| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Rabu Abu, Permulaan Masa Prapaskah, Masa Pertobatan, Pemeriksaan Batin dan Berpantang

Renungan

Rata PenuhRabu Abu adalah permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk Kebangkitan Kristus dan Penebusan dosa kita.

Mengapa pada Hari Rabu Abu kita menerima abu di kening kita? Sejak lama, bahkan berabad-abad sebelum Kristus, abu telah menjadi tanda tobat. Misalnya, dalam Kitab Yunus dan Kitab Ester. Ketika Raja Niniwe mendengar nubuat Yunus bahwa Niniwe akan ditunggangbalikkan, maka turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. (Yunus 3:6). Dan ketika Ester menerima kabar dari Mordekhai, anak dari saudara ayahnya, bahwa ia harus menghadap raja untuk menyelamatkan bangsanya, Ester menaburi kepalanya dengan abu (Ester 4C:13). Bapa Pius Parsch, dalam bukunya "The Church's Year of Grace" menyatakan bahwa "Rabu Abu Pertama" terjadi di Taman Eden setelah Adam dan Hawa berbuat dosa. Tuhan mengingatkan mereka bahwa mereka berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu. Oleh karena itu, imam atau diakon membubuhkan abu pada dahi kita sambil berkata: "Ingatlah, kita ini abu dan akan kembali menjadi abu" atau "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil".

Abu yang digunakan pada Hari Rabu Abu berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar. Setelah Pembacaan Injil dan Homili abu diberkati. Abu yang telah diberkati oleh gereja menjadi benda sakramentali.

Dalam upacara kuno, orang-orang Kristen yang melakukan dosa berat diwajibkan untuk menyatakan tobat mereka di hadapan umum. Pada Hari Rabu Abu, Uskup memberkati kain kabung yang harus mereka kenakan selama empat puluh hari serta menaburi mereka dengan abu. Kemudian sementara umat mendaraskan Tujuh Mazmur Tobat, orang-orang yang berdosa berat itu diusir dari gereja, sama seperti Adam yang diusir dari Taman Eden karena ketidaktaatannya. Mereka tidak diperkenankan masuk gereja sampai Hari Kamis Putih setelah mereka memperoleh rekonsiliasi dengan bertobat sungguh-sungguh selama empat puluh hari dan menerima Sakramen Pengakuan Dosa. Sesudah itu semua umat, baik umum maupun mereka yang baru saja memperoleh rekonsiliasi, bersama-sama mengikuti Misa untuk menerima abu.

Sekarang semua umat menerima abu pada Hari Rabu Abu. Yaitu sebagai tanda untuk mengingatkan kita untuk bertobat, tanda akan ketidakabadian dunia, dan tanda bahwa satu-satunya Keselamatan ialah dari Tuhan Allah kita.

Sumber : Catholic Online Lenten Pages; www.catholic.org/lent/lent.html &
Ask A Franciscan; St. Anthony Messenger Magazine; www.americancatholic.org

Renungan Rabu Abu, 9 Maret 2011

Saudara-saudariku yang terkasih,

Hari ini kita memulai masa Prapaskah yang ditandai dengan penerimaan abu di dahi kita. Dalam kehidupan masyarakat sederhana yang belum mengenal aneka macam sabun atau detergent untuk mencuci peralatan dapur, abu seringkali digunakan untuk mencuci perlatan dapur, lebih-lebih untuk menghilangkan bau amis dan kerak. Jadi, abu mempunyai manfaat untuk membersihkan barang-barang yang kotor.

Selain itu, abu juga menjadi tanda betapa kecil, rapuh, lemah dan tidak berdayanya diri kita. Di hadapan Tuhan, kita ini ibarat debu/abu yang amat kecil. Bahkan, berhadapan dengan diri kita sendiri dan alam semesta ini, kita tampak begitu lemah dan rapuh. Hal ini tampak nyata dalam ketidakberdayaan kita untuk mengendalikan diri, menguasai emosi-emosi negatif, mengalahkan godaan dan menghindari dosa serta menghindari penyakit. Terhadap alam, kita juga tampak rapuh. Kita tidak bisa mengendalikan bencana alam (gempa, gunung meletus), musim, dll.

Lantas, apa maknanya kalau kita menerima tanda abu di dahi kita pada permulaan masa prapaskah ini? Masa prakaskah merupakan kesempatan istimewa bagi kita untuk mempersiapkan diri merayakan paskah. Selama masa prapaskah kita diberi kesempatan untuk mempersiapkan diri menyambut Tuhan yang bangkit dan membawa keselamatan bagi kita. Tuhan bangkit berarti Ia hidup, hadir dan menyertai kita. Jadi, kita mempersiapkan diri untuk menerima kehadiran Tuhan yang menyertai dan menyelamatkan kita, yang memberikan kehidupan baru kepada kita.

Nah, dalam rangka mempersiapkan diri menyambut kebangkitan Tuhan yang membawa kehidupan baru ini, kita membutuhkan “Abu”. Mengapa?

Pertama , abu mempunyai manfaat membersihkan. Kalau kita makan untuk mendapatkan energi kehidupan jasmani, kita pasti membutuhkan piring yang bersih khan, bukan piring kotor. Masak, kita makan makanan yang enak, lezat dan bergizi kok dengan piring kotor. Ya, selera makan kita berkurang, makanan yang enak dan bergizi itu menjadi kurang enak lagi, bahkan malah menimbulkan penyakit. Demikianlah kita, kita diajak untuk membersihkan diri kita supaya siap dan pantas menerima kehadiran Tuhan yang memberikan energi hidup, tidak hanya jasmani tetapi juga rohani. Kita diajak untuk memperbarui hidup kita, mengoyakkan hati kita – bukan pakaian kita – (Yl 2:13), dan berdamai kembali dengan Allah (1Kor 5:20) melalui amal, doa, dan puasa (bacaan Injil). Maka, selama masa prapaskah ini, marilah kita meningkatkan ketiga hal tersebut: puasa (+ pantang) sebagai ungkapan lahir dari pengendalian diri kita; doa sebagai usaha kita untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan; dan amal (APP) sebagai upaya kita untuk mendekatkan diri dengan sesama, bersolider, memberi pertolongan, dll.

Kedua , abu melambangkan kerapuhan dan kelemahan kita. Rasanya tidak mungkin kita bisa berhasil membersihkan diri kita, kalau kita hanya mengandalkan diri pada usaha dan perjuangan kita sendiri. Maka, kita perlu rendah hati, menyadari kelemahan dan kerapuhan kita di hadapan Tuhan agar Tuhan berkarya dalam diri kita dan memampukan kita untuk menghayati dan mewujudkan pertobatan yang sejati.

Marilah kita serahkan kepada Tuhan, seluruh usaha-usaha kita untuk bertobat yang kita wujudkan dalam kegiatan amal, doa, dan puasa. Kita percaya, kalau Tuhan berkerja dalam diri kita, usaha-usaha kita tersebut pasti membuahkan hasil yang baik (bdk. Perumpamaan tentang pokok Anggur dalam Yoh 15:4). Kita percaya pula bahwa, “Allah yang telah memulai pekerjaan-pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya” (bdk. Flp 1:6).

Rm. Agus Widodo, Pr

Rabu, 09 Maret 2011 Hari Rabu Abu Hari Pantang dan Puasa

Rabu, 09 Maret 2011
Hari Rabu Abu
Hari Pantang dan Puasa

Salib selalu menyertaiku sejak masa bayi, tetapi Yesus membuatku mencintainya dengan semangat yang besar. (St. Teresia dari Lisieux)

Antifon Pembuka

Engkau menaruh belas kasih kepada semua orang, dan tidak membenci ciptaan-Mu, ya Tuhan. Engkau tidak memperhitungkan lagi dosa manusia bila ia bertobat. Engkau sayang akan mereka, sebab Engkaulah Tuhan Allah kami (Keb 11:24.25.27)

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang maharahim, perkenankanlah semua pengikut Kristus memasuki masa Prapaska ini. Kuatkanlah kami agar mampu menentang kuasa kejahatan. Semoga kami dapat menyangkal diri dan menemukan kekuatan karena berpuasa dan berpantang. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Pertobatan merupakan jalan keselamatan. Pertobatan mengarahkan manusia untuk kembali kepada Allah. Maka pertobatan yang sejati perlu diungkapkan dalam ibadah dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembacaan dari Kitab Nubuat Yoel (2:12-18)

"Sekarang juga, berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."

“Sekarang,” beginilah firman Tuhan “Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia dan Ia menyesal karena hukuman-Nya. Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, lalu meninggalkan berkat menjadi kurban sajian dan kurban curahan bagi Tuhan, Allahmu. Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang lanjut usia, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu. Baiklah pengantin laki-laki keluar dari kamarnya dan pengantin perempuan dari kamar tidurnya. Baiklah para imam, pelayan-pelayan Tuhan, menangis di antara balai depan mezbah, dan berkata, “Sayangilah, ya Tuhan, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa-bangsa: Di mana Allah mereka?” Maka Tuhan menjadi cemburu karena tanah-Nya dan menaruh belas kasihan kepada umat-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = f, 3/4, PS 813
Ref. Mohon ampun kami orang berdosa.
atau Kasihanilah kami, ya Allah, karena kami orang berdosa.
Ayat. (Mzm 51:3-4.5-6a.12-13.14-17; Ul: 3a)
1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
2. Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, dosaku selalu terbayang di hadapanku. Terhadap Engkau sendirilah aku berdosa, yang jahat dalam pandangan-Mu kulakukan.
3. Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan baharuilah semangat yang teguh dalam diriku. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus daripadaku!
4. Berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu, dan teguhkanlah roh yang rela dalam diriku. Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku mewartakan puji-pujian kepada-Mu.

Santo Paulus menyadarkan tentang jati diri orang Kristiani sebagai utusan. Sebagai utusan, orang Kristiani mempunyai peranan ganda. Pertama, setia kepada yang mengutus dan kedua menampilkan perutusan itu kepada sesama. Hanya dengan demikian perutusan akan menjadi kesaksian hidup.

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (5:20 - 6:2)

"Berilah dirimu didamaikan dengan Allah, sesungguhnya hari ini adalah hari penyelamatan."

Saudara-saudara, kami ini adalah utusan-utusan Kristus; seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami. Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: Berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Kristus yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Sebab teman-teman sekerja, kami menasihati kamu supaya kamu jangan membuat sia-sia kasih karunia Allah yang telah kamu terima. Sebab Allah berfirman, “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” Camkanlah, saat inilah saat perkenanan itu; hari inilah hari penyelamatan itu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Mzm 95:8ab)
Hari ini kalau kamu mendengar suara-Nya janganlah bertegar hati! (Mzm 95:8ab)

Puasa, sedekah dan doa bukanlah sarana untuk menyombongkan diri melainkan untuk mewujudkan kesetiaan dan ketaatan kita kepada Allah sebagai Bapa. Sebab ketiganya merupakan bentuk-bentuk latihan rohani yang menyatakan hubungan kasih yang benar kepada Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:1-6.16-18)

"Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan mengganjar engkau."

Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Pada hari Rabu Abu ini, Injil mengajarkan keikhlasan/ketulusan dalam melaksanakan kewajiban agama. Yesus mengajak kita membangun motivasi yang murni. Kualitas rohani suatu perbuatan dapat dinilai melalui tiga lapisan, yaitu maksud, tindakan, dan tujuan. Injil hari ini bersangkutan dengan maksud. Di dalam maksud, terkandung motivasi. Maukah kita memurnikan motivasi dalam setiap tindakan kita?

Doa Malam

Syukur ya Yesus, hari ini kami telah ditandai dengan abu sebagai ajakan untuk menerima dan percaya kepada Injil. Semoga rahmat-Mu Kaulimpahkan sehingga kami mampu melaksanakan apa yang Kaukehendaki. Semoga kami pun rela berkurban sebagaimana Engkau rela menjadi kurban tebusan bagi kami. Amin.


RUAH

Bacaan Harian 7 - 13 Maret 2011

Senin, 07 Maret :Rata Penuh
Peringatan Wajib St. Perpetua dan St. Felisitas, Martir (M). Tb 1:1a2a.3 – 2:1b-8; Mzm 112:1-6; Mrk 12:1-12.

Selasa, 08 Maret:
Hari Biasa Pekan IX (H). Tb 2:9-14; Mzm 112:1-2.7bc-9; Mrk 12: 13-17.

Catatan:
Peringatan Wajib (Memoria obligatoria) yang jatuh pada hari-hari biasa dalam Masa Prapaskah dirayakan sebagai peringatan fakultatif (memoria ad libitum) (Pedoman Umum Penanggalan Liturgi no. 59.12).
“Masa Prapaskah mempunyai dua ciri khas, yaitu; mengenangkan atau mempersiapkan pembaptisan dan membina tobat” (KL 109). Dalam masa tradisi Gereja Masa Prapaskah menjadi masa untuk “Retret Agung”.
Yang akan dibaptis pada malam Paskah dan orang sesat yang akan kembali ke pangkuan Gereja, hendaknya mempersiapkan diri dan dibimbing secara intensif
Kegiatan pendalaman iman, puasa dan amal amat dianjurkan.
Selama masa Prapaskah, “Alleluya” sebelum Injil atau dalam nyanyian-nyanyian ditiadakan, juga hiasan bunga. Alat-alat musik hanya boleh dimainkan secara sederhana untuk mengiringi nyanyian dan menggarisbawahi ciri tobat, (lih. Perayaan Paskah dan Persiapannya: Seri Dokumen Gerejawi 71, no. 17) kecuali hari Minggu ke-4 dan hari raya serta pesta yang terjadi dalam masa khusus ini (PUMR no. 313. Berkat Penutup hendaknya diucapkan Oratio super populum (doa untuk umat), TPE Baru hal. 264, rumus-rumus lain, lih. Hal 267).

Rabu, 09 Maret:
Hari Rabu Abu (U). Puasa dan Pantang. Pemberkatan dan Pembagian Abu. Yl 2:12-18; Mzm 51:3-6a.12-14.17; 2Kor 5:20-6:2; Mat 6:1-6.16-18.

Kamis, 10 Maret:
Hari Kamis sesudah Rabu Abu (U). Ul 30:15-20; Mzm 1:1-4.6; Luk 9:22-25.

Jumat, 11 Maret:
Hari Jumat sesudah Rabu Abu (U). Ul Yes 58:1-9a; Mzm 51:3-6a.18-19; Mat 9:14-15.

Sabtu, 12 Maret:
Hari Sabtu sesudah Rabu Abu (U). Yes 58:9b-14; Mzm 86:1-6; Luk 5:27-32.

Minggu, 13 Maret:
Hari Minggu Prapaskah I (U). Kej 2:7-9 – 3:1-7; Mzm 51:3-6a.12-14.17; Rm 5:12-19 (Rm 5:12.17-19); Mat 4:1-11.

Selasa, 08 Maret 2011 Hari Biasa Pekan IX

Selasa, 08 Maret 2011
Hari Biasa Pekan IX

"Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia memandangrendah para lawannya" (Mzm 112:8)

Doa Renungan

Allah Bapa kami, yang mahakuasa, Yesus Putra-Mu terkasih mengajak kami untuk mengikuti-Nya tanpa menengok apa yang telah lalu. Buatlah kami pantas bagi kerajaan-Mu, sehingga kami bersedia dan dengan setia mengikuti panggilan-Mu serta melaksanakan sabda-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Tobit (2:9-14)

"Semakin aku diolesnya dengan obat, semakin buta mataku, karena bintik-bintik putih itu."

Pada malam sesudah menguburkan jenazah, aku, Tobit, membasuh diriku, lalu pergi ke pelataran rumah dan tidur dekat pagar temboknya. Mukaku tidak tertudung karena panas. Aku tidak tahu bahwa ada burung pipit di tembok tepat di atas diriku. Maka jatuhlah tahi hangat ke dalam mataku. Muncullah bintik-bintik putih. Akupun lalu pergi kepada tabib untuk berobat. Tetapi semakin aku diolesnya dengan obat, semakin buta mataku karena bintik-bintik putih itu, sampai buta sama sekali. Empat tahun lamanya aku tidak dapat melihat. Semua saudaraku merasa sedih karena aku. Dua tahun lamanya aku dipelihara oleh Ahikar sampai ia pindah ke kota Elumais. Di masa itu isteriku Hana mulai memborong pekerjaan perempuan. Pekerjaan itupun diantarkannya kepada para pemesan dan ia diberi upahnya. Pada suatu hari, yaitu tanggal tujuh bulan Dustus, diselesaikannya sepotong kain, lalu diantarkannya kepada pemesan. Seluruh upahnya dibayar kepadanya dan ditambah juga seekor anak kambing jantan untuk dimakan. Tetapi setiba di rumahku maka anak kambing itu mengembik. Lalu isteriku kupanggil dan berkata: "Dari mana anak kambing itu? Apa itu bukan curian? Kembalikanlah kepada pemiliknya! Sebab kita tidak diperbolehkan makan barang curian!" Sahut isteriku: "Kambing itu diberikan kepadaku sebagai tambahan upahku." Tetapi aku tidak percaya kepadanya. Maka kusuruh kembalikan kepada pemiliknya -- Karena perkara itu aku merah padam karena dia! -- Tetapi isteriku membantah, katanya: "Di mana gerangan kebajikanmu? Di mana amalmu itu? Betul, sudah ketahuan juga gunanya bagimu!"
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Hai orang jujur teguh, penuh kepercayaan kepada Tuhan.
Ayat. (Mzm 112:1-2.7bc-8.9)
1. Berbahagialah orang yang takut akan Tuhan, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.
2. Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada Tuhan. Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia memandang rendah para lawannya.
3. Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 20:25)
Berikanlah kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:13-17)

"Berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah."

Pada waktu itu beberapa orang Farisi dan Herodian disuruh menghadap kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan. Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!" Lalu mereka bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Mereka sangat heran mendengar Dia.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Tobit baru saja melakukan perbuatan amal kasih, memakamkan orang mati. Bahkan untuk itu ia meninggalkan meja perjamuan, meninggalkan makanan yang siap santap. Betapa sebuah kebaikan dan kebajikan yang teruji dan terpuji. Untuk ini pun ia masih mendapatkan cemooh dan tertawaan orang, tapi kebaikan tak pernah dapat dikalahkan oleh kejahatan! Dan Tobit memilih berbuat baik dan bajik. Apa upahnya? Saat berbaring santai, ia malah kejatuhan kotoran burung persis pada matanya yang mengakibatkan kebutaan!

Orang baik, orang pilihan Tuhan, tidak dibebaskan dari cobaan, tidak luput dari derita! Tidakkah hal ini bertentangan dengan pikiran logis manusia? Orang baik harus diganjari Allah! Apalagi Tobit, tetap setia di pembuangan, dan terus berbuat baik sampai-sampai isterinya tidak memahaminya. Tobit tidak melihat Allah sebagai tukang sulap atau sebagai orang yang harus mengikuti logika pemikiran manusiawinya. Tuhan berkarya lewat pelbagai cara, Tuhan hadir lewat setiap pengalaman dan kejadian. Penyelenggaraan Ilahi itu adalah 'seni'nya Allah memelihara kita. Tobit tetap belajar dari kepahitan apa pun, Tobit tetap setia, baik dan bajik. Tak ada yang dapat memisahkan dia dari cinta akan Allah!

"Dari mana anak kambing itu? Apa itu bukan curian? Kembalikanlah kepada pemiliknya! Sebab kita tidak diperbolehkan makan barang curian!" (Tobit 2:13). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Suatu ajakan untuk tidak melakukan korupsi pada tingkat dan bidang kehidupan bersama dimanapun dan kapanpun.

Kata bahasa Latin ‘corruptio’
(1) secara aktif berarti hal merusak, hal membuat busuk, pembusukan, penyuapan;
(2) secara pasif berarti keadaan dapat binasa, kebinasaan, kerusakan, kebusukan, kefanaan, korupsi, kemerosotan.

Sedangkan kata bahasa Latin ‘corruptor’ berarti perusak, pembusuk, penggoda, pemerdaya, penyuap. Arti yang paling mengena dari korupsi adalah pembusukan, berarti para koruptor bertindak busuk, membuat busuk lingkungan hidup dan kerja. Korupsi atau mencuri berarti membuat hidup bersama busuk, dan apa yang busuk kiranya menjijikkan, tidak enak dibau maupun dirasakan. Dengan ini kami berharap kepada para koruptor untuk meninggalkan cara hidup yang membusukkan tersebut serta mengembalikan apa yang telah diambil dengan tidak benar. Kita juga dipanggil untuk membina diri maupun sssama dan saudara-saudari kita hidup jujur serta tidak korupsi. Salah satu cara pembinaan yang baik antara lain di sekolah atau perguruan tinggi diberlakukan ‘dilarang menyontek dalam ulangan maupun ujian’.Membiarkan kebiasaan menyontek berarti menyuburkan perilaku korupsi. Anak-anak di dalam keluarga hendaknya juga dibiasakan hidup dan bertindak jujur, dan tentu saja butuh keteladanan dari para orangtua. Memang uang sungguh menjadi penggoda untuk korupsi atau mencuri, maka hendaknya menempatkan uang di tempat yang tidak merangsang bagi siapapun untuk berbuat dosa, mencuri atau korupsi.

Tuhan memanggil dan bekerja dalam keluarga. Tidak jarang dalam hidup berkeluarga terjadi beda pendapat, percekcokan, bahkan ada iri hati dan dengki. Bagaimana keluarga memecahkan persoalan hidup? Belajar dari keluarga Tobit dan Hana, kita melihat mereka tetap berseru kepada Tuhan. Mereka berjuang saling membantu yang sakit dan mengatasi curiga dengan tetap percaya pada bimbingan Tuhan.

Sementara dalam bacaan Injil hari ini, orang yang tidak takut kepada siapa pun, tidak mencari muka, dan dengan jujur mengikuti jalan Allah, tidak menghindar dari kebenaran. Kebenaran acapkali memintanya untuk rela tunduk dengan rendah hati pada kewajiban yang menyelamatkan. Seperti Yesus, kita dapat mencontoh sikap terpuji ini. Maka, keinginan untuk memberikan hak sesama dengan baik dan memberikan hak Allah dengan setia, hendaknya menjadi doa kita senantiasa.

Yesus mengajak kita menjadi warga negara yang baik dengan memberikan hak kaisar. Yesus pun menjadi warga negara yang baik pada zaman-Nya. Ia membayar pajak sebagaimana diwajibkan oleh pihak-pihak terkait. ”Memberikan kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah” harus ditempatkan dalam konteks kasih dan keadilan.

Tuhan, doronglah aku untuk senantiasa berlaku adil melaksanakan kewajibanku terhadap masyarakat dan terlebih lagi kepada-Mu.

Hari doa sedunia untuk panggilan ke-48

Pesan Paus Benediktus XVI

Hari doa sedunia untuk panggilan ke-48, 15 Mei 2011

Tema: Mendorong panggilan dalam Gereja Lokal

Saudara-saudari terkasih,

Hari Doa Sedunia Untuk Panggilan Ke-48 yang dirayakan pada tgl.15 Mei 2011, Minggu IV Masa Paskah, mengajak kita untuk merenungkan tema: MENDORONG PANGGILAN DALAM GEREJA LOKAL. Tujuh puluh tahun yang lalu, Venerabilis Paus Pius XII mendirikan sebuah Serikat Kepausan untuk Panggilan Imam. Serikat-serikat serupa, yang dipimpin oleh para imam dan anggota-anggotanya adalah kaum awam, secara berturut-turut didirikan oleh para uskup di banyak keuskupan, sebagai suatu tanggapan atas panggilan Sang Gembala Baik yang, “ketika Dia melihat orang banyak itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan telantar seperti domba tanpa gembala”. Lebih lanjut, Ia berkata: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja ke tuaian itu” (Mat.9:36-38).

Pekerjaan berat yang dapat meneguhkan dan mendukung panggilan menemukan sumber inspirasinya dari perikop Injil tersebut di atas, dimana Yesus memanggil para murid-Nya untuk mengikuti Dia dan melatih mereka dengan kasih dan perhatian. Kita hendaknya menaruh perhatian lebih dekat lagi pada cara Yesus memanggil orang-orang terdekat-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah (bdk. Luk.10:9). Pada tempat pertama, nampak jelas sekali bahwa hal pertama yang Ia lakukan adalah berdoa bagi mereka. Sebelum memanggil mereka, Yesus menghabiskan semalaman suntuk sendirian dalam doa sambil mendengarkan kehendak Bapa (bdk. Luk.6:12), dalam semangat kelepasan batin dari hal-hal duniawi. Ini merupakan percakapan yang mesra antara Yesus dengan Bapa-Nya sehingga menghasilkan panggilan bagi para murid-Nya. Panggilan pelayanan imammat dan hidup bakti pertama-tama dan terutama adalah buah dari kontak yang terus menerus dengan Allah yang hidup dan doa yang terus menerus diangkat kepada “Tuhan si empunya panenan” apakah dalam jemaat-jemaat paroki, dalam keluarga-keluarga Kristiani atau dalam kelompok-kelompok tertentu yang secara khusus membaktikan doa bagi panggilan.

Pada awal penampilan-Nya di depan umum, Tuhan memanggil beberapa nelayan di tepi pantai danau Galilea: “Mari, ikutilah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mat.4:19). Ia menyatakan perutusan mesianis-Nya kepada mereka dengan banyak “tanda” yang menunjukkan kasih-Nya kepada manusia dan anugerah belas kasih Bapa. Melalui Sabda dan cara hidup-Nya, Ia mempersiapkan mereka untuk melaksanakan karya keselamatan-Nya. Akhirnya, mengetahui “bahwa saat-Nya telah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa” (Yoh.13:1), Ia mempercayakan kepada mereka kenangan akan wafat dan kebangkitan-Nya, dan sebelum naik ke sorga, Ia mengutus mereka keluar ke seluruh dunia dengan perintah: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mat.28:19).

Ini merupakan suatu undangan yang membanggakan sekaligus menantang ketika Yesus berbicara kepada mereka dan berkata: “Ikutilah Aku”. Ia mengundang mereka menjadi sahabat-sahabat-Nya, mendengarkan firman-Nya dengan penuh perhatian dan tinggal bersama-Nya. Ia mengajarkan kepada mereka suatu komitmen yang total bagi Allah dan bagi perkembangan Kerajaan-Nya sesuai dengan perintah Injil: “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh.12:24). Ia mengajak mereka untuk meninggalkan rancangan dan pandangan kesempurnaan diri yang sempit agar dapat menceburkan diri ke dalam kehendak yang lain, yaitu kehendak Allah, dan dibimbing oleh kehendak-Nya. Ia menganugerahkan kepada mereka suatu pengalaman persaudaraan, yang dilahirkan dari keterbukaan secara total kepada Allah (bdk. Mat.12:49-50) yang menjadi ciri khas jemaat Yesus: “Dengan demikian setiap orang akan mengetahui bahwa kamu adalah murid-Ku jikalau kamu mengasihi satu sama lain.” (Yoh.13:35).

Mengikuti Kristus pada masa kini tidaklah kurang menantang. Artinya kita belajar untuk tetap setia mengarahkan diri kita kepada Yesus, tumbuh semakin dekat dengan-Nya, mendengarkan firman-Nya dan menjumpai-Nya dalam sakramen-sakramen; ini berarti menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak-Nya. Untuk itu dibutuhkan suatu tempat pembinaan yang tepat bagi semua orang yang ingin mempersiapkan diri untuk pelayanan imamat dan hidup bakti (religius atau biarawan-biarawati) di bawah bimbingan para pejabat Gereja yang kompeten. Tuhan tidak sia-sia memanggil umat-Nya pada setiap jenjang kehidupan untuk mengambil bagian dalam perutusan-Nya dan melayani Gereja dalam diri para pelayan tertahbis dan kaum religius. Gereja dipanggil untuk “menjaga anugerah ini, menghargai dan mencintainya. Gereja harus bertanggung-jawab terhadap kelahiran dan perkembangan panggilan imamat” (Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik Pastores Dabo Vobis, 41). Khususnya pada masa kini, ketika suara Tuhan nampak dikalahkan oleh “suara-suara lain” dan undangan-Nya untuk mengikuti Dia melalui pengorbanan hidup nampak terlalu sulit, maka setiap jemaat Kristiani, setiap anggota Gereja, secara sadar harus merasa bertanggung-jawab demi memajukan panggilan. Sangatlah penting untuk mendorong dan mendukung mereka yang telah menunjukkan tanda-tanda yang jelas atas panggilan imamat dan hidup bakti dan membantu mereka merasakan kehangatan seluruh jemaat sehingga mereka mampu menjawab “ya” kepada Allah dan kepada Gereja. Saya mendukung mereka, dengan kata-kata yang persis sama dengan kata-kata yang saya sampaikan kepada para seminaris: “Anda telah melakukan suatu hal yang baik. Karena orang akan selalu membutuhkan Allah, bahkan pada era dunia yang dikuasai oleh teknologi dan globalisasi: mereka akan selalu membutuhkan Allah yang telah menyatakan diri-Nya dalam Yesus Kristus, Allah yang mengumpulkan kita semua dalam Gereja universal supaya belajar bersama Dia dan melalui Dia makna hidup yang sejati agar dapat menegakkan dan melaksanakan standar kemanusiaan yang sejati” (Surat kepada Para Seminaris, 18 Oktober 2010).

Adalah sesuatu yang hakiki bahwa setiap Gereja Lokal menjadi semakin peka dan perhatian terhadap reksa pastoral panggilan, khususnya dalam membantu anak-anak dan kaum muda di setiap keluarga, paroki dan kelompok-kelompok tertentu – sebagaimana telah diperbuat oleh Yesus sendiri kepada para murid-Nya – menumbuhkan suatu persahabatan yang sejati dan penuh kasih kepada Tuhan, mengolahnya dalam doa-doa pribadi maupun liturgis (bersama); tumbuh dalam keakraban dengan Kitab Suci dan karenanya mendengarkan Firman Tuhan dengan penuh perhatian dan menghasilkan buah yang melimpah; memahami bahwa masuk ke dalam kehendak Allah itu tidaklah menghancurkan diri pribadi, melainkan sebaliknya justru menghantar seseorang mencapai pada penemuan kebenaran yang terdalam tentang diri sendiri; dan akhirnya mampu membangun relasi dengan orang lain secara jujur dan penuh rasa persaudaraan, karena hal itu terjadi bila kita mau terbuka terhadap kasih Allah hingga kita mampu menemukan kegembiraan yang sejati dan meraih cita-cita kita. “MENDORONG PANGGILAN DALAM GEREJA LOKAL” berarti memiliki keberanian, melalui perhatian terhadap keprihatinan akan panggilan, untuk menunjukkan cara mengikuti Kristus yang menantang ini, karena maknanya sungguh kaya dan melibatkan seluruh hidup seseorang.

Yang terkasih saudaraku para uskup, saya ingin menyapa Anda semua secara khusus. Untuk menjamin kontinuitas dan perkembangan misi Kristus yang menyelamatkan, Anda harus “mendorong panggilan imamat dan hidup bakti sebanyak mungkin, dan Anda harus memiliki perhatian khusus pada panggilan missioner” (Christus Dominus, 15). Tuhan membutuhkan Anda untuk bekerja-sama dengan Dia untuk menjamin bahwa panggilan-Nya sampai ke dalam hati mereka yang telah Dia pilih. Pilihlah secara seksama mereka yang bekerja di Kantor (Komisi) Panggilan Keuskupan yang menjadi sarana promosi panggilan dan organisasi pastoral panggilan dan doa yang menopang dan menjamin semuanya itu secara efektif. Saya juga ingin mengingatkan Anda, para uskup yang terkasih, perhatian terhadap Gereja universal terkait dengan pendistribusian para imam di seluruh dunia secara adil. Keterbukaan hati Anda terhadap kebutuhan-kebutuhan di banyak keuskupan yang sedang mengalami kekurangan dalam hal panggilan akan menjadi berkat Allah bagi jemaat-jemaat di keuskupan Anda dan menjadi suatu tanda bagi umat beriman akan suatu pelayanan imamat yang memberi perhatian secara tulus terhadap aneka kebutuhan seluruh Gereja.

Konsili Vatikan II secara jelas mengingatkan kita bahwa “tugas pengembangan panggilan terletak pada seluruh jemaat Kristen, terutama melalui peri hidup Kristiani yang sungguh-sungguh” (Optatam Totius, 2). Maka dari itu saya ingin menyampaikan pesan khusus sebagai ungkapan pengakuan dan dukungan saya bagi mereka yang bekerja di berbagai bidang bersama para imam di paroki-paroki mereka. Khususnya, saya tujukan kepada mereka yang dapat menawarkan suatu bantuan khusus pada reksa pastoral panggilan : para imam, keluarga-keluarga, para katekis dan ketua-ketua kelompok/organisasi di paroki. Saya minta kepada para imam suatu kesaksian tentang persekutuan mereka dengan uskup-nya dan dengan para imam rekan sekerja mereka; sebab dengan demikian berarti menyediakan tanah yang subur untuk penyemaian benih-benih panggilan imamat. Semoga keluarga-keluarga “dijiwai oleh semangat iman dan kasih serta ditandai sikap bakti….” (Optatam Totius, 2), mampu membantu anak-anak menerima panggilan imamat dan kehidupan religius secara tulus. Semoga para katekis dan para pimpinan organisasi Katolik serta gerakan-gerakan gerejani, yang diperkuat oleh pendidikan misi, berusaha “membimbing kaum muda yang dipercayakan kepada mereka sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengenal dan menerima dengan suka rela panggilan illahi” (ibid).

Saudara-saudariku yang terkasih, komitmen Anda terhadap pengembangan dan keprihatianan terhadap panggilan menjadi begitu penting; dan dilihat dari sudut reksa pastoral sangatlah efektif kalau semua itu dilakukan dalam kesatuan dengan Gereja dan demi pelayanan jemaat. Atas dasar alasan inilah maka setiap saat dalam kehidupan jemaat Gereja ini – katekese, pertemuan-pertemuan pembinaan, doa-doa liturgis, ziarah – dapat menjadi suatu kesempatan yang sangat berharga demi pembangunan Umat Allah, khususnya bagi anak-anak dan kaum muda, rasa ikut memiliki Gereja dan tanggung-jawab untuk menanggapi panggilan imamat dan kehidupan religius dengan pemahaman yang cukup dan keputusan yang bebas.

Kemampuan untuk mendorong panggilan adalah suatu tanda vitalitas suatu Gereja Lokal. Dengan yakin dan setia, marilah kita berdoa mohon bantuan kepada Perawan Maria, bahwa melalui teladannya untuk menerima rencana Allah yang menyelamatkan dan melalui permohonanya yang sangat kuat-kuasa, setiap jemaat menjadi semakin lebih terbuka untuk menyatakan “ya” kepada Tuhan yang secara terus menerus memanggil para pekerja yang baru ke panenannya. Atas dasar harapan ini, dengan gembira saya memberikan Berkat Apostolik saya.

Dari Vatikan, 15 November 2010.
Penerjemah: Karya Kepausan Indonesia (KKI)

Senin, 07 Maret 2011 Pw. Sta. Perpetua dan Felisitas, Martir

Senin, 07 Maret 2011
Pw. Sta. Perpetua dan Felisitas, Martir

"Berbahagialah orang yang takut akan Tuhan, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. " (Mzm 112:1-2)

Perpetua dan Felisitas hidup di Kartago, Afrika Utara, pada abad ketiga. Pada masa itu terjadi penganiayaan yang hebat atas orang-orang Kristen oleh Kaisar Septimus Severus.

Perpetua yang berusia duapuluh dua tahun adalah puteri seorang bangsawan kaya. Semenjak kecilnya ia selalu mendapatkan apa saja yang ia inginkan. Tetapi ia sadar bahwa ia mengasihi Yesus dan iman Kristianinya jauh lebih berharga dari apa pun yang dapat ditawarkan oleh dunia. Oleh karena imannya itulah ia menjadi seorang tahanan yang siap menghadapi hukuman mati. Ayah Perpetua adalah seorang kafir. Ia melakukan segala daya upaya untuk membujuk puterinya agar mengingkari iman Kristianinya. Ia berusaha meyakinkan Perpetua akan betapa pentingnya menyelamatkan nyawanya. Tetapi, Perpetua tetap pada pendiriannya, meskipun ia tahu bahwa ia harus meninggalkan suami serta bayinya.

Felisitas, pelayan Perpetua yang Kristen, adalah seorang budak. Ia dan Perpetua bersahabat. Mereka saling berbagi iman dan cinta akan Yesus. Felisitas juga rela kehilangan nyawanya bagi Yesus dan bagi imannya. Oleh sebab itu ia juga menjadi seorang tahanan yang siap menghadapi hukuman mati. Felisitas adalah seorang isteri. Ketika sedang di penjara karena imannya, ia juga menjadi seorang ibu muda pula. Bayinya diangkat anak oleh seorang wanita Kristen yang baik. Felisitas amat bahagia karena sekarang ia dapat pergi sebagai martir. Bergandengan tangan, Perpetua dan Felisitas menghadapi kemartiran mereka dengan gagah berani. Mereka dijadikan mangsa binatang-binatang buas dan kemudian dipenggal kepalanya. Mereka berdua wafat sekitar tahun 202.

Antifon Pembuka

Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya (Mzm 112:1-2)

Doa Renungan

Allah Bapa kami, siapapun juga yang percaya pada Yesus Putra-Mu, Kaucurahi dengan Roh Kudus agar hati dan budinya menjadi suci dan murni, dibersihkan dari kuasa kegelapan dan dibebaskan dari kuasa jahat. Tinggallah disini, dan perbaharuilah hidup kami agar perbuatan baik dan luhurlah yang kami kerjakan, sehingga kami pantas ambil bagian dalam memuliakan nama-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Tobit (1:1-3, 2:1b-8)

"Tobit lebih takut kepada Tuhan daripada kepada raja."

