| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu Palma Minggu Telapak Tangan

Minggu Palma
Minggu Telapak Tangan



Minggu, 17 April 2011, di Gereja Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci, Semarang perayaan Minggu Palma dimulai pada jam 08.00 dengan upacara perarakan dengan daun palma. Upacara pemberkatan daun palma dilaksanakan di Taman Doa gereja Katedral, dan dilanjutkan dengan prosesi melewat jalan besar menuju gereja Katedral.

Palma” kata bahasa Latin, dalam bahasa Inggris “palm” berarti "telapak tangan". Kata itu kemudian digunakan untuk nama pohon yang berdaun seperti telapak tangan, maka dikenallah nama pohon palma.


Dalam Kitab Suci tersimpan peristiwa Yesus dielu-elukan oleh rakyat ketika Ia masuk kota Yerusalem. Peristiwa itu masuk dalam liturgi Gereja baru pada akhir abad ke empat AD; dan kemudian sejak abad ke sepuluh mendapat bentuk seperti dilaksanakan oleh umat Kristiani sampai sekarang. (Lh. http://www.faithclipart.com/guide/Ch...lm-sunday.html).

Kalau palma berarti telapak tangan, maka Minggu Palma dapat disebut juga dengan “Minggu Telapak Tangan”. Dengan kedua tangan kita kita mengungkapkan diri kita. Kita bersyukur pada waktu ini dengan tangan-tangan kita, kita masih dapat memotong daun-daun palma untuk upacara perarakan. Semoga tahun depan kita masih dapat juga dengan tangan-tangan kita memotong daun palma. Kalau kita memotong daun palma, sebenarnya kita berkewajiban untuk melestarikan pohon-pohon palma yang hidup di sekitar kita. Tugas kitalah menghijaukan bumi kita dengan penanaman pohon, untuk mengatasi bahaya pemanasan gobal.

Mengawali masa Pra Paska kita menerima abu pada dahi kita, sebagai tanda pengingat bahwa kita berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah. Abu tersebut terbuat dari daun-daun palma kering yang dibakar, daun-daun palma yang kita gunakan pada perayaan Minggu Palma ini. Pada daun palma tersimpan peziarahan hidup kita dari tanah kembali menjadi tanah. Peziarahan menuju Yerasalem baru itulah yang kita peragakan dengan perarakan kita memasuki gereja Katedral.

Dengan perayaan Minggu Palma kita memasuki Minggu Sengsara, yang akan memuncak pada Minggu Paska Kebangkitan Tuhan. Pada liturgi Sabda kita dengarkan kisah sengsara Tuhan. Kita dengarkan lagi kisah tangan-tangan manusia, yang dalam hitungan menit mudah berubah dari melambai-lambaikan daun palma menjadi tangan-tangan yang menangkap Tuhan, melukai tubuh-Nya, mencabuti jenggot-Nya. Dengan tangan pula mahkota duri kita pasang pada kepala Tuhan. Lalu dengan tangan-tangan kita tancapkan paku-paku pada telapak tangan-Nya yang kudus.

Kisah sengsara Tuhan tersimpan dalam telapak tangan kita dengan jari-jari kita yang memerankan pelaku-pelaku peristiwa tersebut. Yesus Kristus yang bertumbuh menjadi unggul, yang menghimpun beberapa orang menjadi murid-murid-Nya, dan memikat banyak orang karena keunggulan-Nya dalam kebaikan, ditolak orang orang-orang Farisi, para ahli Taurat, Mahkamah Agama, yang berkehendak memusnahkan hidup-Nya. Namun, Allah Bapa-Nya membenarkan-Nya. Hidup-Nya tidak musnah. Dan pada peristiwa kematian di kayu salib terungkalah iman kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus, yang berkata dengan mengacungkan kedua ibu jari mereka, "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." (Mat 27: 54)

Telapak tangan dengan jari-jemari kita menyimpan kisah sengsara Tuhan, kisah keselamatan kita. Marilah kita belajar kearifan dari telapak tangan kita. Selamat ber-Hari Minggu Palma, Hari Minggu Telapak Tangan.


Salam, doa ‘n Berkah Dalem,

Semarang, 17 April 2011

+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang

http://pujasumarta.multiply.com/journal/item/337/Minggu_Palma_-_Minggu_Telapak_Tangan

Senin, 18 April 2011 Hari Senin dalam Pekan Suci

Senin, 18 April 2011
Hari Senin dalam Pekan Suci

Semua orang ingin berbahagia bersama-Nya, tetapi sedikit yang mau menderita bersama-Nya. (St. Paulus dari Salib)

Antifon Pembuka

Ya Tuhan, adililah mereka yang merugikan daku, perangilah mereka yang memerangi aku. Angkatlah senjata dan perisai dan bangkitlah membantu aku, ya Tuhan, sumber selamatku (Mzm 35:1-2; 140:8)

Doa Renungan

Syukur dan terimakasih atas Roh-Mu yang telah termeterai dalam diri kami, ya Tuhan. Semoga karya penyelamatan-Mu tetap hidup dan berbuah dalam diri kami, juga pada hari yang baru ini. Amin.

Menjadi pelayan berarti menjadi seorang hamba yang siap memberikan diri bagi mereka yang dilayani. Allah telah memanggil, memilih dan mengutus hamba-Nya yang akan memperhatikan mereka yang lemah dan tidak berdaya.

Bacaan Pertama

Pembacaan dari Kitab Yesaya (42:1-7)

"Ia tidak berteriak atau memperdengarkan suaranya di jalan."

Beginilah firman Tuhan, “Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suaranya, atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.” Beginilah firman Allah, Tuhan, yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang menghuninya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya, “Aku, Tuhan, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan. Aku telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan membuat engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara.”
Demikianlah sabda Tuhan

U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 4/4, PS 865
Ref. Tuhan, Engkaulah penyelamatku.
Ayat. (Mzm 27:1.2.3.13-14; R:1a)
1. Tuhan adalah terang dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gentar?
2. Ketika penjahat-penjahat menyerang untuk memangsa aku, maka lawan dan musuh itu sendirilah yang tergelincir dan jatuh.
3. Sekali pun tentara berkemah mengepung aku, tidak takutlah hatiku; sekali pun pecah perang melawan aku, dalam hal ini pun aku tetap percaya.
4. Sungguh, aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Salam, ya Raja kami. Hanya Engkaulah yang mengasihani kesesatan-kesesatan kami.

Peristiwa pengurapan kaki Yesus ini mau menggambarkan pelayanan Yesus yang tuntas. Yesus diurapi Maria menjelang sengsara dan kebangkitan-Nya. Peristiwa sengsara dan kematian Yesus akan membawa keharuman dan keselamatan bagi semua orang yang percaya pada-Nya.

Bacaan Injil

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (12:1-11)

"Biarkanlah Dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku."

Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang Ia bangkitkan dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk DIa. Marta melayani, dan salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak itu semerbak memenuhi seluruh rumah. Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata, “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar, dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Maka kata Yesus, “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.” Banyak orang Yahudi mendengar bahwa Yesus ada di Betania. Maka mereka datang, bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermufakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dialah banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.


Renungan


Ungkapan perhatian, kasih dan persaudaraan itu sangat mahal harganya. Jauh lebih berharga daripada segepok uang rupiah. Apalagi kasih kepada Tuhan semestinya melampaui segala-galanya. Kasih kepada Tuhan harus menjadi prioritas setiap orang beriman. Karena Tuhan sudah lebih dahulu mengasihi manusia. Dia mengurbankan segala-galanya, jiwa raga-Nya untuk keselamatan manusia. Jadi, tidak ada alasan untuk menomorduakan Tuhan. Hidupku seluruhnya mau memuliakan Tuhan.


Doa Malam


Ya Yesus, kami telah mengalami kebangkitan rohani. Semoga kami semakin mampu memberikan diri pada tugas pelayanan yang saat ini kami kerjakan. Semoga kami pun bersukacita ketika melihat sesama kami bangkit dari rasa putus asa. Amin.

RUAH

Bacaan Harian: 18 - 24 April 2011

Senin, 18 April Hari Senin Dalam Pekan Suci (U).
Yes 42:1-7; Mzm 27:1-3.13-14; Yoh 12:1-11.

Selasa, 19 April Hari Selasa Dalam Pekan Suci (U).
Yes 49:1-6; Mzm 71:1-4a.5-6ab.15.17; Yoh 13:21-33.36-38.

Rabu, 20 April Hari Rabu Dalam Pekan Suci (U).
Yes 50:4-9a; Mzm 69:8-10.21bcd-22.31.33-34; Mat 26:14-25.

Kamis, 21 April Pagi: Hari Kamis Dalam Pekan Suci (U).
Ekaristi Krisma di Gereja Katedral (P).
Pembaharuan Janji Imam.
Bacaan Ekaristi Yes 61:1-3a.6a.8b-9; Mzm 89:21-22.25.27; Why 1:5-8; Luk 4:16-21.
Catatan: 1. Ekaristi Krisma (P), dapat dipindahkan/dirayakan pada tgl. pertemuan para imam bersama Uskup, asal tidak jauh dari hari Kamis.
2. Hari ini baik kalau dijadikan hari penerimaan kembali mereka yang bertobat dari dosa berat.

Tri Hari Paskah

Sore: Kamis Putih (P). Peringatan Perjamuan Tuhan.
Kel 12:1-8.11-14; Mzm 116:12-13.15-16bc.17-18; 1Kor 11:23-26; Yoh 13:1-15.

Jumat, 22 April Hari Jumat Agung (M). Puasa dan Pantang.
Yes 52:13 – 53:12; Mzm 31:2.6.12-13.15-17.25; Ibr 4:14-16; 5:7-9; Yoh 18:1 – 19:42.

Sabtu, 23 April Malam Paskah (P).
Kej 1:1 – 2:2 (Kej 1:1.26-31a); Mzm 104:1-2a.5-6.10.12-14.24.35c atau Mzm 33:4-7.12-13.20.22; Kej 22:1-18 (Kej 22:1-2.9a.10-13.15-18); Mzm 16:5.8-11; Kel 14:15 – 15.1; MT Kel 15:1-6.17-18; Yes 54:5-14; Mzm 30:2.4-6.11.12a.13b; Yes 55:1-11; MT Yes 12:2-3.4bcd-6; Bar 3:9-15.32 – 4:4; Mzm 19:8-11; Yeh 36:16-17a.18-28; Mzm 42:3.5bcd; 43:3-4; atau kalau ada pembaptisan MT Yes 12:2-3.4bcd-6 atau Mzm 51:12-15.18-19; Rm 6:3-11; Mzm 118:1-2.16ab-17.22-23; Mat 28:1-10.

Minggu, 24 April Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan (P).
Kis 10:34a.37-43; Mzm 118:1-2.16ab-17.22-23; Kol 3:1-4 atau 1Kor 5:6b-8; Yoh 20:1-9; Sore: Luk 24: 13-35

Minggu, 17 April 2011 :: Hari Minggu Palma :: HOSANNA PUTRA DAUD

Minggu, 17 April 2011
Hari Minggu Palma
Mengenangkan Sengsara Tuhan

HOSANNA PUTRA DAUD

Renungan

Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: “Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda. Sungguh sangat tidak mudah untuk memahami liturgi perayaan Minggu Palma. Karena dalam upacara awal dengan begitu gegap gempita mengagungkan dan menyambut dengan meriah kehadiran Yesus sebagai Raja damai yang penuh kemegahan, tetapi sesudah masuk gedung gereja suasana menjadi terbalik 100 % dengan teriakan yang mengungkapkan kebencian dan kemarahan yang luar biasa dengan teriakan “salibkanlah Dia…salibkanlah Dia” sungguh sangat ironis.

Marilah coba kita selami upacara tersebut. Menjelang Paskah Yahudi Yesus datang ke Yerusalem untuk menghadiri perayaan yang menggerakkan seluruh umat yaitu Paskah Yahudi.

Sewaktu mau memasuki kota Yerusalem, dan masih di Betfage Yesus menaiki seekor keledai muda untuk turun ke Yerusalem, dan sepontan mendapat sambutan yang luar biasa untuk ditempatkan dan dilantik sebagai raja seperti dalam syair Madah Bhakti No. 395 yang isinya di antaranya: Dikala Yesus disambut di gerbang Yerusalem, umat bagai lautan dengan Palma di tangan. Gemuruh sorak sorai “Kristus Raja Damai”.

Dalam peristiwa itu Tuhan Yesus mendapatkan pengakuan dengan segala julukan dan pengakuan pentobatan sebagai: raja damai, Tuhan, Kristus; penebus, penghibur, raja abadi, raja mahamulia, penebus umat manusia, sebagai pembaharu dunia. Seruan dan kidungan sangat membahana. Palma yang di tangan dan pekikkan teriakan yang sangat mengagungkan kebesaran-Nya. Segala mata memandang dengan penuh kebahagiaan dan harapan kepada-Nya sebagai Mesias sang Raja Damai, seolah segala kemenangan sudah berada di tangan-Nya. Yesus ditampilkan pemimpin dan raja yang lemah lembut, yang sabar, yang menempati di seluruh hati rakyat, yang sangat dicintai dan dihargai.

Namun gereja sadar, dan tidak mau larut hanyut dalam hiruk pikuk gemerlapan atas kemenangan itu karena di sisi lain gereja masih mau merenungkan perjalanan panjang penderitaan dan kesengsaraan Tuhan. Komitmen Yesus akan terlaksananya kehendak Bapa, masih harus menyeret Yesus masuk dalam penegasan akan kesetiaannya kepada hukum Bapa.

Cinta kasihnya yang menuntut pengurbanan di kayu salib, cinta kasih dalam pelayanan tuntas melalui penyerahan tubuh dan darah-Nya, yang membawa ke parade penyaliban dan wafat-Nya di kayu salib. Oleh karena itu semua isi mau dipaparkan dalam pengantar pekan suci yang dirangkai dalam perayaan Minggu Palma.

Minggu Palma juga disebut pembuka Pekan Suci, yang di dalamnya mau dicoba semua unsur tersebut diramu menjadi satu. Maka unsur pemuliaan, penderitaan, pengajaran, keteladanan dalam kesalehan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, ketaatan atau kesetiaan semua ditampilkan dalam upacara Minggu Palma itu. Selain itu juga unsur persiapan rekonsiliasi bagi para pendosa, melalui permenungan perbaikan sikap hidup menjadi bagian penting untuk memasuki kebangkitan hidup baru.

Semoga kita siap dirajai oleh Yesus yang memiliki kekayaan surgawi yang begitu bermurah hati kepada semua orang yang berdosa untuk belajar dan menimba dari sumber kekayaan Rahmat-Nya yang dibagikan melalui seluruh bagian kehidupan-Nya, melalui contoh hidupnya, pengajarannya, dan seluruh sikap-sikapnya yang konkrit dalam setiap situasi dan kondisi yang dihadapi.

“Selamat memasuki misteri sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya”.

Salam dan berkat.


Pastor Antonius Sumardi, SCJ
Pastor Kepala
Paroki St Stefanus Cilandak, Jakarta Selatan
www.st-stefanus.or.id

Menghayati Makna Minggu Suci

 
 
Minggu Suci dalam bahasa latin “Hebdomada Sancta” adalah minggu untuk mengenang sengsara Tuhan Yesus yang dimulai sejak Minggu Palma (Minggu Sengsara) sampai dengan hari Paskah. Minggu Suci merupakan waktu mengenangkan hari-hari terkahir hidup Yesus Kristus. Ada dua bagian dalam Minggu Suci, yaitu Hari-hari Pekan Suci dan Trihari Paskah.
   
(CC BY-SA 3.0)


HARI-HARI PEKAN SUCI terdiri dari: 1) Minggu Palma adalah saat kita mengenangkan Yesus yang masuk ke Yerusalem sebagai Raja yang menyelamatkan melalui penderitaan, wafat, dan kebangkitan-Nya. 2) Senin, Selasa, Rabu dalam pekan Suci merupakan hari-hari tobat/penerimaan Sakramen Pengampunan Dosa. 3) Kamis Putih (akhir Masa Prapaskah) adalah peringatan akan Yesus yang mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya kepada para murid-Nya dalam rupa roti dan anggur (Ekaristi) pada perjamuan malam terakhir sebelum sengsara dan wafat-Nya. Setelah Misa Kudus, kita dianjurkan untuk mengikuti tuguran sampai pukul 24.00, yaitu berjaga-jaga bersama dengan Tuhan dalam menghadapi sengsara-Nya dengan bersembah sujud dan berdoa di depan Sakramen Maha Kudus.

TRIHARI PASKAH terdiri dari: 1) Jumat Agung, yaitu ibadat pengenangan akan wafat Tuhan Yesus di salib demi penebusan dosa-dosa kita. Perayaan ini mencapai puncaknya pada penghormatan salib/penciuman salib. Maka, pada Jumat Agung ini kita membuka semua kain-kain warna ungu atau merah yang dipakai untuk menyelubungi salib-salib, baik yang berada di gereja ataupun di rumah kita sejak hari Sabtu menjelang Minggu Prapaskah kelima. Namun, kain-kain penyelubung patung-patung dan gambar-gambar suci baru dibuka menjelang perayaan Malam Paskah karena patung-patung dan gambar-gambar suci merupakan simbol kemuliaan umat Tuhan berkat kebangkitan-Nya. 2) Sabtu Suci/Minggu Sunyi, yaitu hari keheningan total (silentium magnum); hendaknya suasana tenang dan damai mewarnai hari ini karena kita berada di makam Tuhan Yesus. Sabtu Suci ini merujuk pada waktu antara Jumat malam sampai Sabtu sore sebelum Vigili Paskah. Pada syahadat para rasul menurut iman Katolik, inilah saat Yesus "yang turun ke tempat penantian". Baca: 12 hal yang perlu Anda ketahui tentang Sabtu Suci 3) Paskah, yang terdiri dari: a) Malam Paskah: kita berjaga dalam doa dengan perayan liturgi agung (Ekaristi Meriah) untuk mengenangkan saat Kebangkitan Tuhan dari kematian. b) Hari Raya Kebangkitan Tuhan: kita merayakan Kebangkitan Kristus dengan penuh sukacita.

Urutan perayaan-perayaan pada Minggu Suci yang panjang dan melelahkan ini akan menumbuhkan iman kita ketika kita mau memahami dan merenungkan maknanya. Tuhan memberkati.

(Sumber: Rm Felix Supranto, SS.CC www.reginacaeli.org dengan revisi).

Perarakan Iman dalam Minggu Suci

Dalam Minggu Suci terdapat lima perarakan duka sehingga perarakan ini diwarnai dengan keheningan. Di dalam perarakan yang penuh keheningan ini, kita diajak untuk merenungkan perjalanan penderitaan dan wafat Tuhan Yesus Kristus.

Kelima perarakan duka itu: 1) Perarakan Minggu Palma, yaitu perarakan Yesus masuk ke Yerusalem untuk menderita. 2) Perarakan Yesus dari tempat perjamuan malam menuju Taman Zaitun untuk berdoa bersama para rasul. Perarakan ini diungkapkan dengan perarakan Sakramen Mahakudus setelah Misa Kudus pada Kamis Putih ke sebuah tempat khusus, yang menggambarkan Taman Zaitun. Perarakan ini penuh keprihatinan sehingga tidak ada lonceng ataupun musik. 3) Perarakan Pengadilan, yang dimulai dengan ditangkapnya Yesus di Taman Zaitun dan dibawa ke rumah Iman Agung; dari rumah Imam Agung menuju ke rumah Pilatus; dari rumah Pilatus ke tempat Herodes; dan dari rumah Herodes kembali ke rumah Pilatus di mana Yesus akhirnya dijatuhi hukuman mati dengan cara disalibkan. 4) Perarakan Jalan Salib menuju Bukit Golgota tempat Yesus wafat. 5) Perarakan pemakaman, sesudah pukul 15.00 pada hari Jumat, Yesus diturunkan dari salib dan dimakamkan. Kelima perarakan duka ini ini dibacakan atau dinyanyikan dalam Kisah Sengsara Tuhan Yesus Kristus dalam Minggu Palma dan Jumat Agung.

Perarakan duka ini berakhir dengan Perarakan Mulia pada Malam Paskah: Yesus bangkit untuk menjadi Cahaya Dunia yang mengalahkan kegelapan dosa. Perarakan Mulia ini disimbolkan dengan perarakan Lilin Paskah. Lilin Paskah melambangkan tiang api yang memimpin bangsa Israel ketika berjalan di waktu malam di padang gurun setelah keluar dari tanah Mesir. Makna perarakan Lilin Paskah dalam upacara cahaya adalah kita pun hendaknya mengikuti Kristus (Lilin Paskah) yang telah bangkit.

Seluruh perarakan dalam Minggu Suci disebut perarakan iman karena merupakan ungkapan perjalanan iman kita. Iman kita perlu ditempa dengan berbagai macam kesulitan dan penderitaan sehingga semakin hari semakin kuat. Kita yang bertahan dalam iman sampai kesudahannya akan mencapai kemuliaan Paskah, yaitu kemuliaan kekal. Tuhan memberkati.

(Rm Felix Supranto, SS.CC www.reginacaeli.org).

Minggu, 17 April 2011 Hari Minggu Palma - Mengenangkan Sengsara Tuhan

Minggu, 17 April 2011
Hari Minggu Palma - Mengenangkan Sengsara Tuhan

Digambarkan dalam Mat 21:1-11 (yang dibacakan dalam upacara perarakan palma) bagaimana Yesus disambut meriah di Yerusalem. Pada hari Minggu Palma diperdengarkan pula Kisah Sengsara menurut Matius mulai dengan kisah pengkhianatan Yudas pada hari Rabu (Mat 26:14-16) diteruskan dengan kejadian-kejadian pada Kamis petang (26:17-75 perjamuan malam, penangkapan dan persidangan di Sanhedrin, penyangkalan Petrus), dan peristiwa-peristiwa pada hari Jumat (27:1-61 penetapan hukuman bagi Yesus, penyaliban, dan wafatnya, penguburan) dan Sabtu (27:62-66 penjagaan kubur).

Mengapa dia yang disambut meriah di kota kediaman Yang Maha Kuasa nanti membiarkan diri ditolak oleh para pemimpin di situ? Mengapa ia tidak membela diri atau balas menyerang dengan kekuatan masa yang menyambutnya di sana? Dari bacaan pertama dari Yes 50:4-7 dapat diketahui sikap batin orang ini. Ia hamba yang taat seutuhnya pada Yang Mahakuasa, bukan karena ia memang mau menunjukkan ketaatan dengan menjalani segala akibat pilihan ini, melainkan karena kehidupannya memang sudah terarah untuk itu. Sang hamba mengakui bahwa ia diutus untuk menyampaikan Sabda Ilahi kepada siapa saja yang letih lesu, yang tidak lagi mampu mencari tahu kehendakNya. Terlalu capai dengan macam-macam urusan. Sang hamba juga mengakui tiap hari Yang Maha Kuasa sendiri menajamkan pendengarannya sehingga baginya jelas apa kehendakNya. Oleh karena itu ia dapat membawakan kehadiran ilahi ke tengah-tengah umat manusia. Ia tidak melawan bila dimusuhi. Ia membawakan kehadiran yang tidak menggetarkan. Inilah yang masih dikenali orang-orang yang menyambutnya di Yerusalem ketika mereka mendengar kedatangannya. Tetapi segera pendengaran dan penglihatan batin mereka digelapkan oleh sikap penolakan. Namun ia sendiri tetap pada jalannya: membawakan kehadiran ilahi di dalam keadaan apapun.

KEARIFAN - KUASA YANG LEMBUT

Menurut Mat 21:5, kedatangan Yesus di Yerusalem itu peristiwa yang telah dinubuatkan nabi Zakharia 9:9, "Katakanlah kepada putri Sion (= Yerusalem beserta penghuninya): Lihat Rajamu datang kepadamu. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai betina dan seekor keledai beban yang muda." Kemudian dalam ay. 7 disebutkan, setelah orang-orang mengalasi punggung keledai betina dan anaknya, Yesus pun "menaiki kedua-duanya". Memang menaiki dua keledai itu sama anehnya bagi orang sekarang dan orang dulu. Tapi ini cara Matius mengatakan bahwa nubuat tadi kini sedang dipenuhi. Yang tak bisa dibayangkan secara biasa itu kini terjadi.

Dalam pemahaman Matius dan orang-orang yang penuh harapan pada zaman itu, Mesias yang mendatangi mereka ialah dia yang memiliki wibawa seorang raja (dalam teks Ibrani Zakharia ada penjelasan "ia adil dan jaya" - yang tidak ikut ditampilkan Matius karena sudah jelas) dan sekaligus tokoh yang "lemah lembut", maksudnya, yang dapat memahami kerapuhan manusia. Memang seolah-olah ada dua tokoh: satu sisi kebesaran, sisi lain kelemahlembutan. Kedua-duanya mendatangi Yerusalem bersama. Inilah gagasan yang hendak diutarakan oleh Matius secara surrealistik dengan mengatakan Yesus menaiki keledai betina dan anaknya. Matius mempertajam Markus yang menceritakan Yesus mendatangi Yerusalem menunggang seekor keledai yang belum pernah dinaiki orang (Mrk 11:1-10). Matius mengajak mereka yang mendengar Injilnya melihat dengan mata batin kedua sisi Yesus itu: sebagai raja yang penuh wibawa tapi juga sebagai utusan Tuhan yang lemah lembut. Dengan demikian nanti dalam mengikuti kisah penghinaan, penderitaan, penyalibannya orang akan tetap dapat melihat sisi Yesus yang anggun dan berwibawa itu.

Lebih sukar mengendarai keledai daripada tunggangan lain karena keledai biasanya bukan hewan penurut dan tidak berjalan cepat. Oleh karenanya, sering keledai hanya dipakai untuk mengangkut beban; pemilik berjalan di muka mengarahkannya, tidak menaikinya. Hanya orang yang "pintar" sajalah yang bisa mengendarainya tanpa ada yang menggiringnya di muka. Apalagi keledai yang belum pernah ditunggangi orang! Ingat kisah mengenai Balaam, seorang ahli ilmu gaib yang diminta raja Balak menenung kocar kacir umat Tuhan, tapi akhirnya Balaam yang menunggang keledai betina itu memahami apa dan siapa yang sedang dihadapinya dan tidak jadi menuruti permintaan raja angkara murka itu (Bil 22-24. khususnya 22:21-35). Kini Yesus memasuki Yerusalem di atas keledai, sebagai orang yang tahu mengarahkan tunggangan yang sukar ini. Maka jelas yang hendak dikatakan: ia orang yang penuh kearifan. Ia dapat menyatukan kejayaan dan kelemahlembutan, dua kenampakan yang sulit dibayangkan ada bersama pada diri orang yang sama.

Orang-orang menghamparkan pakaian di jalan ketika Yesus lewat. Apa maksud tindakan ini? Pertama-tama, dia yang lewat itu pasti tidak akan menjejak tanah yang kerap dipakai untuk menggambarkan kerapuhan serta kelemahan manusiawi. Yang mendatangi Yerusalem ini raja yang mengatasi kelemahan dengan kebijaksanaan yang lembut tapi berwibawa. Sekaligus tindakan menghamparkan pakaian itu juga menggambarkan kesediaan orang-orang untuk tunduk kepada dia yang sedang mendatangi dengan kebijaksanaannya itu. Pakaian membuat orang yang memakainya menjadi jelas. Bila dihamparkan berarti yang memakainya sedia menghamparkan diri di muka dia yang sedang lewat. Memang saat-saat ini kekuatan yang mengancam Yesus belum bertindak. Sebentar lagi kekuatan-kekuatan yang mau menyingkirkan kebijaksanaan ini akan tampil. Orang-orang yang menyambut kedatangan Yesus dan menyatakan diri tunduk kepadanya itu nanti juga akan ikut meneriakkan kematian baginya. Terlihat nanti betapa besar dan mengerikannya kekuatan yang melawan kebijaksaan itu. Sedemikian kuat hingga dapat menembus sampai ke lingkungan yang paling dekat dengan Yesus sendiri: Yudas.

BACAAN KEDUA: MADAH TENTANG KRISTUS Flp 2:6-11

Di sepanjang Flp 1:27- 2:13 Paulus menyampaikan pelbagai ajakan agar umat di Filipi saling menumbuhkan kebesaran hati di dalam hidup bersama. Dalam rangka ajakan inilah Paulus merujuk pada sebuah madah yang sudah dikenal umat, yakni yang dibacakan kali ini, 2:6-11. Kini cukup jelas aslinya madah itu terkarang dalam bahasa Aram yang dipakai di lingkungan para murid di tanah suci. Tetapi kemudian madah itu dialihbahasakan ke dalam bahasa Yunani sehingga juga dapat dipakai di kalangan yang lebih luas. Dan bentuk Yunani inilah yang kiranya diambil alih Paulus dalam suratnya kepada umat di Filipi.

Mengingat besarnya peranan madah tadi dalam pertumbuhan paham mengenai siapa Yesus yang Kristus itu, marilah kita lihat susunannya.

Ada tiga bagian pokok:

a. Ditegaskan dalam ay. 6-7 keberadaan sebagai Yang Ilahi yang bersedia mengosongkan diri dari keilahiannya agar menjadi sama dengan manusia.

b. Kemudian dalam ayat digambarkan dalam ay. 8 keberadaan di bumi, menjalani hidup seperti manusia biasa, juga ketika menghadapi kematian sampai kematian di salib.
c. Akhirnya dalam ay. 9-11diungkapkan kebesaran Kristus sebagai dia yang ditinggikan Allah di hadapan seluruh jagat sehingga seluruh jagat mengakuinya sebagai Kurios, artiya Tuhan sesembahan. Bagian ketiga ini menutup kemungkinan akan penafsiran adanya Allah "kedua", gagasan yang tidak sejalan dengan iman akan keesaan Yang Mahakuasa. Setelah mengosongkan diri dari keilahian tadi, tokoh yang dimadahkan ini ialah manusia seutuhnya. Ia menjadi sesembahan karena dijadikan demikian oleh Yang Mahakuasa sendiri.

Pokok pertama erat hubungannya dengan iman akan "inkarnasi", yakni keilahian mampu mendekat ke ciptaan sampai lahir sebagai manusia. Sedemikian besar kesediaan ini sehingga digambarkan sebagai keilahian yang mengosongkan diri. Malah keilahian tidak lagi dianggap sebagai yang patut dicari dan direnggut agar tidak lepas. Gagasan ini kemudian kerap dibicarakan di kalangan teolog sebagai "kenosis", pengosongan diri, walaupun dalam madah ini kata benda itu tidak muncul. Yang ada ialah kata kerjanya, yakni mengosongkan diri. Lebih ditampikan pelaku yang menjalani pengosongan diri itu dan bukan proses maupun hasilnya. Sekaligus ditekankan pula siapa kiranya sebelum itu, yakni keilahian sendiri. Dengan meresapi isi madah itu, orang akan tertuntun mendekat pada Yesus yang Kristus yang demikian. Dan bukan terbuai gagasan pengosongan diri lalu mencoba-coba mencontohnya - bukan ini yang dimaksud madah itu, bukan ini pula maksud Paulus ketika mengutip madah itu bagi umat di Filipi.

KISAH SENGSARA

Kisah sengsara menurut Matius terdiri dari dua bagian. Bagian pertama ialah Mat 26:14 -27:10; bagian ini berawal dan berakhir dengan episode Yudas, yakni Mat 26:14-16 (Yudas menjual Yesus kepada imam-imam kepala) dan 27:3-10 (Yudas mengembalikan 30 perak yang diterimanya dari mereka, lalu menggantung diri). Bagian kedua Kisah Sengsara berawal dengan peran Pilatus (menahan Yesus dan melepaskan Barabas atas desakan imam-imam kepala, Mat 27:11-26) dan berakhir dengan tindakan Pilatus juga (atas permintaan imam-imam kepala ia mengirim penjaga ke kubur agar jenazahnya tidak diambil murid-muridnya pada hari ketiga, Mat 27:65-66). Kehidupan Yesus pada hari-hari terakhir itu memang dijungkirbalikkan oleh Yudas dan Pilatus. Tetapi pembaca yang jeli akan melihat bahwa kedua tokoh ini sebenarnya juga cuma sekadar menjadi tangan kotor "para imam kepala, orang Farisi, tetua-tetua Yahudi", yakni pihak yang membadankan kekuatan-kekuatan yang hendak membatasi gerak utusan ilahi yang datang ke Yerusalem itu.

Kisah tragis Yudas sering kurang didalami maknanya, atau paling-paling ia menjadi sasaran cercaan. Namun lebih membuat kita memahami misteri tindakan ilahi bila dilihat bagaimana Yesus menanggapinya. Ketika mengumumkan dalam perjamuan malam bahwa di antara yang hadir ada yang bakal menyerahkannya, Yesus tidak menuduh siapapun. Bahkan ketika Yudas ikut bertanya apakah dia itu orangnya, jawab Yesus hanyalah "Engkau telah mengatakannya." (Mat 26:25). Kata-kata ini maksudnya sama dengan "Coba pikirkan apa sebenarnya yang sedang kaulakukan ini!" (Bandingan dengan ungkapan sama yang dikatakan dalam interogasi di depan imam agung Mat 26:64 dan di hadapan Pilatus 27:11.) Yudas sebenarnya orang yang terlalu naif. Ia ingin mendapatkan relasi dengan kaum berkuasa, bukan untuk mencelakakan Yesus. Dalam hati kecil kiranya ia berangan-angan, toh Yesus akan dapat menghindari penangkapan dan konsekuensi lebih jauh. Ia kan orang yang luar biasa.

Yudas mempunyai persepsi sendiri mengenai siapa Yesus itu. Inilah yang membuat Yudas celaka. Dia salah satu orang yang terdekat dengan Yesus tetapi tak mau melihat siapa dia dan makin menutup hati dan pikiran sendiri. Yesus telah tiga kali mewartakan bahwa ia akan mengalami sengsara dan mati dan bangkit. Itu jalannya. Murid-murid tidak memahami. Juga Yudas. Tetapi Yudas bukan hanya tak memahami melainkan bertindak gegabah menolak untuk memahami dia. Ia mau mendapatkan keuntungan dengan perhitungan sendiri. Dengan demikian ia menyepelekan kebijaksanaan ilahi. Menurut Mat 26:24 Yesus berkata bahwa yang terjadi pada Anak Manusia, yakni dirinya, sesuai dengan yang dituliskan tentang dia, tapi celakalah orang yang olehnya dia diserahkan. Maksudnya Yudas. Lebih baik baginya sekiranya ia tidak dilahirkan. Artinya, tindakan orang itu sebetulnya tak bakal mengubah jalan yang sedang ditempuh Yesus. Yudas mengklaim bagi dirinya sendiri perkara yang sedang ditindakkan Yang Mahakuasa! Tragisnya, Yudas tidak menyadari hal ini. Ia baru terbangun ketika sudah terlambat. Dan sekali lagi ia masih mengira dapat mengurungkan yang terjadi dengan mengembalikan 30 perak yang diperolehnya. Ia makin terkurung dalam dirinya sendiri. Orang bisa memungkiri Yesus seperti yang dilakukan Petrus atau meninggalkannya seperti murid-murid lain, tetapi mereka tidak mendahului tindakan ilahi. Mereka itu bisa ditolong dan kembali. Tetapi dia yang mendahului tindakan ilahi atau mau mengurungkannya tidak bakal tertolong.

Disebutkan dalam bagian kedua Kisah Sengsara, istri Pilatus semalaman gelisah bermimpi dan keesokan harinya mengirim pesan kepada suaminya agar jangan mencampuri perkara "orang yang benar" itu (27:19). Ini isyarat dari Matius bagi pembaca Injilnya agar menengok kembali ke belakang, ke nasib tragis Yudas. Dengan menyerahkan Yesus sebetulnya Yudas "mencampuri perkara orang yang benar" dan mendapat celaka. Sekaligus pembaca diajak memeriksa dari dekat apakah Pilatus betul-betul mencampuri perkara ini dan sejauh mana. Sekalipun ia ikut campur, semua yang terjadi pada Yesus sebetulnya terjadi bukan karena Pilatus. Malah dalam seluruh bagian kedua kisah sengsara itu Matius memperlihatkan betapa konyolnya sang penguasa itu. Ia membiarkan diri dimanipulasi oleh pemuka-pemuka Yahudi.

Yesus tetap setia pada jalannya. Baginya tetap berlaku gambaran yang bertumpang-tindih antara raja yang jaya dan kelembutan yang membuatnya rapuh di hadapan kekuatan-kekuatan yang sedang berusaha menjungkirbalikkan kebijaksanaan dengan mempergunakan baik Yudas maupun Pilatus. Tapi Yesus tetap berada di dalam garis kebijaksanaan hingga akhir. Inilah kebesaran utusan ilahi yang dirayakan selama Minggu Paskah ini.

Salam hangat,
A. Gianto

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy