| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Jumat, 18 Februari 2011 Hari Biasa Pekan VI

Jumat, 18 Februari 2011
Hari Biasa Pekan VI

Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (Markus 8:34)

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, betapa besarnya perhatian-Mu dalam hidupku. Semoga aku mampu menikmati kasih-Mu dan dengan rela memikul salib kami. Kami juga melihat secercah harapan yaitu kehidupan kekal dan kemuliaan yang daripada-Mu. Maka, berilah keteguhan kepada kami pada hari ini agar kami setia memanggul salib kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Kejadian (11:1-9)

"Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan bahasa mereka."

Pada zaman dahulu di seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya. Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana. Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat. Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi." Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu,dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing." Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah bangsa yang dipilih Tuhan menjadi milik pusaka-Nya.
Ayat. (Mzm 33:10-11.12-13.14-15)

1. Tuhan menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa. Tetapi rencana Tuhan tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun.
2. Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya! Tuhan memandang dari surga, dan melihat semua anak manusia.
3. Dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi. Dialah yang membentuk hati mereka, dan memperhatikan segala pekerjaan mereka.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Kalian Kusebut sahabat-sahabat, sebab kepada kalian Kusampaikan apa saja yang Kudengar dari Bapa.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:34-9:1)

"Barangsiapa kehilangan nyawa demi Aku dan Injil akan menyelamatkan nyawanya."

Pada suatu ketika Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus." Kata-Nya lagi kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Anton pusing bukan kepalang, sudah empat bulan dia lulus dari perguruan tinggi tapi ia belum juga mendapatkan pekerjaan. Sebenarnya sudah beberapa kali Anton berhasil masuk sampai tahap wawancara, tapi setelah itu panggilan kerja yang ia tunggu-tunggu tak juga datang.

Suatu hari ia bertemu dengan teman kuliahnya dulu. Temannnya itu baru saja pulang kerja. Lalu, masuklah mereka ke sebuah restoran dan mengobrol di sana. Anton kemudian menceritakan kesulitan yang dialaminya dalam mencari pekerjaan. "Masa beberapa perusahaan yang aku lamar memintaku untuk bekerja lembur pada hari-hari tertentu dan setiap enam bulan sekali karyawannya akan ditugaskan ke luar kota. Ya aku tidak mau lah...", keluh Anton.

Temannya itu lalu menjawab "Aku tahu sekarang kenapa sampai sekarang hari ini kamu belum juga mendapat pekerjaan. Kalau kamu mau ikut perusahaan tertentu, itu berarti kamu juga harus siap mengikuti aturan-aturan yang ada dan keputusan-keputusan yang ditetapkan perusahaan tersebut kepada karyawannya. Tidak bisa bersikap semau kita sendiri. Dari sana perusahaan akan melihat komitmen kita terhadap perusahaan tersebut." Mendengar hal itu, Anton hanya terdiam dan memikirkan masukan dari temannya itu.

Sering kali kita pun bersikap seperti Anton. Kita mau mengikuti suatu hal, tetapi kita sendiri tidak mau merendahkan hati untuk sungguh-sungguh mengikuti hal tersebut. Hal mengikuti Yesus tentu saja lebih besar dari hal mencari pekerjaan. Ada banyak hal yang dituntut Yesus dari kita bila kita ingin mengikuti-Nya dan mendapatkan keselamatan. Seperti yang Yesus katakan, bahwa mengikuti Dia berarti harus siap menyangkal diri dan memikul salib.

Mengikuti Yesus tidak bisa setengah-setengah. Meskipun keputusan dan sikap yang kita ambil membuat kita menderita, tapi itulah salib yang harus kita tanggung bila mau mengikut Dia, karena memang Yesus menginginkan komitmen 100% dari para pengikut-Nya.

Tuhan Yesus, aku sungguh ingin mengikuti Engkau dengan segenap hatiku. Bimbing aku agar dari hari ke hari komitmenku kepada-Mu semakin penuh. Amin

Oase Rohani 2011, Renungan dan Catatan Harian

Kamis, 17 Februari 2011 Hari Biasa Pekan VI

Kamis, 17 Februari 2011
Hari Biasa Pekan VI

Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi akan kemuliaan-Mu --- Mzm 102:16

Doa Renungan

Allah Bapa, aku bersukacita bersama dengan menyingsingnya fajar pada pagi hari ini. Banyak harapan maupun cita-cita yang tersimpan di dalam lubuk hatiku. Namun hanya ada satu harapan yang Kausukai dari kami, yaitu lebih mengenal-Mu dari hari ke hari. Semoga perjalanan hari ini memberikan pengalaman iman, harapan dan kasih bagiku, sehingga dapat menjadi saksi-Mu bagi sesama kami. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Busur Tuhan telah Ia letakkan di awan sebagai tanda perjanjian bahwa Tuhan akan mendatangkan damai di atas bumi. Damai itu akan dapat dirasakan manusia, apabila manusia setia pada perjanjian-Nya dengan menghormati setiap makhluk hidup di muka bumi. Hal itu dilukiskan dalam perintah agar beranak cucu dan menghindari pertumpahan darah.

Pembacaan dari Kitab Kejadian (9:1-13)

"Pelangi-Ku akan Kutempatkan di awan sebagai tanda perjanjian antara Aku dan bumi."

Sesudah air bah, Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta bersabda kepada mereka, "Beranakcucu dan bertambahbanyaklah, serta penuhilah bumi. Kalian akan ditakuti oleh segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut. Ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan. Segala yang bergerak dan hidup akan menjadi makananmu. Aku memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau. Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kalian makan. Tetapi mengenai darahmu, yakni nyawamu, Aku akan menuntut balasnya. Dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. Siapa yang menumpahkan darah, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia menurut gambar-Nya sendiri. Tetapi kalian, beranakcucu dan bertambahbanyaklah, sehingga tak terbilang jumlahmu di atas bumi, ya, bertambahbanyaklah di atasnya". Bersabdalah Allah kepada Nuh dan anak-anaknya, "Camkanlah, Aku mengadakan perjanjian dengan kalian dan keturunanmu, dan dengan segala makhluk hidup yang ada besertamu; yakni burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi, segala yang keluar dari bahteramu, segala binatang di bumi. Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kalian, bahwa sejak kini segala yang hidup takkan dilenyapkan oleh air bah lagi dan takkan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi". Allah bersabda pula, "Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kalian serta segala makhluk hidup yang ada sertamu, turun-temurun untuk selama-lamanya: Busur-Ku akan Kutempatkan di awan sebagai tanda perjanjian anta Aku dan bumi".
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan memandang dari surga ke bumi.
Ayat. (Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23; R: 20b)
1. Bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi menyegani kemuliaan-Mu, bila Engkau sudah membangun Sion, dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Mu; bila Engkau mendengarkan doa orang-orang papa, dan tidak memandang hina doa mereka.
2. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab Ia telah memandang dari tempat-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari surga ke bumi, untuk mendengarkan keluhan orang tahanan, dan membebaskan orang-orang yang ditentukan harus mati.
3. Anak hamba-hamba-Mu akan diam dengan tenteram dan anak cucu mereka akan tetap ada di hadapan-Mu, supaya nama Tuhan diceritakan di Sion, dan Dia dipuji-puji di Yerusalem, apabila para bangsa berkumpul bersama-sama dan kerajaan-kerajaan berhimpun untuk beribadah kepada Tuhan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.

Rupanya tidak cukup hanya tahu siapakah Yesus, atau dapat menerangkan bahwa Ia adalah Mesias. Yang penting lagi dari kedua hal di atas, yaitu orang mampu percaya dan hidup dari iman akan Yesus. Karena itulah dengan keras Yesus menegur Petrus.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:27-33)

"Engkaulah Kristus.... Anak Manusia harus menderita banyak."

Pada suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, "Kata orang, siapakah Aku ini?" Para murid menjawab, "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi". Yesus bertanya lagi kepada mereka, "Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini" Maka Petrus menjawab, "Engkaulah Mesias!" Dan Yesus melarang mereka dengan keras, supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, katanya, "Enyahlah Iblis! Sebab Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia".
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.


Renungan


Allah memperhitungkan Nuh sebagai orang benar karena imannya. Bahtera yang dibangun oleh Nuh menjadi sarana keselamatan dari Allah. Suatu bahtera keselamatan! Ia diberkati oleh Allah disertai firman: ”Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi” (Kej. 9:1).

Selanjutnya, Allah mengadakan perjanjian (covenant) dengan Nuh ”bahwa sejak kini segala yang hidup takkan dilenyapkan oleh air bah lagi dan takkan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi” (Kej. 9:11). Walaupun ada kekurangan karena ketidaktaatan manusia, Allah tidak memusnahkan makhluk ciptaan-Nya sendiri karena masih ada orang-orang yang benar, taat, dan beriman, seperti Nuh. Busur (pelangi) mengingatkan kita akan janji Allah serta pemeliharaan-Nya yang menetap. Allah tidak ingin memusnahkan kita. Dia ingin tetap memelihara kita dalam kasih-Nya.

Dalam Injil hari ini Petrus mengakui dengan imannya bahwa Yesus adalah Mesias: ”Engkau adalah Mesias!” (Mrk. 8:29). Walaupun ada inkonsistensi dalam pernyataan dan sikap Petrus, yang menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya, sehingga ia dimarahi Yesus. Namun, keteguhan imannya sungguh diperhitungkan. Oleh karena itu, ia diangkat menjadi gembala dan kepala Gereja perdana.

Tuhan Yesus Kristus, peliharalah aku dalam kasih-Mu dan berilah aku rahmat ketaatan dan keteguhan iman agar aku menjadi orang benar. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian

Rabu, 16 Februari 2011 Hari Biasa Pekan VI

Rabu, 16 Februari 2011
Hari Biasa Pekan VI

Jika dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah dahulu membenci Aku daripada kamu." (Yoh 15:18)

Doa Renungan

Selamat pagi ya Allah, Engkau menganugerahkan kepadaku penglihatan untuk menikmati keindahan alam ciptaan-Mu. Sebagaimana mata orang buta yang Engkau celikkan, semoga juga Engkau mencelikkan kebutaan mata hati kami yang sering kurang mampu melihat kehendak-Mu dalam hidup kami. Sehingga mata hati kami lebih peka dalam menyadari kehadiran-Mu pada hari ini. Sebab Engkaulah Tuhan, Pengantara kami, yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.

Burung merpati yang pulang kembali dengan membawa sehelai daun Zaitun, menjadi tanda bahwa Tuhan mendatangkan damai di atas bumi. Dan setelah mengering air di atas bumi Nuh mempersembahkan kurban kepada Tuhan. Tuhan pun berjanji untuk memberi rahmat kehidupan baru yang baik untuk kesejahteraan hidup semua yang tinggal di atas bumi.

Pembacaan dari Kitab Kejadian (8:6-13.20-22)

"Nuh melihat-lihat; ternyata muka bumi sudah mulai kering."

Pada waktu itu air bah sudah mulai surut. Sesudah lewat empat puluh hari, maka Nuh membuka tingkap yang dibuatnya pada bahtera itu. Lalu ia melepaskan seekor burung gagak. Dan burung itu terbang pulang pergi, sampai air menjadi kering di atas bumi. Kemudian dilepaskannya seekor burung merpati untuk melihat, apakah air telah berkurang dari muka bumi. Tetapi burung merpati itu tidak mendapat tumpuan kaki dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh ke dalam bahtera, karena di seluruh bumi masih ada air. Lalu Nuh mengulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke dalam bahtera. Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula burung merpati itu. Menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun Zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air telah berkurang dari atas bumi. Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya burung merpati itu; tetapi burung itu tidak kembali lagi kepadanya. Maka dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudah keringlah air dari atas bumi. Kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat ternyatalah muka bumi sudah mulai kering. Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan. Dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram, diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan kurban bakaran di atas mezbah itu. Ketika Tuhan mencium persembahan yang harum itu, bersabdalah Tuhan dalam hati-Nya, "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya; Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam".
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 116:12-15.18-19)
1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.
2. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya. Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
3. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya, di pelataran rumah Tuhan, di tengah-tengahmu, ya Yerusalem.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat.
Semoga Bapa Tuhan kita Yesus Kristus menerangi mata hati kita, supaya kita memahami pengharapan yang terkandung dalam panggilan kita.

Pada waktu Yesus menyembuhkan mata orang buta di Betsaida, Ia mengajaknya pergi keluar kampung, meludahi matanya, dan meletakkan tangan di atasnya. Di sini kita melihat adanya suatu tahap-tahap penyembuhan. Ternyata mukjizat bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan butuh usaha dan proses tertentu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:22-26)

"Si buta itu sembuh, dan dapat melihat segala sesuatu dengan jelas."

Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon supaya Ia menjamah dia. Yesus lalu memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata si buta, dan meletakkan tangan di atasnya, Ia bertanya, "Sudahkah kaulihat sesuatu?" Orang itu memandang ke depan, lalu berkata, "Aku melihat orang! Kulihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon yang berjalan". Yesus kemudian meletakkan tangan-Nya lagi pada mata orang itu. Maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata, "Jangan masuk ke kampung!"
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

Mengalami kebutaan mata tentulah tidak mengenakkan. Kita dapat membayangkan betapa bahagianya seseorang yang penglihatannya dapat pulih: dari tidak bisa melihat menjadi melihat dan mengamati segalanya dengan jelas.

Ketika seorang buta dibawa kepada Yesus untuk disembuhkan, Yesus memegang matanya, meludahi matanya, dan sekali lagi meletakkan tangan pada mata orang itu. Perlahan-lahan penglihatannya menjadi pulih. Walaupun Yesus dapat menyembuhkannya dengan jamahan seketika, tetapi Yesus berproses dengan si buta. Ia diantar secara bertahap untuk disembuhkan dan dengan demikian beriman kepada Tuhan. Nuh juga harus bersabar menunggu surutnya air bah guna memastikan bumi sudah kering untuk mendirikan mezbah bagi Tuhan. Yesus juga menyampaikan poin-poin ajaran-Nya kepada para murid-Nya secara bertahap, walaupun Ia kadang kala menghadapi ketidakpahaman mereka. Ia sabar. Demikian juga, pemahaman kita akan Yesus merupakan suatu proses bertahap, tidak akan berhenti, dan membutuhkan ketekunan.

Selain itu, untuk mengerjakan mukjizat penyembuhan ini Yesus menghantar si buta ke luar kampung agar tidak disaksikan oleh banyak orang. Ketika penglihatan si buta sudah pulih, ia disuruh Yesus pulang ke rumahnya tanpa memasuki kampung. Tampak di sini kesederhanaan dan kerendahan hati Yesus. Ia tidak menghendaki kehebohan dan popularitas. Ia tidak mau dipuji karena perbuatan-Nya yang baik.

Tuhan Yesus Kristus, sembuhkanlah aku dari kebutaan hati dan pikiran yang menghalangi aku untuk melihat keselamatan-Mu. Berikanlah aku semangat kerendahan hati untuk menerima kebaikan-Mu. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian

Selasa, 15 Februari, 2011 Hari Biasa Pekan VI

Selasa, 15 Februari, 2011
Hari Biasa Pekan VI

MATANG DAN BERBUAH

Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita --- Rm 8:18

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa, hari ini Engkau menegur rasul-Mu agar mengerti dan memahami makna sabda-Mu. Semoga kami Kaumampukan untuk mengerti, memahami, dan mengalami dengan berkat-Mu segala peristiwa dimana Engkau berbicara di dalamnya. Sebab Engkaulah Tuhan, Pengantara kami kini dan sepanjang masa. Amin.

Tuhan ingin agar ciptaan-Nya hidup dalam damai dan melakukan yang baik. Namun demikian, Ia tetap ingin memberikan kebebasan kepada manusia. Karena itulah Tuhan ingin membarui dunia dan ingin bekerja sama dengan orang yang percaya kepada-Nya. Peristiwa air bah menjadi saat dimana Tuhan membarui dunia ciptaan-Nya.

Pembacaan dari Kitab Kejadian (6:5-8; 7:1-5.10)

"Aku akan menghapuskan manusia yang Kuciptakan dari muka bumi."

Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia di bumi semakin besar, dan kecenderungan hati mereka selalu membuahkan kejahatan semata-mata. Maka menyesallah Tuhan, bahwa Ia menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Bersabdalah Tuhan, "Aku akan menghapuskan manusia yang Kuciptakan dari muka bumi, baik manusia maupun hewan, dan binatang-binatang melata maupun burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka". Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di hadapan Tuhan. Maka bersabdalah Tuhan kepada Nuh, "Masuklah ke dalam bahtera, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini. Dari segala binatang yang tidak haram, haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betina. Juga dari burung-burung di udara tujuh pasang, jantan dan betina, supaya terpeliharalah keturunannya di seluruh bumi. Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya. Dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Kujadikan itu". Lalu Nuh melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Setelah tujuh hari datanglah air bah meliputi bumi.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, la = fis, 2/4, PS 846
Ref. Tuhan memberkati umat-Nya dengan damai sejahtera.
Ayat. (Mzm 29:1a.2.3ac-4.3b.9b-10; R:11b)
1. Sampaikanlah kepada Tuhan, hai penghuni surga, sampaikanlah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan!
2. Suara Tuhan terdengar di atas air, suara Tuhan mengguruh di atas air yang besar. Suara Tuhan penuh kekuatan, suara Tuhan penuh semarak.
3. Allah yang mulia mengguntur, di dalam bait-Nya setiap orang berseru, "Hormat!" Tuhan bersemayam di atas air bah, Tuhan bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 14:23)
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.

Yesus mengajak para murid-Nya untuk tidak hanya menyandarkan diri pada makanan atau jaminan hidup secara jasmani belaka. Dalam arti itulah, Ia meminta para murid untuk berjaga-jaga dan berhati-hati terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes. Namun ternyata para murid belum memahami maksud Yesus.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:14-21)

"Awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."

Pada suatu hari murid-murid Yesus lupa membawa roti. Hanya sebuah roti saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya, "Berjaga-jaga dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes". Maka mereka berpikir-pikir, dan seorang berkata kepada yang lain, "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti". Ketika Yesus tahu, apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata, "Mengapa kalian memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kalian memahami dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kalian mempunyai mata, tidakkah kalian melihat? Dan kalian mempunyai telinga, tidakkah kalian mendengar? Sudah lupakah kalian waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti yang kalian kumpulkan?" Jawab mereka, "Tujuh bakul". Lalu kata Yesus kepada mereka, "Masihkah kalian belum mengerti?"
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Data dari sebuah kota besar di Indonesia memperlihatkan dari 633 pelajar kelas II Sekolah Menengah Atas (SMA) ada 155 orang atau 23,4% yang sudah berhubungan seksual. Mereka terdiri atas pria 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja. Demikian pula masalah narkoba di lingkup remaja semakin memprihatinkan.

Kebiasaan-kebiasaan buruk dan kecenderungan menikmati pergaulan bebas sebebas-bebasnya itu bagai ragi yang mencemari hidup orang muda. Dalam Perjanjian Baru, "ragi" biasanya melambangkan kejahatan atau pencemaran. Ragi yang sedikit akan mengkhamirkan dan mempengaruhi keseluruhannya.

Betapa bahayanya bila kita terpengaruh atau bahkan terjerumus oleh ragi pergaulan bebas yang merusak cita-cita dan kehidupan. Mungkin di sekitar kita ada yang telah terpengaruh atau mungkin ada yang pernah mencoba menpengaruhi kita. Bagaimana kita menyikapinya?

Tuhan kita Yesus mengingatkan kita untuk berjaga-jaga dan awas selalu terhadap ragi pergaulan bebas, narkoba, sekularisme, dll. yang merusak diri kita diam-diam di balik tawaran kenikmatan yang menggoda sesaat. Kita harus senantiasa berjaga-jaga dalam perjalanan pengasahan diri untuk menjadi matang dan berubah, agar tidak terpengaruh oleh mereka yang lebih mementingkan hal-hal duniawi dan tradisi yang tidak sesuai dengan semangat Kristus. Hanya orang yang sanggup bertahan dalam aneka cobaanlah yang akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan oleh Allah.

Tuhan Yesus, bantulah aku agar memiliki hati yang teguh dan iman yang kuat, supaya tetap tekun dan bertahan di jalan-Mu. Amin.

Oase Rohani 2011, Renungan dan Catatan Harian

Senin, 14 Februari 2011 Hari Biasa Pekan VI

Senin, 14 Februari 2011
Hari Biasa Pekan VI

Tuhan lebih lemah lembut daripada seorang ibu (St. Teresia Lisieux)

Antifon Pembuka

Persembahkanlah puji syukur sebagai kurban kepada Allah! Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan dikau dan engkau memuliakan Daku (Mzm 50:14a.15)

Doa Pagi

Tuhan, hari baru Kauberikan lagi kepada kami. Jangan biarkan hari ini tercemar oleh dosa kami. Semoga cacat cela kami tidak menguasai gerak hidup kami, yang dapat mencelakakan sesama kami. Amin.

Kedua anak Hawa, Kain dan Habel mempersembahkan kurban persembahan kepada Tuhan. Akan tetapi Tuhan hanya mengindahkan kurban Habel. Kain menjadi marah dan membunuh Habel, adiknya. Kain dihukum oleh Tuhan tetapi tetap dilindungi. Kain hidup dalam kesengsaraan dan ketakutan karena telah membunuh adiknya itu. Tuhan menganugerahkan kembali anak lain sebagai ganti Habel kepada Hawa.

Pembacaan dari Kitab Kejadian (4:1-15.25)

"Kain memukul Habel, adiknya, lalu membunuh dia."

Adam menghampiri Hawa, isterinya. Maka mengandunglah wanita itu, lalu melahirkan Kain; dan Hawa berkata, “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan.” Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain. Habel menjadi gembala kambing domba, sedang Kain menjadi petani. Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada Tuhan sebagai kurban persembahan. Habel juga mempersembahkan kurban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya. Maka Tuhan mengindahkan Habel dan kurban persembahannya itu. Tetapi Kain dan kurban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. Sabda Tuhan kepada Kain, “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Masakan mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu. Dosa itu sangat menggoda engkau tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” Pada suatu hari Kain berkata kepada Habel, adiknya, “Marilah kita pergi ke padang.” Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia. Sabda Tuhan kepada Kain, “Di mana Habel adikmu itu?” Jawab Kain, “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?” Sabda Tuhan pula, “Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah. Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. Apabila engkau mengusahakan tanah, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu. Engkau akan menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.” Berkatalah Kain kepada Tuhan, “Hukumanku itu lebih besar daripada yang dapat kutanggung. Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi. Barangsiapa bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku.” Sabda Tuhan kepadanya, “Sekali-kali tidak! Barangsiapa membunuh Kain, ia akan dibalas tujuh kali lipat.” Kemudian Tuhan menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh siapa pun yang bertemu dengan dia. Adam menghampiri pula isterinya. Lalu wanita itu melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamainya Set, sebab katanya, “ Allah telah mengaruniakan kepadaku anak yang lain sebagai ganti Habel; sebab Kain telah membunuhnya.”
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Persembahkanlah puji syukur kepada Allah sebagai kurban.
Ayat. (Mzm 50:1.8.16bc-17.20-21; R: 14a)
1. Yang Mahakuasa, Tuhan Allah, berfirman dan memanggil bumi, dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya. Bukan karena kurban sembelihan engkau Kuhukum, sebab kurban bakaranmu senantiasa ada di hadapan-Ku.
2. ”Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkau membenci teguran dan mengesampingkan firman-Ku?
3. Engkau duduk, dan menjelek-jelekkan saudaramu, engkau memfitnah saudara kandungmu. Itulah yang engkau lakukan! Apakah Aku akan diam saja? Apakah kaukira Aku ini sederajat dengan kamu? Aku menggugat engkau dan ingin berperkara denganmu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 14:6)
Aku ini jalan, kebenaran, dan kehidupan, sabda Tuhan. Tiada orang dapat sampai kepada Bapa tanpa melalui Aku. Alleluya.

Yesus menyesalkan sikap orang Farisi yang meminta tanda kepada-Nya. Hanyalah pertobatan yang akan membawa orang-orang Farisi kepada tanda dari Allah, yaitu Yesus sendiri. Itulah tanda Yunus yang diberikan Tuhan kepada orang Farisi.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:11-13)

"Mengapa angkatan ini meminta tanda?"

Sekali peristiwa datanglah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari surga. Maka mengeluhlah Yesus dalam hati dan berkata, “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, “Sungguh, kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberikan tanda.” Lalu Yesus meninggalkan mereka. Ia naik ke perahu dan bertolak ke seberang.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.


Renungan

Yesus mengeluh, karena orang-orang Farisi meminta tanda untuk mencobai-Nya. Hal ini merupakan bukti tidak adanya iman. Sikap Yesus: meninggalkan mereka, dan bertolak ke seberang. Inilah sikap yang tepat berhadapan dengan orang-orang yang meragukan keAllahan Yesus. Kita segera tinggalkan mereka, dn ‘bertolak ke seberang’. Tak ada lagi diskusi!

Doa Malam

Ya Bapa, malam telah tiba. Kegelapan mulai menampakkan diri. Semoga gelapnya malam tidak menjadikan hati kami juga gelap dan membuat kami tak dapat melihat sinar terang-Mu. Semoga Engkau menyertai kami malam ini, agar jiwa kami dapat beristirahat dengan tenteram. Amin.


RUAH

Minggu, 13 Februari 2011 Hari Minggu Biasa VI

Minggu, 13 Februari 2011
Hari Minggu Biasa VI

Sungguh besarlah kebijaksanaan Tuhan, la adalah kuat dalam kekuasaan-Nya dan melihat segala-galanya. <--> Sirakh 15:18

Antifon Pembuka

Sudilah Engkau menjadi gunung pengungsianku, dan benteng pertahananku yang kuat. Sebab Engkaulah pelindung dan penyelamatku, demi nama-Mu Engkau akan membimbing dan menuntun aku.

Doa Renungan


Allah Bapa kami, sumber segala rahmat, Engkau berkenan tinggal dalam hati yang jujur dan murni. Bantulah kami kiranya dengan rahmat-Mu, agar mencapai kejujuran dan kemurnian hati, sehingga Engkau berkenan bersemayam dalam hati kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Putra Sirakh (15:15-20)

"Tuhan tidak memerintahkan siapapun untuk berdosa."

Asal sungguh mau, engkau dapat menepati hukum, dan berlaku setia pun dapat kaupilih. Api dan air ditaruh Tuhan di hadapanmu; kepada apa yang kaukehendaki, dapat kauulurkan tanganmu. Hidup dan mati terletak di depan manusia; apa yang dia pilih, akan diberikan kepadanya. Sungguh besarlah kebijaksanaan Tuhan. Dia kuat dalam kekuasaan-Nya dan melihat segala-galanya. Mata Tuhan tertuju kepada orang yang bertakwa kepada-Nya. Dan segenap pekerjaan manusia Ia kenal. Tuhan tidak menyuruh orang menjadi fasik, dan tidak memberi izin kepada siapa pun untuk berdosa.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = es, 2/4, PS 852
Ref. Sabda-Mu adalah kebenaran, hukum-Mu kebebasan.
Ayat. (Mzm 1-2.4-5.17-18.33-34; R:1b)

1. Berbahagialah orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan. Berbahagialah orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati.
2. Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh. Kiranya hidupku mantap, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban hukum-Mu.
3. Perlihatkanlah kepadaku, ya Tuhan, petunjuk-petunjuk ketetapan-Mu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir. Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang hukum-Mu; dengan segenap hati aku hendak memeliharanya.

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 2:6-19)


"Sejak dahulu kala Allah menyediakan hikmat bagi kemuliaan kita."

Saudara-saudara, sungguh demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan. Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia. Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (Mat 11:25)
Terpujilah Engkau, Tuhan langit dan bumi, sebab rahasia kerajaan-Mu Kaubuka untuk orang sederhana.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:17-37)

"Dahulu dikatakan demikian; tetapi Aku mengatakan kepadamu begini."

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas. Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah. Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

API NERAKA, ZINAH BATIN, CUKIL MATA, POTONG TANGAN?

Bacaan Injil hari Minggu IV/A (Mat 5:17-37) dan hari Minggu selanjutnya (Mat 5:38-48) mengungkapkan beberapa pokok pengajaran Yesus yang nadanya keras. Juga terdengar keras bagi pendengar yang paham ajaran Taurat. Terdengar beberapa kali Yesus menegaskan, "Kamu telah mendengar yang difirmankan....., tetapi aku berkata kepadamu...." (ay. 21-22.; 27-28; 31-32; 32-33 38-39; 43-44). Seakan-akan hukum Taurat belum cukup. Bahkan diancamkan olehnya api neraka, diungkapkan kecaman mengenai zinah batin, ada anjuran cukil mata, potong tangan segala. Tokoh Yesus di sini amat berbeda dengan gambaran tokoh yang lemah lembut, penuh pengertian, mau membebaskan orang dari kungkungan ajaran hukum belaka. Bagaimana Injil kali ini bisa dijelaskan bagi pendegar lain di zaman lain?

APA ARTI "MENGGENAPKAN " TAURAT?"

Bagi orang Yahudi, Taurat adalah pengajaran, hukum-hukum, aturan yang terdapat dalam kelima kitab pertama dalam Alkitab. Jumlahnya, bila dihitung, ada 613 hukum, 365 di antaranya sifatnya larangan, sedangkan 248 sisanya berujud keharusan ini atau itu. Masalahnya bagaimana menghayatinya dengan sebaik-baiknya. Ada dua arah. Pertama ialah berusaha memenuhi yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang dengan seteliti-telitinya. Ini hidup saleh yang dijalankan oleh banyak orang beragama di zaman Yesus. Kehidupan beragama dalam arah ini diukur dengan hukum. Sering orang terpancang pada gagasan apa sudah betul menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Hukum dipandang sebagai hukum. Arah kedua ialah menerima Taurat dan mempercayainya sebagai cara mendengarkan Dia yang bersabda kepada manusia dan mendalami jiwa Taurat. Kedua arah ini bukanlah bertentangan satu sama lain. Boleh dikata, keduanya adalah kutub menjalani Taurat. Satu ketika orang bisa jadi lebih dekat ke yang satu, di lain ketika lebih ke arah yang lain. Inilah dinamika hidup beragama. Inilah yang memperkaya kehidupan beragama.

Yesus mengatakan dirinya datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya. Ia menerima kedua kutub itu. "Bukan meniadakan" tentunya bukan mengurungkan Taurat dalam pengertian satu persatu di atas. Ia samasekali tidak menyangkal kesahihan sikap orang menerima Taurat dalam cara itu. Kesalehan ini wajar. Tapi sekaligus ditegaskannya bahwa ia datang untuk memenuhi Taurat. Inilah sisi kedua tadi. Taurat dihayatinya sebagai yang membuatnya dekat pada Dia yang bersabda dengan Taurat. Orang seperti ini menggenapkan Taurat, membuatnya tampil utuh, bukan sebagai himpunan aturan, perintah, larangan belaka. Begitulah maka menjadi lebih jelas yang dimaksud dalam Mat 5:19: "...siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah dalam Kerajaan Surga, tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkannya, ia akan menduduki tempat yang tinggi dalam Kerajaan Surga."

Kedua arah menghayati Taurat sama-sama membawa orang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Namun arah yang kedualah yang membuat orang besar di dalamnya. Besar berarti leluasa, tidak ada kesesakan. Kecil dalam Kerajaan Allah lawan dari itu, mudah merasa sesak, kurang merdeka, tidak leluasa. Meniadakan salah satu perintah hukum Taurat berarti menjalankan Taurat sebagai rangkaian hukum, aturan, pengajaran yang dicoba diikuti satu persatu, seperti memenuhi daftar agenda

CONTOH-CONTOH

Yang diajarkan Yesus kepada murid-muridnya ialah menempuh arah kedua, tanpa mengecam arah pertama walaupun mengenali keterbatasan arah pertama tadi. Diberikannya 6 contoh mengenai bagaimana memandang Taurat dalam arah kedua. Berikut ini akan diulas empat contoh pertama yang termasuk bacaan Injil Minggu ini; Minggu berikutnya membicarakan kedua contoh lainnya: contoh kelima (5:38-39) berkisar pada pembalasan. Kel 21:24, Im 24:20 dan Ul 19:21; contoh keenam (5:43-44) membicarakan perintah mengasihi sesama dan membenci musuh dalam Im 19:18.

Marilah diteliti bagaimana contoh-contoh tadi menunjukkan dua arah Taurat. Contoh pertama (5:21-26) menyangkut larangan membunuh yang tertera dalam Kel 20:13 dan juga Ul 5:17. Larangan ini memang penting dan ditujukan untuk melindungi kehidupan. Yesus mengatakan siapa yang marah, mesti dihukum; yang mencaci-maki mesti diadili, siapa yang mengumpat bodoh harus diserahkan ke dalam api neraka. Bagaimana memahami maksudnya? Bukan dengan menaruh yang dikatakan Yesus sebagai aturan yang menambah beratnya Taurat. Yang dikemukakannya ialah hidup baik dengan sesama, menghormati perbedaan yang sering tidak menyenangkan. Inilah yang amat berharga. Menyalahi sesama dalam hal tidak menghormati diungkapkan sebagai yang patut dihukum berat.

Begitu pula dalam contoh kedua (Mat 5:27-30), hendak ditekankan inti larangan berzinah Kel 20:14 dan Ul 5:18 bukanlah semata-mata agar orang menghindari tindakan fisik, melainkan terutama sikap batin menginginkan orang lain jadi tujuan pemuasan nafsu. Memang pengajaran seperti ini tidak lagi dapat dianggap bagian hukum karena menyangkut yang tidak secara tegas-tegas diungkapkan melainkan tafsiran meluaskan cakupannya. Yang dikemukakan bukannya lagi larangannya melainkan apa yang mendasari larangan tadi. Masalah ini disoroti lebih jauh dengan contoh ketiga. Dalam pembicaraan contoh ini ditambahkan, bila menyebabkan dosa, lebih baik mata kanan dicukil mata kanan bila membuat orang berdosa, begitu pula, lebih baik kutungi tangan kanan.

Dalam contoh ketiga (Mat 5:31-32) diulas bagaimana memahami dengan benar prosedur menceraikan istri Ul 24:1-4. Memang dari sisi hukum Taurat, cukup bila dibuat surat cerai dan yang mesti diterima resmi oleh pihak istri. Demikian maka ada perlindungan hukum bagi bekas istri. Namun tak jarang prosedur semacam ini disalahgunakan, misalnya tanpa alasan yang kuat untuk menalak istri, atau alasan sebenarnya yang tidak lurus, misalnya menginginkan menikahi perempuan lain. Atau sekongkol suami-istri untuk bercerai demi alasan-alasan lain. Dalam Taurat ikatan nikah hanya bisa diputuskan bila istri menjalankan zinah. Dalam hal ini ikatan dengan suami sudah lepas, dan suami pun wajib menalak dengan prosedur surat talak tadi. Bila penalakan ini dibuat dengan cara lain, memang sang istri bebas dan bisa menikah lagi. Tetapi tindakan ini menyatakan istrinya pernah zinah - demikian merendahkan martabatnya. Lebih lagi, orang yang menikahinya kemudian akan ikut berzinah karena mengambil perempuan yang sebetulnya tidak dilepas dari ikatan nikah dengan alasan yang benar. Terlihat bagaimana pendengar diajak mengenali inti Taurat, yakni kejujuran terhadap diri sendiri dan kepada orang lain, dalam hal ini istri atau suami. Persetujuan yang sifatnya sekongkol melawan arah ini.

Dengan contoh keempat (5:32.33) mengenai larangan bersumpah palsu (Im 19.12 dan Ul 23:21) hendak ditekankan agar orang tidak gampang mengucapkan sumpah karena berat bebannya. Lebih sederhana dan lebih baik memegang perkataan, tampil berintegritas. Juga kerap dalam praktek, sumpah dijalankan untuk menipu tapi membuat pihak lain mau tak mau menerima karena sumpah itu mengatasnamakan perkara-perkara keramat.

WARTA?

Petikan yang memuat kata-kata keras ini sebenarnya mengajak orang untuk berpikir mengenai inti pengajaran agama - bagi orang Yahudi waktu itu ialah kewajiban menjalankan hukum Taurat. Orang diajak melihat lebih dalam yang dimaksudkan Taurat sendiri dan tidak hanya tinggal pada permukaan. Diajarkan bagaimana menemukan Dia yang bersabda di dalam hukum-hukum Taurat, bukan sebaliknya, untuk menjalankan Taurat dan tidak lagi mencari inti keagamaan, yakni mendapati Tuhannya Taurat.

Kata-kata keras Yesus akan diperdengarkan dalam kesempatan peringatan 40 tahun hidup religius dari 8 orang Yesuit di provinsi Indonesia. Tersirat ajakan melihat kembali apakah selama 40 tahun hidup religius tetap mengambang di permukaan atau juga sempat mengenali arah-arah batin. Injil kali ini bukan untuk mengadili atau menilai, melainkan untuk menyegarkan hidup religius. Seperti tampil dalam ulasan di atas, ada dua arah menjalani Taurat: arah luar dan arah dalam. Tidak perlu yang satu dianggap kurang berharga dari yang lain. Bahkan keduanya ada bersama. Kepekaan akan arah-arah inilah yang memungkinkan hidup religius berjalan terus.

Salam hangat,
A. Gianto

Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke- 45: Kebenaran, pemakluman dan hidup otentik di zaman digital

Pesan Bapa Suci Benediktus XVI
untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke- 45, 5 Juni 2011

Kebenaran, pemakluman dan hidup otentik di zaman digital

Renungan Pagi


Saudara dan Saudari Terkasih,

Pada kesempatan Hari Komunikasi Sosial Sedunia yang ke-45, saya ingin berbagi beberapa refleksi yang dimotivasi oleh sebuah gejala khas zaman kita ini yakni munculnya internet sebagai jejaring untuk komunikasi. Ada pendapat yang sudah semakin umum bahwa, sebagaimana Revolusi Industri yang pada masanya membawa perubahan besar dalam masyarakat melalui perubahan- perubahan yang diterapkan ke dalam lingkaran produksi dan kehidupan para pekerja, demikian juga berbagai perubahan mendasar yang terjadi di dalam komunikasi di zaman sekarang ini secara signifikan sedang memandu perkembangan-perkembangan budaya dan sosial. Teknologi baru tidak hanya mengubah cara kita berkomunikasi melainkan juga memengaruhi komunikasi itu sendiri sedemikian rupa sehingga dapat dikatakan bahwa kita sementara hidup dalam sebuah periode transformasi budaya yang besar. Sarana-sarana penyebaran informasi dan pengetahuan ini melahirkan cara baru belajar dan berpikir demi membangun relasi dan persaudaraan; sebuah peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kini, cakrawala baru telah terbuka yang belakangan ini tak dapat kita bayangkan. Ia membuat kita merasa kagum terhadap bebagai kemungkinan yang diberikan oleh media baru itu, dan pada saat yang sama menuntut suatu permenungan yang serius tentang makna komunikasi di zaman digital. Hal ini sangat jelas ketika kita dihadapkan dengan daya internet yang luar biasa dan pemanfaatannya yang kompleks. Sebagaimana halnya dengan setiap buah kecerdikan manusia, teknologi komunikasi baru harus ditempatkan bagi pelayanan demi kebaikan perorangan dan umat manusia secara utuh. Jika digunakan dengan bijaksana, teknologi komunikasi baru dapat memberikan sumbangsih bagi pemuasan kerinduan akan makna, kebenaran dan kesatuan yang masih menjadi cita-cita terdalam setiap manusia.

Menyampaikan informasi di dalam dunia digital kian dipahami sebagai memperkenalkannya dalam jejaringan sosial dimana apa yang diketahui menjadi ajang saling berbagi antar pribadi. Perbedaan yang jelas antara penyedia informasi dan pengenyam informasi dikurangi; sementara itu komunikasi tidak hanya nampak sebagai pertukaran data tetapi juga sebagai suatu cara berbagi. Dinamika ini melahirkan pemahaman baru tentang komunikasi itu sendiri, yang pada tempat pertama dilihat sebagai dialog, upaya berbagi, belarasa dan penciptaan hubungan yang positif. Pada sisi lain, ia dihadapkan dengan keterbatasan-keterbatasan yang khas dari komunikasi digital yaitu interaksi sepihak, kecendrungan mengkomunikasikan dunia batin seseorang yang tidak utuh, resiko membangun citra palsu seseorang sebagai bentuk pemuasan diri sendiri.

Secara khusus, kaum muda sedang mengalami perubahan di bidang komunikasi dengan berbagai kecemasan, tantangan dan daya cipta, layaknya orang yang memiliki rasa ingin tahu dan penuh semangat terhadap pengalaman baru dalam hidupnya . Keterlibatan mereka yang semakin besar dalam forum publik digital yang disebut jejaringan sosial membantu menciptakan cara-cara baru membangun hubungan antar pribadi, memengaruhi kesadaran diri sendiri dan tak dapat dihindari mempertanyakan bukan saja bagaimana seharusnya bertindak tetapi juga tentang otentisitas diri seseorang. Masuk ke dalam ruang maya dapat menjadi tanda pencarian yang otentik seseorang untuk berjumpa dengan orang lain, asalkan tetap tanggap terhadap bahaya seperti menyertakan diri dalam bentuk eksistensi ganda atau menampilkan diri secara berlebihan di dalam dunia maya. Dalam usaha berbagi dan mencari “teman”, kita ditantang untuk menjadi otentik dan setia dan tidak menyerah kepada ilusi membangun tampang publik artifisial itu sendiri.

Teknologi baru memberikan kemungkinan untuk saling bertemu di luar batas-batas ruang dan budaya mereka sendiri, memungkinkan sebuah dunia persahabatan yang sungguh-sungguh baru. Ini merupakan peluang besar tetapi juga menuntut perhatian yang lebih besar dan kesadaran akan resiko yang muncul. Siapakah “tetangga” saya di dalam dunia baru ini? Entahkah ada bahaya bahwa kita kurang hadir di dalam diri orang-orang yang kita jumpai dalam hidup harian kita? Apakah ada risiko menjadi lebih terganggu karena perhatian kita terbagi-bagi dan diserap di “dunia lain” daripada dimana kita hidup? Apakah kita mempunyai waktu untuk merenungi pilihan kita secara kritis dan membina hubungan yang sungguh mendalam dan abadi? Penting untuk selalu diingat bahwa kontak virtual tidak dapat dan tidak boleh mengganti kontak manusiawi langsung dengan orang-orang di setiap tingkat kehidupan kita.

Dalam era digital juga, setiap orang dihadapkan dengan kebutuhan akan otentisitas dan refleksi. Selain itu, dinamika di dalam jejaringan sosial itu sendiri menunjukkan bahwa seseorang senantiasa terlibat dalam apa yang ia komunikasikan. Tatkala orang saling menukar informasi, mereka sudah terlebih dahulu mensyeringkan diri mereka, pandangannya tentang dunia, harapan dan cita-cita mereka. Lantas, cara hadir yang khas kristiani di dunia digital adalah bentuk komunikasi yang jujur dan terbuka, bertanggungjawab dan menghormati orang lain. Memaklumkan Injil melalaui media baru berarti tidak sekadar memasukkan konten religius secara eksplisit ke dalam berbagai pentas media, tetapi menjadi saksi setia di dunia digital itu sendiri dan di dalam cara berkomuniakasi, memilih, mengarus-utamakan serta penilaian yang sungguh selaras dengan Injil bahkan ketika hal itu tidak dibicarakan secara khusus. Selain itu, benar juga bahwa di dalam dunia digital pesan tak dapat disampaikan tanpa disertai dengan kesaksian yang konsisten dari pihak yang meyampaikannya. Dalam situasi baru itu dan dengan bentuk pengungkapan baru, orang Kristen sekali lagi dipanggil untuk memberikan jawaban kepada siapa saja yang meminta pertanggungjawaban terhadap pengharapan yang ada dalam diri mereka (bdk. 1 Petrus, 3:15)

Tugas memberikan kesaksian tentang Injil di era digital menuntut setiap orang untuk secara istimewa menaruh perhatian pada aspek pesan yang dapat menantang cara berpikir khas internet. Lebih dari itu, kita harus menyadari bahwa kebenaran yang layak kita bagikan bukan dilandaskan pada sisi “popularitas”nya atau jumlah perhatian yang diterima. Kita harus berusaha memperkenalkannya secara utuh, bukan sekadar supaya bisa diterima atau sebaliknya malah melemahkannya. Ia harus menjadi makanan harian dan bukannya daya tarik sesaat. Kebenaran Injil bukanlah sesuatu yang dinikmati atau digunakan secara dangkal, melainkan pemberian yang menuntut jawaban bebas. Bahkan apabila diwartakan dalam dunia internet, Injil harus terjelma dalam dunia nyata dan berkaitan dengan wajah riil saudara dan saudari kita, mereka yang dengannya kita berbagi keseharian hidup kita. Hubungan manusiwi yang langsung tetap menjadi fundamental bagi pemakluman iman.

Oleh karena itu, saya ingin mengajak orang-orang kristiani untuk dengan percaya diri, dengan kreatifitas yang terinformasi dan bertanggungjawab bergabung dalam jejaringan hubungan yang dimungkinkan oleh zaman digital. Hal ini bukan untuk memuaskan keinginan untuk sekadar hadir, tetapi karena jejaringan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari hidup manusia. Internet memberikan sumbangsih bagi perkembangan cakrawala intelektual dan spiritual yang lebih kompleks dan bentuk-bentuk baru kesadaran untuk berbagi. Di dalam wilayah ini juga kita dipanggil untuk memaklumkan iman kita bahwa Kirstus adalah Allah, penyelamat umat manusia dan penyelamat sejarah, yang di dalam-Nya segala sesuatu memperoleh kepenuhannya (Bdk. Ef. 1:10). Pewartaan Injil menuntut sebuah komunikasi yang sekaligus menghormati dan peka, yang menggugah hati dan menggerakkan kesadaran; cerminan suri teladan Yesus yang bangkit tatkala Ia bergabung bersama para murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus (bdk. Lk. 24:13-35). Dengan cara pendekatan ini, lewat dialog-Nya bersama mereka, melalui cara-Nya yang lembut menggerakkan hati, mereka perlahan-lahan dituntun untuk memahami misteri.

Dalam analisis terakhir, kebenaran Kristus merupakan jawaban yang utuh dan otentik bagi kerinduan manusia untuk membangun relasi, persekutuaun dan makna yang tercermin dalam popularitas jejaringan sosial yang besar. Orang beriman yang memberikan kesaksian iman yang sungguh-sungguh tentu akan memberikan bantuan yang berharga bagi internet dari sekadar menjadi sarana yang menjadikan manusia sebagai obyek, yang memanipulasi secara emosianal, dan yang memberikan kemungkinan kepada penguasa untuk memonopoli pendapat orang lain. Sebaliknya, orang beriman akan mendorong setiap orang untuk terus memberikan pertanyaan manusiawi yang abadi sebagai ungkapan kerinduan akan yang trasendental dan dambaan hidup yang otentik, yang patut untuk dihayati. Justru hasrat rohani manusia yang unik inilah yang mengilhami upaya kita untuk mencari kebenaran dan persekutuan dan mendorong kita untuk berkomunikasi dengan utuh dan jujur.

Di atas semuanya itu, Saya mengundang kaum muda untuk sungguh-sungguh hadir secara berdaya guna di dunia digital. Saya mengulangi lagi undanganku bagi mereka untuk Hari Kaum Muda sedunia di Madrid, dimana teknologi baru akan memberikan sumbangannya yang besar bagi persiapannya. Dengan perantaraan pelindungnya St. Fransiskus de Sales, saya berdoa agar Allah dapat selalu memberikan para pekerja di bidang komunikasi kemampuan untuk melaksanakan karya mereka dengan sadar dan profesional. Kepada kalian semua, saya menyampaikan berkat apostolik saya.

Vatikan 24 Januari 2011
Pesta St, Fransiskus de Sales

Benedictus PP XVI



MESSAGE OF HIS HOLINESS
POPE BENEDICT XVI
FOR THE 45th WORLD COMMUNICATIONS DAY

Truth, Proclamation and Authenticity of Life in the Digital Age

June 5, 2011

Dear Brothers and Sisters,

On the occasion of the 45th World Day of Social Communications, I would like to share some reflections that are motivated by a phenomenon characteristic of our age: the emergence of the internet as a network for communication. It is an ever more commonly held opinion that, just as the Industrial Revolution in its day brought about a profound transformation in society by the modifications it introduced into the cycles of production and the lives of workers, so today the radical changes taking place in communications are guiding significant cultural and social developments. The new technologies are not only changing the way we communicate, but communication itself, so much so that it could be said that we are living through a period of vast cultural transformation. This means of spreading information and knowledge is giving birth to a new way of learning and thinking, with unprecedented opportunities for establishing relationships and building fellowship.

New horizons are now open that were until recently unimaginable; they stir our wonder at the possibilities offered by these new media and, at the same time, urgently demand a serious reflection on the significance of communication in the digital age. This is particularly evident when we are confronted with the extraordinary potential of the internet and the complexity of its uses. As with every other fruit of human ingenuity, the new communications technologies must be placed at the service of the integral good of the individual and of the whole of humanity. If used wisely, they can contribute to the satisfaction of the desire for meaning, truth and unity which remain the most profound aspirations of each human being.

In the digital world, transmitting information increasingly means making it known within a social network where knowledge is shared in the context of personal exchanges. The clear distinction between the producer and consumer of information is relativized and communication appears not only as an exchange of data, but also as a form of sharing. This dynamic has contributed to a new appreciation of communication itself, which is seen first of all as dialogue, exchange, solidarity and the creation of positive relations. On the other hand, this is contrasted with the limits typical of digital communication: the one-sidedness of the interaction, the tendency to communicate only some parts of one’s interior world, the risk of constructing a false image of oneself, which can become a form of self-indulgence.

Young people in particular are experiencing this change in communication, with all the anxieties, challenges and creativity typical of those open with enthusiasm and curiosity to new experiences in life. Their ever greater involvement in the public digital forum, created by the so-called social networks, helps to establish new forms of interpersonal relations, influences self-awareness and therefore inevitably poses questions not only of how to act properly, but also about the authenticity of one’s own being. Entering cyberspace can be a sign of an authentic search for personal encounters with others, provided that attention is paid to avoiding dangers such as enclosing oneself in a sort of parallel existence, or excessive exposure to the virtual world. In the search for sharing, for “friends”, there is the challenge to be authentic and faithful, and not give in to the illusion of constructing an artificial public profile for oneself.

The new technologies allow people to meet each other beyond the confines of space and of their own culture, creating in this way an entirely new world of potential friendships. This is a great opportunity, but it also requires greater attention to and awareness of possible risks. Who is my “neighbour” in this new world? Does the danger exist that we may be less present to those whom we encounter in our everyday life? Is there is a risk of being more distracted because our attention is fragmented and absorbed in a world “other” than the one in which we live? Do we have time to reflect critically on our choices and to foster human relationships which are truly deep and lasting? It is important always to remember that virtual contact cannot and must not take the place of direct human contact with people at every level of our lives.

In the digital age too, everyone is confronted by the need for authenticity and reflection. Besides, the dynamic inherent in the social networks demonstrates that a person is always involved in what he or she communicates. When people exchange information, they are already sharing themselves, their view of the world, their hopes, their ideals. It follows that there exists a Christian way of being present in the digital world: this takes the form of a communication which is honest and open, responsible and respectful of others. To proclaim the Gospel through the new media means not only to insert expressly religious content into different media platforms, but also to witness consistently, in one’s own digital profile and in the way one communicates choices, preferences and judgements that are fully consistent with the Gospel, even when it is not spoken of specifically. Furthermore, it is also true in the digital world that a message cannot be proclaimed without a consistent witness on the part of the one who proclaims it. In these new circumstances and with these new forms of expression, Christian are once again called to offer a response to anyone who asks for a reason for the hope that is within them (cf. 1 Pet 3:15).

The task of witnessing to the Gospel in the digital era calls for everyone to be particularly attentive to the aspects of that message which can challenge some of the ways of thinking typical of the web. First of all, we must be aware that the truth which we long to share does not derive its worth from its “popularity” or from the amount of attention it receives. We must make it known in its integrity, instead of seeking to make it acceptable or diluting it. It must become daily nourishment and not a fleeting attraction. The truth of the Gospel is not something to be consumed or used superficially; rather it is a gift that calls for a free response. Even when it is proclaimed in the virtual space of the web, the Gospel demands to be incarnated in the real world and linked to the real faces of our brothers and sisters, those with whom we share our daily lives. Direct human relations always remain fundamental for the transmission of the faith!

I would like then to invite Christians, confidently and with an informed and responsible creativity, to join the network of relationships which the digital era has made possible. This is not simply to satisfy the desire to be present, but because this network is an integral part of human life. The web is contributing to the development of new and more complex intellectual and spiritual horizons, new forms of shared awareness. In this field too we are called to proclaim our faith that Christ is God, the Saviour of humanity and of history, the one in whom all things find their fulfilment (cf. Eph 1:10). The proclamation of the Gospel requires a communication which is at once respectful and sensitive, which stimulates the heart and moves the conscience; one which reflects the example of the risen Jesus when he joined the disciples on the way to Emmaus (cf. Lk 24:13-35). By his approach to them, his dialogue with them, his way of gently drawing forth what was in their heart, they were led gradually to an understanding of the mystery.

In the final analysis, the truth of Christ is the full and authentic response to that human desire for relationship, communion and meaning which is reflected in the immense popularity of social networks. Believers who bear witness to their most profound convictions greatly help prevent the web from becoming an instrument which depersonalizes people, attempts to manipulate them emotionally or allows those who are powerful to monopolize the opinions of others. On the contrary, believers encourage everyone to keep alive the eternal human questions which testify to our desire for transcendence and our longing for authentic forms of life, truly worthy of being lived. It is precisely this uniquely human spiritual yearning which inspires our quest for truth and for communion and which impels us to communicate with integrity and honesty.

I invite young people above all to make good use of their presence in the digital world. I repeat my invitation to them for the next World Youth Day in Madrid, where the new technologies are contributing greatly to the preparations. Through the intercession of their patron Saint Francis de Sales, I pray that God may grant communications workers the capacity always to carry out their work conscientiously and professionally. To all, I willingly impart my Apostolic Blessing.

From the Vatican, 24 January 2011, Feast of Saint Francis de Sales

BENEDICTUS XVI



(diambil dari http://katolisitas.org/2011/02/09/kebenaran-pemakluman-dan-hidup-otentik-di-zaman-digital/

http://www.vatican.va/holy_father/benedict_xvi/messages/communications/documents/hf_ben-xvi_mes_20110124_45th-world-communications-day_en.html )


terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy