| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Transfigurasi, oasis di padang gurun kehidupan menuju ke Tanah Terjanji

I. Tempat perhentian yang memberikan semangat untuk meneruskan perjalanan

Pada waktu kami tinggal di Amerika, kami diajak berlibur ke beberapa tempat wisata di Amerika oleh keluarga sepupu kami di mana kami menumpang. Sepupu kami mengatakan bahwa jangan sampai tinggal di Amerika namun tidak pernah melihat keindahan negara tersebut dan hanya menjadi ‘kutu buku’ alias belajar saja. Akhirnya, kami sepakat untuk turut bersama mereka ke Grand Canyon di negara bagian Arizona. Karena kami tinggal di negara bagian Wisconsin, maka untuk menuju tujuan akhir ini, kami harus melewati 4 negara bagian, yang berarti untuk diperlukan 1 hari 10 jam di dalam mobil. Di tengah-tengah perjalanan setelah bermalam di suatu tempat, akhirnya kami singgah di suatu tempat yang sungguh menakjubkan, yaitu Badlands di negara bagian South Dakota. Pemandangan deretan pegunungan yang tandus namun terbentuk dari lapisan-lapisan, terlihat seperti kue lapis legit, sungguh mencengangkan dan mendatangkan kekaguman. Badan yang lelah akibat perjalanan panjang terasa sirna melihat pemandangan yang sungguh menakjubkan ini. Tidak henti-hentinya, hati mengucapkan syukur atas kebesaran Tuhan dan kata-kata kekaguman terhadap keindahan alam ini kami ucapkan terus menerus. “Betapa besarnya Engkau, Tuhan! How great Thou art!” Namun, tiba-tiba sepupu kami mengatakan, “Tunggu, sampai kamu melihat Grand Canyon.” Wow? Jadi masih ada yang lebih indah lagi? Rasanya hati ini tidak sabar untuk sampai ke Grand Canyon. Namun ini berarti kami harus menunggu (dan bergantian menyetir) lagi selama 21 jam untuk dapat menyaksikan keindahannya. Namun, semua jerih payah ini tidaklah terlalu berarti sebab saya mengingat bahwa ada tempat yang lebih indah dari Badlands yang dapat saya nikmati, yaitu Grand Canyon – yaitu Badlands dalam skala yang lebih besar dan lebih indah.

Mungkin itu adalah gambaran yang tidak sempurna tentang apa yang terjadi pada saat Transfigurasi, yang menjadi bacaan minggu ke-dua di masa Prapaskah. Pada waktu itu, para murid sungguh sangat terkejut dan mungkin sedih, karena ternyata Sang Guru, Sang Mesias menceritakan kepada mereka bahwa Dia harus menderita dan mati. Untuk menghibur para murid inilah, Kristus seolah-olah memberikan harapan melalui peristiwa Transfigurasi, dengan mengatakan, “Aku sungguh Allah dengan segala kemuliaan yang telah engkau lihat sendiri …., walaupun Aku harus melewati jalan kematian yaitu jalan salib. Namun, dengan kematian-Ku, maka kemuliaan-Ku akan dinyatakan secara sepenuhnya. Jumat Suci akan diikuti oleh Minggu Paskah. Dan aku mengundang engkau untuk mengikuti jalan-Ku, sehingga engkau juga dapat menikmati kemuliaan bersama-Ku untuk selama-lamanya. Namun, engkau juga harus mengambil jalan yang Aku ambil.

II. Bacaan minggu ke-2 Masa Prapaskah

Dalam bacaan minggu pertama (Mt 4:1-11), kita melihat bagaimana Kristus dicobai padang gurun dan Kristus mengalahkan kekuasaan si jahat (silakan melihat artikel ini – klik ini). Dalam surat gembala prapaskah kepausan tahun 2011 (baca lengkapnya di sini – silakan klik), Paus Benediktus XVI mengatakan:

Hari Minggu Pertama Masa Prapaskah mengungkapkan keberadaan kita sebagai manusia yang hidup di bumi ini. Kemenangan dari perjuangan melawan penggodaan yang menjadi titik awal perutusan Yesus, haruslah menjadi ajakan bagi kita untuk menyadari kerapuhan kita dalam menerima Rakhmat yang membebaskan kita dari dosa dan memberi pencurahan kekuatan baru di dalam Kristus, “jalan, kebenaran dan hidup” (bdk. Tatacara Inisiasi Kristiani bagi Orang Dewasa, no. 25). Hal itu harus menjadi peringatan yang keras bagi kita, bahwa iman kepercayaan Kristiani, sesuai dengan teladan dari dan dalam kesatuan dengan Kristus, mencakup juga perjuangan “melawan kuasa-kuasa kegelapan di dunia ini” (bdk. Ef. 6:12). Di sana si Setan, tanpa mengenal lelah senantiasa bekerja, juga sekarang ini, untuk menggoda siapa saja yang mau hidup dekat dengan Tuhan. Kristus yang akhirnya jaya terhadap godaan itu, membuka hati kita pada harapan baru dan membimbing kita juga untuk dapat mengalahkan bujukan-bujukan iblis itu.

Dalam penjabaran di atas, kita dapat melihat bahwa Kristus sendiri telah menunjukkan kepada kita, bahwa kita dipanggil seperti Kristus untuk terus berjuang dalam melawan kuasa-kuasa kegelapan di dunia ini. Dan kita, yang telah menerima rahmat Allah dapat menang dalam perjuangan ini, sejauh kita terus bersandar pada Kristus.

Dalam bacaan Minggu ke-dua masa Prapaskah, Gereja menyodorkan satu perikop yang sungguh indah, yang tertulis di Mt 17:1-9, Mrk 9:2-13, Luk 9:28-36. Berikut ini adalah perikop yang tertulis di Injil Matius:

1 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja.
2 Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.
3 Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.
4 Kata Petrus kepada Yesus: “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.”
5 Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.”
6 Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan.
7 Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: “Berdirilah, jangan takut!”
8 Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri.
9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: “Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.

Mari kita bersama-sama menelaah perikop ini, dengan harapan dapat berguna dalam masa Prapaskah ini.

III. Menempatkan peristiwa Transfigurasi pada konteksnya

1. Dari Pengakuan Petrus ke Transfigurasi

Kalau kita memperhatikan, peristiwa Transfigurasi terjadi setelah pengakuan Petrus di Kaesarea Filipi, yang terekam dalam ketiga Injil (lih. Mt 16:13-20; Mk 8:27-30; Lk 9:18-21). Ketika Yesus bertanya “Menurut kamu, siapakah Aku ini?“, maka Petrus dengan lantang menjawab bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup (lih. Mt 16:16) atau Mesias (lih. Mk 8:29), atau Mesias dari Allah (lih. Lk 9:20). Yesus memuji jawaban Petrus dan bahkan mengatakan bahwa jawaban tersebut sebenarnya dinyatakan sendiri oleh Allah Bapa. Dan kemudian, dalam perikop yang sama, Yesus mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus, dan berjanji bahwa alam maut tidak akan menguasainya. Janji yang begitu indah, besar, dan tidak terbatas ini sayangnya masih belum dapat dimengerti oleh para rasul, termasuk Petrus.

Ketika Yesus menyatakan bahwa Dia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dan akhirnya akan dibunuh, dan akan bangkit, Petrus tidak dapat menerima hal ini. Saya juga membayangkan bahwa para rasul yang lain juga terlalu terkejut atau sedih dengan pernyataan Yesus. Petrus, yang sangat reaktif dan menggebu-gebu, mengatakan kepada Yesus agar hal tersebut tidak terjadi pada Yesus (lih. Mt 16:22; Mk 8:32), yang mengakibatkan hardikan Yesus kepada Petrus di ayat berikutnya. Dalam kondisi bingung, tidak mengerti, sedih, maka para murid meneruskan perjalanan bersama Yesus, dan kemudian pada hari ke-enam, Petrus, Yohanes dan Yakobus, di bawa oleh Yesus untuk naik ke gunung Tabor untuk berdoa.

2. Yom Kippur, Sukkoth dan pengakuan Petrus, Transfigurasi

Dalam bukunya “Jesus of Nazareth“, Paus Benediktus XVI memberikan argumentasi bahwa pengakuan Petrus (lih. Mt 16:16-19) sepertinya terjadi pada pesta Yom Kippur dan Transfigurasi terjadi pada hari raya Pondok Daun.[1]. Pesta Pondok Daun ini terjadi setelah hari keenam dari Pesta Yom Kippur. Yom Kippur menjadi pesta yang begitu istimewa, karena saat itulah (hanya setahun sekali) nama Yahweh boleh/ dapat diucapkan oleh imam agung di tempat maha kudus di bait Allah. Pada perayaan Yom Kippur itulah Rasul Petrus menyebutkan pengakuan-Nya akan Kristus yang adalah Sang Mesias, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup“. Dengan demikian Petrus, mengakui Kristus sebagai Allah Putera; dan pengakuan ini diterima oleh Kristus, dengan mengatakan bahwa pernyataan itu berasal dari Allah Bapa sendiri. (lih. Mat 16:18)

Pesta Pondok Daun adalah memperingati leluhur bangsa Israel yang berkemah di padang gurun. Imamat 23:43 menuliskan “ Supaya diketahui oleh keturunanmu, bahwa Aku telah menyuruh orang Israel tinggal di dalam pondok-pondok selama Aku menuntun mereka sesudah keluar dari tanah Mesir, Akulah TUHAN, Allahmu.” Tuhan yang menuntun bangsa Israel melalui tiang awan (lih. Kel 13:21), seoleh-olah ingin menyatakan kembali pimpinan-Nya kepada bangsa Israel dengan peristiwa Transfigurasi. Tidak saja hanya dalam tiang awan seperti yang digambarkan dalam Perjanjian Lama, melainkan Tuhan juga memperdengarkan suara-Nya. Bahkan di Perjanjian Baru ini, Allah memberikan Putera-Nya sendiri untuk memimpin umat Allah ke Tanah Terjanji, yaitu surga.

IV. Tipologi peristiwa Transfigurasi dengan Musa yang naik ke puncak gunung

Dikatakan “Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja.” (Mt 17:1). Paus Benediktus melihat tipologi antara apa yang terjadi dalam Kel 24 dengan Transfigurasi. Dalam kitab Keluaran dikatakan “Kemuliaan TUHAN diam di atas gunung Sinai, dan awan itu menutupinya enam hari lamanya; pada hari ketujuh dipanggil-Nyalah Musa dari tengah-tengah awan itu.” (Kel 24:16) Sama seperti Yesus mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes, maka patut diingat juga bahwa Tuhan berfirman kepada Musa untuk naik menghadap Tuhan dengan mengajak Harun, Nadab dan Abihu, walaupun juga disertai dengan tujuh puluh para tua-tua Israel (lih. Kel 24:1). Di kitab Keluaran 24 dikatakan bahwa setelah Musa menerima perintah dari Tuhan, maka dia membacakannya kepada bangsa Israel, dan kemudian bangsa Israel menjawab “Segala firman yang telah diucapkan TUHAN itu, akan kami lakukan.” (Kel 24:3). Dan kemudian berakhir dengan tanda perjanjian dan dikatakan “Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini.” (Kel. 24:8)

Jika dalam Kel 24 Musa naik bersama dengan Harun, Nadab dan Abihu, maka dalam Transfigurasi, Kristus naik ke gunung bersama dengan Petrus, Yohanes dan Yakobus. Musa naik ke gunung untuk menerima Firman Tuhan. Dalam peristiwa Transfigurasi, Kristus, yang adalah Firman menyatakan Diri-Nya dalam kemuliaan. Perkataan bangsa Israel yang menyatakan bahwa segala firman yang diucapkan Tuhan itu akan mereka lakukan, seolah-olah diberi bobot yang jauh lebih besar, karena pada peristiwa Transfigurasi Allah Bapa sendirilah yang mengatakan “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” (ay. 5) Bukan Musa yang menyatakan perintah Allah kepada bangsa Israel, namun Allah Bapa sendiri yang menyatakannya kepada Petrus, Yohanes dan Yakobus yang mewakili seluruh umat beriman.

Dari sini, kita dapat melihat adanya tipologi, yang memberikan kedalaman makna perikop ini. Transfigurasi bukan hanya merupakan suatu kejadian, di mana Kristus dimuliakan di atas gunung. Namun, lebih daripada itu, Transfigurasi merupakan suatu pengulangan peristiwa dari bangsa Israel, yaitu resolusi ketaatan dari bangsa Israel yang berakhir dengan tanda perjanjian. Kalau dalam Perjanjian Lama, resolusi ketaatan adalah kepada Firman yang tertulis, namun di dalam Perjanjian Baru, resolusi ketaatan adalah kepada Kristus, yaitu Firman yang hidup, Firman yang telah menjadi manusia (lih. Yoh 1:1-5). Dan pada saat yang sama, Firman ini juga menjadi tanda perjanjian, yaitu ketika pada Perjamuan Terakhir, Kristus sendiri mengatakan “Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” (Mt 26:28)

V. Transfigurasi, perhentian yang memberikan kekuatan

1. Transfigurasi menjadi oasis di padang gurun kehidupan

Di atas telah disebutkan bahwa sebelum terjadinya peristiwa Transfigurasi, kemungkinan para murid berada dalam keadaan sedih dan tak bisa menerima kenyataan bahwa Yesus – yang adalah Guru dan Tuhan- harus menderita dan wafat. Dalam kekalutan inilah, mereka menemani Yesus naik ke atas gunung. Untuk apa? Injil Lukas mencatat, bahwa mereka naik ke atas gunung untuk berdoa (lih. Lk 9:28). Ini adalah pelajaran yang begitu indah, bagaimana dalam kekalutan, kita harus naik ke gunung untuk berdoa, sehingga kita akan mendapatkan kekuatan dalam menghadapi gelombang kehidupan. Kita harus menemukan tempat yang sunyi untuk berdoa (lih. Mt 6:6), sehingga kita dapat bertemu dengan Allah.

Kekalutan dan ketakutan para murid akan kematian Kristus seolah-olah sirna, ketika mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri, wajah Yesus menjadi bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi seperti putih bersinar seperti terang (ay. 2). Inilah yang terjadi di dalam doa, bahwa kekalutan dan kegelapan sebenarnya sirna ditelan oleh Yesus, Sang Terang dunia, yang menjanjikan bahwa barangsiapa mengikuti Dia, tidak akan pernah berjalan dalam kegelapan (lih. Yoh 8:12). Di dalam Kristus, kekalutan dan keletihan hidup digantikan dengan kelegaan (lih. Mt 11:28), kegelapan digantikan dengan terang, dan ketidakpastiaan digantikan dengan harapan yang kuat, karena Kristus adalah jalan, kebenaran dan hidup (lih. Yoh 14:6).

Pengalaman spiritual yang begitu mengesankan ini, sungguh membekas di hati Petrus. Inilah sebabnya dalam suratnya rasul Petrus mengatakan “16 Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. 17 Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” 18 Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus.” (2Pet 1:16-18) Pengalaman bersama dengan Yesus dalam kemuliaan-Nya seharusnya terpatri dalam hati seluruh umat beriman, sehingga dapat menjadi oasis yang menyegarkan dan menguatkan kita, ketika kita sedang menghadapi percobaan-percobaan kehidupan.

2. Kristus adalah Tuhan dari Elia dan Musa

St. Ephraem, salah satu dari pujangga Gereja menghubungkan peristiwa Pengakuan Petrus dengan Transfigurasi.[2] Dalam perikop pengakuan Petrus, Yesus bertanya kepada para murid “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” (Mt 16:13) Dan kemudian di ayat berikutnya, para murid menjawab “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Di dalam Transfigurasi inilah, Kristus menunjukkan bahwa perkataan Petrus bahwa Kristus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, sungguh benar. Dalam kemuliaan-Nya, Kristus menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan dari Elia dan para nabi lainnya. Kristus adalah pemenuhan dari semua hukum di dalam Perjanjian Lama (diwakili Musa) dan pemenuhan nubuat para nabi (diwakili Elia). Kristus menunjukkan bahwa Dia adalah Pencipta langit dan bumi. Dengan menengadah ke atas/ ke langit, Kristus memanggil Elia (yang sebelumnya terangkat ke Sorga – lih. 2Raj 2:11) dan Ia memanggil Musa dari bawah/ bumi (dari kuburnya). Dan kemudian mereka bercakap-cakap di awan.

Musa dan Elia bergembira karena menyaksikan Yesus, Tuhan yang menjelma menjadi sungguh manusia, sedangkan Petrus, Yohanes dan Yakobus bersyukur, karena mereka telah menyaksikan Yesus, yang sungguh Allah. Kalau dalam Perjanjian Lama dibutuhkan minimal dua atau tiga saksi untuk mengkonfirmasi suatu kejadian adalah benar adanya (lih. Ul 19:15), maka dalam peristiwa Transfigurasi ini, dua orang dari Perjanjian Lama dan tiga orang dari Perjanjian Baru menjadi saksi peristiwa mulia ini. Dengan demikian, Kristus yang sungguh Allah dan sungguh manusia adalah benar adanya, karena menjadi pemenuhan dari nubuat di dalam Perjanjian Lama dan disaksikan oleh saksi-saksi.

3. Transfigurasi memberikan gambaran akan Trinitas

Kesaksian yang diperlukan untuk membuat suatu kejadian menjadi benar, bukan hanya diberikan oleh manusia, namun juga diberikan oleh Tuhan. Allah Bapa memuliakan Sang Anak dan bersaksi tentang Yesus (lih. Yoh 5:37) dengan mengatakan “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” (ay. 5) dan Allah Roh Kudus menaungi mereka. Hal yang sama digambarkan di dalam kitab Keluaran, ketika Musa mendaki gunung dan kemudian awan itu menutupinya. Dikatakan “Kemuliaan TUHAN diam di atas gunung Sinai.” (Kel 24:16). Roh Allah tidak lagi datang dalam awan gelap (lih. Kel 20:21), namun kini datang dalam rupa awan yang terang (Mt 17:5) Gambaran yang lebih jelas akan Trinitas, seharusnya membuat para rasul dan seluruh umat Allah untuk semakin menaruh iman kepercayaan kita kepada Yesus. Yesus telah dipermuliakan dan Dia akan datang dalam kemuliaan-Nya (lih. Mt 16:27), ketika genap waktunya.

4. Menuju kepada keselamatan dengan mendengarkan dan melakukan apa yang dikatakan Yesus

Gambaran dari Trinitas sebelumnya telah dinyatakan di dalam peristiwa baptisan Yesus, di mana Allah Bapa mengatakan “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mt 3:17), terdengar lagi dengan lebih jelas “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Allah Putera dinyatakan sebagai Anak Allah dan lebih daripada itu, dalam Diri Yesus terletak semua hukum dan pemenuhan dari semua nubuat para nabi. Inilah sebabnya, Allah Bapa mengatakan kepada para rasul untuk mendengarkan Yesus. Bahkan segala kuasa di Sorga dan di bumi telah diberikan kepada Yesus. (lih. Mt 28:18).

Allah Bapa memberikan penekanan, bahwa Kristus adalah Anak-Nya yang terkasih dan semua orang harus mendengarkan Kristus. Apanya yang perlu didengarkan? Semua yang diucapkan-Nya dan dilakukan-Nya (lih. Mt 28:20). Namun, mungkin terutama, apa yang sebelumnya dikatakan oleh Kristus sendiri – yang menjadi skandal bagi para murid dan yang juga menjadi batu sandungan bagi kaum Yahudi dan menjadi suatu kebodohan bagi bangsa Yunani (lih. 1Kor 1:23) – , yaitu tentang misteri penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus. (lih. Mt 16:21-28; Mrk 8:31-9:1; Lk 9:22-27). Inilah sebabnya Rasul Paulus juga mengatkan bahwa dia memberitakan Kristus yang tersalib (lih. 1Kor 1:23) Salib memang merupakan sesuatu yang berharga, sebab melaluinya kita sampai kepada kemuliaan yang dijanjikan Yesus. Oleh sebab itu Yesus mengatakan “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Mt 16:24) Inilah yang akan membawa manusia kepada keselamatan. Sebab tujuan akhir kita bukan berhenti kepada melihat Transfigurasi, namun kepada Transfigurasi yang sesungguhnya dan yang kekal, yaitu melihat Allah muka dengan muka di dalam Kerajaan Sorga (lih. 1 Yoh 3:2).

5. Kristus memampukan kita untuk memikul salib

Setelah kekecewaan Petrus terobati dengan kemuliaan Kristus yang dia saksikan, maka Dia mengatakan “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” (ay. 4) Petrus yang mendapatkan penghiburan dari apa yang dialaminya mau mendapatkan penghiburan untuk selamanya, atau paling tidak lebih lama. Petrus seolah-olah telah melupakan apa yang dikatakan oleh Yesus tentang penderitaan, kematian yang harus dialami oleh Yesus dan juga tentang penyangkalan diri, memikul salib dan mengikuti Yesus. Semua hal yang menjadi beban dan resiko untuk menjadi murid Kristus seolah-olah sirna dengan kemilau kemuliaan Kristus. Mungkin, kita juga pernah mengalami kebahagiaan bersama dengan Tuhan secara istimewa, entah melalui permenungan, rekoleksi, retret, dll. Kita seolah-olah ingin agar saat-saat itu tidak berakhir.

Namun, di tengah-tengah ekstasi inilah, Petrus dan kawan-kawan mendengar suara “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” (ay. 5). Suara ini menyadarkan mereka bahwa mereka tidak mungkin mengalami manifestasi kemuliaan ini untuk selamanya dan tidak mungkin mereka hanya berdiam diri di atas gunung dan melupakan tugas mereka. Mereka disadarkan bahwa mereka harus mendengarkan Yesus, Sang Mesias, Anak Allah yang hidup, yang sebelumnya pernah mengatakan kepada mereka tentang segala penderitaan yang harus dialami-Nya. Selain karena ketakutan akan manifestasi dari suara Tuhan, namun ketakutan ini adalah suatu ketakutan bahwa mereka harus kembali turun gunung, mereka harus menghadapi lagi suatu kenyataan bahwa mereka harus menjalankan tugas yang belum selesai.

Dalam ketakutan inilah, tiba-tiba terdengar suara “Berdirilah, jangan takut!” (Mt 17:7). Yesus ingin menyatakan bahwa ketakutan dalam menghadapi semua percobaan akan sirna jika dihadapi bersama dengan Yesus. Kunci dari menghadapi semua tantangan yang diberikan oleh Yesus – menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Yesus – adalah Yesus sendiri, karena Yesus sendiri yang akan memberikan kekuatan. Kristus tidak mengatakan bahwa Dia akan mengambil salib dari diri kita, namun Kristus ingin mengatakan bangkitlah, berdirilah, dan berjalanlah bersama-Ku, maka engkau akan mendapatkan kekuatan dalam menghadapi segalanya. Mari, ikutilah Aku….

VI. Ikutilah Aku ke Tanah Terjanji

Setelah reda dalam ketakutan-Nya, maka para murid mengikuti Yesus untuk turun gunung. Inilah saat ketika mereka harus menghadapi kenyataan hidup dan panggilan hidup untuk mengikuti Kristus. Namun, mereka yang telah mengalami Kristus yang dipermuliakan, telah mendapatkan kekuatan untuk menghadapi segalanya. Bagi kita, seluruh umat Katolik, sebenarnya kitapun mengalami pengalaman seperti para rasul itu yang menyaksikan Transfigurasi. Pengalaman ini kita peroleh setiap kali kita menerima Ekaristi. Dalam setiap perayaan Ekaristi, Kristus yang menderita, wafat, bangkit dan naik ke Sorga dihadirkan kembali dan bersatu dengan kita. Dalam persatuan kita dengan Kristus yang kita sambut dalam Ekaristi, kita menyaksikan kemuliaan Allah yang dinyatakan dalam kesederhanaan dan kebersahajaan rupa sepotong roti. Allah yang begitu besar, memilih untuk menyatakan Diri-Nya dengan cara yang sangat sederhana, agar dapat menghampiri kita dan menyatu dengan kita. Ialah Roti Surga yang menjadi santapan rohani bagi kita, agar kita menerima rahmat kekuatan dan penghiburan. Rahmat Ekaristi inilah yang memampukan umat Allah untuk turun gunung dan melaksanakan tugas sebagai murid- murid Kristus, yaitu menyampaikan Kristus kepada orang lain dan membawa orang lain kepada Kristus.

Catatan: Artikel ini dipakai untuk pendalaman Kitab Suci di Paroki Regina Caeli – Pantai Indah Kapuk, tanggal 16 Maret 2011



CATATAN KAKI:


1. Pope Benedict XVI, Jesus of Nazareth : from the baptism in the Jordan to the transfiguration p. 306-308, 1st ed. , New York: Doubleday, 2007 [↩]
2. M Toal, The Sunday sermons of the great Fathers p.45-47, New ed., San Francisco: Ignatius Press, 2000. [↩]


Stefanus Tay, www.katolisitas.org

Kamis, 17 Maret 2011 Hari Biasa Pekan I Prapaskah

Kamis, 17 Maret 2011
Hari Biasa Pekan I Prapaskah

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. (Mat 7:7-8)

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, kami bersyukur atas segala yang baik yang Engkau berikan kepada kami. Kami juga bersyukur atas hukum emas yang diajarkan Putera-Mu kepada kami. Semoga dengan hukum emas ini kami semakin mampu menciptakan kedamaian di antara kam. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Ester (4:10a.10c-12.17-19)

"Padaku tidak ada seorang penolong selain Engkau, ya Tuhan."

Di kala bahaya mau menyerang, Ratu Ester pun berlindung pada Tuhan. Ia memohon kepada Tuhan, Allah Israel, katanya, "Ya Tuhan, Raja kami, Engkaulah yang tunggal. Tolonglah aku yang seorang diri ini. Padaku tidak ada seorang penolong selain Engkau, sebab bahaya maut mendekati diriku. Sejak masa kecilku telah kudengar dalam keluarga bapaku bahwa Engkau, ya Tuhan, telah memilih Israel dari antara sekalian bangsa, dan nenek moyang kami telah Kaupilih dari antara sekalian leluhurnya, supaya mereka menjadi milik abadi bagi-Mu; dan telah Kaulaksanakan bagi mereka apa yang telah Kaujanjikan. Ingatlah, ya Tuhan, dan sudilah menampakkan diri-Mu di waktu kesesakan kami. Berikanlah kepadaku keberanian, ya Raja para allah dan Penguasa sekalian kuasa! Taruhlah perkataan sedap di dalam mulutku terhadap singa itu, dan ubahlah hatinya sehingga menjadi benci kepada orang-orang yang memerangi kami, supaya orang itu serta semua yang sehaluan dengannya menemui ajalnya. Tetapi selamatkanlah kami ini dengan tangan-Mu, dan tolonglah aku yang seorang diri ini, yang tidak mempunyai seorang pun selain Engkau, ya Tuhan."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Pada hari aku berseru, Engkau menjawab aku, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 138:1-2a,2bc-3,7c-8; R:3a)
1. Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hati, di hadapan para dewata aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus.
2. Aku memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu, sebab Kaubuat nama-Mu, dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.
3. Tuhan, tangan kanan-Mu menyelamatkan daku, Engkau akan menyelesaikan segalanya bagiku! Ya Tuhan, kasih setia-Mu kekal abadi, janganlah Kautinggalkan buatan tangan-Mu!

Bait Pengantar Injil, do = es, 4/4, PS 966
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Sang Raja kemuliaan kekal.
Ayat. Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (7:7-12)

"Setiap orang yang meminta akan menerima."

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Mintalah, maka kamu akan diberi; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta akan menerima, setiap orang yang mencari akan mendapat, dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu akan dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan


Mira adalah seorang gadis yang cantik, tetapi ia belum memiliki pacar. Usianya sudah hampir 30 tahun. Suatu hari ia berpikir, ”Aku akan berdoa Novena setiap hari di hadapan patung Bunda Maria. Aku ingin berdoa dengan ujud khusus, supaya cepat dapat pacar. Bukankah Tuhan senantiasa mengabulkan doa kita ya?” Dengan penuh keyakinan, Mira mulai berdoa di hadapan patung Bunda Maria. Sembilan hari penuh Mira berdoa, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa doanya akan dikabulkan. Mira pun meneruskan doanya, setiap hari. Seminggu berlalu, sebulan, dua bulan … dan doanya tetap belum terkabulkan. Ketika setahun penuh doa Mira tidak terkabul juga maka marahlah Mira sampai-sampai Mira mengambil patung Bunda Maria dan melemparkannya keluar jendela.

Sering kali relasi kita dengan Tuhan dilandasi mental dagang: ada jasa ada imbalan. ”Saya sudah berdoa setiap hari, bahkan juga berderma. Jadi, Tuhan harus membalas jasa saya dong!” begitu pikiran kita. Bukankah Tuhan Yesus juga bersabda bahwa apa yang kita minta akan diberikan? Yesus benar bahwa Allah akan mengabulkan doa kita. Pertanyaannya, menurut ukuran siapa? Bukankah orangtua yang baik tidak akan memberikan minuman es pada anaknya yang sedang batuk dan sakit? Bukankah kita juga membaca bagaimana Bunda Maria bersikap? Ketika Bunda Maria bingung dan tidak mengerti atas rencana Allah, ia tetap berkata, ”Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.” Melalui Bunda Maria, kita belajar bahwa Tuhan itu Mahabaik. Dia pasti tahu apa yang terbaik untuk kita masing-masing, kendati kita tidak melihat rencana Allah itu.

Tuhan, tambahkan imanku seperti Bunda Maria: iman yang cukup sehingga aku tetap percaya dan bersyukur kepada-Mu atas apa pun yang aku terima. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian

Pendalaman Pertemuan Prapaskah Lingkungan Keuskupan Agung Semarang 2011 - Minggu Prapaskah V: Ibadat Tobat Lingkungan

Minggu Prapaskah V

Ibadat Tobat Lingkungan
Membangun semangat Tobat dan menghayati pertobatan bersama umat di Lingkungan masing-masing

Catatan: Ibadat Tobat di Lingkungan dipimpin oleh Prodiakon atau sesuai dengan kebiasaan setempat.

1.Nyanyian Pembuka
2.Tanda Salib dan Salam
3.Pengantar:
Ibadat Tobat dilaksanakan di lingkungan masing-masing (meskipun ada juga ibadat tobat di gereja paroki/stasi), dengan maksud supaya ada gerakan bersama membangun kehidupan baru. Selain itu, dengan ibadat tobat di lingkungan juga diharapkan bahwa gerakan dan kegiatan APP 2011 ini berdampak sosial .

4.Doa Pembuka
Allah Bapa Maha Pengampun. Putera-Mu Yesus Kristus telah wafat, namun sumber kehidupan telah memancar bagi jiwa-jiwa dan terbukalah lautan kerahiman bagi segenap dunia. O Sumber kehidupan, kerahiman ilahi yang tak terselami, ampunilah dosa-dosa kami dan selamatkanlah kami. Semoga sengsara, wafat dan kebangkitan PuteraMu menjadi sumber pendamaian bagi kami. Sebab Dialah PuteraMu, Tuhan dan Pengantara kami, yang bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin

5.Bacaan Injil: Injil Yohanes 1:43-51

Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus. Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."

6.Nyanyian Tanggapan Sabda
7.Permenungan singkat: (Pemandu menyampaikan renungan singkat dengan pokok-pokok gagasan berikut ini)
-Yesus memanggil kita untuk mengikutiNya, seperti halnya panggilan Yesus kepada Filipus. Kesetiaan mengikuti Yesus menjadi tantangan tersendri karena manusia sering tergoda mengikuti kemauan sendiri.
-Setelah dipanggil, kita diutus untuk memberi kesaksian akan Kristus dan kedekatan kita dengan Kristus. Namun sering kita mewartakan diri sendiri supaya dipuji, daripada mewartakan Kristus.
-Kesaksian yang perlukita berikan adalah kuasa dan belas kasih Allah yang dinyatakan oleh kehadiran Kristus; atau keterpesonaan kita pada Kristus.
-Kita perlu memperbaharui diri terus menerus supaya iman kita menjadi semakin besar dan mendalam serta tangguh.
-(Pemandu/Pemimpin ibadat bisa menambang sendiri pokok gagasan permenungannya)

8.Penelitian Batin
(Pemandu mengajak umat untuk mengadakan pemeriksaan batin. Adapun bahan pemeriksaan batin dari pokok-pokok ARDAS KAS 2011-2015).
-Apakah aku sudah terlibat dengan sepenuh hati dalam kehidupan menggereja khususnya di lingkungan?
-Apakah hidupku menandakan hadirnya Kerajaan Allah atau malah sebaliknya?
-Apakah aku mudah berdamai dengan Allah, sesama, dan lingkungan hidup?
-Apakah aku terus menerus berusaha agar imanku semakin mendalam dan tangguh, atau begini-begini saja?
-dll. (Pemandu bisa menambahkan bahan permenungan masing-masing).

9.Ungkapan Tobat
-Doa Tobat
-Menyanyikan lagu Tuhan Kasihanilah (pola lagu memilih sendiri) atau lagu tobat yang lain yang sesuai.
-(Bisa ditambah bentuk-bentuk khusus untuk mengungkapkan tobatnya).

10.Penyegaran iman: mendaraskan Syahadat yang Singkat
11.Nyanyian penyerahan–kolekte
12.Doa Umat (Disiapkan oleh lingkungan masing-masing)
13.Doa ARDAS KAS (Lihat pada halaman atas)
14.Doa Bapa kami (bisa dinyanyikan)
15.Doa Penutup: Doa Malam (Puji Syukur 80/81, disusul doa Tobat no 25, 26/Madah Bakti)
16.Pengumuman: (disampaikan pengumuman, kalau ada atau disampaikan ucapan terimakasih kepada Umat yg dengan setia mengikuti kegiatan APP di lingkungan)

15.Mohon Berkat
P: Tuhan sertamu
U: Dan sertamu juga
P: Semoga kita semua diberkati oleh Allah yang mahakuasa
U: Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)

16.Nyanyian Penutup

Sumber: Panduan APP KAS 2011, Inilah Orang Katolik Sejati

Pendalaman Pertemuan Prapaskah Lingkungan Keuskupan Agung Semarang 2011 - Minggu Prapaskah IV: Merancang Aksi sebagai Wujud Pertobatan

Minggu Prapaskah IV

Merancang Aksi sebagai Wujud Pertobatan


Merancang kegiatan konkrit sebagai Aksi Nyata Prapaskah – Paskah supaya menjadi orang katolik sejati sebagai wujud pertobatan sejati


PEMBUKAAN

1.Nyanyian Pembuka
2.Tanda Salib dan Salam Pembuka
3.Pengantar: (oleh Pemandu)

-Menyampaikan syukur dan terimakasih atas ketekunan dan kesetiaan umat dalam mengikuti
pertemuan APP.
-Maksud pertemuan ke empat ini : merancang aksi nyata sebagai buah pertobatan dan
nantinya tanda “kebangkitan”.
4.Ungkapan dan Bentuk Tobat (ditentukan sendiri)
5.Doa Pembuka:

Allah Bapa Mahabaik. Engkau merencanakan dan melaksanakan karya penciptaanMu baik adanya. Engkau juga berkenan melibatkan kami dalam karya penciptaanMu di dunia ini. Kami hendak merencanakan aksi nyata kami sebagai buah pertobatan dan tanda kebangkitan kami. Tuntunlah kami dengan Roh KudusMu, agar kami dapat menemukan yang terbaik yang perlu kami lakukan. Engkau yang memulai pekerjaan baik di antara kami, akan menyelesaikannya pula. Dengan pengantaraan Yesus Kristus PuteraMu yang wafat dan bangkit bagi kami, bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

PERENCANAAN

6.Bacaan: Yakobus 4:12-17


Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia? Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.


7.Membuat kesepakatan rencana aksi

(Pemandu menyampaikan kembali hasil pembicaraan pertemuan III, yakni hal-hal yang
masih perlu dilakukan untuk mewujudkan diri sebagai orang katolik sejati, kemudian
mengajak umat untuk membuat prioritas yakni:
1.Kebutuhan-kebutuhan yang mendesak dan mendasar dengan semangat seperti yang dikatakan
St.Yakobus, sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup
dan berbuat ini dan itu."
2.Dari antara kebutuhan yang paling mendesak, mana saja yang bisa dilakukan?
(konkret: rutin, khusus// jangka pendek–jangka panjang).
3.Perencanaan dibuat secara riil meliputi : kegiatannya, waktu dan tempat pelaksanaan,
penanggungjawab, anggaran dan sumber dana, dll.
4.Kegiatannya tidak dibatasi hanya satu kegiatan
5.Kegiatan yang diusulkan untuk tingkat paroki (diusulkan kepada Dewan Paroki)
Catatan: Kegiatan yang direncanakan tidak hanya untuk satu kali, tetapi sebagai kegiatan yang berkelanjutan, karena upaya mewujudkan diri sebagai orang katolik sejati tidak cukup hanya dengan satu kali kegiatan, melainkan harus terus menerus.
8.Nyanyian Tanggapan/Persembahan
9.Kolekte Prapaskah (bisa dilaksanakan ketika umat menyanyikan nyanyian tanggapan)
10.Doa Umat (Disiapkan oleh lingkungan masing-masing)
11.Doa ARDAS KAS (Lihat pada halaman atas)
12.Doa Bapa kami (bisa dinyanyikan)

PENUTUP

13.Doa Penutup:

Allah Bapa Pencipta langit dan bumi dan segala isinya. Kami bersyukur atas karya penciptaan dan penyelenggaraanMu atas hidup kami. Kami persembahkan segala yang kami rencanakan untuk kami laksanakan sebagai buah dari pertobatan kami dalam rahmat kerahimanMu. Semoga kebangkitan puteraMu yang akan kami rayakan pada perayaan paskah yang akan datang, menggugah dan menggerakkan kami untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik demi terwujudnya rencanaMu atas diri kami. Berkatilah usaha kami dalam menghadirkan KerajaanMu di dunia ini. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

14.Pengumuman: (disampaikan pengumuman berkaitan dengan pertemuan yang akan datang)


15.Mohon Berkat P: Tuhan sertamu
U: Dan sertamu juga
P: Semoga kita semua diberkati oleh Allah yang mahakuasa
U: Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)

16.Nyanyian Penutup

Sumber: Panduan APP KAS 2011: Inilah Orang Katolik Sejati

Pendalaman Pertemuan Prapaskah Lingkungan Keuskupan Agung Semarang 2011 - Minggu Prapaskah IIII: Bagaimana menjadi orang Katolik sejati

Minggu Prapaskah III

Bagaimana Menjadi Orang Katolik Sejati


Menemukan hal-hal yang masih diperlukan untuk menjadi katolik sejati berdasarkan ARDAS KAS 2011-2015


PEMBUKAAN


1.Nyanyian Pembuka

2.Tanda Salib dan Salam

3.Pengantar oleh Pemandu (beberapa hal yang perlu disampaikan) :
-Ucapan selamat datang dan bertemu kembali dalam rangkaian pertemuan prapaskah 2010
(Pemandu bisa juga menanyakan kabar umat).
-Pokok pembicaraan pertemuan ketiga ini merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya
yakni untuk menemukan atau menginventarisir hal-hal yang masih dibutuhkan untuk
menjadi katolik sejati.
4.Ungkapan tobat dan mohon ampun (rumus dan modelnya bisa dipilih sendiri)
5.Doa Pembuka :

Allah Bapa Pembaharu Dunia. Berkat kehadiran Yesus PuteraMu yang menderita, wafat, dan bangkit, Engkau membaharui dunia. Baharuilah hidup kami sebagai orang katolik sejati. Bukalah hati dan pikiran kami untuk menemukan hal-hal yang masih kami perlukan untuk menyempurnakan kehidupan kami. Kami akan berusaha sebaik-baiknya agar hidup dan persekutuan kami menandakan kehadiran KerajaanMu dan bermakna bagi dunia di sekitar kami. Demi Yesus Kristus PuteraMu, Tuhan dan Penebus kami, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

PENDALAMAN

6.Bacaan: Injil Matius 19:16-22


Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"

Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."

Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.

7.Menemukan kebutuhan menuju kekatolikan yang sejati (sharing/usul/diskusi)


Pengantar (oleh Pemandu)

-Kesempuranaan hidup seseorang kadang diukur dengan terpenuhinya kebutuhan kebutuhan pribadinya (harta/kekayaan, jabatan, status sosial, karier, rutinitas hidup keagamaan). Akibatnya, terkadang orang menjadi sulit untuk menemukan hal-hal yang diperlukan untuk menjadi lebih sempurna.
-Berpangkal dari bacaan Injil yang kita baca tadi, kita menemukan bahwa pemuda yang datang kepada Yesus juga sudah merasa cukup dalam menjalankan hidup keagamaan. Ia juga merasa bahwa untuk mencapai hidup kekal, sudah cukuplah dengan apa yang ia jalankan. Ia menunggu pengukuhan oleh Yesus. Namun betapa kaget ketika Yesus masih menuntut yang lainnya yakni hendaknya ia menjual segala miliknya dan memberikannya kepada orang miskin. Karena hal itu tidak ada dalam pikirannya, apalagi ia harus kehilangan apa yang ada padanya, ia mundur dari hadapan Yesus.
-Kita mungkin juga sudah menjalankan kewajiban keagamaan kita, tidak pernah melanggar hukum, tidak berbuat jahat kepada orang lain, rajin berdoa dan mengikuti kegiatan-kegiatan Gereja dan masyarakat. Pertanyaannya adalah “sudah cukupkah semua itu jika kita ingin disebut orang katolik sejati?
-Atau dengan memperhatikan pokok-pokok cita-cita Arah Dasar KAS 2011-2015, apa yang masih kita perlukan atau kita lakukan supaya menjadi orang katolik sejati dengan
ciri-ciri antara lain:
- Punya pengalaman relasi pribadi/pengalaman mistik dengan Allah.
- Hidup bermakna dan bernilai bagi umat maupun masyarakat (signifikan dan relevan): terbuka untuk membantu korban bencana alam baik katolik maupun non katolik.
- Mempunyai semangat belaskasih dan solidaritas terhadap kaum KLMTD.
- Imannya mendalam dan tangguh (mau terus belajar/berkatekese).
- Terlibat membangun kesejahteraan umum di tengah pluralitas kehidupan sebagai pribadi katolik yang militan segaligus misioner.
- Mempunyai perhatian dalam mengembalikan dan menjaga keutuhan ciptaan melalui cinta lingkungan hidup.
(Pemandu atau petugas yang ditunjuk, mencatat apa yang disampaikan oleh umat. Dan untuk menutup diskusi/sharing ini, pemandu mengulangi pokok-pokok pembicaraan atau hasil inventarisasi kebutuhan)

8.Lagu renungan/tanggapan

9.Kolekte Prapaskah (bisa dilaksanakan ketika umat menyanyikan nyanyian tanggapan)
10.Doa Umat (dipersiapkan sebelumnya)
11.Doa ARDAS KAS (Lihat pada halaman atas)
12.Doa Bapa Kami (Bisa dinyanyikan)


PENUTUP

13.Doa Penutup:

Allah Bapa Mahasempurna, puji syukur dan terima kasih kami hunjukkan kepadaMu atas bimbingan Roh KudusMu dalam pertemuan kami ini. Kami Kautuntun untuk menemukan jalan menuju kesejatian hidup sebagai murid-murid Yesus Kristus PuteraMu. Semoga kami tidak hanya puas dengan apa yang telah kami terima dan kami laksanakan sampai saat ini; melainkan kami terus bersemangat untuk menemukan hal-hal baru seturut kehendakMu demi terwujudnya cita-cita seluruh umatMu di Keuskupan Agung Semarang. Berkatilah karya dan hidup keluarga-keluarga kami agar memperoleh damai sejahtera. Demi Yesus Kristus Putera-Mu, Tuhan dan Pengantara kami, yang bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin

14.Pengumuman/Pesan:

Tugas: memikirkan dan membicarakan di dalam keluarga masing-masing, apa yang kira-kira bisa diusulkan sebagai rencana kegiatan (masing-masing pribadi, keluarga, lingkungan, paroki) untuk mewujudkan diri sebagai orang katolik sejati?

15.Mohon Berkat

P: Tuhan sertamu
U: Dan sertamu juga
P: Semoga kita semua diberkati oleh Allah yang mahakuasa
U: Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)

16.Nyanyian Penutup


Sumber: Panduan APP KAS 2011, Inilah Orang Katolik Sejati


Pendalaman Pertemuan Prapaskah Lingkungan Keuskupan Agung Semarang 2011 - Minggu Prapaskah II Sudah sejatikah keKatolikkanku/kita?

Minggu Prapaskah II


Sudah sejatikah keKatolikanku/kita?

(menemukan dan memahami tuntutan dan perutusan menjadi katolik dari ARDAS KAS 2011-2015)

PEMBUKAAN

1. Nyanyian Pembuka
2. Tanda Salib dan Salam
3. Pengantar oleh Pemandu (beberapa hal yang perlu disampaikan):

- Syukur atas berkat Tuhan (berbagai macam berkat bisa disebutkan), terutama berkat Tuhan yang mempersatukan umat dalam persekutuan murid-murid Kristus
- Mengingat pertemuan I: mendalami tanda-tanda kekatolikan dalam hidup Ibu Amiani; mendengarkan rumusan dan keterangan singkat ARDAS KAS 2011-2015
- Pokok Pertemuan Minggu II Prapaskah:
a. Berrefleksi tentang tuntutan-tuntutan dan perutusan kita menjadi katolik sejati berdasarkan ARDAS KAS 2011-2015 dalam terang Sabda Tuhan tentang Natanael
b. Membuat penegasan: dalam keadaan sekarang, sudah cukupkah kita disebut/menjadi Katolik Sejati?

4. Ungkapan tobat dan mohon ampun (rumus dan model dapat dipilih sendiri)

5. Doa Pembuka
Marilah berdoa: Allah Bapa mahasempurna, syukur kepada-Mu kami unjukkan pada saat ini atas panggilan dan perutusan kami sebagai murid-murid Yesus Kristus Putra-Mu. Dalam diri Putra-Mu itu kami telah Engkau himpun sebagai umat-Mu di Keuskupan Agung Semarang dan dengan kuasa Roh Kudus Engkau menuntun langkah hidup kami melalui Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang supaya kami mampu menghadirkan Kerajaan-Mu di tengah-tengah masyarakat kami. Semoga kehadiran kami di tengah masyarakat sungguh-sungguh bermakna dan bernilai bagi umat, masyarakat, dan lingkungan hidup kami. Demi Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan kami, yang hidup berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.

6. Membaca Sabda Tuhan (Yohanes 1:43-51)

"Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!

Sekali peristiwa, Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus. Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

7. Refleksi:


1. Pengantar Refleksi

- Bacaan Injil Yoh 1:43-51 memuat beberapa kata kunci penting yakni "Ikutilah Aku", "telah menemukan Dia", "adakah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?", "mari dan lihatlah", "inilah orang Israel sejati", "tidak ada kepalsuan"
- Berawal dari Panggilan Yesus kepada Filipus untuk mengikuti-Nya, Filipus mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus (pengalaman mistik). Filipus mengatakan bahwa ia telah menemukan Yesus (ini dikehendaki Yesus dan menjawab kerinduan hati Filipus). Natanael yang mendapat informasi dari Filipus, merasa bahwa ia belum mempunyai pengenalan dan pengalaman pribadi terhadap Yesus. Maka Natanael bertanya secara jujur, polos, dan kedalaman hatinya, dengan keterbukaan hati untuk mengerti dan mengenal Yesus secara pribadi. Itulah yang ditanggapi Yesus dengan mengatakan "Inilah orang Israel sejati".
- Sedangkan dari ARDAS KAS 2011-2015, kita menemukan teks sebagai berikut:

Umat Allah KAS sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus dalam bimbingan Roh Kudus, berusaha menghadirkan Kerajaan Allah sehingga semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat.

Dalam masyarakat Indonesia yang sedang berjuang menuju tatanan hidup baru yang adil, damai, sejahtera, dan demokratis, umat Allah berperan secara aktif mengembangkan habitus baru berdasarkan semangat injil dengan beriman mendalam dan tangguh, serta ambil bagian mewujudkan kesejahteraan umum

Langkah pastoral yang ditempuh adalah pengembangan umat Allah, terutama optimalisasi peran kaum awam, secara berkesinambungan dan terpadu dalam mewujudkan iman di tengah masyarakat: pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel; serta pelestarian keutuhan ciptaan. Langkah tersebut didukung oleh tata tata penggembalaan yang sinergis, mencerdaskan dan memberdayakan umat beriman, serta memberikan peran pada karisma yang hidup dalam diri pribadi maupun kelompok.
Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dengan tulus, setia, dan rendah hati bertekad bulat melaksanakan upaya tersebut, serta mempercayakan diri pada penyelenggaraan ilahi seturut teladan Maria, hamba Allah, dan bunda Gereja.

Allah yang memulai pekerjaan baik diantara kita akan menyelesaikannya (bdk. Fil 1:6)


Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang (Ardas KAS) untuk pertama kalinya disusun pada tahun 1984. Ardas KAS lahir dari gagasan Mgr Julius Darmaatmadja, SJ, Uskup Agung Semarang ke-3, untuk menjadikan keluarga beriman demi masyarakat. Dengan Ardas, Mgr Julius Darmaatmaja, SJ berkeinginan menyusun pedoman pastoral semacam
Gaudium et spes
(Konstitusi Pastoral tentang Gereja dalam dunia modern. Dokumen ini merupakan hasil Konsili Vatikan II yang disahkan pada 7 Desember 1965) untuk Keuskupan Agung Semarang. Dalam perjalanannya, Ardas dialami oleh paroki-paroki sebagai inspirasi, peneguh, pemerkaya, dan/atau pengritisi dinamika pastoral yang terjadi. Ardas dihidupi sebagai arah pastoral pemberdayaan umat. Ardas menjadi semacam Ajaran Sosial Gereja yang kontekstual bagi Keuskupan Agung Semarang.

Ada dua pokok besar yang menjadi isi bagian pertama Ardas 2011-2015. Pokok pertama adalah jati diri Gereja. Pokok yang kedua adalah perutusan Gereja. Kedua pokok tersebut bisa dibedakan, tetapi tidak bisa dipisahkan karena keduanya bagai dua sisi keping mata uang. Gereja lahir mengemban perutusan Yesus Kristus, yakni menghadirkan Kerajaan Allah. Dari perutusan inilah Gereja membentuk jatidirinya.

Alinea I berisi , JIWA ARAH DASAR - VISI KEHIDUPAN MENGGEREJA KAS. Jiwa Arah Dasar KAS adalah JATI DIRI: Persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus. Sedangkan perutusannya adalam Dalam bimbingan Roh Kudus menghadirkan Kerajaan Allah menuju: Gereja KAS yang semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan bagi masyarakat.

Alinea II berisi Tugas Kehidupan Umat Allah yakni MENGEMBANGKAN HABITUS BARU Dalam konteks keprihatinan dan harapan akan adanya kehidupan yang: ADIL, DAMAI, SEJAHTERA, dan DEMOKRATIS

Habitus baru dibangun menuju TATANAN HIDUP BARU.
Habitus baru tersebut adalah:
1. Beriman mendalam dan tangguh
2. Ambil bagian dalam kesejahteraan umum.

Alinea III berisi [i] Bentuk dan semangat GERAKAN PASTORAL yang dibangun adalah:
1. Pengembangan Umat Allah dengan cara Optimalisasi peran kaum awam.
2. Pemberdayaan KLMTD
3. Terlibat dalam mengembalikan keutuhan ciptaan.

Alinea IV menegaskan adanya KOMITMEN GERAKAN: MISTIK-POLITIS meneladan dan berlindung pada Bunda Maria, Bunda Gereja

Alinea V berisi LANDASAN dan PENEGUHAN IMAN;

2. Penegasan tentang Kesejatian hidup sebagai orang Katolik (umat diajak untuk berdiskusi, diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya)

- Berdasarkan Injil Yohanes 1:43-51 dan Teks ARDAS KAS 2011-2015 yang tadi kita baca, orang katolik yang seperti apa sehingga bisa dikatakan sebagai orang katolik sejati?
- Kalau kita melihat kenyataan keadaan hidup kita sekarang ini, apakah orang lain sudah bisa mengadakan "inilah orang katolik sejati?"

(Setelah dianggap cukup diskusinya, pemandu menegaskan beberapa hal pokok tuntutan-tuntutan supaya bisa menjadi orang katolik sejati
, misalnya

- Punya pengalaman relasi pribadi/ pengalaman mistik dengan Allah dan terus membangun relasi itu
- Hidup bermakna dan bernilai bagi umat maupun masyarakat (signifikan dan relevan)
- Imannya mendalam dan tangguh (mau terus belajar/berkatekese)
- Terlibat di tengah pluralitas kehidupan sebagai pribadi katolik yang militan sekaligus misioner

8. Nyanyian tanggapan


Misalnya
(pilihan renunganpagi)
(Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 829)
Ref. Aku hendak memuji nama-Mu, ya Tuhan, selama-lamanya
Ayat. (Mzm 34:2-3.4-5.6-7)

1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku, marilah kita bersama-sama memahsyurkan nama-Nya. Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
3. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya!

atau PS 367

1. Mari kita renungkan, sabda wahyu Tuhan, dalam iman dan hormat, dalam pengharapan; Kitab mulia pusaka kita; warta kebenaran, kabar keselamatan.
2. Dalam Kitab nan suci kita menemukan rahasia rencana cinta kasih Tuhan; warkat cinta-Nya kepada kita, sabda hati Bapa, pernyataan diri-Nya.
3. Kita kukuh percaya akan sabda Tuhan. Biar musnah segala, sabda-Nya bertahan; janji ilahi jaminan suci. Umat pilihan-Nya akan berbahagia.
4. Kala kita berduka, hampir putus asa, sabda Kitab tercinta menguatkan kita; kabar gembira penuh karunia, dasar pengharapan, sampai akhir dunia.

9. Kolekte Prapaskah

(bisa dilaksanakan ketika umat menyanyikan nyanyian tanggapan)

10. Doa Umat:

(Doa umat disusun oleh lingkungan masing-masing)


11. Doa ARDAS KAS


Allah Bapa yang Mahakuasa

kami bersyukur kepada-Mu atas penyertaan-mu
dalam gerak langkah umat-Mu
di Keuskupan Agung Semarang
untuk menghadirkan Kerajaan Allah
secara lebih signifikan dan relevan
bagi Gereja dan masyarakat.

Utuslah Roh Kudus-Mu

agar dengan iman yang semakin mendalam dan tangguh
kami dapat berperan aktif/ dalam mengembangkan habitus baru
berdasarkan semangat Injil
di tengah masyarakat kami di Indonesia.

Dalam tata penggembalaan

yang mencerdaskan dan memberdayakan
serta memberikan peran pada berbagai karisma
semoga terciptalah pengembangan umat Allah
yang member tempat bagi optimalisasi kaum awam
yang mewujudkan iman secara berkesinambungan dan terpadu
yang memberdayakan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel
dan yang semakin melestarikan keutuhan ciptaan-Mu.

Bersama Santa Maria, hamba Allah dan bunda Gereja

teladan kesetiaan dan kerendahan hati
kami persembahkan doa, niat dan upaya kami kepada-Mu
melalui Yesus Kristus Putra-Mu
Tuhan dan Pengantara kami. Amin.


12. Doa Bapa Kami (bisa dinyanyikan)

PENUTUP
13.Doa Penutup:
Allah Bapa Mahasempurna dan sumber hidup sejati. Kami bersyukur kepadaMu atas anugerah panggilan hidup menjadi sempurna sebagai murid-muridMu yang sejati. Pada Masa prapaskah ini, kami Engkau beri kesempatan untuk menerima kesejatian hidup darimu melalui pertobatan kami dan karyaMu yang agung di tengah-tengah kami yakni rahmat pengampunan dosa. Semoga tuntutan-tuntutan menjadi orang katolik sejati tidak membebani kami, melainkan merupakan perutusanMu bagi kami untuk kami wujudkan dalam ketulusan dan sukacita. Berkatilah perjuangan hidup kami menuju kesempurnaan sebagaimana Engkau kehendaki. Demi Yesus Kristus PuteraMu, yang hdiup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin

Salam Maria...
Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus...

14.Pengumuman/Pesan :
Tugas: meresapkan tuntutan-tuntutan untuk menjadi orang katolik sejati dengan pertanyaan : Apa yang masih kita butuhkan (masing-masing) supaya kesejatian sebagai orang katolik bisa terwujud?

15.Mohon Berkat

16.Nyanyian Penutup

Sumber: Buku Panduan APP KAS 2011: Inilah orang Katolik sejati

Pendalaman Pertemuan Prapaskah Lingkungan Keuskupan Agung Semarang 2011 - Minggu Prapaskah I: “Aku orang Katolik”, apa artinya?

Minggu Prapaskah I
“Aku orang Katolik”, apa artinya?


Mengenal tanda-tanda hidup sebagai orang katolik dan memahami cita-cita Umat Allah Keuskupan Agung Semarang yang tersirat dalam ARDAS Umat Allah KAS 2011-2015

PEMBUKAAN
1.Nyanyian Pembuka
2.Tanda Salib dan Salam
3.Pengantar oleh Pemandu:

-Syukur kepada Allah karena bisa berkumpul mengawali rangkaian pertemuan masa Prapaskah 2011
-Tema APP KAS 2011 “Inilah Orang Katolik Sejati” yg disarikan dari Tema APP Nasional “Kesejatian
Hidup dalam Perwujudan Diri” dan dari Cita-cita Arah Dasar Umat Allah KAS 2011-2015
-Pada Pertemuan I kita mendalami tanda-tanda hidup sebagai orang katolik melalui satu kisah
kehidupan seseorang bernama Amiani. Narasi sengaja dipilih dalam rangka melanjutkan model
kesaksian iman sebagai penginjilan dengan memilih bentuk narasi seperti yang terjadi pada Sidang
Agung Gereja Katolik Indonesia, tanggal 1-5 Nopember 2010 yang lalu.
-Mengenal isi ARDAS KAS 2011-2012 supaya menemukan gambaran lebih konkrit : orang katolik
sejati macam apa yang dicita-citakan seluruh umat Keuskupan Agung Semarang?

4.Ungkapan Tobat dan Mohon Ampun (model dan ungkapannya bisa dipilih sendiri)
5.Doa Pembuka :
Allah Bapa Mahapengasih dan Penyayang, kami bersyukur atas lembaran baru yang Engkau anugerahkan kepada kami umatMu di Keuskupan Agung Semarang dengan memberikan Arah Dasar Keuskupan yang baru. Semoga dengan semangat tobat pada masa prapaskah ini kami mampu membangun kehidupan sebagai orang katolik sejati. Berilah kami semangat RohMu untuk terus belajar dan berjuang menjadi murid-muridMu dalam persekutuan yang semakin bermakna dan bernilai bagi umat dan masyarakat. Demi Yesus Kristus Tuhan, Pengantara dan Penebus kami yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin


PENDALAMAN

6.Membaca Narasi/Kisah:

Di suatu lingkungan ada umat yang bernama Ibu Amiani. Dia adalah seorang ibu yang sederhana kehidupannya, sederhana dalam pemikirannya, juga ketika menghadapi masalah rumah tangganya. Ia menikah (tidak secara katolik) dengan seorang pemuda non Katolik. Mereka dikaruniai 5 (lima) orang anak. Ia sendiri lahir di tengah keluarga non katolik, tetapi setelah ia dibaptis saat duduk di bangku Sekolah Dasar, orang-tua beserta adik-adiknya turut serta dibaptis menjadi katolik.

Malam hari sebelum Ibu Amiani berulang tahun ke-52, juga tidak ada yang istimewa. Seperti biasanya, setiap malam ia menutup kegiatannya dengan berdoa Rosario seraya mendoakan anak – cucu dan suami tercinta. Ia hanya bisa bersyukur atas kehidupannya beserta keluarga. Ia ingat betul bagaimana Allah memberinya tanda bahwa doanya dikabulkan saat ia memohon jalan bagi anaknya yang sakit dan tak kunjung sembuh. Diingatnya pula betapa banyak kali Allah menuntunnya dalam menyelesaikan segala perkara: mulai dari menyelesaikan perkawinannya di KUA menjadi pernikahan secara katolik, masalah pendampingan iman anak-anaknya yang pada awalnya tidak mendapat dukungan dari suami, masalah ekonomi rumah tangga yang pas-pasan bahkan kadang kurang, juga ketika ia bingung memberi uang muka di Rumah Sakit untuk anaknya yang kecelakaan, sampai ketika ia tidak tahu harus memberi makan apa untuk keluarganya. Semuanya bisa dilaluinya dalam rahmat Tuhan.

Dengan pekerjaan serabutan, ibu Amiani tidak pernah mengeluh dengan penghasilan sekitar Rp. 450.000,00 per bulan. Semua itu disyukurinya dengan tulus dan sepenuh hati karena Allah masih berkenan memberinya penghasilan. Ia tak pernah tergiur untuk mencuri meskipun di tempat ia bekerja sering melihat uang tergeletak di sana-sini sampai berhari-hari. Jika kebetulan ia mencucikan pakaian orang dan di kantong baju atau celana tertinggal uang, bisa dijamin uang itu tidak berkurang, melainkan kembali kepada pemiliknya. Bahkan ketika tetangganya sering memintanya untuk membelanjakan kebutuhan sehari-hari, tak pernah ia menuntut upah tertentu, apalagi menaikkan harganya sebagai upah. Ibu Amiani berprinsip “Aku juga belanja untuk kebutuhan pribadi, dan lagi hanya ini yang bisa kubuat untuk membantu orang lain.” Sebenarnya ia memiliki banyak ketrampilan, tetapi ia tak pernah bisa mengembangkannya, tetapi itupun diterimanya dengan hati tabah. Hal yang sering dikatakan oleh Ibu lima anak ini adalah “Inilah bagianku, bagian yang diberikan Allah kepadaku”.Itu selalu menjadi jawabannya jika banyak orang bertanya tentang pekerjaannya.

Sebagai umat katolik, ibu Amiani meluangkan waktu untuk berkumpul dengan umat di lingkungan dengan segala kegiatannya: misa lingkungan, Rosario, Ibadat APP dan Adven, juga BKSN, bahkan Ziarah bersama lingkungan. Dengan suara yang biasa tetapi dengan semangat yang luar biasa, ia memperkuat koor lingkungan saat bertugas di Gereja. Ia juga mendorong anak-anaknya aktif dalam hidup menggereja baik di lingkungan maupun di paroki tanpa mengesampingkan kebersamaan dalam keluarga. Diakuinya bahwa tidak 100% terlibat dalam lingkungan, tetapi ia selalu mengusahakan untuk hadir dalam pertemuan-pertemuan. Ia masih menyisihkan waktu untuk kegiatan kampung, sebab di kelomompok ibu-ibu PKK ia dipercaya sebagai bendahara.

Bukan berarti bahwa dengan keterlibatannya di lingkungan maupun kampung, persoalan-persoalan dalam keluarga hilang, tentu tidak. Namun ia menyerahkan semuanya pada Allah, Pandangannya tentang hidup selalu optimis: “Kalau sekarang tidak baik pastilah suatu ketika menjadi baik – tidak mungkin tidak baik terus menerus” demikian yang dikatakannya . Satu hal yang ia pegang ialah berusaha untuk tidak melukai orang lain dengan sengaja karena kemarahan. Amiani bisa dikatakan orang yang sabar, bahkan tampaknya cenderung terlalu sabar sehingga orang lain tidak sabar terhadapnya. Tetapi di situlah kekuatannya, ia mampu bertahan menghadapi hidup dengan iman dan harapan. Ibu Amiani yakin bahwa Allah memberikan yang paling tepat dan yang paling diperlukannya untuk menyelesaikan perkara-perkaranya.

Sebagai manusia, Ibu Amiani tidak menyangkal bahwa kadang kala ia tidak tahu apa yang dikehendaki Allah baginya. Salah satunya ialah ketika suaminya tercinta tiba-tiba sakit dan tidak lagi dapat mencari nafkah. Mau tidak mau tanggung jawab untuk menghidupi keluarga ada di pundaknya. Namun ia tidak berhenti hanya mengeluh, melainkan mencoba membuat makanan kecil yang tidak mudah basi yang dapat dijualnya di kantin sekolah sebelah tempat kerjanya. Syukur laba yang diperoleh dapat digunakan untuk membeli sayur dan lauk untuk keluarganya.

Ia selalu bersyukur untuk semua yang telah dilaluinya bersama dengan suami dan anak-anaknya, terutama bahwa dahulu ia cukup tegas menunjukkan pada suaminya, ia tak kan pernah memunggungi Tuhan Yesus Kristus, kendati awalnya ia harus sembunyi-sembunyi berdoa Rosario dan ke Perayaan Ekaristi (meskipun juga tidak menerima Komuni!). Sebab jika ketahuan, hal itu bisa menjadi sumber “perang” dalam keluarga. Dan sebagai akibatnya ia juga tidak dapat dengan terang-terangan mewariskan imannya kepada anak-anak yang sudah lahir. Namun Allah berkenan padanya, iman dan harapannya dijawab Allah dalam Yesus Kristus melalui Bunda Maria.

Anaknya yang sulung ketika duduk di bangku SD hanya mau mengikuti pelajaran agama Katolik, meskipun data pribadinya di sekolah tidak beragama Katolik’ para gurupun tidak dapat membujuknya,. Itulah pintu kurnia Allah. Hati suaminya menjadi lembut melihat anaknya. Amiani yakin, kasih dan kerahiman Allahlah yang melembutkan hati suaminya. Hal ini membuatnya semakin mencintai Yesus dan suaminya. Ia tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi berdoa dan pergi ke gereja untuk mengikuti perayaan ekaristi. Anaknya-anaknya menjadi katekumen dan dibaptis. Perkawinannya dikukuhkan oleh Gereja sebagai perkawinan katolik yang sah.

Jika ada yang bertanya, apakah masih ada dirindukan? Ia menjawab: “masih”. “Apa?” “Ijinkan, biar hanya Tuhan dan saya yang tahu apa yang masih saya rindukan”.

Ia tetap miskin harta tetapi ia kaya dengan cinta dan pengalaman akan Allah dalam hidupnya.

(Narasi ini disarikan oleh Sr. Andrea PI)


7.Menemukan tanda-tanda kehidupan katolik:
(Umat diajak mendalami narasi kisah Ibu Amiani melui beberapa pertanyaan di bawah ini. Pertanyaan-pertanyaan bisa ditambah atau disesuaikan dengan keadaan umat/anak/remaja/kaum muda setempat)

1.Siapa nama tokoh dalam ceritera tadi? Berapa anaknya? (pertanyaan untuk anak-anak)
2.Apa yang mengesan dari kehidupan Ibu Amiani?
3.Sikap atau perbuatan Ibu Amiani yang mana yang bagi kita menandakan kekatolikannya?

8.Membaca dan Memahami Cita-cita ARDAS UMAT ALLAH KAS 2011-2015

ARAH DASAR UMAT ALLAH KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG 2011-2015

Umat Allah KAS sbg persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus dalam bimbingan Roh Kudus, berupaya menghadirkan Kerajaan Allah sehingga semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat.

Dalam masyarakat Indonesia yang sedang berjuang menuju tatanan hidup baru yang adil, damai, sejahtera, dan demokratis, umat Allah berperan secara aktif mengembangkan habitus baru berdasarkan semangat injil dengan beriman mendalam dan tangguh, serta ambil bagian mewujudkan kesejahteraan umum.

Langkah pastoral yang ditempuh adalah pengembangan umat Allah, terutama optimalisasi peran kaum awam, secara berkesinambungan dan terpadu dalam mewujudkan iman di tengah masyarakat: pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel; serta pelestarian keutuhan ciptaan. Langkah tersebut didukung oleh tata penggembalaan yang sinergis, mencerdaskan dan memberdayakan umat beriman, serta memberikan peran pada berbagai karisma yang hidup dalam diri pribadi maupun kelompok.

Umat Allah KAS dengan tulus, setia, dan rendah hati bertekad bulat melaksanakan upaya tersebut, serta mempercayakan diri pada penyelenggaraan ilahi seturut teladan Maria, hamba Allah dan bunda Gereja.

Allah yang memulai pekerjaan baik diantara kita akan menyelesaikannya (bdk. Fil 1:6)


Keterangan:

Kekhasan ARDAS KAS 2011-2015
1) Daya signifikansi dan relevansi Gereja

Signifikan berarti bernilai, memiliki harga atau mutu penting sehingga kehadiran dan gerak Gereja sungguh penting-diperhitungkan-memiliki nilai tinggi dalam diri warganya dan masyarakat. Relevan berarti sesuai atau gayut, memiliki kesesuaian/kegunaan/peran/pengaruh yang sambung dengan kehidupan konkret warganya maupun masyarakat.

Signifikansi dan relevansi Gereja bagi warganya tampak manakala Gereja menanggapi persoalan-persoalan umat beriman sendiri, sehingga umat beriman, baik anak-anak, orang muda maupun orang-orang dewasa sungguh merasa at home dalam Gereja. Mereka merasakan bahwa kebutuhan rohani mereka disapa dan ditanggapi oleh Gereja, sehingga Gereja tidak ditinggalkan oleh warganya. Secara konkret, liturgi, pewartaan, dan karya pastoral Gereja sungguh-sungguh kena pada apa yang sedang hidup dalam umat. Disamping itu, kebutuhan dasar mereka secara kreatif dipedulikan pula oleh Gereja.

Signifikansi dan relevansi Gereja bagi masyarakat tampak bila Gereja sungguh-sungguh terlibat dalam pergulatan hidup masyarakat. Gereja tidak menjadi asing di tengah pergulatan masyarakat, tetapi ikut menyumbang dalam kehidupan bersama. Ini secara khusus akan nampak misalnya dalam keterlibatan Gereja di bidang pengembangan sosial ekonomi, maupun dalam memperjuangkan keadilan, kedamaian dan keutuhan ciptaan.

2) Optimalisasi peran kaum awam
Gerak pengembangan secara umum menunjuk umat Allah, dan secara khusus menekankan optimalisasi peran kaum awam. Umat Allah mencakup hirarki, kaum religius, dan kaum awam. Pengembangan umat Allah dimaksud-kan bahwa seluruh warga Gereja baik itu hirarki, kaum religius, maupun awam saling bersinergi untuk mendalami, mengungkapkan dan mewujudkan iman dalam dunia. Perwujudan iman dalam dunia, di tengah masyarakat, adalah tugas dan tindakan khas kaum awam. Oleh karena itu, Ardas 2011-2015 secara khusus mengutamakan optimalisasi peran kaum awam. Langkah pastoral ini dijalankan secara berkesinambungan baik pada jenjang antar generasi maupun pada dinamika proses pemberdayaannya. Perwujudan iman di tengah masyarakat yang menjadi kekhasan gerak kaum awam mencakup pilihan pada bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan, komunikasi sosial, kesehatan, seni dan budaya, serta iptek. Pilihan ini ditentukan supaya jelas, tidak abstrak sekedar mengatakan berbagai bidang kehidupan.

3) Sinergisitas KARYA PASTORAL

Sinergi berarti kerja sama antara orang atau organisasi yang hasil keseluruhannya lebih besar daripada jumlah hasil yang dicapai jika masing-masing bekerja sendiri. Sebuah analogi yang ditawarkan Stephen Covey mungkin bisa menggambarkan arti kata ini. Misalnya, bila si A seorang diri, hasil usahanya adalah dua. Sementara ada orang lain si B, hasil usahanya juga dua. Maka ketika A dan B bekerja bersama-sama secara sinergis, yang dihasilkan tidak hanya empat, tapi bisa sepuluh, duapuluh, bahkan lebih. Demikian, dengan bersinergi bisa diciptakan daya guna (efisiensi), hasil guna (efektivitas), dan semangat kebersamaan yang tinggi.

Menilik arti sinergi tersebut, tata penggembalaan yang sinergis mengandaikan telah berkembangnya kualitas-kualitas tata penggembalaan yang digariskan pada Ardas 2001-2005 dan Ardas 2006-2010. Mengapa demikian? Karena, sinergis memuat paradigma kepemimpinan non klerikal-piramidal melainkan yang melibatkan dan mengembangkan, jiwa kesetaraan gender dalam membangun masa depan bersama, dan kesadaran sebagai sama-sama anak Allah terhadap semua yang berkehendak baik apapun agamanya. Untuk bersinergi, dibutuhkan sebuah komitmen tinggi untuk bekerjasama yang dilandasi ketulusan dalam menghargai perbedaan demi menuju cita-cita bersama.

Mengembangkan tata penggembalaan yang sinergis adalah tindakan yang mendesak dijalankan pada masa kini. Dengan optimalisasi peran kaum awam, didorong terjadinya gerak-gerak sinergi entah antar awam sendiri maupun antara awam, imam dan kaum religius. Kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga diharapkan mengembangkan jalinan-jalinan sinergi sehingga mampu menghadirkan karya-karya kasih yang menghidupkan sendi-sendi kehidupan bersama. Lingkungan-lingkungan di wilayah paroki juga didorong untuk bersinergi sehingga lingkungan bukan sekadar sebagai sistem administrasi paroki melainkan sebagai sarana keterlibatan sosial di masyarakat. Paroki-paroki Keuskupan Agung Semarang dituntut untuk bersinergi demi mengembangkan kehidupan umat terlebih mendorong terciptanya hidup beriman yang mendalam dan tangguh serta keikutsertaan dalam mewujudkan kesejahteraan umum. Komisi-komisi dalam Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang harus menjalankan gerak-gerak sinergi sehingga mampu menjadi motor penggerak segenap umat Allah Keuskupan Agung Semarang.


9.Nyanyian tanggapan
10.Kolekte Prapaskah (bisa dilaksanakan ketika umat menyanyikan nyanyian tanggapan)
11.Doa Umat: (Doa Umat disusun oleh lingkungan masing-masing)
12.Doa ARDAS KAS (Lihat pada halaman atas)
13.Doa Bapa Kami (Bisa dinyanyikan)


PENUTUP
14. Doa Penutup:

Allah Bapa Mahapengasih, begitu besar kasihMu Engkau limpahkan kepada kami melalui Yesus Kristus PuteraMu. Dia hadir di tengah-tengah kami menandakan hadirnya karya penyelamatanMu dan kehadiranNya sangat berarti bagi kami. Semoga berkat Sengasara, Wafat dan KebangkitanNya, kami semakin tegak berdiri sebagai orang katolik sejati; beriman yang tangguh dan mendalam. Sehingga kehidupan kami menandakan hadirnya KerajaanMu dan bermakna bagi siapapun. Demi Kristus Tuhan dan Penyelamat kami yang wafat dan bangkit bagi kami, berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

Salam Maria....
Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus...

15.Pengumuman/Pesan:

-Menjadi Katolik adalah pilihan hidup. Mestinya: membanggakan
-Tugas: meresapkan isi ARDAS KAS 2011-2015 dengan pertanyaan: sesuai dengan yang tersirat
pada ARDAS KAS 2011-2015, apa saja yang harus kita lakukan untuk menandakan
bahwa kita ini orang katolik sejati? Yang tangguh dan mendalam!
-Tempat dan waktu pertemuan APP selanjutnya.

16.Mohon Berkat

P: Tuhan sertamu
U: Dan sertamu juga
P: Semoga kita semua diberkati oleh Allah yang mahakuasa
U: Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)

17.Nyanyian Penutup

Sumber: Buku Panduan APP 2011: Inilah Orang Katolik Sejati

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy