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu; ia melihatnya dan percaya.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Merasa dikasihi merupakan suatu pengalaman yang penting dan mendasar dalam kehidupan seseorang. Rasa itu bisa memacu seseorang untuk melakukan yang terbaik bagi orang yang mencintainya. Yohanes—Rasul dan Penginjil—mengalami dirinya dikasihi oleh Tuhan Yesus. Karena itu, apa pun yang berkaitan dengan Yesus pasti dilakukannya. Dia tidak gentar akan bahaya yang mungkin saja menimpa dirinya, asalkan dia bisa menjadi saksi mata dari setiap peristiwa penting yang dialami oleh Yesus. Bahkan, kesaksian-kesaksian akan hidup Yesus dikumpulkannya sehingga menjadi Injil suci yang memberi inspirasi bagi semua orang yang mencari Allah dalam nama Yesus dan percaya kepada-Nya.

Kita pun mempunyai pengalaman pribadi dengan Tuhan. Kalau kita mengalami bahwa Tuhan selalu mengasihi kita, maka kita pasti rela melakukan apa pun untuk Tuhan. Kiranya kita belum menyadari secara sungguh-sungguh bahwa kita dicintai oleh Tuhan dengan kasih yang kekal, maka kita bisa mudah menyerah apabila menghadapi pilihan hidup yang berisiko bagi kita. Kalau kita kurang mengalami kasih Tuhan, maka tidaklah mudah bagi kita untuk mengasihi sesama kita.

Yohanes telah mengalami kasih Tuhan dan membagikan kasih itu kepada sesama. Marilah kita mencontoh hidupnya yang dikasihi Tuhan dengan kasih yang kekal dan mengasihi sesama dengan kasih yang total.

Ya Tuhan, kasihilah aku dengan kasih-Mu yang sempurna. Bantulah aku untuk mengasihi Engkau dan mengasihi sesamaku dengan kasih-Mu sendiri. Amin.

Ziarah Batin 2010, Renungan dan Catatan Harian

Renungan Seputar Natal 2010

Untuk Renungan 22-26 Desember 2010 silahkan klik link dibawah ini sesuai dengan tanggal Bacaan - Renungan yang ingin anda baca.

Rabu, 22 Desember 2010 Hari Biasa Khusus Adven

Kamis, 23 Desember 2010 Hari Biasa Khusus Adven

Jumat, 24 Desember 2010 Hari Biasa Khusus Adven

Jumat, 24 Desember 2010 Sore Menjelang Hari Natal (Vespertina Natal)

Jumat, 24 Desember 2010 Hari Raya Natal (Malam Natal)
Sabtu, 25 Desember 2010 Hari Raya Natal (Pagi/Fajar)
Sabtu, 25 Desember 2010 Hari Raya Natal (Siang)


Minggu, 26 Desember 2010 Pesta Keluarga Kudus & Pesta St. Stefanus, Martir Pertama


untuk renungan hari sebelumnya silahkan cari di arsip atau search engine di sebelah kanan atas


Renungan lainnya:

RENUNGAN NATAL: Bela Rasa, Jati Diri Manusia Sejati (Mgr I Suharyo)

"Aku siap, karena aku orang yang terpilih -yang dirahmati dan disertai Allah"

Yesus Sang Terang Keluarga

YESUS, SANG TERANG KELUARGA

Saudara-saudari yang dicintai Tuhan,
“Selamat Natal”. Perayaan Natal tahun 2010 adalah Natal untuk keluarga. Dalam masa Adven, masing-masing keluarga mempersiapkan diri dengan “Belajar dari keluarga kudus Nazaret untuk menumbuhkembangkan kasih dalam keluarga”. Dengan “belajar” dari keluarga kudus Nazaret, kita berharap setiap keluarga Katolik memperbaharui diri sehingga hidup dalam Yesus, Sang Terang yang menjadi manusia.

Pasangan suami-istri adalah garwo (sigaraning nyawa= belahan jiwa). Persekutuan hidup dan kasih suami-istri yang mesra, yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan hukum-hukumnya, dibangun oleh janji pernikahan atau persetujuan pribadi yang tak dapat ditarik kembali. Demikianlah karena tindakan manusiawi, yakni saling menyerahkan diri dan saling menerima antara suami dan istri, timbullah suatu lembaga yang mendapat keteguhannya, juga bagi masyarakat, berdasarkan ketetapan ilahi. Ikatan suci demi kesejahteraan suami-istri dan anak maupun masyarakat itu, tidak tergantung dari kemauan manusiawi semata-mata. Allah sendirilah Pencipta perkawinan, yang mencakup pelbagai nilai dan tujuan (GS 48). Saling menyerahkan diri dan saling menerima mengandaikan keterbukaan dan kejujuran dengan pasangan. Inilah proses suami-istri menjadi satu hati, satu perasaan, bersatu jiwa dan raga.

Orang tua adalah orang-orang pertama yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya. Panggilan orang tua adalah menciptakan kemesraan, pengampunan, penghormatan timbal-balik, kesetiaan, dan pengabdian tanpa pamrih. Dalam suasana ini, anak-anak belajar untuk berkurban, mengambil keputusan yang sehat, dan pengendalian diri, yang merupakan prasyarat untuk kebebasan sejati. Terima kasih melimpah untuk para orang tua yang telah mewujudkan tanggung jawab dalam keluarga. Sebagai anak, marilah kita merenungkan nasehat Yesus Bin Sirakh 3:2-6, :”Memang Tuhan telah memuliakan bapa pada anak-anaknya, dan hak ibu atas para anaknya diteguhkan-Nya. Barangsiapa menghormati bapanya memulihkan dosa, dan siapa memuliakan ibunya serupa dengan orang yang mengumpulkan harta. Barangsiapa menghormati bapanya, ia sendiri akan mendapat kesukaan pada anak-anaknya pula, dan apabila sembahyang, niscaya doanya dikabulkan. Barangsiapa memuliakan bapanya akan panjang umurnya, dan orang yang taat kepada Tuhan menenangkan ibunya”.

”Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia” (Yoh 1:9). Tuhan Yesus, Sang Terang lahir dalam keluarga kudus Nazaret. kelahiran-Nya adalah tindakan nyata kasih Allah untuk mempersatukan manusia dengan Diri-Nya. Budaya kasih dalam keluarga akan menghidupkan keluarga. Budaya egoisme akan menimbulkan perselisihan, kebencian, dan balas dendam, dan akhirnya membuahkan perpecahan dan kehancuran keluarga. Marilah memohon kepada Sang Terang untuk mempersatukan keluarga kita. “SELAMAT NATAL”.

Berkat melimpah untuk keluarga Anda

Pastor L. Setyo Antoro, SCJ.

"Aku siap, karena aku orang yang terpilih -yang dirahmati dan disertai Allah"

Saudara-saudari yang dicintai oleh Tuhan,

Melalui perayaan Natal malam ini, di mana Tuhan sudi datang menjadi manusia, saya dan anda semua adalah orang-orang yang istimewa, saya dan anda ada di hati Tuhan. Anda mungkin tidak ada di hati saudara-saudari anda atau sesama anda, atau bahkan istri atau suami anda, tetapi dengan kedatangan Tuhan, yang Imanuel, anda ada di hati Tuhan, karena justru kita orang yang tidak pantas Ia sudi datang.. Ia ingin mengembalikan manusia yang jatuh dalam lumpur dosa, agar bisa meraih kemuliaan Allah. Luk. 2:14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” Syaratnya hanya satu yang diminta dari kita: mau menerima Dia/Tuhan di hati kita, maka kita akan ada di hati Tuhan. Demikian sukacita surgawi akan terjadi bila kita berkenan di hati Tuhan.

Anda dan saya dipilih, ditentukan oleh Allah seperti Maria, dan para gembala yang dipilih oleh Allah untuk membawa kabar gembira bahwa Allah itu baik, bahwa Allah berkenan hadir dalam hati kita masing-masing entah bagaimana keadaan hati kita, dan dalam Allah kita mempunyai nilai dan bermartabat. Allah mendatangi kita semua dan kita semua merindukan kedatangan Allah yang membuat hidup kita menjadi penuh, fullness.

Saya dan anda dipilih menjadi murid-Nya, menjadi orang yang disayangi-Nya. Inilah kebanggan yang mesti kita bangkitkan dalam diri kita. Karena saya dan anda ternnyata istimewa di mata Tuhan. Maka inilah modal utama kita, agar jangan takut. Banyak orang ada dalam situasi bermasalah dan sulit untuk keluar dari masalah. Sesak hidupnya. Tidak tahu hari depan akan seperti apa? Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan. Tuhanlah yang bisa menjadi jaminan dan harapan, maka ia minta petunjuk ke mana-mana, dukun, paranormal, da seperti lagunya Ebiet: Coba tanya pada rumput yang bergoyang.

Banyak orang yang jauh dari kasih Tuhan, karena suatu tindakan yang membuat dirinya sendiri menjadi terkucil/karena mengucilkan diri. Banyak orang malah menjauh dari Gereja saat menghadapi masalah hidup yang susah dan berat. Karena alasan malu, minder-sungkan dengan sesamanya. Apakah itu berarti Gereja Katolik, lingkungan-lingkungan dan kelompok-kelompok dalam Gereja Katolik hanya untuk orang-orang yang mapan?

Kalau kita yang mapan secara materi, sosial, dan mungkin juga “rohani” lalu memandang rendah orang-orang miskin, sederhana, rendah pendidikannya, atau karena kesalahan yang telah dibuatnya sehingga mereka takut bergabung bersama kita, berarti kita telah mengkianati penjelmaan Tuhan yang menjadi manusia.

Nubuat Nabi Yesaya bahwa dari keturunan Israel akan lahir Imanuel, yang artinya “Allah beserta kita”, menandaskan bahwa kita mesti percaya diri bahwa baik dalam suka maupun duka, Allah akan tetap berpihak pada kita. Keputusan Allah untuk menyelamatkan kita menjadi kenyataan ketika Yesus dikandung dari kuasa Roh Kudus dan dilahirkan oleh Santa Perawan Maria. Allah yang Mahatinggi mau tinggal di antara kita, dan bahkan menjadi manusia seperti kita, kecuali dalam hal dosa. Kemanusiaan kita telah menjadi “tempat bagi Allah” untuk suatu proses pembaharuan dari dalam diri kita manusia. Dia mau berproses melalui ruang-waktu yang khas manusiawi dengan seluruh isi alam-semesta ini; Dia mau memasuki seluruh relung keberadaan kita, membersihkan diri kita dari seluruh kebusukan dosa dan menuntun kita menuju fajar kehidupan baru di mana Sorga yang telah hilang karena dosa manusia, ditawarkan kembali kepada kita dengan cara yang sungguh meyakinkan.

Setiap sentuhan manusiawi kita yang dihidupi dengan semangat Imanuel, Allah beserta kita, berarti suatu karya besar yang bukan melulu 100% atas prakarsa manusiawi, tetapi juga 100% merupakan inisiatif Allah. Ruang lingkup keberadaan manusiawi kita ini, telah menjadi “tempat Allah” (locus theologicus) untuk menumbuh-kembangkan Kerajaan-Nya. Baik sebagai individu maupun komunitas, baik sebagai keluarga maupun lingkungan dan wilayah, baik sebagai gerakan rohani maupun organisasi, pokoknya setiap jenjang serta kelompok keberadaan kita manusiawi, yang kita hidupi dalam kesadaran Imanuel, telah dan sedang mendukung proses inkarnasi (= Sabda menjadi manusia) dan elevasi (= pengangkatan manusia menjadi semakin ilahi). Maka terjadilah sinergi (= pertemuan antara dua, tiga atau lebih, kekuatan ) antara daya kekuatan ilahi dengan daya kekuatan manusiawi.

Natal menjadi salah satu alasan untuk bergembira, bahkan menjadi sumber kegembiraan. Hadiah yang kita terima bukan sembarang hadiah. Hadiah itu berasal dari Allah, wujudnya adalah seorang pribadi yang lahir menjadi manusia, yaitu bayi Yesus. Betapa indahnya, betapa gembiranya suasana dan peristiwa itu. Injil Yohanes melukiskannya sebagai terang yang sedang datang menerangi setiap orang. Berbeda dengan hadiah-hadiah lainnya, hadiah dari Allah itu tidak dengan sendirinya bisa dinikmati dan dirasakan begitu saja. Untuk itu kita terlebih dahulu perlu "melihat, mengerti, dan percaya" pribadi Yesus itu. Sebab Yohanes mensinyalir: "Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya" (Yoh 1:10). Dengan kata lain, kita harus mengenal hadiah itu dan selanjutnya memanfaatkannya dalam hidup. Natal merupakan hadiah yang menggembirakan sekaligus tugas untuk melihat hidup sehari-hari dalam terang Sabda Kristus.

Saudara-saudari terkasih,

Dalam beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun yang baru. Siapkah kita dengan segala permasalahan yang bakal terjadi? Sebagai murid Tuhan dan Maria, kita akan dengan mantab berseru: “Aku siap, karena aku orang yang terpilih – yang dirahmati dan disertai Allah.” Marilah kita akhiri tahun 2010 ini dengan ucapan syukur kepada Allah, yang telah dengan setia menyertai kita --- meskipun mungkin kita kurang menyadarinya. Marilah kita proyeksikan langkah-langkah hidup kita ke masa depan, dengan keyakinan bahwa Allah akan tetap menyertai kita, dan bahkan akan memberkati, menjiwai setiap proyek kita yang kita persembahkan demi kemuliaan Dia dan keselamatan sesama manusia, mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan dan meluas-melebar untuk semua orang. Gloria in excelsis Deo, kemuliaan kepada Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.

Selamat Natal.


Jumat, 24 Desember 2010

Renungan Pagi,
Forum Katolik WebGaul,
Inspirasi Renungan Pagi

RENUNGAN NATAL: Penuh Bela Rasa, Jati Diri Manusia Sejati

Akhir-akhir ini sering dapat dibaca, dilihat, dan didengar di media massa ulasan mengenai watak atau karakter bangsa. Tidak sedikit pula seminar yang diadakan mengenai topik itu.

Dalam salah satu seminar yang diadakan di Semarang dikatakan dengan lugas bahwa kondisi (sebagian) bangsa kita cenderung mengarah pada karakter Kurawa (Kompas, 28 November 2010), yang dalam pengertian umum berarti jelek, jahat, licik, serakah, arogan, culas, tidak punya hati—semuanya demi kekuasaan, kemenangan, dan keuntungan.

Dalam kisah kelahiran Yesus dapat juga dijumpai pribadi-pribadi yang berwatak serupa. Yang paling menonjol adalah Herodes Agung. Ia adalah orang yang begitu gila hormat dan kuasa, sampai-sampai ia memusnahkan silsilahnya untuk menghapuskan jejak jati dirinya yang sesungguhnya.

Setiap orang yang dianggap mengancam kepentingannya disingkirkan, termasuk istri dan anaknya. Inilah yang menjadi latar belakang kisah pembunuhan anak-anak yang diceritakan dalam Mat 2:16-18. Masih bisa disebut nama lain, yaitu Arkhelaus (Mat 2:22), anak Herodes Agung.

Watak serakahnya ada di belakang kisah perumpamaan mengenai uang mina (Luk 19:11-27). Ia dinobatkan menjadi raja oleh Pemerintah Romawi, tentu dengan suap yang hebat karena rakyatnya sendiri sebenarnya membenci dia. Oleh karena itu, ketika berhasil menjadi raja, ia memeras rakyat, tentu dengan maksud untuk memperoleh kembali uang yang ia gunakan untuk menyuap.

Jati diri batin

Yesus yang lahir dapat dipandang sebagai kontras terhadap pribadi-pribadi seperti itu. Ia lahir di palungan karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan (Luk 2:7). Kendati tempat kelahirannya menurut pendapat umum tidak terhormat, pribadinya tetaplah mulia. Bukan tempat lahir yang menentukan jati diri atau kehormatan seseorang, melainkan diri batinnya.

Ia lahir dari garis yang sering disebut sisa Israel yang menghayati spiritualitas orang-orang miskin Allah. Mereka adalah orang-orang yang hidup berdasarkan janji, setia pada cita-cita awal yang mulia untuk menjadi umat yang hidup menurut jalan-jalan Tuhan.

Dalam bahasa sehari-hari, mereka ini adalah orang-orang yang tidak pernah kehilangan idealisme awal dan tidak pernah mau menggantinya dengan sekadar kekuasaan, gengsi, atau apa pun yang lain. Mereka bukan orang-orang oportunis atau sekadar puas dengan citra lahiriah.

Orang-orang miskin Allah ini adalah orang-orang yang sungguh beriman, bukan sekadar taat beragama. Mereka tidak seperti kaum Zelot yang dengan alasan mencintai hukum Allah, dengan tangan dingin membunuh orang-orang yang mereka anggap mengkhianati Allah.

Mereka juga tidak sama dengan orang-orang Farisi yang dengan dalih agama menindas dan menganiaya yang mereka anggap orang-orang pendosa. Mereka juga bukan seperti orang-orang Esseni yang membenci sesama warga bangsa dengan dalih agama.

Kelompok-kelompok yang disebut terakhir ini adalah orang-orang yang merasa bahwa Allah di pihak mereka, tetapi nyatanya mereka tidak mampu mengambil bagian dalam bela rasa Allah kepada manusia, padahal bela rasa sifat Allah yang utama (Luk 6:36; 2 Kor 1:3).

Dalam arus spiritualitas orang-orang miskin Allah inilah Yesus lahir, bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padanya (Luk 2:40). Selanjutnya pada waktunya Yesus akan mengatakan, ”Hendaklah kamu murah hati (berbela rasa, compassionate) seperti Bapamu adalah murah hati” (Luk 6:36).

Bela rasa inilah yang ditunjukkan Yesus sejak lahir sampai akhir hidupnya sebagaimana dapat dibaca dalam Injil. Berkali-kali dikatakan bahwa Yesus tergerak oleh bela rasa (Mt 14:14; Mrk 6:34; Luk 7:13). Bela rasa adalah jati diri batinnya.

Tergerak oleh bela rasa menunjuk pada inti pribadi, diri batin, pusat hidup manusia yang paling dalam atau dalam satu kata: hati. Dari hati itulah semua yang baik, menyejahterakan, yang menyelamatkan berasal, tumbuh, dan berkembang.

Di tengah-tengah masyarakat yang dikuasai oleh herodes-herodes yang berwatak Kurawa itulah Yesus lahir, bertumbuh dan berkembang. Dia menjadi terang besar yang datang ke tengah-tengah dunia yang gelap (bdk Yoh 1:9).

Selain Yesus yang dengan bela rasanya menjadi Sang Terang, ada terang-terang kecil lain yang juga bersinar. Mereka adalah orang-orang majus dari Timur yang langkah-langkahnya dipimpin oleh bintang (Mat 2:1-12).

Ada pula para gembala sederhana yang jalan-jalannya dituntun oleh malaikat (Luk 2:8-20). Mereka ini adalah kontras-kontras kecil, pribadi-pribadi yang jati dirinya tidak ditentukan oleh kekuasaan, kemenangan, dan keuntungan. Mereka ini adalah terang-terang kecil yang memancarkan Yesus Sang Terang yang sesungguhnya.

Terang-terang kecil seperti ini pun ada banyak tersebar di seluruh negeri kita tercinta: terang kecil itu tampak dalam diri sekian banyak relawan-relawati yang tanpa pamrih membantu saudari-saudara yang terdampak oleh bencana; dalam diri pribadi-pribadi yang berusaha membebaskan saudari-saudara mereka dari isapan lintah darat; dalam diri orang-orang yang dengan tekun mengusahakan pendidikan bagi masyarakat miskin atau terpencil; dan sekian banyak orang yang melakukan usaha mulia yang lain.

Mereka ini bekerja keras dan diam-diam dalam hati berkata, ”Aku bukanlah kekuasaan, kemenangan, atau keuntungan yang dapat kuperoleh; aku adalah hatiku yang kubagikan dalam bela rasa.”

Selamat Natal 2010.

I Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta

http://cetak.kompas.com/read/2010/12/24/02372047/bela.rasa.jati.diri.manusia.sejati

St Fransiskus dan Gua Natal



Fransiskus & Gua Natal
Cerita tentang asal mula gua Natal berawal dari kisah seorang yang sangat kudus, St. Fransiskus dari Asisi.

Pada tahun 1223, St. Fransiskus - seorang diakon - mengunjungi kota Grecio untuk merayakan Natal. Grecio adalah sebuah kota kecil di lereng gunung dengan lembah yang indah terhampar di hadapannya. Masyarakat sekitar menanami daerah yang subur itu dengan pohon-pohon anggur. St. Fransiskus menyadari bahwa Kapel Pertapaan Fransiskan akan terlalu kecil untuk dapat menampung umat yang akan hadir pada Misa Natal tengah malam. Jadi, ia mendapatkan sebuah gua di bukit karang dekat alun-alun kota dan mendirikan altar di sana. Tetapi, Misa Natal kali ini akan sangat istimewa, tidak seperti Misa-misa Natal sebelumnya.

St. Bonaventura (wafat tahun 1274) dalam bukunya “Riwayat St. Fransiskus dari Asisi” menceritakannya dengan sangat baik:

“Hal itu terjadi tiga tahun sebelum wafatnya. Guna membangkitkan gairah penduduk Grecio dalam mengenangkan kelahiran Bayi Yesus dengan devosi yang mendalam, St. Fransiskus memutuskan untuk merayakan Natal dengan sekhidmat mungkin. Agar tidak didakwa merayakan Natal dengan tidak sepatutnya, ia minta dan memperoleh ijin dari Bapa Uskup. Kemudian St. Fransiskus mempersiapkan sebuah palungan, mengangkut jerami, juga menggiring seekor lembu jantan dan keledai ke tempat yang telah ditentukannya. Para biarawan berkumpul, penduduk berhimpun, alam dipenuhi gema suara mereka, dan malam yang kudus itu dimeriahkan dengan cahaya benderang dan merdunya nyanyian puji-pujian. St. Fransiskus berada di depan palungan, bersembah sujud dalam segala kesalehan, dengan bercucuran air mata dan berseri-seri penuh sukacita; Kitab Suci dikidungkan oleh Fransiskus, Utusan Tuhan. Kemudian ia menyampaikan khotbah kepada umat di sekeliling tempat kelahiran sang Raja miskin; tak sanggup menyebutkan nama-Nya oleh karena kelembutan kasih-Nya, ia menyebut-Nya sang Bayi dari Betlehem. Seorang prajurit yang gagah berani lagi saleh, Yohanes dari Grecio, yang karena kasihnya kepada Kristus telah meninggalkan kemapanan dunia ini dan menjadi sahabat orang kudus kita, menegaskan bahwa ia melihat Bayi yang sungguh menawan luar biasa, sedang tidur dalam palungan. Dengan sangat hati-hati, St. Fransiskus menggendong-Nya dalam pelukannya, seolah-olah takut membangunkan sang Bayi dari tidur-Nya. Penglihatan prajurit yang saleh ini dapat dipercaya, tidak saja karena kesalehan ia yang melihatnya, tetapi juga karena mukjizat-mukjizat yang terjadi sesudahnya meneguhkan kebenaran itu. Sebagai contoh St. Fransiskus, jika dianggap oleh dunia cukup meyakinkan, dapat menggairahkan segenap hati yang tak peduli akan iman kepada Kristus, dan jerami dari palungan, yang disimpan oleh penduduk, secara ajaib menyembuhkan segala macam penyakit ternak, dan juga wabah-wabah lainnya. Dengan demikian, Tuhan dalam segala hal memuliakan hamba-Nya dan meneguhkan kemanjuran doa-doa kudusnya yang luar biasa dengan mengadakan keajaiban-keajaiban serta mukjizat-mukjizat.”

Meskipun kisah di atas cukup kuno, pesannya bagi kita jelas. Gua Natal yang kita tempatkan di bawah pohon Natal merupakan tanda pengingat yang kelihatan akan malam itu ketika Juruselamat kita dilahirkan. Semoga kita senantiasa ingat untuk melihat dalam hati kita, sang Bayi mungil dari Betlehem yang datang untuk membebaskan kita dari dosa. Semoga kita senantiasa ingat bahwa kayu palungan yang membuai-Nya dengan nyaman dan aman, suatu hari kelak akan menyediakan kayu salib bagi-Nya. Semoga kita juga senantiasa memeluk Dia dengan segala cinta dan kasih sayang seperti yang dilakukan St. Fransiskus. Kepada segenap pembaca, saya mengucapkan Selamat Hari Natal yang kudus.


* Fr. Saunders is president of Notre Dame Institute and pastor of Queen of Apostles Parish, both in Alexandria. sumber : “Straight Answers from Fr. William Saunders: St. Francis and the Christmas Creche”; Copyright (c) 1996 Arlington Catholic Herald, Inc. All rights reserved. Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

Minggu, 26 Desember 2010 Pesta Keluarga Kudus dan Pesta St Stefanus, Martir Pertama

Minggu, 26 Desember 2010
Pesta Keluarga Kudus & Pesta St. Stefanus, Martir Pertama

Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. <--> Mzm 97:11

Antifon Pembuka

Para gembala bergegas datang dan bertemu dengan Maria dan Yosef serta Sang Bayi yang terbaring di palungan.

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang Mahakuasa dan tak tampak, Engkau telah mengusir kegelapan dunia dengan kedatangan cahaya-Mu. Kami mohon, pandanglah kiranya kami dengan wajah berseri, agar kami dapat memuji agungnya kelahiran Putera-Mu yang tunggal dengan suara yang pantas. Sebab Dialah Tuhan pengantara kami,yang hidup dan berkuasa, bersama Bapa dan Roh Kudus Allah sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Putra Sirakh (3:2-6,12-14)

"Orang takwa menghormati ibu-bapanya."

Anak-anakku, dengarkanlah aku: Tuhan menghendaki agar anak-anak menjunjung tinggi bapanya; Tuhan pun mengokohkan hak ibu atas anak-anaknya. Barangsiapa menghormati bapanya, ia memberi silih atas dosa-dosa, dan siapa menghargai ibunya, ia sama dengan orang yang mengumpulkan harta. Barangsiapa menghormati bapanya, ia sendiri akan mendapat kesukaan pada anak-anaknya, dan apabila ia sembahyang, pasti doanya akan dikabulkan. Barangsiapa menjunjung tinggi bapanya, akan panjang umur, dan orang yang taat kepada Tuhan, menenangkan hati ibunya. Anakku, tolonglah bapamu pada masa tuanya, dan jangan menyakiti hatinya di masa hidupnya. Kalau akalnya sudah berkurang, hendaknya engkau tetap memaafkannya, jangan menghina dia sewaktu engkau masih berjaya, Kebaikan yang ditujukan kepada Bapa, tidak akan terlupakan; sebaliknya akan diperhitungkan sebagai silih atas segala dosamu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 841
Ref. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan
Ayat. (Mzm 128:1-2.3.4-5; R:1)
1. Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
2. Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur yang ada di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di se keliling mejamu!
3. Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan, orang laki-laki yang takwa hidupnya. Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion: boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Kolose (3:12-21)

"Tata hidup keluarga di dalam Tuhan."

Saudara-saudara, kamulah orang pilihan Allah, yang dikuduskan dan dikasihi oleh-Nya. Maka hendaknya kamu pun berbelas kasihan, penuh kemurahan dan kerendahan hati, penuh kelembutan dan kesabaran. Hendaknya kamu sabar seorang terhadap yang lain, dan hendaknya kamu saling mengampuni bila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain. Sebagaimana Kristus memberi ampun terhadap kamu, demikian pula kamu hendaknya. Dan di atas semuanya itu, kenakanlah kasih, tali pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Semoga damai sejahtera Kristus menguasai hatimu, karena untuk itulah kamu dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Semoga Sabda Kristus dengan segala kekayaannya tinggal di antara kamu. Hendaknya kamu saling mengajar dan menasihati dengan segala hikmat. Lagukanlah mazmur, puji-pujian, dan nyanyian rohani, untuk mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah itu demi nama Tuhan Yesus Kristus, dan dengan pengantaraan-Nya bersyukurlah kepada Allah, Bapa kita. Hai para isteri, tunduklah kepada suamimu sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai para suami, kasihilah isterimu, dan jangan berlaku kasar kepadanya. Hai anak-anak, taatilah orangtuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai para bapa, janganlah menyakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Kol 3:15a.16a)
Semoga damai Kristus melimpahi hatimu, semoga sabda Kristus berakar dalam dirimu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (2:13-15,19-23)

"Bawalah Bayi serta ibu-Nya mengungsi ke Mesir."

Setelah orang-orang majus yang mengunjungi Bayi Yesus di Betlehem itu pulang, tampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi. Malaikat itu berkata, "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku." Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati." Lalu Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel. Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. Setibanya di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Rekan-rekan yang baik!

Kemarin Matt mengajak ke pasar malam Piazza Navona dan menikmati vino cotto sekadar penghangat di musim dingin ini. Kayak minum kopi joss di bilangan stasiun Tugu di Yogya di malam bediding. Pada kesempatan itu dibicarakan Injil yang dibacakan dalam Perayaan Keluarga Kudus kali ini ialah Mat 2:13-15.19-23. Kisahnya sudah banyak dikenal. Atas suruhan malaikat lewat sebuah mimpi, Yusuf membawa Yesus dan Maria menyingkir ke Mesir menghindari tangan kejam Herodes yang mau membunuh. Petunjuk malaikat dengan cara yang sama membuatnya kembali bersama keluarganya. Sekali lagi di tanah asalnya bisikan dalam mimpi membawanya pindah ke utara, dan menetap di Nazaret di Galilea. Matius menggambarkan riwayat sebuah keluarga yang menghadapi macam-macam kesulitan tetapi tetap disertai lindungan ilahi. Setelah uraian tentang Injil akan ditambahkan satu dua catatan mengenai bacaan pertama (Sir 3:2-6.12-14).

KISAH MASA KECIL YESUS

Boleh dikatakan, membaca Kisah Masa Kecil Yesus ada seninya tersendiri. Pokok-pokok yang dikisahkan dapat dan bahkan sebaiknya dibayangkan dengan cara yang cukup bebas. Kita juga biasa menggambarkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita itu. Cara ini bahkan sudah menjadi motif seni lukis dan pementasan selama berabad-abad. Dari keempat penginjil hanya Matius dan Lukas-lah yang mengisahkan masa kecil Yesus. Kedua Injil ini berbicara kepada orang-orang yang sudah mulai mengenal Yesus (lewat Markus) dan kini mau mengerti apa artinya menjadi muridnya dengan mendalami asal usulnya, keluarganya, masa kecilnya. Nanti akan tiba saatnya murid akan berbagi kehidupan rohani dengan Yesus sendiri, berbagi sangkan paran dengannya. Itulah saatnya Injil Yohanes dapat membantu lebih jauh. Di situ tidak lagi ada kisah masa kanak-kanak.

Dalam upaya membaca secara kreatif itu tadi dapat kita bayangkan tokoh-tokoh yang berperan dalam kisah Yusuf bersama Maria dan Yesus mengungsi ke Mesir, kemudian pulang dan menetap di Galilea. Ada empat tokoh, yang pertama ialah malaikat yang menampakkan diri dalam mimpi, kemudian Yusuf, dan "Anak serta ibunya", akhirnya "Herodes, ayah dan anak." Boleh jadi di antara rekan ada yang heran mengapa "Ibu dan anak" dianggap satu tokoh dan bukan dua. Di situlah kita perlu mengikuti cara bercerita Matius dengan teliti dan berusaha memahami maksudnya. Bila kita baca dari dekat ay. 13, 14, 20, 21, Yesus dan Maria kedua-duanya selalu disebutkan bersama. Mereka tidak dapat dipisahkan. Jadi Matius menampilkan mereka sebagai satu tokoh dengan "dua sisi". Memang penokohan seperti ini hanya muncul dalam hubungan dengan tindakan Yusuf yang mengikuti petunjuk malaikat, yakni membawa mereka mengungsi, membawa mereka kembali. Bagaimanapun juga kita diajar Matius untuk membayangkan Yesus kanak-kanak dan Maria, yang hanya disebut sebagai "ibunya", sebagai kesatuan, sebagai satu pribadi yang tak terpisahkan. Namun lebih penting lagi, "anak dan ibunya" itu ditampilkan Matius sebagai tokoh yang dilindungi oleh daya-daya langit dengan cara yang amat manusiawi, dengan memakai kesahajaan orang seperti Yusuf.

Kekuatan jahat ditokohkan dengan sosok yang memiliki "dua sisi" juga, yakni Herodes dan anaknya. Namun kekuatan ini tidak dapat berbuat banyak. Bukan tanpa maksud Matius menggambarkan Herodes ayah-anak itu sebagai kekuatan gelap yang turun-temurun yang mau merusak dan menghancurkan kehadiran Allah di antara manusia. Menyadari hal itu dapat membuat kita mengerti gerak gerik kehadiran kekuatan yang jahat di dunia ini: hadir terus, memakai kekuasaan dan menungganginya untuk memusuhi kemanusiaan. Tidak lagi penting lagi siapa persisnya yang membadankan kuasa ini. Yang mencolok ialah perkaranya, kegiatannya. Kekuatan jahat bisa memakai orang ini atau orang itu, Herodes yang dulu atau Arkhelaus, anaknya. Sekarang pun masih ada dalam macam-macam bentuknya yang hanya dapat dikenal oleh orang yang jeli batinnya seperti Yusuf.

KESAHAJAAN YUSUF

Kesahajaan Yusuf membuat kekuatan jahat itu tidak bisa berbuat banyak walau kuasa mereka tidak dipunahkan. Sekaligus kesahajaan orang seperti Yusuf itu menjadi kebijaksanaan yang menyelamatkan. Yusuf paham situasi zaman. Matius menyiratkan hal ini dengan cara diam-diam pada ay. 22. Dikatakannya bahwa Yusuf mendengar bahwa yang menjadi raja di Yudea ialah anak Herodes, dan kemudian disebutkan ia takut ke sana. Dengan segala sisi kemanusiaannya, termasuk rasa takut juga, Yusuf mampu membaca gerak-gerik daya-daya yang luar biasa itu. Ia pandai membaca tanda-tanda ke mana kekuatan jahat mengarah. Namun lebih dari itu, ia mahir mengenal bimbingan ilahi dan dapat menurutinya. Dan bimbingan ilahi datang sesuai dengan kejelian Yusuf. Pada ay. 22 itu tidak lagi diceritakan malaikat menampakkan diri kepadanya dalam mimpi dan memberi tahu apa yang mesti dikerjakannya. Hanya disebutkan Yusuf "dinasihati dalam mimpi". Matius seolah-olah hendak menyarankan, kini Yusuf sudah jadi orang yang peka akan bimbingan dari atas. Ia tahu apa yang mesti diperbuat. Dan memang yang dikerjakannya sejalan dengan yang diisyaratkan dari dunia keramat tadi.

Dari satu sudut pandang tertentu memang Yusuf ditampilkan sebagai tokoh buat-buatan yang dimunculkan untuk memudahkan orang memahami cara Tuhan melindungi "anak dan ibunya" tadi. Tetapi bila dibaca dengan minat untuk mengerti kemanusiaan, sambil merasa-rasakan apa yang dialami Yusuf, akan tampil seorang tokoh Yusuf yang sungguh nyata, yang berhasil menjalani liku-liku kehidupan dengan bimbingan ilahi menghindari jatuh ke dalam pengaruh yang jahat. Yusuf itu "orang pintar" yang ideal, tokoh kebatinan yang berpijak di bumi. Dia itu seperti Yusuf di Mesir yang pandai membaca arti mimpi, juga seperti Daniel si bijak yang akrab dengan dunia malaikat. Memang Matius berbicara kepada pembaca yang tahu alam pikiran Perjanjian Lama. Mereka itu segera menangkap maksudnya.

OMONG-OMONG DENGAN MATT

Inilah sepenggal pembicaraan dengan Matt mengenai Injil tadi.

GUS: Matt, kenapa kau buat cerita keluarga kudus itu mengungsi ke Mesir dan balik lagi?
MATT: Dalam ay. 15 kan kujelaskan, ini supaya digenapi yang difirmankan Tuhan dalam Hos 11:1, "Dari Mesir Kupanggil anak-Ku!"
GUS: Kalau boleh kutebak, kau itu waktu ingat Musa dan umat yang dipimpinnya kan? Dan menerapkannya kepada Yesus, ya cak?
MATT: Ekseget! Tapi musti juga kalian tekankan, dulu Musa dan orang-orang yang dibawanya itu rombongan penakluk tanah terjanji. Sekarang ini cuma satu keluarga kecil yang sering kalian orang modern gambarkan sebagai Yusuf yang sedang menuntun keledai yang dinaiki Maria yang menggendong anaknya.
GUS: Jadi sekarang bukan lagi perkara menaklukkan tanah terjanji dengan pekik kemenangan, tapi menampilkan sosok kemanusiaan yang membiarkan diri dibimbing kekuatan ilahi menjauhi yang jahat?
MATT: Bener! Aku cuma mau mencatat gambaran orang dulu mengenai keluarga yang kalian rayakan sekarang sebagai keluarga kudus. Dalam usia waktu itu Yesus belum tampil sebagai dirinya sendiri. Ia masih perlu dibesarkan ibunya. Maka dia kusebut dalam hubungan dengan ibunya. Tapi setelah agak besar ia akan diasuh bapa keluarga, siapa itu tak penting, apa ayahnya atau orang yang menjalankan peran itu.
GUS: Dan kau mau menekankan Yusuf itulah yang mengasuh dan membesarkannya?
MATT: Ya, juga untuk menunjukkan siapa Yusuf itu. Dari dialah nanti Yesus akan mendapat banyak. Belajar mengenal dunia, belajar mengenal BapaNya di surga. Belajar memperhatikan orang-orang lain seperti Yusuf sendiri.
GUS: Tapi, Matt, apa bisa dikatakan bagi orang zaman sekarang bahwa tokoh Yusuf sendiri sebenarnya bukan pusat pengisahan. Yang mau kautonjolkan kan peranannya sebagai pengasuh. Jadi dengan kepolosan seperti yang ada pada Yusuf itu, siapa saja bisa ikut membesarkan kehadiran Yang Ilahi, merawatnya dengan penuh perhatian. Ulah batin katakan saja begitu.
MATT: Dan itulah kebijaksanaan yang masih bisa berlaku bagi orang zaman apa saja. Yes, an appeal to humanity, nothing is more convincing than that, my friend. Dari situ baru bisa orang mulai omong tentang yang di surga sana.

Dan malam itu kami pun ngobrol mengenai apa saja. Beberapa kenalan ikut nimbrung mempersiapkan homili di tengah keramaian pasar malam. Asyik. Malam itu di rumah saya bolak-balik membayangkan cara Matt membicarakan kisah-kisah keluarga kudus yang disusunnya itu. Dia yang kelihatannya tradisional dan suka ngikut establishment itu sebenarnya orang yang berpikir merdeka tapi juga yang amat menghormati sudut-sudut keramat dalam kehidupan ini. Ternyata dengan cara yang tak habis saya mengerti itu Matt mampu menampilkan Yusuf sang Pendiam itu sebagai orang pintar yang besar peranannya.

DARI BACAAN PERTAMA

Pada awal petikan Sirakh 3:2-6.12-14 ditandaskan bahwa anak-anak ialah penghargaan yang nyata-nyata telah diberikan Tuhan ("Tuhan telah memuliakan") kepada seorang bapak. Anak-anak juga menjadi tanda dari atas bahwa seorang ibu benar-benar telah berhasil mendidiknya ("hak atas para anaknya diteguhkan-Nya"). Pernyataan dalam ay. 2 itu diberikan bukan sebagai anjuran melainkan sebagai penegasan mengenai yang betul-betul sudah terjadi.

Bisa disimpulkan bahwa orang tua anak-anak tadi memang dekat pada Tuhan dan mampu melihat dan memperlakukan keturunan mereka sebagai pemberian dari-Nya. Ayat-ayat selanjutnya dalam bacaan ini menyampaikan "penerapan" kenyataan tadi dari sisi anak. Dikatakan dalam ay. 3. bahwa menghormati bapak menjadi silih dari dosa dan memuliakan ibu sama dengan mengumpulkan harta, dan orang yang demikian tentunya juga bakal menemukan kebahagiaan pada anak-anaknya nanti dan mujur hidupnya serta panjang umurnya. Begitu seterusnya ditandaskan bahwa berbakti terhadap bapak atau ibu mendatangkan kebaikan bagi sang anak.


Pada akhir ay. 6 muncul kembali sisi ilahi. Disebutkan, orang yang taat kepada Tuhan mendatangkan ketenangan bagi ibunya. Dalam bahasa aslinya, "taat" diungkapkan sebagai "mendengarkan dan menuruti". Penandasan bahwa "orang yang taat kepada Tuhan menenangkan ibunya" di sini berisi ajakan yang ditujukan baik kepada sang anak maupun kepada ibunya - dan tentunya kepada orang tua pada umumnya. Kepada anak diminta agar menjaga ketenangan batin orang tuanya dan kepada orang tua diisyaratkan agar melihat anaknya dalam hubungan dengan Tuhan, bukan hanya dengan diri mereka sendiri. Ini imbauan agar orang tua tidak memaksa-maksakan pandangan atau keinginan-keinginan mereka sendiri kepada anak-anak mereka. Mereka hendaknya memberi ruang kepada Tuhan untuk ikut membesarkan anak mereka sehingga mahir mengenali-Nya, mendengarkan-Nya, dalam bahasa bacaan kali ini, "taat kepada-Nya".


Dan keterbukaan seperti itulah yang membuat keluarga juga menjadi tempat Yang Ilahi bisa hadir, seperti yang terjadi dalam keluarga kudus yang pestanya dirayakan kali ini. Sang bapak keluarga, Yusuf, membiarkan kebijaksanaan ilahi sendiri membimbing perjalanan hidup keluarganya. Dan inilah perlindungan terbaik yang bisa diberikannya kepada anak dan ibunya.


Salam hangat,

A. Gianto

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy