| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Pertemuan BKSN Minggu IV: "Perumpamaan Tentang Pengampunan" (Mat 18:21-35)

PERTEMUAN KEEMPAT

"Perumpamaan Tentang Pengampunan" (Mat 18:21-35)

Lagu Pembuka

Puji Syukur No. 600 - O RAHMAT YANG MENGAGUMKAN
1. O Rahmat yang mengagumkan, penolong hidupku: 'Ku t'lah sesat, didapatkan, 'ku buta pun sembuh.
2. Rahmat membuatku takwa, membuatku lega. Besar nian rahmat Tuhan di awal imanku.
3. Lembah kelam penuh jerat membelenggu jiwa. Karunia-Mu membebaskan, mengantarku pulang.
4. Kudapat janji yang teguh, kuharap sabda-Nya. Dan Tuhanlah perisaiku tetap selamanya.


Tanda Salib dan Salam

P : Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus

U : Amin

P : Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cintakasih Allah dan persekutuan Roh Kudus selalu beserta kita.

U : Sekarang dan selama-Iamanya.

Pengantar

MENGAMPUNI, adalah suatu kata yang mudah diucapkan namun sangat sulit dilakukan. Pada pertemuan sub tema keempat ini kita semua diajak oleh Yesus mengenai hal pengampunan yang sesungguhnya dan bagaimana serta berapa kali mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Para rabi Yahudi pada waktu itu mengajarkan batas wajib mengampuni adalah tiga kali dan Petrus di dalam Injil melebihkan jumlah tersebut menjadi sampai tujuh kali. Namun, Yesus menanggapinya dengan perintah yang mengejutkan : "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali" (Mat.18:22). Artinya, pengampunan yang kita berikan kepada sesama tidak ada batasnya, karena Allah adalah Maha Pengampun, Dia selalu mengampuni orang yang berdosa dan bersalah kepadaNya meskipun" dosa dan kesalahan manusia tersebut sebesar apapun dan berulang-ulang kali.

Pernyataan Tobat

P : Marilah kita mohon ampun agar mempunyai kerendahan hati untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita sehingga kita layak mengikuti peristiwa penyelamatan ini.

P : Tuhan Yesus Kristus, Engkau selalu bersedia mengampuni, betapa berat pun dosa kami, asal kami mau bertobat. Tuhan, kasihanilah kami.

U : Tuhan, kasihanilah kami.

P : Tuhan Yesus Kristus, Engkau tidak menghendaki hukum balas dendam, melainkan agar kami saling mengampuni tujuh puluh kali tujuh. Kristus, kasihanilah kami.

U : Kristus, kasihanilah kami.

P : Tuhan Yesus Kristus, Engkau telah memberi teladan pengampunan ketika di salib. Tuhan kasihanilah kami.

U : Tuhan Kasihanilah kami.

Doa Pembuka

Allah yang Maharahim dan Maha pengampun, kami dating dengan keinginan diampuni atas kesalahan dan dosa kami kepadaMu, namun seringkali kami masih tidak mau mengampuni kesalahan orang lain. Oleh karena itu pada pertemuan ini kami mau belajar dari Yesus, Putra-Mu tentang mengampuni, maka kami mohon kekuatan dan kerahiman-Mu agar kami mampu mengampuni kesalahan orang lain yang bersalah kepada kami dan tidak mengingatnya lagi, sehingga kami layak dan pantas disebut sebagai murid Putra-Mu dan dapat bertumbuh didalam-Nya. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.

Lagu Pengantar Bacaan

Puji Syukur No 366 - FIRMAN ALLAH YANG TERSURAT

1. Firman Allah yang tersurat, dalam Kitab mulia disampaikan pada umat agar hidup imannya. Pujian bagi-Mu, Tuhan atas firman-Mu. Pujian bagi-Mu, Tuhan, atas firman-Mu.
2. Firman-Mu tertabur luas, dikenal manusia, namun acap tak berbuah, tak terawat dan lenyap. Sirami, ya Allah, hati kami, umat-Mu. Sirami, ya Allah, hati kami umat-Mu.
3. Firman Allah, kebenaran, menyinari yang gelap, bila tidak diamalkan, sia-sia jadinya. Bantulah umat-Mu, menghayati firman-Mu. Bantulah umat-Mu, menghayati firman-Mu.

Membaca Sabda Tuhan : Matius 18: 21 - 35

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (18:21-35)

"Ampunilah saudaramu, bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali."

Sekali peristiwa Petrus datang kepada Yesus dan berkata, "Tuhan, sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya, "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Ketika ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunasi hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isteri dan segala miliknya untuk membayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah Dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain, yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskan segala hutang itu. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih, lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Maka raja itu menyuruh memanggil hamba pertama tadi dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat! Seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonnya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkan dia kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Demikianlah Bapa-Ku yang di surga akan berbuat terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.


Percikan Permenungan

* Dalam era modern sekarang ini, dimana teknologi dan arus informasi sangat mudah didapat orang sangat mudah merasa dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Hal ini salah satu alasan yang terbesar mengapa orang cenderung untuk tidak mau mengampuni kesalahan orang lain.
* Inti dari perumpamaan ini adalah para murid diminta untuk mengampuni karena Bapa telah lebih dahulu mengampuni dosa-dosa kita dengan pengampunan yang tiada batasnya.
* Adalah Petrus yang mempertanyakan kepada Yesus tentang berapa kali seorang harus mengampuni sesame yang bersalah padanya (Ay.21) dan jawaban Yesus pada ayat 22 sungguh mengejutkan, karena pengampunan harus diberikan tujuh puluh kali tujuh kali, yang artinya tidak terbatas, sarna seperti pengampunan Allah Bapa kepada kita, apapun kesalahan dan dosa yang telah kita lakukan.
* Pengampunan harus dimulai dari ketulusan hati yang didasari oleh pengampunan dari Bapa yang telah kita terima lebih dahulu.

Pertanyaan Pendalaman Kitab Suci

1. Apa maksud Yesus dengan mengampuni sampai "Tujuh puluh kali tujuh kali" ?
2. Apa kesulitan terbesar untuk tindakan mengampuni ?

Doa Umat

P : Saudara-saudari-ku terkasih, marilah kita menyatukan hati dan memanjatkan permohonanpermohonan kepada Allah, Bapa yang Maha Pengampun:

P : Ya Bapa, Putra-Mu, Yesus Kristus telah mengajarkan tentang pengampunan kepada kami, namun seringkali kami keras hati untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kami, mampukanlah kami untuk berusaha dengan kekuatan Roh Kudus untuk berjuang mengampuni dengan tulus hati. Kami mohon, ..........

U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

P : Ya Bapa, kami seringkali bertindak seperti hamba yang tidak tahu berterima kasih tersebut, mampukanlah kami untuk terus memahami dan belajar dari PuteraMu untuk megampuni tanpa batas dan pamrih. Kami mohon, ..........

U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

P : Ya Bapa,kami seringkali tidak tahu berterima kasih dengan segala pengampunan dan kerahimanMu, berilah kami kekuatan agar kami mampu wewujudkan semangat pengampunan dalam relasi antar anggota keluarga, masyarakat dan gereja. Kami mohon, ..........

U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

P : Ya Bapa Pengasih, berilah kami semangat mengampuni seperti yang diajarkan Putera-Mu, Yesus Kristus sehingga kami layak disebut sebagai murid-Nya, dan sebagai bekal kami menjalankan kehidupan di dunia ini. Kami mohon, ..........

U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

Doa Spontan

(Bagi umat yang ingin berdoa spontan, dipersilahkan .... )

P : Ya Bapa, Engkaulah Sumber Pengampunan, oleh karena itu kami satukan doa-doa kami dengan doa yang diajarkan oleh Putera-Mu, Yesus Kristus :

Bapa kami ........... . (dapat dinyanyikan atau didoakan)

Membangun Niat dan Tindakan Nyata

* Maukah aku mengampuni pasangan hidupku ? Orangtuaku? Anak-anakku?
* Beranikah aku meminta maaf lebih dahulu?

Doa Penutup

Allah Bapa yang maha kuasa, semoga dengan pertemuan ini kami bisa semakin memahami tentang semangat pengampunan yang datang dariMu, sehingga dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan gereja, kami dapat mewartakan Engkau sebagai Sumber Pengampunan, karena Engkau telah lebih dahulu mengampuni kami orang yang berdosa ini karena Putera-Mu Yesus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persekutuan dengan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa.

Berkat dan Pengutusan

P : Tuhan beserta kita

U : Sekarang dan selama-Iamanya

P : Semoga kita sekalian, keluarga dan orang-orang yang kita cintai, mampu mengampuni dengan berkat Allah yang Mahakuasa, Dalam Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.

U : Amin.

P : Ibadat pertemuan ini sudah selesai.

U : Syukur kepada Allah

P : Marilah kita pergi untuk diutus mengampuni tanpa batas.

U : Amin.

Lagu Penutup
Puji Syukur No 697 BIMBINGLAH AKU TUHANKU
Ulangan: Bimbinglah aku, Tuhanku, dalam langkah hidupku. Jadikanlah aku utusan-Mu dan pewarta sabda-Mu.
Ayat.
1. Pimpinlah selalu langkah hidupku agar 'ku setia menjadi murid-Mu.
2. Arahkan segala karsa, karyaku untuk mewujudkan dunia baru-Mu.

Bacaan Harian 19-25 September 2011


Bacaan Harian 19-25 September 2011

Senin, 19 September : Hari Biasa Pekan XXV (H).
Ezr 1:1-6; Mzm 126:1-6; Luk 8:16-18.
Kalau kita sudah menerima kebaikan dari Tuhan, tetapi menikmatinya untuk diri sendiri saja, itu ibarat pelita yang bisa menyinari namun diletakkan di bawah tempat tidur. Yesus mengajak kita untuk berbagi kebaikan, supaya kegelapan di sekitar kita bisa pula menjadi terang. Itulah tugas sebagai murid Yesus.

Selasa, 20 September: Peringatan Wajib St. Andreas Kim Taegon, Imam dan Paulus Chong Hasang dkk. Martir Korea (M).
Ezr 6:7-8.12b.14-20; Mzm 122:1-5; Luk 8:19-21.
Bagi Yesus, ibu dan saudara-saudara-Nya adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa. Jadi, ikatan kesatuan dan persaudaraan terhadap Yesus ditentukan oleh kedekatan dengan Allah dan melaksanakan kehendak Allah. Orang-orang seperti itulah yang ia taruh di kedalaman hati-Nya. Jadi, kalau kita sungguh hidup di dalam Firman, yakinlah bahwa kita ada di kedalaman hati Yesus sendiri; dan bersiaplah untuk menerima kemurahan belas-kasih-Nya.

Rabu, 21 September : Pesta St. Matius, Rasul-Penginjil (M).
Ef 4:1-7.11-13; Mzm 19:2-5; Mat 9:9-13.
Yesus memanggil Matius si pemungut cukai untuk menjadi murid-Nya; dan Matius pun segera berdiri dan mengikuti Dia. Saat Yesus makan di rumah Matius bersama para pemungut cukai dan orang berdosa, orang-orang Farisi menggerutu mengapa Yesus makan bersama para pemungut cukai dan orang berdosa. Dan Yesus pun menjawab: “Bukan orang sehat memerlukan tabib, tetapi orang sakit.” Jelaslah, Yesus justru mencari orang-orang berdosa untuk menjadi murid-Nya. Yang diperlukan adalah kesiapan hati untuk berdiri dan sungguh-sungguh mengikuti Dia.

Kamis, 22 September : Hari Biasa Pekan XV (H).
Hag 1:1-8; Mzm 149:1-6a.9b; Luk 9:7-9.
Mendengar karya-karya Yesus, Herodes menjadi cemas. Orang yang hatinya dipenuhi maksud jahat, tentu akan selalu gusar melihat kebaikan di sekitarnya. Maka, setiap kebaikan yang kita taburkan selalu berdampak “menggoncangkan” maksud-maksud jahat. Teruslah menabur kebaikan, maka kejahatan akan dipatahkan!

Jumat, 23 September : Peringatan Wajib St. Padre Pio dari Pietrelcina, Imam (P).
Hag 2:1b-10; Mzm 43:1-4; Luk 9:19-22.
Yesus melarang murid-murid untuk memberitahukan kepada siapa pun bahwa Ia adalah Mesias. Yesus melarang, karena Mesias yang dimengerti oleh murid-murid adalah si pembawa kesejahteraan jasmani. Padahal Yesus datang untuk membawa Kerajaan Allah; dan untuk itu Dia siap menderita, disalib dan wafat. Siapkah mengikut Mesias seperti itu?

Sabtu, 24 September : Hari Biasa Pekan XXV (H).
Za 2:1-5.10-11a; MT Yer 31:10.11-12ab.13; Luk 9:43b-45.
Yesus mengalami sengsara dan penderitaan untuk menuju kemuliaan. Maka, jika kita mengalami derita dan sengsara karena menjalankan perintah Tuhan, hendaklah kita juga mampu melihat jalan untuk menuju hidup yang lebih mulia.

Minggu, 25 September : Hari Minggu Biasa XXVI (H).
Yeh 18:25-28; Mzm 25:4bc-9; Flp 2:1-11; (Flp 2:1-5); Mat 21:28-32.
Yesus menghendaki kesatuan antara kata dan perbuatan. Kita ditantang untuk tidak hanya berhenti pada ’kata-kata’, melainkan mewujudkannya dalam perbuatan nyata. Maka, benarlah, kalau kita sungguh beriman, iman itu harus nampak pada perbuatan kita.


KEMURAHAN HATI ALLAH : JASA – USAHA MANUSIA?



Renungan

Saudara-saudari yang dicintai Tuhan, Hidup ini berharga karena merupakan anugerah Allah yang mahaagung dan mengasihi kita. Kiranya hidup ini akan lebih berharga lagi kalau kita haturkan menjadi persembahan kita kepada Allah sebagai ungkapan kasih dan syukur kita kepada-Nya. Apa yang diwartakan oleh Kristus tentang Kerajaan Allah, entah dengan metafora atau dengan perumpamaan, semua berlaku juga untuk hidup kita. Tidak keliru kalau dikatakan: hidup kita ini ibarat harta terpendam, atau seperti suatu pesta perjamuan. Tragedi hidup tidak disebabkan oleh derita, atau kegagalan, atau musibah apa pun, melainkan oleh kebutaan atau ketidak mampuan melihat nilai yang pantas untuk disyukuri. Pada hari Minggu biasa XXV ini, kita diajak untuk melihat Allah Bapa yang mencari kita untuk bekerja di ladangNya (Matius 20:1-16a).

Tuhan Yesus datang ke dunia untuk mewartakan Kabar Gembira kepada semua manusia, termasuk para pemungut cukai dan orang berdosa. Tuhan Yesus berjanji kepada para murid, yang sekarang dianggap yang terakhir, akan menjadi yang pertama menerima upah, “Ketika hari sudah malam, tuan itu berkata kepada mandornya : panggillah pekerja-pekerja itu itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu” (ayat 8). Dalam perumpamaan ini sang majikan adalah Allah.

“Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya” (ayat 1). Majikan yang baik menyewa parapekerja pada waktu fajar dengan upah sedinar sehari dan mengirim ke kebun anggurnya. Para pekerja lain, dalam ayat 3-5, disewa pada waktu yang berbeda-beda (pagi, siang, sore, dan petang) tetapi tentang upah dari pekerjaan itu tidak dirinci dengan detail, “Apa yang pantas akan kuberikan kepadamu.”Para pekerja sudah selesai bekerja. Mereka menunggu untuk mendapatkan upah. “Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul 5 sore dan mereka menerima masing-masing 1 dinar. Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun masing-masing menerima 1 dinar juga” (ayat 9-10). Menanggapi keluhan dari mereka yang telah bekerja seharian penuh, si majikan menjawab bahwa ia telah membayarkan upah sesuai dengan kesepakatan. Mereka tidak mempunyai hak untuk mengeluh jika ia mau BERMURAH HATI kepada yang lain.

Keadilan dan kemurahan hati Allah sendiri dipergunakan untuk menjelaskan mengapa Tuhan Yesus mewartakan Kerajaan Allah, baik kepada mereka yang sudah saleh maupun domba-domba yang sesat di Israel. Jika mereka menerima pewartaan-Nya, kedua kelompok ini akan menerima anugerah yang sama dalam Kerajaan Allah.

“HIDUP INI ADALAH ANUGERAH ALLAH, BUKAN HASIL USAHA
DAN KERJA MANUSIA”


Salam dan berkat

Pastor L. Setyo Antoro SCJ

KEADILAN, KETAATAN DAN KEMURAHAN ( Mat. 20:1-16a )


Renungan

Dalam suatu tes rekrutmen untuk menguji para calon SATPAM di sebuah sekolahan pernah ada pertanyaan demikian. “untuk apa bapak ikut tes menjadi satpam di sini” ada beberapa jawaban. Yang pertama menjawab: “untuk menyambung hidup”, yang kedua menjawab: “untuk mendapatkan gaji” dan yang ke tiga menjawab “untuk ikut menciptakan kenyamanan belajar anak-anak dan ketenangan bagi para pengajar”.
Pertanyaan kedua:berapa gaji yang bapak harapkan perbulan? Yang pertama menjawab: “yang cukup untuk hidup keluarga saya”, yang kedua menyebutkan: “Rp 3.000.000,- dan yang ke tiga mengatakan: yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sini”. Akhirnya yayasan itu memilih orang yang ke tiga. Apa yang menjadi alasan mengapa orang yang ke tiga yang dipilih? Karena orang yang ke tiga punya visi dan misi yang jelas mendukung proses pendidikan, selain itu juga dia punya dedikasi yang jelas, punya komitmen untuk mengikuti perjanjian kerja yang jelas, dan punya keterlibatan yang besar untuk keselamatan dan kesejahteraan baik bagi anak-anak maupun bagi para guru, karyawan dan dunia pendidikan. Sementara yang pertama dan kedua lebih besar tuntutan dan harapan daripada keterlibatannya, mereka mengedepankan hak daripada kewajibannya. Sementara yang ketiga punya keseimbangan pandangan antara hak dan kewajiban dan realitas yang dihadapi oleh, baik yayasan maupun upah wajar minimum di suatu daerah atau UMR.

Dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus mau menampilkan Kerajaan Allah di Surga
. Di Surga Allah mengedepankan pertamaadalah keselamatan semua orang, sehingga mereka semua layak untuk mendapatkan sarana yang wajar untuk hidup setiap hari dengan ukuran sedinar sehari. Selain itu juga diperhatikan tentang keadilan. Menurut Yesus dan menurut pekerja yang menuntut gaji. Yesus menyatakan adil untuk memberi upah untuk hidup sehari sedinar, adil menurut perjanjian upah sedinar sehari kepada yang mensepakati tentang upah kerja.

Yesus mau menunjukkan Allah atau Kerajaan Allah yang berbelas kasih dan murah hati, melalui mereka yang tidak ada perjanjian te+ntang upah sehari, melainkan janji akan memberi upah yang layak untuk mereka yang bekerja hanya beberapa saat saja. Ukuran kelayakan adalah layak untuk dapat hidup sehari, bukan layak sesuai dengan lamanya jam kerja. Allah memberi lebih bermurah hati karena walau mereka bekerjanya cuma sebentar tetapi Allah tetap memberikan kesempatan untuk hidup sehari yang sama dengan tandanya upah yang sama satu dinar. Bahkan kepada yang bekerja hanya satu jam saja.

Dalam menilai setiap persoalan atau peristiwa, dalam pembagian untuk kebersamaan kita diajak tidak boleh hanya melihat dari satu sisi kehidupan atau sudut pandang saja. Semakin kita mampu melihat dari pelbagai sisi, kita tidak akan meninggalkan Allah dengan segala keadilan, kemurahan hati, kebijaksanaan dan keselamatan yang berasal dari Allah. Bahwa Kerajaan Allah sungguh mewartakan kabar gembira, karena segala situasi kita diperhatikan oleh Allah dan keselamatan kita sungguh menjadi tujuan utama karya Allah. Bahwa Kerajaan Allahdiperuntukkan bagi orang yang berkeadilan, orang yang murah hati, orang tak punya pekerjaan, orang yang tidak punya jaminan hidup, semua diundang melalui Tuhan Yesus kepada keselamatan. Siapa yang datang kepadanya semuanya akan mendapat anugerah kehidupan tersebut.

Selamat merenungkan
.


Pastor Antonius Sumardi, SCJ

Pertemuan BKSN Minggu III: "Perumpamaan Tentang Lalang Di antara Gandum" (Mat 13:24-30)

Subtema ke-3 BKS 2011 (Matius 13:24-30)

Begitu banyak rupa perumpamaan yang diceritakan Yesus dan ternyata perumpamaan “Tentang Lalang dan Gandum” ini sangat menarik.

Bagaimana orang dapat mempertahankan hidup baik dan bermanfaat di tengah carut marutnya kehidupan saat ini.Banyak sekali godaan yang butuh kepekaan untuk membedakan antara yang baik dan buruk.

Lalang


Lalang dalam bahasa Ibrani ; Zunim, berasal dari bahasa Yunani ; Zizanion adalah tumbuhan yang mengandung racun.Dapat tumbuh dengan cepat di mana saja, tanpa perlu perawatan.

Pada awal pertumbuhan sangat sulit membedakan antara lalang dan gandum tapi ketika sudah mulai bertumbuh besar barulah terlihat perbedaannya tapi sudah terlambat karena akar ke dua tanaman sudah saling terkait dan terjalin sehingga sangat sulit bagi petani untuk mencabutnya tanpa merusak tanaman di sekelilingnya. Karena itulah orang Yunani dahulu menamakan lalang sebagai “gandum haram”

Lalang diibaratkan sebagai orang-orang yang hidupnya tak lebih hanya sebagai pembawa “petaka” bagi orang-orang di sekitarnya.

Gandum


Bibit gandum yang ditanam dan dipelihara dengan baik adalah orang yang selalu menerapkan dan memelihara kehidupan yang baik sehingga berdampak positif bagi orang lain.Namun tak semudah itu menjadi gandum yang bermanfaat karena benih lalang ditaburkan oleh musuh ketika penjaga tidur.

Pengaruh dari kuasa jahat senantiasa membayangi kehidupan orang baik yang hidupnya taat pada Allah.Tumbuh bersama dan saling berlomba untuk saling mempengaruhi. Siapa yang menang ?

Senantiasa waspada terhadap pengaruh negatif dengan segala tipu muslihatnya karena pengaruh negatifnya tidak serta merta terlihat seperti halnya biji gandum dan lalang pada waktu masih berupa benih.

Pengaruh buruk tidak hanya berasal langsung dari manusia lain tapi dari perkembangan zaman yang tumbuh bersama dengan kehidupan.

“Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut” (Yak 1.14-15)

Keinginan memenuhi gaya hidup yang tak sesuai kemampuan dan keperluan, akhirnya dapat masuk ke dalam dosa yang diam-diam menghalalkan segala cara, guna menjaga penampilan untuk selalu diakui seperti yang dikatakan Mario Teguh ;

Ribuan orang jatuh miskin setiap tahun
karena upayanya untuk menghindari kelihatan miskin.

Jangan izinkan orang lain menentukan
apa yang bisa membuat Anda merasa yakin,
selain kesungguhan untuk mencapai
titik ledak keberhasilan pribadi Anda.

Lebih baik tampil seadanya dengan ikhlas,
daripada berhutang dan berbicara tinggi
supaya tidak kelihatan kekurangan.

Bekerja dengan ikhlas
dan jujur dalam kemiskinan
adalah awal dari perjalanan sejati
menuju kekayaan hati dan raga.

Orang yang terjebak dengan perilakunya sendiri akan sama terkejutnya dengan para penggarap (hamba-hamba) ketika menemukan lalang diantara bulir-bulir gandum di ladang tempat mereka mencari nafkah.

Pertemuan BKSN Minggu II: Perumpamaan Tentang "Anak Yang Hilang" (Lukas 15:11-32)

Subtema ke 2 – BKS 2011

(Lukas 15 : 11 – 32)


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (15:11-32)

Sekali peristiwa Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Kritikan dari orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang mempermasalahkan kedekatan Yesus dengan para pendosa ditanggapi oleh Yesus dalam 3 perumpamaan-Nya, yakni : domba yang hilang , dirham yang hilang dan anak yang hilang.

Namun kisah anak yang hilang memiliki keunikan dibandingkan kedua perumpamaan lain dimana proses hilang karena jatuh dalam dosa dan kembalinya si pendosa mendapatkan penolakan.

Kenangan masa kecil yang tidak dapat saya lupakan ketika saya dan teman-teman setiap malam di musim kemarau berkumpul dan tiduran beralaskan tikar dan selimut di suatu halaman yang luas, dan dengan antusias mendengarkan cerita dari ibu-ibu yang bergiliran bercerita tentang wayang : Rama dan Sinta, Perang Baratayuda, ketoprak, dunia binatang dan masih banyak lagi.

Pada setiap akhir cerita, si pencerita selalu menekankan bahwa kejahatan pasti kalah dari kebaikan.Sayang sekali kebiasaan yang baik tersebut sudah jarang atau tidak ditemukan lagi pada zaman globalisasi sekarang ini. Para ibu sibuk bekerja membantu perekonomian keluarga atau menonton sinetron yang entah sampai episode berapa berakhirnya atau kesibukan lainnya. Sementara si anak asyik dengan dunianya sendiri ; duduk manis di depan komputer ber-facebook, chatting, mendengarkan musik?

Dalam perumpamaan tentang anak yang hilang ini, Yesus hendak memperlihatkan kepada kita para murid dan sahabat-Nya tentang drama kehidupan dalam hubungan dengan sesama.

Anak bungsu :

Dunia luar ternyata sungguh sangat menarik, menawarkan banyak kemewahan dan kenikmatan yang memabukkan siapa saja. Untuk memenuhi/menanggapi tawaran tersebut si bungsu menjadi BERANI meminta “hak” yang belum menjadi haknya dan meninggalkan “rumah” yang telah memberikan kesejukan, keamanan dan kedamaian baginya.Padahal segala yang menarik itu ternyata penuh kepalsuan dan bersifat sementara. Ada uang maka ada persahabatan sebaliknya tak ada uang entah ke mana perginya persahabatan, si bungsupun ditinggal sendiri.

Dalam kesendiriannya terjadilah konflik batin yang luar biasa : marah karena menyadari kebodohannya, kecewa karena tidak mendengarkan “nasehat” sebelum ia pergi meninggalkan rumah, malu karena menyadari kegagalannya. Konflik batin sudah mencapai titik puncaknya dimana ia sendiri tak sanggup lagi menanggung, oleh karenanya ia bersikap pasrah.

Kepasrahan memaksanya untuk mengakui segala kebodohannya dan menyadarkan bahwa rumah ayahnya adalah yang terbaik untuknya .Berbekal dengan pengalaman pahit itu ia bangkit, berdiri dan berlari kembali ke “rumah”. Sekalipun ia menyadari bahwa ia sudah tidak mempunyai hak atas “rumah” itu namun ia masih berharap untuk diterima sebagai pelayan ayahnya.Tetapi apa yang dia terima ?

Sang ayah :

Sang ayah sudah banyak makan asam garam, sangat mengetahui bagaimana jahatnya dunia luar terutama bagi anaknya yang masih tergolong belia namun ia senantiasa berdoa dan menantikan si anak kembali ke pangkuannya. Maka ketika ia mendengar dan melihat si anak pulang, ia mampu melupakan segalanya , berlari menyongsong dan memeluk si anak dengan penuh kasih dan suka cita.

Menunjukkan rasa syukurnya, sang ayah mengadakan pesta dan mengajak seluruh handai taulan untuk turut bersuka cita menyambut kembalinya si bungsu.

Di sinilah puncak pesan yang ingin disampaikan Tuhan Yesus bahwa Bapa adalah Tuhan yang Maharahim berkenan mengampuni kita yang berani bertobat ; mengakui , menyadari kesalahan dan kembali ke pangkuan-Nya yang hangat dan penuh kasih serta mau berjanji untuk hidup lebih baik.

Ternyata masalah tidak selesai sampai di situ saja, harapan sang ayah akan kembalinya si bungsu tidak cukup melegakan hatinya. Apa lagi yang dihadapi sang ayah ?

Anak sulung :

Semula sikap penuh ketaatan dan pengabdian selalu tampak dalam diri anak sulung. Namun kembalinya sang adik ,menguak sisi negatif perilakunya yang rupanya selama ini tersembunyi di balik ketaatan pada ayahnya.Rasa iri hati sudah membutakan akal sehat.Ia tak lagi dapat memandang suatu keadaan / permasalahan secara objektif dan cenderung berpikir negatif – tidak senang melihat orang lain senang. Sifat yang sungguh membahayakan dirinya sendiri dan orang lain seperti halnya Kain yang tega membunuh adiknya Habel.

Penyelenggaraan sebuah pesta besar untuk menyambut sang adik , membiarkan dirinya dibebani pikiran yang melelahkan. Ia tak sudi masuk ke ruang pesta sebagai sikap penolakannya terhadap adiknya yang pendosa.

Hidup adalah pilihan dan setiap pilihan selalu ada konsekuensi nya .

Apakah kita ingin menjadi si sulung ? Jika umat menolak pendosa yang mau bertobat, mereka sama saja dengan anak sulung yang masih harus ditunggu pertobatannya

atau

ingin menjadi si bungsu yang bertobat ?

Kasih Allah adalah suatu anugerah . ketika kita sedang jauh meninggalkan-Nya, Allah tetap menunggu pertobatan kita karena Dia bukan Allah penghukum.

Hidup “benar” sambil memandang hina , dia bukanlah abdi Allah. Seluruh pengabdian tak kan pernah tercapai jika tak ada kasih terhadap pendosa.

Untuk dapat hidup benar, maka marilah kita selalu melekatkan diri kepada-Nya. Bukankah Tuhan Yesus bersabda : ” Aku adalah pokok anggur dan engkau ranting-rantingnya?”

Minggu, 18 September 2011 Hari Minggu Biasa XXV

Minggu, 18 September 2011
Hari Minggu Biasa XXV

"Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?" (Mat 20:15)

Antifon Pembuka

Tuhan bersabda, “Akulah penyelamat umat. Aku akan mendengarkan seruannya dalam segala kesulitan. Aku akan tetap menjadi Tuhan sepanjang masa.”

Doa Renungan

Allah Bapa Maha Pengasih dan penyayang, Engkau membaharui segala perintah-Mu dalam perintah cinta kasih kepada-Mu dan kepada sesama. Perkenankanlah kami mematuhi perintah-Mu dan memperoleh kehidupan abadi. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Yesaya (55:6-9)

"Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu."

Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui, berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya. Baiklah ia kembali kepada Tuhan, maka Tuhan akan mengasihaninya; baiklah ia kembali kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpah. "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku," demikianlah firman Tuhan. "Seperti tingginya langit dan bumi, demikianlah jalan-Ku menjulang di atas jalanmu dan rancangan-Ku di atas rancanganmu."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 4/4, PS 816
Ref. Tuhan mendengarkan doa orang beriman
Ayat. (Mzm 145:2-3.8-9.17-18; Ul: lh.18a)

1. Setiap hari aku hendak memuji Engkau, ya Allah, dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya. Besarlah Tuhan dan sangat terpuji; kebesaran-Nya tidak terselami.
2. Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Tuhan itu baik kepada semua orang, penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.
3. Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. Tuhan itu dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi (1:20c-24.27a)

"Bagiku hidup adalah Kristus."

Saudara-saudara, dengan nyata Kristus dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan. Tetapi, jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: Aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus -ini memang jauh lebih baik; tetapi demi kamu lebih berguna aku tinggal di dunia ini. Maka hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = a, 4/4, PS 962
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Kis 16:14b)
Bukalah hati kami, ya Tuhan, sehingga kami memperhatikan Sabda Putera-Mu

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (20:1-16a)


"Iri hatikah engkau karena Aku murah hati?"

Sekali peristiwa Yesus mengemukakan perumpamaan berikut kepada murid-murid-Nya, "Hal Kerajaan Surga itu sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah sepakat dengan para pekerja mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula, dan dilihatnya ada orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka, 'Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan aku akan memberimu apa yang pantas.' Dan mereka pun pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga sore ia ke luar pula, dan berbuat seperti tadi. Kira-kira pukul lima sore ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula; lalu katanya kepada mereka, 'Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari?' Jawab mereka, 'Tidak ada orang yang mengupah kami.' Kata orang itu, 'Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.' Ketika hari sudah malam, berkatalah tuan itu kepada mandornya, 'Panggillah sekalian pekerja itu dan bayarlah upahnya, mulai dari yang masuk terakhir sampai kepada yang masuk terdahulu. Maka datanglah mereka, mulai yang bekerja kira-kira pukul lima sore, dan mereka masing-masing menerima satu dinar. Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu. Mereka mengira akan mendapat lebih besar. Tetapi, mereka pun menerima masing-masing satu dinar juga. Ketika menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya, "Mereka yang masuk paling akhir ini hanya bekerja satu jam, dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.' Tetapi, tuan itu menjawab salah seorang dari mereka, 'Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadapmu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau karena aku murah hati?' Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu menjadi yang terakhir."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan


Rekan-rekan di Internos,
Karena sedang dipenuhi kesibukan, pengisi rubrik ini meminta saya berbicara mengenai perumpamaan dalam Mat 20:1-16 yang dibacakan pada hari Minggu XXV tahun A ini. Ceritanya tentu sudah anda kenal. Pagi-pagi benar seorang pemilik kebun anggur menawarkan pekerjaan dengan upah sedinar sehari. Upah sedinar memang lazim bagi pekerja harian waktu itu. Tentu saja para pencari kerja menerima. Sang empunya kebun itu kemudian juga mengajak orang yang belum mendapat pekerjaan pada pukul sembilan, duabelas, tiga, dan bahkan sampai pukul lima sore - sejam sebelum usai jam kerja. Masalahnya begini. Tiap pekerja, entah yang datang satu jam sebelum tutup hari, entah yang mulai pagi-pagi mendapat upah sama: satu dinar. Maka yang datang pagi tidak puas, kok upahnya sama dengan yang bekerja satu jam saja. Pemilik kebun menegaskan, bukannya ia berlaku tak adil. Kan tadi sudah saling sepakat mengenai upah sedinar. Ia merasa merdeka memberi upah sedinar juga kepada yang datang belakangan. Jawaban ini menukas rasa iri hati orang yang melihat ia bermurah hati kepada orang lain. Sebenarnya kata-kata itu bukan hanya ditujukan kepada pekerja yang protes melainkan kepada siapa saja yang membaca dan pendengar perumpamaan.

NAFKAH HARIAN DAN KEADILAN BAGI SEMUA

Rekan-rekan, perumpamaan ini kerap menjadi sandungan bagi rasa keadilan baik pada zaman dulu maupun sekarang. Tidak perlu kita poles permasalahannya. Justru perumpamaan itu dimaksud untuk membuat kita semakin mencermati anggapan kita sendiri mengenai keadilan. Kita diajak menyadari bahwa keadilan tak bisa ditafsirkan secara sepihak tanpa merugikan pihak lain. Dan pihak lain di sini ialah orang-orang yang baru mendapat pekerjaan setelah hari hampir lewat. Para pekerja yang merasa mendapat upah terlalu sedikit sebenarnya tidak melihat sisi yang lebih dasar dari keadilan, yakni kesempatan yang sama bagi tiap orang untuk mencari nafkah. Orang yang tak puas itu sebenarnya beruntung karena langsung mendapat pekerjaan tanpa perlu menunggu. Upah yang dijanjikan juga jelas dan wajar menurut kebiasaan waktu itu. Sudah terjamin. Tetapi ada banyak orang yang tak seberuntung mereka. Ada yang masih menganggur sampai siang dan bahkan sampai sore hari karena tak ada yang memberi pekerjaan. Dari mana mereka akan mendapat nafkah bagi hari itu? Apa mereka harus melewatkan malam hari dengan perut kosong? Apa rasa keadilan yang seperti ini tidak muncul?

Sering terdengar, urusan mereka sendirilah bila tidak berhasil mendapat nafkah penyambung hidup. Tetapi hidup dalam Kerajaan Surga tidak demikian. Di situ tersedia kesempatan yang sama baiknya bagi siapa saja. Inilah yang dalam perumpamaan tadi digambarkan dengan tindakan pemilik kebun keluar menawarkan pekerjaan bagi mereka yang kedapatan masih menganggur pada jam sembilan, tengah hari, tiga sore dan bahkan sejam sebelum waktu kerja usai. Mereka yang masih menunggu rezeki tidak ditinggalkan sendirian. Inilah keadilan yang diberlakukan dalam Kerajaan Surga.

Yesus pernah mengajarkan agar kita berdoa kepada Bapa yang ada di surga, mohon diberi "rezeki pada hari ini", maksudnya, nafkah penyambung hari ke hari. Apa yang kita rasakan kita bila kita ada dalam keadaan mereka yang belum mendapatkannya? Orang-orang ini tidak bakal dilupakan.

PERIHAL KERAJAAN SURGA


Kawan-kawan ingat, perumpamaan ini diceritakan Yesus dengan maksud untuk menjelaskan perihal Kerajaan Surga. Ia sudah sering mengajarkan bagaimana kehidupan kita di bumi ini bisa menjadi ruang leluasa bagi kehadiran Yang Mahakuasa. Oleh karena itulah saya menyampaikannya kembali dengan ungkapan Kerajaan Surga. Akan lebih mudah terbayang adanya wahana, ruang batin.

Mark dan Luc lebih suka menyebutnya Kerajaan Allah. Intinya sama, tetapi kedua rekan itu lebih menggarisbawahi yang hadir di dalam ruang batin itu, yakni Allah sendiri. Saya sendiri lebih menyoroti diri kita sebagai ruang tadi. Pemikiran saya ini ada latar belakangnya. Mari kita tengok kembali kisah penciptaan, khususnya yang terjadi pada hari kedua (Kej 1:6-8). Bukankah pada hari kedua itu Allah menjadikan langit? Dan yang dinamaiNya langit itu berperan memisahkan air yang di bawah dan air yang di atas. Karena itulah mulai ada ruang bagi ciptaan-ciptaan berikutnya, yakni daratan, laut, tumbuh-tumbuhan, hewan sampai kepada manusia.

Boleh saya sebutkan, dalam bahasa Ibrani (dan Aram, dan Yunani), kata untuk langit yang kita bicarakan itu sama dengan kata bagi surga, yakni "syamaim" (Aram "syemaya", Yunani "ouranos"). Berkat "syamaim" yang diciptakan tadi, berkat surga, maka bumi beserta isinya, dan khususnya manusia, kiini terlindung. Jadi surgalah yang membendung kekuatan-kekuatan gelap serta kekacauan yang ada di seputar ciptaan yang dilambangkan dengan air-air. Jadi Pencipta menghendaki wahana kehidupan ini sejak awal dilingkupi oleh surga. Bila gagasan Kitab Kejadian di atas diikuti, maka ciptaan bersama isinya tentunya juga dimaksud agar semakin menjadi tempat kehadiran-Nya. Oleh karena itu, Kerajaan Surga boleh dibayangkan sebagai wahana yang luas tak berbatas yang semakin terisi siapa saya yang ingin masuk berlindung di dalamnya. Yang datang terlebih dahulu atau yang sudah lama menunggu dan baru masuk belakangan akan mendapatkan tempat.

Yesus datang mewartakan bahwa Kerajaan Surga benar-benar sudah ada di dekat. Ia mengajak orang banyak bertobat - ber-metanoia - yang artinya bukan semata-mata kapok dari berbuat jahat dan banting setir, melainkan berwawasan luas melampaui yang sudah-sudah, maksudnya, tidak mengurung diri dalam pandangan-pandangan sendiri, tetapi mulai berpikir jauh ke depan meluangkan diri bagi kehadiran ilahi.

PENERAPAN

Dalam masyarakat kami dulu ada gagasan bahwa semua tindakan di bumi ini cepat atau lambat akan mendapat ganjaran sepadan di sini atau di akhirat, begitu pula kejahatan akan mendapat hukuman setimpal. Semacam balasan dari atas sana dengan menggunakan cara-cara seperti yang ada di dunia. Pendapat ini katanya ada juga dalam masyarakat anda. Kata para ahli, alam pikiran seperti ini ada di mana-mana. Memang ajaran ini menjadi pengontrol perilaku individu. Tapi bila hanya itu, orang akan bertanya-tanya, bagaimana dengan orang yang tidak dapat berbuat banyak? Apa hanya sedikit ganjarannya nanti? Jadi nanti di akhirat ada tingkat-tingkat menurut ukuran yang kita kenal sekarang? Dengan perumpamaan hari ini Yesus mengajak orang menyadari bahwa Kerajaan Surga itu berkembang dengan kemurahan hati Allah dan bukanlah dengan prinsip ganjaran bagi perbuatan di bumi.

Apakah perumpamaan itu memuat sindiran bagi kita manusia yang cenderung bertabiat mau mengambil lebih? Yang mudah iri bila melihat orang lain beruntung? Ah, tak usah kita pakai Injil untuk menyindir. Dan bukan itulah maksud Injil. Yesus kiranya juga tidak bertujuan menyampaikan kritik moral sosial yang perlu kita perkhotbahkan. Tujuannya ialah mengabarkan cara hidup dalam Kerajaan Surga. Pikir punya pikir memang perlakuan istimewa bagi yang masuk kerja belakangan itu termasuk warta mengenai Kerajaan Surga. Kemurahan ilahi juga tidak dapat diukur dengan banyak sedikitnya kerja. Bila diukur dengan cara itu akan tidak klop dan Kerajaan Surga akan menjadi perkara jual beli jasa. Lha nanti akan bermunculan spekulannya, berikut calo-calonya, akan berkembang korupsi dan kolusi!

Ada catatan penting. Orang-orang yang bekerja sejam itu mendapat upah karena juga bekerja sungguh-sungguh. Sedinar itu tidak dihadiahkan begitu saja. Seandainya mereka hanya enak-enak nongkrong di kebun, apa akan mendapat upah? (Ingat orang yang diberi satu talenta tetapi malah menguburkannya! Ia akhirnya tak dapat apa-apa, malah talenta itu diambil daripadanya. Ingat Mat 25:14-30, terutama ay. 24 dst. ) Upah tetap imbalan bagi usaha dan kerja yang nyata. Dan kerja penuh, tidak separo-separo. Yang bekerja hanya sejam itu juga bekerja penuh. Kan tak bisa lebih. Satu jam kemudian sudah tutup hari. Yang datang jam enam pagi ukurannya ya sehari penuh.

Kawan-kawan, Kerajaan Surga itu ditawarkan kepada orang yang berada dalam keadaan yang berbeda-beda. Ada yang sudah menunggu lama tapi tak kunjung mendapatkannya. Kalau dilihat dari sudut pandang ini, boleh jadi kita bisa lebih memahami kenapa pemilik kebun itu bermurah hati. Dan juga kita-kita yang boleh jadi merasa patut mendapat lebih akan merasa tidak perlu menuntut. Apakah kita tidak malah senang ada makin banyak orang yang diajak bekerja? Paling tidak pekerjaan kita bisa jadi ringan! Dan bagaimana bila yang datang terakhir itu justru kita sendiri?

Salam,
Matt

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy