| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Bacaan Harian 7 - 13 Maret 2011

Senin, 07 Maret :Rata Penuh
Peringatan Wajib St. Perpetua dan St. Felisitas, Martir (M). Tb 1:1a2a.3 – 2:1b-8; Mzm 112:1-6; Mrk 12:1-12.

Selasa, 08 Maret:
Hari Biasa Pekan IX (H). Tb 2:9-14; Mzm 112:1-2.7bc-9; Mrk 12: 13-17.

Catatan:
Peringatan Wajib (Memoria obligatoria) yang jatuh pada hari-hari biasa dalam Masa Prapaskah dirayakan sebagai peringatan fakultatif (memoria ad libitum) (Pedoman Umum Penanggalan Liturgi no. 59.12).
“Masa Prapaskah mempunyai dua ciri khas, yaitu; mengenangkan atau mempersiapkan pembaptisan dan membina tobat” (KL 109). Dalam masa tradisi Gereja Masa Prapaskah menjadi masa untuk “Retret Agung”.
Yang akan dibaptis pada malam Paskah dan orang sesat yang akan kembali ke pangkuan Gereja, hendaknya mempersiapkan diri dan dibimbing secara intensif
Kegiatan pendalaman iman, puasa dan amal amat dianjurkan.
Selama masa Prapaskah, “Alleluya” sebelum Injil atau dalam nyanyian-nyanyian ditiadakan, juga hiasan bunga. Alat-alat musik hanya boleh dimainkan secara sederhana untuk mengiringi nyanyian dan menggarisbawahi ciri tobat, (lih. Perayaan Paskah dan Persiapannya: Seri Dokumen Gerejawi 71, no. 17) kecuali hari Minggu ke-4 dan hari raya serta pesta yang terjadi dalam masa khusus ini (PUMR no. 313. Berkat Penutup hendaknya diucapkan Oratio super populum (doa untuk umat), TPE Baru hal. 264, rumus-rumus lain, lih. Hal 267).

Rabu, 09 Maret:
Hari Rabu Abu (U). Puasa dan Pantang. Pemberkatan dan Pembagian Abu. Yl 2:12-18; Mzm 51:3-6a.12-14.17; 2Kor 5:20-6:2; Mat 6:1-6.16-18.

Kamis, 10 Maret:
Hari Kamis sesudah Rabu Abu (U). Ul 30:15-20; Mzm 1:1-4.6; Luk 9:22-25.

Jumat, 11 Maret:
Hari Jumat sesudah Rabu Abu (U). Ul Yes 58:1-9a; Mzm 51:3-6a.18-19; Mat 9:14-15.

Sabtu, 12 Maret:
Hari Sabtu sesudah Rabu Abu (U). Yes 58:9b-14; Mzm 86:1-6; Luk 5:27-32.

Minggu, 13 Maret:
Hari Minggu Prapaskah I (U). Kej 2:7-9 – 3:1-7; Mzm 51:3-6a.12-14.17; Rm 5:12-19 (Rm 5:12.17-19); Mat 4:1-11.

Selasa, 08 Maret 2011 Hari Biasa Pekan IX

Selasa, 08 Maret 2011
Hari Biasa Pekan IX

"Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia memandangrendah para lawannya" (Mzm 112:8)

Doa Renungan

Allah Bapa kami, yang mahakuasa, Yesus Putra-Mu terkasih mengajak kami untuk mengikuti-Nya tanpa menengok apa yang telah lalu. Buatlah kami pantas bagi kerajaan-Mu, sehingga kami bersedia dan dengan setia mengikuti panggilan-Mu serta melaksanakan sabda-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Tobit (2:9-14)

"Semakin aku diolesnya dengan obat, semakin buta mataku, karena bintik-bintik putih itu."

Pada malam sesudah menguburkan jenazah, aku, Tobit, membasuh diriku, lalu pergi ke pelataran rumah dan tidur dekat pagar temboknya. Mukaku tidak tertudung karena panas. Aku tidak tahu bahwa ada burung pipit di tembok tepat di atas diriku. Maka jatuhlah tahi hangat ke dalam mataku. Muncullah bintik-bintik putih. Akupun lalu pergi kepada tabib untuk berobat. Tetapi semakin aku diolesnya dengan obat, semakin buta mataku karena bintik-bintik putih itu, sampai buta sama sekali. Empat tahun lamanya aku tidak dapat melihat. Semua saudaraku merasa sedih karena aku. Dua tahun lamanya aku dipelihara oleh Ahikar sampai ia pindah ke kota Elumais. Di masa itu isteriku Hana mulai memborong pekerjaan perempuan. Pekerjaan itupun diantarkannya kepada para pemesan dan ia diberi upahnya. Pada suatu hari, yaitu tanggal tujuh bulan Dustus, diselesaikannya sepotong kain, lalu diantarkannya kepada pemesan. Seluruh upahnya dibayar kepadanya dan ditambah juga seekor anak kambing jantan untuk dimakan. Tetapi setiba di rumahku maka anak kambing itu mengembik. Lalu isteriku kupanggil dan berkata: "Dari mana anak kambing itu? Apa itu bukan curian? Kembalikanlah kepada pemiliknya! Sebab kita tidak diperbolehkan makan barang curian!" Sahut isteriku: "Kambing itu diberikan kepadaku sebagai tambahan upahku." Tetapi aku tidak percaya kepadanya. Maka kusuruh kembalikan kepada pemiliknya -- Karena perkara itu aku merah padam karena dia! -- Tetapi isteriku membantah, katanya: "Di mana gerangan kebajikanmu? Di mana amalmu itu? Betul, sudah ketahuan juga gunanya bagimu!"
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Hai orang jujur teguh, penuh kepercayaan kepada Tuhan.
Ayat. (Mzm 112:1-2.7bc-8.9)
1. Berbahagialah orang yang takut akan Tuhan, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.
2. Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada Tuhan. Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia memandang rendah para lawannya.
3. Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 20:25)
Berikanlah kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:13-17)

"Berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah."

Pada waktu itu beberapa orang Farisi dan Herodian disuruh menghadap kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan. Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!" Lalu mereka bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Mereka sangat heran mendengar Dia.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Tobit baru saja melakukan perbuatan amal kasih, memakamkan orang mati. Bahkan untuk itu ia meninggalkan meja perjamuan, meninggalkan makanan yang siap santap. Betapa sebuah kebaikan dan kebajikan yang teruji dan terpuji. Untuk ini pun ia masih mendapatkan cemooh dan tertawaan orang, tapi kebaikan tak pernah dapat dikalahkan oleh kejahatan! Dan Tobit memilih berbuat baik dan bajik. Apa upahnya? Saat berbaring santai, ia malah kejatuhan kotoran burung persis pada matanya yang mengakibatkan kebutaan!

Orang baik, orang pilihan Tuhan, tidak dibebaskan dari cobaan, tidak luput dari derita! Tidakkah hal ini bertentangan dengan pikiran logis manusia? Orang baik harus diganjari Allah! Apalagi Tobit, tetap setia di pembuangan, dan terus berbuat baik sampai-sampai isterinya tidak memahaminya. Tobit tidak melihat Allah sebagai tukang sulap atau sebagai orang yang harus mengikuti logika pemikiran manusiawinya. Tuhan berkarya lewat pelbagai cara, Tuhan hadir lewat setiap pengalaman dan kejadian. Penyelenggaraan Ilahi itu adalah 'seni'nya Allah memelihara kita. Tobit tetap belajar dari kepahitan apa pun, Tobit tetap setia, baik dan bajik. Tak ada yang dapat memisahkan dia dari cinta akan Allah!

"Dari mana anak kambing itu? Apa itu bukan curian? Kembalikanlah kepada pemiliknya! Sebab kita tidak diperbolehkan makan barang curian!" (Tobit 2:13). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Suatu ajakan untuk tidak melakukan korupsi pada tingkat dan bidang kehidupan bersama dimanapun dan kapanpun.

Kata bahasa Latin ‘corruptio’
(1) secara aktif berarti hal merusak, hal membuat busuk, pembusukan, penyuapan;
(2) secara pasif berarti keadaan dapat binasa, kebinasaan, kerusakan, kebusukan, kefanaan, korupsi, kemerosotan.

Sedangkan kata bahasa Latin ‘corruptor’ berarti perusak, pembusuk, penggoda, pemerdaya, penyuap. Arti yang paling mengena dari korupsi adalah pembusukan, berarti para koruptor bertindak busuk, membuat busuk lingkungan hidup dan kerja. Korupsi atau mencuri berarti membuat hidup bersama busuk, dan apa yang busuk kiranya menjijikkan, tidak enak dibau maupun dirasakan. Dengan ini kami berharap kepada para koruptor untuk meninggalkan cara hidup yang membusukkan tersebut serta mengembalikan apa yang telah diambil dengan tidak benar. Kita juga dipanggil untuk membina diri maupun sssama dan saudara-saudari kita hidup jujur serta tidak korupsi. Salah satu cara pembinaan yang baik antara lain di sekolah atau perguruan tinggi diberlakukan ‘dilarang menyontek dalam ulangan maupun ujian’.Membiarkan kebiasaan menyontek berarti menyuburkan perilaku korupsi. Anak-anak di dalam keluarga hendaknya juga dibiasakan hidup dan bertindak jujur, dan tentu saja butuh keteladanan dari para orangtua. Memang uang sungguh menjadi penggoda untuk korupsi atau mencuri, maka hendaknya menempatkan uang di tempat yang tidak merangsang bagi siapapun untuk berbuat dosa, mencuri atau korupsi.

Tuhan memanggil dan bekerja dalam keluarga. Tidak jarang dalam hidup berkeluarga terjadi beda pendapat, percekcokan, bahkan ada iri hati dan dengki. Bagaimana keluarga memecahkan persoalan hidup? Belajar dari keluarga Tobit dan Hana, kita melihat mereka tetap berseru kepada Tuhan. Mereka berjuang saling membantu yang sakit dan mengatasi curiga dengan tetap percaya pada bimbingan Tuhan.

Sementara dalam bacaan Injil hari ini, orang yang tidak takut kepada siapa pun, tidak mencari muka, dan dengan jujur mengikuti jalan Allah, tidak menghindar dari kebenaran. Kebenaran acapkali memintanya untuk rela tunduk dengan rendah hati pada kewajiban yang menyelamatkan. Seperti Yesus, kita dapat mencontoh sikap terpuji ini. Maka, keinginan untuk memberikan hak sesama dengan baik dan memberikan hak Allah dengan setia, hendaknya menjadi doa kita senantiasa.

Yesus mengajak kita menjadi warga negara yang baik dengan memberikan hak kaisar. Yesus pun menjadi warga negara yang baik pada zaman-Nya. Ia membayar pajak sebagaimana diwajibkan oleh pihak-pihak terkait. ”Memberikan kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah” harus ditempatkan dalam konteks kasih dan keadilan.

Tuhan, doronglah aku untuk senantiasa berlaku adil melaksanakan kewajibanku terhadap masyarakat dan terlebih lagi kepada-Mu.

Hari doa sedunia untuk panggilan ke-48

Pesan Paus Benediktus XVI

Hari doa sedunia untuk panggilan ke-48, 15 Mei 2011

Tema: Mendorong panggilan dalam Gereja Lokal

Saudara-saudari terkasih,

Hari Doa Sedunia Untuk Panggilan Ke-48 yang dirayakan pada tgl.15 Mei 2011, Minggu IV Masa Paskah, mengajak kita untuk merenungkan tema: MENDORONG PANGGILAN DALAM GEREJA LOKAL. Tujuh puluh tahun yang lalu, Venerabilis Paus Pius XII mendirikan sebuah Serikat Kepausan untuk Panggilan Imam. Serikat-serikat serupa, yang dipimpin oleh para imam dan anggota-anggotanya adalah kaum awam, secara berturut-turut didirikan oleh para uskup di banyak keuskupan, sebagai suatu tanggapan atas panggilan Sang Gembala Baik yang, “ketika Dia melihat orang banyak itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan telantar seperti domba tanpa gembala”. Lebih lanjut, Ia berkata: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja ke tuaian itu” (Mat.9:36-38).

Pekerjaan berat yang dapat meneguhkan dan mendukung panggilan menemukan sumber inspirasinya dari perikop Injil tersebut di atas, dimana Yesus memanggil para murid-Nya untuk mengikuti Dia dan melatih mereka dengan kasih dan perhatian. Kita hendaknya menaruh perhatian lebih dekat lagi pada cara Yesus memanggil orang-orang terdekat-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah (bdk. Luk.10:9). Pada tempat pertama, nampak jelas sekali bahwa hal pertama yang Ia lakukan adalah berdoa bagi mereka. Sebelum memanggil mereka, Yesus menghabiskan semalaman suntuk sendirian dalam doa sambil mendengarkan kehendak Bapa (bdk. Luk.6:12), dalam semangat kelepasan batin dari hal-hal duniawi. Ini merupakan percakapan yang mesra antara Yesus dengan Bapa-Nya sehingga menghasilkan panggilan bagi para murid-Nya. Panggilan pelayanan imammat dan hidup bakti pertama-tama dan terutama adalah buah dari kontak yang terus menerus dengan Allah yang hidup dan doa yang terus menerus diangkat kepada “Tuhan si empunya panenan” apakah dalam jemaat-jemaat paroki, dalam keluarga-keluarga Kristiani atau dalam kelompok-kelompok tertentu yang secara khusus membaktikan doa bagi panggilan.

Pada awal penampilan-Nya di depan umum, Tuhan memanggil beberapa nelayan di tepi pantai danau Galilea: “Mari, ikutilah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mat.4:19). Ia menyatakan perutusan mesianis-Nya kepada mereka dengan banyak “tanda” yang menunjukkan kasih-Nya kepada manusia dan anugerah belas kasih Bapa. Melalui Sabda dan cara hidup-Nya, Ia mempersiapkan mereka untuk melaksanakan karya keselamatan-Nya. Akhirnya, mengetahui “bahwa saat-Nya telah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa” (Yoh.13:1), Ia mempercayakan kepada mereka kenangan akan wafat dan kebangkitan-Nya, dan sebelum naik ke sorga, Ia mengutus mereka keluar ke seluruh dunia dengan perintah: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mat.28:19).

Ini merupakan suatu undangan yang membanggakan sekaligus menantang ketika Yesus berbicara kepada mereka dan berkata: “Ikutilah Aku”. Ia mengundang mereka menjadi sahabat-sahabat-Nya, mendengarkan firman-Nya dengan penuh perhatian dan tinggal bersama-Nya. Ia mengajarkan kepada mereka suatu komitmen yang total bagi Allah dan bagi perkembangan Kerajaan-Nya sesuai dengan perintah Injil: “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh.12:24). Ia mengajak mereka untuk meninggalkan rancangan dan pandangan kesempurnaan diri yang sempit agar dapat menceburkan diri ke dalam kehendak yang lain, yaitu kehendak Allah, dan dibimbing oleh kehendak-Nya. Ia menganugerahkan kepada mereka suatu pengalaman persaudaraan, yang dilahirkan dari keterbukaan secara total kepada Allah (bdk. Mat.12:49-50) yang menjadi ciri khas jemaat Yesus: “Dengan demikian setiap orang akan mengetahui bahwa kamu adalah murid-Ku jikalau kamu mengasihi satu sama lain.” (Yoh.13:35).

Mengikuti Kristus pada masa kini tidaklah kurang menantang. Artinya kita belajar untuk tetap setia mengarahkan diri kita kepada Yesus, tumbuh semakin dekat dengan-Nya, mendengarkan firman-Nya dan menjumpai-Nya dalam sakramen-sakramen; ini berarti menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak-Nya. Untuk itu dibutuhkan suatu tempat pembinaan yang tepat bagi semua orang yang ingin mempersiapkan diri untuk pelayanan imamat dan hidup bakti (religius atau biarawan-biarawati) di bawah bimbingan para pejabat Gereja yang kompeten. Tuhan tidak sia-sia memanggil umat-Nya pada setiap jenjang kehidupan untuk mengambil bagian dalam perutusan-Nya dan melayani Gereja dalam diri para pelayan tertahbis dan kaum religius. Gereja dipanggil untuk “menjaga anugerah ini, menghargai dan mencintainya. Gereja harus bertanggung-jawab terhadap kelahiran dan perkembangan panggilan imamat” (Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik Pastores Dabo Vobis, 41). Khususnya pada masa kini, ketika suara Tuhan nampak dikalahkan oleh “suara-suara lain” dan undangan-Nya untuk mengikuti Dia melalui pengorbanan hidup nampak terlalu sulit, maka setiap jemaat Kristiani, setiap anggota Gereja, secara sadar harus merasa bertanggung-jawab demi memajukan panggilan. Sangatlah penting untuk mendorong dan mendukung mereka yang telah menunjukkan tanda-tanda yang jelas atas panggilan imamat dan hidup bakti dan membantu mereka merasakan kehangatan seluruh jemaat sehingga mereka mampu menjawab “ya” kepada Allah dan kepada Gereja. Saya mendukung mereka, dengan kata-kata yang persis sama dengan kata-kata yang saya sampaikan kepada para seminaris: “Anda telah melakukan suatu hal yang baik. Karena orang akan selalu membutuhkan Allah, bahkan pada era dunia yang dikuasai oleh teknologi dan globalisasi: mereka akan selalu membutuhkan Allah yang telah menyatakan diri-Nya dalam Yesus Kristus, Allah yang mengumpulkan kita semua dalam Gereja universal supaya belajar bersama Dia dan melalui Dia makna hidup yang sejati agar dapat menegakkan dan melaksanakan standar kemanusiaan yang sejati” (Surat kepada Para Seminaris, 18 Oktober 2010).

Adalah sesuatu yang hakiki bahwa setiap Gereja Lokal menjadi semakin peka dan perhatian terhadap reksa pastoral panggilan, khususnya dalam membantu anak-anak dan kaum muda di setiap keluarga, paroki dan kelompok-kelompok tertentu – sebagaimana telah diperbuat oleh Yesus sendiri kepada para murid-Nya – menumbuhkan suatu persahabatan yang sejati dan penuh kasih kepada Tuhan, mengolahnya dalam doa-doa pribadi maupun liturgis (bersama); tumbuh dalam keakraban dengan Kitab Suci dan karenanya mendengarkan Firman Tuhan dengan penuh perhatian dan menghasilkan buah yang melimpah; memahami bahwa masuk ke dalam kehendak Allah itu tidaklah menghancurkan diri pribadi, melainkan sebaliknya justru menghantar seseorang mencapai pada penemuan kebenaran yang terdalam tentang diri sendiri; dan akhirnya mampu membangun relasi dengan orang lain secara jujur dan penuh rasa persaudaraan, karena hal itu terjadi bila kita mau terbuka terhadap kasih Allah hingga kita mampu menemukan kegembiraan yang sejati dan meraih cita-cita kita. “MENDORONG PANGGILAN DALAM GEREJA LOKAL” berarti memiliki keberanian, melalui perhatian terhadap keprihatinan akan panggilan, untuk menunjukkan cara mengikuti Kristus yang menantang ini, karena maknanya sungguh kaya dan melibatkan seluruh hidup seseorang.

Yang terkasih saudaraku para uskup, saya ingin menyapa Anda semua secara khusus. Untuk menjamin kontinuitas dan perkembangan misi Kristus yang menyelamatkan, Anda harus “mendorong panggilan imamat dan hidup bakti sebanyak mungkin, dan Anda harus memiliki perhatian khusus pada panggilan missioner” (Christus Dominus, 15). Tuhan membutuhkan Anda untuk bekerja-sama dengan Dia untuk menjamin bahwa panggilan-Nya sampai ke dalam hati mereka yang telah Dia pilih. Pilihlah secara seksama mereka yang bekerja di Kantor (Komisi) Panggilan Keuskupan yang menjadi sarana promosi panggilan dan organisasi pastoral panggilan dan doa yang menopang dan menjamin semuanya itu secara efektif. Saya juga ingin mengingatkan Anda, para uskup yang terkasih, perhatian terhadap Gereja universal terkait dengan pendistribusian para imam di seluruh dunia secara adil. Keterbukaan hati Anda terhadap kebutuhan-kebutuhan di banyak keuskupan yang sedang mengalami kekurangan dalam hal panggilan akan menjadi berkat Allah bagi jemaat-jemaat di keuskupan Anda dan menjadi suatu tanda bagi umat beriman akan suatu pelayanan imamat yang memberi perhatian secara tulus terhadap aneka kebutuhan seluruh Gereja.

Konsili Vatikan II secara jelas mengingatkan kita bahwa “tugas pengembangan panggilan terletak pada seluruh jemaat Kristen, terutama melalui peri hidup Kristiani yang sungguh-sungguh” (Optatam Totius, 2). Maka dari itu saya ingin menyampaikan pesan khusus sebagai ungkapan pengakuan dan dukungan saya bagi mereka yang bekerja di berbagai bidang bersama para imam di paroki-paroki mereka. Khususnya, saya tujukan kepada mereka yang dapat menawarkan suatu bantuan khusus pada reksa pastoral panggilan : para imam, keluarga-keluarga, para katekis dan ketua-ketua kelompok/organisasi di paroki. Saya minta kepada para imam suatu kesaksian tentang persekutuan mereka dengan uskup-nya dan dengan para imam rekan sekerja mereka; sebab dengan demikian berarti menyediakan tanah yang subur untuk penyemaian benih-benih panggilan imamat. Semoga keluarga-keluarga “dijiwai oleh semangat iman dan kasih serta ditandai sikap bakti….” (Optatam Totius, 2), mampu membantu anak-anak menerima panggilan imamat dan kehidupan religius secara tulus. Semoga para katekis dan para pimpinan organisasi Katolik serta gerakan-gerakan gerejani, yang diperkuat oleh pendidikan misi, berusaha “membimbing kaum muda yang dipercayakan kepada mereka sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengenal dan menerima dengan suka rela panggilan illahi” (ibid).

Saudara-saudariku yang terkasih, komitmen Anda terhadap pengembangan dan keprihatianan terhadap panggilan menjadi begitu penting; dan dilihat dari sudut reksa pastoral sangatlah efektif kalau semua itu dilakukan dalam kesatuan dengan Gereja dan demi pelayanan jemaat. Atas dasar alasan inilah maka setiap saat dalam kehidupan jemaat Gereja ini – katekese, pertemuan-pertemuan pembinaan, doa-doa liturgis, ziarah – dapat menjadi suatu kesempatan yang sangat berharga demi pembangunan Umat Allah, khususnya bagi anak-anak dan kaum muda, rasa ikut memiliki Gereja dan tanggung-jawab untuk menanggapi panggilan imamat dan kehidupan religius dengan pemahaman yang cukup dan keputusan yang bebas.

Kemampuan untuk mendorong panggilan adalah suatu tanda vitalitas suatu Gereja Lokal. Dengan yakin dan setia, marilah kita berdoa mohon bantuan kepada Perawan Maria, bahwa melalui teladannya untuk menerima rencana Allah yang menyelamatkan dan melalui permohonanya yang sangat kuat-kuasa, setiap jemaat menjadi semakin lebih terbuka untuk menyatakan “ya” kepada Tuhan yang secara terus menerus memanggil para pekerja yang baru ke panenannya. Atas dasar harapan ini, dengan gembira saya memberikan Berkat Apostolik saya.

Dari Vatikan, 15 November 2010.
Penerjemah: Karya Kepausan Indonesia (KKI)

Senin, 07 Maret 2011 Pw. Sta. Perpetua dan Felisitas, Martir

Senin, 07 Maret 2011
Pw. Sta. Perpetua dan Felisitas, Martir

"Berbahagialah orang yang takut akan Tuhan, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. " (Mzm 112:1-2)

Perpetua dan Felisitas hidup di Kartago, Afrika Utara, pada abad ketiga. Pada masa itu terjadi penganiayaan yang hebat atas orang-orang Kristen oleh Kaisar Septimus Severus.

Perpetua yang berusia duapuluh dua tahun adalah puteri seorang bangsawan kaya. Semenjak kecilnya ia selalu mendapatkan apa saja yang ia inginkan. Tetapi ia sadar bahwa ia mengasihi Yesus dan iman Kristianinya jauh lebih berharga dari apa pun yang dapat ditawarkan oleh dunia. Oleh karena imannya itulah ia menjadi seorang tahanan yang siap menghadapi hukuman mati. Ayah Perpetua adalah seorang kafir. Ia melakukan segala daya upaya untuk membujuk puterinya agar mengingkari iman Kristianinya. Ia berusaha meyakinkan Perpetua akan betapa pentingnya menyelamatkan nyawanya. Tetapi, Perpetua tetap pada pendiriannya, meskipun ia tahu bahwa ia harus meninggalkan suami serta bayinya.

Felisitas, pelayan Perpetua yang Kristen, adalah seorang budak. Ia dan Perpetua bersahabat. Mereka saling berbagi iman dan cinta akan Yesus. Felisitas juga rela kehilangan nyawanya bagi Yesus dan bagi imannya. Oleh sebab itu ia juga menjadi seorang tahanan yang siap menghadapi hukuman mati. Felisitas adalah seorang isteri. Ketika sedang di penjara karena imannya, ia juga menjadi seorang ibu muda pula. Bayinya diangkat anak oleh seorang wanita Kristen yang baik. Felisitas amat bahagia karena sekarang ia dapat pergi sebagai martir. Bergandengan tangan, Perpetua dan Felisitas menghadapi kemartiran mereka dengan gagah berani. Mereka dijadikan mangsa binatang-binatang buas dan kemudian dipenggal kepalanya. Mereka berdua wafat sekitar tahun 202.

Antifon Pembuka

Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya (Mzm 112:1-2)

Doa Renungan

Allah Bapa kami, siapapun juga yang percaya pada Yesus Putra-Mu, Kaucurahi dengan Roh Kudus agar hati dan budinya menjadi suci dan murni, dibersihkan dari kuasa kegelapan dan dibebaskan dari kuasa jahat. Tinggallah disini, dan perbaharuilah hidup kami agar perbuatan baik dan luhurlah yang kami kerjakan, sehingga kami pantas ambil bagian dalam memuliakan nama-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Tobit (1:1-3, 2:1b-8)

"Tobit lebih takut kepada Tuhan daripada kepada raja."

Aku, Tobit, menempuh jalan kebenaran dan kesalehan seumur hidupku dan banyak melakukan kebajikan kepada para saudara dan segenap bangsaku yang bersama dengan daku telah berangkat ke pembuangan, ke negeri Asyur, ke kota Niniwe. Sekali peristiwa pada hari raya Pentakosta, yaitu hari raya Tujuh Minggu, disajikan kepadaku suatu jamuan makan yang baik. Aku pun telah duduk untuk makan. Sebuah meja ditempatkan di hadapanku dan kepadaku disajikan banyak hidangan. Tetapi berkatalah aku kepada anakku Tobia, “Nak, pergilah, dan jika kaujumpai seorang miskin dari saudara-saudara kita yang diangkut tertawan ke Niniwe dan yang dengan segenap hati ingat akan Tuhan, bawalah ke mari, supaya ikut makan. Aku hendak menunggu, hingga engkau kembali.” Maka keluarlah Tobia untuk mencari seorang saudara yang miskin. Sepulangnya berkatalah ia, “Pak!” Sahutku, “Ada apa, nak?” Jawabnya, “Salah seorang dari bangsa kita telah dibunuh. Ia dicekik dan dibuang di pasar. Jenazahnya masih ada di situ!” Aku meloncat berdiri, dan jamuan itu kutinggalkan sebelum kukecap. Jenazah itu kuangkat dari lapangan dan kutaruh di dalam salah satu rumah hingga matahari terbenam, untuk kukuburkan nanti. Kemudian aku pulang, kubasuh diriku, lalu makan dengan sedih hati. Maka teringatlah aku akan sabda yang diucapkan Nabi Amos mengenai kota Betel, “Hari-hari rayamu akan berubah menjadi hari sedih dan segala nyanyianmu akan menjadi ratapan!” Lalu menangislah aku. Setelah matahari terbenam aku pergi menggali liang, lalu jenazah itu kukuburkan. Para tetangga menertawakan daku, katanya, “Ia belum juga takut! Sudah pernah ia dicari untuk dibunuh karena perkara yang sama. Dahulu ia melarikan diri dan sekarang ia menguburkan jenazah lagi!” Tetapi Tobit lebih takut kepada Allah daripada kepada Raja.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan
Ayat. (Mzm 112:1-2.3-4.5-6)
1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; keturunan orang benar akan diberkati.
2. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap dikenang selama-lamanya. Bagi orang benar ia bercahaya laksana lampu di dalam gelap, ia pengasih dan penyayang serta berlaku adil.
3. Orang baik menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, ia melakukan segala urusan dengan semestinya. Orang jujur tidak pernah goyah, ia kan dikenang selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (1Yoh 4:10b)
Yesus Kristus, Engkaulah saksi yang setia, yang pertama bangkit dari alam maut; Engkau mengasihi kami dan mencuci dosa kami dalam darah-Mu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:1-12)

"Mereka menangkap dan membunuh putra kesayangan, dan melemparkannya ke luar kebun anggur."

Pada suatu hari Yesus berbicara kepada imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan kaum tua-tua dengan perumpamaan, kata-Nya, "Adalah seorang membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Dan ketika sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima sebagian dari hasil kebun itu dari mereka. Tetapi mereka menangkap hamba itu dan memukulnya, lalu menyuruhnya pergi dengan tangan hampa. Kemudian ia menyuruh pula seorang hamba lain kepada mereka. Orang ini mereka pukul sampai luka kepalanya dan sangat mereka permalukan. Lalu ia menyuruh seorang hamba lain lagi, dan orang ini mereka bunuh. Dan banyak lagi yang lain, ada yang mereka pukul dan ada yang mereka bunuh. Sekarang tinggal hanya satu orang anaknya yang kekasih. Akhirnya ia menyuruh dia kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi penggarap-penggarap itu berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, maka warisan ini menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan membunuhnya, lalu melemparkannya ke luar kebun anggur itu. Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain. Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita." Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka pergi dan membiarkan Dia."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Saat renungan ini ditulis, kasus Gayus Tambunan, sedang ramai dibicarakan. Gayus, pegawai pajak biasa, telah menilep uang pajak milyaran rupiah. Orang pun tersentak dan terkaget-kaget bahwa pegawai sekelas Gayus mampu mengorupsi uang begitu banyak. Seolah-olah soal pajak adalah miliknya sendiri. Itulah juga yang terjadi pada para pekerja upahan di kebun anggur dalam Injil hari ini. Para petani tersebut menjadi serakah dan tidak tahu diri. Mereka jadikan seolah-olah ladang anggur itu milik mereka sendiri. Bahkan, anak yang empunya kebun pun mereka aniaya dan mereka bunuh.

Perumpamaan tentang para pekerja upahan di kebun anggur merupakan kritikan tajam Yesus pada sikap bangsa Israel. Yesus menunjukkan kesalahan bangsa Israel yang menjadikan Kerajaan Allah sebagai milik pribadi. Mereka menyepelekan Firman-Nya dan menolak menaati Putra-Nya, Yesus Kristus. Bahaya seperti ini dapat terus terulang. Para penguasa Gereja dapat saja menunjukkan sikap yang sama seperti para penggarap tanah yang jahat itu. Hal itu terjadi bila mereka menjalani kekuasaannya menurut pikiran mereka sendiri saja dan menolak Firman Allah.

Tuhan, bukalah hati dan budiku agar aku dapat selalu terbuka pada Sabda yang Kausampaikan kepadaku. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian
Catatan orang kudus: diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media

Surat Gembala Prapaskah 2011 Keuskupan Purwokerto

“SEMAKIN MENJADI TANDA HADIRNYA KERAJAAN ALLAH”

Saudara-saudari Umat Katolik Keuskupan Purwokerto yang terkasih,

1. Pada Hari Rabu mendatang kita memasuki Masa Puasa, masa pertobatan untuk menyongsong Hari Raya Paskah. Selama masa Prapaskah kita diajak untuk mendalami tema pertobatan yang sudah kita pilih, yaitu “Kesejatian dalam mewujudkan diri: Semakin menjadi tanda kehadiran Kerajaan Allah”. Tema ini dipilih dalam rangka mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan; syukur atas kebahagiaan hidup sebagai orang beriman yang dianugerahi keselamatan; syukur atas penyertaan Allah di dalam menggulirkan renstra karya pastoral yang kedua dan syukur kepada Tuhan atas usia lima puluh tahun hirarki Gereja Indonesia. Dalam suasana gembira dan syukur ini, saya mengajak seluruh Umat Katolik untuk semakin menjadi tanda kehadiran Kerajaan Allah di tengah-tengah masyarakat.

2. Sejak awal tampil di depan umum, Tuhan kita Yesus Kristus mewartakan bahwa ‘Kerajaan Allah sudah dekat” (Mrk 1, 15; Mat 4, 17, Luk 10, 11); bahkan Kerajaan Allah sudah datang (Mat 12, 28). Kerajaan Allah diibaratkan benih yang ditaburkan di ladang hati banyak orang (Mrk, 4,11-20); benih itu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan serta menghasilkan buah di dalam diri manusia. Bahkan Yesus tidak hanya mengajarkan tentang Kerajaan Allah; Dia sendiri merupakan tanda hadirnya Kerajaan Allah. “Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Luk 11, 20). Melalui karya-karya-Nya, antara lain: pengusiran setan, penyembuhan orang sakit, pemberian makanan, dan sebagainya, Yesus menampakkan hadirnya Kerajaan Allah bagi banyak orang. Menggunakan istilah bacaan pertama pada Minggu ini, Kerajaan Allah hadir, sejauh hidup manusia menjadi berkat bagi orang lain melalui karya dan kegiatan sehari-hari.

Saudara-saudariku yang terkasih,

3. Bagaimana caranya supaya kehidupan Umat Katolik menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah? Injil yang dibacakan pada Minggu ini memberikan inspirasi, yakni supaya para murid Kristus bersedia untuk melaksanakan apa yang menjadi kehendak Allah Bapa kita, dan bukan semata-mata berbuat kebaikan demi nama Tuhan. Melaksanakan kehendak Bapa di surga maksudnya bersedia untuk meluhurkan Sabda Allah dan menyediakan diri untuk ditempati oleh Sabda Allah itu. Kitab Ulangan memberi inspirasi supaya para murid Kristus menaruh perkataan ilahi dalam hati dan jiwa, maksudnya dalam pikiran, angan-angan, dan dalam kehidupan. Mereka juga diminta agar perkataan itu diikatkan sebagai tanda pada tangan dan menjadi lambang di dahi (ay. 11, 18). Dengan cara demikian, para murid Kristus dapat berbagi hidup dengan Bapa dan menemukan kebahagiaan sejati.

4. Dengan menggunakan perumpamaan, Yesus mengajarkan bahwa orang yang membiarkan dirinya diresapi oleh Sabda Tuhan, orang itu akan menjadi bijaksana; orang bijak itu seperti rumah yang dibangun di atas wadas, yakni tetap kokoh sekalipun diterjang badai. Sebaliknya, orang yang tidak mau diresapi Sabda Tuhan, akan menjadi orang bodoh, seperti rumah di atas pasir; rumah tersebut akan hancur diterjang badai. Kebijaksanaan merupakan jalan menuju keselamatan dan kebodohan merupakan jalan menuju kehancuran. Inilah cara bagi murid Kristus untuk menghayati hidup keagamaan secara benar dan cara untuk membangun kehidupan baru; kehidupan yang dapat menjadi berkat bagi banyak orang, dan bukan menjadi kutuk.

Saudara-saudari yang terkasih,

5. Selanjutnya, apa yang perlu diperjuangkan oleh Umat Katolik, supaya hidupnya dapat menjadi berkat bagi sesama? Tidak ada cara lain kecuali bersedia terlibat di dalam kehidupan internal Gereja dan masyarakat, seperti keterlibatan Tuhan kita Yesus Kristus atas suka duka kehidupan masyarakat saat itu. Keterlibatan Umat Katolik bukan untuk membuat berbagai macam mukjizat atau karya-karya yang ajaib, melainkan keterlibatan di dalam membangun dan memajukan kehidupan umat dan masyarakat menuju kesejahteraan bersama.

6. Kami sungguh bersyukur bahwa ada banyak Umat Katolik telah terlibat di dalam memajukan berbagai bidang kehidupan masyarakat, khususnya dalam pembinaan dan pendampingan kaum muda melalui berbagai gerakan dan kegiatan pembinaan yang tepat. Mereka adalah masa depan bangsa dan Gereja; kaum muda sungguh membutuhkan guru dan teman, pembina dan pendamping, di dalam peziarahan mereka menuju perkembangan kepribadian yang utuh dan dewasa.

7. Kami juga bersyukur atas keberadaan dan peran keluarga-keluarga Katolik, yang menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai luhur manusiawi dan iman kristiani. Kami sungguh bangga akan keluarga-keluarga Katolik yang mampu menghayati dan mengembangkan kasih dan kesetiaan sepanjang hidup. Namun demikian kami juga tidak menutup mata terhadap keluarga-keluarga yang mengalami berbagai macam persoalan dan kesulitan di dalam membangun rumah tangga di jaman modern ini. Kami berdoa, semoga Bapa memberikan kekuatan dan pendampingan untuk menghadapi dan mengatasi berbagai macam persoalan dan kesulitan itu.

8. Kami juga bersyukur bahwa anda semua berusaha untuk menghayati kehidupan iman dan agama secara benar, sehingga anda tidak jatuh ke dalam perilaku formalisme agama. Tuhan Yesus mengingatkan, “Bukan setiap orang yang berseru, “Tuhan, Tuhan”!, akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Semoga anda semua mampu mengembangkan kehidupan rohani secara benar dan makin mampu menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah.
9. Kami juga bersyukur dan merasa bangga bahwa banyak umat Katolik terlibat aktif di dalam memajukan berbagai bidang kehidupan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, kesehatan dan lain sebagainya. Keterlibatan aktif ini merupakan usaha untuk menghadirkan Kerajaan Allah bagi masyarakat luas. Tahun yang lalu kita telah bekerjasama dan berjejaring dengan berbagai pihak untuk mengatasi kenyataan kemiskinan melalui berbagai macam gerakan dan kegiatan. Saat ini kita masih menggulirkan fokus pastoral Tahun Keprihatinan Pertanian, yang merupakan guliran terakhir dari 5 prioritas karya pastoral.

10. Kami syukuri apa yang sudah kami lihat dan kami dengar bahwa banyak dari umat Katolik terlibat aktif dalam gerakan belarasa pertanian dengan melaksanakan berbagai kegiatan dan gerakan, seperti: gerakan moral cinta pertanian, hari pangan sedunia, pengembangan tani organik, pengembangan Credit Union, pengadaan sapi untuk petani, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan menjadi sarana bagi Gereja untuk membagi berkat bagi banyak orang; menjadi sarana bagi Umat Katolik untuk menghadirkan Kerajaan Allah bagi sesama.

11. Bagi anda yang tidak menjumpai umat atau warga miskin dan permasalahan pertanian, karena anda tinggal di lingkungan hidup yang berkecukupan, anda dapat membantu lingkungan lain se-paroki atau membantu paroki lain se-dekenat yang anda rasakan menanggung beban dan permasalahan berat berkaitan dengan kemiskinan dan pertanian. Yang penting bahwa anda telah membangun sikap dan semangat pertobatan yang benar dan berusaha menjadi tanda kehadiran Kerajaan Allah bagi sesama.

12. Dalam suasana syukur ini, marilah kita tetap menyadari jati diri kita sebagai murid-murid Kristus yang terpanggil untuk menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah baik secara pribadi atau bersama-sama sebagai Gereja. Selama empat puluh hari ini, kita tingkatkan kedekatan, keakraban dan kesatuan kita dengan Firman Tuhan yang menjadi dasar iman kita. Kita bangun kembali semangat kesederhanaan dan kerendahan hati sehingga kemuliaan Allah semakin tampak dan Kerajaan Allah semakin nyata dalam hidup kita sehari- hari. Selamat memasuki retret agung selama masa Prapaskah. Amin

Purwokerto, 1 Maret 2011

+Mgr. Julianus Sunarka, SJ
Uskup Keuskupan Purwokerto

Minggu, 06 Maret 2011 Hari Minggu Biasa IX

Minggu, 06 Maret 2011
Hari Minggu Biasa IX

Mendengar perkataan-Ku dan melakukannya

Antifon Pembuka

Arahkanlah wajah-Mu kepadaku dan kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab aku sebatang kara dan malang. Perhatikanlah sengsara dan kesukaranku, hapuskanlah segala kesesatanku.

Doa Renungan

Allah, yang agung dan perkasa, kami bersyukur kepada-Mu karena boleh bernaung di bawah lindungan-Mu. Sudilah mengarahkan pikiran dan hati kami kepada sabda yang hendak diwartakan di tengah-tengah kami. Semoga kami benar-benar terbuka mendengarkan sabda-Mu itu lalu tekun melaksanakannya pula. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang bersama Engkau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Ulangan (11:18.26-28.32)

"Hari ini aku menghadapkan kepadamu berkat dan kutuk."

Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. Lihatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk: berkat, apabila kamu mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal. Maka haruslah kamu melakukan dengan setia segala ketetapan dan peraturan yang kupaparkan kepadamu hari ini."
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = c, 2/4, PS 847
Ref. Tuhan penjaga dan benteng perkasa dalam lindungan-Nya aman sentosa.
Ayat. (Mzm 31:2-3a.3bc-4.17+25; Ul: 3b)
1. Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung, jangan sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan daku!
2. Jadilah bagiku gunung batu tempat berlindung, dan kubu pertahanan untuk menyelamatkan daku! Sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku; oleh karena nama-Mu, Engkau akan menuntun dan membimbing aku.
3. Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-hamba-Mu, selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua yang berharap kepada Tuhan.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (3:21-25a.28)

"Manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat."


Saudara-saudara, tanpa hukum Taurat, kebenaran Allah ini telah dinyatakan, seperti disaksikan dalam Kitab Taurat dan kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada pembedaan. Semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia Allah, semua telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pembenaran karena iman, dalam darah-Nya. Sebab kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, PS 954
Ref. Alleluya.

Ayat. (Yoh 15:5)
Aku inilah pokok anggur, kamulah rantingnya. Tinggallah beserta-Ku, maka aku tinggal beserta-Mu, dan kamu akan berbuah banyak.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (7:21-27)

"Rumah yang didirikan di atas wadas dan rumah yang didirikan di atas pasir."

Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan!' akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak bapa-Ku di surga. Pada hari terakhir, banyak orang akan berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga?' Pada waktu itu, Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata, 'Aku tidak pernah mengenal kalian! Enyahlah dari pada-Ku, kalian semua pembuat kejahatan!'" Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya pula, ia sama dengan orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas wadas. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak roboh sebab didirikan di atas wadas. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataanku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga robohlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Rekan-rekan yang baik!
Dalam Mat 7:21-27 Yesus menegaskan bahwa yang membuat orang masuk ke Kerajaan Surga ialah menjalankan kehendak "Bapa-ku yang di surga" dan bukanlah semata-mata menjalankan pelbagai kebaikan, seperti bernubuat, mengusir setan, bermukjizat demi nama Tuhan. Pengajaran ini bagian dari Khotbah di Bukit (Mat 5-7) yang memuat dasar-dasar kehidupan umat baru: Sabda Bahagia (5:1-12) yang dilanjutkan dengan penegasan bahwa para murid itu garam dunia (5:12-14) dan bahwa Yesus mengajar untuk meneguhkan serta menjalankan yang sudah mereka ketahui dari Taurat Musa (5:17-48). Khususnya bila memberi sedekah, hendaknya tak usah mempertontonkannya (6:1-4), begitu juga bila berdoa (6:5-15; "Bapa Kami" 9a-13) dan berpuasa (6:16-18). Umat diajar agar tak terikat pada kekayaan duniawi 6:19-24) dan menumbuhkan sikap pasrah kepada kebesaran ilahi agar rasa khawatir teratasi (6:25-34). Hendaknya murid tidak bersikap mau menghakimi orang lain (7:1-5), hendaknya bersikap hormat akan barang keramat (7:6), berteguh dalam memohon (7:7-11), berani berusaha walau jalan kebenaran terasa sesak dan sempit pintunya (7:12-14), sambil mewaspadai sikap kesalehan palsu (7:15-23), tetapi hendaklah bijaksana dan penuh perhitungan (7-24-27). Orang banyak menjadi takjub karena Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa, bukan seperti para ahli Taurat mereka (7:28-29).

DARI BACAAN PERTAMA (Ul 11:18. 26-28. 32)

Konteks pengajaran Yesus ialah kehidupan rohani umat Perjanjian Lama. Dapat dikatakan, inti kerohanian mereka ialah meluhurkan Sabda Ilahi dan menyediakan diri untuk ditempati-Nya. Dengan demikian mereka berbagi hidup dengan-Nya dan menemukan kebahagiaan sejati. Sabda dapat dikenali dalam ujud Taurat yang memuat macam-macam ketetapan serta peraturan kehidupan umat. Oleh sebab itu, menjalankan semua ini dengan sebaik-baiknya menjadi jalan menuju ke kebahagiaan hidup dan keselamatan. Kesadaran seperti ini tercermin dalam bacaan pertama, Ul 11:18. 26-28. 32. Orang diimbau agar menaruh perkataan ilahi dalam hati dan jiwa - maksudnya dalam pikiran, anganan, dan dalam kehidupan. Juga diminta agar perkataan itu diikatkan sebagai tanda pada tangan dan menjadi lambang di dahi (ay. 18). Begitu maka semua perbuatan ("tangan") dan maksud tujuannya ("dahi") dihubungkan langsung dengan Sabda Ilahi sendiri. Tentu saja bukannya tindakan luar belaka. Bila tidak disertai kesungguhan, maka perkataan yang mendatangkan berkat itu malah membuat orang terkutuk justru bila tidak menjalankannya (ay. 26-28). Oleh karena itu orang sekali lagi diimbau untuk mengikuti ketetapan-ketetapan dan peraturan hidup yang membuat kehadiran Sabda terlaksana dalam kehidupan umat (ay. 32). Boleh dikatakan "hukum-hukum Taurat" dimaksud untuk memudahkan orang mendekat kepada Sabda Ilahi sendiri. Tetapi bukanlah peraturan-peraturan itulah yang menjadi pokok. Lama kelamaan dalam keagamaan umat Perjanjian Lama hukum-hukum itu disamakan dengan tujuan sehingga memberatkan. Oleh karena itu berkembang profesi para ahli hukum Taurat yang menjelaskan makna peraturan dan mengarahkan pada tujuan hukum itu sendiri.

Pada zaman kemudian ada pengajar-pengajar yang justru menekankan sisi hukum dan bukan isi serta tujuannya. Mereka membuat umat terbebani. Sabda Ilahi yang memerdekakan batin malah tidak ditekuni. Pengajaran Yesus di Bukit (Mat 5-7) khususnya 5:17-48 bertujuan mengembalikan peraturan Taurat ke tujuan semula. Dan orang banyak menangkap arah ini, oleh karena itu diceritakan Matius bahwa mereka takjub Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa, bukan seperti para ahli Taurat mereka (7:28-29).

AGAMA OBROLAN & OBRALAN?

Sebuah ironi bahwa agama sering menjadi buah bibir dan dibicarakan dalam banyak kesempatan, tetapi berhenti dalam bentuk obrolan belaka. Memang enak memperkatakan hal-hal yang ada "di sana", bebas dari macam-macam kenyataan yang tak mengenakkan dalam hidup sehari-hari. Kerap juga sumber-sumber hidup agama, terutama Kitab Suci dikemas dalam bentuk seruan-seruan moral seperti barang obralan belaka. Inilah kiranya yang melatari Mat 7:21 "Bukan setiap orang yang berseru kepadaku 'Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapaku yang di surga." Memang agama menolong orang untuk melihat arah ke depan, ke hidup kekal, ke keselamatan. Namun menaruh agama dalam arahan itu sering membuat orang lupa daratan, menjauhi kenyataan di sekeliling. Masalah ini saya bawa kepada Matt.

GUS: Ini nih, Matt, kok petikan kali ini ditaruh dalam hubungan dengan "pada hari terakhir" (ayat 22), maksudnya apa?
MATT: Saat orang tahu betul apa yang betul dan apa yang tidak.
GUS: Lho, jadi sekarang ini tidak begitu jelas mana yang benar?
MATT: Kiranya begitu. Tapi ada pegangannya, sudah disebut di situ: menjalankan kehendak "Bapa-ku yang ada di surga".
GUS: Penjelasannya bagaimana, umat di paroki masih bertanya-tanya.
MATT: Ehm, ungkapan "Bapa-ku yang ada di surga" itu khas ajaran sang guru kita Yesus. Ingat, bahwa "Bapaku" itu kalau dilacak Aramnya dikatakan bukan untuk membedakan "Bapaku" dengan "Bapamu" atau bapanya kaum ini atau itu, tapi untuk menyebut Yang Mahakuasa dengan cara akrab, dekat, tanpa sungkan-sungkan.
GUS: Kok masih kabur. Apa maksudnya membedakan Tuhan Allah yang jauh dan yang dekat, penuh perhatian?
MATT: Persis! Dalam doa Bapa Kami para murid diajak untuk belajar berani memanggil Yang Mahakuasa dengan cara itu. Jadi kita didorong untuk belajar mendekat ke Yang Mahakuasa tanpa takut-takut, walau hormat dan pasrah. Maka doanya berlanjut dengan "jadilah kehendakMu".
GUS: Tapi apa sih kehendak Bapa itu? Bagaimana kita bisa tahu?
MATT: Belum belajar? Lupa novisiat? Begini, orang Perjanjian Lama boleh tahu yang dikehendakiNya lewat Taurat. pada zaman Yesus orang banyak diajak mengikuti tafsir Taurat yang hidup dan menakjubkan, yakni Yesus sendiri. Itu dia pegangannya.
GUS: Jadi gampangnya, kalau buka Kitab Suci, kitab pertama, Kejadian mulai dengan pernyataan kehendak Yang Mahakuasa, "Jadilah terang!" dan begitu ciptaan mulai dan seterusnya. Ini kan pegangan kita? Kehendak ilahi dalam menciptakan wahana kehidupan di jagat ini?
MATT: Wah, pintar nih. Lalu?
GUS: Dari Oom Hans kita tahu bahwa "terang" itu ialah Sabda, yang kenyataannya ialah Yesus yang kita ikuti ini kan?
MATT: Eh, kalau begini terus nanti kami jadi murid.
GUS [geli, Matt sih memang tidak kenal tulisan Oom Hans, tahunya hanya Mark]: Kita setuju saja, melakukan kehendak Bapa yang di surga itu sama dengan tidak menghalangi agar Terang semakin meluas dan Sabda makin didengar.
MATT [serius mukanya]: Ya tentu itu yang dimaksud! Mereka yang menggembar-gemborkan telah begini begitu sebenarnya tidak membiarkan Sabdanya makin kedengaran, melainkan kata-kata mereka sendiri. Masuk Kerajaan Surga itu bukan upaya sendiri melainkan diupayakan oleh Yang Di Atas sana. Hanya perlu membiarkan diri dibawa ke sana.

DUA JALAN

Dalam bagian kedua Injil Minggu kali ini disampaikan perumpamaan mengenai orang yang membiarkan diri diresapi Sabda, yakni "mendengar perkataanku dan melakukannya" sebagai orang yang membangun rumah di atas batu. Akan tetap kokoh sekalipun diterpa hujan dan angin. Tetapi yang mendengar dan tidak menjalaninya - tidak membiarkan diri dirasuki Sabda - seperti rumah yang dibangun di atas pasir, bakal rubuh dilanda air banjir hujan dan angin. Tetapi perumpamaan ini tidaklah sesederhana itu. Masalahnya bukan "sanggup" atau "kurang sanggup" menjalankan yang didengar. Bila begitu akan tampil sebagai seruan moral yang bagus didengar tapi risikonya berhenti pada kesalehan belaka. Matius menaruh persoalannya pada tradisi kebijaksanaan. Orang yang membangun rumah dengan dasar yang kukuh ialah "orang bijak", tapi yang mendirikan rumah di atas pasir hanyalah "orang bodoh". Perumpamaan mengenai membangun rumah di atas batu atau di atas pasir disodorkan sebagai dua jalan. Yang satu jalan kepintaran yang mengantar ke keselamatan, yang lain jalan kebodohan yang mendorong ke kehancuran.

Dalam alam pikiran orang Yahudi, hidup beragama yang benar baru terwujud bila dijalani dengan bijaksana. Bahkan boleh dikatakan, kebijaksanaan ialah keagamaan yang sejati. Bukannya semata-mata menetapi hukum-hukum. Bukannya sekadar menyuarakan ajaran-ajaran. Bukannya melulu menjalankan ini itu "atas nama Tuhan". Orang bijaksana memperhitungkan tindakan-tindakannya. Seperti dalam perumpamaan lima gadis bijaksana dan lima lain yang bodoh (Mat 25:1-13), diperhitungkan keadaan yang tidak diharapkan: mempelai datang larut malam, atau seperti dalam perumpamaan kali ini, hujan angin. Hendak disampaikan gagasan bahwa menepati ajaran agama tidak otomatis memperoleh jalan masuk ke Kerajaan Surga. Malah yang beranggapan demikian akan mengalami kerugian besar.

Salam,
A. Gianto

Minggu, 06 Maret 2011 Hari Minggu Biasa IX

Minggu, 06 Maret 2011
Hari Minggu Biasa IX

Mendengar perkataan-Ku dan melakukannya

Antifon Pembuka

Arahkanlah wajah-Mu kepadaku dan kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab aku sebatang kara dan malang. Perhatikanlah sengsara dan kesukaranku, hapuskanlah segala kesesatanku.

Doa Renungan

Allah, yang agung dan perkasa, kami bersyukur kepada-Mu karena boleh bernaung di bawah lindungan-Mu. Sudilah mengarahkan pikiran dan hati kami kepada sabda yang hendak diwartakan di tengah-tengah kami. Semoga kami benar-benar terbuka mendengarkan sabda-Mu itu lalu tekun melaksanakannya pula.
Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.


Pembacaan dari Kitab Ulangan (11:18.26-28.32)

"Hari ini aku menghadapkan kepadamu berkat dan kutuk."

Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. Lihatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk: berkat, apabila kamu mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal. Maka haruslah kamu melakukan dengan setia segala ketetapan dan peraturan yang kupaparkan kepadamu hari ini."
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = c, 2/4, PS 847
Ref. Tuhan penjaga dan benteng perkasa dalam lindungan-Nya aman sentosa.
Ayat. (Mzm 31:2-3a.3bc-4.17+25; Ul: 3b)

1. Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung, jangan sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan daku!
2. Jadilah bagiku gunung batu tempat berlindung, dan kubu pertahanan untuk menyelamatkan daku! Sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku; oleh karena nama-Mu, Engkau akan menuntun dan membimbing aku.
3. Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-hamba-Mu, selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua yang berharap kepada Tuhan.


Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (3:21-25a.28)

"Manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat."


Saudara-saudara, tanpa hukum Taurat, kebenaran Allah ini telah dinyatakan, seperti disaksikan dalam Kitab Taurat dan kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada pembedaan. Semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia Allah, semua telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pembenaran karena iman, dalam darah-Nya. Sebab kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, PS 954
Ref. Alleluya.

Ayat. (Yoh 15:5)
Aku inilah pokok anggur, kamulah rantingnya. Tinggallah beserta-Ku, maka aku tinggal beserta-Mu, dan kamu akan berbuah banyak.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (7:21-27)

"Rumah yang didirikan di atas wadas dan rumah yang didirikan di atas pasir."

Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan!' akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak bapa-Ku di surga. Pada hari terakhir, banyak orang akan berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga?' Pada waktu itu, Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata, 'Aku tidak pernah mengenal kalian! Enyahlah dari pada-Ku, kalian semua pembuat kejahatan!'" Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya pula, ia sama dengan orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas wadas. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak roboh sebab didirikan di atas wadas. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataanku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga robohlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Rekan-rekan yang baik!
Dalam Mat 7:21-27 Yesus menegaskan bahwa yang membuat orang masuk ke Kerajaan Surga ialah menjalankan kehendak "Bapa-ku yang di surga" dan bukanlah semata-mata menjalankan pelbagai kebaikan, seperti bernubuat, mengusir setan, bermukjizat demi nama Tuhan. Pengajaran ini bagian dari Khotbah di Bukit (Mat 5-7) yang memuat dasar-dasar kehidupan umat baru: Sabda Bahagia (5:1-12) yang dilanjutkan dengan penegasan bahwa para murid itu garam dunia (5:12-14) dan bahwa Yesus mengajar untuk meneguhkan serta menjalankan yang sudah mereka ketahui dari Taurat Musa (5:17-48). Khususnya bila memberi sedekah, hendaknya tak usah mempertontonkannya (6:1-4), begitu juga bila berdoa (6:5-15; "Bapa Kami" 9a-13) dan berpuasa (6:16-18). Umat diajar agar tak terikat pada kekayaan duniawi 6:19-24) dan menumbuhkan sikap pasrah kepada kebesaran ilahi agar rasa khawatir teratasi (6:25-34). Hendaknya murid tidak bersikap mau menghakimi orang lain (7:1-5), hendaknya bersikap hormat akan barang keramat (7:6), berteguh dalam memohon (7:7-11), berani berusaha walau jalan kebenaran terasa sesak dan sempit pintunya (7:12-14), sambil mewaspadai sikap kesalehan palsu (7:15-23), tetapi hendaklah bijaksana dan penuh perhitungan (7-24-27). Orang banyak menjadi takjub karena Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa, bukan seperti para ahli Taurat mereka (7:28-29).

DARI BACAAN PERTAMA (Ul 11:18. 26-28. 32)

Konteks pengajaran Yesus ialah kehidupan rohani umat Perjanjian Lama. Dapat dikatakan, inti kerohanian mereka ialah meluhurkan Sabda Ilahi dan menyediakan diri untuk ditempati-Nya. Dengan demikian mereka berbagi hidup dengan-Nya dan menemukan kebahagiaan sejati. Sabda dapat dikenali dalam ujud Taurat yang memuat macam-macam ketetapan serta peraturan kehidupan umat. Oleh sebab itu, menjalankan semua ini dengan sebaik-baiknya menjadi jalan menuju ke kebahagiaan hidup dan keselamatan. Kesadaran seperti ini tercermin dalam bacaan pertama, Ul 11:18. 26-28. 32. Orang diimbau agar menaruh perkataan ilahi dalam hati dan jiwa - maksudnya dalam pikiran, anganan, dan dalam kehidupan. Juga diminta agar perkataan itu diikatkan sebagai tanda pada tangan dan menjadi lambang di dahi (ay. 18). Begitu maka semua perbuatan ("tangan") dan maksud tujuannya ("dahi") dihubungkan langsung dengan Sabda Ilahi sendiri. Tentu saja bukannya tindakan luar belaka. Bila tidak disertai kesungguhan, maka perkataan yang mendatangkan berkat itu malah membuat orang terkutuk justru bila tidak menjalankannya (ay. 26-28). Oleh karena itu orang sekali lagi diimbau untuk mengikuti ketetapan-ketetapan dan peraturan hidup yang membuat kehadiran Sabda terlaksana dalam kehidupan umat (ay. 32). Boleh dikatakan "hukum-hukum Taurat" dimaksud untuk memudahkan orang mendekat kepada Sabda Ilahi sendiri. Tetapi bukanlah peraturan-peraturan itulah yang menjadi pokok. Lama kelamaan dalam keagamaan umat Perjanjian Lama hukum-hukum itu disamakan dengan tujuan sehingga memberatkan. Oleh karena itu berkembang profesi para ahli hukum Taurat yang menjelaskan makna peraturan dan mengarahkan pada tujuan hukum itu sendiri.

Pada zaman kemudian ada pengajar-pengajar yang justru menekankan sisi hukum dan bukan isi serta tujuannya. Mereka membuat umat terbebani. Sabda Ilahi yang memerdekakan batin malah tidak ditekuni. Pengajaran Yesus di Bukit (Mat 5-7) khususnya 5:17-48 bertujuan mengembalikan peraturan Taurat ke tujuan semula. Dan orang banyak menangkap arah ini, oleh karena itu diceritakan Matius bahwa mereka takjub Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa, bukan seperti para ahli Taurat mereka (7:28-29).

AGAMA OBROLAN & OBRALAN?

Sebuah ironi bahwa agama sering menjadi buah bibir dan dibicarakan dalam banyak kesempatan, tetapi berhenti dalam bentuk obrolan belaka. Memang enak memperkatakan hal-hal yang ada "di sana", bebas dari macam-macam kenyataan yang tak mengenakkan dalam hidup sehari-hari. Kerap juga sumber-sumber hidup agama, terutama Kitab Suci dikemas dalam bentuk seruan-seruan moral seperti barang obralan belaka. Inilah kiranya yang melatari Mat 7:21 "Bukan setiap orang yang berseru kepadaku 'Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapaku yang di surga." Memang agama menolong orang untuk melihat arah ke depan, ke hidup kekal, ke keselamatan. Namun menaruh agama dalam arahan itu sering membuat orang lupa daratan, menjauhi kenyataan di sekeliling. Masalah ini saya bawa kepada Matt.

GUS: Ini nih, Matt, kok petikan kali ini ditaruh dalam hubungan dengan "pada hari terakhir" (ayat 22), maksudnya apa?
MATT: Saat orang tahu betul apa yang betul dan apa yang tidak.
GUS: Lho, jadi sekarang ini tidak begitu jelas mana yang benar?
MATT: Kiranya begitu. Tapi ada pegangannya, sudah disebut di situ: menjalankan kehendak "Bapa-ku yang ada di surga".
GUS: Penjelasannya bagaimana, umat di paroki masih bertanya-tanya.
MATT: Ehm, ungkapan "Bapa-ku yang ada di surga" itu khas ajaran sang guru kita Yesus. Ingat, bahwa "Bapaku" itu kalau dilacak Aramnya dikatakan bukan untuk membedakan "Bapaku" dengan "Bapamu" atau bapanya kaum ini atau itu, tapi untuk menyebut Yang Mahakuasa dengan cara akrab, dekat, tanpa sungkan-sungkan.
GUS: Kok masih kabur. Apa maksudnya membedakan Tuhan Allah yang jauh dan yang dekat, penuh perhatian?
MATT: Persis! Dalam doa Bapa Kami para murid diajak untuk belajar berani memanggil Yang Mahakuasa dengan cara itu. Jadi kita didorong untuk belajar mendekat ke Yang Mahakuasa tanpa takut-takut, walau hormat dan pasrah. Maka doanya berlanjut dengan "jadilah kehendakMu".
GUS: Tapi apa sih kehendak Bapa itu? Bagaimana kita bisa tahu?
MATT: Belum belajar? Lupa novisiat? Begini, orang Perjanjian Lama boleh tahu yang dikehendakiNya lewat Taurat. pada zaman Yesus orang banyak diajak mengikuti tafsir Taurat yang hidup dan menakjubkan, yakni Yesus sendiri. Itu dia pegangannya.
GUS: Jadi gampangnya, kalau buka Kitab Suci, kitab pertama, Kejadian mulai dengan pernyataan kehendak Yang Mahakuasa, "Jadilah terang!" dan begitu ciptaan mulai dan seterusnya. Ini kan pegangan kita? Kehendak ilahi dalam menciptakan wahana kehidupan di jagat ini?
MATT: Wah, pintar nih. Lalu?
GUS: Dari Oom Hans kita tahu bahwa "terang" itu ialah Sabda, yang kenyataannya ialah Yesus yang kita ikuti ini kan?
MATT: Eh, kalau begini terus nanti kami jadi murid.
GUS [geli, Matt sih memang tidak kenal tulisan Oom Hans, tahunya hanya Mark]: Kita setuju saja, melakukan kehendak Bapa yang di surga itu sama dengan tidak menghalangi agar Terang semakin meluas dan Sabda makin didengar.
MATT [serius mukanya]: Ya tentu itu yang dimaksud! Mereka yang menggembar-gemborkan telah begini begitu sebenarnya tidak membiarkan Sabdanya makin kedengaran, melainkan kata-kata mereka sendiri. Masuk Kerajaan Surga itu bukan upaya sendiri melainkan diupayakan oleh Yang Di Atas sana. Hanya perlu membiarkan diri dibawa ke sana.

DUA JALAN

Dalam bagian kedua Injil Minggu kali ini disampaikan perumpamaan mengenai orang yang membiarkan diri diresapi Sabda, yakni "mendengar perkataanku dan melakukannya" sebagai orang yang membangun rumah di atas batu. Akan tetap kokoh sekalipun diterpa hujan dan angin. Tetapi yang mendengar dan tidak menjalaninya - tidak membiarkan diri dirasuki Sabda - seperti rumah yang dibangun di atas pasir, bakal rubuh dilanda air banjir hujan dan angin. Tetapi perumpamaan ini tidaklah sesederhana itu. Masalahnya bukan "sanggup" atau "kurang sanggup" menjalankan yang didengar. Bila begitu akan tampil sebagai seruan moral yang bagus didengar tapi risikonya berhenti pada kesalehan belaka. Matius menaruh persoalannya pada tradisi kebijaksanaan. Orang yang membangun rumah dengan dasar yang kukuh ialah "orang bijak", tapi yang mendirikan rumah di atas pasir hanyalah "orang bodoh". Perumpamaan mengenai membangun rumah di atas batu atau di atas pasir disodorkan sebagai dua jalan. Yang satu jalan kepintaran yang mengantar ke keselamatan, yang lain jalan kebodohan yang mendorong ke kehancuran.

Dalam alam pikiran orang Yahudi, hidup beragama yang benar baru terwujud bila dijalani dengan bijaksana. Bahkan boleh dikatakan, kebijaksanaan ialah keagamaan yang sejati. Bukannya semata-mata menetapi hukum-hukum. Bukannya sekadar menyuarakan ajaran-ajaran. Bukannya melulu menjalankan ini itu "atas nama Tuhan". Orang bijaksana memperhitungkan tindakan-tindakannya. Seperti dalam perumpamaan lima gadis bijaksana dan lima lain yang bodoh (Mat 25:1-13), diperhitungkan keadaan yang tidak diharapkan: mempelai datang larut malam, atau seperti dalam perumpamaan kali ini, hujan angin. Hendak disampaikan gagasan bahwa menepati ajaran agama tidak otomatis memperoleh jalan masuk ke Kerajaan Surga. Malah yang beranggapan demikian akan mengalami kerugian besar.

Salam,
A. Gianto

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy