| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 12 September 2011 Hari Biasa Pekan XXIV

Senin, 12 September 2011
Hari Biasa Pekan XXIV

Jika aku adalah anak-Mu, ya Tuhanku, itu adalah karena Engkau memberiku Bunda yang sedemikian (St. Agustinus)

Antifon Pembuka (Mzm 28:8)

Tuhan adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya.

Doa Pagi

Allah Bapa yang Mahabaik, aku bersyukur kepada-Mu atas anugerah iman yang Engkau tanamkan dalam diriku. Bantulah aku dengan kuasa Roh Kudus agar sepanjang hari ini aku mampu membuka hatiku dan selalu menyadari kehadiran-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan Juruselamatku. Amin.

Rasul Paulus mengajak untuk menjadi seorang warga Negara yang layak dicontoh dan seorang Kristen yang hidupnya berkenan di hati Tuhan. Berdoa bagi pemerintah dan para penguasa (pemimpin) adalah contoh nyata. Apakah mereka juga menjadi ingatan hati kita ketika kita mendoakan syukur dan permohonan? Banyaknya masalah yang sulit diatasi oleh pemerintah adalah tanda bahwa pemerintah perlu sering didoakan.


Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius (2:1-8)

"Kita harus berdoa untuk semua orang karena Allah ingin semua orang diselamatkan."

Saudara terkasih, pertama-tama aku menasihatkan, agar dipanjatkan doa-doa dan permohonan serta ucapan syukur kepada Allah bagi semua orang, bagi pemerintah dan penguasa, agar kita dapat hidup aman dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan berkenan di hati Tuhan, penyelamat kita. Ia menghendaki agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Allah itu esa, dan esa pula Dia yang menjadi pengantara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus. Ia telah menyerahkan diri sebagai tebusan bagi semua orang, suatu kesaksian pada waktu yang tepat. Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pewarta dan rasul. Yang kukatakan ini benar, dan aku tidak berdusta. Aku ditetapkan sebagai pengajar bangsa-bangsa dalam iman dan kebenaran. Oleh karena itu aku ingin agar di mana pun kaum lelaki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa kemarahan dan perselisihan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Terpujilah Tuhan, sebab Ia telah mendengarkan doa permohonanku.
Ayat. (Mzm 28:2.7.8-9)
1. Dengarkanlah suara permohonanku, apabila aku berteriak kepada-Mu minta tolong, dan mengangkat tanganku kearah tempat-Mu yang mahakudus.
2. Tuhan adalah kekuatan dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong, sebab itu beria-rialah hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya.
3. Tuhan adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya! Selamatkanlah kiranya umat-Mu dan berkatilah milik-Mu sendiri, gembalakanlah mereka dan dukunglah mereka untuk selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 3:16)
Begitu besar kasih Allah kepada dunia, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Seorang perwira dikisahkan sebagai seorang pemurah hati yang mencari kemurahan kepada Yesus. Teman-temannya yang Yahudi memberi alasan pendukung bahwa ia telah bermurah hati terhadap terhadap bangsa mereka. Tetapi, Yesus menyembuhkan hamba si perwira itu pertama-tama bukan karena kemurahan hatinya tetapi karena kerendahan hati dan imannya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (7:1-10)

"Di Israel pun iman sebesar itu belum pernah Kujumpai."

Pada suatu ketika, setelah mengakhiri pengajaran-Nya kepada orang banyak, masuklah Yesus ke Kapernaum. Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba yang amat ia hargai. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. Ketika mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta agar Ia datang dan menyembuhkan hambanya. Mereka datang kepada Yesus, dan dengan sangat mohon pertolongan-Nya, katanya, “Sudah selayaknya Engkau menolong dia, sebab ia mengasihi bangsa kita, dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami.” Maka pergilah Yesus bersama mereka. Ketika Yesus tidak jauh lagi dari rumahnya, perwira itu menyuruh beberapa sahabatnya mengatakan kepada Yesus, “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku merasa tidak layak menerima Tuan dalam rumahku. Sebab itu aku juga merasa tidak pantas datang sendiri mendapatkan Tuan. Tetapi katakanlah sepatah kata saja, maka hambaku akan sembuh. Sebab aku pun seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang, ‘Pergi!’ maka ia pergi; atau kepada yang lain, ‘Datanglah!’ maka ia datang; dan jika aku berkata kepada hambaku, ‘Kerjakanlah ini!’ maka ia pun mengerjakannya.” Mendengar itu, heranlah Yesus akan dia. Sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti-Nya, Ia berkata, “Aku berkata kepadamu: Di Israel pun iman sebesar itu belum pernah Kujumpai.” Setelah orang-orang suruhan itu kembali ke rumah, mereka mendapati hamba yang sakit itu sudah sehat kembali.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


“Tetapi katakanlah sepatah kata saja, maka hambaku akan sembuh”
. Kata-kata ini sederhana namun mendalam artinya. Itu mengungkapkan kebenaran iman akan Yesus dan keselamatan yang dibawa-Nya. Kita mengulang kalimat yang sama sewaktu menyambut Tubuh Kristus dalam perayaan Ekaristi.

Doa Malam


Ya Yesus, menjadi pengikut-Mu tidaklah mudah. Namun, aku percaya bahwa Engkau senantiasa mendampingi aku dengan segala rahmat-Mu di setiap langkah hidupku terutama di saat aku merasa seorang diri dan tak berdaya. Sebab Engkau sendiri telah berjanji untuk menyertaiku sampai akhir zaman. Amin.

RUAH

Bacaan Harian 12-18 September 2011



Senin, 12 September : Hari Biasa Pekan XXIV (H).
1Tim 2:1-8; Mzm 28:2.7-9; Luk 7:1-10.
Iman perwira romawi tersebut membawa kesembuhan bagi hambanya. Yakinkah kita bahwa iman kita kepada Yesus juga dapat membawa kebaikan bagi orang lain? Mari dengan iman yang teguh, kita tak kunjung henti memohon kepada-Nya untuk orang-orang yang membutuhkan doa-doa kita.

Selasa, 13 September : Peringatan Wajib St. Yohanes Krisostomus, Uskup-Pujangga Gereja (P).
1Tim 3:1-13; Mzm 101:1-3ab.5.6; Luk 7:11-17.
Karena tergerak oleh belas kasihan, Yesus membangkitkan pemuda dari Nain. Kematian diubah-Nya menjadi kehidupan; kesedihan menjadi kebahagiaan; putus asa menjadi harapan; dan tangisan menjadi sukacita. Mari, datanglah pada Yesus dan serahkanlah pada-Nya.

Rabu, 14 September : Pesta Salib Suci (M).
Bil 21:4-9; atau Flp 2:6-11; Mzm 78:1-2.34-38; Yoh 3:13-17.
Kasih Allah sungguh luar biasa. Ia memberikan anak-Nya sendiri untuk manusia supaya manusia tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Kasih Allah itu terus tercurah sampai saat ini. Kasih itu nyata lewat keluarga yang senantiasa mengasihi kita, lewat sahabat yang selalu berada bersama kita. Kita pantas bersyukur dan membalas kasih Tuhan itu dengan juga menjadi perpanjangan tangan kasihnya bagi siapa pun yang berada di sekeliling kita.

Kamis, 15 September : Peringatan Wajib Sta. Perawan Maria Berdukacita (P).
1Kor 12:31 – 13:13 atau Ibr 5:7-9; Mzm 33:2-5.12.22; Luk 7:31-35 atau Yoh 19:25-27.
Hari ini kita merayakan peringatan Santa Perawan Berdukacita. Bunda Maria selalu menunjukkan ketaatannya kepada Allah sekalipun ia dirundung derita. Di sinilah kita menemukan peran besar Maria dalam rancangan karya penyelamatan Allah. Ia adalah model iman yang patut menjadi teladan.

Jumat, 16 September : Peringatan Wajib St. Kornelius, Paus dan St. Siprianus, Uskup-Martir (M).
1Tim 6:2c-12; Mzm 49:6-10.17-20; Luk 8:1-3.
Perempuan-perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat dan berbagai penyakit, melayani rombongan Yesus dengan kekayaan mereka. Apakah Yesus juga menyembuhkan kita? Apakah kita juga mau melayani Yesus dengan apa yang kita miliki?

Sabtu, 17 September : Hari Biasa Pekan XXIV (H).
1Tim 6:13-16; Mzm 100:2-5; Luk 8:4-15.
Yesus telah menaburkan sabda-Nya. Ia tentu berharap, sabda-Nya itu tinggal dalam hati yang baik, yang kemudian dapat berbuah, lalu menjadi benih baru bagi orang lain juga. Inilah tugas utama murid Yesus.

Minggu, 18 September : Hari Minggu Biasa XXV (H).
Yes 55:6-9; Mzm 145:2-3.8-9.17-18; Flp 1:20c-24.27a; Mat 20:1-16a.
Keadilan Tuhan bukanlah keadilan yang dapat dan boleh diukur melalui kriteria-kriteria manusiawi. Keadilan-Nya bersumber pada kemurahan hati-Nya. Maka, ketimbang mempertanyakan keadilan Tuhan, baiklah kita menyadari kemurahan hati-Nya yang telah dicurahkan melimpah dalam hidup kita. Dan hanya karena kemurahan hati-Nyalah, Ia mengizinkan kita mengalami berbagai persoalan.

Minggu, 11 September 2011 Hari Minggu Biasa XXIV

Minggu, 11 September 2011
Hari Minggu Biasa XXIV

Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? (Matius 18:33)

Antifon Pembuka (Sir 36:15)

Damai sejahtera, ya Tuhan, berikanlah kepada mereka yang berharap kepada-Mu, agar terbuktilah kebenaran para nabi. Dengarkanlah doa hamba-hamba dan umat-Mu.


Doa Renungan

Allah Bapa, pencipta dan penguasa segala sesuatu, pandanglah dengan rela kami putera dan puteri-Mu. Semoga kami dapat mengabdi Engkau dengan segenap hati, agar memperoleh sukacita berkat belas kasih-Mu.Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepan-jang masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Putra Sirakh (27:30-28:9)

"Ampunilah kesalahan sesama, niscaya dosa-dosamu akan dihapus juga, jika engkau berdoa."

Dendam kesumat dan amarah sangatlah mengerikan, dan orang berdosalah yang dikuasainya. Barangsiapa membalas dendam akan dibalas oleh Tuhan. Tuhan dengan saksama memperhitungkan segala dosanya. Ampunilah kesalahan sesama, niscaya dosa-dosamu akan dihapus juga, jika engkau berdoa. Bagaimana gerangan orang dapat memohon penyembuhan pada Tuhan, jika ia menyimpan amarah kepada sesama manusia? Bolehkah ia mohon ampun atas dosa-dosanya, kalau ia sendiri tidak menaruh belas kasihan terhadap seorang manusia yang sama dengannya? Dia hanya daging belaka, namun menaruh dendam kesumat; siapa gerangan akan mengampuni dosa-dosanya? Ingatlah akan akhir hidup, dan hentikanlah permusuhan. Ingatlah akan kebusukan serta maut, dan hendaklah setia kepada segala perintah. Ingatlah akan perintah-perintah dan jangan mendendami sesama manusia. Hendaklah kamu ingat akan perjanjian dari Yang Mahatinggi, lalu ampunilah kesalahan sesama. Jauhilah perikaian, maka engkau mengurangkan jumlah dosa, sebab orang yang panas hati mengobar-ngobarkan pertikaian. Orang yang berdosa mengganggu orang-orang yang bersahabat, dan melontarkan permusuhan di antara orang-orang yang hidup dengan damai.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 823
Ref. Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim.
Ayat. (Mzm 103:1-2.3-4.9-10.11-12; Ul: 8)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku. Pujilah Tuhan, hai jiwaku, janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya.
2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat.
3. Tidak terus-menerus Ia murka, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita, atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.
4. Setinggi langit dari bumi, demikianlah besarnya kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takwa kepada-Nya! Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (14:7-9)

"Entah hidup entah mati, kita tetap milik Tuhan."

Saudara-saudara, tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri. Sebab jika kita hidup, kita hidup bagi Tuhan, dan jika kita mati, kita mati bagi Tuhan. Jadi entah hidup entah mati, kita tetap milik Tuhan. Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan baik atas orang-orang mati maupun atas orang-orang hidup.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.


Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 13:34, 2/4)
Perintah baru Kuberikan kepadamu: Hendaklah kamu saling mencintai seperti Aku cinta padamu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (18:21-35)


"Ampunilah saudaramu, bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali."

Sekali peristiwa Petrus datang kepada Yesus dan berkata, "Tuhan, sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya, "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Ketika ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunasi hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isteri dan segala miliknya untuk membayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah Dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain, yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskan segala hutang itu. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih, lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Maka raja itu menyuruh memanggil hamba pertama tadi dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat! Seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonnya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkan dia kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Demikianlah Bapa-Ku yang di surga akan berbuat terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

Rekan-rekan!
Injil Minggu Biasa XXIV tahun A (Mat 18:21-35) kembali berbicara mengenai pengampunan. Kali ini Petrus bertanya sampai berapa kalikah pengampunan bisa diberikan. Pada dasarnya jawaban Yesus hendak mengatakan, tak usah menghitung-hitung, lakukan terus saja. Kemudian ia menceritakan perumpamaan untuk menjelaskan mengapa sikap pengampun perlu ditumbuhkan (ay. 23-35). Pembaca setapak demi setapak dituntun agar menyadari mengapa sikap mengampuni dengan ikhlas itu wajar. Tapi juga yang wajar inilah yang akan membuat Kerajaan Surga semakin nyata.

SAMPAI TUJUH PULUH KALI TUJUH KALI


GUS: Matt, apa sih maksud "7 kali" dan "70 kali 7 kali" dalam pembicaraan antara Petrus dan Yesus?

MATT: Itu gaya berungkap orang Yahudi dulu. Ingat Kej 4:24? Membunuh nyawa Kain akan mendatangkan balasan "tujuh kali lipat", tetapi kejahatan terhadap nyawa Lamekh, keturunan Kain, bakal dibalas bahkan sampai tujuh puluh tujuh kali lipat.

GUS: Kain kan bersalah membunuh Habel, adiknya, karena dengki.

MATT: Benar. Tetapi ia kan ditandai Allah agar nyawanya tidak diganggu-gugat. Yang membunuhnya untuk membalas dendam akan kena hukuman balas sampai tujuh kali lipat (Kej 4:15), maksudnya sampai penuh. Lamekh juga membunuh orang yang melukainya (Kej 4:23), katakan saja untuk membela diri, bukan karena dengki seperti Kain. Dan siapa membalas dendam dengan mengakhiri nyawa Lamekh akan terkena hukuman yang tak terperi besarnya - tujuh puluh tujuh kali lipat - tanpa batas.

GUS: Jadi orang Perjanjian Lama mulai sadar bahwa kebiasaan balas dendam tidak boleh dilanjut-lanjutkan, dan bila dilakukan malah akan memperburuk keadaan.

MATT: Persis. Kembali ke pertanyaan Petrus. Kata-katanya menggemakan upaya membatasi sikap balas dendam tadi. Bila seorang saudara menyalahi untuk pertama kalinya, ditolerir saja dah, begitu juga untuk kedua kalinya, dan seterusnya sampai ketujuh kalinya. Tapi sesudah tujuh kali dianggap kelewat batas dan tak perlu diampuni lagi! Amat longgar, walau masih tetap ada batasnya. Tetapi Yesus hendak mengatakan semua itu tak cukup. Orang mesti berani mengampuni sampai "tujuh puluh kali tujuh kali", artinya, tak berbatas. Malah tak usah memikirkan sampai mana. Sikap pengampun jadi sikap hidup.

GUS: Kalau begitu, pengampunan tak berbatas itu kutub lain dari gagasan yang mendasari ancaman balasan hukuman yang tak berbatas seperti dalam seruan Lamekh tadi.

MATT: Tapi sebenarnya pusat perhatian Injil lebih dalam daripada mengampuni tanpa batas tok. Kan sudah diandaikan para murid punya sikap itu.

GUS: Lho lalu apa?

MATT: Begini, sikap pengampun memungkinkan Kerajaan Surga menjadi nyata di muka bumi ini. Itu tujuan Mat 18:23-35.

GUS: Dalam Sabda Bahagia antara lain disebutkan, orang yang berbelaskasihan itu orang bahagia, karena mereka sendiri akan memperoleh belas kasihan (Mat 5:7). Katanya begitulah cara hidup di dalam Kerajaan Surga. Bolehkah disebutkan, di muka bumi Kerajaan ini baru terasa betul nyata bila ada sikap belas kasihan satu sama lain?

MATT: Benar. Kerajaan Surga memang sudah datang, tapi baru bertumbuh dan betul-betul bisa disebut membahagiakan bila yang mempercayainya juga ikut mengusahakannya. Yesus memahami sikap pengampun bukan sebagai kelonggaran hati atau kebaikan semata-mata, melainkan sebagai upaya ikut memungkinkan agar Kerajaan Surga menjadi kenyataan, bukan angan-angan belaka.

GUS: Doa Bapa Kami (Mat 6:9-13) berawal dengan seruan pujian bagi nama Allah Yang Mahakuasa sebagai Bapa dan diteruskan dengan permohonan agar Kerajaan-Nya datang dan kehendak-Nya terlaksana dan permintaan agar diberi kekuatan cukup untuk hidup dari hari ke hari.

MATT: Dan baru setelah itu, dalam Mat 6:12, disampaikan permohonan agar kesalahan "kami" diampuni "seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami". Jelas kan? Ukuran bagi dikabulkan tidaknya permintaan ampun tadi ialah kesediaan mengampuni saudara yang kita rasa menyalahi kita.

GUS: Rasa-rasanya Yesus hendak menggugah kesadaran bahwa pengampunan hanya mungkin bila disertai kesediaan seperti terungkap dalam doa Bapa Kami tadi.

MAKNA PERUMPAMAAN

Petikan hari ini juga memuat sebuah perumpamaan (ay. 23-35). Pada bagian pertama (ay. 23-27) digambarkan kebesaran raja yang pengampun terhadap hambanya yang tak dapat membayar hutangnya yang amat besar - 10.000 talenta. Dalam keadaan biasa hamba itu mesti dijual untuk menebus hutangnya, begitu juga anak dan istrinya serta seluruh harta miliknya. Tetapi ia meminta kelonggaran. Ia mohon agar raja bersabar. Dan sang raja tergerak hatinya dan malah menghapus hutang yang besar itu. Raja itu sanggup merugi karena mau sungguh-sungguh menunjukkan belas kasih terhadap hamba yang kesempitan itu.

Siapakah raja itu? Mungkin kita cepat-cepat menganggapnya ibarat bagi Allah yang berbelas kasih. Tapi pemahaman ini tidak amat jitu. Matius sendiri memberi isyarat bahwa bukan itulah maksudnya. Pada awal perumpamaan itu, disebutkan Kerajaan Surga itu seumpama "seorang raja" (ay. 23). Dalam teks Matius dipakai ungkapan "anthropos basileus", harfiahnya, "manusia yang berkedudukan sebagai raja" dan juga "raja yang tetap manusiawi". Memang boleh dimengerti bahwa ungkapan itu mencerminkan gaya bahasa Semit dan "manusia" di situ berarti "seorang", tak penting siapa. Bagaimanapun juga, hendak ditonjolkan bahwa tokoh ybs. itu orang, manusia seperti orang lain, sesama yang saudara, walau beda kedudukannya.

Gagasan di atas bisa diterapkan kepada siapa saja yang mempunyai kuasa atas orang lain. Jadi yang hendak ditampilkan ialah kebesaran orang yang berkedudukan. Makin tinggi kedudukannya makin patutlah ia menunjukkan kemurahan hati terhadap yang dibawahinya. Kan pada dasarnya sama-sama manusia. Makin beruntung makin boleh diharapkan sanggup merugi, sanggup kehilangan sebagian miliknya, sebesar apapun, agar membuat orang bisa ikut merasakan keberuntungan. Ini keluhurannya. Berapa yang dilepaskannya? Amat besar. Satu talenta nilainya antara 6.000 hingga 10.000 dinar. Dan satu dinar ialah upah buruh harian sehari. Maka sepuluh ribu talenta itu jumlah yang amat besar. Makin beruntung orang makin diharapkan dapat menyelami keadaan orang yang sedang bernasib malang. Cara berpikir demikian ditonjolkan. Mengapa? Kiranya memang ada kesadaran bahwa setinggi apapun, sekaya apapun, orang tetap sesama bagi orang lain. Tapi juga semalang apapun, seterpuruk apapun keadaan sosialnya, orang tetap bisa mengharapkan bantuan dari saudara yang lebih beruntung. Inilah yang bakal membuat Kerajaan Surga menjadi kenyataan di dunia ini juga. Ini spiritualitas Matius, ini ajaran rohani Injilnya.

Ringkasnya, bagian pertama perumpamaan itu dimaksud untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Surga dibangun atas dasar kesediaan mereka yang berkelebihan untuk berbagi dengan yang kurang beruntung. Dimensi horisontal Kerajaan Surga digarisbawahi dengan jelas.

Pada bagian kedua muncul gambaran yang berkontras. Hamba yang dihapus hutangnya itu tidak mau meneruskan berbelaskasihan yang dialaminya kepada rekannya yang berhutang kepadanya seratus dinar saja. Jadi hanya seperseratus dari hutangnya sendiri. Permintaan rekannya tak digubris. Bisa dicatat, tindakan bersujud dan permintaan kelonggaran rekan ini (ay. 29) sama dengan yang diucapkannya sendiri di hadapan raja majikannya tadi (ay. 26). Tetapi ia tetap tidak mau berbagi keberuntungan. Rekannya dijebloskannya ke penjara. Ada ironi. Tadi atasan bersikap longgar. Kini rekan sekerja kok malah berlaku kejam!

Dalam ay. 31 ada hal yang menarik. Rekan-rekan sekerja lain yang menyaksikan perlakuan kejam tadi menjadi sedih dan melaporkan kejadian itu kepada raja sang majikan hamba yang hutangnya dihapus tadi. Para rekan ini bukan hanya sekadar tambahan cerita. Mereka berperan sebagai suara hati yang masih peka akan keadilan, peka akan kewajiban moral. Dan kepekaan ini menjadi keberanian bersuara mengungkapkan ketidakberesan. Tapi hamba yang kejam tak mau melihat semua ini. Ia tak mau bertindak seperti tuannya. Akhirnya ia sendiri tersiksa sampai ia melunasi hutangnya yang amat besar itu. Apa kesalahannya? Ia menolak menjadi saudara bagi rekan sekerjanya. Dan lebih dari itu, ia juga menolak menjadi saudara bagi tuannya sendiri.

ARAH KE DALAM DAN KE LUAR

Perumpamaan itu berakhir dengan perkataan berikut (ay. 35): "Demikianlah juga yang akan diperbuat oleh Bapaku yang ada di surga terhadap kamu bila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." Terasa gema permintaan ampun dalam Bapa Kami dan Sabda Bahagia. Keikhlasan mengampuni kiranya menjadi tolok ukur integritas murid-murid Yesus. Dan juga menjadi cara hidup para pengikutnya.

Petrus bertanya tentang mengampuni "saudara" - dan tidak dipakai kata "sesama". Begitu pula perkataan Yesus di atas. Seperti disinggung minggu lalu, "saudara" memang juga sesama, tapi lebih bersangkutan dengan upaya membangun umat dari dalam daripada menggarap kehidupan di masyarakat luas. Tidak semua hal digariskan Injil walau semangatnya bisa berlaku umum. Tetapi diamnya Injil itu menjadi ajakan agar umat mencari jalan bersama dengan unsur-unsur lain di masyarakat luas dalam upaya membuat kemanusiaan semakin pantas.

Salam,
A. Gianto

Minggu, 11 September 2011: Antara Kebersamaan, Dosa dan Pengampunan

Renungan

Pernahkah kita membayangkan, bagaimana Tembok Raksasa Cina dibangun oleh para Kaisar Cina? Pernahkah terpikir bagaimana menara Eiffel dibuat oleh Gustav Eiffel dan kapal raksasa Titanic yang dibiayai J.P. Morgan dibuat? Tidak usah jauh-jauh, pernahkah membayangkan candi-candi besar di Indonesia dibangun oleh leluhur kita? Sungguh itu semua merupakan prestasi besar yang pernah ditorehkan mereka dalam peradaban manusia. Namun dibalik prestasi besar itu, satu hal yang selalu menyertai, yaitu: kebersamaan. Tanpa kebersamaan, tidak ada candi Borobudur, tidak ada Tembok Raksasa di Cina dan karya-karya besar lainnya. Mereka bukan hanya meninggalkan menara Eiffel, Tembok Cina, Borobudur, tapi juga meninggalkan nilai dan makna sebuah kebersamaan dalam hidup bersama. Komponen pembentuk kebersamaan pastilah; saling bekerja sama, menghargai, saling percaya, kasih, pengorbanan, tidak mementingkan diri sendiri, tolong menolong, dll. Itulah isi seluruh kerangka bangunan yang namanya “kebersamaan”.

Romo Driyarkara SJ dalam bukunya yang berjudul “Pancasila dan Religi” halaman 12 menuliskan: “menurut srukturnya, ada kita itu baru ada bersama. Bahwa ada berarti ada bersama. Manusia tidak hanya meng-Aku tapi juga meng-Kita. Aku selalu memuat engkau. Hanya dengan dan dalam engkaulah, aku menjadi aku”. Kutipan ini semakin mempertegas bahwa secara eksistensial manusia mesti membangun kebersamaan dalam hidup dan jati diri semakin tampak dalam kebersamaan. Singkat kata, kebersamaan dalam hidup adalah sesuatu yang sangat fundamental.

Sejarah telah membuktikan bahwa kebersamaan pernah membuahkan prestasi yang luar biasa dalam peradaban manusia, Namun, pernahkah peradaban manusia hancur karena kebersamaan mulai pudar? Apakah yang bisa menghancurkan kebersamaan?
Dalam Kitab Putera Sirakh menengarai bahwa penghancur kebersamaan adalah dosa. “Dendam kesumat dan amarah sangatlah mengerikan, dan orang berdosalah yang dikuasainya” (Sir. 27:30). karena “Orang berdosa mengganggu orang-orang bersahabat, dan melontarkan permusuhan di antara orang-orang yang hidup damai” (28:9). Kutipan singkat ini membantu kita untuk melihat bahwa kebersamaan itu bisa pudar. Kebersamaan bisa hancur oleh amarah, dendam kesumat, permusuhan dan pertikaian. Dalam diri orang berdosalah komponen penghancur kebersamaan itu mencengkeramkan kuasanya. Sepanjang sejarah membuktikannya; perang saudara, perang suku, pertikaian antar kampung, antar perlajar antar kelompok etnis dan agama, menghancurkan keharmonisan hidup bersama. Dalam lingkup yang paling kecil, keluarga misalnya, pertengkaran, kebencian, amarah juga tak terhindarkan yang membuat kebersamaan dalam keluarga hancur.

Rasa kebersamaan yang hancur bisa dibangun, persaudaraan hidup bersama bisa dipulihkan bila ada pengampunan. Pengampunanlah yang menjadikan kehidupan bersama terus berlangsung dan membuahkan sukacita. Kembali Kitab Putera Sirakh menyampaikan, “ampunilah kesalahan sesama, niscaya dosamu juga akan dihapus juga jika engkau berdoa. Bagaimana gerangan orang dapat memohon penyembuhan pada Tuhan, jika menyimpan amarah kepada sesama manusia? Bolehkah ia mohon ampun atas dosa-dosanya, kalau ia sendiri tidak menaruh belaskasihan terhadap seorang manusia yang sama dengannya?” (Sir. 28:2-4). Bahkan Yesus kembali menegaskan pentingnya pengampunan dalam hidup bersama. Ketika Petrus bertanya: “Tuhan, sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali? Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali”. (Mat. 18:21-22). Jawaban Yesus menandaskan bahwa pengampunan harus sering kita berikan. Pengampunan itu tidak bersyarat. Pengampunan itu menyembuhkan.

Pengampunan yang demikian dasarnya adalah Allah sendiri, yang sudah mengampuni dan menyembuhkan kita. Kasih dan kesabaran Allah juga menjadi pendorong bagi kita betapa pentingnya tidak menghukum dan menghakimi kesalahan orang lain. Selain itu, kita harus mengampuni sesama, karena kita sadar bahwa kita adalah pengada yang ada bersama. St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma mengatakan: “tidak ada seorangpun diantara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. Sebab jika kita hidup, kita hidup bagi Tuhan, dan jika kita mati, kita mati bagi Tuhan.jadi entah hidup, entah mati, kita tetap milik Tuhan”(Rm. 14:7-8). Itulah makna hidup kita. Hidup kita milik Tuhan dan bukan milik kita sendiri. Jika hidup kita adalah milik Tuhan, dan Tuhan sebagai pemilik kehidupan bermurah hati memberi pengampunan, apa lagi yang mesti dibuat oleh kita yang adalah milik-Nya…mengampuni..mengampuni dan mengampuni.


Berkat Tuhan



Pastor Antonius Purwono, SCJ

Sabtu, 10 September 2011 Hari Biasa Pekan XXIII

Sabtu, 10 September 2011
Hari Biasa Pekan XXIII

LANDASAN HIDUP UMAT BERIMAN


Kata Yesus : ”Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya." (Luk 6:49)

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahamurah, bukalah hati kami, agar dapat menangkap sabda-Mu, sehingga karena dikuatkan oleh Roh-mu kami mampu melaksanakan tugas cinta kasih dengan nyata. Jadikanlah kami pelaksana-pelaksana sabda-Mu berkat semangat persaudaraan dan pertobatan. Maka akan terwujudlah kiranya kerajaan-mu di tengah-tengah kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.


Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius (1:15-17)


"Kristus datang di dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa."

Saudaraku terkasih, perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal. Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Diberkatilah nama Tuhan untuk selama-lamanya.
Ayat. (Mzm. 113:1b-2.3-4.5.6.7)
1. Pujilah, hai hamba-hamba Tuhan, pujilah nama Tuhan! Kiranya nama Tuhan dimasyhurkan, sekarang dan selama-lamanya.
2. Dari terbitnya matahari sampai pada terbenamnya terpujilah nama Tuhan. Tuhan tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit.
3. Siapakah seperti Tuhan, Allah kita, yang diam di tempat tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi? Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 14:23)
Barangsiapa mengasihi Aku, ia akan menaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami datang kepadanya


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:43-49)

"Mengapa kalian berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan!' padahal kalian tidak melakukan apa yang Kukatakan?"

Yesus menyampaikan wejangan ini kepada murid-murid-Nya, "Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya--Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan--, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus

Yesus menggambarkan hidup manusia dengan sebuah rumah atau gedung. Orang yang ahli dalam membangun rumah atau gedung tahu persis bagaimana cara membangun rumah yang baik dan kuat. Rumah yang kuat dan kokoh tentu harus memiliki fondasi atau landasan yang kuat. Selain landasan yang kuat juga pemilihan bahan-bahan bangunan yang bai dan bermutu. Sebab pemilihan bahan-bahan bangunan yang baik dan bermutu akan menentukan daya tahan sebuah rumah. Jika landasan suatu rumah kuat dan kokoh maka rumah tersebut tidak mudah roboh. Sebaliknya jika suatu rumah tidak memiliki landasan yang kuat dan kokoh maka rumah tersebut akan cepat rubuh. Dalam peristiwa gempa bumi atau tsunami seperti yang terjadi di Indonesia atau di Jepang, hanya sedikit rumah yang tetap kokoh dan tidak runtuh. Ketika gempa bumi dan tsunami datang maka rumah yang landasannya tidak kuat akan mudah runtuh dan rusak.

Saudara-saudari terkasih,

Hidup manusia ibarat sebuah rumah. Yesus bersabda: "Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya -- Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan --, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya." Jadi rumah yang didirikan di atas dasar batu ialah manusia yang setia dan melakukan perintah Tuhan. Tuhan menyertai mereka. Sedangkan rumah yang didirikan di atas dasar pasir adalah orang yang tidak setia dan tidak melakukan perintah Tuhan.

Saudara-saudari terkasih,

Banyak contoh dalam kehidupan kita tentang orang yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Seperti yang dialami oleh keluarga pak Andy. Pak Andy berasal dari sebuah daerah lalu pindah ke sebuah kota untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Setelah tiba dan hidup di kota, pak Andy bersama istri dan seorang anaknya menyewa sebuah rumah kecil. Maklum mereka tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli rumah. Mereka hanya bisa mengotrak rumah kecil yang dibayar per bulan. Sebab uang gaji bulanan pak Andy sangat kecil. Untuk keperluan sehari-hari mereka harus rela hidup sederhana dan makan serta minum apa adanya. Namun pak Andy pantang menyerah. Dia bekerja keras dari hari ke hari agar istri dan anaknya bisa hidup bahagia. Apalagi pak Andy melihat banyak teman-temanya yang sudah memiliki mobil dan rumah yang mewah. Pak Andy pun berharap dan berdoa agar dia juga bisa memiliki rumah sendiri dan mobil pribadi. Lama-kelamaan gaji pak Andy naik. Singkat cerita, pak Andy menjadi orang kaya.

Saudara-saudari terkasih,

Pak Andy bangga dan senang karena dalam waktu singkat dia bisa menjadi kaya. Istri dan anaknya hidup bahagia. Apa saja yang mereka butuhkan bisa dibeli. Berbeda dengan nasib pak Budi yang juga satu kampung dengan pak Andy. Pak Budi tetap hidup sederhana. Padahal pak Budi sudah bekerja keras bertahun-tahun. Tetapi gajinya naik sedikit sekali. Sampai suatu hari pak Budi berkunjung ke rumah pak Andy untuk belajar bagaimana menjadi orang sukses. Namun pak Budi kecewa sebab pak Andy tidak mau membagikan rahasia kesuksesannya. Beberapa hari kemudian pak Budi kaget saat membaca koran. Di koran yang pak Budi baca terdapat gambar dan berita dengan judul : "Pak Andy di Tangkap Polisi". Pak Budi setelah membaca berita itu, pak Budi baru tahu bahwa selama ini pak Andy memperoleh harta dengan cara memeras dan menipu orang lain. Melihat apa yang dialami temannya, Pak Budi pada akhirnya sadar bahwa hidup manusia harus dilandasi oleh hal-hal baik dan benar.

REFLEKSI:


Apakah aku sudah membangun hidupku atas dasar hal-hal yang baik atau atas dasar hal-hal yang tidak baik?

MARILAH KITA BERDOA:


Tuhan Yesus Kristus, Engkau menghendaki agar kami membangun hidup di atas dasar batu dengan cara melakukan hal-hal yang baik dan benar. Jauhkan kami dari kecenderungan membangun hidup di atas dasar pasir dengan cara hidup yang tidak jujur, korupsi, menipu dan serakah. Doa ini kami persembahkan dalam nama Yesus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

LUMEN NO : 6975
Renungan Lumen 2000

Jumat, 09 September 2011 Hari Biasa Pekan XXIII (Lumen)

Jumat, 09 September 2011
Hari Biasa Pekan XXIII

1 Tim 1:1-2,1214
Luk 8:1-3


SADAR AKAN DOSA


Kata Yesus : ”Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? (Luk 6:42a )


Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

Saudara- saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus

Yesus tidak menyukai orang-orang yang dengan mudah melihat kesalahan dan dosa oran lain. Sementara mereka tidak mampu melihat kesalahan dan dosa mereka sendiri. Karena itu dalam Injil hari ini, Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: "Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya. Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Di sini kita melihat bagaimana Tuhan Yesus menegur orang Israel yang lebih suka melihat dosa orang lain tetapi dosa mereka sendiri tidak diperhatikan.

Saudara-saudari terkasih,

Dalam kutipan bacaan Injil di atas, Yesus menggunakan kata balok dan selumbar. Balok adalah potongan kayu yang bisa terlihat dengan jelas. Sedangkan selumbar adalah suatu benda kecil yang bisa masuk ke dalam mata manusia. Jika selumbar itu masuk ke dalam mati kita, tentu kita tidak bisa mengeluarkannya sendiri. Kita membutuhkan orang lain untuk dapat mengeluarkannnya. Sebab kita sendiri tidak dapat melihat selumbar itu. Sementara orang lain dapat melihat dengan jelas posisi selumbar tersebut. Kedua kata ini dipakai oleh Yesus untuk menggambarkan sifat manusia. Manusia sangat mudah melihat dosa orang lain meskipun dosa orang itu cuma sekecil selumbar. Sebaliknya manusia sangat sulit untuk melihat dosanya sendiri walaupun dosa itu sebesar balok. Dan inilah kenyataan hidup yang sering kita alami. Kita dengan mudah menghakimi atau mengadili orang lain karena kesalahan dan dosa yang telah mereka perbuat.

Saudara-saudari terkasih,

Hampir setiap hari kita melihat dan mendengar berita tentang orang-orang yang berbuat kesalahan atau dosa. Ada orang yang melakukan korupsi, ada yang melakukan penipuan, ada yang membunuh dan perbuatan lain yang dianggap dosa. Tidak jarang kita sebagai umat Kristen dan Katolik ikut-ikutan menghujat dan merendahkan mereka yang telah berbuat salah dan dosa. Tentu menjadi kewajiban bagi kita para pengikut Yesus untuk memberantas kejahatan dan melawan dosa seperti yang kita ucapkan dalam janji baptis. Namun sebaiknya kita terlebih dahulu berkaca. Apakah hidup kita sudah pantas dan layak sebagai orang Kristen? Jangan-jangan kita mau memberantas korupsi malahan kita ikut korupsi. Kita mau mengajak orang untuk bertobat malahan kita yang membawa sesama ke dalam dosa. Inilah makna terdalam dari perkataan Yesus : "Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Saudara-saudari terkasih,

Salah satu pengaruh dosa yang paling berbahaya yaitu ketidakmampuan manusia untuk mengenal dan menyadari bahwa dirinya adalah orang berdosa. Dosa mampu membuat mata hati kita kabur dan tidak jernih sehingga sulit untuk membedakan yang benar dan salah. Orang-orang yang hidup rohaninya asal-asal dan hanya sekedar mengikuti aturan terkadang dengan gampang melihat dosa orang lain. Mereka berpikir bahwa mereka menjadi suci dan saleh karena sering ke Gereja dan berdoa. Mereka pun bisa menjadi sombong rohani. Orang yang sombong rohani merasa dirinya lebih baik dari sesama. Mereka suka mengkotbahi dan menggurui orang lain. Berbeda dengan orang yang hidup rohaninya mendalam. Orang yang hidup rohaninya mendalam justru akan semakain rendah hati. Mereka tidak mudah menghakimi dan menyalahkan orang lain. Dan orang yang hidup rohaninya mendalam tidak suka memamerkan diri apalagi sombong. Mereka sadar bahwa mereka tetap manusia biasa yang bisa berbuat dosa dan melakukan kesalahan.

REFLEKSI:

Apakah aku sadar bahwa aku orang yang berdosa ataukah aku lebih suka melihat dosa-dosa orang lain?

MARILAH KITA BERDOA:


Tuhan Yesus Kristus, kami sering dengan mudah melihat kesalahan dan dosa sesama kami. Sementara dosa dan kesalahan kami sendiri terkadang tidak mampu kami lihat. Kami mohon terangilah hati kami agar kami bisa melihat dosa dan kesalahan kami dan berusaha hidup baik sesuai kehendak-Mu. Doa ini kami persembahkan dalam nama-Mu, Tuhan dan pengantara kami. Amin.





LUMEN NO : 6974
Renungan Lumen 2000

Jumat, 09 September 2011 Hari Biasa Pekan XXIII

Jumat, 09 September 2011
Hari Biasa Pekan XXIII

Pelindung kita yang kudus, St Yosef, memiliki kuasa untuk menolong kita dalam segala macam kepentingan dan perkara. (St. Thomas Aquinas)


Antifon Pembuka (Mzm 16:7-8)

Aku memuji Tuhan yang selalu menasihati aku, bahkan waktu malam pun Ia berbicara dalam hatiku. Aku selalu ingat akan Tuhan. Aku tidak goyah karena Ia ada di sampingku.

Doa Renungan


Allah Bapa yang mahabaik, kami bersyukur pada-Mu atas anugerah yang Engkau berikan pada kami. Curahkanlah kuasa Roh Kudus atas kami, agar kami dapat mengerti Sabda yang ingin Engkau sampaikan kepada kami hari ini. Sebab kami selalu ingin hidup sesuai dengan kehendak-Mu. Amin.

Rasul Paulus bersyukur atas rahmat yang dianugerahkan kepadanya. Ia tidak malu untuk mengungkap dosa-dosanya di masa lampau (lih. 1Kor 15:9; Kis 8:3) karena pertobatan adalah panggilan Allah atasnya dan dari pertobatan itu ia diutus untuk melayani (lih. Gal 1:13-16; Ef 3:8)


Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius (1:1-2.12-14)


"Tadinya aku seorang penghujat, tetapi kini dikasihani Allah."

Dari Paulus, rasul Kristus Yesus atas perintah Allah, penyelamat kita, dan atas perintah Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, kepada Timotius, anakku yang sah dalam iman. Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau. Aku bersyukur kepada Kristus Yesus, Tuhan kita, yang menguatkan daku, karena ia menganggap aku setia, dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku. Padahal tadinya aku seorang penghujat dan seorang penganiaya yang ganas. Tetapi kini aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan, yaitu di luar iman. Malahan kasih karunia Tuhan kita itu telah dilimpahkan bersama dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PSS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 16:1.2a.5.7-8.11)
1. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada Tuhan, "Engkaulah Tuhanku, ya Tuhan, Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.
2. Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasehat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
3. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat yang abadi.

Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 17:7b.a)
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran.


Orang yang munafik dibutakan oleh dosanya sendiri, hanya senang menonjolkan kelemahan orang lain, seolah ia lebih suci dari orang lain. Sikap seperti itu tidak layak untuk ditiru. Sayang, banyak orang senang melakukannya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:39-42)


"Mungkinkah seorang buta membimbing orang buta?"

Pada suatu ketika Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya, "Mungkinkah seorang buta membimbing orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang? Seorang murid tidak melebihi gurunya, tetapi orang yang sudah tamat pelajarannya, akan menjadi sama dengan gurunya. Mengapa engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak kauketahui? Bagaimana mungkin engkau berkata kepada saudaramu, 'Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar dalam matamu', padahal balok dalam matamu tidak kaulihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Yesus menunjukkan suatu perbandingan yang tidak mungkin. Ia mendesak kita mengembangkan sikap mawas diri dan rendah hati dalam hidup. Dengan dua hal itu mengalirlah pengertian dan pengampunan tulus bagi sesama.
Bagaimana, apakah dua hal ini telah kita kembangkan?

Doa Malam


Tuhan Yesus, seringkali dengan mudah aku menyakiti orang lain. Aku cenderung melihat kejelekan karena perbuatan orang lain dan mudah menuduh serta mempersalahkannya. Bantulah aku untuk sadar akan keberadaanku yang juga lemah dan terbatas serta melihat sesamaku dengan ukuran cara pandang-Mu. Ampunilah aku ya Tuhan Yesus. Amin.


RUAH

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy