| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Kamis, 11 Agustus 2011 Pw. St. Klara, Perawan

Kamis, 11 Agustus 2011
Pw. St. Klara, Perawan

"Pada hari inilah Aku mulai membesarkan namamu di mata seluruh orang Israel, supaya mereka tahu.... demikianlah Aku akan menyertai engkau." <---> Yos 3:70

Doa Renungan

Allah yang Mahakuasa, ajarilah kami melakukan dan menuruti segala firman yang Kausampaikan melalui Kristus, Putera-Mu yang mulia. Dengan demikian, kami semakin memuliakan Dikau yang ada dalam diri kami, supaya orang lain pun dapat memuliakan nama-Mu yang Kudus. Dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Yosua (3:7-10a.11.13-17)

"Tabut perjanjian Tuhan akan mendahului kalian menyeberangi Sungai Yordan."


Tuhan bersabda kepada Yosua, "Pada hari inilah Aku mulai membesarkan namamu di mata seluruh orang Israel, supaya mereka tahu, seperti dahulu Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau. Maka perintahkanlah kepada para imam pengangkat tabut perjanjian, demikian, 'Setelah kalian sampai ke tepi air Sungai Yordan, haruslah kalian tetap berdiri di tengah Sungai Yordan.' Yosua lalu berkata kepada orang Israel, "Datanglah mendekat dan dengarkanlah sabda Tuhan, Allahmu." Lalu ia menyambung, "Dari hal inilah akan kalian ketahui, bahwa Allah yang hidup ada di tengah-tengah kalian. Sungguh, tabut perjanjian Tuhan semesta bumi akan mendahului kalian masuk ke Sungai Yordan. Begitu kaki para imam pengangkat tabut perjanjian Tuhan semesta bumi berhenti di dalam air sungai, maka air Sungai Yordan itu akan terputus; air yang turun dari hulu akan berhenti mengalir dan menjadi bendungan." Ketika bangsa Israel berangkat dari tempat perkemahan untuk menyeberangi Sungai Yordan, para imam pengangkat tabut perjanjian itu berjalan di depan. Segera sesudah para imam pengangkat tabut sampai ke Sungai Yordan, dan para imam itu menginjakkan kakinya ke dalam air di tepi sungai itu, maka berhentilah air mengalir. Padahal waktu itu musim panen, dan selama musim panen air sungai selalu meluap. Air yang turun dari hulu naik menjadi bendungan di kejauhan di dekat Adam, yaitu kota yang terletak di sebelah Sartan, sedang air yang turun ke Laut Araba, yakni Laut Asin, terputus sama sekali. Lalu menyeberanglah bangsa Israel di hadapan Yerikho. Tetapi para imam pengangkat tabut perjanjian Tuhan tetap berdiri di tanah yang kering, di tengah-tengah Sungai Yordan, sedang seluruh bangsa Israel menyeberang di tanah yang kering, sampai mereka semua selesai menyeberangi Sungai Yordan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 4/4, PS 822
Ref. Pujilah Allah alleluya, alleluya
Ayat. (Mzm 114:1-2.3-4.5-6)
1. Pada waktu Israel keluar dari Mesir, di kala kaum keturunan Yakub keluar dari bangsa yang asing bahasanya, maka Yehuda menjadi tempat kudus-Nya, dan Israel wilayah kekuasaan-Nya.
2. Laut melihatnya, lalu melarikan diri, dan Sungai Yordan berbalik ke hulu. Gunung-gunung melompat-lompat seperti domba jantan, dan bukit-bukit seperti anak domba.
3. Ada apa, hai laut, sehingga engkau melarikan diri, hai Yordan, sehingga engkau berbalik ke hulu? Ada apa, hai gunung-gunung, sehingga kamu melompat-lompat seperti domba jantan, hai bukit-bukit, sehingga kamu seperti anak domba?

Bait Pengantar Injil, do = d, 2/2, PS 953
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Mzm 119:135; 2/4)
Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu, dan ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (18:21 - 19:1)

"Aku berkata kepadamu, "Bukan hanya sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali kalian harus mengampuni."


Sekali peristiwa datanglah Petrus kepada Yesus dan berkata, "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadapku? Sampai tujuh kalikah?" Yesus menjawab, "Bukan hanya sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." Sebab hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunasi utangnya, raja lalu memerintahkan, supaya ia beserta anak isteri dan segala miliknya dijual untuk membayar utangnya. Maka bersujudlah hamba itu dan menyembah dia, katanya, "Sabarlah dahulu, segala utangku akan kulunasi." Tergeraklah hati raja oleh belas kasih akan hamba itu sehingga hamba itu dibebaskannya, dan utangnya pun dihapusnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berutang seratus dinar kepadanya. Kawan itu segera ditangkap dan dicekik, katanya, "Bayarlah utangmu!" Maka sujudlah kawan itu dan minta kepadanya, "Sabarlah dahulu, utangku itu akan kulunasi." Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya ke dalam penjara sampai semua utangnya ia lunasi. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih, lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Kemudian raja memerintahkan memanggil orang itu dan berkata kepadanya, "Hai hamba jahat! Seluruh utangmu telah kuhapuskan oleh karena engkau memohonnya. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?" Maka marahlah tuannya dan menyerahkan dia kepada algojo-algojo, sampai ia melunasi seluruh utangnya. Demikian pula Bapa-Ku di surga akan berbuat terhadapmu, jika kalian tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu. Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya berangkatlah Ia dari Galilea, dan tiba di daerah Yudea, di seberang Sungai Yordan.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

Mengampuni, mengampuni, dan mengampuni menjadi refren yang mengarahkan kita pada sikap hidup kekatolikan yang sejati. Perintah Sang Guru agar kita mengampuni sampai tujuh puluh kali tujuh kali menjadi wujud pengampunan yang tiada berkesudahan. Namun betapa sulitnya. Kedewasaan manusiawi yang diharapkan menjadi tanda kematangan seseorang, ketika sampai pada harga diri, dikecewakan, bahkan disakiti oleh orang yang sangat dicintai, membuat runyam pola tatanan kehidupan penuh kasih dan pengampunan.

Dari pelayanan pastoral kamar tamu, keluarga-keluarga muda sangat rentan dalam hal mengampuni dan merajut kembali tali kasih di dalam keluarga untuk mempertahankan keutuhan perkawinan. Manakala salah satu pasangan tersakiti oleh ketidaksetiaan pasangan, atau oleh kekasaran perilaku pasangan, bahkan ketika campur tangan orang tua menjadi dominan di dalam keluarga, pemecahan yang dicari adalah institusi pengadilan untuk cerai. Tampaknya budaya pop, tontonan sinetron dan gaya hidup masyarakat mudah sekali dibatinkan dan mempengaruhi daya tahan keutuhan keluarga.

Ketika luka mengena pada salah satu anggota keluarga dan menjadi penyakit, dengan mudah menyerang daya tahan nilai luhur perkawinan monogam dan tak terceraikan. Diperlukan katekese dan pendampingan dari pelbagai sisi kehidupan untuk mengamankan institusi perkawinan Katolik menjaga wibawa sakralitas perkawinan sebagai tanda cinta Tuhan yang setia kepada manusia, serba dosa apa pun. Gempuran budaya pop dan tontonan yang merapuhkan ikatan kudus perkawinan perlu dilawan dengan budaya pengampunan dan saling meneguhkan dalam solidaritas yang nyata. Kekuatan Sabda dan kehadiran Tabut Perjanjian yang bahkan bisa membendung aliran Sungai Yordan yang meluap pada musim panen, semoga menjadi inspirasi untuk mengandalkan diri pada kuat kuasa Allah yang mampu campur tangan dalam karut marut kehidupan keluarga, utamanya sikap untuk saling mengampuni.

Segala puji dan syukur kami bagi-Mu ya Bapa, atas segala kebaikan dan kuasa-Mu dalam hidup kami hari ini. Bangkitkanlah semangat tobat dalam diri kami dari hari ke hari, agar kami layak menjadi putera-Mu. Dan ajarilah kami selalu mengakui bahwa Engkaulah Allah yang Mahabaik, kini dan sepanjang segala abad. Amin.

FX Sukendar, Pr - Inspirasi Batin 2011

Rabu, 10 Agustus 2011 Pesta St. Laurensius, Diakon dan Martir

Rabu, 10 Agustus 2011
Pesta St. Laurensius, Diakon dan Martir

Iman tidak akan pernah berubah kapan pun, sebab hanya satu iman yang membenarkan sang Kebenaran dari kekekalan masa (St. Leo Agung)

Antifon Pembuka

Santo Laurensius menyerahkan diri demi Gereja. Karena itu, pantas menderita sebagai saksi iman dan menghadap Tuhan Yesus Kristus dengan sukacita.

Doa pagi


Allah Bapa yang Maha Pengasih dan Penyayang, perumpamaan biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati akan menghasilkan banyak buah, mengajak kami untuk berani berkurban dengan sepenuh hati. Kami juga diajak untuk berani bersikap dan memberikan diri dalam tugas pelayanan di mana pun kami berada tanpa memperhitungkan untung rugi. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Memberi adalah tanda kehidupan yang berkelimpahan. Setiap orang beriman dipanggil untuk memberikan apa yang mereka miliki dengan penuh keikhlasan karena mereka telah menerima dari Allah dengan cuma-cuma juga. Pemberian diri merupakan pemberian yang paling besar dalam kehidupan.


Pembacaan dari Surat kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (9:6-10)

"Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."

Saudara-saudara, orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit pula. Sebaliknya orang yang menabur banyak akan menuai banyak pula. Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau terpaksa. Sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu, malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Seperti ada tertulis, “Ia murah hati, orang miskin diberi-Nya derma, kebenaran-Nya tetap untuk selama-lamanya.” Dia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Dia jugalah yang akan menyediakan benih bagi kamu; Dialah yang akan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Orang baik menaruh belaskasihan dan memberi pinjaman.
Ayat. (Mzm 112:1-2.5-6.7-8.9)

1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; keturunan orang benar akan diberkati.
2. Orang baik menaruh belaskasihan dan memberi pinjaman, ia melakukan segala urusan dengan semestinya. Orang jujur tidak pernah goyah; ia akan dikenang selama-lamanya.
3. Ia tidak takut kepada kabar buruk, hatinya tabah, penuh kepercayaan kepada Tuhan. Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia mengalahkan para lawannya.
4. Ia murah hati, orang miskin diberinya derma; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.

Bait pangantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Akulah terang dunia. Barangsiapa mengikuti Aku, ia tidak berjalan dalam kegelapan, tetapi mempunyai terang hidup.

Pengorbanan merupakan perwujudan iman yang tertinggi. Yesus mengumpamakan diri-Nya dengan biji gandum yang jatuh dan mati. Tapi, justru kematian-Nya membawa kehidupan bagi banyak orang. Pengorbanan akan membawa kehidupan yang lebih baik.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (12:24-26)

"Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa."

Menjelang akhir hidup-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikuti Aku, dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Kematian bukanlah menjadi tujuan hidup Yesus. Tujuan Yesus adalah memenuhi kehendak Bapa-Nya. Ia mewartakan kebenaran yang memberi hidup baru. Kematian-Nya menjadi peristiwa kekerasan orang yang menolaknya, namun Yesus sendiri menentang kekerasan. Ia menyatakan kasih dan kelembutan. Maka, hidup-Nya bagai biji yang ditanam di tanah.

Doa Malam

Allah yang Maha Pengasih dan sumber sukacita kami, dalam mengabdi-Mu kami sering terhadang oleh ego kami sendiri. Kami melayani tidak dengan sepenuh hati. Kami masih menghitung untung rugi, tidak dengan sukacita melainkan terpaksa. Ampunilah ya Bapa, agar besok pagi kami dapat memperbaiki diri dan berani menaburkan benih yang Kausediakan dengan gembira untuk perluasan Kerajaan Surga. Doa ini kami persembahkan dengan pengantaraan Putra-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus. Amin.

RUAH

Selasa, 09 Agustus 2011 Hari Biasa Pekan XIX

Selasa, 09 Agustus 2011
Hari Biasa Pekan XIX

“Jika kalian tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga” --- Matius 18: 3


Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakudus, kembali kami bersyukur atas kasih karunia dan perlindungan yang telah Kauberikan kepadaku. Hari ini Engkau berfirman agar kami bertobat dan menjadi seperti anak kecil serta mau merendahkan diri. Bantulah kami Bapa, agar kami senantiasa mencari kehendak-Mu saja dari hari ke hari. Berkatilah kami hari ini Bapa dan orang-orang yang kami cintai. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Ulangan (31:1-8)

"Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, Yosua, sebab engkau akan masuk bersama bangsa ini ke tanah perjanjian."

Musa menyampaikan pesan ini kepada seluruh bangsa Israel, "Aku sekarang berumur seratus dua puluh tahun. Aku tidak dapat dengan giat memimpin kalian lagi. Dan Tuhan telah bersabda kepadaku, 'Sungai Yordan ini tidak akan kauseberangi.' Tuhan, Allahmu, Dialah yang akan memimpin kalian menyeberang. Dialah yang akan memunahkan bangsa-bangsa dari hadapanmu, sehingga kalian dapat memiliki negeri mereka. Yosua akan memimpin kalian menyeberang, sesuai dengan sabda Tuhan. Tuhan akan memperlakukan bangsa-bangsa itu, sebagaimana Ia telah memperlakukan Sihon dan Og, raja-raja orang Amori, yang telah dipunahkan-Nya beserta negeri mereka. Tuhan akan menyerahkan bangsa-bangsa itu kepadamu, dan kalian harus memperlakukan mereka tepat seperti perintah yang kusampaikan kepadamu. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kalian. Ia takkan membiarkan dikau dan takkan meninggalkan dikau." Musa lalu memanggil Yosua dan berkata kepadanya, di depan seluruh orang Israel, "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan masuk bersama dengan bangsa ini ke negeri yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyang mereka untuk memberikannya kepada mereka. Dan engkau akan memimpin mereka sampai mereka memilikinya. Sebab Tuhan, Dia sendiri yang akan berjalan di depanmu, Dia sendiri yang akan menyertai engkau. Dia takkan membiarkan dikau dan takkan meninggalkan dikau. Janganlah takut dan janganlah patah hati."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Bagian Tuhan ialah umat-Nya.

Ayat. (Ul 32:3-4a.7.8.9.12; Ul: 9a)
1. Nama Tuhan akan kuserukan, berilah hormat kepada Allah kita, Gunung Batu, yang sempurna karya-Nya.
2. Ingatlah akan zaman dahulu kala, perhatikanlah tahun-tahun keturunan yang lalu, tanyakanlah kepada ayahmu, ia akan mengisahkannya; tanyakanlah kepada orang tua-tua, mereka akan memberitahukannya.
3. Ketika Yang Mahatinggi membagi-bagikan milik pusaka kepada para bangsa, ketika Ia memisah-misahkan anak-anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah para bangsa menurut bilangan anak-anak Israel.
4. Tetapi bagian Tuhan ialah umat-Nya, Yakublah yang ditetapkan menjadi milik bagi-Nya. Tuhan sendirilah yang menuntun dia, dan tidak ada allah lain menyertai dia.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Terimalah beban-Ku dan belajarlah daripada-Ku, sebab aku lemah lembut dan rendah hati.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (18:1-5.10.12-14)

"Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang pun dari anak-anak ini."

Sekali peristiwa datanglah murid-murid dan bertanya kepada Yesus, "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil, dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, lalu berkata, "Aku berkata kepadamu: Sungguh, jika kalian tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak kecil seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang pun dari anak-anak kecil ini. Karena aku berkata kepadamu: Malaikat-malaikat mereka di surga selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga." Lalu Yesus bersabda lagi, Bagaimana pendapatmu? Jika seseorang mempunyai seratus ekor domba dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang 99 ekor di pegunungan lalu pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu, sungguh, jika ia berhasil menemukannya, lebih besarlah kegembiraannya atas yang seekor itu daripada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian pula Bapamu yang di surga tidak menghendaki seorang pun dari anak-anak ini hilang."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.


Renungan

Masih ingatkah teman-teman pada pengalaman pertama kali menyontek dulu? Wow, sejuta rasanya, dag dig dug kan! Ada suara sayup-sayup yang melarang kita untuk melakukannya. Namun, pada saat yang sama ada suara yang lebih kencang yang menyuruh kita untuk melakukannya. Pertempuran akhirnya dimenangi oleh suara yang kencang, yang mengajak kita untuk menyontek. Dan setelah itu, kita menjadi terbiasa untuk melakukan kecurangan demi kecurangan. Berulang-ulang dalam waktu yang panjang, sejak sekolah, kuliah, sampai terbawa ke tempat bekerja nanti.

Kita semua tentu tahu bahwa suara sayup-sayup yang kita dengar dalam hati kita itu adalah suara Tuhan, yang Ia titipkan di dalam hati kita masing-masing sebagai lonceng pengingat. Itu namanya suara hati. Suara hati akan tetap murni kalau kita menjaga dan merawatnya dengan benar. Suara hati sudah ada sejak kita dibentuk dalam kandungan ibunda, yang menjadi tanda kedekatan kita dengan Tuhan dan sekaligus menjadi tanda kasih Tuhan terhadap kita. Itulah yang membedakan kita dengan makhluk lainnya.

Sayangnya, semakin kita dewasa, suara sayup-sayup ini semakin mengecil. Bahkan ada di antara kita yang mengira bahwa itu sekedar tanda kekanak-kanakan. Setelah dewasa kita harus mengatasi perasaan itu dan berani keluar dari bayang-bayang suara itu.

Anak kecil dipuji oleh Yesus karena ketulusan hatinya, karena kejujurannya, karena kebersahajaannya, yang menyuarakan suara Allah dalam kemurnian tindakannya. Orang yang memiliki hati seperti anak kecil yang bersahaja selalu bisa memposisikan diri secara tepat karena ia berada tak jauh dari Allah.

Tuhan Yesus, aku ingin selalu dekat dengan-Mu agar aku dapat mengarahkan hidupku menuju Kerajaan Surga. Murnikanlah hatiku setiap saat aku akan jatuh dalam pencobaan. Amin.

Oase Rohani 2011, Renungan dan Catatan Harian

Senin, 08 Agustus 2011 Peringatan Wajib St. Dominikus Imam & Pendiri Ordo Pengkotbah

Senin, 08 Agustus 2011
Peringatan Wajib St. Dominikus
Imam & Pendiri Ordo Pengkotbah

Katakanlah kepada Allah bahwa engkau lebih baik mati seribu kali daripada berdosa satu kali saja. (St. Paulus dari Salib)


Antifon Pembuka (Mzm 131:9)

Semoga para imam-Mu berpakaian kesucian, dan umat-Mu bersorak kegirangan.


Doa Pagi

Allah Bapa yang Maha agung dan perkasa, milik-Mulah alam raya, bumi dan seluruh isinya. Kauciptakan semuanya ini dengan penuh cinta dan keadilan. Ya Bapa, berkatilah tingkah laku dan sikap kami sepanjang hari ini agar tetap dengan penuh syukur mengingat dan mengagungkan Dikau sesuai dengan kehendak-Mu, kini dan sepanjang masa. Amin.

Allah memilih Israel menjadi bangsa terpilih. Bangsa yang dikasihi oleh Allah. Mereka akan menjadi bangsa yang besar bila mereka sungguh mengamalkan iman mereka. Setiap orang beriman selalu ditantang untuk mewujudkan imannya dalam perbuatan yang nyata.


Pembacaan dari Kitab Ulangan (10:12-22)

"Sunatlah hatimu. Tunjukkanlah kasihmu kepada orang asing, sebab kalian pun dahulu orang asing!"


Musa berkata kepada bangsa Israel, “Hai orang Israel, apakah sekarang yang dituntut oleh Tuhan, Allahmu, dari pada kalian? Yang dituntut-Nya tiada lain ialah agar kalian takwa kepada Tuhan, Allahmu, hidup menurut segala peritah-Nya, mengasihi Dia dan beribadah kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan segenap jiwamu. Demi kesejahteraanmu hendaknya kalian berpegang teguh pada perintah dan ketetapan Tuhan yang kusampaikan kepadamu pada hari ini. Sungguh, Tuhan, Allahmulah yang empunya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit, dan bumi dengan segala isinya. Tetapi kepada nenek moyangmulah hati Tuhan terpikat, sehingga Ia mengasihi mereka dan keturunan mereka, yakni kalian, yang dipilih-Nya dari segala bangsa, seperti sekarang ini. Sebab itu sunatlah hatimu dan jangan lagi bertegar hati. Sebab Tuhan, Allahmulah, Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan. Allah yang agung, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap; yang membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian. Sebab itu haruslah kalian menunjukkan kasihmu kepada orang asing. Sebab kalian pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir. Engkau harus takwa kepada Tuhan, Allahmu. Engkau harus beribadah dan berpaut kepada-Nya, dan demi nama-Nya engkau harus bersumpah. Dialah pokok pujianmu sebab Dialah yang telah melakukan perbuatan-perbuatan besar di tengah-tengahmu seperti yang telah kaulihat sendiri. Hanya tujuh puluh orang nenek moyangmu pergi ke Mesir; tetapi sekarang ini Tuhan, Allahmu, telah membuat engkau banyak seperti bintang-bintang di langit.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.


Mazmur Tanggapan, do=a, 2/2, PS 863
Ref. Pujilah Tuhan, hai umat Allah. Pujilah Tuhan, hai umat Allah.
Ayat. (Mzm 147:12-13.14-15.19-20; Ul:12a)

1. Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anak yang ada padamu. 2. Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari.
3. Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan dan hukum-hukum-Nya kepada Israel. Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.


Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Allah memanggil kita, agar kita memperoleh kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus. Alleluya.

Mengikuti Yesus berarti menjalani kehidupan yang penuh perjuangan. Penderitaan, penolakan, bahkan kematian menjadi bagian dari kehidupan orang-orang yang mau mengikuti-Nya. Mereka harus mewujudkan kasih tanpa memberikan sandungan bagi orang lain.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (17:22-27)

"Ia akan dibunuh, tetapi Ia akan bangkit. Putra-putra raja bebas dari pajak."


Sekali peristiwa Yesus bersama murid-murid-Nya ada di Galilea. Ia berkata kepada mereka, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia; mereka akan membunuh Dia, tapi pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” Maka hati para murid itu pun sedih sekali. Ketika Yesus dan para murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah seorang pemungut pajak bait Allah kepada Petrus dan berkata, “Apakah gurumu tidak membayar pajak dua dirham?” Jawab Petrus, “Memang membayar.” Ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan, “Bagaimana pendapatmu, Simon? Dari siapa raja-raja di dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?” Jawab Petrus, “Dari orang asing!” Maka kata Yesus kepadanya, “Jadi bebaslah rakyatnya! Tetapi agar kita jangan menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.


Renungan

Pajak dibayar untuk mendanai kepentingan umum. Namun, sudah menjadi bagian dari sejarah bahwa penggunaan atau pemberlakuannya acap diselewengkan. Dalam keadaan seperti itu, masih perlukah membayar pajak? Sulit untuk menjawabnya. Yesus sendiri berpesan kepada Petrus agar jangan menjadi batu sandungan.

Doa Malam

Bapa yang Maharahim, ampunilah kami yang kurang bersyukur atas cinta-Mu yang telah tercurah sepenuhnya atas kami; kami yang takut mewartakan kasih dan kebaikan-Mu. Padahal, St. Dominikus telah memberikan teladan kepada kami. Semoga karena kerahiman-Mu kami dapat beristirahat dan tidur dengan nyenyak. Amin.

RUAH

Minggu, 07 Agustus 2011 Hari Minggu Biasa XIX: TENANGLAH!! AKULAH INI. JANGAN TAKUT

Renungan

TENANGLAH!! AKULAH INI. JANGAN TAKUT

Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?

Suatu ketika dalam remang remang terang bulan, teman saya menghadang beberapa gadis yang mau sembahyang ke Goa Maria. Di tengah bulakan, seorang teman tadi sudah mengenakan pakaian pocong dan sembunyi di rerimbunan tanaman jagung, sementara dia meloncat dan berbaring persis di depan gadis-gadis tersebut. Seorang gadis sungguh jatuh terkulai dan rebah karena ketakutan. Sampai beberapa lama baru sedikit tersadar dan mulai bisa berbicara dan marah begitu besar setelah tahu bahwa temannya yang melakukan hal tersebut. Beberapa temannya coba menghibur dan menguatkan pengalamannya, bahwa itu bohong. Tetapi yang pasti bahwa ketakutan si gadis itu bukan bohong dan dia sungguh shock.

Ketakutan yang mendalam ternyata sungguh melumpuhkan seluruh syaraf dan akal sehat, maupun segala sensor akal budi kita. Tanpa kecuali ketakutan karena apa atau siapapun akan membuat kita lumpuh total tak berdaya dan tak dapat berkembang dengan semestinya atau sewajarnya. Tidak jarang kita juga begitu takut menghadapi gelombang kehidupan kita yang akan membuat kita tidak berani untuk mengayunkan kaki untuk melangkah maju maupun mundur.

Untuk itu Yesus menunjukkan beberapa hal yang penting dalam menyikapi kehidupan ini:

Pertama Doa:
Doa adalah membuat penyadaran bahwa kita selalu bersama Allah, kita akan didukung Tuhan Allah, kalau kita selalu melakukan kehendak-Nya. Doa membuat kita juga semakin peka untuk memperhatikan kepentingan teman-teman dan orang lain secara langsung maupun tidak langsung. Doa meningkatkan kepedulian dan dedikasi kita terhadap perutusan Allah.

Kedua Tenang dan Tidak Takut:
Tenang dan tidak takut. Ketenangan atau keheningan batin dan rasa percaya diri dengan tidak takut, membuat segala sesuatu kita sandarkan kepada Allah yang menjadi jaminan hidup kita, sehingga tidak perlu cemas dan takut karena yakin Tuhan sebagai tumpuan seluruh perjuangan kita, sehingga kita menjadikan “Yesus andalanku”.

Ketiga, Datang Kepada Tuhan:
Seorang anak kecil yang takut, dia cepat-cepat lari datang kepada ibunya atau bapaknya atau kakaknya, atau kakeknya; karena dia percaya bersama orang-orang ini merasa ada teman, ada yang akan membantu, ada yang siap untuk melindungi, merasa ada teman untuk pertimbangan dan meminta nasehat yang terbaik untuk menjadi selamat atau berhasil. Maka Yesus menawarkan undangan kepada para muridNya dengan mengatakan “ini Aku jangan takut atau kepada Petrus “datanglah”

Keempat, Percaya dan Tidak Takut atau Bimbang:
Percaya dan tidak bimbang atau ragu.Banyak kecelakaan terjadi karena orang tidak percaya, tidak yakin, penuh dengan keraguan dan kebimbangan, sehingga orang lain tidak bisa mengantisipasinya, akibatnya terjadilah tumburan (tabrakan) atau kecelakaan. Bahkan dalam kecelakaan karena tenggelam, karena orang yang ditolong begitu ragu maka dia justru memeluk yang menolong, sehingga yang menolongpun dibahayakan ikut tenggelam.Atau dia ragu berpegangan sehingga terlepas dan tersedot putaran, malah hilang dan mati. Ajakan Yesus cukup tegas dan jelas, dalam menghadapi badai gelombang kehidupan yang dahsyat.Kita harus datang kepada Allah dengan suatu keyakinan yang besar dan mantap serta membuang jauh-jauh segala bentuk keraguan dan kebimbangan. Segera datang kepadaNya jangan menunda, karena Yesus akan segera mengulurkan tangan-Nya untuk membantunya.Yesus selalu siap dengan sikap siap sedia “Akulah ini. Jangan takut.

Selamat merenungkan.

Pastor Antonius Sumardi, SCJ

Minggu, 07 Agustus 2011 Hari Minggu Biasa XIX

Minggu, 07 Agustus 2011
Hari Minggu Biasa XIX

Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita. (1Yoh 3:24)


Antifon Pembuka (Mzm 74:20.19.22.23)

Ingatlah akan perjanjian-Mu, ya Tuhan, dan janganlah Kaulupakan umat-Mu yang tertindas. Bangkitlah, ya Tuhan, belalah perkara-Mu, janganlah Kaulupakan seruan orang yang mencari Engkau.

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, kami Kauperkenankan menyapa Engkau Bapa dalam doa kami. Lengkapilah apa yang kurang pada kami, agar kami layak disebut putra dan putri-Mu serta layak pula menerima warisan yang telah Kausediakan bagi kami.
Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-raja (19:9a.11-13a)

"Berdirilah di atas gunung itu di hadapan Tuhan."

Sekali peristiwa, ketika Elia sampai di Gunung Horeb, masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka berfirmanlah Tuhan kepadanya, "Hai Elia, keluarlah dan berdirilah di atas gunung itu di hadapan Tuhan!" Lalu Tuhan lewat. Angin besar dan kuat membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu mendahului Tuhan. Namun, Tuhan tidak berada dalam angin itu. Sesudah angin itu datanglah gempa. Namun, dalam gempa Tuhan pun tidak ada. Sesudah gempa menyusullah api. Namun, Tuhan juga tidak berada dalam api itu. Api itu disusul bunyi angin sepoi-sepoi basa. Mendengar itu, segeralah Elia menyelubungi wajahnya dengan jubah, lalu keluar dan berdiri di depan pintu gua itu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 815
Ref. Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan
Ayat. (Mzm 85:9ab-10.11-12.13-14; Ul: 9a)
1. Aku ingin mendengar apa yang hendak difirmankan Tuhan. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai? Sungguh, keselamatan dari Tuhan dekat pada orang-orang bertakwa, dan kemuliaan-Nya diam di negeri kita.
2. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan berpelukan. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilah akan merunduk dari langit.
3. Tuhan sendiri akan memberikan kesejahteraan, dan negeri kita akan memberikan hasil. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan damai akan menyusul di belakang-Nya.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (9:1-5)


"Aku rela terkutuk demi saudara-saudaraku."

Saudara-saudara, demi Kristus aku mengatakan kebenaran, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. Bahkan aku rela terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku menurut daging. Sebab mereka itu adalah orang Israel. Mereka telah diangkat menjadi anak Allah, telah menerima kemuliaan dan perjanjian-perjanjian, hukum Taurat, ibadat dan janji-janji. Mereka itu keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias sebagai manusia, yang mengatasi segala sesuatu. Dialah Allah yang harus dipuji selama-lamanya. Amin.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = a, 4/4, PS 962
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Mzm 130:5)
Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (14:22-33)

"Tuhan, suruhlah aku datang kepada-Mu dengan berjalan di atas air!"

Sesudah mengenyangkan orang banyak dengan roti, Yesus segera menyuruh murid-murid-Nya naik perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus mendaki bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. Perahu para murid sudah beberapa mil jauhnya dari pantai, dan diombang-ambingkan gelombang karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka dengan berjalan di atas air. Melihat Dia berjalan di atas air, para murid terkejud dan berseru, "Itu hantu!" Dan mereka berteriak-teriak ketakutan. Tetapi, Yesus segera menyapa mereka, kata-Nya "Tenanglah! Akulah ini, jangan takut!" Lalu Petrus berseru, "Tuhan, jika benar Tuhan sendiri, suruhlah aku datang kepada-Mu dengan berjalan di atas air." Kata Yesus, "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi, ketika dirasakannya tiupan angin kencang, Petrus menjadi takut dan mulai tenggelam lalu berteriak, "Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang Petrus, dan berkata, "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" Keduanya lalu naik ke perahu dan angin pun redalah. Dan mereka yang ada di perahu menyembah Dia, katanya, "Sungguh, Engkau Anak Allah!"

Demikianlah Injil Tuhan

U. Terpujilah Kristus.

Renungan


"TENANGLAH! INILAH AKU, JANGAN TAKUT!"


Rekan-rekan!


Injil Minggu Biasa XIX A ini (Mat 14:22-33) mengisahkan bagaimana para murid tidak segera mengenali Yesus yang mendatangi mereka dengan berjalan di atas air. Matius mengolah kembali kisah Yesus berjalan di atas air dalam Mrk 6:45-50 (bdk. Yoh 6:16-20) dan menambahkan cerita mengenai Petrus (ayat 28-31) yang didapatnya dari sumber-sumber mengenai tokoh itu. Khas Matius, pada akhir kisah (ayat 33), disebutkannya bahwa para murid mengakui Yesus sebagai Anak Allah. Markus menyampaikan pandangan yang berbeda; dalam Mrk 6:51a-52 dikatakan.orang-orang itu hanya tercengang tanpa mengenal siapa Yesus sesungguhnya "karena hati mereka tetap tidak peka."

YESUS MENDESAK PARA MURID

Setelah memberi makan 5000 orang, Yesus segera mendesak para murid agar menyeberangi danau. Ia sendiri naik ke sebuah bukit untuk berdoa. Kata "mendesak" memang keras, begitu juga dalam teks aslinya. Ada yang perlu dilakukan agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan. Apa itu? Menurut Injil Yohanes, orang banyak yang mengalami peristiwa roti itu kini mau mengangkatnya sebagai raja. Oleh karenanya Yesus menyingkir ke gunung seorang diri (Yoh 6:15). Dia menghindari mereka yang mau memaksakan ukuran-ukuran serta cita-cita mereka sendiri kepadanya. Kebesarannya yang sejati terletak dalam pengorbanan menebus kemanusiaan dengan penderitaan hingga mati di salib, dan khas menurut Yohanes, hingga "terlaksana" demikian (Yoh 19:30). Yesus menyingkir menyendiri, dan seperti dicatat Matius dan Markus, untuk berdoa. Ia mencari pengarahan dari Dia yang mengutusnya. Bagaimana dengan para murid? Boleh jadi mereka juga sudah mulai berpikir seperti orang banyak. Mereka juga tak dapat menerima mengapa Yesus yang sedemikian terhormat itu bakal ditolak dan dibunuh oleh orang-orang di Yerusalem. Para murid belum paham akan kemesiasan rohani Yesus. Mereka malah mengira ini saat tepat bagi Yesus untuk menjadi pemimpin masyarakat yang dinanti-nantikan! Bila kita perhitungkan keadaan itu, maka tak sulit mengerti mengapa Yesus mendesak mereka agar pergi ke seberang danau. Ia bermaksud menjauhkan mereka dari orang-orang yang memiliki anggapan yang kurang cocok mengenai dirinya. Mereka disendirikan agar nanti dapat melihat dirinya yang sebenarnya. Dan ia sendiri menyingkir ke keheningan doa.

PERAHU TEROMBANG-AMBING

Para murid berusaha mencapai seberang danau. Berjam-jam mereka berputar-putar karena menghadapi angin sakal dan gelombang. Apa yang dirasakan para murid? Mereka kan orang-orang yang cukup berpengalaman mengenai gelombang, mengenai arah angin, dst. Mereka tahu waktu-waktu itu kurang baik untuk berperahu ke seberang. Tak jelas bagi mereka mengapa Yesus menyingkiri massa yang baru saja dipuaskannya dengan makanan. Malah murid-murid juga disuruh menjauh dari orang-orang yang pasti bakal menjadi pengikutnya. Dan mengapa mereka mesti menuju ke arah yang sulit dicapai dalam keadaan ini. Bagaimanapun juga mereka menurut dan berkayuh semalam penuh sampai dini hari. Dan ketika berada di tengah danau, gelombang dan angin semakin mengombang-ambingkan perahu mereka.

Para murid merasa terancam. Runyamnya, kini guru mereka tidak ada bersama mereka. Tidak seperti ketika Yesus tidur di perahu (Mat 8:23-27 Mrk 4:45-41 Luk 8:22-25). Mereka dapat membangunkannya dan ia meredakan angin ribut. Kali ini mereka tidak disertai dia yang berkuasa atas angin dan danau! Mereka mulai dikuasai waswas. Peristiwa ini kerap diterapkan pada kehidupan umat yang terombang-ambing di tengah arus-arus yang membuat bahtera yang sedang membawa mereka - gereja - berputar-putar tanpa arah. Kekacauan menjadi-jadi dan terasa lebih kuat daripada tuntunan ilahi sendiri.

Ketika Yesus mendekat, para murid tidak segera mengenalinya. Malah ia dikira jejadian. Cara Matius berkisah menarik. Dipakainya kutipan langsung, "Itu hantu!" (Mat 14:26). Bandingkan dengan sumbernya dalam Mrk 6:49 yang memakai cara bercerita biasa. Yoh 6:19 malah hanya menyebut mereka ketakutan begitu saja. Peristiwa ini disampaikan Matius dengan cara dramatik diselingi rasa humor tapi juga simpati. Pembaca dapat merasa diikutsertakan sambil tetap memandangi kejadian-kejadian dengan tenang. Kita boleh tersenyum dan berkomentar dalam hati, kok bodo amat ya para murid itu! Teriak-teriak kayak anak kecil merasa melihat hantu! Namun seperti halnya humor yang berhasil dapat menjadi cermin bagi pembaca, juga kisah ini dapat menghadapkan kita pada pengalaman yang mirip-mirip yang sering tidak segera kita sadari.

YESUS BERJALAN DI ATAS AIR

Apa arti "berjalan di atas air"? Dipakai kata yang harfiahnya berarti "berjalan mondar mandir", seperti sedang berjalan-jalan santai di taman. Juga ada makna serta "berinteraksi" dengan keadaan dengan tenang dan enak. Dahulu para guru Yahudi sering diceritakan mengajarkan prinsip-prinsip etika kepada para murid mereka sambil "berjalan-jalan", sering tidak dalam arti mondar mandir melangkahkan kaki, melainkan menelusuri pelbagai gagasan, teori, serta pemikiran leluhur dan para cerdik pandai. Begitulah asal usul pengajaran yang biasa dikenal sebagai "halakha", yakni penjelasan yang dituruntemurunkan mengenai hukum dan agama. Diajarkan bagaimana menelusuri perkara-perkara kehidupan dengan santai tapi waspada, tidak tegang dan terpancang pada satu hal saja. Seorang ahli dapat dengan enak meniti arus-arus pemikiran tanpa terhanyut.

Murid-murid melihat ada sosok yang menguasai gerakan-gerakan gelombang. Yesus tidak menggilasnya. Juga pada kesempatan lain ketika menghardik angin dan danau (Mat 8:26 Mrk 4:39 Luk 8:24), ia cukup menyuruh mereka diam. Itulah tempat mereka yang sebenarnya di hadapan keilahian. Sekarang ia malah tidak memakai kata-kata. Ia leluasa berjalan di atas kekuatan-kekuatan itu. Kenyataan-kenyataan yang bisa mengacaukan tidak menggentarkannya. Malah mereka dijinakkan. Ini semua dilihat para murid. Namun mereka tidak sertamerta mengenali siapa dia itu yang bertindak demikian. Sosok ini datang dari Yang Ilahi atau dari yang jahat? Begitulah cara mereka membeda-bedakan. Tak banyak menolong. Yesus menenangkan dan menyuruh mereka melihat baik-baik bahwa dialah yang ada di situ. Tak perlu lagi risau akan kekuatan-kekuatan yang menakutkan yang sebenarnya semu dan justru akan benar-benar membahayakan bila dianggap sungguh. Yesus hendak mengajarkan kebijaksanaan yang dihayatinya sendiri. Di padang gurun ia berhasil melewati godaan Iblis dengan budi yang terang, bukan dengan balik menghantam. Pembaca yang jeli akan menghubungkan ketenangannya itu dengan tindakannya sebelum datang kepada murid-muridnya: ia pergi menyendiri dan berdoa, meluruskan serta membangun hubungan dengan keilahian dalam ketenangan. Itulah sumber kebijaksanaannya.

Ayub 9:8 menyebut Allah yang Mahakuasa "membentangkan langit", dan "berjalan melangkah di atas gelombang-gelombang laut", artinya menguasai kekuatan-kekuatan yang tak terperikan dahsyatnya. Tidak dengan meniadakannya, melainkan dengan mengendalikannya. Ia mengatur alam yang dahsyat itu dengan kebijaksanaaNya. Yesus menyelaraskan diri dengan Yang Mahakuasa yang demikian itu. Ia tetap mengarahkan diri kepada-Nya. Dan menurut Matius, nanti pada akhir kisah ini, para murid mengakuinya, "Sesungguhnya Engkau itu Anak Allah." Mereka mulai paham bahwa Yesus membawa keilahian dalam dirinya.

PERAN PETRUS


Mengapa Petrus mulai tenggelam? Seperti diceritakan, ketika merasakan tiupan angin, Petrus mulai tenggelam. Matius tidak mengatakan semuanya. Tapi tadi ia kan sudah menjelaskan bahwa Yesus berdoa sebelum mendatangi murid-muridnya dengan berjalan di atas air. Bagaimana dengan Petrus? Tokoh ini bertindak dengan spontanitas dan maksud baik belaka. Lihat apa yang terjadi! Tapi akhirnya ia berteriak minta tolong, "Tuhan, tolonglah aku!" Seruan ini diarahkan kepada Tuhan. Ini doa. Dan doanya didengarkan. Tapi siapa yang memegang tangan Petrus dan menahannya agar tidak tenggelam? Yesus. Di sini ada pengajaran yang amat dalam. Yesus yang dikenal sehari-hari dan diikuti itu menjadi jalan Yang Mahakuasa menolong dalam saat-saat kritis. Kejadian ini membuat orang-orang yang ada di perahu mulai menyadari apa yang sedang terjadi. Dalam ayat 33, ketika Yesus dan Petrus sudah naik ke perahu, orang-orang itu menyembah Dia - tentunya menyembah Yang Mahakuasa sendiri - dan mengenali kehadiranNya di dalam diri Yesus yang kini mereka akui sebagai Anak Allah. Markus berbeda. Ia mengatakan para murid hanya tercengang, tanpa memahami, karena hati mereka tidak peka (Mrk 6:51a-52). Tapi Markus tidak menyertakan episode Petrus seperti Matius. Kelihatan betapa besarnya peran Petrus yang dengan tindakan yang tampaknya konyol tadi malah membuat rekan-rekannya menyadari siapa sebenarnya guru yang mereka ikuti itu.

Yesus menyapa Petrus (ayat 31), "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang!" (ayat 31). Memang dalam kisah tadi kata-kata itu ditujukan kepada Petrus, tetapi isinya dimaksud bagi siapa saya. Juga bagi kita. Satu hal lagi. Walaupun harfiahnya berisi celaan, nada kata-kata itu penuh perhatian sebagaimana layaknya seorang guru kepada muridnya. Ada bombongan: jangan bimbang, jadilah besar dalam iman!

Salam hangat,
A. Gianto

Sabtu, 06 Agustus 2011 Pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya

Sabtu, 06 Agustus 2011
Pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya

Langit memberitakan keadilan-Nya dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya (Mzm 97:6)

Antifon Pembuka (Mat 17:5)

Roh Kudus nampak dalam awan yang bercahaya, dan terdengarlah suara Bapa, sabda-Nya, "Inilah Putera-Ku terkasih. Dia berkenan di hati-Ku, dengarkanlah Dia!"

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahamulia, di puncak gunung Engkau telah mewahyukan bahwa Yesus itu Putra-Mu terkasih, dan bahwa Ia lebih agung dari pada nabi-nabi yang terbesar. Ajarilah kami mendengarkan dan menghayati sabda-Nya, berilah kami pengertian atas misteri sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang hidup dan berkuasa
bersama Engkau dan Roh Kudus, Allah, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Nubuat Daniel (7:9-10.13-14)

"Pakaian-Nya putih seperti salju."

Aku, Daniel, melihat takhta-takhta dipasang, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya. Pakaian-Nya putih seperti salju, dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba. Takhta-Nya dari nyala api, roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar. Suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya. Beribu-ribu melayani Dia, beratus-ratus ribu berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-Kitab. Aku terus melihat dalam penglihatan itu, tampak dari langit bersama awan-gemawan seorang serupa Anak Manusia. Ia menghadap Dia Yang Lanjut Usianya itu, dan Ia dihantar ke hadapan-Nya. Kepada Dia yang serupa Anak Manusia itu diserahkan kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja. Maka segala bangsa, suku dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal adanya, dan kerajaan-Nya tidak akan binasa.

Mazmur Tanggapan do = g, 2/4, PS 836
Ref. Segala bangsa bertepuk tanganlah, berpekiklah untuk Allah raja semesta.
Ayat. (Mzm 97:1-2.5-6.9; R: lih. 1a.9a)
1. Tuhan adalah Raja. Biarlah bumi bersorak-sorai, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada di sekeliling-Nya, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.
2. Gunung-gunung luluh laksana lilin di hadapan Tuhan, di hadapan Tuhan semesta alam. Langit memberitakan keadilan-Nya dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
3. Sebab, ya Tuhan Engkaulah Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas segala dewata.

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Petrus (1:16-19)

"Suara itu kami dengar datang dari surga."

Saudara-saudara, kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitakan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika suara dari Yang Mahamulia datang kepada-Nya dan mengatakan, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Suara itu kami dengar datang dari surga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baik kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing, dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Mat 17:5c)
Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia!


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (17:1-9)

"Wajah-Nya bercahaya seperti matahari."

Sekali peristiwa Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka: Wajah-Nya bercahaya seperti matahari, dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka tampak kepada mereka, Musa dan Elia sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus, "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia." Sementara Petrus berkata begitu, tiba-tiba turunlah awan yang terang menaungi mereka, dan dari dalam awan itu terdengarlah suara yang berkata, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia!" Mendengar itu tersungkurlah murid-murid Yesus dan mereka sangat ketakutan. Lalu Yesus datang kepada mereka. Ia menyentuh mereka sambil berkata, "Berdirilah, jangan takut!" Dan ketika mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung, Yesus berpesan kepada mereka, "Jangan kamu ceritakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!



Renungan

Kawan-kawan yang baik!

Petang kemarin saya temukan secarik pesan ini, "Matt, terima kasih buat minggu lalu. Tolong ulas bacaan Matius 17:1-9 sekalian bicarakan mengapa boleh menerangi tapi jangan menyilaukan! Cheers - Gus." Memang pokok itu pernah kami perdebatkan.

Dalam Mat 17:1-9 itu saya ceritakan, selang enam hari setelah menjelaskan syarat-syarat mengikutinya, Yesus mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ ia berubah rupa. Tampak pula Musa dan Elia sedang berbicara dengannya. Petrus bergairah dan mau mendirikan tiga kemah bagi ketiga tokoh itu. Saat itu juga datang awan yang bercahaya datang menaungi ketiga tokoh itu dan terdengar suara menyatakan bahwa Yesus itu anak terkasih yang mendapat perkenan dari-Nya dan hendaklah ia didengarkan. Ketiga murid itu telungkup gentar. Tetapi Yesus menyentuh mereka dan menyuruh mereka berdiri tak usah takut. Semuanya pulih kembali seperti biasa. Dan mereka hanya melihat Yesus seorang diri. Dalam perjalanan turun Yesus melarang mereka menceritakan penglihatan tadi kepada siapa pun sebelum kebangkitan terjadi.

Sebenarnya saya hanya mengolah kembali catatan Mark (Mrk 9:2-8) sambil mengeditnya di sana sini bagi pembaca saya. Hal ini juga dilakukan Luc. Tahun lalu Gus sudah membicarakan Luk 9:28-36 dan menjelaskan bahwa Luc bermaksud menonjolkan siapakah Yesus yang sudah jadi buah bibir orang banyak itu. Di situ Luc lebih banyak menambah teks Mark daripada saya. Menurut Gus, peristiwa itu bahkan ditampilkan Luc sebagai dasar kisah perjalanan Yesus ke Yerusalem. Memang dalam versi Luc, kedua tokoh besar Musa dan Elia disebutkan sedang berbicara dengan Yesus mengenai "tujuan perjalanan"-nya, yakni ke Yerusalem. Luc dan Gus sudah kerap mengupas perkara itu. Saya sendiri lebih bermaksud menyoroti para murid dan diri kami sendiri.

Mata batin orang yang semakin mengenal Yesus tentu menangkap yang tak kasat mata. Lama saya kaji perkara ini. Sering saya berkonsultasi dengan beberapa pakar spiritualitas karena saya ingin mengerti pertumbuhan hidup rohani. Oleh karena itu saya anggap penting mengambil alih keterangan Mark "enam hari kemudian" pada awal kisahnya. Catatan ini merangkaikan peristiwa di gunung itu dengan yang dikisahkan sebelumnya, yakni pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikutinya (Mat 16:21-28). Mengenai peristiwa itu Luc bilang "kira-kira delapan hari sesudah [Yesus] menyampaikan semua pengajaran itu" (Luk 9:28). Jangan bingung dengan perbedaan dua hari ini. Mark dan saya menunjuk pada tenggang waktunya, sedangkan Luc menghitung juga awal dan akhirnya. Contohnya, jarak waktu antara dua hari Minggu bisa dikatakan sepekan - enam hari - bila dihitung mulai dari Senin sampai Sabtu. Tapi kalau hari-hari Minggu-nya ikut dihitung, ya kedapatan delapan hari.

Penampakan kemuliaan Yesus terjadi sesudah selang waktu yang cukup bagi ketiga murid tadi untuk memikirkan dua hal ini, yaitu (i) pemberitahuan sengsara, kematian dan kebangkitan Yesus (Mat 16:21) dan (ii) kata-kata Yesus mengenai pengorbanan di dalam mengikutinya (Mat 16:24-28, yakni menyangkal diri, memikul salib, berani berkorban demi dia, dst.). Tentu para murid selama itu bertanya-tanya dalam hati, sepadankah pengorbanan dalam mengikuti guru yang toh sudah tahu bakal menderita dan meninggal seperti diungkapkan sendiri itu? Dan apa untungnya lebih besar daripada ruginya? Memang kami memakai perhitungan dalam urusan seperti ini, bukan nekad-nekadan saja. Dalam hal ini saya tidak akan begitu saja mengiakan gagasan bahwa iman itu bagaikan "melompat ke dalam kegelapan". Memang ungkapan itu menunjuk pada komitmen orang yang beriman, namun iman tidak mulai di situ. Iman tidak mulai sebagai bonek - bocah nekad. Kepasrahan iman itu buah, bukan titik tolak. Iman tumbuh dari kesadaran mengenai siapa dia yang patut menerima komitmen yang makin besar dan demi maksud apa. Coba simak bacaan mengenai Abraham yang kalian dengar hari ini juga (Kej 12:1-4a). Perintah Tuhan untuk pindah dari negerinya itu masuk akal bagi Abraham: ia akan menjadi bapak bangsa besar dan menjadi jalan berkat bagi semua orang. Begitulah, komitmen mengikuti Yesus juga butuh dipertanggungjawabkan. Peristiwa penampakan kemuliaan Yesus di gunung itu menolong mereka.

Murid-murid melihat wajah Yesus berubah menjadi "bercahaya sebagai matahari". Ungkapan ini sengaja saya tambahkan guna memperjelas rumusan Mark yang hanya menyebut bahwa Yesus "berubah rupa" (Mrk 9:2). Mark memang suka membiarkan pembacanya membayangkan sendiri. Bercahaya seperti matahari berarti tidak bisa ditatap begitu saja, menyilaukan. Di kaki gunung Sinai dulu umat Perjanjian Lama melihat kulit wajah Musa bercahaya dan karenanya takut mendekat. Waktu itu Musa, yang baru saja berbicara dengan Tuhan, turun membawa loh perintah Tuhan (Kel 34:29dst.). Persentuhan dengan sabda Tuhan membuat wajah Musa bercahaya. Kali ini Yesus tampil sebagai Musa yang baru, yang membawakan sabda Tuhan di dalam dirinya, di dalam kehidupannya.

Ingin saya lanjutkan dengan hal yang tak saya tuliskan tapi bisa kalian pikirkan lebih lanjut. Yesus yang kalian ikuti itu amat dekat dengan keilahian sendiri sehingga menjadi berpendar-pendar menyilaukan. Kalian boleh jadi belum pernah mengalaminya. Dan syukur demikian. Tak usah terpaku pada hal-hal spektakuler seperti itu. Hidup yang dengan apa adanya kalian usahakan sebagai jalan mengikuti Yesus itu akan cukup membuat kalian makin melihat wajahnya yang sesungguhnya tanpa merasa silau. Dengan demikian cara hidup kalian juga tidak akan menyilaukan orang sekitar kalian. Menerangi memang jatidiri kalian - ingat Mat 5:13-16 - tapi tak usah bikin silau! Tetapi kalian boleh pegang dalam hati bahwa yang kalian ikuti itu memang "menyilaukan", tetapi jangan kalian pantulkan dia begitu saja. Justru tugas yang luhur bagi murid ialah membawakan yang ilahi dalam ujud yang amat manusiawi dan sehari-hari. Ini kerohanian yang dulu saya usahakan bertumbuh di dalam komunitas saya yang hidup di masyarakat yang memiliki keyakinan hidup berbeda-beda. Nilai kemanusiaan-lah yang bisa kami pakai sebagai dasar saling mengerti. Bagaimana dengan keadaan kalian?

Yesus sendiri sebetulnya juga begitu. Ia tidak setiap saat memantulkan cahaya keilahian. Kita tak akan tahan. Ia menghadirkan keilahian dengan cara yang bisa dimengerti, dengan melayani kebutuhan orang-orang yang datang kepadanya, mencerahkan budi mereka, menyembukan, dengan bersimpati dengan orang lemah yang menanggung beban hidup. Ia yang sebetulnya menyilaukan itu bisa didekati tanpa membuat orang langsung merasa terancam. Dan dia itulah yang kalian ikuti. Kalian boleh memperkenalkan dia dengan cara seperti dia sendiri membawakan keilahian. Dan tak usah takut karena Yang Ilahi sendiri akan bertindak. Dia sendiri sudah berfirman agar orang mendengarkan Yesus ("Dengarkanlah dia!"), karena ia amat dekat dengan-Nya ("anak-Ku yang terkasih") dan diberi kuasa bertindak atas namanya ("kepadanya Aku berkenan").

Gus tentu akan mengingatkan kalian bahwa ungkapan "kepadanya Aku berkenan" dalam ayat 5 itu tidak ada pada sumber saya, yakni teks Mark. Oleh karena itu Luc juga tidak menyebutnya. Rumusan itu saya tambahkan agar pembaca tertolong melihat kesamaan dengan peristiwa pembaptisan dan turunnya Roh ke atas diri Yesus. Di situ ungkapan tadi ada dan kami teruskan apa adanya (Mat 3:17; Mrk 1:11; Luk 3:22). Tapi saya juga yakin benar bahwa para murid juga menangkap hubungan antara kedua peristiwa itu. Dan kalian akan banyak belajar tentang siapa Yesus itu bila melihat kedua peristiwa itu bersama-sama. Kuncinya ada pada Roh! Roh-lah yang membuat Yesus dapat bertindak atas nama Yang Ilahi. Kalian ingat, di padang gurun Roh itu tetap mendampinginya. Dan kemudian ia mengirim Roh yang sama itu kepada semua muridnya, termasuk kita-kita ini.

Ketika berjalan turun, ketiga murid itu dipesan Yesus agar tidak bercerita kepada siapapun sebelum kebangkitan terjadi. Pesan seperti ini maksudnya agar murid sempat memperoleh pengalaman batin mengenai kebangkitan, mengenai keilahian Yesus yang mengatasi kematian itu. Bila pengalaman batin ini belum ada maka cerita mereka yang hebat-hebat nanti mudah gembos tanpa arti. Tapi bukan maksud saya mengatakan kalian musti punya pengalaman batin dulu sebelum berbicara mengenai kebesaran Yesus. Ini tidak diharapkan dari kalian. Bagi generasi saya saja keadaannya sudah lain. Kami kan hidup sesudah Yesus bangkit dan kebangkitan itu justru dasar kehidupan rohani kami. Begitu juga bagi kalian. Maka kita sepatutnya berterima kasih kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes yang menyimpan pengalaman hebat itu dalam hati ....bagi kita semua!

Teriring salam,

Matt


terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy