Minggu, 09 Januari 2011
Pesta Pembaptisan Tuhan
(Hari Minggu Biasa I)
“Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum." (Yes 42:3)
Antifon Pembuka
Setelah Yesus dibaptis, terbukalah langit, dan Roh Kudus seperti burung merpati turun pada-Nya, serta terdengarlah suara Bapa, “Inilah Putera-Ku terkasih, pada-Nya Aku amat berkenan.”
Doa Renungan
Allah Bapa yang kekal dan kuasa, Engkau telah memaklumkan Yesus Kristus sebagai Putera-Mu, ketika sesudah pembaptisan-Nya di sungai Yordan, Ia keluar dari air, dengan disaksikan oleh Roh Kudus yang turun pada-Nya seperti burung merpati. Kami pun telah Kauangkat menjadi putera dan puteri-Mu, ketika kami dilahirkan kembali dari air dan Roh Kudus. Kami mohon semoga kami tetap setia dan hidup pantas sebagai putera dan puteri-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.
Pembacaan dari Kitab Yesaya (42:1-4.6-7)"Lihat, itu hamba-Ku, yang kepadanya Aku berkenan."
Beginilah firman Tuhan, "Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku yang kepadanya Aku berkenan. Aku menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suaranya, atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan ia padamkan, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya." Beginilah firman Tuhan, "Aku, Tuhan telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan. Aku telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan membuat engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara.
Demikianlah sabda Tuhan.U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 4/4, PS 846Ref. Tuhan memberkati umat-Nya dengan damai sejahtera.Ayat. (Mzm 29:1a.2.3ac-4.3b+9b-10; R:11b)1. Sampaikanlah kepada Tuhan, hai penghuni surga, sampaikanlah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan!
2. Suara Tuhan terdengar di atas air, suara Tuhan mengguruh di atas air yang besar. Suara Tuhan penuh kekuatan, suara Tuhan penuh semarak.
3. Allah yang mulia mengguntur. Di dalam bait-Nya setiap orang berseru, "Hormat!" Tuhan bersemayam di atas air bah, Tuhan bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya.
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (10:34-38)
"Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus."
Sekali peristiwa Allah menyuruh Petrus menemui perwira Romawi dan seisi rumahnya. Setibanya di rumah sang perwira, Petrus berkata. "Sesungguhnya Allah tidak membeda-bedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Allah dan mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh karena Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang. Kamu tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea mulai dari Galilea sesudah pembaptisan yang diberitakan oleh Yohanes, yaitu tentang Yesus dari Nazaret: Bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa. Yesus itu telah berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.
Demikianlah sabda Tuhan.U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 2/2, PS 957Ref. Alleluya, alleluya Ayat. (Mrk 9:6; 2/4)
Langit terbuka, dan terdengarlah suara Bapa, "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia!" Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (3:13-17)
"Sesudah dibaptis, Yesus melihat Roh Allah turun ke atas-Nya."
Ketika Yohanes membaptis di Sungai Yordan, datanglah Yesus dari Galilea ke sana untuk dibaptis olehnya. Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya, "Akulah yang mesti dibaptis oleh-Mu! Masakan Engkau yang datang kepadaku!" Lalu Yesus menjawab kepadanya kata-Nya, "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanes pun menurutinya. Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air, dan pada waktu itu juga langit terbuka, dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari surga yang mengatakan, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Renungan
Kisah pembaptisan Yesus di Sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis, mengingatkan saya akan pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang guru agama Katolik, ketika saya duduk di bangku SMP. Saat itu guru kami bertanya: “Apakah dengan pembaptisan mau menyatakan bahwa sebenarnya Yesus pun memiliki dosa?”.
Saudara-saudara yang terkasih di dalam Kristus,
Upacara pembaptisan sendiri sudah berakar di dalam tradisi Yahudi. Ada tuntutan bahwa seseorang perlu membersihkan dirinya dari dosa dan kenajisan lewat suatu upacara permandian, sehingga ia dapat mengikuti suatu upacara agama (bdk. Im 15:5,8,10,13; 16:4). Inisiasi dengan upacara pembaptisan di kalangan Yahudi pada zaman Yesus antara lain sebagai pengenangan akan bangsa Yahudi yang melintasi Laut Merah. Gerakan Yohanes Pembaptis yang membaptis umat Yahudi, muncul dalam bingkai tersebut. Pembaptisan dilakukan dalam rangka pertobatan dan mempersiapkan orang dalam menghadapi “murka Allah yang akan datang” (Mat 3:4). Pertobatan melalui pembaptisan merupakan jalan keluar agar Allah mengampuni dosa.
Pembaptisan pada dasarnya merupakan hal yang cukup biasa, tetapi menjadi luar biasa manakala “tamu” yang datang meminta untuk dibaptis adalah Yesus sendiri. Di sinilah kita dapat memahami keheranan, kebingungan dan mungkin juga kegelisahan yang dialami oleh Yohanes saat itu. Oleh karenanya, secara spontan Yohanes mencegah Yesus. Tidak mungkin dirinya membaptis orang yang lebih besar darinya (Mat 3:14-15). Justru dirinyalah yang seharusnya dibaptis oleh Yesus. Keberatan itu kemudian memperoleh tanggapan dari Yesus: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah" (Mat 3:15). Tanggapan itu sekaligus menjelaskan bagaimana Yesus yang tak berdosa dapat mengalami suatu baptis pertobatan.
Saudara-saudari yang dikasihi Allah.
Baik Yesus maupun Yohanes merupakan cerminan pribadi yang dengan kerendahatiannnya taat kepada Allah. Yohanes berusaha membiarkan dirinya menuruti (= sejajar) dengan kemauan Yesus. Ketakutan dan keraguan dalam dirinya bukan lagi menjadi halangan untuk melakukan perintah Yesus. Yesus sendiri memberi teladan bagaimana memenuhi kehendak Allah. Sangat berbeda dengan kaum Farisi yang menganggap dirinya istimewa dan tidak mau dibaptis oleh Yohanes pembaptis (bdk. Luk 7:30). Dengan dibaptis, maka Yesus melakukan kehendak Allah secara penuh. Ia tidak hanya bisa mengajar para pengikut-Nya, tetapi mampu menjadi figur Anak Allah sejati yang taat pada Bapa-Nya. Status sebagai anak Allah semata-mata muncul karena sikap penyerahan diri dan kepatuhan yang utuh pada kehendak Bapa. "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan" (Mat 3:17). Kepatuhan, ketaatan, sikap penyerahan diri dan akhirnya percaya pada kehendak Allah hanya mungkin terjadi kalau ada kerendahatian.
Peristiwa pembaptisan Yesus sekaligus juga mau mengingatkan kita akan makna baptis yang kita terima. Dengan baptis, manusia dibebaskan dari dosa, dilahirkan kembali serupa sebagai anak-anak Allah serta digabungkan dengan Gereja setelah dijadikan serupa dengan Kristus oleh materai yang tak terhapuskan (bdk. Kan. 849). Unsur yang nampak di sini adalah bahwa kita juga disatukan dengan Kristus sebagai Anak Allah. Kristus telah tinggal dalam diri kita. Alhasil umat beriman pun mempunyai perutusan yang sama seperti Kristus di dunia. Setelah dibaptis, seperti Dia, kita diajak untuk “berjalan keliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai iblis” (Kis 10:38). Kita menjadi Anak Allah sekaligus juga Hamba Allah. Melalui pembaptisan, Roh Allah dicurahkan kepada hati semua umat beriman “supaya ia menyatakan hukum-Nya kepada bangsa-bangsa” (Yes 42:1). Kita semua yang telah dibaptis akhirnya dipanggil untuk mewartakan keselamatan kepada semua orang. Baptisan memeteraikan seseorang untuk menjalani perutusannya sebagai pewarta Kerajaan Allah. Kesadaran menjalani hidup sebagai sebuah perutusan ilahi harus terus menerus bergema dalam hati semua orang beriman.
Oleh karena itu, sikap rendah hati harus menjadi sebuah disposisi batin yang terus menerus dimiliki oleh seorang Hamba Allah. Kerendahatian memampukan kita menjalankan tugas – tugas pelayanan yang dipercayakan pada kita secara sempurna. Kerendahatian membantu kia untuk senantiasa taat pada kehendak Allah yang bergema di dalam hati dan diri. Kerendahatian itu pulalah yang membuat kita memasrahkan segala daya upaya pada penyelanggaraan ilahi. Hamba Allah dalam konteks dewasa ini adalah setiap orang yang mengabdi tanpa pamrih, yang rela menjalankan tugas rutin sehari-hari tanpa merasa bosan. Semuanya semata-mata karena Allah yang berkehendak dan mengutus diri kita.
Salam,
Prasetyo H.Wicaksono