Aku, Tobit, menempuh jalan kebenaran dan kesalehan seumur hidupku dan banyak melakukan kebajikan kepada para saudara dan segenap bangsaku yang bersama dengan daku telah berangkat ke pembuangan, ke negeri Asyur, ke kota Niniwe. Sekali peristiwa pada hari raya Pentakosta, yaitu hari raya Tujuh Minggu, disajikan kepadaku suatu jamuan makan yang baik. Aku pun telah duduk untuk makan. Sebuah meja ditempatkan di hadapanku dan kepadaku disajikan banyak hidangan. Tetapi berkatalah aku kepada anakku Tobia, “Nak, pergilah, dan jika kaujumpai seorang miskin dari saudara-saudara kita yang diangkut tertawan ke Niniwe dan yang dengan segenap hati ingat akan Tuhan, bawalah ke mari, supaya ikut makan. Aku hendak menunggu, hingga engkau kembali.” Maka keluarlah Tobia untuk mencari seorang saudara yang miskin. Sepulangnya berkatalah ia, “Pak!” Sahutku, “Ada apa, nak?” Jawabnya, “Salah seorang dari bangsa kita telah dibunuh. Ia dicekik dan dibuang di pasar. Jenazahnya masih ada di situ!” Aku meloncat berdiri, dan jamuan itu kutinggalkan sebelum kukecap. Jenazah itu kuangkat dari lapangan dan kutaruh di dalam salah satu rumah hingga matahari terbenam, untuk kukuburkan nanti. Kemudian aku pulang, kubasuh diriku, lalu makan dengan sedih hati. Maka teringatlah aku akan sabda yang diucapkan Nabi Amos mengenai kota Betel, “Hari-hari rayamu akan berubah menjadi hari sedih dan segala nyanyianmu akan menjadi ratapan!” Lalu menangislah aku. Setelah matahari terbenam aku pergi menggali liang, lalu jenazah itu kukuburkan. Para tetangga menertawakan daku, katanya, “Ia belum juga takut! Sudah pernah ia dicari untuk dibunuh karena perkara yang sama. Dahulu ia melarikan diri dan sekarang ia menguburkan jenazah lagi!” Tetapi Tobit lebih takut kepada Allah daripada kepada Raja.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan
Ayat. (Mzm 112:1-2.3-4.5-6)
1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; keturunan orang benar akan diberkati.
2. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap dikenang selama-lamanya. Bagi orang benar ia bercahaya laksana lampu di dalam gelap, ia pengasih dan penyayang serta berlaku adil.
3. Orang baik menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, ia melakukan segala urusan dengan semestinya. Orang jujur tidak pernah goyah, ia kan dikenang selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (1Yoh 4:10b)
Yesus Kristus, Engkaulah saksi yang setia, yang pertama bangkit dari alam maut; Engkau mengasihi kami dan mencuci dosa kami dalam darah-Mu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:1-12)

"Mereka menangkap dan membunuh putra kesayangan, dan melemparkannya ke luar kebun anggur."

Pada suatu hari Yesus berbicara kepada imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan kaum tua-tua dengan perumpamaan, kata-Nya, "Adalah seorang membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Dan ketika sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima sebagian dari hasil kebun itu dari mereka. Tetapi mereka menangkap hamba itu dan memukulnya, lalu menyuruhnya pergi dengan tangan hampa. Kemudian ia menyuruh pula seorang hamba lain kepada mereka. Orang ini mereka pukul sampai luka kepalanya dan sangat mereka permalukan. Lalu ia menyuruh seorang hamba lain lagi, dan orang ini mereka bunuh. Dan banyak lagi yang lain, ada yang mereka pukul dan ada yang mereka bunuh. Sekarang tinggal hanya satu orang anaknya yang kekasih. Akhirnya ia menyuruh dia kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi penggarap-penggarap itu berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, maka warisan ini menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan membunuhnya, lalu melemparkannya ke luar kebun anggur itu. Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain. Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita." Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka pergi dan membiarkan Dia."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Saat renungan ini ditulis, kasus Gayus Tambunan, sedang ramai dibicarakan. Gayus, pegawai pajak biasa, telah menilep uang pajak milyaran rupiah. Orang pun tersentak dan terkaget-kaget bahwa pegawai sekelas Gayus mampu mengorupsi uang begitu banyak. Seolah-olah soal pajak adalah miliknya sendiri. Itulah juga yang terjadi pada para pekerja upahan di kebun anggur dalam Injil hari ini. Para petani tersebut menjadi serakah dan tidak tahu diri. Mereka jadikan seolah-olah ladang anggur itu milik mereka sendiri. Bahkan, anak yang empunya kebun pun mereka aniaya dan mereka bunuh.

Perumpamaan tentang para pekerja upahan di kebun anggur merupakan kritikan tajam Yesus pada sikap bangsa Israel. Yesus menunjukkan kesalahan bangsa Israel yang menjadikan Kerajaan Allah sebagai milik pribadi. Mereka menyepelekan Firman-Nya dan menolak menaati Putra-Nya, Yesus Kristus. Bahaya seperti ini dapat terus terulang. Para penguasa Gereja dapat saja menunjukkan sikap yang sama seperti para penggarap tanah yang jahat itu. Hal itu terjadi bila mereka menjalani kekuasaannya menurut pikiran mereka sendiri saja dan menolak Firman Allah.

Tuhan, bukalah hati dan budiku agar aku dapat selalu terbuka pada Sabda yang Kausampaikan kepadaku. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian
Catatan orang kudus: diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy